• Tidak ada hasil yang ditemukan

I.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "I.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN"

Copied!
6
0
0

Teks penuh

(1)

BAB 1 PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang

International Pharmaceutical Manufacturers Group (IPMG), asosiasi perusahaan farmasi internasional yang beroperasi di Indonesia, memaparkan peluang dan tantangan industri farmasi di Tanah Air pada 2017. IPMG menunjukkan sikap optimistis dengan pertumbuhan industri farmasi di Indonesia. Menurut data IMS Health, pasar industri farmasi tumbuh 7,49% hingga kuartal keempat 2016, lebih tinggi dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya sebesar 4,92%. IPMG memperkirakan pertumbuhan ini akan berlanjut pada 2017. Menurut data Business Monitor Internasional (BMI) proporsi belanja kesehatan dan PDB Indonesia terus tumbuh pada setiap tahunya. Belanja kesehatan pada tahun 2015 di Indonesia mencapai US$ 21.7 miliar, tumbuh sekitar 6% dari tahun sebelumnya. Pertumbuhan dan porsi belanja kesehatan di Indonesia cukup besar di Asia Tenggara dan diperkirakan akan terus tumbuh sekitar 6% setiap tahun sampai tahun 2018.

Peran industri farmasi membantu pemerintah untuk memenuhi kebutuhan dan ketersediaan obat sehingga dapat memenuhi kebutuhan masyarakat dan melindungi masyarakat terhadap peredaran obat dan bahan obat yang tidak memenuhi persyaratan keamanan, khasiat/manfaat dan mutu. Mencapai tujuan tersebut di perlukan dukungan Pedagang Besar Farmasi (PBF) karena dalam mendistribusikan produk, industri farmasi harus menggunakan jasa PBF. Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 1148/Menkes/PER/VI/2011 PBF perusahaan berbentuk badan hukum yang memiliki izin untuk pengadaan, penyimpanan, penyaluran obat dan/atau bahan obat dalam jumlah besar sesuai ketentuan peraturan perundang- undangan yang berlaku. Izin PBF berlaku 5 tahun dan dapat diperpanjang selama memenuhi persyaratan. PBF sebagai middleman dari pabrik obat ke fasilitas pelayanan kesehatan seperti apotek, instalasi farmasi rumah sakit, Puskesmas, toko obat dan toko-toko umum lainnya dengan menggunakan layanan medical representative. Selain itu, PBF merupakan distributor obat yang memasarkan produknya kepada PBF atau PBF cabang lainnya serta fasilitas pelayanan kefarmasian meliputi apotek, instalasi farmasi rumah sakit, puskesmas, klinik, dan toko obat.

Menurut data dari BMI tercatat pada tahun 2010 terdapat sekitar 2.855 PBF dengan apotek sebanyak 16.603 gerai dan toko obat 8.447 gerai di Indonesia. Di jalur retail, persentase obat yang dipasarkan melalui apotek sekitar 43%, melalui toko-toko umum sebesar 18%, melalui toko obat

(2)

14%, melalui dokter 13% dan melalui rumah sakit sebesar 12%. Data yang diterbitkan oleh Direktorat Jenderal Bina Farmasi dan Alat Kesehatan 2011, mencatat bahwa industri farmasi mengalami pertumbuhan setiap tahunnya dapat dilihat pada Gambar I.2

Gambar I. 1 Pertumbuhan Farmasi Tahun 2007-2010

(Sumber : Direktorat Jenderal Bina Farmasi dan Alat Kesehatan 2011)

Berdasarkan Gambar I.2 Pertumbuhan industri farmasi juga didukung oleh pengembangan fasilitas distribusi farmasi. Selama tahun 2007-2010, apotek tumbuh rata-rata 35% per tahun, ini merupakan kenaikan tertinggi di antara jalur distribusi lainnya.

