• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengembangan Kawasan Rumah Pangan Lestari Mendukung Usaha Diversifikasi Pangan Di Kabupaten Takalar Sulawesi Selatan. Dr. Ir. Fadjry Djufry, M.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "Pengembangan Kawasan Rumah Pangan Lestari Mendukung Usaha Diversifikasi Pangan Di Kabupaten Takalar Sulawesi Selatan. Dr. Ir. Fadjry Djufry, M."

Copied!
19
0
0

Teks penuh

(1)

Pengembangan Kawasan Rumah Pangan Lestari Mendukung Usaha Diversifikasi Pangan Di Kabupaten Takalar Sulawesi Selatan

Dr. Ir. Fadjry Djufry, M.Si, dkk

Abstrak

Di Sulawesi Selatan, khususnya di kabupaten Takalar, pemanfaatan pekarangan belum optimal dan sebagian besar masih kosong. Dengan inovasi kreatifitas, lahan pekarangan dapat ditata sedemikian rupa sehingga jenis tanaman apapun bisa memiliki multi fungsi sebagai bahan pemenuhan kebutuhan gizi serta sumber pendapatan keluarga. Tujuan kegiatan ini adalah memenuhi kebutuhan pangan dan gizi keluarga dan masyarakat melalui optimalisasi pemanfaatan pekarangan secara lestari; Meningkatkan kemampuan keluarga dan masyarakat dalam pemanfaatan lahan pekarangan untuk budidaya tanaman pangan, buah, sayuran, dan tanaman obat keluarga (toga), pemeliharaan ternak dan ikan, pengolahan limbah jerami menjadi pupuk organik, mengembangkan sumber benih/bibit untuk menjaga keberlanjutan pemanfatan pekarangan dan melakukan pelestarian tanaman pangan lokal untuk masa depan, mengembangkan kegiatan ekonomi produktif keluarga sehingga mampu meningkat kesejahteraan keluarga dan menciptakan lingkungan hijau yang bersih dan sehat secara mandiri. Lokasi kawasan model rumah pangan lestarii (KRPL) adalah desa Parangmata, Kecamatan Galesong, Suawesi Selatan. Daerah tersebut berada pada koordinat 119o 22l 47ll Bujur Timur dan 5o 19l 35ll Lintang Selatan. Kegiatan ini dilaksanakan mulai Januari hingga Desember 2012. Hasil kegiatan menunjukkan Hasil panen sebagian besar anggota KRPL ada yang hanya mengkonsumsi hasil pekarangannya, ada yang selain mengkonsumsi juga sebagian dijual dan ada pula yang menjual semua hasil pekarangannya. Hasil penjualan beberapa jenis sayuran dan buah selama kegiatan MKRPL dengan tambahan pendapatan mulai Rp. 2.333 – Rp. 212.333 per bulan. Pemasaran dilakukan di pasar Terong Makassar. Ada peningkatan Pola Pangan Harian setelah program KRPL dilaksanakan. Skor awal PPH adalah 63,18 dengan rata-rata pengeluaran untuk pangan Rp. 56.750/hari. Setelah kegiatan KRPL, skor PPH meningkat menjadi 71,20 dengan rata-rata pengeluaran pangan Rp. 57.415/hari. Anggota KRPL menghemat pada komoditi sayuran dan buah sebesar Rp. 448.195 per bulan dan umbi (ubi kayu dan ubi jalar) sebesar Rp 113.420/ bulan.

Kata kunci : KRPL, pekarangan, penghematan pendapatan

In South Sulawesi, especially in Takalar Regency, and optimal utilization of the yard yet still largely empty. With creative innovation, their yards can be so arranged that any species can have multi-function as a source of nutrition as well as meeting the needs of family income.

The goal is to meet food and nutrition needs of families and communities by optimizing the utilization of sustainable yard; Increasing the capacity of families and communities in land use grounds for cultivation of food crops, fruits, vegetables, and medicinal plants family, raising livestock and fish and processing of rice straw into compost; and develop a family of productive economic activities so as to increase the welfare of families and create a clean and green environment healthy independent. Location of the activity is Parangmata village, District Galesong, South Suawesi. The area is located at coordinates 119o 22l 47ll East longitude and south latitude 5o 19l 35ll. This activity was carried out from January to December 2012. Results showed that activity yields most of the members there are only consuming yield yard, there are in addition to consuming also be sold, and others to sell the entire yard. Proceeds from sales of several types of vegetables and fruits during activities

(2)

HRSFM with additional income from Rp. 2333 - Rp. 212,333 per month. Marketing done in wet market, Makassar. There is an increasing of daily food pattern (DFP) after HRSFM program implemented. DFP score early before activity was 63.18 with food expenditure of Rp. 56.750/day. After HRSFM program, this score increased to 71.20 with food expenditure of Rp. 57.415/day. The Members save on commodity vegetables and fruit Rp. 448,195 per month and tubers (cassava and sweet potatoes) Rp 113,420 / month.

Key word : Houses Region Sustainable Food Model (HRSFM), yard, saving income

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

Ketahanan pangan (food security) menjadi focus perhatian pemerintah saat ini.

Berdasarkan Undang-undang No. 7 tahun 1996 tentang Pangan disebutkan bahwa

“ketahanan pangan adalah kondisi terpenuhinya pangan bagi setiap rumah tangga yang tercermin dari tersedianya pangan yang cukup baik jumlah maupun mutunya, aman, merata dan terjangkau”. Atas dasar hal itu, maka terpenuhinya pangan bagi setiap rumah tangga merupakan tujuan sekaligus sebagai sasaran dari ketahanan pangan di Indonesia. Presiden RI pada acara Konferensi Dewan Ketahanan Pangan bulan Oktober 2010 di Jakarta juga mengemukakan bahwa ketahanan dan kemandirian pangan nasional harus dimulai dari rumah tangga. Terkait dengan hal tersebut, pemanfaatan lahan pekarangan untuk pengembangan pangan rumah tangga merupakan salah satu alternatif untuk mewujudkan kemandirian pangan rumah tangga (Mardharini dkk., 2011).

