• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN. disajikan secara deskriptif. Selain itu, beberapa website

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB I PENDAHULUAN. disajikan secara deskriptif. Selain itu, beberapa website"

Copied!
7
0
0

Teks penuh

(1)

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Daerah Istimewa Yogyakarta tidak hanya memiliki karakteristik yang unik dan menarik yang sebatas pada sosial dan budayanya. Akan tetapi, keunikan lain khususnya dari bentanglahan juga dimiliki oleh provinsi ini. Bentanglahan adalah bentangan permukaan bumi dengan seluruh fenomena fisik dan biotisnya, yang mencakup bentuklahan, tanah, vegetasi, dan atribut-atribut lain, yang dipengaruhi dan mempengaruhi aktivitas manusia (Vink, 1983). Hampir semua jenis bentuklahan asal proses dapat ditemukan di Daerah Istimewa Yogyakarta, namun secara umum tidak terlalu banyak diketahui dan belum tersampaikan dengan baik.

Total 10 klasifikasi bentuklahan di dunia, 8 diantaranya dapat ditemukan di Daerah Istimewa Yogyakarta. Bentuklahan tersebut antara lain Vulkanik, Fluvial, Marin, Eolin, Denudasional, Solusional, Struktural, dan Antropogenik. Hal ini merupakan sesuatu yang menarik untuk diketahui. Namun, keistimewaan tersebut tidak banyak orang mengetahui atau informasi tersebut kurang ter-ekspose baik di kalangan umum bahkan pelajar khususnya.

Keistimewaan yang dimiliki Daerah Istimewa Yogyakarta perlu diperkenalkan dan dikembangkan lebih lanjut mengenai karakteristik yang dimiliki tersebut. Informasi bentanglahan atau kondisi fisik lahan suatu wilayah umumnya masih terbatas pada informasi topografi dan disajikan secara deskriptif.

Informasi fisik lahan Daerah Istimewa Yogyakarta salah satunya oleh Kementerian Kehutanan Republik Indonesia dalam website yang beralamatkan di

http://www.dephut.go.id/

disajikan secara deskriptif. Selain itu, beberapa website lain, antara lain

http://www.slemankab.go.id

dan

http://www.jogjakota.go.id

juga terbatas pada informasi topografi dan menampilkannya secara deskriptif.

Informasi fisik tidak terbatas pada informasi topografi semata, namun informasi

lain baik berupa hidrologi, lithologi, bentuklahan, dll. Selain itu, meskipun

penyajian secara deskriptif dapat menyampaikan informasi secara mendetail,

namun penyajian tersebut memiliki kelemahan secara spasial. Informasi secara

spasial sangat bermanfaat untuk mengetahui sebaran keruangan suatu informasi

(2)

2

yang disajikan. Oleh karena itu, informasi tentang bentanglahan atau kondisi fisik lahan tersebut disajikan secara spasial dalam bentuk peta. Gambar 1.1 dan 1.2 menampilkan informasi fisik yang tersedia dalam website di Yogyakarta.

Gambar 1.1 Tampilan informasi fisik dalam website resmi Kab. Sleman Sumber: Url 1.1

Gambar 1.2 Tampilan informasi fisik dalam website resmi Kota Yogyakarta Sumber: Url 1.2

Pengertian peta itu sendiri adalah suatu representasi atau gambaran unsur-

unsur atau kenampakan-kenampakan abstrak, atau yang ada kaitannya dengan

permukaan bumi atau benda-benda angkasa, dan umumnya digambarkan (ICA,

(3)

3

1973). Menurut Soendjojo dan Riqqi (2012) peta menyajikan unsur-unsur di muka bumi dengan cara memilih, menseleksi atau menggeneralisasi sesuai dengan maksud dan tujuan dari pembuatan peta tersebut. Dengan maksud untuk menampilkan informasi bentanglahan yang ada di Daerah Istimewa Yogyakarta, peta-peta yang berisi informasi sumberdaya lahan sangat tepat diterapkan.

