• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGARUH MENDENGARKAN BACAAN AL-QUR’AN SURAT AR-RAHMAN DAN TERJEMAHNYA TERHADAP SKOR CEMAS PERPISAHAN DENGAN ORANGTUA PADA SISWI KELAS I MTs MU’ALLIMAAT

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PENGARUH MENDENGARKAN BACAAN AL-QUR’AN SURAT AR-RAHMAN DAN TERJEMAHNYA TERHADAP SKOR CEMAS PERPISAHAN DENGAN ORANGTUA PADA SISWI KELAS I MTs MU’ALLIMAAT"

Copied!
97
0
0

Teks penuh

(1)

KARYA TULIS ILMIAH

PENGARUH MENDENGARKAN BACAAN AL-QUR’AN SURAT AR-RAHMAN DAN TERJEMAHNYA TERHADAP SKOR CEMAS

PERPISAHAN DENGAN ORANGTUA PADA SISWI KELAS I MTs MU’ALLIMAAT

Diajukan untuk Memenuhi Sebagian Syarat Memperoleh Derajat Sarjana Kedokteran pada Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan

Universitas Muhammadiyah Yogyakarta

Disusun Oleh : TALITHA INAS LAILINA

20130310085

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN

(2)

KARYA TULIS ILMIAH

PENGARUH MENDENGARKAN BACAAN AL-QUR’AN SURAT AR-RAHMAN DAN TERJEMAHNYA TERHADAP SKOR CEMAS

PERPISAHAN DENGAN ORANGTUA PADA SISWI KELAS I MTs MU’ALLIMAAT

Diajukan untuk Memenuhi Sebagian Syarat Memperoleh Derajat Sarjana Kedokteran pada Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan

Universitas Muhammadiyah Yogyakarta

Disusun Oleh : TALITHA INAS LAILINA

20130310085

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN

(3)

ii

HALAMAN PENGESAHAN KTI

PENGARUH MENDENGARKAN BACAAN AL-QUR’AN SURAT

AR-RAHMAN DAN TERJEMAHNYA TERHADAP SKOR CEMAS PERPISAHAN DENGAN ORANGTUA PADA SISWI KELAS I

MTs MU’ALLIMAAT

Disusun Oleh :

TALITHA INAS LAILINA 20130310085

Telah disetujui dan diseminarkan pada tanggal 5 November 2016

Dosen Pembimbing Dosen Penguji

dr. Iman Permana, M.Kes, Ph.D dr. Adang M Gugun, Sp.PK., M.Kes NIK : 19700131201104173146 NIK : 19690118199904173034

Mengetahui,

Kaprodi Pendidikan Dokter Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan

Universitas Muhammadiyah Yogyakarta

(4)

iii

PERNYATAAN KEASLIAN PENELITIAN

Saya yang bertanda tangan di bawah ini :

Nama : Talitha Inas Lailina

NIM : 20130310085

Program Studi : Pendidikan Dokter

Fakultas : Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan

Menyatakan dengan sebenarnya bahwa Karya Tulis Ilmiah yang saya tulis

ini benar-benar merupakan hasil karya saya sendiri dan belum diajukan dalam

bentuk apapun kepada perguruan tinggi manapun. Sumber informasi yang berasal

atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain

telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian

akhir Karya Tulis Ilmiah ini.

Apabila di kemudian hari terbukti atau dapat dibuktikan Karya Tulis

Ilmiah ini hasil jiplakan, maka saya bersedia menerima sanksi atas perbuatan

tersebut.

Yogyakarta, Oktober 2016

Yang membuat pernyataan,

(5)

iv

KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.

Segala puji bagi Allah SWT, Tuhan semesta alam yang telah memberikan

nikmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan Karya Tulis

Ilmiah dengan judul “Pengaruh Mendengarkan Bacaan Al-Qur’an Surat Ar -Rahman dan Terjemahnya Terhadap Skor Cemas Perpisahan dengan Orangtua Pada Siswi Kelas I Mts Mu’allimaat” dengan lancar tanpa hambatan

yang berarti. Sholawat serta salam semoga senantiasa tercurah kepada Nabi Besar

Muhammad SAW yang telah menjadi suri tauladan bagi kita semua.

Karya Tulis Ilmiah ini dapat hadir seperti sekarang tak lepas dari bantuan

banyak pihak. Untuk itu sudah sepantasnyalah penulis mengucapkan rasa terima

kasih yang sebesar-besarnya untuk mereka yang telah berjasa membantu penulis

selama proses pembuatan Karya Tulis Ilmiah ini dari awal hingga akhir, antara

lain:

1. dr. H. Ardi Pramono, Sp. An, M.Kes selaku Dekan Fakultas Kedokteran dan

Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Yogyakarta.

2. dr. Iman Permana, M.Kes, Ph.D selaku dokter pembimbing terimakasih

tanpa batas untuk waktunya dan selama ini telah membimbing penulis

dengan penuh kesabaran untuk menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah ini.

3. dr. Titiek Hidayati selaku penguji proposal KTI yang sudah memberikan

(6)

v

4. dr. Adang M Gugun, Sp.PK., M.Kes yang telah berkenan menjadi penguji

Sidang Karya Tulis Ilmiah ini

5. Ustadzah Erna, Ustadzah Yunita, Ustadzah Riris, Umi Muslihah, dan

seluruh keluarga besar Madrasah Mu‟allimaat yang sudah banyak

membantu penulis hingga terwujudnya karya tulis ilmiah ini. Mohon maaf

sudah banyak merepotkan.

6. Kedua orangtua, Papa Hendri Waskita dan Mama Aminah Suryati atas

segala kasih sayang, perhatian, dukungan, nasihat dan doa yang tidak pernah

habis.

7. Adek sekaligus sahabat hidup terbaik, Miranda Inas Lailina yang sudah

bersedia menjadi tempat berkeluh kesah selama ini.

8. Dua sahabat terbaik saya Latifah Amalia dan Fatimah Ishak selaku teman

satu bimbingan juga, yang sudah banyak penulis repotkan dan terimakasih

untuk dukungan yang tiada henti.

9. Teman-teman terusuh yang selalu saling memberi semangat dan dukungan

selama ini, Ratna, Fania, Itqi, Shynta, Salma.

10. Dita Putri, Qanita khairunnisa, Dianatun Nafisah, Sanka Dipta yang selalu

mendengarkan keluh kesah dan memberikan semangat selama proses

pembuatan Karya Tulis Ilmiah ini.

11. Semua pihak yang telah membantu dalam kelancaran penelitian dan

penyelesaian Karya Tulis Ilmiah ini yang tidak dapat diucapkan satu

(7)

vi

Penulis pun menyadari sepenuhnya bahwa karya tulis ilmiah ini masih

jauh dari kesempurnaan. Karena nya kritik dan saran bagi penulis sangat

diharapkan guna tersusunnya karya tulis ilmiah yang lebih baik. Dan semoga

karya tulis ilmiah ini dapat bermanfaat bagi banyak pihak dan bagi penulis pada

khususnya, Amin ya Robbal‟alamin.

Wassalamu’alaikum Warahmatullah Wabarakatuh.

Yogyakarta, Oktober 2016

(8)

vii

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PENGESAHAN KARYA TULIS ILMIAH ... ii

PERNYATAAN KEASLIAN PENELITIAN ... iii

KATA PENGANTAR ... iv

DAFTAR ISI ... vii

DAFTAR GAMBAR ... ix

DAFTAR TABEL ... x

INTISARI ... xi

ABSTRACT ... xii

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Rumusan Masalah ... 6

C. Tujuan ... 6

D. Manfaat Penelitian ... 7

E. Penelitian Terkait ... 8

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Pustaka ... 9

1. Remaja ... 9

2. Kecemasan ... 13

3. Mendengarkan Bacaan Al-Quran (Murottal) ... 24

B. Kerangka Teori ... 29

C. Kerangka Konsep ... 29

D. Hipotesis ... 30

BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian ... 31

B. Populasi dan Sampel ... 32

C. Lokasi dan Waktu penelitian ... 34

D. Variabel Penelitian ... 34

E. Definisi Operasional ... 34

F. Alat dan Bahan Penelitian ... 35

G. Jalannya Penelitian ... 36

H. Uji Validitas dan Reliabilitas Instrumen ... 37

I. Analisis Data ... 38

J. Kesulitan Penelitian ... 38

K. Etik Penelitian ... 39

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian ... 40

1. Gambaran Lokasi Penelitian ... 40

2. Karakteristik Subjek Penelitian ... 41

(9)

viii

4. Perbedaan Rata-rata Tingkat Kecemasan Pre Test dan

Post Test Kelompok Intervensi ... 43 5. Perbedaan Rata-rata Tingkat Kecemasan Pre Test dan

Post Test Kelompok Kontrol ... 43 6. Perbedaan Rata-Rata Selisih Penurunan Tingkat Kecemasan

Kelompok Intervensi dan Kontrol ... 44 7. Hasil Uji Reliabilitas Kuisioner TMAS (Taylor Manifest

Anxiety Scale) ... 45 B. Pembahasan ... 45 C. Kekuatan dan Kelemahan Penelitian ... 49 BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

