• Tidak ada hasil yang ditemukan

PERENCANAAN BISNIS VIRGIN COCONUT OIL DENGAN PENDEKATAN WIRAKOPERASI DI KABUPATEN BOGOR AZWAR ANNAS

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PERENCANAAN BISNIS VIRGIN COCONUT OIL DENGAN PENDEKATAN WIRAKOPERASI DI KABUPATEN BOGOR AZWAR ANNAS"

Copied!
83
0
0

Teks penuh

(1)

PERENCANAAN BISNIS VIRGIN COCONUT OIL DENGAN PENDEKATAN WIRAKOPERASI

DI KABUPATEN BOGOR

AZWAR ANNAS

DEPARTEMEN AGRIBISNIS

FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR 2015

(2)
(3)

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN

SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA*

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Perencanaan Bisnis Virgin Coconut Oil dengan Pendekatan Wirakoperasi di Kabupaten Bogor adalah benar karya saya dengan arahan dari dosen pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor.

Bogor, Juni 2015 Azwar Annas NIM H34110093

* Pelimpahan hak cipta atas karya tulis dari penelitian kerja sama dengan pihak luar IPB harus berdasarkan pada perjanjian kerja sama yang terkait.

(4)

ABSTRAK

AZWAR ANNAS. Perencanaan Bisnis Virgin Coconut Oil dengan Pendekatan Wirakoperasi di Kabupaten Bogor. Dibimbing oleh LUKMAN MOHAMMAD BAGA.

Tanaman kelapa yang merupakan perkebunan rakyat di Indonesia, termasuk di Kabupaten Bogor, merupakan sumber daya yang melimpah sejak dulu, namun belum termanfaatkan secara maksimal. Virgin coconut oil (VCO), salah satu produk olahan kelapa, mempunyai nilai ekonomis yang tinggi. Pengolahan VCO dengan pendekatan wirakoperasi dapat menjadi bisnis potensial untuk meningkatkan kesejahteraan sosial. Perencanaan bisnis dirancang dari analisis rencana pemasaran berdasarkan perkiraan konsumen VCO sampai rencana finansial di Jabodetabek. Produksi VCO dengan kapasitas 38 400 liter per tahun diasumsikan membutuhkan 549.1 ton kelapa. Produksi VCO akan menggunakan teknologi sederhana sehingga akan mudah untuk diusahakan. Lembaga usaha pengolahan berbentuk koperasi dengan tujuan agar anggota koperasi yang merupakan pemilik bisnis dapat memperoleh manfaat lebih besar. Rencana finansial menunjukkan bahwa bisnis adalah menguntungkan dengan NPV sebesar Rp4.53 miliar, gross B/C sebesar Rp1.23, dan payback period selama 2.29 tahun.

Kata kunci: kelapa, virgin coconut oil, wirakoperasi

ABSTRACT

AZWAR ANNAS. Business Plan of Virgin Coconut Oil with Cooperative Entrepreneur Approach in Bogor Regency. Supervised by LUKMAN MOHAMMAD BAGA.

Coconut plants belong to smallholder plantations in Indonesia, including those in Bogor Regency, have been great resources, but they have not been utilized maximally. Virgin coconut oil (VCO), one of processed coconut products, has a high value. The production of VCO with the cooperative entrepreneur approach can be a potencial business which improves social welfare. The business plan is designed from analysis of marketing plan based on estimated consumer of VCO to financial plan in Jabodetabek. The VCO production of 38 400 liters per year is assumed to require 549.1 tons of coconuts. VCO production will use a simple technology, so it will be easy to conduct. The institution of this business is a cooperative in order that the cooperative members which are the owners of the business can receive more benefit. Financial plan shows the business is profitable i.e Rp4.53 billion for NPV, Rp 1.23 for gross B/C, and the payback period is 2.29 years.

Keywords: coconut, cooperative entrepreneur, virgin coconut oil

(5)

Skripsi

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi

pada

Departemen Agribisnis

PERENCANAAN BISNIS VIRGIN COCONUT OIL DENGAN PENDEKATAN WIRAKOPERASI

DI KABUPATEN BOGOR

AZWAR ANNAS

DEPARTEMEN AGRIBISNIS

FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR 2015

(6)
(7)

Judul Skripsi : Perencanaan Bisnis Virgin Coconut Oil dengan Pendekatan Wirakoperasi di Kabupaten Bogor

Nama : Azwar Annas NIM : H34110093

Disetujui oleh

Dr Ir Lukman M Baga, MAEc Pembimbing

Diketahui oleh

Dr Ir Dwi Rachmina, MSi Ketua Departemen

Tanggal Lulus:

(8)
(9)

PRAKATA

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah subhanahu wa ta’ala atas segala karunia-Nya sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Tema yang dipilih dalam penelitian yang dilaksanakan sejak bulan Oktober 2014 ini ialah perencanaan bisnis, dengan judul Perencanaan Bisnis Virgin Coconut Oil dengan Pendekatan Wirakoperasi di Kabupaten Bogor.

Terima kasih penulis ucapkan kepada Bapak Dr Ir Lukman M Baga, MA.

Ec selaku pembimbing penelitian. Kemudian ucapan terima kasih penulis ucapkan kepada Unit Pelaksana Teknis Daerah (UPTD) dan Balai Penyuluhan Pertanian, Perikanan, dan Kehutanan (BP3K) Kecamatan Leuwiliang, serta warga Kecamatan Bogor Barat yang telah menyambut baik proses observasi. Ucapan terima kasih juga penulis sampaikan kepada teman-teman sekelompok bimbingan skripsi, yang saling membantu selama pengerjaan skripsi, Lilis Setyarini, Fitria Na’imatu Sa’diyah, Feber Febrianto Nugroho, M. Machrus Cania P, dan Putra Agung Prabowo. Tidak lupa ucapan terima kasih penulis sampaikan kepada segenap keluarga atas segala dukungannya.

Semoga karya ilmiah ini bermanfaat.

Bogor, Juni 2015 Azwar Annas

(10)
(11)

DAFTAR ISI

DAFTAR TABEL vii

DAFTAR GAMBAR vii

DAFTAR LAMPIRAN viii

PENDAHULUAN 1

Latar Belakang 1

Perumusan Masalah 4

Tujuan Penelitian 6

Manfaat Penelitian 6

TINJAUAN PUSTAKA 7

Manfaat Virgin Coconut Oil 7

Pentingnya Perencanaan Bisnis 8

Peran Wirakoperasi dalam Pengembangan Agribisnis 9

KERANGKA PEMIKIRAN 10

Kerangka Pemikiran Teoritis 10

Kerangka Pemikiran Operasional 16

METODE PENELITIAN 18

Waktu dan Tempat Penelitian 18

Jenis dan Sumber Data 18

Metode Pengumpulan Data 18

Metode Penulisan Perencanaan Bisnis 19

RENCANA BISNIS 21

Analisis Situasi Bisnis 21

Target Bisnis 23

Asumsi Dasar 23

Rencana Pemasaran 25

Rencana Produksi 30

Rencana Organisasi dan Sumber Daya Manusia 39

Rencana Manajemen Risiko 48

Rencana Finansial 49

SIMPULAN DAN SARAN 55

(12)

Simpulan 55

Saran 56

DAFTAR PUSTAKA 56

LAMPIRAN 59

(13)

DAFTAR TABEL

1 Perkembangan produksi dan luas areal tiga perkebunan rakyat terbesar

di Indonesia tahun 2008-2012 1

2 Produksi empat komoditas potensial di Kabupaten Bogor tahun 2012 2 3 Perbandingan potensi kelapa antara Indonesia dengan Filipina tahun

2013 3

4 Impor minyak kelapa murni, zaitun, dan minyak sejenis lainnya oleh

Indonesia pada tahun 2008-2011 5

5 Produksi kelapa lima kecamatan di Bogor Barat tahun 2013 21 6 Impor minyak kelapa murni, zaitun, dan minyak sejenis lainnya oleh

Indonesia pada tahun 2008-2011 26

7 Kebutuhan bahan baku produksi VCO siap konsumsi per tahun 31 8 Kebutuhan peralatan produksi VCO pada perusahaan selama bisnis

berjalan 37

9 Upah dan gaji tenaga kerja koperasi pengolahan VCO per bulan 44 10 Keuntungan masing-masing pihak yang bekerja sama dalam usaha

pengolahan VCO 47

11 Kebutuhan investasi perusahaan pengolahan VCO pada awal tahun 49

12 Penyusutan peralatan produksi VCO per tahun 50

13 Biaya operasional variabel pengolahan VCO per tahun 51 14 Biaya operasional tetap pengolahan VCO per tahun 51

15 Penjualan produk per tahun 52

16 Kriteria investasi bisnis pengolahan VCO di Kabupaten Bogor selama

10 tahun 53

DAFTAR GAMBAR

1 Negara Eropa pengimpor VCO terbanyak dari Filipina dengan jumlah

impor tahun 2007-2011 5

2 Kerangka pemikiran operasional 17

3 VCO dalam mangkuk 28

4 Desain kemasan VCO 28

5 Diagram siklus produksi VCO 33

6 Mesin pemarut kelapa 34

7 Mesin pemeras santan 35

8 Heat gun 35

9 Mesin pencungkil batok 36

10 Filling machine 36

11 Tata letak bangunan pabrik pengolahan VCO di Desa Cibungbulang

selama bisnis berjalan 38

12 Struktur organisasi koperasi pengolahan VCO 41

13 Pembagian laba 44

14 Alur kerja sama petani dengan koperasi untuk pemenuhan bahan baku

VCO 45

15 Diagram hubungan investor, wirakoperasi, dan anggota koperasi 47

(14)