Luas lahan pekarangan secara nasional sekitar 10,3 juta ha atau 14% dari keseluruhan luas lahan pertanian. Lahan pekarangan tersebut merupakan sumber potensial penyedia berbagai jenis bahan (diversifikasi) pangan yang bernilai gizi dan memiliki nilai ekonomi tinggi jika dikelola dengan inovatif. Lahan tersebut sebagian besar masih belum dimanfaatkan sebagai areal pertanaman aneka komoditas pertanian, khususnya komoditas pangan. Perhatian masyarakat terhadap pemanfaatan lahan pekarangan relatif masih kurang, sehingga pengembangan berbagai inovasi yang terkait dengan lahan pekarangan belum banyak dilakukan.

Di Sulawesi Selatan, khususnya di kabupaten Takalar, pemanfaatan pekarangan belum optimal dan sebagian besar masih kosong. Dengan inovasi kreatifitas, lahan pekarangan dapat ditata sedemikian rupa sehingga jenis tanaman apapun bisa memiliki nilai estetika sama dengan tanaman hias dan memiliki multi fungsi sebagai bahan pemenuhan kebutuhan gizi serta sumber pendapatan keluarga. Pemanfaatan lahan pekarangan dengan jenis tanaman: pangan, hortikultura, obat-obatan, ternak, ikan dan lainnya, selain dapat memenuhi kebutuhan keluarga sendiri, juga berpeluang memperbanyak sumber penghasilan rumah tangga, apabila dirancang dan direncanakan dengan baik.

(3)

Kementerian Pertanian telah menyusun suatu konsep yang disebut dengan

“Kawasan Rumah Pangan Lestari” (KRPL), yang dibangun dari kumpulan Rumah Pangan Lestari (RPL). Masing-masing RPL diharapkan memenuhi prinsip pemanfaatan pekarangan yang ramah lingkungan untuk pemenuhan kebutuhan pangan dan gizi keluarga, menghemat pengeluaran, dan meningkatkan pendapatan, serta pada akhirnya akan meningkatkan kesejahteraan melalui partisipasi masyarakat.

Badan Litbang Pertanian melalui 65 Unit Kerja (UK) dan Unit Pelaksana Teknis (UPT) yang tersebar di seluruh wilayah Indonesia siap mendukung upaya optimalisasi pemanfaatan lahan pekarangan melalui dukungan inovasi teknologi dan bimbingan teknis.

Komitmen pemerintah untuk melibatkan rumah tangga dalam mewujudkan kemandirian pangan tersebut perlu diaktualisasikan dalam bentuk menggerakkan lagi budaya menanam di lahan pekarangan, baik di perkotaan maupun di perdesaan.

BPTP Sulawesi Selatan sebagai Unit Kerja Badan Litbang Pertanian telah dan siap berperan aktif dalam pengembangan KRPL di wilayah Sulawesi Selatan. Bentuk dukungan yang akan dilakukan antara lain: (a) Penyusunan Juklak dan Juknis KRPL; (b) Koordinasi dan sosialisasi kegiatan KRPL; (c) Pelaksanaan kegiatan KRPL yang akan berlangsung di 15 kabupaten, dan (d) Upaya pengembangan KRPL di lokasi Lain.

1.2. Tujuan

Pengembangan Model KRPL bertujuan:

1. Memenuhi kebutuhan pangan dan gizi keluarga dan masyarakat melalui optimalisasi pemanfaatan pekarangan secara lestari;

2. Meningkatkan kemampuan keluarga dan masyarakat dalam pemanfaatan lahan pekarangan untuk budidaya tanaman pangan, buah, sayuran, dan tanaman obat keluarga (toga), pemeliharaan ternak dan ikan, pengolahan hasil serta pengolahan limbah rumah tangga menjadi kompos;

3. Mengembangkan sumber benih/bibit untuk menjaga keberlanjutan pemanfatan pekarangan dan melakukan pelestarian tanaman pangan lokal untuk masa depan; dan 4. Mengembangkan kegiatan ekonomi produktif keluarga sehingga mampu meningkat

kesejahteraan keluarga dan menciptakan lingkungan hijau yang bersih dan sehat secara mandiri.

(4)

1.3. Sasaran

Sasaran yang ingin dicapai dari Model KRPL ini adalah berkembangnya kemampuan keluarga dan masyarakat secara ekonomi dan sosial dalam memenuhi kebutuhan pangan dan gizi secara lestari, menuju keluarga dan masyarakat yang sejahtera (Kementerian Pertanian, 2011).

1.4. Keluaran

a. Terpenuhinya kebutuhan pangan dan gizi keluarga dan masyarakat melalui optimalisasi pemanfaatan pekarangan secara lestari;

b. Meningkatnya kemampuan keluarga dan masyarakat dalam pemanfaatan lahan pekarangan di perkotaan maupun perdesaan untuk budidaya tanaman pangan, buah, sayuran, dan tanaman obat keluarga (toga), pemeliharaan ternak dan ikan, pengolahan hasil serta pengolahan limbah rumah tangga menjadi kompos;

c. Berkembangnya sumber benih/bibit untuk menjaga keberlanjutan pemanfaatan pekarangan dan terlaksananya pelestarian tanaman pangan lokal untuk masa depan;

dan

d. Berkembangnya kegiatan ekonomi produktif keluarga sehingga mampu meningkat kesejahteraan keluarga dan menciptakan lingkungan hijau yang bersih dan sehat secara mandiri.

1.5. Manfaat

a. Termanfaatkannya lahan pekarangan untuk budidaya tanaman pangan, hortikultura, toga, pemeliharaan ternak, ikan, dan berkembangnya usaha pengolahan hasil dan pengolahan limbah tanaman dan limbah rumah tangga menjadi kompos skala rumah tangga, sebagai sumber pendapatan keluarga.

b. Terciptanya lingkungan hijau dan bersih secara berkelanjutan.

