• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II KAJIAN TEORI. 1. Pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) SMP/MTs

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB II KAJIAN TEORI. 1. Pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) SMP/MTs"

Copied!
37
0
0

Teks penuh

(1)

8 A. Kajian Teori

1. Pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) SMP/MTs a. Pengertian Pembelajaran

Oemar Hamalik (2007: 57) mengungkapkan bahwa pembelajaran adalah suatu kombinasi yang tersusun meliputi unsur-unsur manusiawi, material, fasilitas, perlengkapan dan prosedur yang saling mempengaruhi mencapai tujuan pembelajaran. Winkel (1991: 18) berpendapat bahwa pembelajaran adalah separangkat tindakan yang dirancang untuk mendukung proses belajar siswa, dengan memperhitungkan kejadian-kejadian ekstrim yang berperan terhadap rangkaian kejadian-kejadian intern yang berlangsung dialami siswa.

Isjoni (2010: 14) menyatakan bahwa pembelajaran pada dasarnya merupakan upaya guru untuk membantu siswa melakukan suatu kegiatan belajar. Tujuan pembelajaran adalah terwujudnya efsiensi dan efektivitas kegiatan belajar yang dilakukan oleh siswa. Pihak-pihak yang terlibat dalam pembelajaran adalah guru dan siswa yang berinteraksi edukatif antara satu dengan yang lainnya.

(2)

plan to promote learning. Hal tersebut menerangkan bahwa kegiatan pembelajaran memiliki makna sebagai cara yang digunakan oleh guru, perancang media, ahli kurikulum dan yang lainnya yang ditujukan untuk mengembangkan rencana yang terorganisir guna keperluan belajar.

Berdasarkan uraian di atas, maka kesimpulan makna pembelajaran adalah suatu proses di mana lingkungan belajar di kelola secara sengaja oleh pendidik untuk melibatkan peran aktif siswa dalam pemindahan pengetahuan, sikap, dan keterampilan.

b. Pengertian Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS)

Diah Harianti (2006: 7) berpendapat bahwa Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) merupakan integrasi dari berbagai cabang ilmu-ilmu sosial seperti: sosiologi, sejarah, geografi, ekonomi, politik, hukum, dan budaya. Ilmu Pengetahuan Sosial dirumuskan atas dasar realitas dan fenomena sosial yang mewujudkan satu pendekatan interdisipliner dari aspek dan cabang-cabang ilmu-ilmu sosial (sosiologi, sejarah, geografi, ekonomi, politik, hukum, dan budaya). IPS atau studi sosial itu merupakan bagian dari kurikulum sekolah yang diturunkan dari isi materi cabang-cabang ilmu-ilmu sosial: sosiologi, sejarah, geografi, ekonomi, politik, antropologi, filsafat, dan psikologi sosial.

(3)

“Social studies is intregrated study of the social sciences and humanities to promote civic competence. Within the school program, social studies provides coordinated, systematic study drawing upon such disiplines as antropology, archaelogy, economic, geography, history, law, philosphy, political science, psychology, religion, and sociology, as well as appropriate content from the humanities, mathematics, and the natural sciences”.

Terkait dengan pengertian tersebut, Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) dapat dikatakan sebagai mata pelajaran di sekolah yang dirumuskan atas dasar realitas dan fenomena sosial yang diorganisasikan dengan satu pendekatan interdisipliner, multidisipliner, atau transdisipliner dari ilmu-ilmu sosial dan humaniora (sosiologi, ekonomi, geografi, sejarah, politik, hukum, budaya, psikologi sosial dan ekologi).

(4)

Salah satu karakteristik mata pelajaran IPS adalah materi-materi IPS disusun berdasar atas realita peristiwa-peristiwa yang terjadi di dalam masyarakat. Hal tersebut diperkuat oleh Trianto (2010: 174-175) yang mengemukakan beberapa karakteristik mata pelajaran IPS di SMP/MTs yaitu sebagai berikut:

1) Ilmu Pengetahuan Sosial merupakan penggabungan dari unsur-unsur geografi, sejarah, ekonomi, hukum dan politik, kewarganegaraan, sosiologi, bahkan juga bidang humaniora, pendidikan, dan agama.

2) Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar Ilmu Pengetahuan Sosial berasal dari struktrur keilmuan geografi, sejarah, ekonomi, dan sosiologi, yang dikemas sedemikian rupa sehingga menjadi tema tertentu.

3) Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar Ilmu Pengetahuan Sosial juga menyangkut berbagai peristiwa, perubahan kehidupan masyarakat, masalah sosial masyarakat yang dirumuskan dengan pendekatan interdisipliner dan multidisipliner.

(5)

c. Tujuan Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS)

Mengenai tujuan ilmu pengetahuan sosial (pendidikan IPS), para ahli sering mengaitkannya dengan berbagai sudut kepentingan dan penekanan dari program pendidikan tersebut. Gross dalam Etin Solihatin (2007: 14) menyebutkan bahwa tujuan pendidikan IPS adalah untuk mempersiapkan siswa menjadi warga negara yang baik dalam kehidupannya di masyarakat. Secara tegas Gross mengatakan “to prepare student to be well-functioning citizens in a democratic society”. Tujuan lain dari pendidikan IPS adalah untuk mengembangkan kemampuan siswa menggunakan penalaran dalam mengambil keputusan setiap persoalan yang dihadapinya.

(6)

1) Mempunyai kesadaran dan kepedulian terhadap masyarakat atau lingkungannya, melalui pemahaman terhadap nilai-nilai sejarah dan kebudayaan masyarakat.

2) Mengetahui dan memahami konsep dasar dan mampu menggunakan metode yang diadaptasi dari ilmu-ilmu sosial yang kemudian dapat digunakan untuk memecahkan masalah-masalah sosial.

3) Dapat menggunakan model-model dan proses berpikir serta membuat keputusan untuk menyelesaikan isu dan masalah yang berkembang di masyarakat.

4) Memberikan perhatian terhadap isu-isu dan masalah-masalah sosial, dapat membuat analisis yang kritis, kemudian dapat mengambil tindakan yang tepat.

5) Dapat mengembangkan berbagai potensi sehingga mampu membangun diri sendiri agar survive yang kemudian bertanggung jawab membangun masyarakat.

Sementara Noman Sumantri (2001: 44) menyatakan bahwa tujuan Pendidikan IPS pada tingkat sekolah adalah:

1) Menekankan tumbuhnya nilai kewarganegaraan, moral, ideologi negara dan agama

(7)

NCSS dalam Sapriya (2009: 39) merumuskan tujuan social studies sebagai berikut: “the primary purpose of social studies is to help young people develop the ability to make informed and reasoned decisions for the public good as citizens of a culturally diverse, democratic society in an interdependent world”. Maksud dari rumusan tersebut adalah bahwa tujuan social studies untuk membantu kaum muda mengembangkan kemampuan untuk membuat keputusan informasi dan beralasan untuk kepentingan publik sebagai warga masyarakat budaya beragam, demokratis di dunia yang saling tergantung.

Berdasarkan beberapa pandangan mengenai tujuan IPS di atas, maka dapat ditarik kesimpulan bahwa tujuan IPS adalah untuk mempersiapkan peserta didik menjadi warga negara yang baik dalam kehidupannya di masyarakat.

d. Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar IPS SMP Tabel 1. SK KD IPS SMP Kelas VIII

Standar Kompetensi Kompetensi Dasar

1. Memahami

permasalahan sosial berkaitan dengan pertumbuhan jumlah penduduk

1.1 Mendeskripsikan kondisi fisik wilayah dan penduduk

1.2 Mengidentifikasi permasalahan kependudukan dan upaya penanggulangannya

1.3 Mendeskripsikan permasalahan lingkungan hidup dan upaya penanggulangannya dalam pembangunan berkelanjutan 1.4 Mendeskripsikan permasalahan