PT XYZ merupakan salah satu perusahaan berbentuk badan hukum yang memiliki izin untuk pengadaan, penyimpanan, penyaluran obat dalam jumlah besar sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku. PT XYZ telah memiliki izin dari Direktorat Jendral Binfar Kementrian Kesehatan Republik Indonesia untuk mendistribusikan obat ke seluruh Indonesia. PT XYZ lebih menfokuskan penjualan di wilayah domisili yaitu Sumatera Barat. Berdasarkan analisa pemilik (owner) dan atas permintaan principal dan perusahaan baru yang bekerjasama, PT XYZ akan membuka kantor cabang di Kabupaten Pasaman Barat untuk mengoptimalkan ditribusi obat diwilayah tersebut. Pemilihan lokasi juga berdasarkan data dari Kementrian Kesehatan Republik Indonesia bahwa tidak terdapat PBF di daerah tersebut dapat dilihat pada Gambar I.3.

(3)

Gambar I. 2 Rekapitulasi PBF Sumatra Barat

(Sumber : Data Kementrian Kesehatan Republik Indonesia Tahun 2016)

Berdasarkan Data Kementrian Kesehatan Republik Indonesia tahun 2016 terdapat 52 PBF yang berdiri di Sumatera Barat. Perusahan yang bergerak di bidang distributor obat ini tersebar di beberapa wilayah, yaitu 48 perusahaan berada di kota Padang, kemudian 2 perusahaan berada di kota Solok, dan masing-masing satu perusahan di kota Pariaman dan kota Padang Panjang.

Kabupaten Pasaman Barat berjarak 264,5 km dari kota Padang sehingga akan menyulitkan distribusi ke daerah tersebut karena jarak yang di tempuh terbilang lama dan sulit, sedangkan penjualan untuk wilayah tersebut termasuk yang baik berdasarkan data penjualan PT XYZ pusat.

Berdasarkan rencana pemilik (owner) akan membuka cabang PT XYZ di kabupaten Pasaman Barat dengan wilayah target pasar meliputi kabupaten Pasaman Barat, kabupaten Pasaman, kabupaten Agam, dan kabupaten Padang Pariaman karena adanya kerjasaman dengan dua principal dan perusahaan farmasi baru yaitu PT. Bintang Toejdjoeh dan PT. SAKA FARMA.

Untuk itu perlu dilakukan analisis kelayakan bisnis untuk mengetahui kelayakan dari pembukaan cabang pada Kabupaten Pasaman Barat yang ditinjau dari aspek pasar, aspek teknis, aspek manajemen, dan aspek keuangan. Membuka cabang baru diharapkan dapat meningkatkan

(4)

pemasaran dan meningkatkan kuantitas barang/obat serta mengurangi biaya-biaya operasional, dan lain sebagainya.

I.2 Perumusan Masalah

Dari latar belakang yang telah dipaparkan, penulis mencoba merumuskan masalah sebagai berikut :

1 Bagaimana analisis kelayakan pembukaan cabang PT XYZ ditinjau dari aspek pasar?

2 Bagaimana analisis kelayakan pembukaan cabang PT XYZ ditinjau dari aspek teknis?

3 Bagaimana analisis kelayakan pembukaan cabang PT XYZ ditinjau dari aspek manajemen?

4 Bagaimana analisis kelayakan pembukaan cabang PT XYZ ditinjau dari aspek keuangan?

Dalam hal ini indikator yang akan digunakana adalah NPV, IRR, dan PBP 5 Bagaimana analisis sensitivitas pembukaan cabang PT XYZ?

I.3 Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian berdasarkan perumusan masalah pada penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Menganalisis kelayakan pembukaan cabang PT XYZ ditinjau dari aspek pasar.

2. Menganalisis kelayakan pembukaan cabang PT XYZ ditinjau dari aspek teknis.

3. Menganalisis kelayakan pembukaan cabang PT XYZ ditinjau dari aspek manajemen

4. Menganalisis kelayakan pembukaan cabang PT XYZ ditinjau dari aspek keuangan dengan indikator NPV, IRR, dan PBP.

5. Menganalisis tingkat sensitivitas pembukaan cabang PT XYZ I.4 Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi salah satu data pendukung bagi PT XYZ mendapatkan informasi kelayakan bisnis ditinjau dari aspek pasar, aspek teknis, aspek manajemen, dan aspek keuangan dalam pertimbangan pengambilan keputusan investasi pembukaan cabang di kabupaten Pasaman Barat. Mengetahui keuntungan yang diperoleh dan mengetahui tingkat pengembalian investasi. Mengetahui variabel-variabel yang mempengaruhi kelayakan pembukaan cabang PT XYZ.

