• Tidak ada hasil yang ditemukan

1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN"

Copied!
418
0
0

Teks penuh

(1)

1 BAB I

PENDAHULUAN

1.1

Latar Belakang

Masalah permukiman kumuh hingga saat ini masih menjadi masalah utama yang yang dihadapi di kawasan permukiman perkotaan. Tingginya arus urbanisasi akibat menumpuknya sumber mata pencaharian di kawasan perkotaan menjadi magnet yang cukup kuat bagi masyarakat perkotaan (terutama golongan MBR) untuk bekerja di kawasan perkotaan dan tinggal di lahan- lahan ilegal yang mendekati pusat kota, hingga akhirnya menciptakan lingkungan permukiman kumuh. Di sisi lain, belum terpenuhinya standar pelayanan minimal (SPM) perkotaan pada beberapa kawasan permukiman yang berada di lahan legal pun pada akhirnya juga bermuara pada terciptanya permukiman kumuh di kawasan perkotaaan. Bermukim di kawasan kumuh perkotaan bukan merupakan pilihan melainkan suatu keterpaksaan bagi kaum MBR yang harus menerima keadaan lingkungan permukiman yang tidak layak dan berada di bawah standar pelayanan minimal seperti rendahnya mutu pelayanan air m inum, drainase, limbah, sampah serta masalah-masalah lain seperti kepadatan dan ketidakteraturan bangunan yang lebih lanjut berimplikasi pada meningkatnya bahaya kebakaran maupun dampak sosial seperti tingkat kriminal yang cenderung meningkat dari waktu ke waktu.

Permasalahan permukiman kumuh menjadi salah satu isu utama pembangunan perkotaan yang cukup menjadi polemik, karena upaya penanganan yang sebenarnya dari waktu ke waktu sudah dilakukan berbanding lurus dengan terus berkembangnya kawasan kumuh dan munculnya kawasan-kawasan kumuh baru. Secara khusus dampak permukiman kumuh juga akan menimbulkan paradigma buruk terhadap penyelenggaraan pemerintah, dengan memberikan dampak citra negatif akan ketidakberdayaan dan ketidakmampuan pemerintah dalam pengaturan pelayanan kehidupan hidup dan penghidupan warganya. Dilain sisi dibidang tatanan sosial budaya kemasyarakatan, komunitas yang bermukim di lingkungan permukiman kumuh secara ekonomi pada umumnya termasuk golongan masyarakat berpenghasilan rendah, yang

(2)

2 seringkali menjadi alasan penyebab terjadinya degradasi kedisiplinan dan ketidaktertiban dalam berbagai tatanan sosial masyarakat.

Pencegahan dan peningkatan kualitas permukiman kumuh telah diamanatkan UU No.1 tahun 2011 tentang Perumahan dan Kawasan Permukiman, Selain itu, penanganan permukiman kumuh sudah secara jelas ditargetkan pada RPJMN 2015-2019, dimana target besarnya adalah terciptanya kota bebas kumuh di tahun 2019. Proses penanganan kumuh telah dimulai tahun 2015 dan target nol persen seharusnya dicapai pada 2019, namun sampai saat ini target nol kumuh belum bisa dicapai sehingga diuraikan waktu beberapa tahun lagi untuk mencapai target nol kumuh seperti yang diharapkan oleh pemerintah Kota Pekalonga. Langkah awal dalam mengejar target kota bebas kumuh 2019 sebenarnya telah dimulai oleh Kementerian Pekerjaam Umum melalui Ditjen CiptaKarya sejak tahun 2014 dengan menyusun road map penanganan kumuh serta pemutakhiran data kumuh yang dilaksanakan secara kolaboratif dengan kementerian/lembaga yang terkait serta pemerintah daerah di seluruh Indonesia.

Dengan berpatokan pada undang-undang, penanganan permukiman kumuh diawali dengan identifikasi lokasi permukiman kumuh dan penetapan lokasi permukiman kumuh tersebut melalui SK Walikota Pekalongan Nomor 601/215 Tahun 2014 sebagaimana telah direvisi berdasar SK Nomor 601/416 Tahun 2018. Melalui identifikasi tersebut, penanganan dilakukan sesuai Undang - undang no 1 tahun 2011 tentang Perumahan dan Kawasan Permukiman khususnya di pasal VII dan VIII yang menjelaskan berbagai hal tentang pemeliharaan dan perbaikan kawasan permukiman, serta pencegahan dan peningkatan kualitas perumahan dan permukiman kumuh dengan tiga pola penanganan yaitu pemugaran, peremajaan dan pemukiman kembali. Tahapan penanganan kawasan kumuh berdasarkan UU No.1/2011 mengamanatkan agar pemerintah Kotamadya menyusun Rencana Pencegahan dan Peningkatan Kualitas Permukiman Kumuh Perkotaan (RP2KPKP), sebagai instrumen utama dalam upaya penanganan permasalahan permukiman kumuh di kawasan perkotaan.

Direktorat Pengembangan Kawasan Permukiman, Ditjen Cipta Karya melalui Subdit Perencanaan Teknis memberikan fasilitasi berupa pendampingan dalam penyusunan RP2KPKP sebagaimana dimaksud di Kotamadya sebagai sebagai bentuk pembinaan kepada Pemerintah Daerah dalam menyusun rencana penanganan permukiman kumuh di kabupaten atau kotamadya nya masing-masing dengan harapan:

1. Terciptanya percepatan penanganan permukiman kumuh secara menyeluruh dan tuntas bagi kawasan kumuh yang telah disepakati dalam SK Walikota;

(3)

3 2. Terciptanya keterpaduan program yang dapat menyelesaikan dan/atau

menuntaskan permasalahan permukiman kumuh perkotaan melalui semua peran sektor ke ciptakaryaan melalui kegiatan reguler sektoral;

3. Meningkatnya kapasitas pemerintah kotanadya melalui pelibatan aktif dalam proses penanganan permukiman kumuh bersama kelompok swadaya masyarakat;

4. Terciptanya keberlanjutan.progam penanganan permukiman kumuh sebagai bagian dari strategi pengurangan luasan kawasan permukiman kumuh.

Kota Pekalongan, sebagai salah satu Kota yang menerima program KOTAKU dan serius dalam penanganan kumuh, juga berkomitmen untuk melakukan pencegahan dan peningkatan kualitas perumahan dan permukiman kumuh. Dokumen RP2KPKP yang disusun oleh Tim Perencanan UKDW, sifatnya adalah mereview dan melengkapi dokumen-dokumen yang sudah ada. Jika dalam dokumen sebelumnya hanya sebatas bagaimana menangani kumuh dengan peningkatan kualitas, tetapi dalam dokumen RP2KPKP lebih disempurnakan dengan adanya kegiatan pencegahan yang berupa pengawasan dan pengendalian pemerintah daerah serta pemberdayaan masyarakat.

1.2

Maksud, Tujuan dan Sasaran 1.2.1 Maksud.

Penyusunan dokumen RP2KPKP ini dimaksudkan untuk menghasilkan suatu dokumen rencana penyelenggaraan pembangunan kawasan permukiman perkotaan sebagai bagian dari langkah pencegahan pada kawasan non kumuh dan peningkatan kualitas lingkungan permukiman bagi kawasan permukiman kumuh perkotaan yang diselenggarakan sebagai aksi sinergitas antar pemangku kepentingan dan pendampingan pemerintah Kotamadya secara berkelanjutan

12.2 Tujuan

Sedangkan yang menjadi tujuan dari disusunnya dokumen ini adalah:

a) Melakukan identifikasi potensi dan akar permasalahan kawasan permukiman dalam penyajian suatu profil kawasan yang mengacu kepada hasil penetapan SK Walikota terkait kawasan kumuh.

b) Memberi petunjuk bagi pemerintah Kotamadya dalam merencanakan pencegahan dan peningkatan kualitas permukiman kumuh Perkotaan dalam program kota

(4)

4 tanpa kumuh di wilayahnya.

c) Melakukan pendampingan terhadap penyusunan Dokumen Rencana Pencegahan dan Peningkatan Kualitas Permukiman Kumuh Perkotaan melalui keterpaduan program semua sektor ke-Cipta Karya-an, sebagai acuan pelaksanaan penanganan kawasan kumuh perkotaan bagi seluruh pelaku (stakeholders) yang bersifat menyeluruh, tuntas, dan berkelanjutan (konsep delivery system).

d) Menyusun strategi penanganan kumuh baik pencegahan maupun peningkatan kualitas secara spasial dan tipologi kawasan, indikasi program dan kegiatan penanganan kawasan kumuh perkotaan oleh seluruh pelaku, dan nota kesepakatan bersama bagi seluruh pelaku dalam pengendalian pembangunan bersama selama jangka waktu berjalan (2019-2022).

e) Menyusun Rencana Penataan Lingkungan Permukiman di tingkat masyarakat kota sebagai bentuk perkuatan kapasitas Pemerintah Kotamadya dengan kelompok masyarakat untuk dapat lebih aktif terlibat dalam menangani permukiman kumuh di lingkungannya.

f) Sebagai landasan bagi pemerintah Kotamadya dalam melakukan kolaborasi penanganan permukiman kumuh di wilayahnya.

1.2.3 Sasaran.

Sasaran yang ingin dicapai dalam penyusunan dokumen RP2KPKP ini adalah:

1. Tersedianya Dokumen Perencanaan Pencegahan dan Peningkatan kualitas Kawasan Permukiman Kumuh Perkotaan sebagai acuan pelaksanaan penanganan kawasan kumuh perkotaan bagi seluruh pelaku (stakeholders) pelaksanaan penyelenggaran penanganan kawasan permukiman kumuh perkotaan yang menyeluruh, tuntas, dan berkelanjutan (konsep delivery system).