(8)

2. Memahami proses kebangkitan nasional

2.1 Menjelaskan proses perkembangan kolonialisme dan imperialisme Barat, serta pengaruh yang ditimbulkannya di berbagai daerah

2.2 Menguraikan proses terbentuknya kesadaran nasional, identitas Indonesia, dan perkembangan pergerakan kebangsaan Indonesia 3. Memahami masalah

penyimpangan sosial

3.1 Mengidentifikasi berbagai penyakit sosial (miras, judi, narkoba,

HIV/Aids, PSK, dan sebagainya) sebagai akibat penyimpangan sosial dalam keluarga dan masyarakat 3.2 Mengidentifikasi berbagai upaya

pencegahan penyimpangan sosial dalam keluarga dan masyarakat 4. Memahami kegiatan

pelaku ekonomi di masyarakat

4.1 Mendeskripsikan hubungan antara kelangkaan sumber daya dengan kebutuhan manusia yang tidak terbatas

4.2 Mendeskripsikan pelaku ekonomi: rumah tangga, masyarakat, perusahaan, koperasi, dan negara 4.3 Mengidentifikasi bentuk pasar dalam

kegiatan ekonomi masyarakat 5. Memahami usaha

persiapan kemerdekaan

5.1 Mendeskripsikan peristiwa-peristiwa sekitar proklamasi dan proses

terbentuknya negara kesatuan Republik Indonesia

5.2 Menjelaskan proses persiapan kemerdekaan Indonesia 6. Memahami pranata dan

penyimpangan sosial

6.1 Mendeskripsikan bentuk-bentuk hubungan sosial

6.2 Mendeskripsikan pranata sosial dalam kehidupan masyarakat

6.3 Mendeskripsikan upaya pengendalian penyimpangan sosial

7. Memahami kegiatan perekonomian

Indonesia

7.1 Mendeskripsikan permasalahan angkatan kerja dan tenaga kerja sebagai sumber daya dalam kegiatan ekonomi, serta peranan pemerintah dalam upaya penanggulangannya 7.2 Mendeskripsikan pelaku-pelaku

ekonomi dalam sistem perekonomian Indonesia

(9)

Sumber: http://goblogguru.wordpress.com/category/smp-ips-7-8-9/ Berdasarkan Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar di atas, maka yang digunakan dalam penelitian ini adalah standar kompetensi 6. Memahami Pranata dan Penyimpangan Sosial, dengan Kompetensi Dasar 6.2 Mendeskripsikan Pranata Sosial dalam kehidupan masyarakat dan 6.3 Mendeskripsikan Upaya Pengendalian Penyimpangan Sosial. 2. Motivasi Belajar

a. Pengertian Motivasi

Hamzah B. Uno (2008: 3) mengemukakan bahwa motivasi berperan penting dalam proses belajar mengajar. Motivasi dapat menumbuhkan gairah, rasa senang dan semangat untuk belajar. Motivasi berasal dari motif yang berarti kekuatan yang terdapat dalam diri individu, yang menyebabkan individu tersebut bertindak atau berbuat. Dimyati Dan Mudjiono (2009: 80) berpendapat bahwa motivasi belajar ialah kekuatan mental berupa keinginan, perhatian, kemauan, atau cita-cita. Anita Woollfolk (2004: 350) mengungkapkan bahwa “Motivation is usually defined as an internal state that arouses, directs, and maintains behaviour”. Motivasi sebagai suatu keadaan internal yang membangkitkan, mengarahkan, dan mempertahankan perilaku. Sedangkan Oemar Hamalik (2007: 173) menyatakan bahwa motivasi adalah suatu perubahan energi di dalam pribadi seseorang

perekonomian nasional

(10)

yang ditandai dengan timbulnya efektif dan reaksi untuk mencapai tujuan.