Informasi sumberdaya lahan dapat menggambarkan karakteristik fisik lahan pada suatu bentanglahan (landscape). Istilah lahan digunakan berkenaan dengan permukaan bumi beserta segenap karakteristik-karakteristik yang ada padanya dan penting bagi perikehidupan manusia (Christian dan Stewart, 1968). Lahan dapat dipandang sebagai suatu sistem mempunyai komponen-komponen tertentu yang dapat dipandang sebagai sumberdaya. Sys (1985) dalam Soemarno (2011) mengemukakan enam kelompok besar sumberdaya lahan yang paling penting bagi aktivitas manusia, dalam hal ini bidang pertanian, yaitu iklim, relief dan formasi geologis, tanah, air, vegetasi, dan artifisial (buatan). Menurut van Zuidam (1979) sumberdaya lahan yang dapat disebutkan sebagai terrain system memiliki fokus utama pada bentanglahan termasuk segi geomorfologinya yang menyiratkan tentang unit ekologi, dimana bentuklahan, genesis, batuan, tanah, air dan vegetasi berpengaruh satu sama lain untuk membentuk tertentu keseimbangan alam.

Pembuatan peta tentang informasi sumberdaya lahan dalam ITC Textbook oleh van Zuidam (1979) menjelaskan tentang beberapa pendekatan yang salah satunya adalah pendekatan genetik (genetic approach). Pendekatan genetik menggunakan masukan dari berbagai peta yang memerlukan proses overlay untuk menghasilkan unit-unit medan sebagai dasar analisis multipeta. Pendekatan ini dapat disebut juga sebagai pendekatan reduksionistik. Peta sumberdaya lahan yang akan digunakan mengacu pada peta sumberdaya lahan oleh ITC dengan pendekatan genetik melalui proses overlay dan telaah kritis.

Penyajian informasi bentanglahan yang ada di Daerah Istimewa Yogyakarta

melalui peta informasi sumberdaya lahan dapat memberikan informasi tersebut

secara lebih lengkap dan saling terintegrasi. Informasi bentanglahan umumnya

bersifat sistematik dan cukup kompleks untuk dijelaskan, namun untuk

memudahkan pemahaman dan meningkatkan keingintahuan akan informasi

tersebut diperlukan aspek lain berupa multimedia. Menurut Turban, dkk (2002)

(4)

4

multimedia adalah kombinasi dari paling sedikit dua media input atau output, media ini dapat berupa audio (suara dan musik), animasi, video, teks, and grafik atau gambar. Beberapa penelitian menunjukkan keefektifan penggunaan multimedia, salah satunya Penelitian oleh Beacham dkk dari AACE Amerika Serikat tahun 2002, tentang Media Combinations and Learning Styles untuk siswa umur 20–24 tahun, hasil penelitian ini menyatakan bahwa ketika informasi disajikan melalui perpaduan verbal dan visual, informasi tersebut lebih banyak dipahami dibandingkan dengan informasi satu arah saja, dalam hal ini adalah tulisan saja. Oleh karena itu, peran multimedia dapat digunakan dalam penyajian suatu informasi sumberdaya lahan secara spasial. Salah satu cara untuk merepresentasikan kedua hal tersebut adalah penyajian dalam bentuk atlas.