2. Tersedianya strategi penanganan kumuh baik pencegahan maupun peningkatan kualitas di lokasi kawasan kumuh secara spatial dan tipologi kawasan, indikasi program dan kegiatan penanganan kawasan kumuh perkotaan oleh seluruh pelaku, dan nota kesepakatan bersama bagi seluruh pelaku dalam pengendalian pembangunan bersama selama jangka waktu berjalan (2019-2022).

3. Tersedianya dokumen Rencana Penataan Lingkungan Permukiman (RPLP) di tingkat masyarakat kota sebagai bentuk perkuatan kapasitas Pemerintah Kotamadya dan kelompok masyarakat untuk dapat lebih aktif terlibat dalam menangani permukiman kumuh di lingkungannya.

(5)

5

1.4

Ruang Lingkup

Lingkup wilayah perencanaan dilaksanakan di kawasan permukiman kumuh perkotaan Kotamadya Pekalongan berdasarkan SK Walikota Pekalongan Nomor 601/215 Tahun 2014 sebagaimana telah direvisi berdasar SK Nomor 601/416 Tahun 2018 dengan mempertimbangkan arah dan peran kawasan tersebut dalam perkembangan suatu wilayah.

Adapun kawasan kumuh yang dimaksud adalah sebagai berikut :

Tabel I-1 Sebaran Kawasan Permukiman Kumuh di Kota Pekalongan

NO NAMA

KECAMATAN

NAMA KELURAHAN

KONDISI AWAL (BASELINE)

KONDISI AKHIR

1 Pekalongan Selatan Jenggot 0,80 0,43

2 Pekalongan Selatan Banyu Urip 6,26 4,92

3 Pekalongan Barat Tirto 3,22 2,21

4 Pekalongan Timur Poncol 6,66 5,86

5 Pekalongan Selatan Klego 2,60 2,60

6 Pekalongan Utara Pandukuhan Kraton 22,03 16,03

7 Pekalongan Utara Bandengan 20,19 12,78

8 Pekalongan Utara Panjang Baru 33,47 30,07

9 Pekalongan Utara Panjang Wetan 11,04 9,74

10 Pekalongan Utara Kandang Panjang 20,36 14,61

11 Pekalongan Utara Krapyak 9,92 8,78

12 Pekalongan Utara Degayu 0,17 0,00

13 Pekalongan Barat Pasir Kraton Kramat 19,08 13,10

Luas Total 155,80 121,13

1.4.1

Penyusunan Dokumen RP2KPKP

Ruang lingkup penyusunan dokumen RP2KPKP meliputi beberapa tahapan yang diawali dengan persiapan kegiatan sampai dengan memorandum program dan kegiatan RP2KPKP, secara lebih rinci dijelaskan sebagai berikut :

Keterangan :

 Kumuh Ringan

Tidak Kumuh

(6)

6 1.4.1.1 Persiapan Kegiatan

Penyiapan kegiatan perencanaan ini merupakan kegiatan yang mengawali tahapan kegiatan perencanaan lainya, dimana pada kegiatan ini Tim perencanaan berkumpul untuk mendapatkan pemahaman yang sama dan menyepakati mekanisme serta rencana kerja dalam penyusunan RP2KP-KP. Proses dalam persiapan kegiatan meliputi :

1. Melakukan koordinasi tim untuk penyamaan pemahaman lingkup tugas Pokja PKP dan unsur lainya dalam kegiatan Penyusunan RP2KP-KP;

2. Melakukan pengumpulan dokumen/bahan rujukan yang diperlukan ( Hasil RPK;

berupa akar permasalahan kumuh, ide/gagasan pencegahan kumuh, rumusan visi permukiman kota, profil permukiman kumuh, hasil konsolidasi data baseline, peta digital)

3. Menyusun rencana aksi proses perencanaan termasuk jadwal kegiatan dan metodologi pelaksanaan kegiatan

1.4.1.2 Kajian Kebijakan dan Rencana Kota Untuk Penanganan Kumuh

Tahapan ini merupakan kegiatan yang sangat penting untuk dilakukan karena dalam kegiatan ini akan dikaji kebijakan dan rencana sektor permukiman kota dengan profil permukiman kumuh kota eksisting , hingga dimungkinkan terjadi penyelarasan kebijakan dan rencana sektor kota dalam mendukung penanganan permukiman kumuh. Dalam kajian persoalan kumuh dan kebijakan, strategi serta rencana pembangunan kota dilakukan minimal melalui :

1. Kajian Isu Strategis Pembangunan Permukiman Perkotaan, yaitu mengkaji isu strategis yang akan dan telah dilakukan dalam upaya penanganan kumuh di Kota.

Isu-isu strategis ini bersumber pada RPJMD, dokumen SIAP dan sumber-sumber lainnya.

2. Kajian Kebijakan Pembangunan Permukiman Perkotaan, yaitu mengkaji kebijakan dan strategi pembangunan, serta rencana tata ruang wilayah yang telah tersedia maupun yang sedang disusun terkait dengan persoalan permukiman kumuh kota.

Kajian ini meliputi :

a. Inventarisasi kebijakan dan strategi pembangunan Kota, serta perencanaan sektor khususnya yang terkait pengembangan permukiman; RTRW, SPPIP, SSK, RISPAM, masterplan drainase, masterplan jalan, masterplan

(7)

7 persampahan, RISPK, RTBL dan rencana Pengembangan ekonomi, serta perencanaan lainya ditingkat Kota dan Provinsi.

b. Melakukan pemetaan terhadap arahan kebijakan dan strategi pembangunan serta rencana sektor terkait penanganan kawasan permukiman kumuh terutama yang terdapat di dalam RTRW, SPPIP, SSK, RISPAM, masterplan drainase, masterplan jalan, masterplan persampahan, RISPK, RTBL dan rencana Pengembangan ekonomi, serta perencanaan lainya di tingkat Kotamadya dan Provinsi.

c. Melakukan kajian terhadap keselarasan antar kebijakan, strategi pembangunan, serta perencanaan sektor pengembangan permukiman yang ada (RTRW, SPPIP, SSK, RISPAM, masterplan drainase, masterplan jalan, masterplan persampahan, RISPK, RTBL dan rencana pengembangan ekonomi, serta perencanaan lainya ditingkat Kotamadya dan provinsi), terhadap data dan informasi persoalan kumuh eksisting ( Hasil RPK; berupa Akar permasalahan kumuh dan ide/gagasan pencegahan kumuh, Profil Permukiman kumuh, hasil konsolidasi Data baseline)

3. Kajian Kebijakan Penanganan Permukiman Kumuh Perkotaan. Kajian kebijakan penanganan permukiman kumuh perkotaan adalah langkah bagaimana mengkaji persoalan kumuh dengan melihat tahapan penanganan kumuh. Terdapat 3 langkah penanganan yaitu melalui Pencegahan, Peningkatan Kualitas dan Pengelolaan.

Pencegahan lebih ditekankan pada kawasan non kumuh dengan melakukan pengendalian, pengawasan dan pemberdayaan masyarakat. Peningkatan kualitas kawasan kumuh adalah kegiatan bagaimana melakukan pemugaran untuk kawasan kumuh dengan kategori kumuh ringan, pemugaran untuk kawasan kumuh sedang dan permukiman kembali (relokasi) untuk penanganan kumuh pada kawasan kumuh berat. Sedangkan pengelolaan lebih bersifat langkah keberlanjutan melalui upaya pemeliharaan.

1.4.2.3. Perumusan Skenario Penanganan Kumuh.

Perumusan skenario penanganan kumuh adalah tahapan berikutnya setelah kegiatan kajian kebijakan dan rencana sektor kota untuk Penanganan Kumuh, dari tahapan kegiatan ini diharapkan bisa memunculkan strategi Kotamadya untuk merinci langkah pentahapan capaian target 0% hingga tahun 2022, serta memunculkan strategi pencegahan dan strategi

(8)

8 peningkatan kualitas. Langkah-langkah dalam tahap ini adalah :

1. Merumuskan konsepsi pencegahan dan peningkatan kualitas permukiman kumuh dan permukiman rawan kumuh untuk mencapai target 0% kumuh, yang meliputi:

a. Perumusan misi, tujuan dan sasaran penanganan permukiman kumuh dan permukiman rawan kumuh yang sinergis dengan rencana pembangunan permukiman kota serta berlandaskan pada kondisi, potensi dan permasalahan lokasi yang mengacu pada rumusan Visi permukiman kota hasil kesepakatan.

b. Perumusan strategi pencegahan kumuh mengacu pada visi, tujuan, sasaran serta hasil kajian kebijakan dan rencana kota serta kondisi eksisting kumuh kota hasil RPK untuk penanganan Kumuh.

c . Perumusan strategi peningkatan kualitas permukiman kumuh mengacu pada visi, tujuan, sasaran serta hasil kajian kebijakan dan rencana kota serta kondisi eksisting profil permukiman kumuh untuk penanganan kumuh hingga pencapaian 0%.

2. Menyusun pentahapan strategi pencegahan dan peningkatan kualitas permukiman kumuh dan permukiman rawan kumuh yang dirinci kedalam langkah-langkah yang akan dilakukan pertahun hingga tahun 2022 dengan mempertimbangkan pengelolaan lingkungan dan sosial yang berkelanjutan.

1.4.2.4 Perumusan Program dan Kegiatan RP2KPKP

Tahapan perumusan program dan kegiatan pencegahan dan peningkatan kualitas permukiman kumuh perkotaan dimaksudkan mendetilkan dari hasil tahapan strategi penanganan kumuh diperkotaan kedalam program dan kegiatan 5 tahun dan tahunan. Bila diperlukan perlakuan khusus dari level kota untuk kawasan tertentu misalkan untuk peremajaan kota maka diperlukan desain kawasan dengan intervensi skala kota. Tahap perumusan program dan kegiatan ini paling tidak melalui 3 proses yaitu:

1. Merumuskan kebutuhan program-program pencegahan yang aplikatif, riil dan terukur sesuai dengan kebutuhan pencegahan kawasan permukiman rawan kumuh dalam skala Kota berdasarkan pada konsep dan stretegi penanganan permukiman kumuh.

