Materi
Perkuliahan HUKUM & HAM ke-9
FH UNSRI
HAK EKONOMI, SOSIAL,
DAN BUDAYA
Dirumuskan di bawah pengaruh konteks
internasional ketika itu, yakni Perang Dingin;
Dirumuskan dalam satu kovenan atau dua kovenan; perbedaan antara negara kapitalis dgn negara sosialis;
Komprominya dirumuskan dalam dua kovenan, yakni ICCPR dan ICESCR
LATAR HISTORIS
Hak-Hak Ekonomi, a. l. hak untuk:
mempunyai kekayaan dan perlindungan akan miliknya itu;
memperoleh kehidupan yang layak lewat kesempatan kerja yang layak pula;
memperoleh kesehatan dan lingkungan yang sehat;
Berpartisipasi dalam kegiatan pembangunan dan untuk ikut menikmati hasil- hasilnya
Hak-Hak Sosial, a. l. hak untuk:
Bergaul dan berkawan dalam suatu perhimpunan;
Berkeluarga;
Bermukim dalam suatu satuan permukiman dalam suasana damai;
Diperlakukan sama dalam kehidupan sehari-hari dalam masyarakatnya
Hak-Hak Budaya, a. l. hak untuk:
berbicara dalam bahasanya sendiri;
Memelihara adat kebiasaannya sendiri tanpa mengganggu kebiasaan sesamanya;
Memperoleh pendidikan untuk menumbuh-kembangkan bakat-bakat dalam kehidupannya pribadi;
LATAR FOLOSOFIS
Bagian dari ‘International Bill of Human Rights’
Disahkan PBB tahun 1966
Telah diratifikasi oleh 143 Negara, termasuk Indonesia
INTERNATIONAL COVENANT OF ECONOMICS,
SOCIAL, AND CULTURAL RIGHTS
Hak menentukan Nasib Sendiri;
Hak atas pekerjaan, upah dan kebebasan berserikat;
Hak atas jaminan sosial;
Perlindungan terhadap Keluarga dan hak reproduksi;
Perlindungan anak-anak dan orang muda dari eksploitasi
Hak atas pangan;
Hak bebas dari Kelaparan;
Reformasi sistem agraria;
Hak atas Kesehatan;
Hak atas Perumahan
Hak atas Pendidikan;
Hak atas partisipasi dlm Budaya,
Hak menikmati kemajuan ilmu, karya ilmiah, sastra atau seni
HAK-HAK EKONOMI, SOSIAL, BUDAYA
“undertakes to take steps..”(mengambil langkah-langkah)
“to the maximum of its available resources”
(memaksimalkan sumberdaya negara yang tersedia)
“to achieving progressively the full realization of the rights recognized in the present
covenant”(mencapai secara bertahap perwujudan penuh dari hak-hak…)
NOMENKALTUR PENTING DALAM ICESCR
Prinsip Limburg dan Maastricht yang dikeluarkan para ahli hukum internasional merupakan penafsiran progresif tentang substansi Kovenan, yang arahnya meyakinkan masyarakat
dunia, terutama negara pihak tentang justiciability Ekosob.
penerapan sepenuhnya atas hak yang terdapat dalam
instrumen ini tergantung pada ketentuan-ketentuan hukum dan upaya-upaya hukum di tingkat nasional
Eksistensii Kovenan menjadi semacam bantuan interpretatif pada hukum dalam negeri agar diterjemahkan dan diterapkan sesuai dengan ketentuan instrumen internasional tentang hak asasi manusia yang telah diratifikasi oleh Negara tersebut
PRINSIP LIMBURG DAN PRINSIP
MAASTRICHT
Prinsip ke-16: “All states parties have an
obligation to begin immediately to take steps toward full realization of the rights…”
Prinsip ke-22: “Some obligation unders the Covenant require immediate in full by all States parties, such as the probihation of discrimination in article 2 (2)…”
PRINSIP-PRINSIP LIMBURG
Pasal 3; jaminan hak yg sama laki2-perempuan
Pasal 7 (a) dan (i); jaminan kondisi kerja yg adil
Pasal 8; membentuk SB, dan bergabung dgn SB
Pasal 10 (2), (3) dan (4); perlindungan kpd keluarga, anak2 dan anak muda.
Pasal 15 (3); partisipasi dlm kehidupan budaya, seni dan iptek
“JUSTICIABILITY” HAK EKOSOB
Pelanggaran karena tindakan Negara atau Aktor bukan-Negara (acts of
commission)
Pelanggaran karena pembiaran oleh
Negara atau Aktor bukan-Negara (acts of omission)
PEDOMAN MAASTRICHT
Penghapusan secara formal atau penundaan UU yang penting bagi pemenuhan ekosob;
Pengingkaran aktif atas hak tersebut bagi individu atau kelompok tertentu;
Pemberlakuan UU atau kebijakan yang jelas- jelas bertentangan dengan Kovenan ini;
Pengurangan atau pengalihan pengeluaran
publik, yang berakibat tidak terpenuhinya hak ekosob.
