• Tidak ada hasil yang ditemukan

LAPORAN AKHIR TAHUN 2012

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "LAPORAN AKHIR TAHUN 2012"

Copied!
75
0
0

Teks penuh

(1)

MODEL KAWASAN RUMAH PANGAN LESTARI (M-KRPL) DI PROVINSI BENGKULU

Oleh:

Umi Pudji Astuti

BALAI PENGKAJIAN TEKNOLOGI PERTANIAN BENGKULU

BALAI BESAR PENGKAJIAN DAN PENGEMBANGAN TEKNOLOGI PERTANIAN BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN PERTANIAN

2012

(2)

LAPORAN AKHIR TAHUN

MODEL KAWASAN RUMAH PANGAN LESTARI (M-KRPL) DI PROVISI BENGKULU

Oleh

Umi Pudji Astuti Bunaiyah Honorita

Yahumri Taufik Hidayat Taupik Rahman

Tri Wahyuni Jhon Firison

BALAI PENGKAJIAN TEKNOLOGI PERTANIAN BENGKULU

BALAI BESAR PENGKAJIAN DAN PENGEMBANGAN TEKNOLOGI PERTANIAN BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN PERTANIAN

KEMENTERIAN PERTANIAN 2012

(3)

LEMBAR PENGESAHAN

1. Judul kegiatan : Model Kawasan Rumah Pangan Lestari (M-KRPL) di Provinsi Bengkulu

2. Unit Kerja : BPTP Bengkulu

3. Alamat Unit Kerja : JL. Irian KM, 6,5 Bengkulu 38119 4. Penanggung Jawab

a. Nama : Dr. Umi Pudji Astuti, MP

b. Pangkat/Golongan : Pembina /IVa c. Jabatan

c1. Struktural : -

c2. Fungsional : Penyuluh Pertanian Madya

5. Lokasi Kegiatan : 6 Kabupaten dan Kota di Provinsi Bengkulu

6. Status Kegiatan (Baru/Lanjutan) : lanjutan 7. Tahun Dimulai : 2011 8. Tahun Ke : 2 (dua)

9. Biaya Kegiatan TA 2012 : Rp. 910.000.000- (Sembilan Ratus sepuluh juta Rupiah).

10. Sumber Dana : Satker Balai Besar Pengkajian dan Pengembangan Teknologi

Pertanian, Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Bengkulu T.A.

2012

Mengetahui Kepala Balai,

Dr. Ir. Dedi Sugandi, MP.

NIP. 19590206 198603 1 002

Bengkulu, Desember 2012 Penanggung Jawab Kegiatan

Dr. Umi Pudji Astuti, MP NIP.19610531 199003 2 001

(4)

KATA PENGANTAR

Puji syukur ke hadirat Allah atas rahmat dan karunia-Nya, sehingga Laporan Akhir Tahun 2012 Kegiatan Model Kawasan Rumah Pangan Lestari (M- KRPL) di Provinsi Bengkulu dapat tersusun. Laporan ini dibuat sebagai salah satu pertanggungjawaban terhadap hasil pelaksanaan kegiatan mulai bulan Januari sampai dengan bulan Desember tahun 2012. Kegiatan fisik yang dilaksanakan meliputi: 1) PRA di 6 desa; 2) Pelatihan teknis pembuatan kompos, teknis budidaya, teknis pembibitan, sosialisasi dan apresiasi petani, pertemuan, kunjungan, implementasi; 3) Implementasi KBD sebanyak 9 unit serta; 4) Implementasi Model Kawasan Rumah Pangan Lestari sebanyak 14 unit. Sampai Bulan Desember 2012 Realisasi keuangan sebesar 94,58% (Rp. 781.024.174,-)

dari target anggaran sebesar Rp. 910.000.000,00.

Kami menyadari bahwa dalam perencanaan dan pelaksanaan kegiatan ini tentu ada kekurangannya, oleh karena itu kritik dan saran untuk perbaikan sangat diharapkan. Kepada semua pihak yang telah berpartisipasi dan membantu pelaksanaan kegiatan ini kami sampaikan terima kasih. Semoga kegiatan ini dapat memberikan manfaat bagi percepatan adopsi inovasi teknologi pemanfaatan lahan pekarangan di Provinsi Bengkulu.

Bengkulu, Desember 2012 Penyusun

(5)

DAFTAR ISI

Halaman

LEMBAR JUDUL ... i

LEMBAR PENGESAHAN ... ii

KATA PENGANTAR ... iii

DAFTAR ISI ... iv

DAFTAR TABEL ... v

DAFTAR GAMBAR ... vi

DAFTAR LAMPIRAN ... vii

ABSTRAK ... viii

I. PENDAHULUAN ... 1

1.1. Latar Belakang ... 1

1.2. Tujuan Tahun 2012... 3

1.3. Keluaran yang Diharapkan ... 3

II. TINJAUAN PUSTAKA ... 4

III. PROSEDUR ... 8

3.1. Ruang Lingkup ... 8

3.2. Lokasi Kegiatan dan Waktu ... 8

3.3. Cakupan Kegiatan ... 9

3.4. Tahapan Pelaksanaan Kegiatan ... 10

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN ... 13

4.1. Koordinasi Intern dan Antar Institusi ... 13

4.2. Participatory Rural Appraisal (PRA) ... 14

4.3. Disain Pekarangan... 17

4.4. Replikasi Model ... 19

4.5. Pelatihan Teknisi/Apresiasi ... 20

4.6. Penerbitan Bahan Informasi ... 22

4.7. Penyampaian Inovasi Pertanian/Narasumber ... 22

4.8. Inovasi yang Didiseminasikan... 23

4.9. Analisis Ekonomi ... 29

V. KESIMPULAN DAN SARAN ... 31

VI. KINERJA HASIL ... 32

DAFTAR PUSTAKA ... 33

LAMPIRAN ... 34

(6)

DAFTAR TABEL

Halaman

1. Lokasi M-KRPL di Provinsi Bengkulu Tahun 2012 ... 9

2. Daftar Nama Liason Officer (LO) M-KRPL Bengkulu Tahun 2012 ... 10

3. Kegiatan Koordinasi M-KRPL Tingkat Nasional Tahun 2012 ... 13

4. Koordinasi Pemerintah Daerah Tahun 2012 ... 14

5. Ringkasan Hasil PRA di Desa Replikasi M-KRPL Provinsi Bengkulu Tahun 2012 ... 15

6. Lokasi Replikasi Model KRPL Provinsi Bengkulu Desember Tahun 2012 ... 19

7. Replikasi Model oleh Pemerintah Daerah Provinsi Bengkulu sampai Desember Tahun 2012 ... 20

8. Kegiatan Pelatihan, Apresiasi Teknologi BPTP Bengkulu sampai Bulan Desember Tahun 2012 ... 21

9. Bahan Informasi yang Diterbitkan sampai Bulan Desember Tahun 2012 ... 22

10. Penyampaian Materi ke Stakeholder Tahun 2012 ... 23

11. Perhitungan Rata-rata Pendapatan dan Pengeluaran Konsumsi Rumah Tangga Petani M-KRPL sampai Bulan Desember 2012 ... 30

12. Rata-rata Penghematan Konsumsi dan Pendapatan Rumah Tangga Petani M-KRPL sampai Bulan Desember Tahun 2012 ... 30

(7)

DAFTAR GAMBAR

Halaman

1. Spectrum Diseminasi Multi Channel (SDMC) ... 6

2. Kebun Bibit Desa (KBD) ... 28

3. Kebun Bibit Inti (KBI) ... 28

4. Irigasi Tetes ... 29

(8)

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

1. Pembuatan Kompos dan Mikro Organisme Lokal (MOL) ... 34

2. Teknis Budidaya Tanaman Sayuran ... 37

3. Analisis Usahatani Sayuran ... 56

3. Foto Kegiatan ... 62

(9)

ABSTRAK

Salah satu upaya untuk meningkatkan ketahanan pangan keluarga dan gizi masyarakat harus diawali dari pemanfaatkan sumberdaya yang tersedia maupun yang dapat disediakan di lingkungannya. Upaya tersebut ialah memanfaatkan pekarangan yang dikelola oleh keluarga. Komitmen pemerintah untuk melibatkan rumah tangga dalam mewujudkan kemandirian pangan perlu diaktualisasikan dalam menggerakkan lagi budaya menanam di lahan pekarangan, baik di perkotaan maupun di pedesaan. Kementerian Pertanian menyusun suatu konsep yang disebut dengan “Model Kawasan Rumah Pangan Lestari” yang dibangun dari Rumah Pangan Lestari (RPL) dengan prinsip pemanfaatan pekarangan yang ramah lingkungan untuk pemenuhan kebutuhan pangan dan gizi keluarga, serta peningkatan pendapatan yang pada akhirnya akan meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Tujuan kegiatan adalah: 1) Meningkatkan pengetahuan dan keterampilan keluarga dan masyarakat dalam pemanfaatan lahan pekarangan di perkotaan maupun pedesaan; 2) Memenuhi kebutuhan pangan dan gizi rumah tangga secara lestari dalam suatu kawasan; 3) Meningkatkan ketahanan pangan dan pendapatan rumah tangga; 4) Mengembangkan sumber benih/bibit untuk menjaga keberlanjutan dan kelestarian pemanfaatan pekarangan; 5) Mereplikasi model perkotaan dan perdesaan di 5 Kabupaten Baru, dan Kelurahan baru di Kota Bengkulu. Pendekatan yang digunakan dalam pelaksanaan kegiatan adalah partisipatif, bimbingan teknis, dan demplot sebanyak 2 KK setiap unit kawasan.