Berdasarkan pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa motivasi belajar adalah suatu dorongan atau daya penggerak dari dalam diri individu untuk mendapat perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan sebagai pengalaman individu itu sendiri dalam interaksinya dengan lingkungannnya.

b. Ciri –Ciri Motivasi

Sardiman (2009: 83) mengungkapkan bahwa ada beberapa ciri-ciri orang yang termotivasi, yaitu:

1) Tekun dalam menghadapi tugas (dapat bekerja terus menerus dalam waktu yang lama, tidak pernah berhenti sebelum selesai). 2) Ulet dalam menghadapi kesulitan (tidak lekas putus asa). Tidak

memerlukan dorongan dari luar untuk berprestasi sebaik mungkin (tidak cepat puas dengan prestasi yang telah dicapainya) 3) Menunjukan minat terhadap bermacam-macam masalah “untuk

orang dewasa (misalnya masalah pembangunan, agama, politik, ekonomi, keadilan, pemberantasan korupsi, penentangan terhadap setiap tindakan kriminal dan amoral)

4) Lebih senang bekerja mandiri

(11)

6) Dapat mempertahankan pendapatnya (jika sudah yakin akan sesuatu)

7) Tidak mudah melepaskan hal yang diyakini itu 8) Senang memecahkan masalah soal-soal

Hamzah B. Uno (2008: 23) berpendapat bahwa hakikat motivasi belajar adalah dorongan internal dan eksternal pada siswa yang sedang belajar untuk mengadakan perubahan tingkah laku pada umumnya dengan beberapa indikator meliputi :

1) Adanya hasrat dan keinginan untuk berhasil. 2) Adanya dorongan dan kebutuhan akan belajar. 3) Adanya harapan dan cita-cita akan masa depan. 4) Adanya penghargaan dalam belajar.

5) Adanya kegiatan yang menarik dalam belajar.

6) Adanya lingkungan belajar yang kondusif sehingga memungkinkan seorang siswa dapat belajar dengan baik.

Nana Sudjana (2002: 61) mengungkapkan bahwa motivasi siswa dapat dilihat dari beberapa hal, antara lain:

1) Minat dan perhatian siswa terhadap pelajaran.

2) Semangat siswa untuk melakukan tugas-tugas belajarnya.

3) Reaksi yang ditunjukan siswa terhadap stimulus yang diberikan guru.

(12)

Berdasarkan beberapa ciri-ciri dan indikator motivasi yang dikemukakan para ahli tersebut, yang menjadi indikator motivasi belajar siswa dengan Implementasi Metode Permainan Kapal Perang di kelas VIII B SMP Muhammadiyah 2 Depok yaitu adanya minat dan perhatian siswa terhadap pelajaran, semangat siswa dalam kegiatan belajar, tekun dalam menghadapi tugas, ulet dalam menghadapi kesulitan, dan senang memecahkan masalah soal-soal.

c. Fungsi Motivasi

Pentingnya motivasi bagi seseorang dalam melakukan sesuatu tidak dapat dipungkiri lagi, karena dengan adanya motivasi maka seseorang akan lebih bersemangat, tidak cepat berputus asa jika menghadapi suatu masalah dan bekerja, berusaha memperoleh hasil yang maksimal. Sebaliknya seseorang yang melakukan kegiatan tanpa ada motivasi yang kuat, maka seseorang akan nampak kurang bersemangat dan cepat putus asa jika menghadapi suatu masalah. Sardiman (2009: 85) berpendapat bahwa ada beberapa fungsi motivasi dalam belajar dan pembelajaran yaitu sebagai berikut :

1) Mendorong manusia untuk berbuat, jadi sebagai penggerak atau motor yang melepaskan energi. Motivasi dalam hal ini merupakan motor penggerak dari setiap kegiatan yang akan dikerjakan. 2) Menentukan arah perbuatan, yakni ke arah tujuan yang hendak

(13)

3) Menyeleksi perbuatan, yakni menentukan perbuatan perbuatan apa yang harus dikerjakan yang serasi guna mencapai tujuan, dengan menyisihkan perbuatan-perbuatan yang tidak bermanfaat bagi tujuan tersebut.