16 Peningkatan laba pada bisnis pengolahan VCO selama 10 tahun (dalam

ribu) 54

17 Peningkatan bagi hasil yang diperoleh petani dan wirakop dari usaha

pengolahan VCO selama 10 tahun (dalam ribu) 55

DAFTAR LAMPIRAN

1 Asumsi biaya variabel bisnis pengolahan VCO di Kabupaten Bogor 59 2 Asumsi komponen biaya investasi bisnis pengolahan VCO di

Kabupaten Bogor 60

3 Asumsi biaya listrik produksi bisnis pengolahan VCO di Kabupaten

Bogor 60

4 Asumsi komponen biaya listrik non produksi pada bisnis pengolahan

VCO di Kabupaten Bogor 61

5 Biaya investasi alat produksi bisnis pengolahan VCO di Kabupaten

Bogor 61

6 Biaya investasi alat perkantoran bisnis pengolahan VCO di Kabupaten

Bogor 62

7 Biaya investasi bangunan dan penunjang bisnis pengolahan VCO di

Kabupaten Bogor 62

8 Biaya operasional tenaga kerja tetap bisnis pengolahan VCO di

Kabupaten Bogor 62

9 Biaya operasional variabel input bisnis pengolahan VCO di Kabupaten

Bogor per tahun 63

10 Biaya operasional variabel tenaga kerja bisnis pengolahan VCO di

Kabupaten Bogor per tahun 63

11 Biaya operasional tetap bisnis pengolahan VCO di Kabupaten Bogor

per tahun 63

12 Hasil penjualan bisnis pengolahan VCO di Kabupaten Bogor per tahun 63 13 Penyusutan peralatan bisnis pengolahan VCO di Kabupaten Bogor 64 14 Proyeksi arus kas bisnis pengolahan VCO di Kabupaten Bogor 65 15 Proyeksi laporan laba rugi bisnis pengolahan VCO di Kabupaten Bogor 66 16 Bagi hasil bisnis pengolahan VCO di Kabupaten Bogor 66 17 Proyeksi arus kas bisnis pengolahan VCO di Kabupaten Bogor tahun

pertama 67

18 Proyeksi laporan laba rugi bisnis pengolahan VCO di Kabupaten Bogor

tahun pertama 68

(15)

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Indonesia sebagai negara yang beriklim tropis dan bercurah hujan yang tinggi sepanjang tahun memiliki potensi besar dalam pengembangan pertanian tropika. Salah satu tanaman pertanian yang berpotensi baik untuk dikembangkan yaitu tanaman kelapa yang saat ini tidak banyak dikembangkan oleh perusahaan besar seperti perusahaan pengolahan kelapa sawit. Hal tersebut ditunjukkan bahwa mayoritas perkebunan kelapa di Indonesia merupakan perkebunan rakyat.

Berbeda dengan kelapa sawit yang sebagian besar dikembangkan sektor swasta, pasar perkebunan kelapa rakyat hanya sedikit berkembang. Meskipun dengan keadaan tersebut, komoditas kelapa masih mempunyai jumlah produksi yang tinggi. Data BPS (2015) menunjukkan tanaman kelapa rakyat di Indonesia memiliki luas areal dan produksi yang besar, jika dibandingkan dengan perkebunan besar lain yaitu kelapa sawit dan karet. Data produksi dan luas tiga perkebunan rakyat terbesar di Indonesia selama lima tahun terakhir dapat dilihat pada Tabel 1.

Tabel 1 Perkembangan produksi dan luas areal tiga perkebunan rakyat terbesar di Indonesia tahun 2008-2012

Tahun

Luas areal (000 ha) Produksi (000 ton)

Karet Kelapa Kelapa sawit Karet Kelapa Minyak kelapa Sawit 2008 2 900.3 3 724.1 2 881.9 2 148.7 3 176.0 6 923.0 2009 2 952.6 3 731.6 3 061.4 1 918.0 3 181.6 7 517.7 2010 2 948.7 3 697.0 3 387.3 2 193.4 3 126.4 8 458.7 2011 2 931.8 3 725.8 3 752.5 2 359.8 3 132.8 8 797.9 2012 2 987.0 3 740.3 4 137.6 2 429.5 3 148.8 9 197.7 Sumber: BPS (2015)

Berdasarkan data pada Tabel 1 di atas, kelapa yang merupakan tanaman perkebunan rakyat terbesar nomor dua, tidak banyak mengalami peningkatan dari segi luas areal dan jumlah produksi meskipun telah melewati beberapa tahun, sedangkan untuk kelapa sawit mengalami peningkatan luas areal dan produksi dan perkebunan karet mengalami peningkatan produktivitas. Produksi kelapa cukup banyak dari tahun ke tahun dan cenderung konstan. Perkembangan yang lambat tersebut terjadi karena tidak banyak yang memanfaatkan nilai ekonomis kelapa daripada perkebunan lain. Potensi yang belum termanfaatkan tersebut bisa terjadi karena tidak banyak perusahaan yang bergerak dalam pengolahan produk tanaman kelapa atau masyarakat yang tidak mengerti nilai bisnis dari produk dan pasar potensialnya.

(16)

2

Potensi perkebunan kelapa di Indonesia tersebar di seluruh daerah di Nusantara. Hal tersebut karena iklim yang cocok dan dataran rendah yang luas.

Hampir seluruh provinsi di Indonesia terdapat tanaman kelapa yang secara umum tumbuh liar dan sedikit yang diusahakan. Provinsi Jawa Barat merupakan penghasil buah kelapa yang cukup banyak dengan total produksi pada tahun 2012 mencapai 108 400 ton. Dari potensi produksi kelapa di Jawa Barat tersebut, terdapat kabupaten dengan produksi terbanyak. Terdapat lima kabupaten penghasil kelapa terbanyak di Jawa Barat mulai dari Tasikmalaya, Ciamis, Sukabumi, Cianjur, dan Bogor. Kabupaten Bogor merupakan penghasil kelapa dengan produksi pada tahun 2012 sebesar 16 208 ton (BPS 2013). Pada Tabel 2 menyajikan data perbandingan produksi kelapa dengan komoditas potensial di Kabupaten Bogor.

Tabel 2 Produksi empat komoditas potensial di Kabupaten Bogor tahun 2012

No Komoditas Potensial Produksi (ton)

1 Cengkeh 831

2 Pala 1 352

3 Karet 3 884

4 Kelapa 16 208

Sumber: BPS Bogor (2013)

Potensi kelapa di tiap daerah termasuk Kabupaten Bogor cukup besar dibandingkan komoditas perkebunan yang lain. Perkebunan kelapa di Kabupaten Bogor mayoritas dimiliki oleh masyarakat yang biasa disebut perkebunan rakyat.

Perkebunan rakyat tersebut belum termanfaatkan maksimal. Manfaat ekonomis dari kelapa hanya sebatas kebutuhan rumah tangga dan bukan produk olahan kelapa. Perkebunan yang mayoritas dimiliki oleh masyarakat, seharusnya bisa menjadi sumber ekonomi masyarakat untuk meningkatkan kesejahteraan yang merata. Terlebih lagi, lokasi Kabupaten Bogor yang terletak dengan Ibu Kota Negara yang berpenduduk padat, dapat menjadi lokasi produksi sekaligus pemasaran yang potensial. Rencana bisnis yang baik dapat digunakan untuk mengembangkan potensi dan manfaat tersebut. Jika ada suatu usaha yang baik dan mempunyai nilai yang tinggi, maka akan mempunyai dampak kesejahteraan yang luas.

Tanaman kelapa dapat diolah menjadi produk yang mempunyai banyak manfaat. Manfaat tanaman kelapa tidak hanya terletak pada daging buah kelapa yang dapat diolah, tetapi seluruh bagian dari tanaman kelapa mempunyai manfaat yang besar yang bisa diolah atau tanpa diolah. Tanaman kelapa memiliki berbagai manfaat bagi manusia, mulai dari buah, daun, batang, sampai akarnya. Sutarmi dan Rozaline (2006) menyebutkan bahwa salah satu contoh manfaat kelapa yaitu air kelapa yang dapat digunakan sebagai minuman segar, pembuat cuka, penawar racun, dan pencegah demam. Batang pohon kelapa dapat dimanfaatkan sebagai tiang penyangga dalam pembuatan rumah, sedangkan daun kelapa sering digunakan sebagai bahan pembuat hiasan pada acara pernikahan. Banyak potensi ekonomis dari tanaman kelapa, sehingga tanaman kelapa dapat menjadi lahan kesejahteraan masyarakat yang saat ini belum termanfaatkan secara maksimal.

(17)

3 Salah satu produk olahan bernilai jual tinggi yaitu minyak kelapa murni atau lebih dikenal dengan virgin coconut oil (VCO). Minyak kelapa murni merupakan minyak kelapa yang diperoleh dari daging kelapa segar (non kopra) melalui proses dengan penggunaan panas minimal dan tanpa proses pemurnian kimiawi (Mulyawanti et al. 2006). Apabila buah kelapa diolah menjadi minyak goreng biasa, nilai tambah yang diperoleh hanya 190 persen dari harga kopra sedangkan bila diolah menjadi minyak kelapa murni, nilai tambah yang diperoleh mencapai 584 persen dari harga kopra (Rindengan dan Novarianto dalam Cahyanti 2007).

Hal tersebut karena masyarakat semakin banyak yang mengenal manfaat dari virgin coconut oil, sehingga harga produk tersebut menjadi tinggi sesuai nilai manfaat dan permintaan yang ada. Adapun berdasarkan hasil observasi, harga VCO untuk ukuran 100 mL yaitu antara Rp35 000 hingga Rp50 0001. Harga ekspor mencapai $3.5 sampai $4.6 per kilogram VCO2.