(10)

ix

DAFTAR GAMBAR

(11)

x

DAFTAR TABEL

Tabel 4.1. Frekuensi Tingkat Kecemasan Kelompok Interval

dan Kontrol ... 41 Tabel 4.2. Frekuensi Kelompok Intervensi dan Kontrol Yang

Mengalami Kenaikan dan Penurunan ... 42 Tabel 4.3. Perbedaan Rata-rata Tingkat Kecemasan Pre Test dan Post

Test Kelompok Intervensi... 43 Tabel 4.4. Perbedaan Rata-rata Tingkat Kecemasan Pre Test dan

Post Test Kelompok Kontrol ... 43 Tabel 4.5. Perbedaan Rata-rata Selisih Penurunan Tingkat Kecemasan

(12)

xi INTISARI

Latar Belakang : Kecemasan merupakan gangguan emosional yang paling sering terjadi berupa rasa khawatir dan takut yang tidak jelas sebabnya. Saat ini diperkirakan 20% dari populasi dunia menderita kecemasan dan sebanyak 47,7% remaja sering merasa cemas.Anak dan remaja menjadi kelompok umur yang perlu mendapat perhatian karena keterkaitan dengan resiko perkembangan gangguan kecemasan pada masa dewasa. Salah satu contoh kecemasan adalah gangguan kecemasan perpisahan, seperti pada anak yang bersekolah dengan model berasrama yang mewajibkan untuk jauh dari orang tua. Dan metode yang berkembang dalam menghadapi cemas adalah dengan psikoreligius yaitu dengan mendengarkan bacaan Al-Qur‟an.

Tujuan Penelitian : Untuk mengetahui pengaruh dari mendengarkan bacaan Al-Qur‟an (murottal) surat Ar-Rahman dan terjemahnya terhadap skor kecemasan yang disebabkan karena perpisahan dengan orang tua pada siswi kelas 1 MTs Mu‟allimaat

Metode : Jenis penelitian ini adalah penelitian kuantitatif dengan desain eksperimental menggunakan pendekatan pre test post test with control group. Analisis data yang digunakan untuk mengetahui pengaruh mendengarkan bacaan Al-Qur‟an surat Ar-Rahman dan terjemahnya dengan skor kecemasan karena perpisahan dengan menggunakan uji Paired Sample t-Test dan Independent t-Test.

Dengan menggunakan TMAS (Taylor Manifest Anxiety Scale) sebagai alat ukur cemasnya.

Hasil dan Pembahasan : Dari penelitian ini didapatkan sebanyak 39 responden mengalami kecemasan sedang dan 31 responden mengalami kecemasan tinggi. Terdapat pengaruh yang signifikan terhadap skor kecemasan pada kelompok intervensi dengan nilai signifikansi 0,001. Pada kelompok kontrol tidak terdapat pengaruh yang signifikan dengan nilai signifikansi 0,389. Dan tidak terdapat perbedaan yang signifikan pada penurunan kecemasan antara kelompok intervensi dan kontrol dengan nilai signifikansi 0,076

Kesimpulan : Mendengarkan bacaan Al-Qur‟an surat Ar-Rahman dan terjemahnya tidak terbukti memiliki pengaruh terhadap skor cemas perpisahan pada anak kelas 1 MTs Mu‟allimaat

(13)

xii ABSTRACT

Background : Currently, there is about 20% of the world population suffer from

anxiety and 47,7% teenagers feel worried. Children and teenagers become a group of age that need more attention because of its relation to the risk of developing anxiety disorder in adulthood. One example of uneasiness is separation anxiety disorder, such as in children who study in a boarding school which requires them to live apart from their parents. And a developed method in dealing with anxiety is psycho religious by listening the murottal.

Aims : To discover the effect of listening Al-Qur'an (murottal) surah Ar-Rahman

and reading the translation toward anxiety score caused by the separation of the first grader of Mu'allimat Islamic junior high school from their parents.

Methods : This study is a quantitative research with an experimental design

which uses the pre test post test with the control group. The data analysis method that used is Paired sample t-Test and Independent t-Test. It uses TMAS (Taylor manifest anxiety scale) as the anxiety measurement.

Result : From this research there is a significant effect on the anxiety scores in the intervention group with the significance value of 0.0001 and there is no significant different in the control group with the significance value of 0.389. Researcher also didn't find a significant difference of anxiety reduction between intervention and control group with significance value of 0.076

Conclusion : Listening of Al-Quran surah Ar-Rahman and reading the translation

was not proved to affect the level of separation anxiety scores for the first grader of Mu'allimat Islamic junior high school.

Keyword : Teenagers, Separation anxiety, Murottal, TMAS (Taylor manifest

(14)
(15)

xi INTISARI

Latar Belakang : Kecemasan merupakan gangguan emosional yang paling sering terjadi berupa rasa khawatir dan takut yang tidak jelas sebabnya. Saat ini diperkirakan 20% dari populasi dunia menderita kecemasan dan sebanyak 47,7% remaja sering merasa cemas.Anak dan remaja menjadi kelompok umur yang perlu mendapat perhatian karena keterkaitan dengan resiko perkembangan gangguan kecemasan pada masa dewasa. Salah satu contoh kecemasan adalah gangguan kecemasan perpisahan, seperti pada anak yang bersekolah dengan model berasrama yang mewajibkan untuk jauh dari orang tua. Dan metode yang berkembang dalam menghadapi cemas adalah dengan psikoreligius yaitu dengan mendengarkan bacaan Al-Qur‟an.

Tujuan Penelitian : Untuk mengetahui pengaruh dari mendengarkan bacaan Al-Qur‟an (murottal) surat Ar-Rahman dan terjemahnya terhadap skor kecemasan yang disebabkan karena perpisahan dengan orang tua pada siswi kelas 1 MTs Mu‟allimaat

Metode : Jenis penelitian ini adalah penelitian kuantitatif dengan desain eksperimental menggunakan pendekatan pre test post test with control group. Analisis data yang digunakan untuk mengetahui pengaruh mendengarkan bacaan Al-Qur‟an surat Ar-Rahman dan terjemahnya dengan skor kecemasan karena perpisahan dengan menggunakan uji Paired Sample t-Test dan Independent t-Test.

Dengan menggunakan TMAS (Taylor Manifest Anxiety Scale) sebagai alat ukur cemasnya.

Hasil dan Pembahasan : Dari penelitian ini didapatkan sebanyak 39 responden mengalami kecemasan sedang dan 31 responden mengalami kecemasan tinggi. Terdapat pengaruh yang signifikan terhadap skor kecemasan pada kelompok intervensi dengan nilai signifikansi 0,001. Pada kelompok kontrol tidak terdapat pengaruh yang signifikan dengan nilai signifikansi 0,389. Dan tidak terdapat perbedaan yang signifikan pada penurunan kecemasan antara kelompok intervensi dan kontrol dengan nilai signifikansi 0,076

Kesimpulan : Mendengarkan bacaan Al-Qur‟an surat Ar-Rahman dan terjemahnya tidak terbukti memiliki pengaruh terhadap skor cemas perpisahan pada anak kelas 1 MTs Mu‟allimaat

(16)

xii ABSTRACT

Background : Currently, there is about 20% of the world population suffer from

anxiety and 47,7% teenagers feel worried. Children and teenagers become a group of age that need more attention because of its relation to the risk of developing anxiety disorder in adulthood. One example of uneasiness is separation anxiety disorder, such as in children who study in a boarding school which requires them to live apart from their parents. And a developed method in dealing with anxiety is psycho religious by listening the murottal.

Aims : To discover the effect of listening Al-Qur'an (murottal) surah Ar-Rahman

and reading the translation toward anxiety score caused by the separation of the first grader of Mu'allimat Islamic junior high school from their parents.

Methods : This study is a quantitative research with an experimental design

which uses the pre test post test with the control group. The data analysis method that used is Paired sample t-Test and Independent t-Test. It uses TMAS (Taylor manifest anxiety scale) as the anxiety measurement.

Result : From this research there is a significant effect on the anxiety scores in the intervention group with the significance value of 0.0001 and there is no significant different in the control group with the significance value of 0.389. Researcher also didn't find a significant difference of anxiety reduction between intervention and control group with significance value of 0.076

Conclusion : Listening of Al-Quran surah Ar-Rahman and reading the translation

was not proved to affect the level of separation anxiety scores for the first grader of Mu'allimat Islamic junior high school.

Keyword : Teenagers, Separation anxiety, Murottal, TMAS (Taylor manifest

(17)

1 BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Freud (dalam Alwisol, 2005:28) mengatakan bahwa kecemasan

adalah fungsi ego untuk memperingatkan individu tentang kemungkinan

datangnya suatu bahaya sehingga dapat disiapkan reaksi adaptif yang sesuai.

Kecemasan berfungsi sebagai mekanisme yang melindungi ego karena

kecemasan memberi sinyal kepada kita bahwa ada bahaya dan kalau tidak

dilakukan tindakan yang tepat maka bahaya itu akan meningkat sampai ego

dikalahkan. Kecemasan merupakan gangguan emosional yang paling sering

terjadi. Berupa rasa khawatir, takut yang tidak jelas sebabnya. Saat ini

Diperkirakan 20% dari populasi didunia menderita kecemasan dan sebanyak

47,7% remaja sering merasa cemas (Depkes, 2010).