2. Merumuskan kebutuhan program-program peningkatan kualitas yang aplikatif, riil dan terukur sesuai dengan kebutuhan penanganan kawasan permukiman kumuh dalam skala Kota berdasarkan pada konsep dan stretegi penanganan permukiman kumuh.

3. Penapisan/screening awal potensi dampak lingkungan dan sosial dari masing-masing program; mengidentifikasi kebutuhan instrumen pengelolaan lingkungan dan sosial.

(9)

9 1.4.2.5 Uji Publik Draft Program dan Kegiatan RP2KPKP

Kegiatan ini intinya dimaksudkan sebagai ajang sosialisasi terhadap proses yang sudah dilakukan dan dokumen RP2KP-KP yang sudah disusun untuk medapatkan masukan dan pengakuan dari berbagai pihak. Secara tidak langsung kegiatan ini sekaligus merupakan kegiatan pemasaran sosial kepada seluruh pihak dengan harapan di samping mendapatkan dukungan moril juga mendapatkan dukungan materil.

Uji publik bertujuan untuk menjaring masukan dalam rangka mematangkan konsep, skenario, rencana aksi program peningkatan kualitas dan pencegahan permukiman kumuh perkotaan.

1.4.2.6 Memorandum Program dan Kegiatan RP2KPKP

Tahapan ini dimaksudkan menyepakati seluruh kegiatan yang telah dirumuskan pada tahapan sebelumnya untuk dikerjakan dan didanai secara kolaboratif oleh seluruh peserta yang diundang di bawah arahan kepala daerah. Kegiatan ini pun sekaligus penandatangan dokumen oleh kepala daerah sebagai dokumen resmi pemda. Memorandum program dan kegiatan RP2KPKP bertujuan : 1) Menyepakati dokumen RP2KP-KP. 2) Menyepakati rencana aksi pencegahan dan peningkatan kualitas permukiman kumuh tingkat Kotamadya dan tingkat kawasan tahun pertama, serta 3) Menyepakati rencana investasi kegiatan antar sektor dan aktor.

1.4.2

Kedudukan Dokumen RP2KPKP dalam Kerangka Pembangunan Kota Pekalongan

Dalam kerangka kebijakan pembangunan permukiman yang dikembangkan oleh Dirjen Cipta Karya Kementrian Pekerjaan Umum, kegiatan Penyusunan Dokumen Rencana Pencegahan dan Peningkatan Kualitas Permukiman Kumuh Perkotaan (RP2KPKP) bukan merupakan kegiatan yang berdiri sendiri. Kegiatan ini merupakan bagian dari kerangka pembangunan kebijakan untuk pembangunan permukiman perkotaan yang sinergis, terintegrasi, dan berkelanjutan. Secara diagramatis kedudukan dokumen RP2KPKP ini dalam rangkaian kegiatan pembangunan permukiman dan infrastruktur adalah sebagai berikut

(10)

10 Gambar I-1 Kedudukan Dokumen RP2KPKP

(11)

11

1.5

Sistematika Penyajian

Dokumen Rencana Pencegahan dan Peningkatan Kualitas Kawasan Permukiman Kumuh Perkotaan ini terdiri dari 5 Bab pembahasan dengan rincian sebagai berikut :

Bab 1. PENDAHULUAN, berisikan mengenai latar belakang yang mendasari penyusunan dokumen ini; yang dilengkapi maksud, tujuan dan sasaran, ruang lingkup penyusunan dokumen, kedudukan dokumen RP2KPKP dalam kerangka pembangunan kota, serta sistematika penyajiannya .

Bab 2. KAJIAN KEBIJAKAN PEMBANGUNAN PERMUKIMAN PERKOTAAN, berisikan mengenai isu-isu strategis pembangunan permukiman perkotaan, kebijakan pembangunan permukiman perkotaan dan kebijakan penanganan permukiman kumuh perkotaan.

Bab 3 PROFIL PERMUKIMAN KOTAMADYA PEKALONGAN, bab ini menjelaskan profil permukiman kumuh, dimana masing-masing profil tersebut secara rinci memuat tentang sebaran kawasan, profil kawasan dan profil kelembagaan BKM/LKM, perumusan kebutuhan penanganan dan pola kontribusi penanganan baik skala kota maupun skala lingkungan/kawasan.

Bab 4 KONSEP DAN STRATEGI PENCEGAHAN DAN PENINGKATAN KUALITAS PERMUKIMAN KUMUH, berisikan mengenai konsep dan strategi kawasan permukiman kota yang meliputi tentang strategi pencegahan dan peningkatan kualitas permukiman kumuh kota, serta strategi pentahapan kota bebas kumuh hingga 2023.

Bab 5. RENCANA AKSI PROGRAM PENANGANAN PERMUKIMAN KUMUH PERKOTAAN, berisikan mengenai rencana aksi pencegahan dan peningkatan kualitas kumuh, memorandum program dan rencana investasi, indikasi program kegiatan penanganan tahun 2019, serta rencana aksi masyarakat dan prioritas kebutuhan.

Bab 6. RENCANA DETAIL KONSEP DESAIN KAWASAN PENANGANAN PRIORITAS, berisikan rencana detail konsep desain yang sudah disepakati bersama untuk menangani prioritas kawasan kumuh yang masih ada di wilayah Kota Pekalongan.

(12)

12

BAB II

KAJIAN KEBIJAKAN PEMBANGUNAN

PERMUKIMAN PERKOTAAN

2.1 Isu Strategi Pembangunan permukiman perkotaan

2.1.1 Pengertian Isu Strategi

Isu strategis adalah kondisi atau hal yang harus diperhatikan atau dikedepankan dalam perencanaan pembangunan karena dampaknya yang signifikan bagi daerah di masa mendatang. Suatu kondisi/ kejadian yang menjadi isu strategis adalah keadaan yang apabila tidak diantisipasi, akan menimbulkan kerugian yang lebih besar atau sebaliknya, dalam hal tidak dimanfaatkan, akan menghilangkan peluang untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat dalam jangka panjang. Isu strategis merupakan salah satu pengayaan analisis lingkungan eksternal terhadap proses perencanaan, jika dinamika eksternal khususnya selama 5 tahun yang akan datang, diidentifikasi dengan baik, maka pemerintahan daerah akan dapat mempertahankan/ meningkatkan pelayanan pada masyarakat.

Isu strategis diidentifikasi berdasarkan kriteria sebagai berikut : a. Memiliki pengaruh yang besar

b. Merupakan tugas dan tanggung jawab pemerintah kota;

c. Memiliki daya ungkit yang signifikan terhadap pembangunan daerah;

d. Luasnya dampak yang ditimbulkannya terhadap daerah dan masyarakat;

e. Kemungkinan atau kemudahannya untuk dikelola;

2.1.2 Pengembangan permukiman

Berdasarkan UU No.1 tahun 2011 tentang perumahan dan kawasan yang permukiman yang didefinisikan sebagai bagian dari lingkungan hunian yang terdiri atas lebih dari satu satuan perumahan yang mempunyai prasarana, sarana, utilitas umum serta mempunyai kegiatan fungsi lain di kawasan perkotaan atau pedestrian.

Kegiatan pengembangan permukiman terdiri dari pengembangan permukiman kawasan perkotaan yang terdiri dari pengembangan kawasan permukiman baru dan

(13)

13 peningkatan kualitas permukiman kumuh. Sedangkan untuk pengembangan kawasan permukiman perdesaan terdiri dari pengembangan kawasan permukiman perdesaan, kawasan pusat pertumbuhan serta desa tertinggal.

Isu strategis di Kota Pekalongan terkait dengan pengembangan permukiman saat ini adalah :

a. Kawasan hunian padat di pusat kota menyebabkan kepadatan penduduk di pusat kota yang semakin tinggi;

b. Menurunnya kualitas lingkungan perumahan dan permukiman di kawasan perkotaan, berpotensi memunculkan permukiman kumuh dan tidak layak huni;

c. Penyebaran permukiman dan aktivitas penduduk yang menyebar letaknya, menyebabkan tingkat pelayanan infrastruktur yang kurang optimal dan tidak efisien;

d. Penyebaran permukiman dan aktivitas penduduk yang menyebar letaknya tidak teratur, yang menyebabkan tingkat pelayanan infrastruktur yang kurang optimal dan tidak efisien;

e. Penyediaan infrastruktur perkotaan yang masih harus menyesuaikan dengan dinamika perkembangan kota mengakibatkan pelayanan tidak optimal;

f. Penghasilan masyarakat yang belum bisa mencukupi kebutuhan pokok.

2.2 Kebijakan Pembangunan permukiman Perkotaan 2.2.1 Kebijakan spasial plan

1. Kajian Kebijakan Terhadap RTRW Kota Pekalongan 2009 – 2029

Pusat Kegiatan Wilayah (PKW) salah satunya ditetapkan di Kota Pekalongan, sesuai dengan penetapan di RTRW Provinsi Jawa Tengah 2009 – 2029, dimana penjabaran dalam RTRW Kota Pekalongan diarahkan pada: Kawasan Pusat Grosir Batik di Setono dan Kawasan Minapolitan di pesisir utara Kota Pekalongan.

a. Menetapkan kawasan budi daya yang memiliki nilai strategis daerah untuk mendorong pengembangan daerah.

b. Mengembangkan kegiatan budi daya untuk menunjang aspek politik, pertahanan dan keamanan, sosial budaya, serta ilmu pengetahuan dan teknologi.