VCO sebagai produk dengan nilai jual yang tinggi dapat meningkatkan pendapatan masyarakat sekaligus menyumbangkan devisa negara. Saat ini, Indonesia yang merupakan negara penghasil kelapa yang terbesar dan terluas di dunia, mempunyai nilai tambah dari produk kelapa lebih rendah daripada Filipina (FAO dan APCC 2013). Filipina yang merupakan negara dengan produksi kelapa yang lebih rendah dari Indonesia menjadi pengembang produk olahan kelapa yang paling besar di dunia. Pada Tabel 3, data dari APCC (2014) menunjukkan nilai ekspor beberapa produk olahan kelapa antara Indonesia dengan Filipina yang merupakan dua negara dengan produksi kelapa terbesar.

Tabel 3 Perbandingan potensi kelapa antara Indonesia dengan Filipina tahun 2013

No Keterangan Satuan Nilai

Indonesia Filipina

1 Area tanaman kelapa Juta hektar 3 799 3 380

2 Total produksi kelapa Juta butir 16 235 12 573

3 Estimasi konsumsi domestik Juta butir 8 830 4 324

4 Total nilai ekspor Juta US$ 944 1 493

5 Persentase kontribusi terhadap

total ekspor Persen 0.69 3.04

Sumber: APCC (2014, diolah)

Berdasarkan Tabel 3, dapat dilihat bahwa meskipun potensi kelapa yang ada di Indonesia begitu besar, namun karena belum termanfaatkan secara maksimal mengakibatkan nilai yang diperoleh lebih sedikit daripada Filipina yang potensinya lebih rendah. Konsumsi domestik di Indonesia lebih banyak, hal tersebut juga terkait dengan jumlah penduduk, sehingga pasar domestik juga cukup besar. Kemudian untuk produk VCO, FAO dan APCC (2013) menyebutkan bahwa berdasarkan data dari Filipina, negara tujuan ekspor utama VCO yaitu USA, Perancis, Kanada, Jerman, Inggris, New Zealand, Finlandia, dan Turki, termasuk di Asia yaitu Hongkong dan Malaysia. Karena itu, dengan produksi

1 www.tokopedia.com, www.alibaba.com, Sumber Rejeki

2 Presentasi Market and Trade of Coconut Products, Bangkok, Thailand, APCC 2013

(18)

4

kelapa sebagai bahan baku VCO yang cukup besar, seharusnya pengolahan VCO mendapatkan nilai yang tinggi dari pasar domestik maupun pasar ekspor yang masih besar.

Untuk mendapatkan keuntungan dari pasar VCO yang cukup besar, sebuah usaha yang dikembangkan harus disesuaikan dengan kebutuhan usaha dan juga kebutuhan masyarakat terkait sumber daya yang dimiliki masyarakat. Perencanaan bisnis yang baik diperlukan untuk menentukan cara yang tepat dalam mengembangkan usaha pengolahan virgin coconut oil yang berkelanjutan. Solihin (2007) berpendapat bahwa rencana usaha yang dimiliki perusahaan akan mencerminkan antisipasi tanggapan yang akan diberikan oleh perusahaan terhadap perkembangan lingkungan. Berdasarkan keadaan sumber daya perkebunan kelapa di Kabupaten Bogor, maka perencanaan bisnis yang dirancang harus melibatkan masyarakat untuk mendapatkan kapasitas yang sesuai.

Perencanaan bisnis yang dirancang haruslah mempunyai aspek manajemen kemitraan dengan masyarakat pemilik perkebunan kelapa yaitu koperasi.

Sebuah bisnis dengan bentuk koperasi untuk mengembangkan agribisnis di Indonesia termasuk komoditas kelapa sangat baik dilakukan. Menurut Baga (2013) kondisi agribisnis di Indonesia yang merupakan usaha paling banyak dilakukan oleh masyarakat Indonesia mengalami penurunan kualitas. Penurunan kualitas tersebut akibat kualitas sumber daya manusia pengelola pertanian yang menurun. Oleh karena itu, bentuk koperasi merupakan bentuk usaha yang paling tepat untuk mengembangkan pertanian di Indonesia seperti pada banyak negara di dunia (Baga 2013). Selain itu, menurut Baga (2013) bahwa keberhasilan koperasi tergantung pada pemimpin yang memiliki jiwa wirakoperasi. Berdasarkan kondisi sumberdaya kelapa dan manfaat koperasi, maka pemimpin berjiwa wirakoperasi sangat dibutuhkan.

Perumusan Masalah

Potensi produk olahan kelapa sangat besar. Salah satu produk olahan kelapa yang berpotensi besar yaitu virgin coconut oil (VCO). Hal tersebut karena VCO mempunyai manfaat yang sangat baik untuk kesehatan. Pasar VCO masih terbuka mulai dari dalam negeri hingga keluar negeri. Pada Tabel 4, impor minyak kelapa murni dan minyak sejenis membuktikan bahwa Indonesia yang merupakan negara dengan area produksi terbesar di dunia masih mengimpor minyak kelapa yang seharusnya dapat diproduksi sendiri. Data tersebut menunjukkan bahwa pasar VCO di dalam negeri masih terbuka. Selain itu, pasar di luar negeri juga terbuka lebar. Pasar VCO di luar negeri yaitu USA, Perancis, Kanada, Jerman, Inggris, New Zealand, Finlandia, dan Turki (FAO dan APCC 2013). Negara tujuan ekspor tersebut merupakan negara-negara yang beriklim subtropis dan beriklim sedang yaitu iklim yang buruk untuk perkembangan kelapa. Gambar 1 menunjukkan permintaan di Eropa akan terus berkembang, sehingga pasar ekpor untuk produk VCO juga terbuka lebar.

(19)

5 Tabel 4 Impor minyak kelapa murni, zaitun, dan minyak sejenis lainnya

oleh Indonesia pada tahun 2008-2011

Tahun Nilai ($ 000) Jumlah

2008 2209 648

2009 1735 468

2010 2481 601

2011 4209 974

Sumber: FAOSTAT (2015)

Sumber: PCA dalam CBI (2011)

Gambar 1 Negara Eropa pengimpor VCO terbanyak dari Filipina dengan jumlah impor tahun 2007-2011

Sebagai negara tropis, Indonesia memiliki keunggulan sumber daya kelapa yang telah ada dalam jumlah besar. Apabila produk olahan VCO diusahakan, maka harus mampu menjadi sumber ekonomi yang baik untuk masyarakat.

Potensi kelapa di Indonesia sangat tinggi, termasuk Kabupaten Bogor yang memiliki potensi tanaman kelapa cukup besar. Akan tetapi potensi tersebut belum termanfaatkan secara maksimal. Potensi ekonomis kelapa dari masyarakat hanya sebagai kebutuhan rumah tangga atau dijual mentah tanpa diolah kepada pedagang pengumpul sehingga harga jual yang didapatkan cukup murah. Padahal, dengan lokasi Kabupaten Bogor yang dekat dengan Ibu Kota Indonesia yang mempunyai penduduk padat, dapat menjadi lokasi produksi dan pemasaran yang baik untuk produk olahan kelapa yaitu VCO.

Perusahaan pengolahan kelapa dengan tujuan komersial di Indonesia mulai bermunculan. Berdasarkan observasi, perusahaan pengolah produk kelapa masih banyak yang berbentuk usaha pribadi dengan bentuk badan usaha PT, CV, dan UD. Sebagai contoh yaitu PT Bogor Agro Lestari (PT BAL) yang dijelaskan oleh Khairani (2007). Khairani menjelaskan bahwa PT BAL memproduksi VCO untuk kebutuhan Jabodetabek dan sekitarnya dengan mendapatkan pasokan kelapa yang akan diolah dari Ciamis. Hal tersebut kurang mempunyai dampak kesejahteraan

0 50 100 150 200 250 300

2007 2009 2011

Germany Belgium UK Netherlands Finland

(20)

6

yang luas pada masyarakat daerah Kabupaten Bogor karena persediaan bahan baku dari Ciamis. Oleh karena itu, untuk memanfaatkan potensi kelapa masyarakat yang telah ada agar menjadi produk olahan VCO di Kabupaten Bogor, diperlukan suatu usaha yang bisa memberdayakan masyarakat untuk saling membantu yaitu usaha dengan prinsip koperasi.

Usaha dalam bentuk koperasi untuk pengolahan VCO memerlukan sebuah perencanaan bisnis yang baik. Berdasarkan potensi kelapa yang dimiliki masyarakat, menyebabkan sebuah bisnis dalam bentuk koperasi memerlukan seorang yang berjiwa wirakoperasi. Wirakoperasi dibutuhkan untuk menciptakan bisnis pengolahan VCO dengan bentuk lembaga koperasi yang sustainable dan mempunyai skala usaha yang menguntungkan di Kabupaten Bogor. Oleh karena itu, pendekatan wirakoperasi menjadi salah satu faktor perencanaan bisnis koperasi yang penting.

Berdasarkan penjelasan tersebut, dapat disimpulkan bahwa perumusan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut.

1. Apakah bisnis pengolahan VCO dengan bentuk badan usaha koperasi dapat diimplementasikan dengan baik di wilayah Kabupaten Bogor?

2. Seberapa jauh keuntungan petani, apabila bisnis dikelola bersama dengan pendekatan wirakoperasi?

Tujuan Penelitian

Bedasarkan perumusan masalah yang telah dikemukakan pada subbab di atas, maka penelitian ini mempunyai tujuan sebagai berikut.

1. Merumuskan perencanaan bisnis pengolahan VCO di wilayah Kabupaten Bogor dengan bentuk lembaga koperasi yang dapat memberi keuntungan.

