• Tidak ada hasil yang ditemukan

UPAYA PENINGKATAN HASIL BELAJAR LUAS BANGUN SEGIBANYAK SEDERHANA MELALUI MEDIA PEMBELAJARAN KONKRIT

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "UPAYA PENINGKATAN HASIL BELAJAR LUAS BANGUN SEGIBANYAK SEDERHANA MELALUI MEDIA PEMBELAJARAN KONKRIT"

Copied!
6
0
0

Teks penuh

(1)

Bambang Hariyanto adalah Guru SD di Kec. Glenmore Kabupaten Banyuwangi.

38

UPAYA PENINGKATAN HASIL BELAJAR LUAS BANGUN SEGIBANYAK SEDERHANA MELALUI MEDIA PEMBELAJARAN KONKRIT

Bambang Hariyanto

Abstrak: Matematika merupakan salah satu mata pelajaran yang sangat penting dan mendasar untuk dipelajari di sekolah dasar. Namun bagi siswa, matematika sering kali masih merupakan mata pelajaran yang sulit dan kurang menyenangkan. Dengan media sederhana konkrit siswa terlibat langsung untuk menentukan luas bangun datar segibanyak sederhana. Pada penelitian yang penulis lakukan di SD Negeri 4 Tegalharjo Kecamatan Glenmore Kabupaten Banyuwangi menunjukkan hasil pembelajaran dengan menggunakan media konkrit sederhana menghasilkan peningkatan yang signifikan. Hal ini dapat dilihat pada nilai awal sebelum menggunakan media, rata-rata nilai matematika kurang dari 50, setelah menggunakan media konkrit sederhana nilai rata- rata matematika menjadi 80. Dengan demikian pembelajaran dengan menggunakan media konkrit sederhana dapat meningkatkan prestasi belajar siswa SD Negeri 4 Tegalharjo Kecamatan Glenmore Kabupaten Banyuwangi.

Kata kunci: media pembelajaran konkrit sederhana, Matematika, bangun datar.

Sejak diterapkannya kurikulum 1975 sampai dengan kurikulum 2004,para guru melak-sanakan kegiatan belajar mengajar dengan cara ceramah,sehingga siswa menganggap mata pelajaran matematika merupakan mata pelajaran yang sulit dan kurang menye-nangkan. Hal ini disebabkan oleh situasi kelas yang kurang kondusif, metode yang digunakan guru kurang tepat dan suasana kelas kurang menyenangkan.

Siswa kurang aktif dalam mengikuti pembelajaran dan kurang tertantang dalam belajar,mereka kurang berani untuk mengeluarkan pendapat karena takut salah, yang pada akhirnya mereka kurang terlatih untuk bertindak kreatif, inovatif dalam memecahkan masalah-masalah yang dihadapi. Akibatnya hasil belajar matematika siswa kurang maksimal.

Sampai saat ini guru dalam menyampaikan pembelajaran kepada siswa lebih mementingkan hasil akhir daripada proses pembelajaran, sehingga para guru dalam menyampaikan pelajaran mengandal-kan ceramah dan latihan soal saja.

Pemerintah sejauh ini baru menerbit-

kan pedoman yang sifatnya masih umum berkaitan dengan dengan kurikulum. Petun- juk yang bersifat teknis seperti buku siswa, atau LKS dan buku untuk guru, be-lum diterbitkan. Hal itu dapat menimbulkan cara pembelajaran yang kurang efektif dan efisien. Untuk mencapai tujuan agar pem- belajaran matematika mencapai hasil yang baik, diperlukan siswa yang kreatif, aktif dan inovatif di dalam kelas.

Pendekatan kontekstual (Contextual Teaching and Learning/CTL) merupakan konsep belajar yang membantu guru mengaitkan antara materi yang diajarkan dengan situasi dunia nyata siswa dan men- dorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan kehi- dupan mereka sebagai anggota keluarga dan masyarakat. Dengan konsep itu, hasil pem- belajaran diharapkan lebih bermakna bagi siswa. Proses pembelajaran berlangsung alamiah dalam bentuk kegiatan siswa be- kerja dan mengalami, bukan mentransfer pengetahuan dari guru ke siswa. Proses pem- belajaran lebih dipentingkan daripada hasil.

Dalam kelas kontekstual, tugas guru

(2)

adalah membantu siswa mencapai tujuan- nya. Maksudnya, guru lebih banyak ber- urusan dengan strategi daripada memberi informasi. Tugas guru mengelola kelas se- bagai sebuah tim yang bekerja bersama untuk menemukan sesuatu yang baru bagi anggota kelas (siswa). Sesuatu yang baru datang dari menemukan sendiri bukan dari apa kata guru. Begitulah peran guru di kelas yang dikelola dengan pendekatan konteks- tual (Akhmad Sudrajat, Depdiknas, 2008).