II. TINJAUAN PUSTAKA

a. Konsep dan Batasan (Mardharini dkk., 2011)

1. Rumah Pangan Lestari: rumah yang memanfaatkan pekarangan secara intensif melalui pengelolaan sumberdaya alam lokal secara bijaksana, yang menjamin kesinambungan persediaannya dengan tetap memelihara dan meningkatkan kualitas, nilai dan keanekaragamannya.

(5)

2. Penataan Pekarangan: ditujukan untuk memperoleh manfaat yang sebesar- besarnya melalui pengelolaan lahan pekarangan secara intensif dengan tata letak sesuai dengan pemilihan komoditas.

3. Pengelompokan Lahan Pekarangan: Dibedakan atas pekarangan perkotaan dan perdesaan, masing-masing memiliki spesifikasi baik untuk menetapkan komoditas yang akan ditanam, besarnya skala usaha pekarangan, maupun cara menata tanaman, ternak, dan ikan.

a. Pekarangan Perkotaan : Pekarangan perkotaan dikelompokkan menjadi 4, yaitu:

(1) Perumahan Tipe 21, dengan total luas lahan sekitar 36 m2; (2) Perumahan Tipe 36, luas lahan sekitar 72 m2; (3) Perumahan Tipe 45, luas lahan sekitar 90 m2; dan (4) Perumahan Tipe 54 atau 60, luas lahan sekitar 120 m2.

b. Pekarangan Perdesaan: Pekarangan perdesaan dikelompkkan menjadi 4, yaitu (1) pekarangan sangat sempit (tanpa halaman), (2) pekarangan sempit (<120 m2), (3) pekarangan sedang (120-400 m2), dan (4) pekarangan luas (>400 m2).

4. Pemilihan komoditas: ditentukan dengan mempertimbangkan pemenuhan kebutuhan pangan dan gizi keluarga serta kemungkinan pengembangannya secara komersial berbasis kawasan. Komoditas untuk pekarangan antara lain: sayuran, tanaman rempah dan obat, serta buah (pepaya, belimbing, jambu biji, srikaya, sirsak). Pada pekarangan yang lebih luas dapat ditambahkan kolam ikan dan ternak.

5. Model Kawasan Rumah Pangan Lestari (Model KRPL), diwujudkan dalam satu dusun (kampung) yang telah menerapkan prinsip RPL dengan menambahkan intensifikasi pemanfaatan pagar hidup, jalan desa, dan fasilitas umum lainnya (sekolah, rumah ibadah, dll), lahan terbuka hijau, serta mengembangkan pengolahan dan pemasaran hasil. Suatu kawasan harus menentukan komoditas pilihan yang dapat dikembangkan secara komersial, dilengkapi dengan kebun bibit.

b. Manfaat sayuran dan buah-buahan serta tanaman obat sebagai tanaman pekarangan

Menurut the Department of Health & Human Services (USA), konsumsi pangan mempunyai peranan dalam timbulnya 5 dari 10 macam penyakit penyebab kematian, termasuk penyakit jantung koroner, beberapa jenis kanker, stroke, diabetes tipe 2 (non- insulin dependent) dan aterosklerosis. Pola konsumsi pangan berkaitan dengan penyebab utama kematian di Amerika Serikat dan negara-negara maju lainnya, yang dikarakterisasi dengan relatif tingginya konsumsi lemak jenuh, kolesterol, natrium dan gula (refined sugar);

(6)

serta relatif rendahnya konsumsi lemak tidak jenuh, biji-bijian, kacang-kacangan, sayuran dan buah-buahan (Roberfroid, 1999). Banyak hasil penelitian menunjukkan bahwa konsumsi pangan tertentu atau senyawa bioaktif yang terkandung di dalamnya berhubungan dengan penurunan risiko timbulnya penyakit (Hasler, 1998). Sebagian besar senyawa tersebut berasal dari bahan pangan nabati, hanya beberapa diantaranya berasal dari pangan hewani atau dari mikroba (Muchtadi, 2012).

Banyak bukti, baik yang berasal dari studi epidemiologis maupun penelitian- penelitian in vitro dan in vivo serta percobaan klinis, mengindikasikan bahwa konsumsi pangan yang berasal dari tanaman dapat mengurangi risiko timbulnya penyakit kronis, terutama kanker. Block et al. (1992 dalam Muchtadi, 2012) berdasarkan 200 buah studi epidemiologis memperlihatkan bahwa risiko timbulnya penyakit kanker pada masyarakat yang mengonsumsi sayuran dan buah-buahan dalam jumlah tinggi hanya sekitar setengahnya dibandingkan dengan masyarakat yang kurang mengonsumsi bahan pangan tersebut. Dari data tersebut, terindikasikan bahwa dalam bahan pangan nabati terkandung senyawa lain selain zat-zat gizi, yang dapat mengurangi risiko timbulnya penyakit kanker tersebut. Steinmetz dan Potter (1991 dalam Muchtadi, 2012) mengidentifikasi lebih dari selusin kelas bahan kimia yang terkandung dalam tanaman dan dapat aktif secara biologis, yang sekarang dikenal sebagai senyawa fitokimia.

Tomat telah menjadi topik banyak penelitian, terutama menyangkut likopen yang merupakan karotenoid utama buah tomat (Gerster, 1997 dalam Muchtadi, 2012), serta peranannya dalam penurunan risiko timbulnya kanker (Weisburger, 1988 dalam Muchtadi, 2012). Dalam suatu penelitian cohort prospektif yang melibatkan lebih dari 47 000 orang laki-laki, ternyata bahwa mereka yang mengonsumsi produk tomat sepuluh kali atau lebih per minggu mempunyai risiko terkena kanker prostat 50% lebih rendah (Giovannuci et al, 1995 dalam Muchtadi, 2012). Penyakit kanker lain yang berhubungan terbalik dengan kadar likopen dalam serum atau jaringan, antara lain kanker payudara, saluran cerna, serviks, kantung empedu dan kulit (Clinton, 1998 dalam Muchtadi, 2012 ) serta mungkin kanker paru-paru (Li et al, 1997 dalam Muchtadi, 2012).