Hasil kegiatan adalah: 1) 4.502 keluarga telah mengetahui manfaat lahan pekarangan dan mampu menanam tanaman di pekarangan, 2) tanaman yang diusahakan di lahan pekarangan mampu memenuhi kebutuhan sayuran harian bagi keluarganya, sebagian dibagikan tetangga dan sebagian kecil dijual, 3) terbentuknya 1 unit KBI dan 6 KBD untuk keberlanjutan usaha di perdesaan, 4) terbentuknya 14 unit kawasan M-KRPL di 6 Kabupaten dan Kota. Dampak sosial dari kegiatan M-KRPL antara lain: masyarakat lebih bersosialisasi (adanya aktifitan di rumah tangga pagi dan sore menyiram tanaman bias saling berbagi suka duka, saling berbagi hasil sehingga lebih akrab), lingkungan menjadi hijau dan bersih.

Kata Kunci: model, kawasan rumah pangan, lestari

(10)

I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pembangunan ketahanan pangan mempunyai ciri cakupan luas, adanya keterlibatan lintas sektor, multidisiplin serta penekanan pada basis sumberdaya lokal. Menurut Suryana (2009), pembangunan ketahanan pangan berhasil/

terwujud bila dua kondisi terpenuhi, yaitu (1) pada tataran makro, setiap saat tersedia pangan yang cukup (jumlah, mutu, keamanan, keragaman merata dan terjangkau); (2) pada tataran mikro, setiap rumah tangga setiap saat mampu mengkonsumsi pangan yang cukup, aman, bergizi dan sesuai pilihannya, untuk menjalani hidup sehat dan produktif. Bila terjadi kerawanan pangan akan mempunyai dampak besar bagi bangsa, yang meliputi aspek ekonomi (produktivitas rendah), sosial (keresahan/kerusuhan) serta politik (instabilitas).

Salah satu butir kesepakatan Gubernur terkait dengan pembangunan ketahanan pangan adalah mengembangkan ketersediaan dan mempercepat penganekaragaman konsumsi pangan berbasis pangan lokal, melalui (a) menjamin ketersediaan sarana dan prasarana produksi, (b) mengendalikan alih fungsi lahan, (c) melakukan pengkajian dan penerapan berbagai teknologi tepat guna pengolahan pangan berbasis tepung-tepungan dan aneka pangan lokal lainnya, (d) menetapkan hari-hari tertentu sebagai hari mengkonsumsi pangan lokal, (e) mendorong berkembangnya kantin/warung desa/sekolah/perguruan tinggi untuk memanfaatkan bahan-bahan pangan lokal (BKP, 2011).

Upaya diversifikasi pangan yang tertuang dalam salah satu butir kesepakatan tersebut sangat strategis dalam rangka menurunkan konsumsi beras. Saat ini konsumsi beras mencapai 139 kg/kapita/tahun. Menurut Wamentan, konsumsi ini perlu diturunkan, idealnya pada kisaran 90 hingga 100 kg/kapita/tahun.

Presiden RI pada acara Konferensi Dewan Ketahanan Pangan di Jakarta International Convention Center (JICC) bulan Oktober 2010, menyatakan bahwa ketahanan dan kemandirian pangan nasional harus dimulai dari rumah tangga.

Pemanfaatan lahan pekarangan untuk pengembangan pangan rumah tangga

(11)

merupakan salah satu alternatif untuk mewujudkan kemandirian pangan rumah tangga (Balai Besar Pengkajian, 2011).

Dalam masyarakat perdesaan, pemanfaatan lahan pekarangan untuk ditanami tanaman kebutuhan keluarga sudah berlangsung dalam waktu yang lama dan masih berkembang hingga sekarang meski dijumpai berbagai pergeseran. Komitmen pemerintah untuk melibatkan rumah tangga dalam mewujudkan kemandirian pangan perlu diaktualisasikan dalam menggerakkan lagi budaya menanam di lahan pekarangan, baik di perkotaan maupun di pedesaan.

Kementerian Pertanian menyusun suatu konsep yang disebut dengan

“Model Kawasan Rumah Pangan Lestari” yang dibangun dari Rumah Pangan Lestari (RPL) dengan prinsip pemanfaatan pekarangan yang ramah lingkungan untuk pemenuhan kebutuhan pangan dan gizi keluarga, serta peningkatan pendapatan yang pada akhirnya akan meningkatkan kesejahteraan masyarakat (Kementerian Pertanian, 2012).

Provinsi Bengkulu memiliki potensi sumber daya alam yang melimpah.

Ketersediaan jenis pangan dan rempah yang beraneka ragam, berbagai jenis tanaman pangan seperti padi-padian, umbi-umbian, kacang-kacangan, sayur, buah, dan pangan dari hewani banyak kita jumpai. Demikian pula berbagai jenis tanaman rempah dan obat-obatan dapat tumbuh dan berkembang dengan mudah di wilayah kita ini. Namun demikian realisasi konsumsi masyarakat masih dibawah anjuran pemenuhan gizi. Oleh karena itu salah satu upaya untuk meningkatkan ketahanan pangan keluarga dan gizi masyarakat harus diawali dari pemanfaatkan sumberdaya yang tersedia maupun yang dapat disediakan di lingkungannya. Upaya tersebut ialah memanfaatkan pekarangan yang dikelola oleh keluarga.

Berdasarkan pengamatan, perhatian petani terhadap pemanfaatan lahan pekarangan relatif masih terbatas, sehingga pengembangan berbagai inovasi yang terkait dengan lahan pekarangan belum banyak berkembang sebagaimana yang diharapkan. Menurut Mulyati Rahayu dan Suhardjono Prawiroatmodjo (2005), di Indonesia peranan pekarangan belum mendapat perhatian sepenuhnya, padahal jika dikelola dengan baik bukan tidak mungkin akan menambah penghasilan pen dapatan keluarga. Kementerian Pertanian melihat potensi lahan pekarangan ini sebagai salah satu pilar yang dapat diupayakan

(12)

untuk mewujudkan kesejahteraan keluarga, baik bagi rumah tangga di pedesaan maupun di perkotaan.

Kegiatan Model Kawasan Rumah Pangan Lestari (M-KRPL) yang diinisiasi oleh Badan Litbang Pertanian diharapkan akan memicu lahirnya pemikiran dan konsep bagi optimalisasi pemanfaatan lahan pekarangan, utamanya melalui pemanfaatan berbagai inovasi yang telah dihasilkan oleh Badan Litbang Pertanian dan lembaga penelitian lainnya. Ke depan diharapkan melalui inisiatif ini akan semakin berkembang upaya-upaya kreatif di tengah masyarakat dalam pemanfaatan lahan dan ruang yang ada di sekitar mereka.

1.2. Tujuan Tahun 2012

1. Memenuhi kebutuhan pangan dan gizi keluarga melalui pemanfaatan lahan pekarangannya, dan meningkatkan kemampuan keluarga dan masyarakat dalam pemanfaatan lahan pekarangan

2. Mengembangkan sumber benih/bibit untuk menjaga keberlanjutan dan kelestarian pemanfaatan pekarangan

3. Mengembangkan kegiatan ekonomi produktif keluarga dan menciptakan ketahanan lingkungan hijau yang bersih dan sehat secara mandiri

4. Mereplikasi Model KRPL perdesaan dan perkotaan ke 5 Kabupaten baru

1.3. Keluaran yang Diharapkan

1. Terbentuknya kawasan pengembangan pekarangan mendukung Rumah Pangan Lestari di Perkotaan dan Perdesaan sebanyak 13 unit di 7 Kabupaten/Kota

2. Terbentuknya Kebun Bibit Inti (KBI) di BPTP, dan Kebun Bibit Desa (KBD) di 7 Kabupaten/Kota

3. Terpenuhinya kebutuhan pangan dan gizi di setiap rumah tangga

4. Berkembangnya kegiatan ekonomi produktif di perdesaan dan perkotaan di 7 Kabupaten/Kota

(13)

II. TINJAUAN PUSAKA

Lahan pekarangan memiliki fungsi multiguna, karena dari lahan yang relatif sempit ini, bisa menghasilkan bahan pangan seperti umbi-umbian, sayuran, buah- buahan; bahan tanaman rempah dan obat, bahan kerajinan tangan; serta bahan pangan hewani yang berasal dari unggas, ternak kecil maupun ikan. Manfaat yang akan diperoleh dari pengelolaan pekarangan antara lain dapat: memenuhi kebutuhan konsumsi dan gizi keluarga, menghemat pengeluaran, dan juga dapat memberikan tambahan pendapatan bagi keluarga (Balai Besar Pengkajian, 2011).