Oleh karena itu pemilihan media pembelajaran kongkrit yang sesuai dan tepat merupakan salah satu unsur yang sangat menentukan keberhasilan dalam mencapai tujuan pembelajaran. Sistim pembelajaran dengan menggunakan media pembelajaran kongkrit mampu menjadikan proses belajar mengajar di kelas menjadi hidup, siswa aktif, kreatif, menarik dan menyenangkan sehingga siswa dapat mengusai konsep, mampu meningkatkan komunikasi serta da- pat memecahkan masalah yang dihadapi. Se- lain media pembelajaran kongkrit merupa- kan penentu dalam keberhasilan pembe- lajaran matematika, metode kooperatif tidak kalah penting dalam menentukan keberhasil- an pembelajaran matematika (As’ari, 2003).

Tujuan penelitian ini adalah mengem- bangkan penggunaan media pembelajaran konkrit yang mengacu pada proses pem- belajaran siswa aktif, kreatif, dan inovatif yang nantinya diharapkan siswa tidak lagi sebagai obyek kegiatan yang hanya datang, duduk, dengar dan diam. Perangkat media pembelajaran kongkrit yang telah digunakan oleh siswa SD Negeri 4 Tegalharjo dalam kegiatan pembelajaran sangat membantu untuk menemukan serta penguasaan konsep, komunikasi dan pemecahan masalah pada siswa. Penggunaan media pembelajaran konkrit telah dieksperimenkan pada siswa SD Negeri 4 Tegalharjo yang bertujuan untuk mengetahui sejauh mana pengaruh implementasi media pembelajaran kongkrit terhadap hasil belajar siswa yang mengacu pada proses pembelajaran bermakna. Secara lebih operasional tujuan penelitian pada tahap eksperimen adalah sebagai berikut (1)

mengetahui apakah hasil belajar yang ditunjukkan oleh kelompok subyek yang menggunakan media pembelajaran kongkrit berbeda secara signifikan apabila dibanding dengan hasil belajar kelompok subyek yang tidak menggunakan media pembelajaran, (2) mengetahui apakah ada perbedaan hasil belajar ketrampilan prosedural antara siswa yang menggunakan media pembelajaran konkrit dengan siswa yang tidak meng- gunakan media pembelajaran, (3) menge- tahui apakah ada perbedaan hasil belajar pe- mecahan masalah antara siswa yang meng- gunakan media pembelajaran kongkrit dengan siswa yang tidak menggunakan me- dia pembelajaran. Pada dasarnya peng- gunaan media pembelajaran kongkrit dalam proses kegiatan belajar, merupakan bagian dari strategi pembelajaran sehingga sejalan dengan KBK (Kurikulum Berbasis Kom- petensi). Menurut KBK, kemampuan yang ditekankan dalam belajar matematika adalah kemampuan memecahkan masalah, pengem- bangan cara berfikir dan bernalar, dan mengkomunikasikan gagasan matematika pada berbagai konteks ilmu pengetahuan dan teknologi (Ipung Yuwono: 2002).

Berdasarkan uraian di atas, media pembelajaran kongkrit dapat digunakan sebagai salah satu strategi kegiatan pem- belajaran dalam upaya meningkatkan kemampuan siswa untuk menemukan dan penguasaan konsep, komunikasi, dan pe- mecahan masalah yang pada akhirnya hasil belajar yang dicapai siswa meningkat.

Secara garis besar, media pem- belajaran kongkrit memiliki peran penting dalam proses kegiatan belajar dan dapat dilihat dengan ciri ciri sebagai berikut : (1) pembelajaran dapat didesain dari masalah- masalah sederhana yang terdapat disekitar siswa dan berbasis pengalaman yang di- miliki oleh siswa, (2) dengan mengikuti langkah-langkah pada proses kegiatan belajar dengan bimbingan guru, siswa dilatih untuk mengikuti pola kerja dengan meng- gunakan media pembelajaran kongkrit, (3) Lembar Kerja Siswa (LKS) telah dirancang sedemikian rupa sehingga memuat per-

