• Tidak ada hasil yang ditemukan

Inovasi yang Didiseminasikan

Dalam dokumen LAPORAN AKHIR TAHUN 2012 (Halaman 32-38)

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Koordinasi Intern dan Antar Institusi 4.1 Koordinasi Intern dan Antar Institusi

4.8. Inovasi yang Didiseminasikan

Dalam kegiatan M-KRPL tahun 2012 terdapat beberapa inovasi yang didiseminasikan antara lain:

1. Inovasi penyiapan media

 Teknis pembuatan kompos dari kotoran ternak (puyuh, sapi, kambing, dan sampah rumah tangga)

Kompos merupakan pupuk organik yang berasal dari sisa tanaman dan kotoran hewan yang telah mengalami proses dekomposisi atau pelapukan. Selama ini sisa tanaman dan kotoran hewan tersebut belum sepenuhnya dimanfaatkan sebagai pengganti pupuk buatan. Kompos yang baik adalah yang sudah cukup mengalami pelapukan dan dicirikan oleh warna yang sudah berbeda dengan warna bahan pembentuknya, tidak berbau, kadar air rendah dan sesuai suhu ruang. Proses pembuatan dan pemanfaatan kompos dirasa masih perlu ditingkatkan agar dapat dimanfaatkan secara lebih efektif, menambah pendapatan peternak dan mengatasi pencemaran lingkungan.

Beberapa alasan mengapa bahan organik seperti kotoran ternak perlu dikomposkan sebelum dimanfaatkan sebagai pupuk tanaman antara lain adalah : 1) bila tanah mengandung cukup udara dan air, penguraian bahan organik berlangsung cepat sehingga dapat mengganggu pertumbuhan tanaman, 2) penguraian bahan segar hanya sedikit sekali memasok humus dan unsur hara ke dalam tanah, 3) struktur bahan organik segar sangat kasar dan daya ikatnya terhadap air kecil, sehingga bila langsung dibenamkan akan mengakibatkan tanah menjadi sangat remah, 4) kotoran ternak tidak selalu tersedia pada saat diperlukan, sehingga pembuatan kompos merupakan cara penyimpanan bahan organik sebelum digunakan sebagai pupuk (Peni Wahyu Prihandini dan Teguh Purwanto, 2007). Cara pembuatan kompos ternak dapat dilihat pada lampiran 1.

 Teknis pencampuran media semai

Media semai adalah media yang digunakan untuk menumbuhkan tanaman, persyaratan media yang baik adalah ringan, tidak mahal, seragam dan tersedia, media yang selama ini umum digunakan di tempat-tempat persemaian adalah lapisan tanah atas.

Selain itu penggunaan lapisan tanah atas dalam skala besar dapat mengakibatkan pengikisan secara meluas dan merusak lingkungan (Kostantina Rumpaidus, 2009). Media tanam yang digunakan adalah campuran antara tanah, pupuk kandang atau kompos, dan sekam dengan perbandingan 1:1:1 (ukuran karung, atau gerobag dorong, bukan kilo gram). Setelah semua bahan terkumpul, dilakukan pencampuran hingga merata. Tanah dengan sifat koloidnya memiliki kemampuan untuk mengikat unsur hara, dan melalui air unsur hara dapat diserap oleh akar tanaman dengan prinsip pertukaran kation. Sekam berfungsi untuk menampung air di dalam tanah sedangkan kompos menjamin tersedianya bahan penting yang akan diuraikan menjadi unsur hara yang diperlukan tanaman.

 Teknis pencampuran media tanam

Media tanam adalah tempat tumbuhnya tanaman untuk menunjang perakaran. Dari media tanam inilah tanaman menyerap

makanan berupa unsur hara melalui akarnya. Media tanam yang digunakan adalah campuran antara tanah, pupuk kandang atau kompos, dan sekam dengan perbandingan 2:2:1 (ukuran karung, atau gerobag dorong, bukan kilo gram). Setelah semua bahan terkumpul, dilakukan pencampuran hingga merata. Tanah dengan sifat koloidnya memiliki kemampuan untuk mengikat unsur hara, dan melalui air unsur hara dapat diserap oleh akar tanaman dengan prinsip pertukaran kation. Sekam berfungsi untuk menampung air di dalam tanah sedangkan kompos menjamin tersedianya bahan penting yang akan diuraikan menjadi unsur hara yang diperlukan tanaman.