(14)

14 2.2.2 Kebijakan Development Plan

1. Kajian Kebijakan Terhadap RPJPD Kota Pekalongan

Visi Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah (RPJPD) Kota Pekalongan Tahun 2005-2025 sesuai dengan visi rencana tata ruang Kota Pekalongan yang hendak dicapai adalah :

“ PEKALONGAN KOTA BATIK YANG MAJU, MANDIRI DAN SEJAHTERA”

Dalam mewujudkan visi tersebut, ditempuh lima misi Pembangunan Jangka Panjang Daerah sebagai berikut:

a. Mewujudkan kondisi perikehidupan bermasyarakat dan berpemerintahan yang agamis, berbudaya, bersih,aman,tertib dan demokratis berlandaskan Pancasila dan UUD 1945.

b. Mewujudkan tata pemerintahan yang baik berbasis pada profesionalisme, kepercayaan, komitmen dan partisipasi dan Teknologi Informasi.

c. Mewujudkan kemajuan daerah melalui penyediaan infrastruktur dan sinergitas dalam pengelolaan kawasan, tata ruang, lingkungan hidup, dan sumber daya alam.

d. Mewujudkan pemenuhan kebutuhan sosial dasar masyarakat dan pengembangan kualitas sumber daya manusia.

e. Mewujudkan perekonomian daerah yang kuat melalui pengembangan potensi unggulan daerah yang berdaya saing tinggi didukung inovasi dan kreativitas.

2. Kajian Kebijakan Terhadap RPJMD Kota Pekalongan A. Visi dan Misi

Visi Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kota Pekalongan yaitu:

“TERWUJUDNYA KOTA PEKALONGAN YANG LEBIH SEJAHTERA, MANDIRI, DAN BERBUDAYA BERLANDASKAN NILAI-NILAI RELIGIUSITAS”

Misi yang diemban untuk mewujudkan visi tersebut adalah:

1. Meningkatkan Akses Dan Mutu Pendidikan

2. Meningkatkan kualitas pelayanan publik untuk sebesar-besarnya bagi kesejahteraan masyarakat

(15)

15 3. Memberdayakan ekonomi rakyat berbasis potensi lokal berdasarkan prinsip pembangunan yang berkelanjutan

4. Meningkatkan kualitas dan kuantitas sarana dan prasarana perkotaan yang ramah lingkungan

5. Mengembangkan Teknologi Informasi berbasis komunitas

6. Melestarikan budaya dan kearifan lokal serta mengembangkan tata kehidupan bermasyarakat yang berakhalqul karimah

B. Tujuan dan Sasaran

Misi 4 : Meningkatkan kualitas dan kuantitas sarana dan prasarana perkotaan yang ramah lingkungan

Tujuan :

1. Mencegah dan mengurangi dampak resiko bencana banjir dan rob.

2. Meningkatkan kualitas sistem drainase perkotaan.

3. Meningkatkan layanan sanitasi yang meliputi penanganan sampah dan limbah domestik.

4. Meningkatkan akses layanan air bersih.

5. Meningkatkan kualitas jalan dan jembatan.

6. Pengembangan kawasan strategis perkotaan.

7. Meningkatkan kualitas dan ketersedian ruang publik kreatif.

8. Meningkatkan peran masyarakat dan kelompok usaha dalam pengadaan infrastruktur publik.

9. Meningkatkan kualitas pelayanan sistem irigasi.

10. Meningkatkan perencanaan, pemanfaatan, dan pengendalian pemanfaatan ruang.

11. Meningkatkan kualitas dan layanan transportasi publik.

12. Menurunkan jumlah Rumah Tidak Layak Huni.

13. Menurunkan jumlah kawasan permukiman kumuh.

14. Menurunkan tingkat pencemaran lingkungan, khususnya limbah industri.

15. Meningkatkan ketersediaan energi

C. Kajian Kebijakan Terhadap RPIJM Kota pekalongan

Kebijakan Pengembangan kota merupakan kebijakan yang dijadikan sebagai pedoman dalam mengarahkan perkembangan kota agar bisa memanfaatkan segala potensi yang ada semaksimal mungkin. Adapun

(16)

16 Kebijakan yang sesuai dengan arahan Program Pembangunan Daerah (Propeda) Kota Pekalongan yang berkaitan dengan pengembangan perwilayahan Kota Pekalongan adalah Kebijakan ekonomi, hukum, sosial budaya dan agama.

1. Perencanaan tenaga kerja nasional.

2. Sistem informasi dan bursa tenaga kerja terpadu.

3. Tenaga kerja pemuda mandiri profesional.

4. Pemagangan.

5. Hubungan industrial Pancasila dan perlindungan tenaga kerja.

6. Ekspor jasa tenaga kerja.

7. Pengembangan organisasi.

8. Pembentukan pusat produktivitas nasional.

9. Reformasi pelatihan.

10. Pengembangan koperasi karyawan.

Kegiatan yang diprioritaskan adalah sebagai berikut :

1. Penyebaran dan pendayagunaan tenaga kerja sesuai dengan tingkat pendidikan dan

2. keahlian yang dimiliki dengan menyediakan informasi dan bursa tenaga kerja baik tingkat

3. Angkatan Kerja Lokal (AKL), Angkatan Kerja Antar Daerah (AKAD), serta Pemberian Kerja

4. Darurat (PKD) yang dibiayi oleh APBN maupun APBD.

Penataan Ruang Dan Pertanahan

Penyempurnaan dan penjabaran rencana tata ruang daerah dan kawasan.

D. Kajian Kebijakan Terhadap SSK Kota Pekalongan 1. Air Limbah Domestik

Pelaksanaan SSK periode sebelumnya telah membawa hasil yang cukup signifikan dalam penanganan air limbah.

2. Pengelolaan Persampahan 3. Drainase

(17)

17 Pelaksanaan SSK Sektor Drainase periode sebelumnya sudah membawa kemajuan yang cukup signifikan terutama dalam penanganan luas genangan.

2.3 Kebijakan Penanganan Permukiman Kumuh Perkotaan

Dari kajian kebijakan yang telah diuraikan pada bagian sebelumnya, terdapat singkronisasi antara Visi dan Misi yang tertuang dalam RPJPD maupun RPJMD Kota Pekalongan serta tujuan yang tercantum dalam RTRW berpedoman dari visi yang ada dalam RPJPD. Adapun hal-hal yang terkait dengan tujuan Penangan Pemukiman Kumuh yaitu.

A. Tujuan Pembangunan Permukiman dan Infrastruktur Perkotaan Kota Pekalongan.

1. Permukiman Sehat, adalah pembangunan lingkungan permukiman dapat menjaga dan menghindarkan dari degradasi kualitas lingkungan permukiman.

2. Permukiman yang aman, adalah permukiman yang aman terhadap kemungkinan terjadinya kecelakaan dan bencana, seperti banjir dan Kebakaran

3. Permukiman yang serasi, adalah permukiman yang tata letak berbagai kegiatan didalamnya sedemikian rupa sehingga dampak negatif antar kegiatan diupayakan sekecil mungkin, dan dampak positifnya diupayakan sebesar mungkin, serta memiliki tampilan yang serasi.

B. Kebijakan Penanganan Kawasan Permukiman Kumuh Kota Pekalongan

1. Terlaksananya pembangunan permukiman dan infrastruktur Kota Pekalongan yang sesuai dengan Tata Ruang melalui pengaturan zonasi, tata bangunan gedung dan lingkungan;

2. Terciptanya pola pembangunan kota Pekalongan yang berkelanjutan melalui pola pemanfaatan, perlindungan, dan pelestarian sumber daya alam khususnya daerah hijau dan resapan perkotaan secara bertanggung jawab dan memiliki kepedulian termasuk di dalamnya pengendalian ruang terbuka hijau kota;

3. Terselenggaranya pembangunan permukiman dan infrastruktur dalam rangka penyediaan perumahan skala yang terkendali dan terintegrasi dalam skala kota dan sistem layanan kota.

4. Terbangunnya pusat-pusat permukiman baru sebagai upaya pembangunan

(18)

18 kota Pekalongan dan diintegrasikan dalam sistematika pengurangan beban permukiman di pusat kota Pekalongan (pada kawasan padat penduduk, kawasan kumuh kota, dan kawasan bukan peruntukan permukiman).

5. Terwujudnya pola-pola pembangunan dan penanganan masalah permukiman, infrastruktur perkotaan, sosial dan budaya secara partisipatif dengan seluruh stakeholder secara terbuka, terkelola dengan baik (manageable), dan mitigasi terhadap bahaya bencana alam (gempa bumi, tsunami dan tanah longsor);

6. Terwujudnya upaya pengentasan kemiskinan perkotaan yang efektif meliputi pembangunan ekonomi lokal, penyediaan lapangan kerja yang layak, akses pada kepemilikan dan penggunaan lahan, perumahan, pelayanan dasar, modal/sumber pendanaan secara adil dan merata;

Terciptanya program pembangunan perkotaan yang terpadu dan sinergis antara pusat dan daerah dengan mengacu pada perkembangan fungsi kota.

(19)

19

BAB III

PROFIL PERMUKIMAN KUMUH KOTA PEKALONGAN

3.1 Sebaran Kawasan Permukiman Kumuh di Kota Pekalongan

Permukiman kumuh di Kota Pekalongan umumnya berada di pinggiran kota, bantaran rel dan bantaran sungai dengan tipologi dataran rendah dan tepi air. Seperti permasalahan – permasalahan permukiman kumuh umumnya, permsalahan yang banyak terjadi di daerah permukiman kumuh Kota Pekalongan adalah permasalahan sampah, jalan, dan drainase lingkungan.

Tahun 2014, kawasan kumuh di Kota Pekalongan ditetapkan 195,59 hektare.

Kawasan kumuh tersebut tersebar di 17 lokasi di 13 kelurahan. Hal tersebut berdasarkan Surat Keputusan (SK) Wali Kota Nomor 601/215 Tahun 2014 tentang Perubahan atas Keputusan Wali Kota Nomor 601/132 Tahun 2014 tentang Penetapan Kawasan Kumuh.