Berbagai jenis tanaman pangan seperti padi-padian, umbi-umbian, kacang- kacangan, sayur, buah, dan pangan dari hewani banyak kita jumpai. Demikian pula berbagai jenis tanaman rempah dan obat-obatan dapat tumbuh dan berkembang dengan mudah di wilayah kita ini. Namun demikian realisasi konsumsi masyarakat masih dibawah anjuran pemenuhan gizi. Oleh karena itu salah satu upaya untuk meningkatkan ketahanan pangan keluarga dan gizi masyarakat harus diawali dari pemanfaatkan sumberdaya yang tersedia maupun yang dapat disediakan di lingkungannya. Upaya tersebut ialah memanfaatkan pekarangan yang dikelola oleh keluarga. Manfaat yang akan diperoleh dari pengelolaan pekarangan antara lain dapat:

memenuhi kebutuhan konsumsi dan gizi keluarga, menghemat pengeluaran, dan juga dapat memberikan tambahan pendapatan bagi keluarga. Potensi lahan pekarangan sebagai salah satu pilar yang dapat diupayakan untuk mewujudkan kesejahteraan keluarga, baik bagi rumah tangga di pedesaan maupun di perkotaan (Kementerian Pertanian, 2012).

Konsep dan Batasan

1. Lahan Pekarangan : adalah lahan kering yang berada di sekitar rumah yang dibatasi dengan pagar/batas

2. Penataan Pekarangan : ditujukan untuk memperoleh manfaat yang sebesar-besarnya melalui pengelolaan lahan pekarangan secara intensif dengan tata letak sesuai dengan pemilihan komoditas.

3. Rumah Pangan Lestari (RPL): rumah yang memanfaatkan pekarangan secara intensif melalui pengelolaan sumberdaya alam lokal secara bijaksana, yang menjamin kesinambungan persediaannya dengan tetap memelihara dan meningkatkan kualitas, nilai dan keanekaragamannya.

(14)

4. Kawasan Rumah Pangan Lestari (KRPL): diwujudkan dalam satu dusun (kampung) yang telah menerapkan prinsip RPL dengan menambahkan intensifikasi pemanfaatan pagar hidup, jalan desa, dan fasilitas umum lainnya (sekolah, rumah ibadah, dll), lahan terbuka hijau, serta mengembangkan pengolahan dan pemasaran hasil. Suatu kawasan harus menentukan komoditas pilihan yang dapat dikembangkan secara komersial, dilengkapi dengan kebun bibit.

5. Pengelompokan Lahan Pekarangan: Dibedakan atas pekarangan perkotaan dan perdesaan, masing-masing memiliki spesifikasi baik untuk menetapkan komoditas yang akan ditanam, besarnya skala usaha pekarangan, maupun cara menata tanaman, ternak, dan ikan.

a. Pekarangan Perkotaan : Pekarangan perkotaan dapat dikelompokkan menjadi 2 strata, yaitu : (1) Perumahan tanpa halaman sampai dengan luas lahan 100 m2; (2) Perumahan dengan luas lahan 100 – 200 m2. b. Pekarangan Perdesaan: Pekarangan perdesaan dikelompkkan menjadi

2 strata, yaitu (1) sempit sampai luas : 200 - 400 m2; (2) pekarangan luas (>400 m2).

6. Pemilihan komoditas: ditentukan dengan mempertimbangkan pemenuhan kebutuhan pangan dan gizi keluarga serta kemungkinan pengembangannya secara komersial berbasis kawasan. Komoditas untuk pekarangan antara lain: sayuran, tanaman rempah dan obat, serta buah (pepaya, belimbing, jambu biji, Jeruk Kalamansi, mangga bengkulu). Pada pekarangan yang lebih luas dapat ditambahkan kolam ikan dan ternak ayam, itik, kambing.

Model Kawasan Rumah Pangan Lestari (Model KRPL), diwujudkan dalam satu dusun (kampung) yang telah menerapkan prinsip RPL dengan menambahkan intensifikasi pemanfaatan pagar hidup, jalan desa, dan fasilitas umum lainnya (sekolah, rumah ibadah, dll), lahan terbuka hijau, serta mengembangkan pengolahan dan pemasaran hasil. Suatu kawasan harus menentukan komoditas pilihan yang dapat dikembangkan secara komersial, dilengkapi dengan kebun bibit.

Pada dasarnya kegiatan M-KRPL merupakan bagian dari kegiatan diseminasi. Diseminasi teknologi merupakan proses timbal balik, para pelaku menyediakan, menerima informasi dan teknologi sehingga diperoleh kesepahaman dan kesepakatan bersama. Kegiatan diseminasi dalam pendekatan

(15)

Spectrum Diseminasi Multi Chanels (SDMC), dilakukan dengan memanfaatkan berbagai jalur komunikasi dan pemangku kepentingan (stakeholders) terkait.

Ilustrasi pada Gambar 1 menunjukkan pola-pola yang merupakan spektrum diseminasi beserta beragam channel yang dapat digunakan dalam proses distribusi informasi inovasi teknologi tersebut.

Gambar 1. Spektrum Diseminasi Multi Channel (SDMC).

Sumber: Badan Litbang Pertanian (2011)

Prinsip yang dilakukan dalam pelaksanaan kegiatan M-KRPL adalah pemberdayaan masyarakat/sasaran melalui pendekatan :

(1) Partisipatif. Petani berperan aktif dalam penentuan teknologi sesuai kondisi setempat serta meningkatkan kemampuan melalui pembelajaran di laboratorium lapangan.

(16)

(2) Spesifik lokasi. Memperhatikan kesesuaian teknologi dengan lingkungan sosial budaya, dan ekonomi petani setempat.

Falsafah dari M-KRPL merupakan falsafah diseminasi seperti pernyataan Rogers sebagai berikut : Mendengar, Saya Lupa, Melihat, Saya Ingat, Melakukan, Saya Faham, Menemukan Sendiri, Saya Kuasai.

Falsafah di atas menunjukkan bahwa proses pembelajaran bagi petani haruslah dilakukan secara sistematis, lengkap, sederhana/aplikatif, dan partisipatif dengan mengoptimalkan kinerja dari panca indra. Learning by doing secara partisipatif merupakan metode pembelajaran yang tepat, karena petani tidak hanya mendengar ataupun melihat, tetapi lebih ditekankan untuk mampu melaksanakan, mengevaluasi/membuat penilaian (menemukan), menentukan pilihan, mengadopsi, dan mendifusikan teknologi yang spesifik lokasi. Melalui cara ini diharapkan petani lebih kreatif dan inovatif yang dapat berperan seperti halnya seorang peneliti dan penyuluh.

(17)

III. PROSEDUR

3.1. Ruang Lingkup

Lokasi kegiatan Model KRPL 13 unit yaitu di Kota Bengkulu yang mewakili model perkotaan sebanyak 3 unit (lingkungan BPTP, RT 4, RT 5, RT 8 dan RT 9), dan di 6 Kabupaten (Bengkulu Tengah, Bengkulu Utara, Mukomuko, Seluma, Bengkulu Selatan, dan Kaur) yang mewakili model perkotaan dan perdesaan sebanyak 10 unit.

Pendekatan yang digunakan adalah partisipatif, dengan melibatkan kelompok sasaran, tokoh masyarakat, dan perangkat desa. Kelompok sasaran adalah rumah tangga atau kelompok rumah tangga yang tergabung dalam satu unit kawasan sebanyak 25 – 30 rumah tangga dalam satu Rukun Tetangga, Rukun Warga atau satu dusun/kampung. Selaian itu sasaran lainnya adalah lingkungan kantor, dan fasilitas umum (sekolah SD/SMP, puskesmas, balai desa) Kelompok dibentuk dari, oleh, dan untuk kepentingan para anggota kelompok itu sendiri.