Mekanisme yang diusulkan tentang bagaimana likopen dapat mempengaruhi risiko kanker, adalah berhubungan dengan fungsi antioksidan-nya. Likopen diketahui merupakan

"pembersih" (quencher] singlet oksigen yang paling efisien dalam sistem biologis (Di Mascio et al. 1989 dalam Muchtadi, 2012 ). Fungsi antioksidan likopen dapat juga digunakan untuk menjelaskan hasil-hasil penelitian di Eropa, bahwa kadar karotenoid dalam jaringan adiposa berhubungan terbalik dengan resiko infark miokardial (Kohlmeier dalam Muchtadi, 2012).

(7)

Komponen sulfur pada bawang-bawangan yang berfungsi untuk mencegah agregasi platelet dan menurunkan kadar kolesterol. serat pangan (dietary fiber) dari berbagai sayuran, buah-buahan, serealia, dan kacang-kacangan yang berperan untuk pencegahan timbulnya berbagai penyakit yang berkaitan dengan proses pencernaan;

Kurkumin pada rimpang kunyit dan l-tumeron pada rimpang temulawak yang berkhasiat untuk pengobatan berbagai penyakit;

Selain sayuran dan buah-buahan, terdapat pula ikan yang dipelihara dalam kolam kecil di pekarangan. Ikan mengandung asam lemak omega-3 (n-3) merupakan asam lemak tidak jenuh jamak (poly-unsaturated fatty adds, PUFA). EPA (eikosapentaenoat) dan DHA (dokosaheksaenoat) diperoleh terutama dari minyak ikan (sekarang terdapat pula di pasaran EPA dan DHA yang berasal dari algae mikro). Diduga bahwa "Western diet" defisien akan asam lemak omega-3 (Simopoulos, 1991 dalam Muchtadi, 2012), dan hal ini menarik perhatian para peneliti untuk rnengetahui peranan asam lemak omega-3 dalam sejumlah penyakit, terutama penyakit jantung koroner (PJK) dan kanker; serta peranannya dalam perturnbuhan bayi.

Bahwa asam lemak omega-3 mempunyai peranan penting dalam PJK, untuk pertama kali diutarakan pada tahun 1970-an oleh Bang dan Dyerberg (1972 dalam Muchtadi, 2012). Mereka melaporkan bahwa orang Eskimo jarang mengidap PJK, padahal mereka banyak mengonsumsi makanan kaya akan lemak. Kardioprotektif konsumsi ikan telah diobservasi pada beberapa penelitian prospektif (Krumhout et al., 1985), tetapi tidak terbukti pada penelitian-penelitian lain (Ascherio et al, 1995 dalam Muchtadi, 2012).

Hasil negatif dapat dijelaskan bahwa meskipun asam lemak omega-3 dapat menurunkan kadar trigliserida, tetapi asam lemak tersebut tidak dapat menurunkan kadar LDL (Hasler, 1998 dalam Muchtadi, 2012). Namun Daviglus et al (1997 dalam Muchtadi, 2012) menunjukkan bahwa konsumsi ikan sebanyak 35 g atau lebih per hari dapat mengurangi risiko kematian akibat infark miokardial.

c. Pola Pangan Harapan

Menurut Peraturan Presiden No 22 tahun 2009 adalah Kebijakan Percepatan Penganekaragaman Konsumsi Pangan berbasis Sumberdaya Lokal. Disamping itu Permentan No. 43 tahun 2009 mengenai Gerakan Percepatan Penganekaragaman Konsumsi Pangan berbasis Sumberdaya Lokal

Pola Pangan Harapan (PPH) adalah susunan kelompok pangan yang didasarkan pada kontribusi energinya untuk memenuhi kebutuhan gizi secara kuantitas, kualitas,

(8)

keragamannya dinyatakan dengan skor PPH. Semakin tinggi skor PPH, konsumsi pangan semakin beragam dan bergizi seimbang (skor PPH maksimal 100). Saat ini skor PPH tahun 2010 mencapai 84,5. Sasaran skor PPH : 95,pada tahun 2015 (Anonim. 2012).

PPH tidak hanya memenuhi kecukupan gizi, akan tetapi sekaligus mempertimbangkan keseimbangan gizi yang didukung oleh cita rasa, daya cerna, daya terima masyarakat, kuantitas dan kemampuan daya beli (Hardinsyah, 1996 dalam Baliwati, 2007).

III. METODE PELAKSANAAN 3.1. Lokasi, koordinat dan waktu

Lokasi kawasan model rumah pangan lestarii (KRPL) adalah desa Parangmata, Kecamatan Galesong, Suawesi Selatan. Daerah tersebut berada pada koordinat 119o 22l 47ll Bujur Timur dan 5o 19l 35ll Lintang Selatan. Kegiatan ini dilaksanakan mulai Januari hingga Desember 2012.

3.2. Tahapan Kegiatan A. Persiapan

Persiapan meliputi : (1) pengumpulan informasi awal tentang potensi sumberdaya dan kelompok sasaran, (2) pertemuan dengan dinas terkait untuk mencari kesepakatan dalam penentuan calon kelompok sasaran dan lokasi, (3) koordinasi dengan Dinas Pertanian dan Dinas Terkait lainnya di Kabupaten/Kota, (4) memilih pendamping yang menguasai teknik pemberdayaan masyarakat sesuai dengan kriteria yang telah ditentukan.