2. Menganalisis manfaat pendekatan wirakoperasi dalam bisnis dari perusahaan pengolahan virgin coconut oil terhadap peningkatan pendapatan petani kelapa.

Manfaat Penelitian

Manfaat dari penelitian ini adalah sebagai berikut.

1. Bagi petani

Petani diharapkan mendapat manfaat dengan meningkatnya ilmu perencanaan bisnis dan manajemen serta pengetahuan mengenai produk olahan kelapa yang potensial.

2. Bagi investor

Mendapatkan informasi mengenai potensi dan prospek produk olahan tanaman kelapa sebagai acuan untuk keputusan berinvestasi.

(21)

7

TINJAUAN PUSTAKA

Manfaat Virgin Coconut Oil

Virgin coconut oil (VCO) berdasarkan BSN (2008) yaitu “…minyak yang diperoleh dari daging buah kelapa (Cocos nucifera L) tua yang segar dan diproses dengan diperas dengan atau tanpa penambahan air, tanpa pemanasan atau pemanasan tidak lebih dari 60 0C dan aman dikonsumsi manusia”. Adapun definisi minyak kelapa murni (VCO) menurut APCC (Asian and Pacific Coconut Community) adalah minyak yang dihasilkan dari daging kelapa segar yang berasal dari kelapa yang matang, diproses dengan cara mekanis dan senatural mungkin, sehingga tidak membuat minyak yang dihasilkan berubah (Indriani 2006). Selain itu, Sutardi et al. (2008) menjelaskan bahwa VCO merupakan minyak kelapa yang dibuat tanpa menggunakan panas, sehingga diharapkan tidak banyak mengalami perubahan baik komponen penyusun maupun sifat fisik dan kimia pada minyak VCO. Berdasarkan beberapa definisi tersebut, VCO merupakan minyak yang sangat baik karena tidak mengalami pemrosesan yang dapat merubah kandungan baik yang ada di dalamnya.

VCO mempunyai banyak manfaat dari zat gizi yang terkandung di dalamnya. Kandungan asam lemak rantai sedang tidak membahayakan kesehatan manusia dan tidak meningkatkan kadar kolesterol. Kandungan asam lemak rantai sedang dapat meningkatkan fungsi semua kelenjar endokrin, organ, dan jaringan tubuh (Sulistyo dalam Indriani 2006). VCO mengandung asam laurat tinggi (sampai 50 persen) jika digunakan untuk pengobatan akan meningkatkan ketahanan tubuh terhadap penyakit-penyakit yang mematikan. Asam kapriat yang terkandung dalam VCO membentuk monocaprin pada tubuh manusia yang terbukti antivirus (Indriani 2006). Selain itu, VCO juga bermanfaat sebagai kosmetik, menyehatkan kulit kepala dan rambut, obat kanker, obat liver, obat diabetes, dan sebagainya.

Berdasarkan banyak manfaat tersebut, VCO banyak dikonsumsi sebagai obat-obatan herbal untuk menyembuhkan berbagai penyakit maupun sebagai kosmetik. Manfaat VCO yang begitu banyak tersebut mengakibatkan pasar domestik maupun luar negeri terbuka lebar. Terlebih lagi, dengan pertumbuhan penduduk yang meningkat, maka kebutuhan produk kesehatan semakin banyak dibutuhkan banyak orang. Di Indonesia sendiri saat ini banyak terdapat industri pengolahan VCO dengan skala yang kecil. Menurut Cahyanti (2007), terdapat 48 perusahaan pengolahan kelapa menjadi VCO dan pengolahan VCO menjadi produk turunan. Cahyanti (2007) juga menyatakan bahwa pertumbuhan industri VCO di Indonesia tergolong cepat. Hal ini didukung oleh teknologi yang sederhana dan modal yang tidak terlalu besar dalam berproduksi VCO, sehingga fenomena kejenuhan pasar dalam negeri tidak bisa dihindari. Oleh karena itu, perusahaan mempunyai pilihan yaitu menginovasikan produk tersebut atau membuka pasar yang baru.

(22)

8

Pentingnya Perencanaan Bisnis

Untuk memulai suatu bisnis, perlu dilakukan suatu rancangan perkiraan- perkiraan yang harus disiapkan sebelum memulai kegiatan bisnis. Menurut Solihin (2007), bahwa rencana usaha yang dimiliki perusahaan akan mencerminkan antisipasi tanggapan yang akan diberikan oleh perusahaan terhadap perkembangan lingkungan. Hal tersebut agar kegiatan dapat berlangsung mendekati yang diinginkan pelaku bisnis. Rencana tersebut tertulis dalam dokumen yang menjelaskan rencana perusahaan atau pengusaha tentang peluang- peluang usaha, keunggulan bersaing, serta berbagai langkah yang harus dilakukan.

Selain itu, perencanaan bisnis dapat digunakan sebagai alat untuk mencari pinjaman dari pihak ketiga, seperti pihak perbankan, investor, lembaga keuangan, dan sebagainya (Rangkuti 2010).

Miller (2008) menjelaskan, perencanaan bisnis mempunyai tujuan sebagai berikut.

1. Sebagai panduan bisnis karena mengandung strategi jangka panjang untuk mencapai tujuan bisnis.

2. Sebagai tuntunan aktivitas karyawan dan juga motivasi dengan menyajikan cara pencapaian target bisnis.

3. Sebagai dokumen yang dapat disajikan kepada kreditor dan investor potensial bahwa sebuah bisnis mempunyai risiko rendah dengan potensi besar, sehingga kreditor dan investor dapat menyediakan dana untuk mengembangkan sebuah bisnis.

Perencanaan bisnis memang sangat penting dilakukan sebelum memulai bisnis agar keuntungan bisnis yang didapat mendekati pada yang telah direncanakan. Perencanaan bisnis penting dilakukan pada pengembangan bisnis dan juga pada bisnis baru. Perencanaan bisnis pada kedua macam bisnis tersebut memiliki perbedaan rancangan berdasarkan data yang mendukung analisis.

Menurut Solihin (2007), bahwa perusahaan yang sudah berjalan dan akan dikembangkan telah memiliki data historis, sehingga pengembangan bisnis baru memiliki keterkaitan sangat erat dengan rencana strategis perusahaan yang didukung oleh usaha yang ada sebelumnya. Sedangkan usaha yang benar-benar baru dan akan dikembangkan oleh wirausahawan belum memiliki data-data historis, sehingga laporan keuangan yang disusun dalam rencana bisnis untuk kategori usaha baru hanya memiliki proyeksi laporan keuangan.

Perencanaan bisnis mencakup uraian gambaran umum rencana, kondisi perusahaan, produk atau jasa yang akan diberikan oleh perusahaan, kondisi pasar, kondisi manajemen, kondisi keuangan, kondisi operasional, strategi untuk pengembangan di masa yang akan datang, informasi keuangan yang dibutuhkan dan lampiran-lampiran. Menurut Rangkuti (2010) terdapat empat hal yang harus ada dalam perencanaan bisnis, yaitu sebagai berikut.

1. Penjelasan mengenai bisnis yang direncanakan dan rencana yang bersifat strategis.

2. Rencana pemasaran.

3. Rencana manajemen keuangan.

4. Rencana manajemen operasional.

(23)

9 Peran Wirakoperasi dalam Pengembangan Agribisnis

Karakter wirakoperasi digambarkan sebagai karakter dengan locus of control yang sangat internal, mempunyai need for achievement yang tinggi, sikap altruisme yang tinggi, perilaku kepemimpinan yang efektif dengan orientasi pada tugas dan manusia secara seimbang. Upaya untuk mengembangkan wirakoperasi yang bergerak dalam bidang agribisnis harus terbentuk sistem pembinaan sumber daya manusia pengembang agribisnis yang dilaksanakan secara simultan mulai dari tahap perencanaan, pelaksanaan, sampai tahap evaluasi. Pengetahuan dan pemahaman akan usaha bersama (co-operative business) menjadi penekanan utama dalam membina sumber daya penggerak agribisnis karena pengembangan agribisnis di Indonesia akan sulit dilakukan jika dilakukan secara sendiri-sendiri, melainkan harus bersama-sama dan berkelompok yang akan menghasilkan suatu sinergi (positive sum game) (Baga 2011).

Pada penelitian Baga (2011) yang berjudul Profil dan Peran Wirakoperasi dalam Pengembangan Agribisnis membahas mengenai profil empat belas responden yang bergerak di berbagai usaha komoditas agribisnis pertanian.

Berdasarkan penelitian dari ke empat belas responden tersebut, hanya ada tiga responden dengan karakter wirakoperasi. Menurut Baga (2011), perlu adanya pengembangan wirakoperasi dari karakter yang dapat disimpulkan dalam penelitian terutama bagi generasi muda agar dapat berperan bagi pengembangan sektor agribisnis di Indonesia. Baga (2011) juga mengusulkan metode pengembangan wirakoperasi untuk meningkatkan potensi agribisnis melalui ketua gapoktan. Ketua gapoktan yang keberadaannya sering menjadi panutan perlu dilatih melalui pelatihan kepemimpinan wirakoperasi. Pada penelitian Baga (2013), menyebutkan bahwa wirakoperasi berperan penting dalam mengembangkan agribisnis di Indonesia karena kondisi pertanian di Indonesia yang masih dilakukan sendiri-sendiri dengan skala kecil dan dengan SDM yang kurang baik. Penelitian Baga (2013) menyebutkan bahwa dari ke tiga puluh koperasi yang diteliti, hanya sepuluh yang menampakkan ciri-ciri adanya wirakoperasi. Berdasarkan hal tersebut, memang wirakoperasi belum tentu ada di setiap koperasi. Adanya wirakoperasi harus dikembangkan karena akan sangat mendukung perkembangan agribisnis Indonesia.

Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Fajrian (2013) yang berjudul Peran Wirakoperasi dalam Pengembangan Agribisnis Tanaman Hias di CV Bunga Indah Farm Kabupaten Sukabumi peneliti membahas mengenai dampak seorang pengusaha wirakoperasi terhadap peningkatan penghasilan petani. Wahyudin yang merupakan pendiri CV Bunga Indah Farm yang dibentuk pada tahun 2000 dengan kegiatan usaha berupa membuat inovasi tanaman hias dengan bahan baku tanaman pagar pekarangan rumah. Selama tiga tahun perusahaan ini memiliki jumlah petani yang bermitra sebanyak 2 000 petani yang tergabung dalam kelompok tani di wilayah Lampung, Jawa Barat dan Jawa Tengah.

Konsep yang diterapkan CV Bunga Indah Farm (CV BIF) yaitu konsep kekeluargaan dengan target perusahaan. Konsep tersebut membuat perusahaan tetap berorientasi pada anggota, namun juga tercapainya target perusahaan.

Penerapan konsep wirakoperasi dalam usaha CV BIF memberikan dampak yang baik dengan memunculkan mata pencaharian baru yang melibatkan banyak orang

(24)

10

dan menguntungkan. Bisnis yang dibangun Wahyudin bukan hanya menguntungkan dirinya sendiri, namun juga menguntungkan petani mitra.

KERANGKA PEMIKIRAN

Kerangka Pemikiran Teoritis

Perencanaan Bisnis

Perencanaan bisnis mencakup uraian gambaran umum rencana, kondisi perusahaan, produk atau jasa yang akan diberikan oleh perusahaan, kondisi pasar, kondisi manajemen, kondisi keuangan, kondisi operasional, strategi untuk pengembangan di masa yang akan datang, informasi keuangan yang dibutuhkan dan lampiran-lampiran. Perencanaan bisnis dapat digunakan sebagai alat untuk mencari pinjaman dari pihak ketiga, seperti pihak perbankan, investor, lembaga keuangan, dan sebagainya (Rangkuti 2010).

Menurut Solihin (2007), meskipun terdapat variasi dalam penyusunan rencana bisnis, tetapi sebuah rencana bisnis yang baik sekurang-kurangnya akan mencantumkan tujuh elemen pokok, yaitu:

1. Ringkasan eksekutif yang merangkum secara singkat seluruh isi rencana bisnis baik yang menyangkut tujuan usaha, strategi usaha, tujuan penyusunan rencana bisnis, uraian umum usaha, rencana pemasaran, rencana produksi, rencana keuangan, dan risiko-risiko usaha di masa depan.

2. Uraian umum usaha (general business description) yang akan dijalankan.

Uraian umum usaha akan menguraikan beberapa hal sebagai berikut.

a. Usaha yang akan dijalankan sekaligus menjelaskan barang atau jasa yang dihasilkan oleh perusahaan.

b. Tujuan yang ingin dicapai perusahaan beserta strategi untuk mencapai tujuan tersebut.

c. Keadaan perkembangan usaha perusahaan sampai pada saat rencana bisnis disusun serta proyeksi usaha perusahaan di masa mendatang yang dikaitkan dengan tujuan dan strategi perusahaan.

d. Target pasar perusahaan.

e. Nilai yang ditawarkan perusahaan kepada pasar sasaran untuk dapat meraih keunggulan bersaing (competitive advantage).

f. Lokasi usaha tersebut yang akan dijalankan. Hal ini berkaitan dengan pemilihan lokasi tempat usaha serta berbagai penjelasan yang logis tentang alasan usaha dijalankan di lokasi yang dipilih.

g. Sumber daya manusia yang akan menjalankan kegiatan usaha. Pada bagian ini, uraian umum usaha akan menjelaskan manajemen inti dan tokoh kunci (key person) di dalam perusahaan yang akan terlibat dalam pengurusan perusahaan.

(25)

11 h. Bentuk badan usaha atau badan hukum yang dipilih oleh perusahaan untuk

menjalankan usaha.

i. Proses bidang fungsional manajemen akan dijalankan.

3. Rencana pasar dan pemasaran akan menjelaskan pasar sasaran yang dipilih serta bauran pemasaran yang dibuat perusahaan untuk memenuhi kebutuhan dan keinginan konsumen, anggaran penjualan, dan sebagainya.

4. Rencana teknik dan teknologi menjelaskan antara lain proses produksi, bagaimana perusahaan menjaga kualitas produk, memperoleh pasokan bahan baku, pertimbangan pemilihan lokasi pabrik, anggaran produksi, dan sebagainya.

5. Rencana keuangan antara lain berisi proyeksi keuangan yang menunjukkan ekspektasi laba dari usaha yang akan dijalankan dalam beberapa tahun awal operasionalnya, proyeksi arus kas (cash flow), dan sebagainya.

6. Rencana manajemen dan organisasi antara lain berisi uraian mengenai jumlah personil yang dibutuhkan untuk menjalankan usaha, spesifikasi apa yang dibutuhkan oleh masing-masing personil tersebut dilihat dari pengetahuan, keahlian, dan kemampuan yang dibutuhkan, anggaran tenaga kerja yang juga berisi proyeksi kebutuhan tenaga kerja dalam lima tahun ke depan, dan sebagainya.

7. Risiko-risiko utama yang dihadapi perusahaan di masa depan dan cara antisipasi untuk menghadapi risiko tersebut di masa yang akan datang.

Aspek Rencana Pemasaran

Solihin (2007) menjelaskan bahwa aspek pemasaran menempati bagian pertama dalam pemaparan rencana bisnis karena kejelasan tentang pasar yang dituju, produk yang akan dibuat, dan bauran pemasaran dari produk harus sudah jelas untuk bisa melakukan perencanaan pada aspek lain. Menurut pemaparan Solihin (2007), rencana pemasaran didasarkan pada peluang pasar, bauran pemasaran, dan produk yang akan memasuki pasar. Peluang pasar dianalisis untuk mengetahui pasar produk VCO dari data-data yang dapat menunjukkan kebutuhan pasar atau permintaan pasar. Menurut Miller (2008), bahwa bagian peluang adalah mendeskripsikan peluang pasar untuk meyakinkan para investor dan kreditor potensial bahwa terdapat peluang yang signifikan untuk dikejar.

Kotler dan Keller (2009) menjelaskan bahwa segmentasi pasar dilakukan karena tidak semua orang menyukai produk tertentu, sehingga dengan memeriksa perbedaan-perbedaan itu, perusahaan dapat memutuskan segmen yang menyajikan peluang terbesar dan menjadi pasar sasaran atau target pasar. Selanjutnya, apabila pasar sasaran telah ditentukan, perusahaan mengembangkan tawaran pasar yang merupakan penawaran manfaat produk yang akan didapatkan oleh pasar sasaran.

Marketing mix atau bauran pemasaran diperlukan untuk menjelaskan produk pada kelompok pasar tertentu.

Berdasarkan fungsi dari VCO yaitu sebagai obat herbal, VCO mempunyai konsumen tertentu yang peduli kesehatan. Cara menganalisis konsumen VCO, dapat melalui berbagai berita yang tersebar di media cetak maupun internet. Data yang didapatkan melalui media cetak maupun internet kemudian dianalisis oleh perusahaan yang hasilnya akan menjadi acuan tindakan pemasaran produk. Selain

(26)

12

itu, masih banyak cara lain untuk mendapatkan data, yaitu bergabung dengan komunitas perusahaan produk sejenis, mengakses kementerian perdagangan, dan observasi ke toko obat herbal. Menurut Miller (2008) bahwa ada beberapa hal yang dapat dilakukan untuk memastikan pasar yaitu sebagai berikut.

1. Membaca, sebagian besar industri biasanya memiliki suatu terbitan niaga yang menyediakan informasi periodik tentang konsumen dan perusahaan dalam bidang tersebut.

2. Surfing di dunia maya, semakin banyak informasi yang beralih dari media cetak ke bentuk online.

3. Partisipasi, jika terdapat asosiasi dagang perusahaan sejenis, maka lebih baik bergabung untuk mendapatkan banyak informasi.

4. Kunjungan, berkunjung ke tempat penjualan atau ke tempat berkumpulnya konsumen dapat memberikan informasi tambahan.

5. Mendengar, usulan bisa datang dari mana saja termasuk karyawan, distributor, maupun konsumen. Oleh karena itu, harus selalu siap untuk menerima masukan dari mana pun.

Aspek Rencana Produksi

Rencana produksi dilakukan dengan dasar bahwa bahan baku akan mempunyai nilai tambah apabila diubah menjadi produk tertentu. Sesuai dengan Haming dan Mahfud (2007), bahwa fungsi produksi menciptakan kegunaan bentuk, yaitu meningkatkan nilai suatu benda melalui penyempurnaan yang dilakukan oleh aktivitas produksi. Haming dan Mahfud (2007) menjelaskan bahwa manajemen produksi untuk mengolah masukan menjadi keluaran dengan nilai tambah yang semakin berdaya saing perlu dilakukan manajemen yang baik antara lain pada perencanaan produksi terkait mutu produk, desain produk dan jasa, penentuan kapasitas produksi, pemilihan lokasi produksi, menentukan letak fasilitas, dan manajemen sumber daya manusia fungsi operasional.

Jumlah produksi VCO yang dilakukan oleh perusahaan disesuaikan dengan target bisnis agar bisnis mempunyai keuntungan yang cukup besar untuk pengelola bisnis. Menurut Haming dan Mahfud (2007) terdapat beberapa metode kualitatif untuk menentukan jumlah produksi yaitu metode akar rumput, metode riset pasar, metode kesepakatan panel, analogi historis, dan metode Delphi.