4) Motivasi dapat berfungsi sebagai pendorong usaha dan pencapaian prestasi. Adanya usaha yang tekun dan terutama didasari adanya motivasi, maka seseorang yang belajar itu akan dapat mencapai prestasi yang baik.

Berdasarkan fungsi motivasi di atas dapat disimpulkan bahwa fungsi motivasi adalah sebagai pendorong usaha untuk melakukan suatu aktivitas seperti halnya aktivitas belajar, di mana motivasi tersebut akan sangat penting bagi seseorang. Bahkan dapat dikatakan bahwa tinggi rendahnya motivasi akan sangat menentukan tingkat keberhasilan seseorang dalam melakukan aktivitasnya.

d. Cara Mengembangkan Motivasi

Sardiman (2009: 92-95) mengemukakan bahwa ada beberapa bentuk dan cara untuk menumbuhkan motivasi dalam kegiatan belajar mengajar di sekolah, antara lain:

(14)

2) Hadiah : hadiah dapat dijadikan sebagai alat motivasi. Hadiah itu dapat berupa penghargaan atau kenang-kenangan yang diberikan kepada siswa karena berprestasi, rangking satu, dua atau tiga dari siswa yang lain. Meskipun ada siswa yang tertarik dan ada siswa yang tidak tertarik.

3) Saingan atau kompetisi : saingan atau kompetisi dapat digunakan sebagai alat motivasi untuk mendorong siswa bersemangat belajar.

4) Ego-involvement: menumbuhkan kesadaran siswa akan pentingnya tugas dan menerimanya sebagai tantangan menjadikan siswa untuk bekerja keras dengan mempertaruhkan harga diri sebagai salah satu bentuk motivasi. Seseorang akan berusaha sekuat tenaga untuk mencapai hasil yang baik dengan tetap menjaga harga dirinya. Penyelesaiaan tugas dengan baik adalah simbol kebanggaan dan harga diri begitu juga untuk siswa. Siswa akan belajar dengan giat bisa jadi karena harga dirinya.

5) Memberi ulangan: ulangan dapat dijadikan sebagai sarana motivasi. Siswa akan belajar jauh-jauh hari karena adanya ulangan. Ulangan juga dapat dijadikan sebagai alat ukur prestasi siswa.

(15)

meningkat akan memotivasi siswa untuk terus belajar dengan suatu harapan hasilnya terus meningkat.

7) Pujian: memberikan pujian yang tepat akan memupuk suasana yang menyenangkan dan mempertinggi gairah belajar sekaligus membangkitkan harga diri.

8) Hukuman: pemberian hukuman secara tepat dapat dijadikan sebagai alat motivasi. Tepat disini maksudnya hukuman dengan pendekatan edukatif, atau hukuman yang mendidik. Tujuannya untuk memperbaiki sikap dan perbuatan perserta didik yang dianggap salah sehingga peserta didik tidak akan mengulanginya. 9) Hasrat untuk belajar: hasrat untuk belajar berkaitan dengan gejala psikis yang tidak berdiri sendiri, tetapi berhubungan dengan peserta didik yang didasarkan pada daya pendorong untuk belajar. 10) Minat: minat dapat dibangkitkan dengan adanya suatu kebutuhan untuk mendapatkan hasil yang baik. Minat akan menumbuhkan motivasi dalam diri peserta didik dalam belajar.

(16)

Menurut E. Mulyasa (2008: 114-115) ada beberapa prinsip yang dapat diterapkan untuk meningkatkan motivasi siswa, diantaranya: 1) Siswa akan belajar lebih giat apabila tema yang dipelajari

menarik, dan berguna bagi dirinya.