(3)

tanyaan atau tugas untuk siswa yang menggiring siswa pada kegiatan penelitian dengan menggunakan media pembelajaran kongkrit. Melalui penelitian yang meng- gunakan media pembelajaran yang dilaku- kan siswa, siswa dilatih untuk mengkons- truksi, menemukan konsep dan memecahkan masalah sebagaimana yang dilakukan oleh para matematikawan, sehingga proses pem- belajaran menjadi lebih bermakna, (4) siswa dikenalkan pada suatu konsep melalui hal hal yang kongkrit dengan penggunaan media pembelajaran kongkrit yang cukup leluasa dengan pematematikaan horizontal. Pemate- matikaan horizontal adalah suatu proses yang dilakukan siswa dalam mengemukakan gagasannya atau menemukan solusi suatu masalah secara mandiri, tidak perlu sama antara siswa yang satu dengan siswa lainnya bahkan dengan gurunya sekalipun, (5) terdapat interaksi yang kuat antara siswa satu dengan siswa lainnya menyangkut hasil pemikiran para siswa yang dikonfrontasikan dengan siswa lainnya, (6) siswa melakukan pematematikan vertikal dibawah bimbingan seorang guru, (7) siswa mendapatkan tugas rumah sebagai latihan untuk menginter- nalisasikan konsep yang telah diperoleh.

Dalam penelitian ini perolehan belajar didefinisikan sebagai unjuk kerja dan peri- laku yang diperlihatkan oleh siswa setelah memperoleh perlakuan, berupa implemen- tasi media pembelajaran dalam proses be- lajar siswa, yang dirinci sebagai berikut: (1) keterampilan prosedural matematika adalah kemampuan siswa dalam mengerjakan soal matematika dengan menggunakan bantuan media pembelajaran, (2) kemampuan pe- mecahan masalah adalah kemampuan siswa dalam menyelesaikan soal matematika.

METODE

Penelitian ini merupakan penelitian pengembangan (Akker,1999;Gravemeijer, 1994) yang terdiri dari atas tahap pengem- bangan dan eksperimen. Dalam tahap pengembangan dilakukan evaluasi formatif, berupa uji ahli, dan uji coba lapangan.

Dalam uji coba lapangan evaluasi formatif

bersumber dari tanggapan ahli, tanggapan guru dan tanggapan siswa. Eksperimen me- rupakan evaluasi sumatif pada model dan buku siswa serta media pembelajaran (Ipung Yuwono, 2002).

Perangkat pembelajaran yang dikem- bangkan berupa satu masalah, yaitu luas daerah bangun segi banyak. Pengembangan perangkat pembelajaran itu mengacu pada penggunaan media pembelajaran selama proses pembelajaran berlangsung. Perangkat pembelajaran yang dikembangkan, diminta- kan pendapat kepada beberapa orang guru di sekolah dan teman sejawat lainnya yang ber- pengalaman mengajar lebih dari 20 tahun.

Subyek penelitian ini adalah siswa kelas VI SD Negeri 4 Tegalharjo Kecamatan Glenmore. Kelas VI ini adalah kelas pararel yang masing-masing kelas terdiri dari siswa.

Bertindak sebagai guru adalah guru yang sehari hari memang mengajar di kelas ter- sebut. Guru tersebut telah mendapatkan bimbingan dari beberapa teman sejawat yang berpengalaman mengajar matematika di sekolah dasar lebih dari 20 tahun tentang manfaat media pembelajaran dalam proses belajar. Disamping itu guru tersebut men- dapat simulasi implementasi penerapan media pembelajaran di kelas. Bentuk simu- lasi itu berupa pemberian contoh cara meng- gunakan media pembelajaran di kelas uji coba dengan peneliti sebagai guru, dan guru tersebut mengamati implementasi pembe- lajaran di kelas tersebut. Instrumen pene- litian terdiri dari Rencana Pelaksanaan Pem- belajaran (RPP), media pembelajaran, lembar observasi, Lembar Kerja Siswa (LKS), dan lembar pengamatan.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Data uji pada buku siswa mem- perlihatkan bahwa semua teman sejawat se- pakat dengan peneliti pada eksistensi komponen-komponen yang telah dituangkan dalam pembelajaran yang mengacu pada penggunaan media pembelajaran. Dengan demikian berdasarkan kriteria mayoritas, maka media pembelajaran dan hasil kerja pada buku siswa telah dianggap valid dan

(4)

sesuai dengan prinsip prinsip pembelajaran bermakna. Pelaksanaan pembelajaran yang mengacu pada hal tersebut di atas bertujuan untuk memperbaiki kwalitas pembelajaran guru dan kapasitas profesionalnya melalui reviwe pelajaran sehari-hari, hal ini di- sampaikan oleh Nurjanah (Baba dan Kajima, 2003).