ACTS OF COMMISSION
Gagal mengambil langkah2 yang tepat sesuai yang disyaratkan Kovenan;
Gagal mengubah atau mencabut UU yang jelas-jelas tidak sejalan dengan Kovenan;
Gagal memanfaatkan sumberdaya yang
tersedia secara maksimal ke arah pemenuhan hak-hak dalam Kovenan;
Gagal memenuhi standar minimum yang ditetap masyarakat internasional
ACTS OF OMMISSION
Universal Declaration of Human Rights
Convenant on Economic, Social and Cultural rights
Convention on the Rights of the Child
Convention on the Elimination of All forms of Discrimination against Women
Convention on the Rights of Persons with disabilities
Convention on the Protection of the Rights of All Migrant Workers and Members of Their Families
etc
INSTRUMEN INTERNASIONAL MENGENAI
HAK EKOSOB (ESC-RIGHTS)
Ratifikasi sejalan dan memperkuat konstitusi
Mempertegas negara sebagai pengemban kewajiban (duty bearers) pemenuhan HAM
Mengatur hubungan kekuasaan/politik antara duty bearers dan claim/rightsholder , dalam bentuk penguatan kepada rights holder
Konvensi ekosob dan 15 General Comments dari Komite
Ekosob PBB mendesak negara utk melakukan lankah konkret pemenuhan kebutuhan minimum rakyat
Tugas: inventarisasi 15 General Comments tersebut!
KONSTITUSI DAN RATIFIKASI
Hak memperoleh pendidikan diatur dalam Pasal 28D ayat (3), Pasal 30 ayat (1) dan Pasal 31 ayat (1) UUD 1945;
Hak atas pekerjaan dan kondisi kerja yang layak dan adil dalam Pasal 27 ayat 2; 28A, 28C (1), 28D (2), dan 28I (1);
Hak membentuk dan bergabung dengan serikat buruh dalam Pasal 28
Hak jaminan sosial dalam Pasal 33 Amand, Pasal 28 H (1 dan 3), Pasal 33 (1), 34 (2);
hak standar hidup yang layak Dalam Pasal 33 (3), Pasal 28 H (1), Pasal 28C (1), dan Pasal 28I (1);
hak atas kesehatan dan perawatan medis dalam Pasal 28 H (1) dan 34 (3).
HAK EKOSOB DALAM UUD 1945
(AMANDEMEN)
Selain itu diatur pula dalam UU HAM
No.39/1999, yaitu: dalam Pasal 41 ayat (1) dan (2), 42, 53 ayat (1), 54, 57, 62, 64,
Serta UU No. 40 Tahun 2004 tentang Sistem Jaminan Sosial Nasional, UU Ketenagakerjaan, UU Kesehatan, UU Pendididikan.
HAK EKOSOB DALAM UU
Kewajiban negara di tingkat domestik : utk menghargai, melindungi dan memajukan hak2 ekosob
Kewajiban negara untuk melakukan relokasi sumber daya nasional untuk melaksanakan kewajiban minimumnya
Kewajiban international negara utk melaporkan pelaksanaan konvensi ekosob secara periodik pada komite ekosob PBB
Peluang KOMNAS HAM untuk melakukan monitoring dan penyelidikan pro-justitia pada kasus pelanggaran hak2 ekosob
Peluang politik bagi rightsholders (dan/atau korban) untuk melakukan berbagai bentuk pembelaan dan tuntutan, dialog, lobby dan advokasi, upaya hukum ke pengadilan dan
menuntut tanggung jawab internasional negara.
PEMENUHAN HAK EKOSOB
Ratifikasi konvensi ekosob memperkuat hak konstitutional untuk kehidupan minimum.
Penguatan bagi rightsholders / claimholders dalam hubungan politiknya dengan negara sebagai duty bearers untuk menuntut tanggung jawab negara di bidang ekosob di tingkat domestik
SIMPULAN
Banyaknya undang-undang atau peraturan-peraturan dibuat tidak dengan sendirinya hak-hak yang diatur itu dapat secara otomatis direalisir. Ada banyak kendala antara lain:
Pembuatan UU hampir selalu bersifat reaktif dan tergesagesa.
Sistem Adm hukum bersifat delegatif
Administrasi perundang-undangan buruk
Karakter hukum otoritarian masih kuat
UU yg punya implikasi biaya, pelaksanaannya rumit
Pasal-pasal bersifat soft law
Pandangan DPR & Pemerintah ttg ekosob tidak mendukung ke arah justiciability ekosob
Tradisi berpikir positivistik penegak hukum