2) Tujuan pembelajaran harus disusun dengan jelas dan diinformasikan kepada siswa sehingga mereka mengetahuinya dengan jelas, siswa juga dapat dilibatkan dalam penyusunan tujuan tersebut.

3) Siswa harus selalu diberi tahu tentang hasil belajarnya.

4) Pemberian pujian dan hadiah lebih baik daripada hukuman, namun sewaktu-waktu hukuman juga diperlukan.

5) Manfaatkan sikap-sikap, cita-cita dan rasa ingin tahu siswa. 6) Usahakan untuk memperhatikan perbedaan individu siswa, misal

perbedaan kemampuan, latar belakang dan sikap terhadap sekolah atau subjek tertentu.

(17)

Hamzah B. Uno (2008: 34-37), menyatakan bahwa ada beberapa teknik motivasi yang dapat dilakukan dalam pembelajaran sebagai berikut:

1) Adanya pernyataan penghargaan secara verbal.

2) Menggunakan nilai ulangan sebagai pemacu keberhasilan. 3) Menimbulkan rasa ingin tahu.

4) Memunculkan sesuatu yang tidak diduga oleh siswa. 5) Menjadikan tahap awal dalam belajar mudah bagi siswa.

6) Menggunakan materi yang dikenal siswa sebagai contoh dalam belajar.

7) Menuntut siswa untuk menggunakan hal-hal yang telah dipelajari sebelumnya.

8) Menggunakan simulasi dan permainan.

9) Memberikan kesempatan kepada siswa untuk memperlihatkan kemahirannya di depan umum.

10) Memanfaatkan kewibawaan guru secara tepat. 11) Memperpadukan motif-motif yang kuat.

12) Memperjelas tujuan belajar yang akan dicapai. 13) Merumuskan tujuan-tujuan sementara.

14) Membuat suasana persaingan yang sehat di antara siswa. 15) Memberikan contoh yang positif.

(18)

memahami dan menjelaskan perilaku individu, termasuk perilaku individu yang sedang belajar. Adanya motivasi dalam kegiatan belajar mengajar akan berdampak baik pada hasil belajar.

3. Teori Yang Mendukung Metode Permainan Kapal Perang a. Model Pembelajaran Kooperatif

1) Model Pembelajaran

Agus Suprijono (2011: 46) yang mengungkapkan bahwa model pembelajaran adalah pola yang digunakan sebagai pedoman dalam merencanakan pembelajaran di kelas maupun tutorial. Model pembelajaran juga menurutnya didefinisikan sebagai kerangka konseptual yang melukiskan prosedur sistematis dalam mengorganisasikan pengalaman belajar untuk mencapai tujuan belajar.

Rusman (2011: 132) menyatakan bahwa model pembelajaran biasanya disusun berdasarkan berbagai prinsip atau teori pengetahuan. Model-model pembelajaran yang ditemukan berdasarkan teori pengetahuan yang sudah ada itu tentu nantinya dapat diubah, diuji kembali, dikembangkan, dan selanjutnya dapat diterapkan dalam kegiatan pembelajaran berdasarkan pola pembelajaran yang digunakan.

(19)

digunakan sebagai pedoman dalam merencanakan pembelajaran di kelas atau pembelajaran dalam tutorial.

Selain penjelasan mengenai definisi dari model pembelajaran, penting juga untuk mengetahui tujuan dan fungsi dari model pembelajaran. Menurut Isjoni (2010: 8) tujuan dari model pembelajaran yaitu untuk meningkatkan motivasi belajar, sikap belajar di kalangan siswa, mampu berpikir kritis, memiliki keterampilan sosial, dan pencapaian hasil pembelajaran yang lebih optimal. Sedangkan fungsi model pembelajaran menurut Trianto (2010: 52) yaitu sebagai pedoman bagi perancang pengajaran dan para guru dalam melaksanakan pembelajaran.