Campuran media tanam kemudian dimasukkan ke dalam media tanam seperti polybag, bambu vertikultur hingga penuh. Media tanam di dalam bambu diusahakan agar tidak terlalu padat supaya air mudah mengalir, juga supaya akar tanaman tidak kesulitan “bernafas”, dan tidak terlalu renggang agar ada keleluasaan dalam mempertahankan air dan menjaga kelembaban.

2. Inovasi Komoditas yang didiseminasikan adalah sayuran dataran rendah:

 Teknologi budidaya sayuran secara vertikultur

Istilah vertikultur sesuai dengan asal katanya dari bahasa Inggris, yaitu vertical dan culture, maka vertikultur adalah sistem budidaya pertanian yang dilakukan secara vertikal atau bertingkat, baik indoor maupun outdoor. Sistem budidaya pertanian secara vertikal atau bertingkat ini merupakan konsep penghijauan yang cocok untuk daerah perkotaan dan lahan terbatas. Misalnya, lahan 1 meter mungkin hanya bisa untuk menanam 5 batang tanaman, dengan sistem vertikal bisa untuk 20 batang tanaman. Vertikultur tidak hanya sekadar kebun vertikal, namun ide ini akan merangsang seseorang untuk menciptakan khasanah biodiversitas di pekarangan yang sempit sekalipun. Struktur vertikal, memudahkan pengguna membuat dan memeliharanya. Pertanian vertikultur tidak hanya sebagai sumber pangan tetapi juga menciptakan suasana alami yang menyenagkan.

Model, bahan, ukuran, wadah vertikultur sangat banyak, tinggal disesuaikan dengan kondisi dan keinginan. Pada umumnya adalah berbentuk persegi panjang, segi tiga, atau dibentuk mirip anak tangga

atau para-para, dengan beberapa undak-undakan atau sejumlah rak.

Bahan dapat berupa bambu atau pipa paralon, kaleng bekas, bahkan lembaran karung beras pun bisa, karena salah satu filosofi dari vertikultur adalah memanfaatkan benda-benda bekas di sekitar kita.

Persyaratan vertikultur adalah kuat dan mudah dipindah-pindahkan. Tanaman yang akan ditanam sebaiknya disesuaikan dengan kebutuhan dan memiliki nilai ekonomis tinggi, berumur pendek, dan berakar pendek. Tanaman sayuran yang sering dibudidayakan secara vertikultur antara lain selada, kangkung, bayam, pokcoy, caisim, kemangi, tomat, pare, kacang panjang, mentimun dan tanaman sayuran daun lainnya.

Untuk tujuan komersial, pengembangan vertikultur ini perlu dipertimbangkan aspek ekonomisnya agar biaya produksi jangan sampai melebihi pendapatan dari hasil penjualan tanaman. Sedangkan untuk hobiis, vertikultur dapat dijadikan sebagai media kreativitas dan memperoleh panenan yang sehat dan berkualitas.

 Teknologi budidaya sayuran di Polybag

Hampir semua jenis tanaman Hortikultura dan yang berumur pendek dapat ditanam di dalam polybag. Produktivitas buah/hasil tidak berbeda jauh dengan yang ada di lahan, begitu pula mutu produk.

Bertanam di Polybag merupakan alternative pemecahan masalah bila kita memerlukan konsumsi segar buah/sayuran daun.