13 kelurahan tersebut adalah Kelurahan Jenggot, Kelurahan Banyu Urip, Kelurahan Tirto, Kelurahan Poncol, Kelurahan Klego, Kelurahan Padukuhan Kraton, Kelurahan Bandengan, Kelurahan Panjang Baru, Kelurahan Panjang Wetan, Kelurahan Kandang Panjang, Kelurahan Krapyak, Kelurahan Degayu, dan Kelurahan Pasir Kraton Kramat.

Berdasarkan Review Kawasan 2017 Memorandum Kota Pekalongan 13 Kelurahan tersebut digabungkan menjadi 7 Kawasan dengan berdasarkan bahan pertimbangan kesamaan karakteristik/tipologi kumuh, lokasi dengan jarak yang berdekatan, pembentuk sistem/jaringan infrastruktur yang tidak dapat ditangani dalam bentuk deliniasi/spot kumuh, pertimbangan keterpaduan penanganan kawasan dan kemudahan penanganan kawasan, dan arah pengembangan kota sesuai RTRW Kawasan Krapyak dan pesisir barat merupakan KSK (kawasan strategis kota) perkembangan ekonomi berbasis perikanan (minapolitan).

(20)

20 Tabel III-1 Sebaran Kawasan Permukiman Kumuh di Kota Pekalongan

NO NAMA

KAWASAN KECAMATAN KELURAHAN

KONDISI AWAL (BASELIN

E)

KONDIS I AKHIR

CAPAIAN PENANGA

NAN

NILAI SKORIN

G

1 KAWASAN KRAPYAK

PEKALONGAN

UTARA 1 KRAPYAK 9,92 8,78 1,14 20

PEKALONGAN

TIMUR 2 PONCOL 6,66 5,86 0,80 21

PEKALONGAN

SELATAN 3 KLEGO 2,60 2,60 0,00 20

Jumlah Luasan Kawasan Krapyak 19,18 17,24 1,94

2

KAWASAN PESISIR BARAT

PEKALONGAN

UTARA 1

KANDANG

PANJANG 20,36 14,61 5,75 18

PEKALONGAN

UTARA 2

BANDENG

AN 20,19 12,78 7,41 14

Jumlah Luasan Kawasan Pesisir Barat 40,55 27.39 13,16

3

KAWASAN KRATON TIRTO

PEKALONGAN

BARAT 1 TIRTO 3,22 2,21 1,01 17

PEKALONGAN

BARAT 2

PASIR KERATON KERAMAT

19,08 13,10 5,98 18

PEKALONGAN

UTARA 3

PEDUKUHA N

KERATON

22,03 16,03 6,00 11

Jumlah Luasan Kawasan Kraton Tirto 44.33 31.34 12.99

4

KAWASAN PESISIR TIMUR

PEKALONGAN

UTARA 1

PANJANG

BARU 33,47 30,07 3,40 11

PEKALONGAN

UTARA 2

PANJANG

WETAN 11,04 9,74 1,30 13

Jumlah Luasan Kawasan Pesisir Timur 44,51 39.81 4.70

5

KAWASAN DEGAYU

PEKALONGAN

UTARA 1 DEGAYU 0,17 0,00 0,17 15

(21)

21 6

KAWASAN BANYURIP

PEKALONGAN

SELATAN 2 BANYURIP 6,26 4,92 1,34 20

7

KAWASAN JENGGOT

PEKALONGAN

SELATAN 3 JENGGOT 0,80 0,43 0,37 15

Jumlah Luasan Pemukiman

Kumuh 155.8 121.13 34.67

Keterangan :

Kumuh Ringan

Tidak Kumuh

Gambar III-1 Peta Kawasan Kumuh Kota Pekalongan Tahun 2018

(22)

22 3.2 Profil Kawasan Permukiman Kumuh

3.2.1.Permukiman Kumuh Kawasan Krapyak 3.2.1.1 Permukiman Kumuh Kelurahan Krapyak

Kelurahan Krapyak Kecamatan Pekalongan Utara memiliki luas 350,84 Ha dengan jumlah penduduk 17.333 jiwa, jumlah kepala keluarga sebanyak 4.955 jiwa deengan komposisi penduduk laki – laki sebanyak 8.205 jiwa dan perempuan 7.939 jiwa.

A. Kondisi Fisik

Tabel III-2 Indikator Kekumuhan Kelurahan Krapyak

No Parameter Persentase

1 Ketidakteraturan Bangunan 20%

2 Kepadatan Bangunan Tdk Sesuai Ketentuan 0%

3 Ketidaksesuaian dengan Persyaratan Teknis Bangunan

28%

4 Cakupan Pelayanan Jalan Lingkungan 1%

5 Kualitas Permukaan Jalan lingkungan 0%

6 Ketersediaan Akses Aman Air Minum 0%

7 Tidak terpenuhinya Kebutuhan Air Minum 0%

8 Ketidakmampuan Mengalirkan Limpasan Air 81%

9 Ketidaktersediaan Drainase 41%

10 Ketidakterhubungan dengan Sistem Drainase Perkotaan

8%

11 Tidak terpeliharanya Drainase 43%

12 Kualitas Konstruksi Drainase 47%

13 Sistem Pengelolaan Air Limbah Tidak Sesuai Standar Teknis

22%

14 Sapras Pengelolaan Air Limbah Tidak Sesuai Persyaratan Teknis

4%

15 Sapras Persampahan Tidak Sesuai dengan persyaratan Teknis

0%

16 Sistem Pengelolaan Persampahan yang tidak sesuai 58%

(23)

23 Standar Teknis

17 Tidak terpeliharanya Sapras Pengelolaan Persampahan

88%

18 Ketidaktersediaan Prasarana Proteksi Kebakaran 25%

19 Ketidaktersediaan Sarana Proteksi Kebakaran 53%

Grafik III-1 Persentase Kekumuhan Kelurahan Krapyak

B. Kondisi Non Fisik

1. Legalitas pendirian bangunan

- 27% bangunan hunian yang memiliki IMB.

- 96%Lahan bangunan hunian memiliki SHM/HGB/Surat.

2. Kepadatan penduduk 260 jiwa/ha.

3. Mata pencarian penduduk

67% Mata pencaharian utama rumah tangga adalah Perdagangan/jasa (guru, tenaga kesehatan, hotel, dll) (Unit rumah tangga).

4. Pengunaan daya listrik

(24)

24 55% masyarakat mayoritas mengunakan daya listrik 450watt per unit rumah tangga.

5. Fasilitas pelayanan kesehatan

Mayoritas Rumah tangga dikawasan permukiman 90% menggunakan fasilitas kesehatan di Puskesmas/Pustu (Unit rumah tangga).

6. Fasilitas pelayanan pendidikan

89% Mayoritas Rumah tangga memiliki usia wajib belajar 9 Tahun (SD- SMP) memperoleh akses pendidikan dasar di Dalam kelurahan/kecamatan yang sama (Unit rumah tangga).

C. Permukiman Kumuh Luas total

1. Kawasan Kumuh : 8,78 hektar 2. Non Kumuh : 310,52 hektar

A B

Gambar III-2 Permukiman Kumuh Kelurahan Krapyak

(25)

25 D. Letak dan Tipologi Permukiman Kumuh

Berikut letak dan tipologi permukiman kumuh :

1. Letak dan tipologi dikelurahan Krapyak berada didataran rendah dan tepian sungai Karakter Lahan dan kawasan yaitu Lahan datar

2. Kawasan berdekatan dengan fasilitas /sarana kota yaitu pertokoan, perkantoran, industri Batik, Perhotelan, Stasiun Kota.

3.2.1.2 Permukiman Kumuh Kelurahan Poncol

Kelurahan Poncol Kecamatan Pekalongan Timur memiliki luas 62 Ha dengan jumlah penduduk 10.689 jiwa, jumlah kepala keluarga sebanyak 2.965 jiwa komposisi penduduk laki – laki sebanyak 5.185 jiwa dan perempuan sebanyak 5.504 jiwa.

A. Kondisi Fisik

Tabel III-3 Indikator Kekumuhan Kelurahan Poncol

No Parameter Persentase

1 Ketidakteraturan Bangunan 0%

2 Kepadatan Bangunan Tdk Sesuai Ketentuan 0%

3 Ketidaksesuaian dengan Persyaratan Teknis Bangunan

6%

4 Cakupan Pelayanan Jalan Lingkungan 0%

5 Kualitas Permukaan Jalan lingkungan 34%

6 Ketersediaan Akses Aman Air Minum 40%

Foto Lokasi A. Kondisi Saluran Air Tertutup dengan Sampah dan Pasir di Kelurahan

Krapyak

Foto Lokasi B. Kondisi Saluran Air Tertutup dengan Sampah dan Pasir di Kelurahan Krapyak

(26)

26 7 Tidak terpenuhinya Kebutuhan Air Minum 0%

8 Ketidakmampuan Mengalirkan Limpasan Air 35%

9 Ketidaktersediaan Drainase 0%

10 Ketidakterhubungan dengan Sistem Drainase Perkotaan

3%

11 Tidak terpeliharanya Drainase 35%

12 Kualitas Konstruksi Drainase 40%

13 Sistem Pengelolaan Air Limbah Tidak Sesuai Standar Teknis

1%

14 Sapras Pengelolaan Air Limbah Tidak Sesuai Persyaratan Teknis

9%

15 Sapras Persampahan Tidak Sesuai dengan persyaratan Teknis

74%

16 Sistem Pengelolaan Persampahan yang tidak sesuai Standar Teknis

55%

17 Tidak terpeliharanya Sapras Pengelolaan Persampahan

0%

18 Ketidaktersediaan Prasarana Proteksi Kebakaran 78%

19 Ketidaktersediaan Sarana Proteksi Kebakaran 85%

Grafik III-2 Indikator Kekumuhan Kelurahan Poncol

(27)

27 B. Kondisi Non Fisik

1. Legalitas pendirian bangunan

- 37% bangunan hunian yang memiliki IMB

- 93%Lahan bangunan hunian memiliki SHM/HGB/Surat 2. Kepadatan penduduk

170 jiwa/ha

3. Mata pencarian penduduk

80% Mata pencaharian utama rumah tangga adalah Perdagangan/jasa (guru, tenaga kesehatan, hotel, dll) (Unit rumah tangga)

4. Pengunaan daya listrik

66% masyarakat mayoritas mengunakan daya listrik 450watt per unit rumah tangga.