Berdasarkan uraian di atas dapat di simpulkan bahwa model pembelajaran merupakan suatu pola yang digunakan sebagai pedoman dalam merencanakan pembelajaran di kelas atau prosedur sistematis dalam mengorganisasikan pengalaman belajar untuk mencapai tujuan belajar.

2) Pengertian Pembelajaran Kooperatif

(20)

kelompok kecil siswa untuk bekerja sama dalam memaksimalkan kondisi belajar untuk mencapai tujuan belajar Sugiyanto (2010: 37). Slavin dalam Etin Solihatin (2007: 4) berpendapat bahwa Cooperative Learning lebih dari sekedar belajar kelompok atau kelompok, karena belajar dalam model Cooperative Learning harus ada struktur dorongan dan tugas yang bersifat kooperatif sehingga memungkinkan terjadinya interaksi secara terbuka dan hubungan-hubungan yang bersifat interdependensi yang efektif di antara anggota kelompok.

Mohammad Nur (2005: 1) menyatakan bahwa model pembelajaran kooperatif merupakan teknik-teknik kelas praktis yang dapat digunakan setiap hari untuk membantu siswanya belajar setiap mata pelajaran, mulai dari ketrampilan dasar sampai pemecahan masalah yang kompleks. Model pembelajaran Cooperative Learning menempatkan siswa sebagai bagian dari suatu sistem kerja sama dalam mencapai suatu hasil yang optimal dalam belajar. Anita Lie dalam Sugiyanto (2010: 6) menyatakan bahwa pembelajaran kooperatif menciptakan interaksi yang asah, asih dan asuh sehingga tercipta masyarakat belajar (Learning Community).

(21)

kerjasama atau diskusi dengan teman satu kelompok dan kelompok lain.

3) Keunggulan dan Kelemahan Pembelajaran Kooperatif

Seperti halnya dengan model pembelajaran yang lain, model Cooperative Learning juga mempunyai keunggulan dan kelemahan. Keunggulan yang ada pada model Cooperative Learning dikemukakan oleh Slavin (2005: 1) bahwa pembelajaran kooperatif dapat memotivasi seluruh siswa, memanfaatkan seluruh energi sosial siswa, saling mengambil tanggung jawab. Selain itu, model pembelajaran kooperatif membantu siswa belajar setiap mata pelajaran, mulai dari ketrampilan dasar sampai pemecahan masalah yang kompleks.

Pendapat lain dari Arends (2008: 6) yang menyatakan bahwa Cooperative Learning memberikan kesempatan kepada siswa- siswa dengan latar belakang dan kondisi yang beragam untuk bekerja secara interdependen pada tugas yang sama, dan melalui penggunaan struktur reward cooperatif, belajar untuk saling mengahargai.

Sedangkan menurut Wina Sanjaya (2009: 249-250) keunggulan pembelajaran kooperatif sebagai suatu strategi pembelajaran diantaranya:

(22)

kepercayaan kemampuan berpikir sendiri, menemukan informasi dari berbagai sumber, dan belajar dari siswa yang lain.

b) Model pembelajaran kooperatif dapat mengembangkan kemampuan mengungkapkan ide atau gagasan dengan kata- kata secara verbal dan membandingkannya dengan ide- ide orang lain.

c) Model pembelajaran kooperatif dapat membantu anak untuk respek pada orang lain dan menyadari akan segala keterbatasannya serta menerima segala perbedaan.

d) Model pembelajaran kooperatif dapat membantu setiap siswa untuk lebih bertanggung jawab dalam belajar.

e) Model pembelajaran kooperatif merupakan suatu strategi yang cukup ampuh untuk meningkatkan prestasi akademik sekaligus kemampuan sosial, termasuk mengembangkan rasa harga diri, hubungan interpersonal yang positif dengan yang lain, mengembangkan keterampilan me-manage waktu, dan sikap positif terhadap sekolah.