Pelaksanaan kegiatan Model KRPL di Provinsi Bengkulu dikelompokkan menjadi dua kelompok yaitu : 1) Model KRPL Perkotaan dan Model KRPL Pedesaan. Model KRPL Perkotaan dibagi menjadi 2 strata yaitu: strata I luas lahan pekarangan < 100 m2 dengan komoditas Sayuran; strata II luas lahan pekarangan 100 – 200 m2 dengan komoditas sayuran-ayam-ikan- tanaman obat, buah-buahan; 2) Model KRPL Pedesaan dibagi menjadi 2 strata yaitu : Strata I luas lahan < 400 m2 dengan komoditas Sayuran-ayam-ikan- tanaman obat-buah- buahan, dan strata II luas lahan > 400 m2 dengan komoditas sayuran- kambing/sapi-ikan-umbi umbian, buah-buahan.

3.2. Lokasi kegiatan dan waktu

Kegiatan M-KRPL Tahun 2012 dilaksanakan di 6 Kabupaten dan kota yaitu Kabupaten Mukomuko, Bengkulu Utara, Bengkulu Tengah, Kota Bengkulu, Seluma, Bengkulu Selatan, dan Kaur. Kegiatan telah dilaksanakan mulai bulan Januari – Desember 2012 (Tabel 1.).

(18)

Tabel 1. Lokasi M-KRPL di Provinsi Bengkulu Tahun 2012

Kabupaten/Kota Kecamatan Desa/Kelurahan Koordinat Jumlah

Unit Jumlah KK Kota Sungai Serut Kel. Semarang BT : 1020 17,968’

LS : 030 47,421’ 3 210

Kaur Semidang

Gumai Padang Panjang BT : 1030 14’ 24,4’

LS : 040 39’ 30,9’ 1 40 Bengkulu

Selatan Manna Gunung Kembang BT : 1030 14’25,2’

LS : 040 39’ 31,5’ 1 50 Seluma Sukaraja Sidoluhur BT : 1020 22,660’

LS : 030 56,118’ 2 100 Bengkulu

Tengah Pondok Kelapa Pondok Kubang Merigi Sakti

Sri Katon

Harapan Makmur Arga Indah

BT : 1020 16,204’

LS : 030 43,362’

BT : 1020 20,334’

LS : 030 44,703’

BT ; 12023,833' LS : 030 38,994'

1 2 1

68 232

50 Bengkulu Utara Argamakmur Tebing Kaning

Tanjung Raman Sido Urip Karang Suci

BT : 1020 11,346’

LS : 030 25,735’

BT : 1020 11,346’

LS : 030 25,732’

BT : 1020 11,346’

LS : 030 25,730’

-

1 1 1 1

240 100 127 115

Mukomuko Pondok Suguh Pondok Kandang - 1 32

3.3. Cakupan Kegiatan

Generating system : koordinasi puslit, balit, stakeholders

seminar hasil, penulisan karya ilmiah, workshop Delivery system : Seminar proposal, pertemuan (tim, stakeholders,

swasta), sosialisasi (Kabupaten/Provinsi),

Pelatihan teknis, ekspose kegiatan dan pameran, Pencetakan bahan informasi

Receiving system : PRA, Implementasi Demplot, KBI dan KBD, replikasi model, Analisis ekonomi : pengeluaran konsumsi, penjualan hasil

Penulisan laporan (bulanan, tengah tahun, akhir tahun)

(19)

3.4. Tahapan Pelaksanaan Kegiatan 3.4.1. Persiapan

Penyusunan RODHP

RODHP disusun sebagai penjabaran dan perincian dari RDHP. RODHP lebih rinci dan operasional baik dari aspek administrasi/keuangan dan kegiatan yang akan dilaksanakan. Untuk memperjelas pelaksanaan setiap komponen kegiatan selanjutnya disusun juklak kegiatan diseminasi.

Penunjukan LO untuk masing-masing Kabupaten/Kota.

LO ditunjuk sebagai perwakilan BPTP di masing-masing kabupaten (Tabel.2). Tugas dan tanggung jawab LO cukup banyak dan strategis, sehingga diperlukan kecakapan dan dinamika kerja yang baik.

Tabel 2. Daftar Nama Liason Officer (LO) M-KRPL Bengkulu Tahun 2012

No Nama Jabatan Fungsional Wilayah Kerja

1 Yahumri, SP PNK Kab. Kaur

2 Nurmegawati, SP Peneliti pertama Kab. Bengkulu Selatan

3 Taufik Hidayat, S.TP PNK Kab. Seluma

4 Bunaiyah Honorita, SP Calon Penyuluh Kota Bengkulu

5 Taupik Rahman,S.Si PNK Kab. Bengkulu Tengah

6 Tri wahyuni,S.Si PNK Kab Bengkulu Utara

7 Jhon Firison, S.Pt PNK Kab Mukomuko

3.4.2 Pelaksanaan kegiatan

Koordinasi intern dan antar institusi.

Koordinasi intern dilaksanakan secara rutin dalam bentuk pertemuan di BPTP Bengkulu. Pertemuan dilaksanakan 1 - 2 kali dalam sebulan. Dalam pertemuan ini dibahas kemajuan dan tindak lanjut kegiatan di masing-masing kabupaten.

Koordinasi antar institusi dilaksanakan di tingkat daerah (stakeholders di provinsi dan Kabupaten) maupun secara nasional dalam acara workshop maupun rapat kerja (raker).

(20)

Sosialisasi

Menyampaikan maksud dan tujuan kegiatan dan membuat kesepakatan awal untuk rencana tindak lanjut yang akan dilakukan. Kegiatan sosialisasi dilakukan terhadap kelompok sasaran dan pemuka masyarakat serta petugas pelaksana instansi terkait.

Pembentukan Kelompok

Kelompok sasaran adalah rumah tangga atau kelompok rumah tangga, dan fasilitas umum dalam satu Rukun Tetangga, Rukun Warga atau satu dusun/kampung. Kelompok dibentuk dari, oleh, dan untuk kepentingan para anggota kelompok itu sendiri.

Pelaksanaan PRA (Participatory Rural Appraisal)

Identifikasi teknologi existing, mengetahui permasalahan dan upaya pemecahan permasalahan dalam pemanfaatan lahan pekarangan di desa dilakukan dengan pendekatan PRA. Pelaksanaan PRA dilakukan oleh tim dengan aktifitas

- Disusun Tim yang beranggotakan multi disiplin dengan syarat memiliki bidang ilmu yang terkait dengan aspek sosial, ekonomi, agronomi dan Pasca panen.

- Tim PRA untuk setiap lokasi minimal terdiri dari 3 orang. Satu orang berperan sebagai pengatur jalannya diskusi, satu orang pencatat/notulensi hasil diskusi dan satu orang lagi mengamati dominasi anggota dalam diskusi.

- Jumlah tim memadai dengan jumlah grup diskusi, jumlah peserta tidak lebih dari 30 orang.

- Bahan-bahan yang diperlukan disiapkan dibawa dari kantor, untuk menghindari kemungkinan tidak tersedia di lokasi di tempat PRA. Bahan utama yang harus disediakan adalah kertas karton, spidol, selotip kertas dan gunting atau curter (pemotong) dengan jumlah disesuaikan dengan jumlah grup diskusi.

- Transek - Peta desa

- Wawancara dengan tokoh masyarakat, petani kunci - Diagram veen

- Pemaparan hasil PRA dihadiri oleh Camat, Kepala Desa, penyuluh, ketua kelompok tani, petani kunci.

(21)

Implemantasi Demplot, KBD di 6 Kabupaten dan Kota

Kegiatan dilaksanakan di 5 Kabupaten baru dan 1 Kabupaten lama, serta di Kota Bengkulu (7 Kabupaten/Kota, 13 unit)

Nara Sumber (Materi teknologi budidaya, administrasi kelompok, KBD, dan Pengolahan Hasil)

Penyampaian materi dilakukan melalui pelaksanaan apresiasi, pelatihan, sosialisasi maupun temu lapang. Kegiatan temu lapang akan diprioritaskan pada lokasi demfarm VUB, yaitu di Kabupaten Mukomuko, Lebong, Kepahiang, Bengkulu Tengah dan Kaur. Apresiasi/sosialisasi diutamakan untuk petugas hingga pada tingkat Kabupaten. Diharapkan untuk tingkat kecamatan dan desa dapat dilakukan secara estafet oleh Penyuluh Pertanian Lapangan. Untuk pelatihan PL II dan III disesuaikan dengan kebutuhan untuk masing-masing Kabupaten/Kota.

3.4.3 Parameter yang Diukur

Jumlah unit, jumlah KK yang mereplikasi model.

Pilihan komoditas yang diadopsi oleh petani.

Pengeluaran konsumsi rumah tangga petani pelaksana (saat mulai kegiatan dan setelah 6 bulan)

Jumlah dan jenis bahan informasi yang disebarluaskan sebagai bahan penyuluhan.