Data yang diperoleh dari pengamatan di kelas ada beberapa siswa yang kurang memahami penjelasan guru. Ada beberapa soal yang masih dianggap sulit bagi siswa.

Untuk itu diperlukan diskusi dengan siswa lain dalam memecahkan masalah yang dihadapi. Untuk soal yang dianggap sulit bagi siswa, siswa diberi media pembelajaran yang sesuai sehingga siswa dapat menemu- kan konsep sendiri yang pada akhirnya sis- wa dapat memecahkan masalah tersebut melalui diskusi.

Disamping itu siswa juga dibimbing cara menyelesaikan suatu masalah dengan menggunakan media pembelajaran yang dilakukan secara kelompok. Dengan demi- kian media pembelajaran sangat membantu siswa dalam pemecahan masalah mate- matika walaupun menghadapi soal yang sulit sekalipun. Pada awalnya banyak siswa yang mempersepsikan bahwa pelajaran mate- matika sebagai pelajaran yang menakutkan, sulit, dan kurang menyenangkan. Beberapa penyebabnya antara lain situasi kelas yang kurang kondusif, metode yang digunakan oleh guru kurang tepat, suasana kelas kurang menyenangkan, dan tidak adanya media pembelajaran yang membantu dalam proses kegiatan belajar. Siswa kurang terlibat se- cara aktif dalam pembelajaran dan kurang tertantang dalam belajarnya. Mereka kurang berani mencoba coba dengan resiko mem- buat salah, sehingga mereka kurang terlatih untuk bertindak kreatif, inovatif dalam memecahkan masalah matematika. Akibat- nya, hasil belajar siswa kurang maksimal (Abdur Rahman As’ari dan Endang Novita Ciptiani,2003). Pada akhirnya setelah meng- gunakan media pembelajaran, siswa lebih aktif, kreatif, dan merasa tertantang sehingga siswa menemukan jati dirinya dalam pem-

belajaran matematika.

Dalam penggunaan media pembe- lajaran terdapat beberapa kelebihan dan ke- lemahan yang dikatagorikan dalam beberapa faktor yaitu faktor pendukung dan faktor penghambat. Faktor pendukung dalam implementasi penggunaan media pembe- lajaran adalah (1) setiap siswa mendapatkan media yang digunakan untuk memecahkan masalah yang dihadapi, (2) tingginya se- mangat siswa dalam kegiatan pembelajaran, (3) suasana belajar yang riang terkendali dan tidak tegang atau tidak kaku, (4) guru cukup antusias dan mampu menggiring siswa untuk mendapatkan pemecahan masalah yang dihadapi siswa. Dalam implementasi pem- belajaran yang menggunakan media, lembar kerja siswa merupakan suatu yang mutlak harus diadakan untuk menunjang proses belajar selama pembelajaran berlangsung.

Dengan demikian lembar kerja siswa lebih menekankan pada penulisan/ pencatatan hasil kegiatan pembelajaran. Teorema atau rumus untuk menyelesaikan masalah dapat ditemukan oleh siswa dengan mengikuti langkah langkah pembelajaran dengan menggunakan media pembelajaran.

Faktor penghambat dalam imple- mentasi penggunaan media pembelajaran adalah (1) guru mengalami kesulitan untuk mengatur waktu dalam pembuatan media pembelajaran atau malas, (2) kemampuan siswa bervariasi dalam memecahkan masa- lah dengan menggunakan media pembe- lajaran, (3) guru sulit mengembangkan pem- buatan media pembelajaran dikarenakan kurangnya pengetahuan dalam pembuatan media pembelajaran, (4) mahalnya biaya dalam pembuuatan media pembelajaran, (5) kurangnya dukungan dari lembaga tentang biaya pengadaan pembuatan media pembelajaran.

Faktor penghambat muncul karena masalah yang timbul bersumber dari guru, dan lembaga yang bersangkutan. Selain itu guru melihat materi pembelajaran terlalu banyak, ada tuntutan materi harus selesai dalam satuan waktu tertentu, dan adanya ujian nasional dan daerah, sehingga guru

(5)

menyampaikan pembelajaran secara konven- sional. Materi yang terlalu banyak tersebut sebagian dapat dimampatkan atau digabung- kan sehingga materi lebih ramping. Pada akhirnya penekanan pembelajarannya ter- letak pada hasil maksimal pembelajaran siswa (nilai siswa), bukan terletak pada pengembangan cara berfikir dan bernalar siswa. Faktor penghambat bagi siswa yang bervariasi dapat menjadi faktor pendukung, karena pembentukan kelompok pada saat diskusi didasarkan atas kemampuan siswa.