Rencana jumlah produksi pada perencanaan ini diperoleh berdasarkan riset pasar yang diterangkan pada peluang pasar yang berada rencana pemasaran. Haming dan Mahfud (2007) juga menyebutkan bahwa kapasitas produksi pabrik berdasarkan jumlah unit tertentu yang dapat dihasilkan, ditangani, diterima, disimpan, atau diakomodasi dalam waktu tertentu. Oleh karena itu, pabrik harus mampu menampung sesuai target jumlah produksi tertentu.

Tata letak pabrik pengolahan bisa berbagai macam model. Adapun pada pabrik pengolahan VCO, tata letak pabrik berdasarkan Haming dan Mahfud (2007) mengenai tata letak berorientasi produk. Tata letak tersebut yaitu penataan yang dipergunakan apabila: a) produk yang dihasilkan terstandarisasi dan ragamnya terbatas; b) volume produksi tinggi dengan variabilitas desain terbatas;

c) urutan pengerjaan tetap; dan d) proses produksi bersifat berkesinambungan.

(27)

13 Pengolahan virgin coconut oil (VCO) berkualitas baik akan dapat menjaga stabilitas konsumen. Kualitas produk VCO yang baik diatur dalam berbagai referensi yang terkandung dalam SNI 7381:2008. SNI VCO tersebut juga merupakan acuan standar oleh APCC yang dipakai untuk menentukan standar VCO internasional. Ruang lingkup SNI untuk virgin coconut oil yaitu menetapkan syarat mutu, pengambilan contoh, cara uji, higiene, minyak kelapa virgin (VCO) (BSN 2008). Kemudian, sertifikasi dari BPOM Kementerian Kesehatan diperlukan untuk mendapatkan sertifikat keamanan produk pangan dan obat.

Sertifikasi dari BPOM didapatkan dengan mendaftar dan membayar biaya tertentu yang diatur dalam PP RI no. 48 Tahun 2010 tentang Jenis dan Tarif atas Jenis Penerimaan Negara Bukan Pajak yang berlaku Pada Badan Pengawas Obat dan Makanan.

Aspek Rencana Organisasi dan Sumber Daya Manusia

Perencanaan sumber daya manusia berdasarkan Siagian (2008) diawali dari inventarisasi sumber daya manusia yang telah ada dalam organisasi. Kemudian dilanjutkan dengan perencanaan peningkatan produktivitas dari sumber daya manusia yang ada. Target masa depan yang mempengaruhi kinerja perusahaan akan memerlukan perencanaan tentang cara memperoleh tenaga kerja yang diperlukan sesuai kebutuhan perkembangan perusahaan.

Badan usaha yang dituju dari perencanaan ini yaitu badan usaha berbentuk koperasi. Melalui bentuk koperasi, pendapatan yang diperoleh oleh perusahaan dapat disalurkan kepada anggota secara merata sehingga kesejahteraan anggota terjamin. Bentuk usaha koperasi dipilih dengan maksud agar anggota yang juga sebagai pemilik, mempunyai tanggung jawab pada keberlangsungan usaha yang dijalankan. Hal ini karena mereka sendirilah yang mempunyai peran besar untung atau rugi perusahaan. Setiap anggota usaha koperasi diharapkan mempunyai moral untuk saling menjaga keberlangsungan usaha karena usaha merupakan milik bersama. Sesuai dengan Ropke (2000) bahwa anggota koperasi akan melakukan pengawasan yang tinggi karena anggota koperasi bukan hanya pengguna jasa, melainkan menjadi pemiliknya. Hal tersebut merupakan identitas koperasi, sehingga apabila salah satu anggota menghambat jalannya keberlangsungan produksi atau seluruh rangkaian kegiatan koperasi, seluruh anggota akan merasakan dampak kerugian bersama dan akan memberi peringatan.

Wirakop dalam oraganisasi dan sumber daya manusia merupakan seorang pengusaha yang mengajak pada kesejahteraan bersama dengan sistem koperasi.

Bentuk badan usaha yang biasa didirikan oleh seorang wirakop yaitu koperasi.

Wirakop mempunyai fungsi sebagai pemimpin dan juga sebagai penggerak koperasi tersebut. Sesuai dengan karakter yang disebutkan Baga (2011) bahwa karakter wirakoperasi digambarkan sebagai karakter yang seimbang antara orientasi pencapaian dan orientasi sosial. Oleh karena itu, dengan adanya wirakoperasi diharapkan sebuah usaha mampu bergerak maju bersama, sehingga berdaya saing tinggi. Usaha agribisnis pengolahan VCO dengan wirakoperasi akan mempunyai daya saing. Wirakop mempunyai pengetahuan terhadap produk beserta pasarnya. Sehingga dengan perencanaan bisnis, dapat dipastikan sebuah usaha akan berjalan baik dan menguntungkan. Selain itu, kekuatan petani

(28)

14

merupakan kekuatan yang besar karena mempengaruhi kelangsungan produksi dan bahan baku. Usaha yang dilakukan secara bersama dalam bentuk koperasi, diharapkan mempunyai daya saing terhadap usaha sejenis. Menurut Baga (2011), bahwa pengembangan agribisnis di Indonesia akan sulit dilakukan jika dilakukan secara sendiri-sendiri, melainkan harus bersama-sama dan berkelompok yang akan menghasilkan suatu sinergi (positive sum game).

Baga (2013) berpendapat bahwa seorang berjiwa wirakoperasi akan menjadi pemimpin yang bukan hanya fokus pada kesejahteraan diri sendiri tetapi lebih pada kesejahteraan bersama dengan anggotanya. Baga (2013) juga menyebutkan bahwa tidak pada semua sampel koperasi mempunyai pemimpin yang berjiwa wirakoperasi, namun koperasi dengan pemimpin berjiwa koperasi akan menemui perkembangan usaha yang memuaskan. Selain itu, Baga (2013) juga menyebutkan bahwa pertanian di Indonesia masih sangat perlu dikembangkan dengan sistem koperasi dan mempunyai pemimpin koperasi yang berjiwa wirakoperasi dan berpengetahuan lebih.

Aspek Rencana Manajemen Risiko

Manajemen risiko diperlukan untuk mengantisipasi dan memperkecil kerugian akibat risiko yang telah dianalisis. Risiko berhubungan dengan ketidakpastian suatu kejadian meskipun seluruh proses telah direncanakan dengan baik. Sejalan dengan Fahmi (2010) yang menjelaskan bahwa risiko adalah bentuk ketidakpastian tentang suatu keadaan yang akan terjadi di masa depan dengan keputusan yang diambil berdasarkan berbagai pertimbangan pada saat ini.

Berdasarkan pengertian tersebut, risiko pasti merupakan keadaan berbeda dengan yang telah diperkirakan saat ini, sehingga manajemen risiko diperlukan.

Berdasarkan Solihin (2007) risiko yang mungkin terjadi pada perusahaan yaitu antara lain:

a. Risiko murni

Risiko dari suatu keadaan yang hanya ada satu kemungkinan bagi perusahaannya yaitu rugi atau tidak, yang pada hal ini berhubungan dengan kejadian yang tidak dapat dipastikan dan tidak dapat diatasi yang menyebabkan perusahaan pasti rugi.

b. Risiko spekulasi

Risiko yang hanya ada satu kemungkinan yaitu rugi atau tidak, yang dalam hal ini hanya dugaan spekulasi tanpa perhitungan.

c. Risiko strategis

Risiko akibat ketidakpastian terhadap hasil yang akan diperoleh dari tujuan dan implementasi strategi yang telah dilakukan perusahaan.

d. Risiko operasional

Risiko yang berasal dari aktivitas operasional organisasi perusahaan.

Fahmi (2010) membedakan risiko berdasarkan sektor yang sesuai dengan kegiatan bisnis. Pengolahan VCO merupakan perusahaan pada sektor makanan dan minuman, sehingga akan mengalami beberapa keadaan yang dapat menjadi risiko. Keadaan tersebut menurut Fahmi (2010) yaitu antara lain:

1. Produk memiliki kadaluarsa.

(29)

15 2. Produk tergantung oleh bahan baku hasil alam seperti pertanian, sehingga jika

terjadi gagal panen akan mengganggu produksi.

3. Perusahaan harus memiliki cadangan yang mencukupi karena usia produk singkat.

4. Produk dengan kemasan sangat dipengaruhi oleh kualitas dan desain kemasan, karena kemasan mampu mempengaruhi selera konsumen.

5. Produk makanan dan minuman harus mempunyai ciri khasnya masing- masing agar dapat dibedakan dengan produk lain yang sejenis.

6. Setiap produk makanan dan minuman harus memiliki legalitas perijinan sebagai bentuk keamanan untuk dikonsumsi oleh konsumen.

7. Produk harus selalu mengalami inovasi agar konsumen tidak mudah bosan.

Aspek Rencana Finansial

Rencana finansial menjelaskan mengenai kebutuhan dana dan aliran dana dari perusahaan untuk beroperasi selama setahun. Pada rencana finansial juga menjelaskan tentang proyeksi keuntungan dari bisnis yang dijalankan.

Keuntungan yang diperoleh diproyeksikan dengan arus kas, laporan laba/rugi, dan kriteria investasi. Kriteria investasi berdasarkan Nurmalina et al (2010) antara lain yaitu terdiri atas net present value (NPV), Internal Rate Return (IRR), net B/C, gross B/C, payback period.