Koordinasi dengan Badan Ketahanan Pangan dan Penyuluhan kabupaten Takalar, Diperta Kabupaten Takalar dalam hal ini Kepala Bidang Tanaman Pangan telah menyarankan untuk lokasi MKRPL adalah Kecamatan Galesong karena setiap rumah mempunyai lahan pekarangan yang belum dimanfaatkan dengan baik. Koordinasi dengan Kepala BPP Galesong Ir. Muh. Saleh. Tim BPTP melakukan koordinasi dan penyampaian pendampingan kepada Kepala BPP dan penyuluh se Kecamatan Galesong, kemudian dilanjutkan dengan kunjungan lapang ke calon lokasi MKRPL, maka telah ditetapkan satu calon lokasi yaitu Desa Parangmata, Kecamatan Galesong, Kabupaten Takalar dan diminta untuk melakukan sosialisasi tentang MKRPL Sekaligus penentuan rumah 25 KK yang akan masuk MKRPL.

(9)

B. Pembentukan Kelompok

Kelompok sasaran adalah rumahtangga atau kelompok rumahtangga dalam satu Rukun Tetangga, Rukun Warga atau satu dusun/kampung. Pendekatan yang digunakan adalah partisipatif, dengan melibatkan kelompok sasaran, tokoh masyarakat, dan perangkat desa. Kelompok dibentuk dari, oleh, dan untuk kepentingan para anggota kelompok itu sendiri. Dengan cara berkelompok akan tumbuh kekuatan gerak dari para anggota dengan prinsip keserasian, kebersamaan dan kepemimpinan dari mereka sendiri.

Para ibu rumah tangga dan kaum wanita di dusun Ballaparang, Desa Parangmata, Kecamatan Galesong, Kabupaten Takalar, membentuk kelompok wanita tani dengan nama

“Pangan Lestari”. Pembentukan kelompok wanita tani ini atas prakarsa Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP), Petugas Penyuluhan Lapangan dan Kepala Desa setempat.

Terbentuknya organisasi ini, dilibatkan dalam kegiatan MKRPL yang diharapkan dapat membangun rumah pangan lestari dengan prinsip pemanfaatan pekarangan untuk pemenuhan pangan dan gizi keluarga, menghemat pengeluaran dan meningkatkan pendapatan yang pada akhirnya akan meningkatkan kesejahteraan keluarga. Para pengurus kelompok wanita tani Pangan Lestari ini terdiri dari Ketua : Ibu Suriani Dg. Tayu, Sekretaris : Dg. Ngagi dan Bendahara : Zaenab Dg. Senga.

C. Sosialisasi

Dalam kegiatan sosialisasi disampaikan maksud dan tujuan kegiatan dan membuat kesepakatan awal untuk rencana tindak lanjut yang akan dilakukan. Kegiatan sosialisasi dilakukan terhadap kelompok sasaran dan pemuka masyarakat serta petugas pelaksana instansi terkait.

Kegiatan sosialisasi dilakukan pada hari Selasa tanggal 28 Februari 2012 di Desa Parangmata, Kecamatan Galesong, Kabupaten Takalar. Pelaksanaan kegiatan sosialisasi dilakukan oleh Tim kegiatan MKRPL BPTP Sulawesi Selatan yang pesertanya diikuti oleh salah seorang anggota DPRD Kabupaten Takalar, Kepala Desa, Ibu Tim Pengeerak PKK, Kordinator Penyuluh/Kepala BPP, Penyuluh setempat serta tokoh masyarakat dan Kelompok Tani juga Kelompok Wanita Tani Desa Parangmata. Sosialisasi ini dihadiri kurang lebih 70 orang. Adapun acara dalam kegiatan ini, yakni sambutan yang dimulai oleh Kepala Desa Parangmata, kemudian dilanjutkan oleh Kordinator Penyuluh/Kepala BPP dan disusul oleh sambutan dari penanggung jawab kegiatan MKRPL yang menjelaskan tentang MKRPL dan jenis kegiatan yang akan dilaksanakan serta penyampaian materi MKRPL oleh Ir. Amir Syam MP. Setelah selesai beberapa sambutan kemudian dilanjutkan dengan acara diskusi yang

(10)

kurang lebih 2-6 orang bertanya yang terdiri dari tokoh Masyarakat, anggota Kelompok Tani dan anggota Kelompok Wanita Tani. Acara tersebut berlangsung dari jam 09.20 sampai jam 13.15 wit dan dipandu oleh penyuluh pendamping desa Parangmata (Mispawati SP.).

Pertanyaan yang disampaikan oleh masing-masing peserta perihal MKRPL dan pelaksanaannya didalam kegiatan tersebut.

D. Pengembangan Jumlah Rumah Tangga

Pada saat survey lokasi, dilakukan pendataan rumah tangga yang berminat awal pendataan terdaftar 25 rumah tangga, kemudian pada saat sosialisasi terdaftar 28 rumah tangga. Pada saat kegiatan berlangsung sudah terdaftar 43 rumah tangga.

E. Penguatan Kelembagaan Kelompok

Penguatan Kelembagaan Kelompok dilakukan untuk meningkatkan kemampuan kelompok: (1) mampu mengambil keputusan bersama melalui musyawarah; (2) mampu menaati keputusan yang telah ditetapkan bersama; (3) mampu memperoleh dan memanfaatkan informasi; (4) mampu untuk bekerjasama dalam kelompok (sifat kegotong- royongan); dan (5) mampu untuk bekerjasama dengan aparat maupun dengan kelompok- kelompok masyarakat lainnya.

Kelompok wanita tani (KWT) Pangan Lestari merupakan kelompok karena adanya hubungan darah (keluarga) dan hubungan tetangga. Sehingga interaksi dengan pengurus dengan para anggotanya boleh dikatakan setiap hari. Dengan adanya kegiatan M-KRPL dari mulai perencanaan tanaman yang ditanam, pembibitan di KBD dan pembagian tanaman kepada setiap anggota berlangsung tertib dan penuh kekeluargaan. Setiap anggota mempunyai catatan mengenai jenis tanaman, tanggal tanam dan panen serta penjualan dan konsumsinya.