Atlas merupakan koleksi informasi atau data geografi yang ditampilkan lebih spesifik, sistematik dan saling berkaitan baik dalam bentuk analog maupun digital yang didasarkan pada obyek-obyek tertentu dan disertai dengan narasi (Koop, 1993, dalam Ormeling, 1997). Atlas sengaja dikombinasi dari peta atau kumpulan data, disusun dengan cara tertentu sehingga tujuan dapat tercapai (Kraak dan Ormeling, 2013). Atlas secara umum dapat dibagi dalam dua kelompok meliputi atlas analog, atau atlas konvensional, atau atlas kertas, dan atlas digital atau atlas elektronik. Keduanya memiliki kelebihan dan keunggulan tersendiri. Atlas sumberdaya lahan di Daerah Istimewa Yogyakarta dibuat dalam format digital atau berupa atlas digital. Hal tersebut dipilih terkait unsur praktis dan sifat atlas yang mudah diperbaharui. Atlas digital menurut Kraak dan Ormeling (2007) dapat dibagi menjadi tiga tipe, yaitu Atlas elektronik paparan, Atlas elektronik interaktif, dan Atlas elektronik analitikal. Atlas sumberdaya lahan akan dibuat dalam bentuk atlas paparan dikarenakan informasi yang cukup kompleks pada peta-peta yang memuat sumberdaya lahan di Daerah Istimewa Yogyakarta akan lebih efektif sebagai paparan. Menurut Ferjan Ormeling (1997) dalam Atlas Terminology and Atlas Concepts, atlas dapat dibagi menjadi dua tipe.

Pertama, atlas berdasarkan sasaran/ tujuan komunikasi (communication objective).

Dalam hal ini, atlas yang akan dibuat termasuk dalam atlas referensi (Reference

Atlases). Atlas referensi memuat informasi suatu daerah secara rinci, lengkap, dan

informatif untuk membantu pengguna dalam mengenal kenampakan geografis.

(5)

5

Kedua, Atlas berdasar tipe yang ingin dibandingkan (types of comparison). Dalam hal ini, atlas yang akan dibuat termasuk dalam atlas tematik (Thematic Atlases).

Atlas tematik digunakan untuk membandingkan area namun dengan tema-tema tertentu yang lebih spesifik dari tema-tema yang terdapat dalam atlas regional.

Tema yang akan dibandingkan meliputi informasi sumberdaya lahan, seperti bentuklahan, tanah, air, geologi, dll.

Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi saat ini mulai dari peningkatan kualitas tiap personal maupun perangkat atau piranti yang digunakan sangat mendukung dalam bidang pemetaan dan pembuatan atlas. Ilmu pengetahuan dan teknologi yang terdiri dari perangkat lunak dan perangkat keras membawa kemajuan dalam bidang kartografi dan pemetaan, sehingga akan memberikan perubahan-perubahan dalam hal metodologinya (Morrison, 1983).

Perubahan tersebut diantaranya adalah dalam pengumpulan data, penyimpanan data, kompilasi data, generalisasi, simbolisasi dan pemberian teks (nama-nama geografi) dan produksinya, sehingga produk kartografis yang dihasilkan akan menjadi lebih efisien dan luwes (Stefanovic, 1985). Berbagai macam perangkat lunak banyak ditemui, baik berbasis spasial maupun nonspasial yang mendukung dalam proses pemetaan. Oleh karena itu, informasi sumberdaya lahan dan informasi pendukung berupa multimedia dapat direpresentasikan secara lebih sistematis dan komprehensif dalam bentuk Atlas.

1.2. Rumusan Masalah

Keistimewaan bentanglahan atau informasi fisik lahan perlu untuk diperkenalakan untuk kalangan umum khususnya pada kalangan pelajar dan mahasiswa. Pengetahuan tentang sumberdaya lahan suatu wilayah penting untuk diketahui karena hal tersebut dapat menunjukkan karakteristik atau profil suatu wilayah. Informasi sumberdaya lahan secara lebih lanjut dapat digunakan untuk media pembelajaran dengan memperkenalkan informasi fisik suatu wilayah dengan format yang berbeda. Selain itu informasi sumberdaya lahan secara lebih lanjut dapat digunakan untuk kepentingan perencanaan wilayah.

Informasi sumberdaya lahan yang ada di Daerah Istimewa Yogyakarta

terbatas pada penyajian secara deskriptif. Data atau suatu informasi dapat

(6)

6

disajikan dalam berbagai bentuk, antara lain bentuk uraian (Deskriptif), bentuk tabular, bentuk grafik (Diagram), dan bentuk peta. Data spasial dapat diartikan sebagai data yang memiliki referensi keruangan terkait dengan informasi mengenai lokasi dan persebaran dari fenomena (geografis) dalam suatu ruang (wilayah) (Depertemen Kehutanan, 2004). Oleh karena itu, penyajian data atau informasi dalam bentuk peta merupakan bentuk atau cara penyajian data spasial yang paling tepat.