Cash flow merupakan aliran kas yang terdiri dari penerimaan dan pengeluaran dalam segala aktivitas bisnis. Nurmalina et al. (2010) menyebutkan bahwa aliran kas atau cash flow adalah aktivitas keuangan yang mempengaruhi posisi atau kondisi kas pada suatu periode tertentu. Pada penulisan cash flow, terdapat inflow dan outflow. Inflow atau arus penerimaan terdiri dari segala bentuk pemasukan yang dapat menambah kas selama bisnis berjalan. Komponen inflow diantaranya yaitu nilai produksi total, penerimaan pinjaman, grants, nilai sewa, dan salvage value (nilai barang belum habis pakai). Outflow atau arus pengeluaran yang dapat mengurangi jumlah kas selama bisnis berjalan. Komponen outflow diantaranya yaitu biaya investasi, biaya operasional, pembayaran bunga dari modal pinjaman, dan pajak. Cashflow disajikan dalam bentuk tabel dengan memuat komponen tersebut. Berdasarkan pada cashflow, kriteria investasi dapat dihitung.

Laporan laba/rugi digunakan untuk mengetahui besar pengeluaran tertentu dalam melakukan produksi barang dan jasa yang mempunyai nilai penjualan tertentu. Berdasarkan Nurmalina et al. (2010), susunan laporan laba/rugi berisi tentang total penerimaan pengeluaran dan kondisi keuntungan yang diperoleh suatu perusahaan dalam satu tahun akuntansi atau produksi. Laporan laba/rugi menggambarkan kinerja perusahaan dalam upaya mencapai tujuannya selama periode tertentu. Laporan laba/rugi berisi pendapatan dari penjualan barang dan jasa, yang dikurangi beban produksi dan beban keuangan.

(30)

16

Kerangka Pemikiran Operasional

Kerangka pemikiran operasional digunakan sebagai landasan yang berkaitan dengan langkah-langkah yang harus dilakukan dalam penelitian. Kerangka pemikiran operasional dimulai dari identifikasi masalah yang ada, yaitu potensi Indonesia untuk memenuhi pasar kebutuhan virgin coconut oil dalam hal ini yaitu untuk memenuhi pasar dalam negeri. Keadaan sumber daya kelapa yang mendukung dari segi luas areal dan produksi tanaman perkebunan kelapa di Kabupaten Bogor sangat besar, sehingga berpotensi besar sebagai bahan baku produk olahan. Kurangnya pengetahuan petani atau pun pengusaha swasta tentang kebutuhan pasar, mengakibatkan belum termanfaatkannya potensi kelapa secara maksimal. Selain itu, produksi VCO dengan kualitas yang belum terstandar mengurangi peluang pasar. Fenomena tersebut menunjukkan adanya potensi bisnis yang belum termanfaatkan, sehingga perlu dikembangkan dengan lebih baik.

Masih banyak potensi ekonomi dari kelapa yang belum termanfaatkan maksimal seperti dijual dalam bentuk kelapa biasa tanpa adanya pengolahan. Hal tersebut mengakibatkan harga yang diterima petani rendah. Kemudian, dengan hasil ekonomi yang rendah, kelapa menjadi komoditas yang tidak menarik yang kemudian hanya untuk pemenuhan kebutuhan rumah tangga saja, sehingga kelapa tidak dibudidayakan. Oleh sebab itu, petani tidak mempunyai suatu skala perkebunan kelapa yang luas, tetapi petani hanya mempunyai pohon kelapa di pekarangan. Berdasarkan keadaan tersebut, dengan adanya suatu usaha yang baik dengan melibatkan masyarakat, akan dapat meningkatkan harga jual kelapa.

Harga jual yang lebih tinggi, akan membuat petani termotivasi untuk meningkatkan produksi kelapa dengan lebih memperhatikan budidaya kelapa.

Oleh karena itu, perlu dibentuk sebuah model usaha pengolahan kelapa menjadi VCO berbasis cooperative entrepreneur yang direncanakan dengan baik.

Berdasarkan dari permasalahan yang ada, ide bisnis terbentuk untuk mengoptimalkan potensi sumber daya tersebut. Kemudian, langkah awal yang dilakukan adalah pengumpulan data sekunder dan data primer. Data sekunder berasal dari berbagai literatur dan lembaga penelitian. Data primer dari observasi lapang dan wawancara. Kemudian dilanjutkan dengan tahap perancangan aspek- aspek bisnis yang diawali dari rencana pemasaran yang menganalisis pasar dari industri VCO dan kebutuhan konsumen. Kemudian dilanjutkan rencana produksi yang berisi teknis, skala usaha, dan kebutuhan bahan baku dalam produksi.

Selanjutnya rencana organisasi berisi aspek legal dan kebutuhan manajemen.

Tahap terakhir yaitu rencana finansial untuk mengetahui kebutuhan biaya dan juga keuntungan dari bisnis. Berdasarkan informasi tersebut dapat disusun menjadi suatu perencanaan bisnis yang baik dan bisa diterapkan. Langkah- langkah untuk merencanakan sebuah bisnis pengolahan VCO dengan pendekatan wirakoperasi di Kabupaten Bogor tersebut berdasarkan alur kerangka pemikiran operasional penelitian yang dapat dilihat pada Gambar 2.

(31)

17

Gambar 2 Kerangka pemikiran operasional Permasalahan:

1. Produk kelapa yang belum termanfaatkan secara optimal.

2. Potensi pasar VCO yang besar di dalam maupun luar negeri.

3. Produk olahan kelapa mempunyai nilai yang lebih tinggi daripada tanpa diolah.

4. Skala usaha petani kelapa yang kecil dapat menjadi besar jika

digabungkan, sehingga petani akan mempunyai posisi tawar yang kuat.

Ide bisnis

Rencana pemasaran 1. Peluang bisnis produk

VCO.

2. Segmenting, targeting, positioning.

3. Marketing mix.

Situasi Bisnis Pengolahan VCO dan Keadaan

pertanian kelapa

Perencanaan bisnis pengolahan virgin coconut oil dengan pendekatan wirakoperasi di Kabupaten Bogor

Rencana produksi

1. Penetapan standar mutu.

2. Kebutuhan bahan baku untuk jumlah produksi tertentu.

3. Penetapan cara produksi VCO terkait standar prosedur operasional.

4. Penetapan penggunaan teknologi.

5. Layout pabrik yang akan dibangun.

Rencana organisasi dan sumber daya manusia

1. Penentuan bentuk badan usaha.

2. Perancangan kebutuhan bidang kerja dan

spesifikasi pekerjaan.

3. Penetapan jumlah kebutuhan tenaga kerja.

4. Penentuan upah tenaga kerja dan bagi hasil untuk petani anggota.

5. Perancangan sistem kerja sama antara petani dengan koperasi.

6. Perancangan sistem kerja sama petani, wirakop, dan investor.

Rencana manajemen risiko 1. Penetapan jenis risiko yang

mungkin ditemui.

2. Penetapan cara pencegahan terjadinya risiko.

3. Penetapan cara mengurangi dampak risiko.

Rencana finansial 1. Pendataan berbagai

kebutuhan investasi pabrik.

2. Perancangan biaya operasional.

3. Penetapan kebutuhan modal awal untuk skala bisnis sesuai target.

4. Penggambaran besaran keuntungan bisnis.

(32)

18

METODE PENELITIAN

Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Kabupaten Bogor terutama di wilayah barat.

Penelitian ini melibatkan petani atau warga yang membudidayakan tanaman kelapa atau mempunyai tanaman kelapa di lahannya. Pemilihan lokasi dilakukan dengan pertimbangan bahwa Kabupaten Bogor mempunyai potensi yang besar sebagai penghasil tanaman kelapa sehingga dapat dikembangkan dan menjadi objek penelitian dengan baik. Penelitian dilaksanakan pada bulan November hingga Desember 2014 untuk observasi di lingkungan petani di lokasi tujuan perencanaan bisnis. Sedangkan pengumpulan data sekunder dilakukan pada bulan November 2014 hingga Februari 2015.

Jenis dan Sumber Data

Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini bersifat kualitatif dan kuantitatif. Data kualitatif diperoleh dari keterangan kegiatan usaha yang dilakukan oleh petani mengenai keadaan usaha dan kegiatan budi daya kelapa yang dilakukan serta data lain yang berkaitan dengan penelitian. Data kuantitatif diperoleh dari hasil produksi, jumlah penjualan, harga produk, dan data lain yang berkaitan dengan penelitian.

Data yang digunakan dalam penelitian ini bersumber dari data primer dan sekunder. Data primer diperoleh dengan cara pengamatan langsung di lokasi penelitian serta wawancara dengan petani tanaman kelapa. Data sekunder diperoleh dari Badan Pusat Statistik, Kementrian Pertanian, Dinas Pertanian Provinsi Jawa Barat, perpustakaan, website ekspor impor pertanian, dan literatur yang relevan dengan penelitian.

Metode Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data ada beberapa cara. Pertama, untuk metode pengumpulan data sekunder yaitu dengan cara studi pustaka. Studi pustaka dilakukan dengan mencari informasi di perpustakaan, pencarian data di Badan Pusat Statistik, Dinas Pertanian Provinsi Jawa Barat, bergabung dengan website FAO, pencarian data pada comtrade.com dan sumber-sumber lain yang berkaitan.

Kemudian yang kedua yaitu metode pengumpulan data primer pada penelitian ini dilakukan dengan cara observasi ke lokasi potensial yang berhubungan dengan perencanaan bisnis, wawancara kepada petani yang

(33)

19 membudidayakan tanaman kelapa, wawancara kepada ketua gapoktan, dan diskusi dengan dinas terkait yang berada di Kabupaten Bogor. Wawancara dilakukan untuk mengetahui informasi produksi, produktivitas, harga komoditas di tingkat petani, dan budi daya yang dilakukan.