F. Kebun Bibit Desa (KBD)

Merupakan unit produksi benih dan bibit untuk memenuhi kebutuhan pekarangan dalam membangun Rumah Pangan Lestari (RPL) maupun kawasan. KBD ini bertujuan untuk mengembangkan sumber benih/bibit untuk menjaga keberlanjutan pemanfatan pekarangan

Pembangunan Kebun bibit desa (KBD) dilakukan secara gotong royong oleh masyarakat Dusun Ballaparang, Desa Parangmata, kecamatan Galesong kabupaten Takalar

Setelah pembangunan KBD dilanjutkan dengan pesemaian benih. Kelompok wanita tani (KWT) Pangan Lestari sebagai anggota MKRPL secara bergiliran memelihara pesemaian di KBD dan menginformasikan bibit yang sudah bisa dipindahkan ke lapangan, baik ke rak vertikultur maupun bedengan.

(11)

G. Sistem Agribisnis - Budidaya Tanaman

a. Pelatihan pembuatan pupuk organik dengan starter Promi

Pembuatan setiap ton bahan kompos (jerami) membutuhkan 0,5 kg PROMI. Pelatihan dilaksanakan di lahan sawah setelah panen padi, dimana banyak jerami yang tertumpuk tidak terpakai. Pelatihan diikuti oleh 60 peserta yang terdiri dari petani, tokoh masyarakat dan penyuluh setempat. Petani sangat respon dengan cara pembuatan pupuk organic dengan starter promi. Pembuatan pupuk organik dimaksudkan untuk menjadi pupuk semua tanaman di pekarangan, sehingga tidak membeli pupuk lagi dan menghasilkan sayuran, buah dan tanaman obat organik.

b. Budidaya sayuran dan buah-buahan - Pesemaian

Pesemaian dilakukan di Kebun Bibit Desa (KBD)

Tanah pesemaian terdiri dari campuran tanah olah yang halus dicampur dengan pupuk organik hasil pelatihan dengan perbandingan 1 : 1.

KBD menghadap ke timur dengan kemiringan + 45o agar sinar matahari pagi bisa masuk separuhnya dan setelah siang hari diharapkan yang masuk 60 – 70%. Atap KBD adalah paranet 70%

Biji tanaman sayuran dan pepaya sebelum disemaikan direndam dulu pada air hangat kuku (+50oC) selama 1 jam dan diangin-anginkan sampai benih tidak lengket lalu benih tersebut disebar merata pada media kemudian ditutup tanah tipis-tipis.

Bibit tanaman sayuran dipindahkan (dibumbun dengan gelas aqua bekas/polibag kecil/daun pisang berdiameter 10 cm) tergantung anggota KRPL

Bibit tanaman bisa dipindahkan/ditanam di polibag apabila sudah mempunyai daun antara 4 – 5 helai daun

- Persiapan dan Penanaman

Media tanam yang digunakan adalah campuran tanah sub soil (20 cm ke bawah) dicampur dengan pupuk organik promi (1 : 1).

Media dimasukkan dalam media talang atau polibag besar atau tetap di bedengan Pindahkan bibit tanaman pada ke media tanam yang sudah disiapkan

Penanaman dilakukan sore hari atau pagi hari dengan memasukkan tanaman sampai batas leher akar.

(12)

- Pemeliharaan

Penyiraman dilakukan 2 kali sehari pada pagi dan sore hari Penyulaman dilakukan apabila ada tanaman yang mati

Penyiangan dilakukan 1 – 2 minggu sekali tergantung banyaknya gulma yang tumbuh

Pemupukan dilakukan dengan pupuk organik promi buatan anggota KRPL - Pengendalian Hama dan Penyakit

Hama dan penyakit yang biasa menyerang tanaman sayuran adalah ulat daun, kumbang daun, kutu daun, penyakit busuk daun dan akar. Pengendalian dilakukan dengan cara konvensional/mekanik.

- Panen

Tanaman sayuran dapat dipanen sesuai umur panen jenis sayuran yang ditanam seperti bayam, kangkung dan sawi bisa dipanen pada umur 40 – 50 hari. Pemanenan dapat dilakukan dengan cara mencabut seluruh tanaman, memotong pangkal batang dan ada juga yang memetik daunnya satu per satu.

Hasil panen segera dibawa ke tempat teduh agar tidak cepat layu karena terkena sinar matahari.

c. Budidaya tanaman rempah dan tanaman obat keluarga - Persiapan dan Penanaman

Tanah yang akan dipakai sebagai media tanam diolah dengan cangkul dan diberi pupuk organik sebanyak 1-2 kg (perbandingan 1 : 1)

Pindahkan bibit tanaman dengan sedikit tanah, bisa langsung ditanam di bedengan atau polibag ukuran 50 x 50 cm atau vertikultur tergantung luasan lahan pekarangan Penanaman bisa dilakukan pagi atau sore hari dengan memasukkan tanaman

sampai batas leher akar - Pemeliharaan Tanaman

Apabila ada rimpang yang tidak tumbuh atau pertumbuhannya buruk, maka dilakukan penyulaman

Penyiangan dilakukan secara rutin setiap 2 – 3 minggu sekali

Tanaman yang berasal darimpang termasuk tanaman yang tidak tahan air. Oleh sebab itu pengeringan dan pengaturan pengairan perlu dilakukan secermat mungkin, agar tanaman terbebas dari genangan air sehingga rimpang tidak membusuk

(13)

Pemupukan selanjutnya diberikan setelah berumur 3 – 4 bulan dengan pupuk organik sebanyak 1 – 2 kg

- Pengendalian Hama dan Penyakit

Mengusahakan pertumbuhan tanaman yang sehat dengan cara memilih bibit unggul, sehat, bebas dari hama dan penyakit serta bernas serta cukup umur panen 10 – 12 bulan

Menggunakan pengendalian fisik/mekanik secara manual yaitu tenaga manusia Mencari tanaman yang tidak disukai ulat. Daun tanaman tersebut dihancurkan,

diperas dan esktraknya dicampur air - Panen

Tanaman yang berasal dari rimpang siap dipanen ditandai dengan berakhirnya pertumbuhan vegetatif (pertumbuhan), seperti kelayuan/perubahan warna daun dan batang yang semula hijau berubah menjadi kuning (tanaman kelihatan mati) sampai kering.