Pemilihan polybag sebagai wadah tanam untuk budidaya dipengaruhi oleh beberapa faktor yang dimilikinya seperti, harga murah, tahan karat, tahan lama, ringan bentuk seragam, tidak cepat kotor dan mudah diperoleh pada toko Saprodi, toko Plastik. Selain itu sangat baik untuk drainase, aerasi sehingga tanaman dapat tumbuh subur seperti dilahan. Penentuan ukuran Polybag yang cocok untuk pertumbuhan tanaman diharapkan dapat meningkatkan produktivitas dan efisiensi dalam penggunaan media dan nutrisi.

Keuntungan Pemakaian Polybag

 Biaya lebih murah untuk pembelian Polybag bertanam dibandingkan Pot

 Pengontrolan / pengawasan per individu tanaman lebih jelas untuk pemeliharaan tanaman seperti serangan hama/penyakit, kekurangan unsur hara

 Tanaman terhindar dari banjir, tertular hama / penyakit.

 Polybag mampu di tambahkan bahan organik/pupuk kandang sesuai takaran

 Menghemat ruang dan tempat penanaman

 Komposisi media tanam dapat diatur

 Nutrisi yang diberikan dapat langsung diserap akar tanaman

 Dapat dibudidayakan tidak mengenal musim

 Sebagai Tanaman Obat dan Tanaman Hias di Pekarangan/Teras.

Kerugian

 Polybag mempunyai daya tahan terbatas ( maksimal 2-3 tahun) atau 2 - 3 kali pemakaian untuk media tanam

 Kurang cocok untuk usaha skala besar

 Produktivitas tidak masikmal dibandingkan pada lahan

 Media tanam akan terkuras / berkurang unsur organik dan media lainnya.

 Berat kalau dipindah ketempat yang jauh

 Teknologi budidaya sayuran di bedengan

Untuk lahan pekarangan : lahan diolah sedalam 30-40 cm sampai gembur, dibuat bedengan dengan lebar 1-1,2 m, tinggi 30 cm, jarak antar bedeng 30 cm. Dibuat garitan-garitan atau lubang tanam dengan jarak tanam (50-60 cm) x (40-50 cm).

3. Inovasi Kebun Bibit Desa (KBD)

KBD dibuat disetiap desa yang disiapkan untuk keperluan 1 unit sampai 3 unit kawasan di Desa Padang Panjang (Kabupaten Kaur), Desa Gunung Kembang (Kabupaten Bengkulu Selatan), Desa Sido Luhur (Kabupaten Seluma), Kelurahan Semarang (Kota Bengkulu), Desa Tebing Kaning (Kabupaten Bengkulu Utara), Desa Sri Katon, Desa Harapan Makmur, dan Desa Arga Indah II (Kabupaten Bengkulu Tengah), serta Desa Pondok Kandang (Kabupaten Mukomuko).

Ukuran KBD yang dianjurkan berukuran 3 x 5 m dan tinggi 2,5 m (gambar 2) dengan bahan baku kayu dan atap plastik putih bening. Dalam

perkembangannya ada yang membuat dengan ukuran lebih besar sesuai kebutuhan kelompok. Disamping rumah bibit, juga diinovasikan rak bibit, pengairan, dan pembibitan.

Gambar 2. Kebun Bibit Desa (KBD)

4. Inovasi Kebun Bibit Inti (KBI)

KBI di bangun di BPTP dengan tujuan menyiapkan bibit untuk KBD, sarana pembelajaran/kunjungan siswa, petani, dan petugas. KBI dibangun 2 unit dengan bahan baku dari kayu sebagai contoh rumah bibit sederhana berbiaya murah dan rumah bibit dengan bahan baku besi (gambar 3).

Gambar 3. Kebun Bibit Inti (KBI)

5. Inovasi irigasi tetes

Sebagai antisipasi musim kemarau panjang dan efisiensi untuk menyiram juga diperkenalkan inovasi irigasi tetes yaitu irigasi untuk polybag, irigasi untuk bedengan di tanah dan irigasi untuk persemaian (gambar 4).

Gambar 4. Irigasi Tetes

Dalam dokumen LAPORAN AKHIR TAHUN 2012 (Halaman 32-38)

Dokumen terkait