Pada dasarnya gangguan kecemasan dapat terjadi pada semua

kelompok umur, mulai dari anak-anak seperti gangguan kecemasan

perpisahan masa kanak, gangguan kecemasan fobik masa kanak, gangguan

kecemasan sosial masa kanak, gangguan persaingan antar saudara,

gangguan emosional masa kanak lainnya dan yang khas dengan gangguan

cemas perpisahan seperti yang dijelaskan oleh Krain et al (2007); Connolly

dan Suarez (2010); Bernstein dan Layne (2004). Pada kelompok umur

remaja, dewasa dan lansia dapat mengalami jenis-jenis gangguan kecemasan

lainnya. Hal ini disebabkan kecemasan merupakan hal umum yang dapat

(18)

respon terhadap ancaman atau bahaya yang berasal dari dalam diri sendiri

dan bersifat samar dan memicu konflik (Sadock dan Sadock, 2007).

Anak dan remaja menjadi kelompok umur yang perlu mendapat

perhatian karena keterkaitan dengan risiko perkembangan gangguan

kecemasan pada masa dewasa (Jakobsen et.al., 2012). Remaja merupakan

kelompok umur yang rentan terhadap perkembangan masalah dari dalam

diri seperti munculnya gejala cemas dan depresi karena masa remaja

merupakan masa transisi dengan perubahan biologis, kemampuan

emosional, dan keinginan untuk mendapatkan otonomi (Maciejewski et.al.,

2013)

Masa perkembangan remaja dimulai dengan masa puber, dimana

hubungan anak dengan orang tua mencapai titik terendah, anak mulai

melepaskan diri dengan orang tua. Hubungan remaja dengan orang tua

mulai terjadi keterbatasan. Mendefinisikan batasan kemandirian

ketergantungan, keinginan yang kuat untuk tetap tergantung pada orang tua,

sambil mencoba untuk memisahkan diri (Wong, 2004)

Oleh karena itu terkadang remaja ada yang merasa senang tinggal

jauh dari orangtua dan ada pula yang kurang bersedia karena akan berpisah

dengan orang tua dalam jangka waktu yang lama (Hidayat, 2009 & Hurlock,

2010).

Macam macam gangguan emosional yang dapat terjadi pada onset

kanak dan remaja beberapa diantaranya adalah gangguan kecemasan

perpisahan masa kanak, gangguan kecemasan fobik masa kanak, gangguan

(19)

3

gangguan emosional masa kanak lainnya (Buku pedoman Diagnosis

Gangguan Jiwa, Rujukan Ringkas PPDGJ-III,2001)

Pengaruh kecemasan ini dapat bersifat positif dan negatif. Dikatakan

mempunyai pengaruh positif, bila kecemasan yang dialami individu masih

berada dalam taraf yang normal, dan dikatakan pengaruh yang negatif bila

kecemasan ini justru membuat individu merasa tidak mampu, sangat

mengganggu homeostatis dan fungsi individu. Fungsi represi merupakan

salah satu usaha untuk menghilangkan kecemasan yaitu dengan cara

menekan dorongan-dorongan yang dapat menimbulkan kecemasan ke alam

bawah sadar. Merupakan salah satu usaha untuk menghilangkan kecemasan

(Juniarta,2014)

Contoh anak yang mengalami gangguan kecemasan perpisahan

adalah mereka yang tinggal berasrama. Pada anak-anak yang memilih untuk

melanjutkan jenjang pendidikannya dengan berasrama atau tinggal

berjauhan dengan orang tua. Karena pada sistem pendidikan dengan pola

berasrama mengharuskan peserta didiknya tinggal berjauhan dari orang tua

dan kesehariannya disibukkan dengan mengikuti berbagai kegiatan

pendidikan pada sore dan malam hari, setelah di pagi harinya mereka

mengikuti kegiatan pendidikan formal di sekolah, seperti kegiatan

pengkajian Al Quran di pesantren, kegiatan ekstrakulikuler, kegiatan

pembinaan disiplin dan lain sebagainya.

Seperti di dalam penelitian Siregar, 2013 yang berjudul tingkat

(20)

berdasarkan data yang diperoleh dari analisis data Z-Score dapat

disimpulkan bahwa santri pondok pesantren yang memiliki tingkat

kecemasan tinggi sebanyak 11 santri (14,1%) dalam kategori kecemasan

tingkat sedang sebanyak 52 santri (66,7%) dan sebanyak 15 santri (19,2%)

mengalami tingkat kecemasan rendah.

Hasil dari studi pendahuluan di pondok pesantren Asshidiqiyah dari

10 orang santri yang diwawancarai semua mengatakan cemas saat pertama

kali masuk pesantren dan berpisah dengan orang tua. Sebulan pertama santri

masih sangat mengalami cemas, masih sering teringat orang tua, menangis,

tidak konsentrasi, belum mampu beradaptasi dan memiliki motivasi belajar

yang kurang (Dewi, 2014).

Berdasarkan informasi dari guru BK serta pamong asrama, kebiasaan

siswi kelas I MTs adalah mereka masih sering mengalami

gangguan-gangguan kecemasan seperti menangis sendiri apabila sedang sendiri dan

teringat orang tua.

Dalam mengatasi masalah kecemasan, saat ini telah banyak

berkembang melalui berbagai metode yang banyak dikembangkan, salah

satunya dengan relaksasi. Penggunaan relaksasi sebagai alat pengendali

kecemasan dan manajemen stress adalah bukan suatu perwujudan baru.

Selain itu juga ada metode dengan, psikoreligius yaitu pendekatan psikolog

dengan diselipkan unsur religius. Psikoreligius merupakan psikoterapi

spiritual yang lebih tinggi dari psikoterapi psikologi lainnya. Hal ini

(21)

5

membangkitkan harapan, percaya diri, serta keimanan yang pada gilirannya

dapat membangkitkan sistem kekebalan tubuh (Novianti,2012).

Seperti sudah disebutkan dalam Al-Quran di dalam surat Ar-Ra‟du

[13]: 28, Allah telah menawarkan cara memperoleh ketenangan hati yang

paling efektif dan bersifat permanen. Seperti firman-Nya:

ب م ب ل ق ن مط ت ن مآ ن ي ل ب ل ل ن مط ت ه ك ب اأ ه

Artinya: “(yaitu) orang-orang yang beriman dan hati mereka manjadi tentram dengan mengingat Allah. Ingatlah, hanya dengan mengingat Allah-lah hati menjadi tenteram.

Menurut Hebert Benson menyimpulkan bahwa ketika seseorang

terlibat secara mendalam dengan doa yang diulang-ulang ternyata akan

membawa berbagai perubahan fisiologis, antara lain berkurangnya

kecepatan detak jantung, menurunnya kecepatan napas, menurunnya

tekanan darah, melambatnya gelombang otak dan pengurangan menyeluruh

kecepatan metabolisme, kondisi ini disebut sebagai respon relaksasi

(Subandi, 2013).

Seni melagukan ayat-ayat suci Al-Quran merupakan hal yang sering

didengar saat ini, diantaranya biasa dikenal dengan Murottal. Terapi

murottal bekerja pada otak, dimana ketika didorong dengan rangsangan dari

luar (terapi Al-Quran) maka otak memproduksi zat kimia yang disebut

neuropeptide. Molekul-molekul ini mengangkut reseptor-reseptor mereka

yang ada didalam tubuh sehingga tubuh memberi umpan balik berupa rasa

nyaman. Bacaan Al-Qur‟an secara murottal mempunyai efek relaksasi dan

(22)

diketahui bahwa murottal dapat menurunkan kecemasan karena mempunyai

irama yang konstan, teratur, dan tidak ada perubahan yang mendadak.

Berdasarkan gambaran mengenai tingkat kecemasan yang terjadi

pada remaja karena perpisahan dengan orangtua serta efektivitas

psikoreligius dalam menangani kecemasan, peneliti tertarik untuk

melakukan penelitian guna mengetahui adakah pengaruh memperdengarkan

Al-Qur‟an terhadap tingkat cemas perpisahan yang terjadi pada siswa kelas

1 MTs Mu‟allimaat Muhammadiyah Yogyakarta

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas, dapat dirumuskan permasalahan

sebagai berikut :

Bagaimana pengaruh mendengarkan bacaan Al-Quran (murottal)

surat Ar-Rahman dan terjemahnya terhadap skor kecemasan yang

disebabkan karena perpisahan dengan orang tua pada siswi kelas 1 MTs

Muallimaat

C. Tujuan

1. Tujuan Umum

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh dari mendengarkan

bacaan Al-Qur‟an (murottal) surat Ar-Rahman dan terjemahnya

terhadap tingkat cemas perpisahan dengan orang tua pada siswi kelas 1

(23)

7

2. Tujuan Khusus

Untuk mengetahui apakah kelompok intervensi yang diberikan

perlakuan mengalami penurunan rata-rata kecemasan

D. Manfaat Penelitian 1. Teoritis

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan ilmu pengetahuan

tambahan bagi pendidikan kesehatan yang bisa dijadikan bahan

referensi dalam proses belajar

2. Praktis

a. Bagi Siswi

Diharapkan setelah dilakukan penelitian ini dapat digunakan

sebagai salah satu terapi untuk mengatasi kecemasan terhadap anak

yang mengalami cemas perpisahan dengan orang tua

b. Bagi Sekolah

Diharapkan penelitian ini dapat dijadikan gambaran bagi para

pengurus sekolah bahwa cemas perpisahan dengan orang tua dapat

terjadi pada anak-anak diusia tertentu, sehingga diharapkan pihak

sekolah dapat memahami bagaimana cara untuk menghadapinya.

c. Bagi Peneliti

Meningkatkan pengetahuan peneliti mengenai terapi yang dapat

diimplementasikan pada siswi terkait masalah kecemasan serta

(24)

ilmiah dan hasil penelitian ini dapat dijadikan referensi dan

pengembangan ilmu serta data bagi peneliti selanjutnya.