Jumlah Kebun Bibit Desa yang terbentuk di Desa untuk keberlanjutan kegiatan M-KRPL

(22)

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Koordinasi Intern dan Antar Institusi

Koordinasi intern (dalam institusi BPTP Bengkulu) dilaksanakan dalam bentuk rapat tim M-KRPL bersama kepala Balai secara rutin (bulanan), dan koordinasi insidental sesuai perkembangan kegiatan. Kegiatan ini dilakukan untuk memberikan arahan dan pembekalan kepada anggota Tim tentang hal-hal terbaru dalam pelaksanaan kegiatan baik di tingkat Provinsi maupun tingkat nasional.

Koordinasi antar institusi dilaksanakan di tingkat pusat, daerah, maupun kabupaten. Koordinasi di tingkat pusat yang telah dilaksanakan (Tabel 3)

Tabel 3. Kegiatan Koordinasi M-KRPL Tingkat Nasional Tahun 2012

No Kegiatan Lokasi Waktu

1 Koordinasi dengan Balit/Puslit Balai Penelitian

Sayuran (Lembang) Februari 2012 2 Workshop M-KRPL dan Raker

BBP2TP Batam Maret 2012

3 Koordinasi M-KRPL bersamaan

Raker Badan Litbang Jakarta April 2012

4 Pelatihan Perbenihan sayuran, buah-buahan dalam Pekan Hortikultura

Balitsa Juli 2012

5 Koordinasi kegiatan dan

Konsultasi Bogor November 2012

6 Workshop M-KRPL Bogor Desember 2012

Adapun kegiatan koordinasi di Provinsi Bengkulu maupun Kabupaten dilaksanakan dalam bentuk rapat, sosialisasi (Tabel 4), khususnya dengan Pemerintah Kota Bengkulu, Badan Ketahanan Pangan, sekolah menengah, PKK, Lembaga Pemberdayaan Masyarakat (LPM) Kota. Kegiatan koordinasi dan sosialisasi sangat dirasakan bermanfaat untuk mempercepat replikasi model, Pemerintah Kota Bengkulu telah membentuk tim pelaksana Ekonomi Kerakyatan berbasis Pertanian Perkotaan dengan ketua Walikota Bengkulu, dan ketua Harian Kepala Badan Pemberdayaan Masuyarakat, Perempuan dan Keluarga Berencana Kota. Koordinasi di Pemerintah Provinsi, telah dibentuk tim terpadu pemanfaatan lahan pekarangan dengan ketua Sekretaris Daerah Bengkulu, dan ketua harian Kepala Badan Ketahanan Pangan Provinsi.

(23)

Tabel 4. Koordinasi Pemerintah Daerah Tahun 2012.

No Kegiatan Waktu Sasaran Output

1 Koordinasi dengan Pemerintah

Kota Bengkulu (3 kali) Januari,

Maret Kepala SKPD se Kota Bengkulu Ketua LPM se Kota Bengkulu

Replikasi model KRPL perkotaan 63 Kelurahan, anggaran APBD Kota

2 Sosialisasi di 6 Kabupaten dan Kota bersamaan pelaksanaan sosialisasi Litkajibangrap tahun 2012

Februari

2012 Dinas lingkup Kementerian pertanian,

Balitbangda, Badan Pemberdayaan Perempuan

Dukungan kegiatan di lokasi

3 Sosialisasi, koordinasi BKP

Provinsi Maret

2012 Dinas lingkup kementan, Koperasi, BI,

Tim pelaksana Pemanfaatan lahan

pekarangan terpadu 4 Koordinasi, sosialisasi di

Sekolah Menengah di Kota Bengkulu

April,

Mei Guru, siswa Budidaya tanaman sayuran, buah menjadi kurikulum Muatan Lokal (Mulok)

4.2 Participatory Rural Appraisal (PRA)

Untuk meningkatkan adopsi petani terhadap teknologi yang akan dilaksanakan diperlukan adanya suatu pendekatan dan pemahaman wilayah secara partisipatif (Participatory Rural Appraisal) yang dilaksanakan sebelum implementasi suatu kegiatan. Participatory Rural Appraisal (PRA) merupakan suatu metode pemahaman lokasi dengan cara belajar dari, untuk dan bersama masyarakat, untuk mengetahui, menganalisis dan mengevaluasi hambatan dan kesempatan melalui multidisiplin. Dari kegiatan PRA diharapkan akan menghasilkan pemberdayaan, yakni setiap orang berhak menyatakan pendapat dalam pengambilan keputusan yang menyangkut kehidupannya. Pelaksanaan PRA ditekankan pada keterlibatan masyarakat dalam keseluruhan kegiatan serta peningkatan kemandirian dan kekuatan internal. Tujuan dari pelaksanaan PRA dalam kegiatan M-KRPL adalah :

1. Memperoleh gambaran kondisi eksisting dari adopsi komponen teknologi pemanfaatan lahan pekarangan.

(24)

2. Mengidentifikasi permasalahan dan kendala dalam aktifitas usahatani khususnya usahatani lahan pekarangan

3. Merumuskan strategi pembinaan, komoditas yang diminati, serta disain lahan yang akan diterapkan di setiap Desa.

Pada tahun 2012, PRA telah dilaksanakan di 6 Kabupaten, secara ringkas hasil PRA disajikan pada Tabel 5.

Tabel 5. Ringkasan hasil PRA di Desa Replikasi M-KRPL Provinsi Bengkulu Tahun 2012

No. Kabupaten Tempat dan Waktu Teknologi Existing Inovasi yang dilaksanakan 1. Kaur Desa Padang

Panjang , kecamatan Semidang Gumay 18-22 April 2012

1. lahan pekarangan ditanami tanaman campuran

2. penataan komoditas masih seadanya 3. tanaman yang

ditanam tidak dipupuk, varietas asalan

4. halaman tidak dipagar 5. ternak masih

diliarkan

Demplot strata II : Sopiah muda

KBD : Mazni

Kelompok tani :Harapan Pertiwi

Anggota replikasi : 40 Tanaman : sayuran (cabe,terung, tomat, kool bunga )

Demplot (cabe,terung, tomat, kool bunga sawi, kacang panjang, bayam, kangkung, timun, pare) 2. Bengkulu

Selatan Desa Gunung Kembang,

Kecamatan Manna 18-21 April

1. lahan pekarangan ditanami tanaman campuran

2. penataan komoditas masih seadanya 3. tanaman yang

ditanam tidak dipupuk, varietas asalan

4. halaman tidak dipagar, ayam banyak berkeliaran 5. ternak sapi masih

jarang,

Demplot strata I : Lensiana

Demplot strata II : Yalmina

KBD : Zaidan Kelompok tani : Anggota replikasi : 50 Tanaman : sayuran (cabe,terung, tomat, kool bunga )

Demplot (cabe,terung, tomat, kool bunga sawi, kacang panjang, bayam, kangkung, timun, pare) 3. Seluma Desa Sido Luhur,

Kecamatan Air Periukan 9 – 12 April

1. lahan pekarangan ditanami tanaman campuran

2. penataan komoditas masih seadanya 3. tanaman yang

ditanam tidak dipupuk, varietas asalan

4. halaman sebagian dipagar, ayam banyak berkeliaran

Demplot strata I : Danuar Demplot strata II : ibu marsini

KBD : Subuang

Kelompok tani : Mawar dan Angrrek

Anggota replikasi : 100 Tanaman : sayuran (cabe,terung, tomat, kool bunga )

Demplot (cabe,terung, tomat, kool bunga sawi,

(25)

1 2 3 4 5. ternak sapi

dikandangkan untuk kompos

6. sumber air dari sumur

5

kacang panjang, bayam, kangkung, timun, pare)

4 Bengkulu

Utara Desa Tebing Kaning, Kecamatan Arga Makmur

12 – 15 April

1. lahan pekarangan ditanami buah- buahan 2. tanaman yang

ditanam tidak dipupuk, varietas asalan

3. halaman sudah dipagar, ayam banyak berkeliaran 4. ternak sapi

dikandangkan untuk kompos

5. sumber air dari sumur, sungai

Demplot strata I : Demplot strata II : KBD : Tukini Kelompok tani : Anggota replikasi : 80 Tanaman : sayuran (cabe,terung, tomat, kool bunga )

Demplot (cabe,terung, tomat, kool bunga sawi, kacang panjang, bayam, kangkung, timun, pare)

5 Mukomuko Desa Rawa Mulya, Kecamatan XIV Koto 18 – 22 April

1. Lahan pekarangan telah diusahakan sayuran

2. Penataan lahan masih belum tertata 3. Ternak sapi cukup

banyak dan diliarkan 4. Halaman tidak

dipagar

Inovasi model tidak dilaksanakan karena masyarakat keberatan mengandangkan ternak

6 Mukomuko Desa Pondok

Kandang, Kecamatan Pondok Suguh

1. Lahan pekarangan belum diusahakan sayuran

2. Penataan lahan masih belum tertata 3. Ternak sapi terbatas 4. Halaman tidak

dipagar

Pengelola KBD : Baharudin

Demplot : Eli, dan Yur Tanaman : tomat, cabe, kool bunga, kangkung, terung dalam pot Kelompok tani : Adzika Jumlah anggota : 38 Inovasi untuk masyarakat belum dilaksanakan karena keterlambatan pemilihan lokasi 7 Bengkulu

Tengah Desa Arga Indah Kecamatan Merigi Sakti

1. Ada ternak yang tidak dikandangkan.

2. Penataan lahan masih belum tertata 3. Pengetahuan,

keterampilan dan sikap sebagian masyarakat terhadap pemanfaatan lahan pekarangan masih terbatas

4. Tidak tersedia benih unggul

Pengelola KBD: Azizah Jumlah anggota: 50 Tanaman : sayuran (cabe,terung, tomat, kool bunga )

Demplot (cabe,terung, tomat, kool bunga sawi, kacang panjang, bayam, kangkung, timun, pare)

(26)

Hasil PRA menunjukkan bahwa semua desa belum memahami teknologi yang ditunjukkan belum tertatanya tanaman di pekarangan yang belum tersusun dengan baik, tanaman yang diusahakan masih campuran, tidak dilakukan pemupukan dan benih sayuran yang ditanam asalan, semai sendiri dari pembelian produksi di pasar.