Kelompok dibentuk secara heterogen sehingga siswa yang pandai akan menyebar pada beberapa kelompok. Dengan demikian komunikasi matematika siswa pada tiap kelompok akan lebih baik, karena siswa biasanya tidak segan bertanya kepada kawannya dalam kelompok tersebut. Selain itu, bahasa siswa yang sebaya dalam ber- komunikasi matematika sering mudah dicerna oleh siswa yang sebaya umurnya.

SIMPULAN

Dari penelitian ini dapat disimpulkan sebagai berikut

1. Dengan adanya penggunaan media pembelajaran guru lebih mudah menjelaskan materi pembelajaran pada siswa.

2. Guru bertindak sebagai pembimbing,

sedangkan siswa aktif dengan kegiatan pembelajaran.

3. Penggunaan media pembelajaran dapat meningkatkan prestasi belajar siswa.

4. Siswa dapat memiliki penguasaan konsep, komunikasi, dan dapat meme- cahkan masalah sederhana dengan menggunakan media pembelajaran.

5. Secara langsung siswa melakukan diskusi antar siswa, antar kelompok yang pada akhirnya model pembelajaran kooperatif sekaligus dapat dilaksanakan.

6. Media pembelajaran dapat meringankan guru dalam kegiatan pembelajaran terutama penggunaan metode ceramah.

Dari penelitian ini disarankan sebagai berikut :

1. Perlunya sosialisasi tentang pembuatan dan penggunaan media pembelajaran dalam kegiatan belajar kepada guru-guru melalui kegiatan KKG.

2. Untuk kegiatan semacam ini sangat perlu adanya dukungan biaya dari lembaga/sekolah.

3. Perlu dikembangkan kreatifitas guru dalam pembuatan dan penggunaan media pembelajaran.

DAFTAR RUJUKAN

Akker, J.V.d . 1999. Principles and Methods of Development Research.Dalam J.v.d Akker (Eds).

Design Approachs and Tools in Education and Training.

Dordrecht:Kluwer

As’ari, A.R. 2003. Pembelajaran Struktur Aljabar I dengan Cooperative Learning Model Jigsaw. Makalah disajikan dalam Seminar Nasional Himpunan Peminat Aljabar di UGM Yogyakarta

Baba, T and Kajima, M. 2003 Lesson Study. Japan International Cooperation Agency (ed) Japanesse Educational Experiences. Tokyo:

Japan International Cooperation Agency

Gravemejer, K.P.E. 1994 Developing Realistic Mathematics Education.

Utrecht : Freudenthal Institute.

Sudrajat, A. 2008. Pembelajaran

(6)

Kontekstual. Jakarta: Depdiknas.

Yuwono, I. 2002 Implementasi Pembelajaran Matematika Berbasis RME (Realistic Mathematics Education) di SLTP. Peneliti Dosen Muda. Malang: Lembaga Penelitian.

Referensi

Dokumen terkait

Hasil menunjukkan bahwa bakteri pelarut fosfat (BPF) ditambah bakteri penambat nitrogen (BPN) paling mampu dalam meningkatkan bobot basah, tinggi, kadar nitrogen (N) dan kadar

Dari berbagai pengertian media sosial menurut para ahli dapat disimpulkan bahwa yang dimaksud dengan media sosial adalah sebuah platform seperti Facebook, Twitter,

Perumusan kurikulum pendidikan Islam yang bernafas moderat ala paham Aswaja merupakan langkah mendesak yang harus dilakukan. Sebab, dewasa ini eskalasi kekerasan

Berdasarkan penelitian-penelitian diatas, pada penelitian kali ini penulis berusahan untuk melakukan peningkatan pada metode kNN tersebut, dimana pada penelitian ini

Masih banyaknya masyarakat pengrajin rencong di desa baet yang tidak aktif dan harus sudah dibubarkan dikarenakan kurangnya inovasi produk, Belum optimalnya jaringan kerjasama

Secara rinci penelitian ini bertujuan untuk: 1) mendeskripsikan pola distribusi dan alokasi waktu kerja, pola produksi dan pola konsumsi rumahtangga nelayan; 2) menguji

Penelitian ini bertujuan untuk: 1) Mengetahui perbedaan trust pasangan hubungan jarak jauh yang belum menikah (pacaran jarak jauh) dengan pasangan hubungan jarak jauh yang

(2) Latihan Refeling. Dengan kondisi medan di daerah operasi sangat bervariasi dan kebanyakan hutan belantara serta mobilitas dan agresifitas musuh yang tinggi