E. Penelitian Terkait

1. Novianti (2012) dengan judul penelitan Efektivitas Mendengarkan

Bacaan Al-Qur‟an (Murottal) Terhadap Skor Kecemasan Pada Lansia di

Shelter Dongkelisari Wukirsari Cangkringan Sleman Yogyakarta. Jenis

penelitian ini adalah kuantitatif dengan desain Quasy Eksperiment

dengan pendekatan pre post test with control group. Hasil penelitiannya

menunjukan pengaruh yang signifikan pada kelompok intervensi

sebelum diberi perlakuan dan setelah diberi perlakuan dengan nilai

p<0,05. Dan untuk kelompok kontrol saat pretest dan post test

menunjukan hasil tidak terdapat perbedaan yang signifikan dengan

p<0,05. Perbedaan dengan penelitian ini adalah objek dan tempat

penelitian.

2. Fatma (2012) dengan judul Efektivitas Mendengarkan Murottal

Al-Qur‟an Terhadap Derajat Insomnia pada Lansia di Selter Dongkelsari

Sleman Yogyakarta. Penelitian ini menggunaka desain penelitian Quasy

Eksperiment dan melibatkan dua kelompok, yaitu kelompok intervensi

dan kelompok kontrol. Hasil penelitian menunjukan mendengarkan

murottal Al-Qur‟an selama 8 hari berturut-turut dalam waktu 12 menit

efektif menurunkan derajat insomnia pada lansia di selter Dongkelsari

Sleman Yogyakarta. Perbedaan dengan penelitian ini adalah tempat

(25)

9 BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan Pustaka 1. Remaja

a. Pengertian Remaja

Istilah remaja atau adolescence berasal dari latin adolescene

(kata bendanya adolescent yang berarti remaja) yang tumbuh

menjadi dewasa (Hurloc,2001). Adolescence artinya

berangsur-angsur menuju kematangan secara fisik, akal, kejiwaan dan sosial

serta emosional (Al-Mighwar, 2006). Remaja merupakan masa

transisi antara masa kanak-kanak dan masa remaja, yang sering kali

remaja hadapi pada situasi yang membingungkan, disatu pihak

harus bertingkah laku seperti orang dewasa, dan sisi lain belum

bisa dikatakan dewasa (Purwanto,2004).

Remaja dikatakan berusia di antara 11 hingga 21 tahun,

merupakan transisi antara masa kanak-kanak dengan masa dewasa

yang melibatkan perubahan biologi, psikologi, sosial dan ekonomi

serta melibatkan perubahan peringkat dari tidak matang ke

peringkat matang (Azizi et. Al.,2005) dan menurut pedoman umum

remaja di Indonesia menggunakan batasan usia 17-24 tahun dan

(26)

WHO (World Health Organization) memberikan definisi

tentang remaja yang lebih bersifat konseptual. Dalam definisi

tersebut dikemukakan tiga kriteria, yaitu biologis, psikologis, dan

sosial ekonomi, sehingga secara lengkap definisi tersebut berbunyi

bahwa remaja adalah suatu masa di mana:

1) Individu berkembang dari saat pertama kali ia menunjukkan

tanda-tanda seksual sekundernya sampai saat ia mencapai

kematangan seksual.

2) Individu mengalami perkembangan psikologis dan pola

identifikasi dari kanak-kanak menjadi dewasa.

3) Muangman dalam Sarwono, 2010. Menyebutkan terjadi

peralihan dari ketergantungan sosial-ekonomi yang penuh ke

keadaan yang relatif lebih mandiri .

b. Perkembangan Remaja

Bagian dari masa kanak – kanak itu antara lain proses

pertumbuhan biologis misalnya tinggi badan masih terus

bertambah. Sedangkan bagian dari masa dewasa antara lain proses

kematangan semua organ tubuh termasuk fungsi reproduksi dan

kematangan kognitif yang ditandai dengan mampu berpikir secara

abstrak ( Papalia& Olds, 2001).

Perkembangan remaja menurut Nasir,2011:

1) Konsep diri berubah sesuai dengan perkembangan biologis.

(27)

11

3) Pertambahan maksimal pada tinggi dan berat badan.

4) Stress meningkat terutama saat terjadi konflik.

5) Anak perempuan mulai mendapat haid, tampak lebih gemuk.

6) Berbicara lama di telepon, suasana hati berubah-ubah (emos

labil), serta kesukaan seksual mulai terlihat.

7) Menyesuaikan diri dengan standar kelompok.

8) Anak laki-laki lebih menyukai olahraga, anak perempuan suka

berbicara tentang pakaian atau make up.

9) Hubungan anak dengan orang tua mencapai titik terendah,

anak mulai melepaskan diri dari orang tua.

10) Takut ditolak teman sebaya.

11) Pada akhir remaja, mencapai fisik, mengejar karier, identitas

seksual terbentuk, nyaman dengan diri sendiri, sekelompok

sebaya kurang begitu penting, emosi lebih terkontrol, serta

membentuk hubungan yang menetap.

Berikut adalah pola pertumbuhan dan perkembangan

selama remaja dalam kaitannya dengan hubungan dengan orang tua

(Nasir,2008).

1) Mendefinisikan batasan kemandirian ketergantungan.

2) Tidak ada konflik besar yang terjadi dibawah kontrol orang

tua.

3) Keinginan kuat untuk tetap bergantung pada orang tua

(28)

c. Perubahan pada Emosional Remaja

Papalia & Olds (dalam Jahja, 2012) menjelaskan bahwa

perkembangan fisik adalah perubahan-perubahan pada tubuh, otak,

kapasitas sensoris, dan keterampilan motorik. Piaget (dalam

Papalia & Olds 2001, dalam Jahja, 2012) menambahkan bahwa

perubahan pada tubuh ditandai dengan pertambahan tinggi dan

berat tubuh, pertumbuhan tulang dan otot, dan kematangan organ

seksual dan fungsi reproduksi.Tubuh remaja mulai beralih dari

tubuh kanak kanak menjadi tubuh orang dewasa yang cirinya ialah

kematangan. Perubahan fisik otak strukturnya semakin sempurna

untuk meningkatkan kemampuan kognitif.

Widyastuti dkk (2009) menjelaskan tentang perubahan

kejiwaan pada masa remaja. Perubahan-perubahan yang berkaitan

dengan kejiwaan pada remaja adalah:

1) Perubahan emosi. Perubahan tersebut berupa kondisi:

a) Sensitif atau peka misalnya mudah menangis, cemas,

frustasi, dan sebaliknya bisa tertawa tanpa alasan yang

jelas. Utamanya sering terjadi pada remaja putri,

lebih-lebih sebelum menstruasi.

b) Mudah bereaksi bahkan agresif terhadap gangguan atau

rangsangan luar yang mempengaruhinya. Itulah sebabnya

mudah terjadi perkelahian. Suka mencari perhatian dan

(29)

13

c) Ada kecenderungan tidak patuh pada orang tua, dan lebih

senang pergi bersama dengan temannya daripada tinggal

di rumah.

2) Perkembangan intelegensia. Pada perkembangan ini

menyebabkan:

a) Cenderung mengembangkan cara berpikir abstrak, suka

memberikan kritik.

b) Cenderung ingin mengetahui hal-hal baru, sehingga

muncul perilaku ingin mencoba-coba. Tetapi dari semua

itu, proses perubahan kejiwaan tersebut berlangsung lebih

lambat dibandingkan perubahan fisiknya.

Masa remaja biasanya memiliki energi yang besar, emosi

berkobar-kobar, sedangkan pengendalian diri belum sempurna.

Remaja juga sering mengalami perasaan tidak aman, tidak tenang,

dan khawatir kesepian.

2. Kecemasan

a. Pengertian kecemasan

Kecemasan (ansietas) adalah perasaan takut yang tidak jelas

dan tidak didukung oleh situasi. Gangguan kecemasan (ansietas)

adalah sekolompok kondisi yang memberi gambaran penting

tentang ansietas yang berlebihan yang disertai respon perilaku,

emosional dan fisiologis individu yang mengalami gangguan

(30)

Dengan kriteria ketat dari DSM-III-R dan DSM-IV,

gangguan kecemasan umum sekarang mungkin lebih jarang

ditemukan dibandingkan jika digunakan kriteria DSM-III.