Kurangnya pemahaman terhadap komponen teknologi budidaya lahan di pekarangan merupakan permasalahan yang dominan, khususnya varietas yang cocok, penyiapan media tanam yang tepat, serta pengendalian hama/penyakit sayuran. Kurang pemahaman berarti petani masih belum mendapatkan materi yang memadai dari agen pembaharu, baik dari Generating System (Balit/Puslit Lingkup Badan Litbang Pertanian) maupun Delevery System (BPTP, SKPD, Lembaga Penyuluhan, Ditjen Teknis). Oleh karena itu peran penyuluh, materi penyuluhan dan metode penyuluhan sangat dibutuhkan.

Frekuensi kehadiran penyuluh belum menjamin mampu meningkatkan pemahaman petani. Penyuluh sebagai agen pembaharu harus lebih memahami kebutuhan dan kapasitas, serta selera petani sasaran. Secara umum metode praktek di lapangan yang paling diminati oleh petani, sebaliknya penyuluh sering melakukan penyuluhan dengan cara tatap muka dan diskusi. Perpaduan antara metode penyuluhan dan frekuensi penyuluhan diyakini mampu meningkatkan pengetahuan dan pemahaman petani terhadap suatu teknologi.

4.3. Disain Pekarangan

Model Perkotaan : Strata I (Luas < 100 m2)

1. Untuk rumah tanpa halaman dapat ditanam sayuran vertikultur tingkat 4 (bahan dari paralon atau bambu betung). Tanaman yang dapat ditanaman adalah jenis sayuran seperti kangkung, bayam, sawi, daun bawang, kemangi; tanaman obat yang dapat diusahakan antara lain : kencur, jahe, kunyit.

2. Rumah dengan halaman sempit dapat ditanam tanaman sayuran vertikultur , tanaman dalam polybag seperti : cabe, terung, tomat, dan bunga kool 3. Rumah yang halaman pekarangan agak luas ( < 100 m2) dapat diusahakan

tanaman dalam polybag maupun bertanam di bedengan misalnya : cabe, terung, tomat, dan bunga kool, kunyit, kemangi, lengkuas, jahe.

(27)

Model Perkotaan : Strata II (luas pekarangan 100 – 200 m2 )

1. Tanaman sayuran dalam polibag : tomat, terung, daun bawang diletakkan di depan teras rumah menggunakan para-para

2. Halaman dengan sinar penuh dapat ditanami sayuran, buah-buahan dan obat. Sayuran yang ditanam dianjurkan dalam bedengan ukuran 1 - 2 m x 4 – 8m tergantung ketersediaan lahan, jenis sayuran seperti : kangkung, cabai, tomat, kool bunga, terung, atau kacang panjang

Halaman dengan sinar kurang penuh (teduh) : bayam, sawi, slada, kunyit, kunyit putih, jahe, kencur, lengkuas

3. Pada halaman yang luas dapat diusahakan tanaman buah seperti : pisang, papaya, jeruk kalamnsi, mangga Bengkulu. Selain tanaman sayur dan buah juga dapat diusahakan ternak ayam buras, dan kolam ikan (lele, Nila)

Model Perdesaan : Strata I (luas pekarangan < 400 m2)

1. Pada halaman yang sempit sampai cukup luas dianjurkan menanam dalam polybag dan bedengan. Tanaman sayuran dalam polibag : tomat, terung, daun bawang, sawi diletakkan di halaman depan rumah menggunakan para- para.

Tanaman sayuran dan obat dalam bedengan dengan sinar penuh : kangkung, tomat, cabai, terung, atau kacang panjang; halaman dengan sinar kurang penuh (teduh) bayam, sawi, slada,sledri, kunyit, kunyit putih, cahe, kencur, lengkuas

Tanaman buah ditanam di halaman samping atau belakang, jenisnya : pisang, mangga, papaya, jeruk kalamansi

2. Ternak ayam kampung 3. Kolam ikan : (lele, Nila)

Model Perdesaan : Strata II (luas pekarangan > 400 m2)

1. Tanaman sayuran dalam polibag : tomat, terung, daun bawang, sawi diletakkan di depan teras rumah menggunakan para-para

Tanaman sayuran dan obat dalam bedengan dengan sinar penuh : kangkung, tomat, cabai, terung, atau kacang panjang; halaman dengan sinar kurang penuh (teduh) bayam, sawi, slada,sledri, kunyit, kunyit putih, cahe, kencur, lengkuas

(28)

Tanaman buah ditanam di halaman samping atau belakang, jenisnya : pisang, mangga, papaya, jeruk kalamansi

2. Tanaman pangan lainnya seperti ubi kayu, ubi jalar, gayong, garut, talas) 3. Ternak ayam kampung Kolam ikan : (lele, Nila)

4. Ternak Kambing kacang.

4.4. Replikasi Model

Sampai bulan Desember 2012 replikasi M-KRPL dari DIPA BPTP dilakukan di 6 Kabupaten dan Kota Bengkulu dengan jumlah unit 11 unit (Tabel.6), 2 unit berikutnya akan direplikasi di Kabupaten Kaur dan Bengkulu Utara sesuai permintaan Pemerintah Kabupaten.

Tabel 6. Lokasi Replikasi Model KRPL Provinsi Bengkulu Desember Tahun 2012

No Kabupaten Desa Jumlah Unit Jumlah KK

1 Kaur Padang Panjang 1 45

2 Bengkulu Selatan Gunung Kembang 1 50

3 Seluma Sido Luhur, BP-I 2 100

4 Kota Bengkulu Semarang 3 100

5 Bengkulu Tengah Harapan makmur Sri Katon

Arga Indah

3 90

18 50 6 Bengkulu Utara Tebing kaning

Tanjung Raman 2 84

27

7 Mukomuko Pondok Kandang 1 38

8 BPTP Bengkulu Display di Halaman

Kantor 1

Jumlah 14 602

Sumber : laporan LO Kabupaten

Tabel 6 menunjukkan bahwa jumlah masyarakat yang telah mengikuti kegiatan M-KRPL dalam satu Desa/Kelurahan masih beragam, belum dapat merata untuk seluruh masyarakat desa karena keterbatasan anggaran. Untuk memasyarakatkan kepada seluruh lapisan masyarakat akan dikembangkan model diseminasi dengan jalan kelompok yang telah menjadi anggota dibina selama dua tahun, pengembangan dan penguatan demplot, KBD, dan kawasan untuk memotivasi masyarakat yang belum menjadi anggota dalam Desa.

Selain replikasi dari anggaran BPTP, juga dilakukan oleh Pemerintah Daerah melalui anggaran APBD Kota dan APBD Provinsi (Tabel 7).

(29)

Tabel.7. Replikasi Model Oleh Pemerintah daerah Provinsi Bengkulu Sampai Desember 2012

No Kabupaten Desa/Kelurahan Jumlah

Unit/Kelompok Jumlah

KK Institusi Penanggung

Jawab 1 Kota

Bengkulu 63 Kelurahan Kelurahan Bumi Ayu

9 Kecamatan Betungan

158 kelompok 5 kelompok

9 unit 3 kelompok

± 3.150 KK 100 KK

9 kantor BP3K 60 kk

BPMPKB (APBD Kota)

BKP Provinsi (APBD Provinsi BKP Kota (sayuran vertikultur) BKP Prov./APBD I

2 Kabupaten

Seluma Desa Bukit

Peninjauan I 10 kelompok 200 KK BKP Provinsi BKP Kabupaten 3 Bengkulu

Tengah Sri Katon Harapan makmur Margo Mulyo Arga Indah

5 kelompok 5 kelompok 10 kelompok 1 kelompok

100 KK 100 KK 150 kk 50 KK

BPTP, BI, BKP Kabupaten BKP Kabupaten BKP Provinsi BPTP 4 Bengkulu

Utara

Tebing Kaning

Tanjung Raman Karang Suci Sido Urip KODIM

12 kelompok

4 kelompok 5 kelompok 3 kelompok 1 unit

240 KK

100 KK 115 KK 127 KK 1 Kompi

BPTP, BKP Kabupaten, BKP Prov.