Pemanenan dilakukan dengan cara membongkar rimpang, selanjutnya rimpang yang telah dibongkar dipisahkan dari tanah yang melekat

Rimpang yang akan ditanam kembali (dibibitkan) jangan dibersihkan dengan air karena akan mempercepat proses pembusukan. Sebaiknya dibiarkan kering tanah kemudian dihamparkan di rak-rak bambu.

- Pengolahan hasil

Pengolahan hasil tidak dilakukan secara komersial karena hasil panen langsung dijual atau dikonsumsi. Hasil panen belum melimpah dan hanya cukup untuk kebutuhan keluarga.

- Pemasaran

Hasil panen tanaman pekarangan anggota KRPL ada yang hanya mengkonsumsi hasil pekarangannya dan ada pula yang menjualdan mengkonsumsi serta ada pula yang menjual semua hasil pekarangannya. Di bawah ini (Tabel 1) hasil penjualan beberapa jenis sayuran dan buah selama kegiatan MKRPL dengan tambahan pendapatan mulai Rp. 2.333 – Rp. 212.333 per bulan.

Jenis produk yang dipasarkan adalah sayuran segar dan buah segar. Mereka memasarkan produknya di pasar Terong, salah satu pasar basah di Makassar. Pasar Terong dapat ditempuh selama 1 jam dari lokasi anggota KRPL.

(14)

Tabel 1. Tambahan pendapatan keluarga responden yang menjual hasil panennya selama kegiatan program M-KRPL

No. Nama Jumlah Pendapatan keluarga (Rp)/KK

Per tiga bulan Per bulan

1. Rinawati 17.000 5.667

2. Saharia 13.500 4.500

3. Suriani dg. Tayu 50.000 16.667

7. Kartini dg Kebo 22.000 7.333

9. Mansia dg. Lu’mu 135.000 45.000

10. Zaenab dg. Senga 637.000 212.333

11. Supiani 7.000 2.333

12. Mariati 500.000 166.667

13. Jumasia 23.000 7.666

14. Hj. Sangnging 68.000 22.667

H. PPH (Pola Pangan Harapan)

Pada Tabel 2 terlihat, rata-rata skor awal pola pangan harian (PPH) sebelum kegiatan adalah 63,18 dengan rata-rata pengeluaran untuk pangan Rp. 56.750/hari. Setelah kegiatan KRPL, skor PPH meningkat menjadi 71,20 dengan rata-rata pengeluaran pangan Rp. 57.415/hari. Peningkatan skor PPH sebesar 8,02 sedangkan peningkatan pengeluaran hanya Rp. 665.

Hal ini karena sebelum program, anggota KRPL membeli semua kebutuhannya termasuk konsumsi pangan dan tidak ada tambahan pendapatan. Sedangkan setelah panen hasil pekarangannya, anggota KRPL mengkonsumsi dan menjualnya sehingga selain meningkatkan PPH juga meningkatkan pendapatan.

Rata-rata PPH setelah panen adalah 71,20. Skor PPH lebih tinggi daripada skor awal sebelum kegiatan KRPL dilaksanakan. Namun skor ini masih di bawah standar (100) demikian pula kualitas pangan belum baik. Konsumsi pangan masih dititiberatkan pada padi- padian sebagai sumber energi, dan masih kurang mengkonsumsi sayuran dan buah-buahan.

Sehingga hasil panen dari pekarangannya sebagian besar dijual. Menurut Kandiana dkk. (2009) pola konsumsi masyarakat Sulawesi Selatan untuk sumber karbohidrat dari padi- padian hampir sama dengan gambaran pola konsumsi pangan penduduk Indonesia.

(15)

Tabel 2. Daftar pola pangan harapan (PPH) dan pengeluaran konsumsi pangan sebelum dan sesudah kegiatan KRPL di Kabupaten Takalar

No.

Sampel Skor Awal

PPH Pengeluaran

(Rp) Skor Akhir

PPH Pengeluaran (Rp)

1 66.24 37260 84.35 47.674

2 56.52 118630 99.78 91.803

3 54.013 56965 62.53 30.178

4 47.16 59875 100 122.620

5 73.75 57775 100 56.530

6 75.38 40843 99.32 247.170

7 72 40000 73.56 24.575

8 50.29 45994 63.653 143.320

9 85.53 81504 91.5 39.710

10 59.75 46698 75.598 40.628

11 54.365 38716 81.64 76.316

12 60.07 25.452

13 63.15 20.730

14 61.37 13.270

15 32.68 8.125

16 72.49 22.187

17 26.94 75.262

18 63.58 13.740

19 62.02 28.040

20 62.66 75.020

21 51.5 13.479

22 49.21 35.360

23 100 136.402

24 89 106.660

25 57.97 19.348

26 75.398 98.235

27 86.78 53.465

28 55.26 29.730

29 97.26 64.094

30 62.39 38.525

31 44.48 18.950

32 72.14 20.680

Total 694.998 624.260 2278.277 1.837.278

Rata-rata 63.18 56.750 71.20 57.415

(16)

I. Penghematan dengan pemanfaatan Pekarangan

Anggota KRPL menghemat pada komoditi sayuran dan buah sebesar Rp. 448.195 per bulan dan umbi (ubi kayu dan ubi jalar) sebesar Rp 113.420/ bulan (Tabel 3).