5. Fasilitas pelayanan kesehatan

Mayoritas Rumah tangga dikawasan permukiman 75% menggunakan fasilitas kesehatan di Puskesmas/Pustu (Unit rumah tangga)

6. Fasilitas pelayanan pendidikan

64% Mayoritas Rumah tangga memiliki usia wajib belajar 9 Tahun (SD- SMP) memperoleh akses pendidikan dasar di Dalam kelurahan/kecamatan yang sama (Unit rumah tangga)

C. Permukiman Kumuh Luas total

1. Kawasan kumuh : 5,86 hektar 2. Non kumuh : 56,14 hektar

(28)

28 D. Letak dan Tipologi Permukiman Kumuh

Berikut letak dan tipologi permukiman kumuh :

1. Letak dan tipologi dikelurahan Banyu Urip berada didataran rendah dan tepian air.

2. Karakter Lahan dan kawasan yaitu Lahan datar

3. Kawasan berdekatan dengan fasilitas/sarana kota yaitu pertokoan, perkantoran, dan industri kecil.

Foto Lokasi A. Kondisi Jalan Berdebu di Kelurahan Poncol

Foto Lokasi B. Kondisi Saluran Air di Kelurahan Poncol

Gambar III-3 Peta Permukiman Kumuh Kelurahan Poncol A dan B

(29)

29 1.2.4 Permukiman Kumuh Kelurahan Klego

Kelurahan Klego Kecamatan Pekalongan Timur memiliki luas 84,4 Ha dengan jumlah penduduk 15.443 jiwa, jumlah kepala keluarga sebanyak 3.916 jiwa dengan komposisi penduduk ,laki – laki sebnayak 7.575 jiwa dan perempuan 7.868 jiwa.

A. Kondisi Fisik

Tabel III-4 Indikator Kekumuhan Kelurahan Klego

No Parameter Persentase

1 Ketidakteraturan Bangunan 0%

2 Kepadatan Bangunan Tdk Sesuai Ketentuan 0%

3 Ketidaksesuaian dengan Persyaratan Teknis Bangunan

56%

4 Cakupan Pelayanan Jalan Lingkungan 0%

5 Kualitas Permukaan Jalan lingkungan 0%

6 Ketersediaan Akses Aman Air Minum 12%

7 Tidak terpenuhinya Kebutuhan Air Minum 0%

8 Ketidakmampuan Mengalirkan Limpasan Air 23%

9 Ketidaktersediaan Drainase 48%

10 Ketidakterhubungan dengan Sistem Drainase Perkotaan

14%

11 Tidak terpeliharanya Drainase 0%

12 Kualitas Konstruksi Drainase 0%

13 Sistem Pengelolaan Air Limbah Tidak Sesuai Standar Teknis

3%

14 Sapras Pengelolaan Air Limbah Tidak Sesuai Persyaratan Teknis

2%

15 Sapras Persampahan Tidak Sesuai dengan persyaratan Teknis

81%

16 Sistem Pengelolaan Persampahan yang tidak sesuai Standar Teknis

85%

17 Tidak terpeliharanya Sapras Pengelolaan Persampahan

100%

(30)

30 18 Ketidaktersediaan Prasarana Proteksi Kebakaran 45%

19 Ketidaktersediaan Sarana Proteksi Kebakaran 0%

Grafik III-3 Indikator Kekumuhan Kelurahan Klego

B. Kondisi Non Fisik

1. Legalitas pendirian bangunan

- 3% bangunan hunian yang memiliki IMB

- 82%Lahan bangunan hunian memiliki SHM/HGB/Surat 2. Kepadatan penduduk

136 jiwa/ha

3. Mata pencarian penduduk

83% Mata pencaharian utama rumah tangga adalah Perdagangan/jasa (guru, tenaga kesehatan, hotel, dll) (Unit rumah tangga)

4. Pengunaan daya listrik

61% masyarakat mayoritas mengunakan daya listrik 450watt per unit rumah tangga.

5. Fasilitas pelayanan kesehatan

Mayoritas Rumah tangga dikawasan permukiman 84% menggunakan fasilitas kesehatan di Puskesmas/Pustu (Unit rumah tangga)

6. Fasilitas pelayanan pendidikan

(31)

31 50% Mayoritas Rumah tangga memiliki usia wajib belajar 9 Tahun (SD- SMP) memperoleh akses pendidikan dasar di Dalam kelurahan/kecamatan yang sama (Unit rumah tangga)

C. Permukiman Kumuh Luas total :

1. Kawasan kumuh : 2,6 hektar 2. Non kumuh : 81,8 hetar

Foto Lokasi A. Kendaraan Yang Parkir di Bahu Jalan di Kelurahan Klego

Foto Lokasi B. Kondisi Jalan Berpasir di Kelurahan Klego

Gambar III-4 Peta Permukiman Kumuh Kelurahan Klego A dan B

(32)

32 D. Letak dan Tipologi Permukiman Kumuh

Berikut letak dan tipologi permukiman kumuh :

1. Letak dan tipologi dikelurahan Banyu Urip berada didataran rendah dan tepian air.

2. Karakter Lahan dan kawasan yaitu Lahan datar

3. Kawasan berdekatan dengan fasilitas/sarana kota yaitu pertokoan, perkantoran, dan industri kecil.

3.2.2.Permukiman Kumuh Kawasan Pesisir Barat

3.2.2.1. Permukiman Kumuh Kelurahan Kandang Panjang

Kelurahan Kandang Panjang Kecamatan Pekalongan Utara memiliki luas 173,54 Ha dengan jumlah penduduk 11.352 jiwa, jumlah kepala keluarga sebanyak 3.408 KK dengan komposisi penduduk laki – laki 5.611 jiwa dan perempuan 5.741

A. Kondisi Fisik

Tabel III-5 Indikator Kekumuhan Kelurahan Kandang Panjang

No Parameter Persentase

1 Ketidakteraturan Bangunan 20%

2 Kepadatan Bangunan Tdk Sesuai Ketentuan 1%

3 Ketidaksesuaian dengan Persyaratan Teknis Bangunan

10%

4 Cakupan Pelayanan Jalan Lingkungan 3%

5 Kualitas Permukaan Jalan lingkungan 0%

6 Ketersediaan Akses Aman Air Minum 7%

7 Tidak terpenuhinya Kebutuhan Air Minum 2%

8 Ketidakmampuan Mengalirkan Limpasan Air 0%

9 Ketidaktersediaan Drainase 29%

10 Ketidakterhubungan dengan Sistem Drainase Perkotaan

10%

11 Tidak terpeliharanya Drainase 52%

(33)

33

12 Kualitas Konstruksi Drainase 21%

13 Sistem Pengelolaan Air Limbah Tidak Sesuai Standar Teknis

26%

14 Sapras Pengelolaan Air Limbah Tidak Sesuai Persyaratan Teknis

1%

15 Sapras Persampahan Tidak Sesuai dengan persyaratan Teknis

61%

16 Sistem Pengelolaan Persampahan yang tidak sesuai Standar Teknis

61%

17 Tidak terpeliharanya Sapras Pengelolaan Persampahan

47%

18 Ketidaktersediaan Prasarana Proteksi Kebakaran 65%

19 Ketidaktersediaan Sarana Proteksi Kebakaran 65%

Grafik III-4 Persentase Kekumuhan Kelurahan Kandang Panjang

B. kondisi Non Fisik

1. Legalitas pendirian bangunan

- 36% bangunan hunian yang memiliki IMB.

(34)

34 - 93%Lahan bangunan hunian memiliki SHM/HGB/Surat.

2. Kepadatan penduduk 65 jiwa/ha.

3. Mata pencarian penduduk

85% Mata pencaharian utama rumah tangga adalah Perdagangan/jasa (guru, tenaga kesehatan, hotel, dll) (Unit rumah tangga).

4. Pengunaan daya listrik

59% masyarakat mayoritas mengunakan daya listrik 450watt per unit rumah tangga.

5. Fasilitas pelayanan kesehatan

Mayoritas Rumah tangga dikawasan permukiman 77% menggunakan fasilitas kesehatan di Puskesmas/Pustu (Unit rumah tangga).

6. Fasilitas pelayanan pendidikan

72% Mayoritas Rumah tangga memiliki usia wajib belajar 9 Tahun (SD- SMP) memperoleh akses pendidikan dasar di Dalam kelurahan/kecamatan yang sama (Unit rumah tangga).

C. Permukiman Kumuh Luas total

1. Kawasan kumuh : 14,61 hektar 2. Non Kumuh : 158,93 hektar

(35)

LAPORAN AKHIR RencanaPencegahandanPeningkatanKualitasPermukimanKumuhPerkotaan Kota Pekalongan – 2019

35

D. Letak Tipologi Permukiman Kumuh

Berikut letak dan tipologi permukiman kumuh :

1. Letak dan tipologi dikelurahan Kandang Panjang berada didataran rendah dan dekat dengan laut / pantai.

2. Kawasan berdekatan dengan fasilitas/sarana kota yaitu pertokoan, perkantoran, industri.

Foto Lokasi A. Kondisi Sampah di Kelurahan Kandang Panjang

Foto Lokasi B. Kondisi Saluran Air Penuh dengan Sampah di Kelurahan Kandang Panjang

A dan B

Gambar III-5 Peta Permukiman Kumuh Kelurahan Kandang Panjang

(36)

36 3.2.2.2 Permukiman Kumuh Kelurahan Bandengan

Kelurahan Bandengan Kecamatan Pekalongan memiliki luas 206,25 Ha dengan jumlah penduduk 5.399 jiwa, jumlah kepala keluarga sebanyak 1.360 jiwa dengan komposisi penduduk laki – laki sebanyak2.677 jiwa dan perempuan sebanyak 2.722 jiwa.