Prevalensi gangguan kecemasan umum satu tahun terentang dari 3

sampai 8 persen.

Rasio wanita dan laki-laki adalah kira-kira 2 berbanding 1,

tetapi rasio wanita berbanding laki-laki yang mendapatkan

perawatan rawat inap untuk gangguan tersebut kira-kira adalah 1

berbanding 1.

Usia onset adalah sukar untuk ditentukan, karena sebagian

besar pasien melaporkan bahwa mereka mengalami kecemasan

selama yang dapat mereka ingat. Pasien biasanya datang untuk

mendapatkan perawatan dokter pada usia 20 tahunan. Hanya

sepertiga pasien yang menderita gangguan kecemasan umum

mencari pengobatan psikiatrik.

b. Tingkat kecemasan

Peplau mengidentifikasi cemas dalam 4 tingkatan, setiap

tingkatan memiliki karakteristik dalam persepsi yang berbeda,

tergantung kemampuan individu yang ada dan dari dalam dan

luarnya maupun dari lingkungan nya, tingkat kecemasan yaitu

1) Cemas Ringan

Cemas yang normal menjadi bagian sehari-hari dan

(31)

15

lahan persepsinya. Kecemasan ini dapat memotivasi belajar

dan menghasilkan pertumbuhan dan kreatifitas.

2) Cemas sedang

Cemas yang memungkinkan sesorang untuk

memusatkan pada hal yang penting dan mengesampingkan

yang tidak penting.

3) Cemas berat

Cemas ini sangat mengurangi lahan persepsi individu

sehingga cenderung untuk memusatkan pada sesuatu yang

terinci dan spesifik dan tidak dapat berfikir pada hal yang lain.

Semua perilaku ditunjukkan untuk mengurangi tegangan.

4) Panik

Tingkat panik dari suatu kecemasan berhubungan

dengan ketakutan dan terror, karena mengalami kehilangan

kendali. Orang yang mengalami panik tidak mampu

melakukan suatu walaupun dengan pengarahan, panik

mengakibatkan disorganisasi kepribadian, dengan panik terjadi

peningkatan aktivitas motorik, menurunnya kemampuan untuk

berhubungan dengan orang lain, persepsi yang menyimpang

dan kehilangan pemikiran yang rasional (Stuart & Sundent,

(32)

c. Respon tubuh terhadap kecemasan

Respon kecemasan berada pada satu kesatuan, dan individu

bisa lebih sukses atau kurang sukses pada penggunaan

metode-metode yang bervariasi untuk mengontrol pengalaman kecemasan

mereka sendiri. Fortinash & Worret (2000) menjelaskan bahwa

tingkat kecemasan terdiri dari ringan, sedang, berat, panik dan

menguraikannya berdasarkan respon kecemasan.

1) Cemas ringan

Fisiologis: tanda-tanda vital normal, tegang otot

minimal, pupil normal, konstriksi. Emosi atau perilaku:

perasaan relatif nyaman dan aman, rileks, penampilan dan

suara tenang.

2) Cemas sedang

Fisiologis: tanda-tanda vital normal atau sedikit

meningkat. Muncul ketegangan, mungkin ketidaknyamanan

atau merasa antusias. Emosi atau perilaku: siap siaga dan

merasa tertantang, bertenaga. Suara, ekspresi wajah terlihat

tertarik dan memperhatikan.

3) Cemas Berat

Fisiologis: respon “fight or flight”. Sistem saraf

autonom terstimulasi dengan berlebihan (tanda-tanda vital

(33)

17

mulut kering, nafsu makan berkurang, dilatasi pupil). Otot

kaku, sensasi nyeri berkurang.

Emosi atau perilaku: Merasa terancam, terkejut pada

stimulus yang baru. Aktivitas bisa meningkat atau menurun.

Mungkin muncul dan merasa tertekan. Mendemonstrasikan

penolakan; bisa mengeluh nyeri atau sakit, bisa gelisah atau

pemarah.

4) Panik

Fisiologis: gejala kecemasan dapat meningkat sampai

terjadi pelepasan pada sistem saraf otonom. Seseorang bisa

menjadi pucat, tekanan darah menurun. Koordinasi otot

terganggu. Emosi atau perilaku: Merasa tidak berdaya dengan

kehilangan kontrol. Marah, ketakutan, bisa agresif atau

menyendiri, menangis atau berlari. Perilaku biasanya sangat

aktif ataupun sebaliknya.

d. Kecemasan perpisahan

Gangguan kecemasan perpisahan adalah kecemasan dan

kekhawatiran yang tidak realistik pada anak tentang apa yang akan

terjadi bila ia berpisah dengan orang-orang yang berperan penting

dalam hidupnya, misalnya orang tua. (dalam PPDGJ-III).

Ketakutan itu mungkin berpusat pada apa yang mungkin terjadi

dengan individu yang berpisah dengan anak itu (misalnya orang tua

(34)

apa yang terjadi dengan anak itu bila terjadi perpisahan (ia akan

diculik, disakiti, atau dibunuh). Karena alasan tersebut anak itu

enggan untuk dipisahkan dengan orang lain, dan mungkin karena

itulah ia tidak mau tidur sendirian tanpa ditemani atau didampingi

oleh tokoh kesayanganya atau tidak mampu meninggalkan rumah

tanpa disertai orang lain (Semium, 2006).

Selain masalah itu, gangguan rasa kecemasan akan

perpisahan dapat mengganggu dan memperlambat perkembangan

sosial anak karena ia tidak dapat mengembangkan kemandirian

atau belajar bergaul dengan teman-teman sebayanya. Selanjutnya

bila anak dipisahkan (ditinggalkan) ia tidak dapat berfungsi dengan

baik karena ia tercekam oleh rasa takut terhadap apa yang akan

terjadi dengan dirinya atau terhadap orang-orang yang berpisah

dengannya.

Anak-anak dan remaja dengan gangguan ini mungkin

mengalami penderitaan berlebihan berulang tetang perpisahan dari

rumah atau orang tua. Ketika terlepas dari figure kelekatan, mereka

sering perlu tahu di mana orang tua mereka dan perlu untuk tetap

berhubungan atau melihat mereka. Beberapa saat menjadi sangat

(35)

19

e. Diagnosa Gangguan Kecemasan Perpisahan

Kriteria diagnostic DSM-IV-TR untuk gangguan

kecemasan perpisahan berdasarkan buku Diagnosis Gangguan

Jiwa, Rujukan Ringkas PPDGJ-III adalah sebagai berikut:

1) Ketidaksesuaian perkembangan dan kecemasan berlebih yang

berfokus pada perpisahan dari rumah atau orang-orang yang

terdekat yang dibuktikan oleh 3 atau lebih tanda. Kriteria ini

adalah tanda-tanda dan gejala yang ditetapkan oleh American

Psychiatric Assosiation (APA) dibawah ini:

a) Tekanan atau distress berlebih yang berulang ketika

terpisah dari rumah atau seseorang yang menjadi atau

diharapkan sebagai sosok atau orang yang penting.

b) Kekhawatiran yang terus menerus dan berlebihan tentang

kehilangan atau tentang bahaya yang mungkin menimpa

seseorang yang penting.

c) Kekhawatiran yang terus menerus dan berlebihan terhadap

suatu peristiwa yang tak diinginkan yang akan

meyebabkan perpisahan dari seseorang yang penting atau

berharga (seperti tersesat atau diculik).

d) Keengganan yang tetap atau penolakan untuk pergi ke

sekolah atau di tempat lain karena takut akan perpisahan.

e) Ketakutan berlebih terus menerus atau keengganan untuk

(36)

tanpa orang dewasa yang berarti dalam lingkungan

sekitarnya.

f) Keengganan yang terus menerus atau penolakan untuk

tidur tanpa dekat dengan orang yang penting atau tidur

jauh dari rumah.

g) Mimpi buruk berulang yang melibatkan tema perpisahan.

h) Keluhan gejala fisik yang berulang (seperti sakit kepala,

sakit perut, maul atau muntah) saat berpisah dari seseorang

yang diharapkan menjadi orang yang penting atau

berharga.

2) Lamanya gangguan minimal 4 minggu.

3) Onset sebelum usia 18 tahun.

4) Gangguan menyebabkan distress klinis yang signifikan atau

penurunan sosialisasi, akademik (kerja), atau fungsi dari

bidang-bidang penting lainnya.

5) Gangguan tidak terjadi secara eksklusif selama disebabkan

oleh gangguan perkembangan yang mendalam, Schizophrenia,

atau gangguan psikotik lainnya dan pada remaja dan orang

dewasa, lebih baik tidak dicatat iuntuk Panic Disorder dengan

agoraphobia.

f. Terapi Kecemasan

Beberapa terapi telah diberikan untuk mengatasi

(37)

21

1) Terapi psikofarmaka

Medikasi masih merupakan intervensi utama dalam

mengatasi kecemasan baik pada orang dewasa maupun lansia.