(5)

I.5 Batasan Penelitian

Pembatasan masalah yang akan diteliti diperlukan agar penelitian tidak terlalu luas dan menyimpang dari tujuan semula. Batasan-batasan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Suku bunga, inflasi, pajak, dan kondisi ekonomi lainnya dianggap tetap selama periode analisis.

2. Jenis produk tidak di bedakan karena jenis produk yang dijual oleh PT ZYX terlalu beragam yakni lebih dari 800 jenis produk.

I.6 Sistematika Penulisan

Penelitian ini diuraikan dengan sistematika penulisan yang terdiri dari lima bagian, dengan rincian sebagai berikut:

BAB I Pendahuluan

Merupakan bagian pertama dalam penelitian ini yang memaparkan latar belakang, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, batasan penelitian, dan sistematika penulisan atas studi pada analisis kelayakan pembukaan cabang PT XYZ di kabupaten Pasaman Barat.

BAB II Landasan Teori

Merupakan bagian kedua dalam penelitian ini yang memaparkan studi literatur yang berkaitan dengan teori-teori yang digunakan pada penelitian analisis kelayakan. Sehingga seluruh teori yang digunakan dalam pelaksanaan penelitian relevan dengan permasalahan yang diteliti dan dapat dibuktikan.

BAB III Metodologi Penelitian

Merupakan bagian ketiga dalam penelitian yang membahas mengenai metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini. Langkah-langkah penyelesaian masalah penelitian analisis kelayakan secara rinci dan sesuai dengan tujuan penelitian.

BAB IV Pengumpulan dan Pengolahan Data

Merupakan bagian keempat yang memaparkan pembahasan mengenai proses pengumpulan dan pengolahan data yang dibutuhkan dalam penelitian.

BAB V Analisis Data

(6)

Merupakan bagian kelima yang memaparkan analisis yang dilakukan terhadap data-data yang telah dikumpulkan dan diolah.

BAB VI Kesimpulan dan Saran

Merupakan bagian terakhir dari penelitian yang memaparkan kesimpulan dari hasil pengolahan data yang telah dilakukan yang berdasarkan tujuan penelitian dan selanjutnya diberikan saran berdasarkan hasil penelitian.

Gambar

Gambar I. 1 Pertumbuhan Farmasi Tahun 2007-2010
Gambar I. 2 Rekapitulasi PBF Sumatra Barat

Referensi

Dokumen terkait

Untuk “rule” dengan “premis” majemuk yang dihubungkan dengan operator ‘dan’ atau ‘atau’ dimana masing-masing memiliki nilai faktor kepastian sendiri- sendiri, maka

Saat ini Ricky memang sudah terjun langsug di perusahaan sebagai manajer operasional, namun incumbent masih turut berperan dalam hal operasional sehingga hal

penyiapan pemberian bimbingan teknis dan supervisi di bidang kesehatan maternal dan neonatal, balita dan anak prasekolah, usia sekolah dan remaja, usia reproduksi

Data hasil penelitian jawaban 95 orang responden mengenai variabel kepuasan pelanggan(Y) dikumpulkan melalui pernyataan yang terdiri dari 15butir

Pembelajaran bangun ruang sisi datar dengan pendekatan Guided Discovery berbantuan GeoGebra lebih efektif dibandingkan dengan pembelajaran bangun ruang sisi

Apakah Dinas Kesehatan memiliki peta kapasitas atau data kapasitas sumber daya yang dapat digunakan untuk penanggulangan krisis kesehatan. (SDM, Sarana

Kebijakan yang diambil guru wali kelas V Sekolah Dasar Negeri 156/1 Bulian Baru dengan menerapkan pelaksanaan pembelajaran jarak jauh dalam jaringan dan luar jaringan dengan