A. Kondisi Fisik

Tabel III-6 Indikator Kekumuhan Kelurahan Bandengan

No Parameter Persentase

1 Ketidakteraturan Bangunan 22%

2 Kepadatan Bangunan Tdk Sesuai Ketentuan 0%

3 Ketidaksesuaian dengan Persyaratan Teknis Bangunan

36%

4 Cakupan Pelayanan Jalan Lingkungan 3%

5 Kualitas Permukaan Jalan lingkungan 28%

6 Ketersediaan Akses Aman Air Minum 11%

7 Tidak terpenuhinya Kebutuhan Air Minum 5%

8 Ketidakmampuan Mengalirkan Limpasan Air 0%

9 Ketidaktersediaan Drainase 46%

10 Ketidakterhubungan dengan Sistem Drainase Perkotaan

17%

11 Tidak terpeliharanya Drainase 15%

12 Kualitas Konstruksi Drainase 22%

13 Sistem Pengelolaan Air Limbah Tidak Sesuai Standar Teknis

21%

14 Sapras Pengelolaan Air Limbah Tidak Sesuai Persyaratan Teknis

2%

15 Sapras Persampahan Tidak Sesuai dengan persyaratan Teknis

51%

16 Sistem Pengelolaan Persampahan yang tidak sesuai Standar Teknis

67%

17 Tidak terpeliharanya Sapras Pengelolaan Persampahan

64%

(37)

37 18 Ketidaktersediaan Prasarana Proteksi Kebakaran 47%

19 Ketidaktersediaan Sarana Proteksi Kebakaran 47%

Grafik III-5 Persentase Kekumuhan Kelurahan Bandengan

B. Kondisi Non Fisik

1. Legalitas pendirian bangunan

- 1% bangunan hunian yang memiliki IMB.

- 85%Lahan bangunan hunian memiliki SHM/HGB/Surat.

2. Kepadatan penduduk 102 jiwa/ha.

3. Mata pencarian penduduk

57% Mata pencaharian utama rumah tangga adalah Perdagangan/jasa (guru, tenaga kesehatan, hotel, dll) (Unit rumah tangga)

4. Pengunaan daya listrik.

72% masyarakat mayoritas mengunakan daya listrik 450watt per unit rumah tangga.

5. Fasilitas pelayanan kesehatan .

(38)

38 Mayoritas Rumah tangga dikawasan permukiman 92% menggunakan fasilitas kesehatan di Puskesmas/Pustu (Unit rumah tangga).

6. Fasilitas pelayanan pendidikan

65% Mayoritas Rumah tangga memiliki usia wajib belajar 9 Tahun (SD- SMP) memperoleh akses pendidikan dasar di Dalam kelurahan/kecamatan yang sama (Unit rumah tangga).

C. Permukiman Kumuh Luas total

1. Kawasan kumuh : 12,78 hektar 2. Non kumuh : 193,47 hektar

A dan B Gambar III-6 Peta Permukiman Kumuh Kelurahan Bandengan

A dan B

(39)

39 D. Letak dan Tipologi Permukiman kumuh

Berikut letak dan tipologi permukiman kumuh :

1. Letak dan tipologi dikelurahan Banyu Urip berada didataran rendah dan tepian air.

2. Karakter Lahan dan kawasan yaitu Lahan datar

3. Kawasan berdekatan dengan fasilitas / sarana kota yaitu pertokoan, perkantoran, dan industri kecil.

3.2.3.Permukiman Kumuh Kawasan Tirto 3.2.3.1 Permukiman Kumuh Kelurahan Tirto

Kelurahan Tirto Kecamatan Pekalongan memiliki luas 140,52 Ha dengan Jumlah Penduduk 10.682 jiwa, jumlah kepala keluarga sebanyak 2.678 KK dengan komposisi penduduk laki – laki sebanyak 4.848 jiwa dan perempuan sebanyak 4.902 jiwa.

A. Kondisi Fisik

Tabel III-7 Indikator Kekumuhan Kelurahan Tirto

No Parameter Persentase

1 Ketidakteraturan Bangunan 65%

2 Kepadatan Bangunan Tdk Sesuai Ketentuan 0%

3 Ketidaksesuaian dengan Persyaratan Teknis Bangunan

27%

4 Cakupan Pelayanan Jalan Lingkungan 19%

5 Kualitas Permukaan Jalan lingkungan 3%

Foto Lokasi A. Rumah Warga Tergenang Air di Kelurahan Bandengan

Foto Lokasi B. Kondisi Sampah di Genangan Air Rob di Kelurahan Bandengan

(40)

40

6 Ketersediaan Akses Aman Air Minum 18%

7 Tidak terpenuhinya Kebutuhan Air Minum 0%

8 Ketidakmampuan Mengalirkan Limpasan Air 59%

9 Ketidaktersediaan Drainase 44%

10 Ketidakterhubungan dengan Sistem Drainase Perkotaan

7%

11 Tidak terpeliharanya Drainase 38%

12 Kualitas Konstruksi Drainase 14%

13 Sistem Pengelolaan Air Limbah Tidak Sesuai Standar Teknis

11%

14 Sapras Pengelolaan Air Limbah Tidak Sesuai Persyaratan Teknis

3%

15 Sapras Persampahan Tidak Sesuai dengan persyaratan Teknis

35%

16 Sistem Pengelolaan Persampahan yang tidak sesuai Standar Teknis

32%

17 Tidak terpeliharanya Sapras Pengelolaan Persampahan

4%

18 Ketidaktersediaan Prasarana Proteksi Kebakaran 65%

19 Ketidaktersediaan Sarana Proteksi Kebakaran 65%

Grafik III-6 Indikator Kekumuhan Kelurahan Tirto

(41)

41 B. Kondisi Non Fisik

1. Legalitas pendirian bangunan

- 28% bangunan hunian yang memiliki IMB

- 60%Lahan bangunan hunian memiliki SHM/HGB/Surat 2. Kepadatan penduduk

122 jiwa/ha

3. Mata pencarian penduduk

59% Mata pencaharian utama rumah tangga adalah Perdagangan/jasa (guru, tenaga kesehatan, hotel, dll) (Unit rumah tangga)

4. Pengunaan daya listrik

40% masyarakat mayoritas mengunakan daya listrik 450watt per unit rumah tangga.

5. Fasilitas pelayanan kesehatan

Mayoritas Rumah tangga dikawasan permukiman 46% menggunakan fasilitas kesehatan di Puskesmas/Pustu (Unit rumah tangga)

6. Fasilitas pelayanan pendidikan

48% Mayoritas Rumah tangga memiliki usia wajib belajar 9 Tahun (SD- SMP) memperoleh akses pendidikan dasar di Dalam kelurahan/kecamatan yang sama (Unit rumah tangga)

C. Permukiman Kumuh Luas total :

1. Kawasan kumuh : 2,21 hektar 2. Non kumuh : 138,31 hektar

(42)

42 D. Letak dan Tipologi Permukiman Kumuh

Berikut letak dan tipologi permukiman kumuh :

2. Letak dan tipologi di Kelurahan Tirto berada didataran rendah dan tepian air.

3. Karakter Lahan dan kawasan yaitu Lahan datar

Foto Lokasi A. Kondisi Sungai di Kelurahan Tirto

Foto Lokasi B. Kondisi Jalan di Kelurahan Tirto

B A

Gambar III-7 Peta Permukiman Kumuh Kelurahan Tirto

(43)

43 4. Kawasan berdekatan dengan fasilitas/sarana kota yaitu pertokoan,

perkantoran, dan industri kecil.

3.2.3.2 Kawasan Permukiman Kumuh Kelurahan Pasir Kraton Kramat

Kelurahan Pasir Kraton Kramat Kecamatan Pekalongan memiliki luas 180,6852 Ha dengan jumlah penduduk 14.623 jiwa, jumlah kepala keluarga sebanyak 4.358 jiwa dengan komposisi penduduk laki – laki sebanyak 7.100 jiwa dan perempuan sebanyak 7.523 jiwa.

A. Kondisi Fisik

Tabel VI-8 Indikator Kekumuhan Kelurahan Pasir Kraton Kramat

No Parameter Persentase

1 Ketidakteraturan Bangunan 25%

2 Kepadatan Bangunan Tdk Sesuai Ketentuan 0%

3 Ketidaksesuaian dengan Persyaratan Teknis Bangunan

22%

4 Cakupan Pelayanan Jalan Lingkungan 5%

5 Kualitas Permukaan Jalan lingkungan 32%

6 Ketersediaan Akses Aman Air Minum 14%

7 Tidak terpenuhinya Kebutuhan Air Minum 0%

8 Ketidakmampuan Mengalirkan Limpasan Air 9%

9 Ketidaktersediaan Drainase 42%

10 Ketidakterhubungan dengan Sistem Drainase Perkotaan

15%

11 Tidak terpeliharanya Drainase 39%

12 Kualitas Konstruksi Drainase 14%

13 Sistem Pengelolaan Air Limbah Tidak Sesuai Standar Teknis

18%

14 Sapras Pengelolaan Air Limbah Tidak Sesuai Persyaratan Teknis

12%

15 Sapras Persampahan Tidak Sesuai dengan persyaratan Teknis

67%

(44)

44 16 Sistem Pengelolaan Persampahan yang tidak sesuai

Standar Teknis

57%

17 Tidak terpeliharanya Sapras Pengelolaan Persampahan

65%

18 Ketidaktersediaan Prasarana Proteksi Kebakaran 52%

19 Ketidaktersediaan Sarana Proteksi Kebakaran 52%

Grafik III-7 Persentase Kekumuhan Kelurahan Pasir Kraton Kramat

B. Kondisi Non Fisik

1. Legalitas pendirian bangunan

- 38% bangunan hunian yang memiliki IMB.