BPTP,BKP Kabupaten BKP Kabupaten BKP Kabupaten BPTP,BKP Kabupaten

Jumlah 231 kelompok 4.502 KK

Tabel 7. menunjukkan cukup besarnya komitmen pemerintah daerah dalam pengembangan pemanfaatan lahan pekarangan untuk ketahanan pangan keluarga dan kelestarian lingkungan. Dari jumlah KK yang mereplikasi model sampai Desember 2012 telah mencapai 737%, apabila dibandingkan dari jumlah Kabupaten dan Desa di Provinsi Bengkulu masih sangat sedikit. Oleh karena itu diperlukan koordinasi, sosialisasi bersama pemerintah daerah untuk mengembangkan model secara cepat.

4.5. Pelatihan Teknis/Apresiasi

Pelatihan teknis, apresiasi teknologi dilaksanakan untuk meningkatkan ketrampilan dan pengetahuan petani dalam melaksanakan teknis budidaya tanaman sayuran, pembuatan kompos,serta pembukuan kelompok (Tabel.8)

(30)

Tabel 8. Kegiatan Pelatihan, Apresiasi Teknologi BPTP Bengkulu sampai bulan Desember 2012

No Kabupaten, Tempat Jenis Pelatihan Jumlah Peserta 1 Bengkulu

 BPTP

 Kelompok Semarang Lestari

 LPM Suka Merindu

 Kelompok Semarang Lestari

 LPM Kebun Dhari

 LPM Lempuing

 RT 6 Kelurahan Semarang

 LPM Padang Harapan

 BKP Kota

Apresiasi teknologi : kunjungan KBI dan Display dari LPM se Kota Bengkulu, PKK Kabupaten Bengkulu Utara, peserta TIT Pertanian

Apresiasi teknologi : teknis budidaya dan pemupukan

Teknis pengelolaan KBD Administrasi Kelompok

Teknis pembuatan kompos limbah/

sampah rumah tangga

Pelatihan dan Sosialisasi penghitungan konsumsi RT dan PPH petani M-KRPL Teknis Budidaya tanaman sayuran di bedengan

Teknis Bubidaya kolam di pekarangan Teknis/cara pengelolaan lahan pekarangan yang bermanfaat Teknis Budidaya tanaman sayuran di bedengan

Teknis budidaya tanaman vertikultur

195 orang

50 orang 40 orang 80 orang 30 orang 40 orang 30 orang 30 orang 30 orang 30 orang 30 orang

2 Kaur Pelatihan pembuatan kompos

Pelatihan teknis budidaya tanaman, administrasi kelompok

Apresiasi KBD : PKK Kabupaten

30 orang 20 orang

3 Seluma : sidoluhur Pelatihan pembuatan kompos Pelatihan teknis budidaya tanaman, administrasi kelompok

Pelatihan dan Sosialisasi penghitungan konsumsi RT dan PPH petani M-KRPL

30 orang 20 orang 30 orang 4 Bengkulu Tengah

Harapan makmur

Sri Katon

Arga Indah II

Pelatihan pembuatan kompos Pelatihan teknis budidaya tanaman, administrasi kelompok

Pelatihan pembuatan kompos Teknis pengelolaan KBD dan pemeliharaan

Pelatihan dan Sosialisasi penghitungan konsumsi RT dan PPH petani M-KRPL Teknis pembuatan KBD

Teknis budidaya

30 orang 20 orang 20 orang 20 orang 30 orang 30 orang 30 orang 5 Bengkulu Utara :

Tebing Kaning Pelatihan pembuatan kompos Pelatihan teknis budidaya tanaman Apresiasi teknologi : pemeliharaan tanaman, administrasi kelompok Pelatihan dan Sosialisasi penghitungan konsumsi RT dan PPH petani M-KRPL

30 orang 20 orang 89 orang 30 orang 6 Bengkulu Selatan Pelatihan pembuatan kompos

Pelatihan teknis budidaya tanaman, administrasi kelompok

30 orang 20 orang

(31)

1 7

2 Mukomuko

3

Pelatihan pembuatan kompos Pelatihan teknis budidaya Pelatihan teknis pemeliharaan tanaman

4 38 orang 42 orang 42 orang Sumber : laporan LO Kabupaten

4.6. Penerbitan Bahan Informasi

Bahan informasi sangat dibutuhkan penyuluh lapangan maupun petani dalam melaksanakan usahanya, serta mensosialisasikan kegiatan M-KRPL kepada seluruh stakeholders di Provinsi Bengkulu. Jenis bahan informasi yang telah diterbitkan sampai bulan Desember 2012 seperti Tabel.9.

Tabel 9. Bahan Informasi yang diterbitkan sampai bulan Desember 2012

No Bentuk Media Jumlah

(Eks) Sasaran

1 Selayang Pandang M-KRPL 100 Badan Litbang

Stakeholders Provinsi, Kabupaten 2 Kalender M-KRPL 100 Badan Litbang

Stakeholders Provinsi, Kabupaten, BPP lokasi kegiatan

3 Leflet 4000 Petani, penyuluh, pengunjung

pameran/ekpose

4 Komik M-KRPL 200 Petani, penyuluh

5 CD M-KRPL 20 Badan Litbang

Stakeholders Provinsi 6 Buku Petunjuk Teknis 100 Badan Litbang

Stakeholders Provinsi, Kabupaten, penyuluh pendamping, BPP pelaksana kegiatan

4.7. Penyampaian Inovasi Pertanian/ Narasumber

Selain melakukan replikasi model KRPL di 6 Kabupaten dan Kota juga dilakukan pendampingan teknis kepada Provinsi maupun Kabupaten dalam bentuk narasumber (Tabel 10).

(32)

Tabel 10. Penyampaian materi ke stakeholders tahun 2012

No. Tempat dan Waktu Materi Pelaksana

1. Bengkulu,

 Februari

 April

 Mei

 Desember

Mengembangkan M-KRPL model Perkotaan

Teknis membuat kompos Mengembangkan M-KRPL model Perkotaan

Mengembangkan M-KRPL Mengembangkan M-KRPL di Prov. Bengkulu

Rumah Tangga sebagai basis ketahanan pangan keluarga

Pemerintah Kota LPM Kelurahan BPMPKB Kota Dinas Pertanian Kota BKP Provinsi

BPSB Provinsi 4. Bengkulu Tengah,

 Maret

 April Kunjungan lapangan di KBD Teknis budidaya di lahan pekarangan

BKP Provinsi

BKP Bengkulu Tengah BKP Provinsi

5. Seluma,

 Mei

 Desember

Mengembangkan M-KRPL model Perdesaan

Pengelolaan KBD

BKP Provinsi BKP Kabupaten 6. Kaur

 Mei Mengembangkan M-KRPL

model Perdesaan BKP Kabupaten

4.8. Inovasi yang Didiseminasikan

Dalam kegiatan M-KRPL tahun 2012 terdapat beberapa inovasi yang didiseminasikan antara lain:

1. Inovasi penyiapan media

 Teknis pembuatan kompos dari kotoran ternak (puyuh, sapi, kambing, dan sampah rumah tangga)

Kompos merupakan pupuk organik yang berasal dari sisa tanaman dan kotoran hewan yang telah mengalami proses dekomposisi atau pelapukan. Selama ini sisa tanaman dan kotoran hewan tersebut belum sepenuhnya dimanfaatkan sebagai pengganti pupuk buatan. Kompos yang baik adalah yang sudah cukup mengalami pelapukan dan dicirikan oleh warna yang sudah berbeda dengan warna bahan pembentuknya, tidak berbau, kadar air rendah dan sesuai suhu ruang. Proses pembuatan dan pemanfaatan kompos dirasa masih perlu ditingkatkan agar dapat dimanfaatkan secara lebih efektif, menambah pendapatan peternak dan mengatasi pencemaran lingkungan.