Tabel 3. Penghematan sayur, buah dan buah anggota KRPL No. Responden Sayur dan Buah

(Rp) Ubi jalar dan ubi kayu (Rp)

1 26570 15000

2 19500 5750

3 10000 2500

4 31250 7000

5 19300 4750

6 6820 0

7 500 0

8 4200 0

9 1000 0

10 6990 0

11 30000 2500

12 41000 12500

13 2250 0

14 7550 0

15 11645 0

16 1690 0

17 27710 1000

18 15200 0

19 2840 5000

20 500 0

21 83700 0

22 12760 0

23 180 8250

24 5400 46170

25 18750 0

26 2090 0

27 7550 0

28 37500 0

29 2000 3000

30 11750 0

Rata-rata/hari 14939.83 3780.667

Rata-rata /bulan 448.195 113.420

Jenis tanaman yang ditanam adalah bengkuang, pepaya, kacang hijau, kangkung, kacang panjang, sawi, mentimun, terong, pare, seledri, jagung manis, tomat, lombok besar dan lombok kecil, jahe, kunyit, lengkuas, kelor, sereh, ubi kayu, ubi jalar, dll.

(17)

Semua sayuran cepat dipanen sehingga cepat pula dikonsumsi atau dijual.

Demikian pula dengan ubi jalar dan ubi kayu yang telah ditanam sebelumnya. Sehingga kontribusi konsumsi dan umbi lebih cepat dirasakan manfaatnya, baik untuk konsumsi maupun untuk dijual. Dengan adanya hasil panen sayur, buah, ubi jalar dan ubi kayu, kelompok wanita tani Pangan Lestari dapat menghemat dan meningkatkan status gizinya.

IV. KESIMPULAN DAN SARAN

1. Hasil panen sebagian besar anggota KRPL ada yang hanya mengkonsumsi hasil pekarangannya, ada yang selain mengkonsumsi juga sebagian dijual dan ada pula yang menjual semua hasil pekarangannya.

2. Hasil penjualan beberapa jenis sayuran dan buah selama kegiatan MKRPL dengan tambahan pendapatan mulai Rp. 2.333 – Rp. 212.333 per bulan. Pemasaran dilakukan di pasar Terong Makassar.

3. Ada peningkatan Pola Pangan Harian setelah program KRPL dilaksanakan. Rata-rata skor awal pola pangan harian (PPH) sebelum kegiatan adalah 63,18 dengan rata-rata pengeluaran untuk pangan Rp. 56.750/hari. Setelah kegiatan KRPL, skor PPH meningkat menjadi 71,20 dengan rata-rata pengeluaran pangan Rp. 57.415/hari.

4. Anggota KRPL menghemat pada komoditi sayuran dan buah sebesar Rp. 448.195 per bulan dan umbi (ubi kayu dan ubi jalar) sebesar Rp 113.420/ bulan.

V. DAFTAR PUSTAKA

Anonim. 2012. Metode perhitungan Pola Pangan Harapan (PPH) salah satu indikator M-KRP.

Baliwati, Y.F. (editor). 2007. Materi Pelatihan Analisis Ketersediaan Pangan Wilayah berdasarkan Neraca Bahan Makanan (NBM) dan Pola Pangan Harian (PPH) (Tingkat I). Edisi Propinsi Jawa Barat.

Kandiana, M. Reisi N. dan Ikeu T. 2009. Analisis Situasi Pangan dan Gizi Propisi Sulawesi Selatan Tahun 2005 dan 2007. Jurnal Ilmiah Agropolitan Vol. 2(1):128 – 135.

Kementerian Pertanian. 2011. Panduan Umum Kawasan Rumah Pangan Lestari. Jakarta.

Mardharini, M. Ketut, K., Zakiyah, Dalmadi dan A. Susakti. 2011. Petunjuk Pelaksanaan Pengembangan Model Kawasan Rumah Pangan Lestari. Balai Besar dan Pengembangan Teknologi Pertanian, Bogor.

Muchtadi. 2012. Pangan Fungsional dan Senyawa Bioaktif. Alfabeta, Bandung. 252 hal.

(18)

VI. DOKUMENTASI KEGIATAN M-KRPL (secara berseri) 1. Survey lokasi

2. Sosialisasi

(19)

3. Rumah Tangga Sebelum program KRPL

4. Pelatihan pupuk Organik dengan Promi

5. Pelaksanaan KRPL

Ubi jalar dan sayuran di halaman

Gambar

Tabel  1.  Tambahan  pendapatan  keluarga  responden  yang  menjual  hasil  panennya  selama kegiatan program M-KRPL
Tabel 2. Daftar pola pangan harapan (PPH) dan pengeluaran konsumsi pangan  sebelum dan sesudah kegiatan KRPL di Kabupaten Takalar

Referensi

Dokumen terkait

• Uang saku (Jika ada alokasi dari instansi pengirim), karena biaya hari libur tidak ditanggung Pusbindiklatren dan alokasi biaya SBM yang dirasakan kecil. • Biaya lain di

Masehi seribu (de)lapan ratus tujuh puluh Sembilan, dapat perintah Tuan Syekh Abdul Wahab Rokan, yaitu dari Makkah gurunya telah mengatakan,.. supaya pindah ke Gebang Langkat

Diberitahukan kepada seluruh Jemaat bahwa mulai tanggal 4 Februari s/d 30 Maret 2018 dalam Ibadah Minggu pukul 06.00, 09.00 dan 17.00, dua kotak persembahan yang berada di

Tulang belakang yang mengalami gangguan trauma dapat menyebabkan kerusakan pada medulla spinalis, tetapi lesi traumatik pada medulla spinalis tidak selalu terjadi karena fraktur

 Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi RI No Per.01/MEN/1980 tentang Keselamatan dan Kesehatan Kerja pada Konstruksi Bangunan..  Keputusan Bersama Menteri Tenaga Kerja

Model Kawasan Rumah Pangan Lestari (M-KRPL) merupakan salah satu konsep pemanfaatan lahan pekarangan baik di pedesaan maupun perkotaan untuk mendukung

Buku Wabah Penyakit &amp; Penanganannya di Cirebon 1906-1940 ini sangat cocok dibaca bagi kalangan akademis, terutama bagi sejarawan yang mengkaji ilmu dibidang kesehatan,

Model Kawasan Rumah Pangan Lestari (MKRPL) adalah suatu model rumah pangan yang dibangun dalam satu kawasan dengan prinsip pemanfaatan pekarangan yang ramah lingkungan untuk