Golongan obat yang masih menjadi intervensi utama dalam

penanggulangan kecemasan adalah benzodiazepin. Akan tetapi

obat ini memiliki efek samping yang merugikan. Obat

golongan ini bisa menimbulkan ketergantungan fisiologis bagi

penggunanya yang ketika dihentikan pemakaiannya akan

menimbulkan kecemasan (Katzung, 2008). Hawari (2011)

mengemukakan, meskipun saat ini telah banyak ditemukan

sejumlah obat yang lebih efektif, namun sejauh ini belum ada

satupun obat yang ideal dalam mengatasi kecemasan.

2) Terapi somatik

Terapi somatik adalah terapi yang diberikan untuk

menghilangkan keluhan fisik (somatik) yang biasanya

merupakan gejala ikutan akibat stres, kecemasan dan depresi

dengan cara memberikan obat-obatan pada organ tubuh yang

mengalami gangguan (Hawari, 2011).

3) Cognitive Behavioural Theraphy (CBT)

CBT merupakan terapi yang terstruktur untuk

mengidentifikasi, mengevaluasi, mengontrol serta

memodifikasi pikiran negatif dan penyimpangan dalam

(38)

tentang hal yang positif serta pelatihan keterampilan sosial

(Mellilo & Houde, 2005). Tujuan dari CBT adalah mengubah

keyakinan yang tidak rasional, kesalahan penalaran dan

pernyataan negatif tentang keberadaan individu. Menurut

Stanley dan Beck (2000 dalam Mellilo & Houde 2005)

dijelaskan bahwa terapi ini merupakan intervensi yang sering

dilakukan untuk mengatasi gangguan kecemasan.

4) Psikoterapi

Psikoterapi sering disebut juga sebagai terapi kejiwaan

(psikologik). Psikoterapi memiliki beragam jenis diantaranya

psikoterapi suportif, psikoterapi edukatif, psikoterapi

re-konstruktif, psikoterapi kognitif, psikoterapi psiko-dinamik,

psikoterapi keluarga serta psiokoterapi perilaku. Tujuan dari

berbagai jenis psikoterapi adalah untuk memperkuat struktur

kepribadian, percaya diri, ketahanan, dan kekebalan baik fisik

maupun mental serta kemampuan beradaptasi dan

menyelesaikan stresor psikososial pada seseorang (Hawari,

2011).

5) Terapi Psikoreligius

Hawari (2011) mengemukakan bahwa terapi di dunia

kedokteran sudah berkembang ke arah pendekatan keagamaan

(psikoreligius). Dari berbagai penelitian yang dilakukan,

(39)

23

kekebalan dan daya tahan tubuh dalam menghadapi berbagai

problem kehidupan yang merupakan stresor psikososial.

Organisasi kesehatan sedunia (WHO) telah menetapkan unsur

spiritual (agama) sebagai salah satu dari empat unsur kesehatan

yaitu fisik, psikis, sosial dan spiritual. Pendekatan ini telah

diadopsi oleh psikiater Amerika Serikat (The American

Psychiatric Association,1992) yang dikenal dengan pendekatan

bio-psycho-sociospiritual.”.

Seperti dalam penelitian Pragya dan Parul, 2014

disebutkan bahwa kesejahteraan spiritual merupakan salah satu

faktor yang berperan dalam menentukan kualitas hidup

seseorang. Dalam penelitian nya menunjukkan bahwa

keterlibatan agama dan spiritualitas berhubungan dengan hasil

kesehatan yang lebih baik, kesehatan yang terkait kualitas

hidup, serta tingkat yang lebih rendah dari kecemasan, depresi,

dan bunuh diri, dan bahwa menangani kebutuhan spiritual

pasien dapat meningkatkan pemulihan dari penyakit nya.

Salah satu terapi psikoreligius yang dibahas pada

penelitian ini adalah mendengarkan murottal Al-Qur‟an.

Menurut Hebert Benson menyimpulkan bahwa ketika

seseorang terlibat secara mendalam dengan doa yang

diulang-ulang ternyata akan membawa berbagai perubahan fisiologis,

(40)

kecepatan napas, menurunnya tekanan darah, melambatnya

gelombang otak dan pengurangan menyeluruh kecepatan

metabolisme, kondisi ini disebut sebagai respon relaksasi

(Subandi, 2013).

3. Mendengarkan Bacaan Al-Quran (Murottal) a. Definisi

Murottal adalah rekaman suara Al-Qur‟an yang dilagukan

oleh seorang qori (pembaca Al-Qur‟an) (Siswantinah, 2011).

Murottal juga dapat diartikan sebagai lantunan ayat-ayat suci

Al-qur‟an yang dilagukan oleh seorang qori (pembaca Al-qur‟an),

direkam dan diperdengarkan dengan tempo yang lambat serta

harmonis (Purna, 2006).

b. Manfaat Al-Qur‟an

Anwar (2010) menjelaskan bahwa Al-Qur‟an mengandung

beberapa aspek yang bermanfaat serta berpengaruh bagi kesehatan,

diantaranya :

1) Mengandung unsur meditasi

Al-Qur‟an memiliki unsur meditasi sehingga sering

disebut sebagai “As-Syifa” atau penyembuh. Ulama

menafsirkan Al-Qur‟an sebagai sebuah petunjuk yang dapat

mengantar manusia kepada kesehatan jasmani dan ruhani,

sehingga dengan kesehatan itu manusia mampu menjalankan

(41)

25

Al-Qur‟an tidak bisa didapatkan secara instan, namun harus

melalui 3 aspek utama dalam mengimani Al-Qur‟an, yaitu

sebagai kitab yang dapat dilihat, dibaca, dan didengar.

Pada saat membaca Al-Qur‟an energi dalam tubuh

menjadi lebih aktif dan bergerak dalam suatu gerakan positif.

Mendengarkan lantunan Al-Qur‟an menimbulkan ketenangan

yang dapat membantu proses terwujudnya kesehatan dalam

tubuh. Seperti dijelaskan dalam firman Allah QS. Al-A‟raf

ayat 2014 :

لعل اوتصْ أو هل اوع تْساف آْرقْلا ئرق ا و و حْرت ْم

Artinya : “Dan apabila dibacakan Al-Qur’an , maka dengarkanlah baik-baik, dan perhatikanlah dengan tenang

agar kamu mendapat rahmat.”

2) Mengandung unsur autosugesti

Dari segi kejiwaan, unsur sugesti yang terdapat dalam

Al-Qur‟an merupakan suatu ungkapan baik atau disebut juga

dengan istilah ahsanu al-hadits yang mampu memberikan efek

sugesti positif bagi pendengar maupun pembacanya, sehingga

dapat menimbulkan perasaan tenang dan tenteram. Seperti di

dalam penelitian Wijaya, 2009 bacaan Al Quran secara

murotal akan memberikan stimulasi berupa suara, disamping

hal tersebut hikmah yang terkandung dalam bacaan, Al-Qur‟an

(42)

merupakan salah satu musik yang membawa pengaruh positif

bagi pendengarnya.

Scott, 2011 juga mengungkapkan bahwa pada

gelombang otak, musik dengan tempo lambat dapat

meningkatan ketenangan dan menciptakan kondisi meditasi.

Lebih lanjut, beliau mengungkapkan bahwa efek musik pada

pernafasan dan heart rate menunjukan respon relaksasi,

sedangkan efek musik pada pikiran dapat menyebabkan

kondisi berpikir positif sehingga dapat mencegah respon stress.

Perasaan inilah yang dapat membantu proses

pemulihan pada seseorang yang sedang mengalami gangguan

kesehatan. Pernyataan ini di tegaskan dalam hadits :

“Rasulullah Saw bersabda : Tidak berkumpul suatu

kaum di suatu rumah dari rumah Allah (masjid) yang

membaca Al-Qur’an dan saling mempelajarinya antara

mereka, melainkan diturunkan kepada mereka ketenangan,

diselubungi rahmat, dikelilingi malaikat rahmat dan Allah

menyebut-nyebut mereka (dibanggakan) dihadapan para

malaikat-Nya.” (HR. Abu Hurairah)

3) Mengandung unsur relaksasi

Unsur relaksasi yang terdapat dalam Al-Qur‟an

terdapat pada tanda waqaf (tanda berhenti). Tanda ini

(43)

27

Pada setiap proses memulai bacaan kembali, membuat

seseorang melakukan penarikan napas yang dilakukan secara

teratur pada setiap tanda waqaf. Kegiatan inilah yang membuat

kondisi tubuh berada dalam keadaan rileks.

Penelitian yang dilakukan oleh Abdurrochman, dkk

(2007) menyebutkan bahwa ketika para responden

diperdengarkan lantunan ayat suci Al-Qur‟an, tampak dalam

rekaman EEG (electro enchophalogram) gelombang delta di

daerah frontal dan sentral baik pada sisi kanan maupun kiri

otak, bila didominasi gelombang delta artinya berada dalam

ketenangan, ketentraman dan kenyamanan. Sehingga dapat

disimpulkan bahwa mendengarkan Al-Qur‟an dapat

memberikan efek relaksasi bagi tubuh.Karena pada bacaan Al

Qur‟an secara murottal mempunyai irama yang konstan,

teratur, dan tidak ada perubahan yang mendadak.