- 89%Lahan bangunan hunian memiliki SHM/HGB/Surat.

2. Kepadatan penduduk 135 jiwa/ha.

3. Mata pencarian penduduk

85% Mata pencaharian utama rumah tangga adalah Perdagangan/jasa (guru, tenaga kesehatan, hotel, dll) (Unit rumah tangga).

4. Pengunaan daya listrik

(45)

45 48% masyarakat mayoritas mengunakan daya listrik 900watt per unit rumah tangga.

5. Fasilitas pelayanan kesehatan

Mayoritas Rumah tangga dikawasan permukiman 70% menggunakan fasilitas kesehatan di Puskesmas/Pustu (Unit rumah tangga).

6. Fasilitas pelayanan pendidikan

46% Mayoritas Rumah tangga memiliki usia wajib belajar 9 Tahun (SD- SMP) memperoleh akses pendidikan dasar di Dalam kelurahan/kecamatan yang sama (Unit rumah tangga).

C. Permukiman Kumuh Luas total :

1. Kawasan kumuh : 13,10 hektar 2. Non kumuh : 167,5852 hektar

Gambar III-8 Peta Permukiman Kumuh Kelurahan Pasir Kraton Kramat

B A

(46)

46 D. Letak dan Tipologi Permukiman Kumuh

Berikut letak dan tipologi permukiman kumuh :

1. Letak dan tipologidi Kelurahan Pasir Kraton Kramat berada didataran rendah dan tepian sungai.

2. Karakter lahan dan kawasan yaitu lahan datar.

3. Kawasan berdekatan dengan fasilitas / sarana kota yaitu pertokoan, perkantoran, industri batik, perhotelan, dan stasiun kota.

3.2.3.2.1 Permukiman Kumuh Kelurahan Padukuhan Kraton

Kelurahan Padukuhan Kraton Kecamatan Pekalongan Utara memiliki luas 81,8 Ha dengan jumlah penduduk 11.235 jiwa, jumlah kepala keluarga sebanyak 3.201 jiwa dengan komposisi penduduk laki – laki sebanyak 5.521 jiwa dan perempuan sebanyak 5.714 jiwa.

A. Kondisi Fisik

Tabel III-9 Indikator Kekumuhan Kelurahan Pandukuhan Kraton

No Parameter Persentase

1 Ketidakteraturan Bangunan 34%

2 Kepadatan Bangunan Tdk Sesuai Ketentuan 0%

3 Ketidaksesuaian dengan Persyaratan Teknis Bangunan

25%

4 Cakupan Pelayanan Jalan Lingkungan 3%

5 Kualitas Permukaan Jalan lingkungan 2%

2

1

Gambar III-14 Peta Kawasan Kelurahan Pasir Kraton Kramat

Foto Lokasi A. Kondisi Saluran Air di Kelurahan Pasir Kraton Kramat

Foto Lokasi B. Kondisi Jalan di Kelurahan Pasir Kraton Kramat

(47)

47

6 Ketersediaan Akses Aman Air Minum 15%

7 Tidak terpenuhinya Kebutuhan Air Minum 0%

8 Ketidakmampuan Mengalirkan Limpasan Air 0%

9 Ketidaktersediaan Drainase 16%

10 Ketidakterhubungan dengan Sistem Drainase Perkotaan

12%

11 Tidak terpeliharanya Drainase 15%

12 Kualitas Konstruksi Drainase 10%

13 Sistem Pengelolaan Air Limbah Tidak Sesuai Standar Teknis

36%

14 Sapras Pengelolaan Air Limbah Tidak Sesuai Persyaratan Teknis

13%

15 Sapras Persampahan Tidak Sesuai dengan persyaratan Teknis

56%

16 Sistem Pengelolaan Persampahan yang tidak sesuai Standar Teknis

62%

17 Tidak terpeliharanya Sapras Pengelolaan Persampahan

49%

18 Ketidaktersediaan Prasarana Proteksi Kebakaran 37%

19 Ketidaktersediaan Sarana Proteksi Kebakaran 37%

(48)

48 Grafik III-8 Indikator Kekumuhan Kelurahan Pandukuhan Kraton

B. Kondisi Non Fisik

1. Legalitas pendirian bangunan

- 21% bangunan hunian yang memiliki IMB

- 85%Lahan bangunan hunian memiliki SHM/HGB/Surat 2. Kepadatan penduduk

75 jiwa/ha

3. Mata pencarian penduduk

80% Mata pencaharian utama rumah tangga adalah Perdagangan/jasa (guru, tenaga kesehatan, hotel, dll) (Unit rumah tangga)

4. Pengunaan daya listrik

51% masyarakat mayoritas mengunakan daya listrik 450watt per unit rumah tangga.

5. Fasilitas pelayanan kesehatan

Mayoritas Rumah tangga dikawasan permukiman 62% menggunakan fasilitas kesehatan di Puskesmas/Pustu (Unit rumah tangga)

6. Fasilitas pelayanan pendidikan

(49)

49 55% Mayoritas Rumah tangga memiliki usia wajib belajar 9 Tahun (SD- SMP) memperoleh akses pendidikan dasar di Dalam kelurahan/kecamatan yang sama (Unit rumah tangga)

C. Permukiman Kumuh Luas total

1. Kawasan kumuh : 16,03 hektar 2. Non kumuh : 65,77 hektar

Foto Lokasi A. Genangan Air dan Sampah di Kelurahan Pandukuhan Kraton

Foto Lokasi B. Genangan Air dan Sampah di Lingkungan Rumah Warga di Kelurahan

Pandukuhan Kraton

A dan B

Gambar III-9 Peta Permukiman Kumuh Kelurahan Pandukuhan Kraton

(50)

50 D. Letak dan Tipologi Permukiman Kumuh

1. Letak dan tipologi di Kelurahan Padukuhan Kraton berada didataran rendah dan tepian air.

2. Karakter Lahan dan kawasan yaitu lahan datar

3. Kawasan berdekatan dengan fasilitas/sarana kota yaitu pertokoan,perkantoran, dan industri kecil.

3.2.4.Permukiman Kumuh Kawasan Pesisir Timur 3.2.4.1 Permukiman Kumuh Kelurahan Panjang Baru

Kelurahan Panjang Baru Kecamatan Pekalongan Utara memiliki luas 180,6852 Ha dengan jumlah penduduk 14.623 jiwa, jumlah kepala keluarga sebanyak 4.358 KK dengan komposisi penduduk laki – laki sebanyak 7.100 Jiwa dan perempuan sebanyak 7.523 jiwa.

A. Kondisi Fisik

Tabel III-10 Indikator Kekumuhan Kelurahan Panjang Baru

No Parameter Persentase

1 Ketidakteraturan Bangunan 13%

2 Kepadatan Bangunan Tdk Sesuai Ketentuan 0%

3 Ketidaksesuaian dengan Persyaratan Teknis Bangunan

29%

4 Cakupan Pelayanan Jalan Lingkungan 2%

5 Kualitas Permukaan Jalan lingkungan 0%

6 Ketersediaan Akses Aman Air Minum 6%

7 Tidak terpenuhinya Kebutuhan Air Minum 2%

8 Ketidakmampuan Mengalirkan Limpasan Air 51%

9 Ketidaktersediaan Drainase 31%

10 Ketidakterhubungan dengan Sistem Drainase Perkotaan

11%

11 Tidak terpeliharanya Drainase 46%

12 Kualitas Konstruksi Drainase 17%

13 Sistem Pengelolaan Air Limbah Tidak Sesuai Standar Teknis

24%

Gambar

Tabel III-2 Indikator Kekumuhan Kelurahan Krapyak
Gambar III-2 Permukiman Kumuh Kelurahan Krapyak
Foto Lokasi B. Kondisi Saluran Air Tertutup  dengan Sampah dan Pasir di Kelurahan Krapyak
Foto Lokasi A. Kondisi Jalan Berdebu di  Kelurahan Poncol
+7

Referensi

Dokumen terkait

Dalam kerja sama tersebut, Balai Bahasa Sulawesi Selatan berperan sebagai Perpanjangan tangan Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa, Kementerian Pendidikan dan

Penulis mencoba membangun sebuah analisa dan perancangan sistem informasi yang akan membantu untuk mempermudah dalam pengolahan data Mahasiswa baru yang meliputi data

Evaluasi program dan umpan balik, dilakukan terhadap keseluruhan pelaksanaan program pengabdian. Pada kegiatan ini akan dievaluasi kelebihan dan kekurangan teknik

Unggul program studi diartikan bahwa semua program studi mampu mengembangkan pusat pusat unggulan ilmu pengetahuan dan teknologi kesehatan masing masing, sesuai

Penyebab kenakalan remaja di Desa Peron diantaranya; (1) keluarga , orang tua yang kurang menjalin komunikasi dengan anak remajanya, sehingga perhatian dan

Dengan cara yang sama diperoleh kadar protein untuk sampel nomor 2 sampai nomor 6 dan perhitungan yang sama untuk penetapan kadar protein murni juga untuk perhitungan hasil

KKNI ini sudah dirancang sejak tahun 2014, sehingga implementasi kurikulum KKNI ini perlu dilakukan penelitian sekaligus sebagai evaluasi, apakah kurikulum

Selain itu dalam kerjasama Indonesia dan Norwegia sebagai negara demokrasi tercipta suatu hubungan yang damai dan diperkuat melalui kerjasama, dan tentunya tidak terlepas