Peta sumberdaya lahan membutuhkan informasi tambahan untuk mendukung keefektifan dan ketertarikan dalam menerima informasi ialah dengan penggunaan multimedia. Penggunaan multimedia dalam peta dapat diwujudkan dalam bentuk atlas. Penyusunan Atlas tidak hanya berisi peta-peta yang dipilih dan disusun saling berkesinambungan, melainkan berisi pula dengan deskripsi atau narasi, serta gambar atau foto yang ingin ditampilkan. Atlas dapat menyajikan data menjadi lebih menarik dan efisien melalui peta-peta yang akan tampilkan. Oleh karena itu, penyusunan atlas berdasarkan data yang akan disajikan diharapakan mampu menyampaikan secara lebih sistematis dan spesifik.

Informasi Sumberdaya lahan di Daerah Istimewa Yogyakarta dalam bentuk Atlas belum ditemui atau belum tersedia, maka penyusunan atlas diharapkan mampu memberikan informasi dan pengetahuan dalam sudut pandang yang berbeda mengenai sumberdaya lahan. Berkaitan dengan hal tersebut, maka dilakukan perumusan masalah seperti di bawah ini:

1. Ketersedian informasi sumberdaya lahan secara spasial di Daerah Istimewa Yogyakarta.

2. Ketersediaan informasi yang terpadu tentang sumberdaya lahan yang ada di Daerah Istimewa Yogyakarta dalam bentuk atlas digital.

1.3. Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini sebagai berikut.

1. Penyusunan informasi sumberdaya lahan secara spasial di Daerah Istimewa Yogyakarta.

2. Pengemasan hasil Peta Sumberdaya lahan dan informasi multimedia menjadi

atlas digital.

(7)

7

1.4. Maksud Penelitian

Maksud dari penelitian yang dilakukan adalah sebagai berikut.

1. Dapat menyusun informasi sumberdaya lahan secara spasial di Daerah Istimewa Yogyakarta.

2. Dapat memperkenalkan dan mengkomunikasikan Atlas digital tentang

sumberdaya lahan yang memuat informasi secara terintegrasi.

Gambar

Gambar 1.2 Tampilan informasi fisik dalam website resmi Kota Yogyakarta  Sumber: Url 1.2

Referensi

Dokumen terkait

Yang dimaksud dengan “asas dapat dilaksanakan” adalah bahwa setiap Pembentukan Peraturan Produk Hukum Desa harus memperhitungkan efektivitas Peraturan

Penelitian ini menggunakan metode deskriptif kuantitatif karena menekankan analisisnya pada data-data numerical (angka) yang diolah dengan menggunakan metode statistik

Berdasarkan hasil wawancara, siswa mengetahui bahwa biloks senyawa netral sama dengan nol, namun siswa belum memahami hubungan antara konsep bilangan oksidasi dengan

Karyawan yang merasakan mereka pasti mempunyai satu peran aktif di dalam membuat suatu keputusan lebih mungkin akan mendukung keputusan dan mendorong yang lain untuk

Guru membagikan link LKPD (liveworkhsheet) dan memberi instruksi terkait diskusi dalam LKPD tentang konsep sistem ekskresi, perbedaan struktur, fungsi, zat-zat

Hasil dari penelitian ini didapat nilai kekerasaan tertinggi pada baja karbon sedang ( pegas daun bekas) yang mengalami proses perlakuan panas (hardening) pada temperature

Yang bertanda tangan di bawah ini saya, Anandriyo Suryo Mratihatani, menyatakan bahwa skripsi dengan judul: Menuju Pengelolaan Sungai bersih di Kawasan

Positioning dari Sakacu adalah menjadikan Sakacu sebagai sandal jepit kekinian yamg dapat bersaing dengan produk lain dengan mengunggulkan warna serta gambar