Kesimpulan yang dapat diambil dari penjelasan di atas

adalah Al-Qur‟an merupakan penyembuh sempurna bagi

semua bentuk penyakit baik penyakit jiwa maupun penyakit

fisik. Hal ini tercantum dalam Firman Allah sebagai berikut :

َ ي لا ظلا يزي َو ۙ ي مْ ْلل ٌة ْحرو ٌءافش وه ام آْرقْلا م ِز و راسخ

Artinya : “Dan kami turunkan dari Al-Qur’an sesuatu yang menjadi penawar dan rahmat bagi orang-orang yang beriman dan Al-Qur’an itu tidaklah menambah kepada orang

(44)

Seperti yang telah dijelaskan diatas bahwa Al-Qur‟an

memiliki pengaruh besar dalam proses penyembuhan terhadap

penyakit fisik maupun psikis, teori psikoneuroendokrinologi

menjelaskan secara lebih rinci bahwa kondisi kejiwaan

seseorang akan mempengaruhi fungsi kelenjar endokrin dalam

tubuh. Kelenjar endokrin ini akan mengeluarkan cairan tubuh

yang disebut cairan endokrin. Keadaan jiwa yang sehat akan

mempengaruhi homeostasis dari sistem neuroendokrin. Jiwa

yang sehat adalah jiwa yang tenang, optimistis, dan bahagia.

Al-Qur‟an seperti yang telah dijelaskan sebelumnya

memberikan efek ketenangan dalam tubuh sebagai adanya

unsur meditasi, autosugesti dan relaksasi. Rasa tenang ini

selanjutnya akan memberikan respon emosi positif yang sangat

berpengaruh dalam mendatangkan persepsi positif. Persepsi

positif selanjutnya ditransmisikan dalam sisitem limbik dan

korteks serebral dengan tingkat konektifitas yang kompleks

antara batang otak - hipotalamus - prefrontal kiri dan kanan -

hipokampus - amygdala.Transmisi ini menyebabkan terjadinya

keseimbangan antara sintesis dan sekresi neurotransmitter

seperti GABA (Gamma Amiono Butiric Acid) dan antagonis

GABA oleh hipokampus dan amygdala. Persepsi positif yang

diterima dalam sistem limbik akan menyebabkan amygdala

(45)

29

mengaktifkan reaksi saraf otonom. LC akan mengendalikan

kinerja saraf otonom dalam tahapan homeostasis. Rangsangan

saraf otonom yang terkendali menyebabkan sekresi epinefrin

dan norepinefrin oleh medulla adrenal menjadi terkendali.

Keadaan ini akan mengurangi semua manifestasi gangguan

kecemasan (Arif,2007).

[image:45.595.114.518.291.609.2]

B. Kerangka Teori

Gambar 1. Kerangka Teori

C. Kerangka Konsep

Variabel Independen Variabel Dependen

Gambar 2. Kerangka Konsep Mendengarkan bacaan Al-Qur‟an

(Murottal) surat Ar-Rahman dan terjemahnya

Cemas perpisahan pada siswi kelas 1 MTs Siswi kelas 1 MTs

Tingkat Kecemasan

Terapi Kecemasan: 1. Terapi

Psikofarmaka 2. Terapi Somatik 3. Cognitive

Behavioural Theraphy 4. Psikoterapi 5. Terapi

Psikoreligius Berpisah dengan

(46)

D. Hipotesis

1. H0 : Tidak terdapat pengaruh mendengarkan bacaan Al-Qur‟an

(murottal) surat Ar-Rahman dan terjemahnya dengan tingkat

kecemasan perpisahan

2. H1 : Terdapat pengaruh mendengarkan bacaan Al-Qur‟an (murottal)

surat Ar-Rahman dan terjemahnya dengan tingkat kecemasan

(47)

31 BAB III

METODE PENELITIAN

A. Desain Penelitian

Jenis penelitian ini adalah penelitian kuantitatif dengan desain

Eksperiment menggunakan pendekatan pre test post test with control group.

Rancangan ini berupaya untuk mengungkapkan hubungan sebab akibat

dengan cara melibatkan kelompok kontrol di samping kelompok eksperimen

(Nursalam,2008).

Penelitian kuantitatif merupakan penelitian yang menekankan pada

data-data numerik (angka) yang diolah dengan metode statistika

(Azwar,207). Dilihat dari tujuannya, penelitian kuantitatif dapat digunakan

untuk menguji suatu teori, menyajikan suatu fakta, mendeskripsikan

statistik, ataupun untuk menunjukkan hubungan antar variabel (Subana dan

Sudrajat, 2005).

Pola rancangan penelitian ini adalah sebagai berikut:

(Intervensi)

Membaca Al-Qur‟an seperti biasa + Mendengarkan murottal

(Kontrol)

Membaca Al-Qur‟an seperti biasa

Gambar 3. Desain Penelitian A

(Pre-test)

A (Post-test)

B (Post-test) B

(48)

B. Populasi dan Sampel 1. Populasi

Populasi adalah keseluruhan objek penelitian atau objek yang

diteliti (Notoatmodjo,2010). Populasi yang dimaksud dalam penelitian

ini adalah seluruh anak kelas 1 MTs Muallimaat yang berjumalh 225

orang

2. Sampel

Sampel adalah bagian dari populasi yang akan dilibatkan dalam

penelitian yang merupakan bagian yang representatif dan

mempresentasikan karakter atau ciri-ciri populasi (Neuman, 2000).

Pengambilan sampel dalam penelitian ini menggunakan rumus Taro

Yamane (Imron,2014) sebagai berikut :

n

n

n

n = 69 =70

Keterangan :

n : Perkiraan jumlah sampel

N : Perkiraan jumlah populasi

(49)

33

Jumlah sampel kemudian dibagi menjadi 2 kelompok dengan 35

kelompok intervensi dan 35 kelompok kontrol. Pemilihan sampel

dilakukan dengan menggunakan metode randomized sampling, yaitu

teknik penetapan sampel dengan cara memilih sampel secara acak

diantara populasi yang ada dengan kriteria sebagai berikut:

a. Kriteria inklusi

Kriteria inklusi adalah karakteristik umum subek penelitian

dari suatu populasi target yang terjangkau dan akan diteliti. Dalam

penetapan kriteria inklusi, harus disertai pertimbangan dari segi

ilmiah (Nursalam, 2008). Kriteria inklusi dalam penelitian ini

adalah:

1) Siswi kelas 1 MTs

2) Tinggal di asrama

3) Skor kecemasan ≠ 0

4) Tidak mengalami gangguan pendengaran

b. Kriteria ekslusi

Kriteria ekslusi adalah menghilangkan atau mengeluarkan

subjek yang memenuhi kriteria inklusi dari studi karena berbagai

sebab (Nursalam, 2008). Kriteria ekslusi dalam penelitian ini

adalah:

1) Mengkonsumsi obat anti cemas selama dilakukan penelitian

(50)

C. Lokasi dan Waktu penelitian

Lokasi yang digunakan untuk penelitian ini adalah Asrama Siti

Aisyah Madrasah Muallimaat Muhammadiyah Yogyakarta. Sementara

waktu penelitiannya pada 13-26 Agustus 2016.

D. Variabel Penelitian

Variabel adalah ukuran atau ciri yang dimiliki oleh anggota-anggota

suatu kelompok yang berbeda dengan yang dimilki kelompok lain

(Notoatmodjo, 2010).

1. Variabel bebas (independent variable) merupakan variabel yang

menjadi sebab perubahan atau timbulnya variabel terikat. Variabel ini

juga disebut sebagai variabel prediktor, risiko, atau kausa (Hidayat,

2007). Variabel bebas pada penelitian ini adalah mendengarkan bacaan

Al-Qur‟an (Murottal) surat Ar-Rahman dan terjemahnya.

2. Variabel terikat (dependent variable) merupakan variabel yang

dipengaruhi atau menjadi akibat dari variabel bebas. Variabel ini juga

disebut sebagai variabel efek, outcome, hasil, atau event (Hidayat,

2007). Variabel terikat pada penelitian ini adalah Skor cemas

perpisahan pada siswi kelas 1 MTs Muallimaat Muhammadiyah

Yogyakarta.

E. Definisi Operasional 1. Cemas Perpisahan

Gangguan kecemasan perpisahan adalah kecemasan dan kekhawatiran

(51)

35

berpisah dengan orang-orang yang berperan penting dalam hidupnya,

misalnya orang tua. Cemas perpisahan yang dimaksud dalam penelitian

ini adalah kecemasan yang dinilai dari skor kecemasan pada subjek

penelitian yang diukur dengan instrument.

2. Mendengarkan bacaan Al-Qur‟an (Murottal) sambil membaca

terjemahnya digunakan dalam penelitian ini sebagai intervensi yang

diberikan kepada responden. Dalam penelitian ini digunakan murottal

QS. Ar-Rahman yang dilantunkan oleh Sa‟ad Al Ghomidi berdurasi 8

menit 30 detik dengan menggunakan laptop dan speaker. Kegiatan ini

dilakukan 1 kali sekali sehari selama 14 hari berturut-turut.