Metode Penulisan Perencanaan Bisnis

Data maupun informasi-informasi pendukung lainnya yang diperoleh dari penelitian diolah secara manual dan menjadi acuan perencanaan bisnis.

Perencanaan bisnis terdiri dari rencana pemasaran, rencana produksi, rencana manajemen dan organisasi, rencana manajemen risiko, dan rencana finansial.

Rencana finansial menyajikan data yang bersifat kuantitatif untuk menunjukkan kebutuhan berbagai barang investasi dan variabel produksi. Selain itu, rencana finansial juga menunjukkan tingkat keuntungan bisnis berdasarkan pada NPV, IRR, net B/C, gross B/C, payback period, cashflow, dan laporan laba rugi. Selain itu, juga dilakukan perincian pembagian hasil terhadap keuntungan yang berkaitan dengan bentuk badan usaha dan investasi dari sumber dana luar koperasi.

Rencana Pemasaran

Rencana pemasaran menentukan bentuk tindakan yang dilakukan untuk memasarkan produk berdasarkan data-data yang menunjukkan peluang pasar.

Oleh karena itu, data peluang pasar yang disajikan merupakan data yang menunjukkan kebutuhan konsumen pada suatu produk. Kemudian rencana pemasaran diawali dengan menganalisis target pasar, pengembangan pasar, serta bauran pemasaran yang dapat meningkatkan kepuasan konsumen. Strategi pemasaran terdiri atas market selection dan marketing mix development. Strategi market selection terdiri atas pengenalan peluang pasar, analisis pelanggan, dan pemilihan pasar sasaran. Kemudian, dalam strategi marketing mix development terdiri atas aspek produk, harga, promosi, dan distribusi.

Rencana Produksi

Pada aspek teknis dan produksi hal utama yang mendasari analisis pada aspek ini ialah lokasi bisnis, skala produksi, pemilihan mesin produksi dan teknologi produksi, proses produksi dan standard operating procedure, serta layout perusahaan. Hal lain yang perlu diperhatikan pada aspek perencanaan produksi yakni karakteristik produk yang dihasilkan yang mencakup standar kualitas produk, trade mark, penyimpanan, packing, dan pengiriman. Rencana bisnis yang akan dilakukan merupakan bisnis pengolahan pasca panen pada buah kelapa yang sudah tua. Buah kelapa diambil dagingnya kemudian diolah sehingga menghasilkan produk jadi yaitu virgin coconut oil (VCO). Setelah dilakukan pengolahan pasca panen, produk tersebut akan dikemas dengan menggunakan

(34)

20

teknologi pengemasan botol. Berdasarkan hal tersebut, dalam rencana produksi pengolahan VCO dibahas beberapa hal yaitu bahan baku, jumlah produksi, waktu dan siklus produksi, teknologi, kapasitas pabrik, tenaga teknis, lokasi dan tata letak pabrik.

Rencana Organisasi dan Sumber Daya Manusia

Aspek manajemen dalam masa operasi menerangkan bentuk organisasi atau badan usaha yang dipilih sebagai lembaga bisnis. Kemudian dalam aspek rencana manajemen dan organisasi menerangkan struktur organisasi, deskripsi masing- masing jabatan, jumlah tenaga kerja yang digunakan, anggota dalam organisasi, dan manajemen inti dari organisasi. Rencana organisasi bermaksud mengkaji dan merumuskan mengenai bentuk badan usaha, struktur organisasi, perizinan usaha, serta kepemilikan usaha. Selain itu juga mengkaji spesifikasi dan deskripsi keahlian dan tanggung jawab pekerja, jumlah tenaga kerja, serta penetapan gaji.

Rencana manajemen dan organisasi menjelaskan rencana kemitraan yang diperlukan. Rencana kemitraan adalah kajian mengenai bentuk kerja sama dari suatu bisnis. Rencana bisnis kelapa ini memerlukan suatu rancangan kemitraan antara pelaku wirakoperasi dan petani kelapa untuk membentuk suatu bisnis bersama dalam pendekatan bisnis kooperatif. Bentuk bisnis kooperatif tersebut dirancang dengan tujuan dapat menjadi model bisnis yang menguntungkan dan sustainable.

Rencana Manajemen Risiko

Rencana manajemen risiko disesuaikan dengan jenis usaha dari bisnis pengolahan VCO yaitu termasuk usaha pengolahan obat dan makanan.

Kemungkinan risiko-risiko yang muncul dijelaskan dan dilakukan rencana tindakan untuk menanggulangi adanya kerugian. Selain berdasarkan jenis usaha, risiko yang muncul juga berdasarkan lokasi tempat produksi VCO.

Rencana Finansial

Rencana finansial pada perencanaan bisnis pengolahan VCO menjelaskan kebutuhan dana dari setiap komponen investasi dan komponen biaya operasional.

Kemudian, penjualan dari produk pengolahan VCO merupakan pemasukan untuk bisnis. Berdasarkan dari kebutuhan dana dan pemasukan yang dihasilkan, disajikan dalam tabel arus kas yang menunjukkan aliran pengeluaran dan pemasukan selama setahun dari bisnis. Laporan laba/rugi menyajikan informasi pendapatan yang diperoleh atas pengeluaran operasional tertentu. Rencana finansial juga menyajikan informasi kebutuhan modal pada awal bisnis didirikan.

Selain itu, pada rencana finansial juga menerangkan pembagian hasil dari laba bersih untuk petani dan wirakop.

(35)

21

RENCANA BISNIS

Analisis Situasi Bisnis

Kabupaten Bogor merupakan salah satu kabupaten terluas di Provinsi Jawa Barat dengan luas wilayah mencapai 3 440.72 km2. Kabupaten Bogor berbatasan langsung dengan Provinsi Jakarta, Kabupaten Bekasi, Kotamadya Depok, dan Provinsi Banten di sebelah utara yang merupakan pasar potensial untuk produk kesehatan. Kabupaten Bogor terletak pada ketinggian 190-350 meter dari permukaan laut (mdpl), memiliki suhu udara rata-rata setiap bulannya mencapai 26 0C dengan suhu terendah mencapai 21.8 0C, dan kelembaban udara kurang lebih 70 persen. Curah hujan cukup tinggi di Kabupaten Bogor yaitu berkisar 3 500-4 000 mm per tahun pada bulan Desember hingga Januari. Kondisi lingkungan tersebut sangat cocok untuk tanaman pertanian kelapa.

Perencanaan bisnis dilakukan dengan target lokasi kecamatan penghasil kelapa terbanyak di Kabupaten Bogor yaitu pada lima kecamatan di wilayah Bogor Barat antara lain Kecamatan Leuwiliang, Ciampea, Cibungbulang, Rumpin, dan Pamijahan. Masing-masing kecamatan tersebut menghasilkan produksi kelapa yang dapat dilihat dalam Tabel 5.

Tabel 5 Produksi kelapa lima kecamatan di Bogor Barat tahun 2013

No. Kecamatan Produksi (Ton/tahun)

1 Ciampea 1 167.88

2 Leuwiliang 1 059.68

3 Rumpin 997.65

4 Cibungbulang 983.03

5 Pamijahan 777.78

Total 4 986.02

Total produksi Kabupaten Bogor 16 208.40

Sumber: BPS Bogor (2013, diolah)

Produksi kelapa di lima kecamatan tersebut cukup besar dan wilayah antar kecamatan berdekatan satu sama lain. Jumlah total produksi kelapa tersebut sudah cukup untuk memenuhi kapasitas pabrik pengolahan VCO berkapasitas besar.

Akan tetapi, pada perencanaan bisnis pengolahan VCO ini mempunyai kapasitas yang lebih kecil dan membutuhkan jumlah kelapa yang lebih sedikit. Pengambilan lima kecamatan dimaksudkan untuk mendapatkan jaminan bahan baku lebih banyak dengan jumlah yang konsisten.

Produk VCO merupakan salah satu produk olahan kelapa yang mempunyai nilai jual tinggi di dalam negeri maupun di luar negeri. Di luar negeri, VCO mempunyai nilai jual tinggi terutama di negara yang beriklim non tropis. Hal tersebut karena tanaman kelapa tidak dapat tumbuh di iklim tersebut. Permintaan yang tinggi di luar negeri juga karena kesadaran untuk menjaga kesehatan yang

Referensi

Dokumen terkait

Apabila ada satu proyek yang independen maka NPV dan IRR akan selalu memberikan rekomendasi yang sama untuk menerima atau menolak usulan proyek tersebut. Tapi apabila ada proyek2

Dengan Cost / Benefit Analysis, PT iSatNet dapat menganalisis biaya serta manfaat investasi TI baik secara inhouse maupun outsourcing, sehingga dapat diketahui investasi mana

Bapak Drs.M.Husni Thamrin Nasution,M.SI selaku Ketua Departemen Ilmu Administrasi Negara Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara dan sekaligus sebagai

"Ve yer üzerinde hareket eden bütün beden sahipleri, gerek kuşlar, gerek sığırlar, ve hayvanlar, ve yer üzerinde her sürünen, ve her adam öldü..." (Tevrat/Tekvin, Bap

Pada GP Moda Daring, Feed Back digunakan untuk memberikan pertanyaan kepada peserta terkait dengan survey atau berpikir reflektif, dimana pengampu akan memberikan umpan

Aplikasi Monitoring proses belajar mengajar di SMK TELKOM BANDUNG merupakan aplikasi berbasis web yang digunakan untuk mempermudah staff kurikulum dalam memantau

Subjek Retribusi Retribusi Pelayanan Kesehatan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 ayat (1) adalah orang pribadi atau badan yang memperoleh Pelayanan Kesehatan di puskesmas,