(33)

Beberapa alasan mengapa bahan organik seperti kotoran ternak perlu dikomposkan sebelum dimanfaatkan sebagai pupuk tanaman antara lain adalah : 1) bila tanah mengandung cukup udara dan air, penguraian bahan organik berlangsung cepat sehingga dapat mengganggu pertumbuhan tanaman, 2) penguraian bahan segar hanya sedikit sekali memasok humus dan unsur hara ke dalam tanah, 3) struktur bahan organik segar sangat kasar dan daya ikatnya terhadap air kecil, sehingga bila langsung dibenamkan akan mengakibatkan tanah menjadi sangat remah, 4) kotoran ternak tidak selalu tersedia pada saat diperlukan, sehingga pembuatan kompos merupakan cara penyimpanan bahan organik sebelum digunakan sebagai pupuk (Peni Wahyu Prihandini dan Teguh Purwanto, 2007). Cara pembuatan kompos ternak dapat dilihat pada lampiran 1.

 Teknis pencampuran media semai

Media semai adalah media yang digunakan untuk menumbuhkan tanaman, persyaratan media yang baik adalah ringan, tidak mahal, seragam dan tersedia, media yang selama ini umum digunakan di tempat-tempat persemaian adalah lapisan tanah atas.

Selain itu penggunaan lapisan tanah atas dalam skala besar dapat mengakibatkan pengikisan secara meluas dan merusak lingkungan (Kostantina Rumpaidus, 2009). Media tanam yang digunakan adalah campuran antara tanah, pupuk kandang atau kompos, dan sekam dengan perbandingan 1:1:1 (ukuran karung, atau gerobag dorong, bukan kilo gram). Setelah semua bahan terkumpul, dilakukan pencampuran hingga merata. Tanah dengan sifat koloidnya memiliki kemampuan untuk mengikat unsur hara, dan melalui air unsur hara dapat diserap oleh akar tanaman dengan prinsip pertukaran kation. Sekam berfungsi untuk menampung air di dalam tanah sedangkan kompos menjamin tersedianya bahan penting yang akan diuraikan menjadi unsur hara yang diperlukan tanaman.

 Teknis pencampuran media tanam

Media tanam adalah tempat tumbuhnya tanaman untuk menunjang perakaran. Dari media tanam inilah tanaman menyerap

(34)

makanan berupa unsur hara melalui akarnya. Media tanam yang digunakan adalah campuran antara tanah, pupuk kandang atau kompos, dan sekam dengan perbandingan 2:2:1 (ukuran karung, atau gerobag dorong, bukan kilo gram). Setelah semua bahan terkumpul, dilakukan pencampuran hingga merata. Tanah dengan sifat koloidnya memiliki kemampuan untuk mengikat unsur hara, dan melalui air unsur hara dapat diserap oleh akar tanaman dengan prinsip pertukaran kation. Sekam berfungsi untuk menampung air di dalam tanah sedangkan kompos menjamin tersedianya bahan penting yang akan diuraikan menjadi unsur hara yang diperlukan tanaman.

Campuran media tanam kemudian dimasukkan ke dalam media tanam seperti polybag, bambu vertikultur hingga penuh. Media tanam di dalam bambu diusahakan agar tidak terlalu padat supaya air mudah mengalir, juga supaya akar tanaman tidak kesulitan “bernafas”, dan tidak terlalu renggang agar ada keleluasaan dalam mempertahankan air dan menjaga kelembaban.

2. Inovasi Komoditas yang didiseminasikan adalah sayuran dataran rendah:

 Teknologi budidaya sayuran secara vertikultur

Istilah vertikultur sesuai dengan asal katanya dari bahasa Inggris, yaitu vertical dan culture, maka vertikultur adalah sistem budidaya pertanian yang dilakukan secara vertikal atau bertingkat, baik indoor maupun outdoor. Sistem budidaya pertanian secara vertikal atau bertingkat ini merupakan konsep penghijauan yang cocok untuk daerah perkotaan dan lahan terbatas. Misalnya, lahan 1 meter mungkin hanya bisa untuk menanam 5 batang tanaman, dengan sistem vertikal bisa untuk 20 batang tanaman. Vertikultur tidak hanya sekadar kebun vertikal, namun ide ini akan merangsang seseorang untuk menciptakan khasanah biodiversitas di pekarangan yang sempit sekalipun. Struktur vertikal, memudahkan pengguna membuat dan memeliharanya. Pertanian vertikultur tidak hanya sebagai sumber pangan tetapi juga menciptakan suasana alami yang menyenagkan.

Model, bahan, ukuran, wadah vertikultur sangat banyak, tinggal disesuaikan dengan kondisi dan keinginan. Pada umumnya adalah berbentuk persegi panjang, segi tiga, atau dibentuk mirip anak tangga

(35)

atau para-para, dengan beberapa undak-undakan atau sejumlah rak.

Bahan dapat berupa bambu atau pipa paralon, kaleng bekas, bahkan lembaran karung beras pun bisa, karena salah satu filosofi dari vertikultur adalah memanfaatkan benda-benda bekas di sekitar kita.

Persyaratan vertikultur adalah kuat dan mudah dipindah- pindahkan. Tanaman yang akan ditanam sebaiknya disesuaikan dengan kebutuhan dan memiliki nilai ekonomis tinggi, berumur pendek, dan berakar pendek. Tanaman sayuran yang sering dibudidayakan secara vertikultur antara lain selada, kangkung, bayam, pokcoy, caisim, kemangi, tomat, pare, kacang panjang, mentimun dan tanaman sayuran daun lainnya.

Untuk tujuan komersial, pengembangan vertikultur ini perlu dipertimbangkan aspek ekonomisnya agar biaya produksi jangan sampai melebihi pendapatan dari hasil penjualan tanaman. Sedangkan untuk hobiis, vertikultur dapat dijadikan sebagai media kreativitas dan memperoleh panenan yang sehat dan berkualitas.

 Teknologi budidaya sayuran di Polybag

Hampir semua jenis tanaman Hortikultura dan yang berumur pendek dapat ditanam di dalam polybag. Produktivitas buah/hasil tidak berbeda jauh dengan yang ada di lahan, begitu pula mutu produk.

Bertanam di Polybag merupakan alternative pemecahan masalah bila kita memerlukan konsumsi segar buah/sayuran daun.

Pemilihan polybag sebagai wadah tanam untuk budidaya dipengaruhi oleh beberapa faktor yang dimilikinya seperti, harga murah, tahan karat, tahan lama, ringan bentuk seragam, tidak cepat kotor dan mudah diperoleh pada toko Saprodi, toko Plastik. Selain itu sangat baik untuk drainase, aerasi sehingga tanaman dapat tumbuh subur seperti dilahan. Penentuan ukuran Polybag yang cocok untuk pertumbuhan tanaman diharapkan dapat meningkatkan produktivitas dan efisiensi dalam penggunaan media dan nutrisi.

Keuntungan Pemakaian Polybag

 Biaya lebih murah untuk pembelian Polybag bertanam dibandingkan Pot

Gambar

Ilustrasi  pada  Gambar  1  menunjukkan  pola-pola  yang  merupakan  spektrum  diseminasi  beserta  beragam  channel     yang  dapat  digunakan  dalam  proses  distribusi informasi inovasi teknologi tersebut
Tabel 1. Lokasi M-KRPL di Provinsi Bengkulu Tahun 2012
Tabel 2. Daftar Nama  Liason Officer  (LO) M-KRPL Bengkulu Tahun 2012
Tabel 3. Kegiatan Koordinasi M-KRPL Tingkat Nasional Tahun 2012
+7

Referensi

Dokumen terkait

Model Kawasan Rumah Pangan Lestari (MKRPL) adalah suatu model rumah pangan yang dibangun dalam satu kawasan dengan prinsip pemanfaatan pekarangan yang ramah lingkungan untuk

Kementerian Pertanian menyusun suatu konsep yang disebut dengan Kawasan Rumah Pangan Lestari (KRPL) rumah tangga dengan prinsip pemanfaatan pekarangan yang

Salah satu cara untuk meningkatkan ketahanan pangan pada tingkat rumah tangga yaitu dengan program “Kawasan Rumah Pangan Lestari (KRPL)” yaitu rumah tangga dengan

Hal ini dapat terjadi karena semakin tinggi kandungan limbah akan diikuti dengan semakin banyaknya bentonit berpilar BP 1 maupun kandungan uranium yang ada dalam blok polimer-

 Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi RI No Per.01/MEN/1980 tentang Keselamatan dan Kesehatan Kerja pada Konstruksi Bangunan..  Keputusan Bersama Menteri Tenaga Kerja

Dalam upaya menciptakan kemandirian pangan pada tingkat rumah tangga dan diversifikasi konsumsi, Kementerian Pertanian menyusun suatu konsep yang disebut dengan “Model Kawasan

Terimplentasikan Model Kawasan Rumah Pangan Lestari (M-KRPL) pada kawasan terpilih di Kabupaten Dharmasraya dengan beberapa komoditas, meliputi tanaman pangan, hortikultura,

Bari dapat dipergunakan untuk menganalisa data pasien sehingga didapat informasi jumlah pasien RSUD Palembang Bari dari berbagai dimensi (waktu, pasien, asuransi,