F. Alat dan Bahan Penelitian

1. Taylor Manifest Anxiety Scale (TMAS)

Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah Taylor

Manifest Anxiety Scale (TMAS) yang digunakan untuk mengukur skor

kecemasan, berisi 50 pertanyaan yang menunjukkan gejala-gejala

kecemasan seperti berkeringat, gemetar, sakit kepala, cepat lelah, dan

gejala lainnya. Instrumen ini diisi dengan memberi jawaban ya (benar)

dan tidak (salah).Semakin tinggi skor yang diperoleh, maka semakin

tinggi pula kecemasan yang dialami oleh responden. Skor ini kemudian

digolongkan menjadi 3 kelompok :

<7 : Kecemasan rendah

7- 21 : Kecemasan Sedang

(52)

2. Bacaan Al-Qur‟an (Murottal)

Instrumen yang digunakan dalam memperdengarkan bacaan

Al-Qur‟an (Murottal) adalah laptop dan speaker.

3. Terjemah Al-Qur‟an

Dalam peneltian ini responden diperdengarkan bacaan

Al-Qur‟an sambil membaca terjemah surat Ar-Rahman melalui Al-Qur‟an

terjemahan Departemen Agama Republik Indonesia.

G. Jalannya Penelitian 1. Prosedur Persiapan

Peneliti menyusun proposal penelitian dan melakukan survei

awal untuk memperoleh data jumlah populasi siswi kelas I MTs

Mu‟allimaat Muhammadiyah Yogyakarta, kemudian menentukan

sampel yang akan diteliti sesuai dengan kriteria inklusi dan eksklusi

yang telah ditetapkan dan bersedia menjadi responden.

2. Prosedur Administrasi

Peneliti mengajukan surat permohonana izin penelitian kepada

Dekan Fakultas Universitas Muhammadiyah Yogyakarta yang diajukan

kepada Direktur Madrasah Muallimaat Muhammadiyah Yogyakarta.

3. Prosedur Teknis

a. Peneliti meminta persetujuan dari Direktur Madrasah Muallimaat

Muhammadiyah Yogyakarta untuk melakukan penelitian di

(53)

37

Yogyakarta yaitu dengan memberikan surat permohonan izin

sebagai tempat dilakukannya penelitian.

b. Peneliti menemui pengurus Asrama Siti Aisyah Madrasah

Muallimaat Muhammadiyah Yogyakarta untuk menginformasikan

dan menjelaskan bahwa akan melakukan penelitian.

c. Peneliti menemui calon responden dan meminta kesediaan untuk

berpartisipasi dalam penelitian dengan mengisi lembar

informedconsent apabila responden bersedia.

d. Peneliti menyebarkan lembar kuisioner pre test kuisioner Taylor

Manifest Anxiety Scale (TMAS) pada kedua kelompok penelitian

untukmenguji tingkat kecemasan responden.

e. Setelah kuisioner diiisi oleh responden, peneliti langsung

melakukan intervensi dengan durasi 8 menit 30 detik selama 14

hari berturut-turut pada kelompok eksperimen.

f. Pengukuran kembali tingkat kecemasan pada hari ke 14 dengan

instrumen Taylor Manifest Anxiety Scale (TMAS) pada kedua

kelompok yaitu kelompok eksprimen dan kelompok kontrol.

g. Peneliti melakukan analisis data tingkat kecemasan, selanjutnya

dilakukan proses pengolahan data.

H. Uji Validitas dan Reliabilitas Instrumen

Chen et al (2006) telah menguji validitas instrumen Taylor Manifest

Anxiety Scale (TMAS) dengan sensitivitas 90%, spesivisitas 90,4%, dan

(54)

validitas pada instrumen ini dengan skor validitas 0,109 – 0,505, dengan p

<0,05, dan koefisien reliabilitas = 0,881 dengan p ,001.

I. Analisis Data

Setelah semua data terkumpul maka selanjutnya adalah melakukan

pengolahan dan analisis data. Sebelum dilakukan uji hipotesis dilakukan

terlebih dahulu uji normalitas untuk masing-masing kelompok intervensi

dan kontrol dengan Shapiro-wilk apabila jumlah sampel kurang dari 50 dan

Kolmogorov smirnov apabila sampel lebih dari 50. Uji hipotesis yang

digunakan adalah Paired Sample t-Test dengan bantuan program komputer

SPSS, dimana salah satu syarat penggunaan uji hipotesis dengan

menggunakan Paired Sample t-Test adalah sebaran data harus berdistribusi

normal.(Sopiyudin, 2010). Namun jika sebaran data tidak normal

menggunakan Wilcoxon test. Setelah dilakukan uji analisis menggunakan

Paired Sample t-Test dilanjutkan dengan uji Independent t-Ttest untuk

mengetahui perbedaan atau selisih hasil pada kelompok intervensi dan

kontrol.

J. Kesulitan Penelitian

Kesulitan yang dialami oleh peneliti dalam proses penelitian ini

diantaranya adalah terkadang susah mengajak anak untuk berkumpul

bersama mendengarkan bacaan Al-Qur‟an sambil membaca terjemah nya,

karena kadang masih ada yang sibuk dengan urusan nya sendiri. Tetapi

(55)

39

melalui ustadzah yang berada di asrama untuk membujuk dan teman-teman

nya yang lain.

K. Etik Penelitian

Dalam melaksanakan penelitian ini, terlebih dahulu peneliti

mengajukan ethical clearance ke komite etik penelitian Fakultas

Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Yogyakarta,

kemudian melakukan perizinan kepada pihak atau tempat dilakukannya

penelitian. Selanjutnya sebelum proses penelitian dimulai, peneliti juga

melakukan pengisian informed consent, yaitu lembar persetujuan untuk

menjadi responden yang diedarkan sebelum penelitian dilaksanakan kepada

(56)

40 BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian

1. Gambaran Lokasi Penelitian

Madrasah Mu'allimaat Muhammadiyah Yogyakarta adalah

lembaga pendidikan khusus putri yang dirintis dan didirikan oleh K.H.

Ahmad Dahlan pada tahun 1920. Berlatar belakang sekolah islam

dengan mewajibkan siswi nya tinggal di asrama. Salah satu lokasi

asrama yang digunakan untuk tempat penelitian adalah asrama Siti

Aisyah yang berisikan siswi kelas I MTs Muallimaat yaitu murid-murid

tahun pertama yang bersekolah di Madrasah Muallimaat

Muhammadiyah Yogyakarta.

Lokasi ini dipilih sebagai tempat penelitian karena lokasi nya

yang mudah untuk dijangkau, selain itu kondisi siswi yang berada di

asrama Siti Aisyah sesuai dengan kriteria inklusi yang telah ditetapkan

oleh peneliti dimana subjek yang diteliti adalah siswi kelas I MTs

Mu‟allimaat yang tinggal di asrama.

Madrasah Muallimaat ini merupakan sekolah yang menerapkan

pendidikan agama disamping pendidikan formal. Sehingga selama siswi

tinggal di asrama mereka sudah terbiasa diperdengarkan bacaan-bacaan

Al-Qur‟an, namun belum ada pembiasaan secara rutin untuk membaca

(57)

41

2. Karakteristik Subjek Penelitian

Murid kelas I MTs Mu‟allimaat Muhammadiyah Yogyakarta

terdiri dari 225 siswi yang semuanya berjenis kelamin perempuan

dengan usia 12-13 tahun. Dalam penelitian ini peneliti tidak melibatkan

seluruh siswi sebagai responden, namun memilih beberapa orang

sampel dengan menggunakan rumus Taro Yamane dan menyeleksinya

berdasarkan kriteria inklusi dan eksklusi sehingga kemudian diperoleh

angka 70 sampel yang dibagi menjadi 2 kelompok, 35 orang untuk

kelompok intervensi, dan 35 orang untuk kelompok kontrol. Dan

didapatkan sebanyak 39 anak mengalami kecemasan sedang dan 31

anak mengalami kecemasan tinggi. Semua siswi yang diteliti tinggal

terpisah dengan orangtua dan keluarganya di asrama Siti Aisyah

Madrasah Mu‟allimaat dan sebagian besar berasal dari luar kota

Yogyakarta.

3. Frekuensi Tingkat Kecemasan Kelompok Intervensi dan Kontrol Tabel 4.1. Frekuensi Tingkat Kecemasan Kelompok Intervensi dan

Kontrol

Kelompok

Kategori Tingkat Kecemasan

Gambar

Gambar 1. Kerangka Teori
Tabel 4.3. Perbedaan Rata-rata Tingkat Kecemasan Pre Test dan Post Test Kelompok Intervensi
Tabel 4.5. Perbedaan rata-rata selisih penurunan tingkat kecemasan antara kelompok intervensi dan kontrol
Tabel 2. Perbedaan rata-rata tingkat kecemasan pre test  dan post test kelompok
+2

Referensi

Dokumen terkait