(23)

g) Model pembelajaran kooperatif dapat meningkatkan kemampuan siswa menggunakan informasi dan kemampuan belajar abstrak menjadi nyata (riil).

h) Adanya interaksi selama model pembelajaran kooperatif berlangsung dapat meningkatkan motivasi dan memberikan rangsangan untuk berpikir.

Di samping keunggulan, model pembelajaran kooperatif juga memiliki keterbatasan. Berikut ini kelemahan dari model pembelajaran kooperatif menurut Wina Sanjaya (2009: 250-251), adalah sebagai berikut:

a) Butuh waktu untuk memahami dan mengerti filosofis model pembelajaran kooperatif.

b) Ciri utama dari model pembelajaran kooperatif adalah bahwa siswa saling membelajarkan.

c) Penilaian yang diberikan dalam model pembelajaran kooperatif didasarkan kepada hasil kerja kelompok. Namun demikian, guru perlu menyadari bahwa sebenarnya hasil atau prestasi yang diharapkan adalah prestasi setiap individu siswa.

(24)

e) Walaupun kemampuan bekerja sama merupakan kemampuan yang sangat penting untuk siswa, akan tetapi banyak aktivitas dalam kehidupan yang hanya didasarkan kepada kemampuan secara individual. Idealnya melalui model pembelajaran kooperatif selain siswa belajar bekerja sama, siswa juga harus belajar bagaimana membangun kepercayaan diri. Untuk mencapai kedua hal itu dalam model pembelajaran kooperatif memang bukan pekerjaan yang mudah.

4) Unsur-Unsur Pembelajaran Kooperatif

Anita Lie (2008: 31-35) menyatakan ada lima unsur model pembelajaran kooperatif harus diterapkan :

a) Saling Ketergantungan Positif

Keberhasilan suatu karya sangat bergantung pada usaha setiap anggotanya. Untuk menciptakan kelompok kerja yang efektif, pengajar perlu menyusun tugas sedemikian rupa sehingga setiap anggota kelompok harus menyelesaikan tugasnya sendiri agar yang lain bisa mencapai tujuan mereka. b) Tanggung Jawab Perseorangan

(25)

dalam penyusunan tugasnya. Pengajar yang efektif dalam model pembelajaran Cooperative Learning membuat persiapan dan menyusun tugas sedemikian rupa sehingga masing-masing anggota kelompok harus melaksanakan tanggung jawabnya sendiri agar tugas selanjutnya dalam kelompok bisa dilaksanakan.

c) Tatap Muka

Setiap kelompok harus diberikan kesempatan untuk bertemu muka dan berdiskusi. Kegiatan interaksi ini akan memberikan para pembelajar untuk membentuk sinergi yang menguntungkan semua anggota. Hasil pemikiran beberapa kepala akan lebih kaya daripada hasil pemikiran dari satu kepala. Lebih jauh lagi, hasil kerja sama ini jauh lebih besar daripada jumlah hasil masing-masing anggota. Inti dari sinergi ini adalah menghargai perbedaan, memanfaatkan kelebihan dan mengisi kekurangan masing-masing.

d) Komunikasi Antar Anggota

(26)

untuk saling mendengarkan dan kemampuan mereka untuk mengutarakan pendapat meraka.

e) Evaluasi Proses Kelompok

Pengajar perlu menjadwalkan waktu khusus bagi kelompok untuk mengevaluasi proses kerja kelompok dan hasil kerja sama mereka agar selanjutnya bisa bekerja sama dengan lebih efektif. Waktu evaluasi ini tidak perlu diadakan setiap kali ada kerja kelompok, tetapi bisa diadakan selang beberapa waktu setelah beberapa kali pembelajar terlibat dalam kegiatan pembelajaran Cooperative Learning.

Unsur-unsur pembelajaran kooperatif tersebut harus ada untuk menilai proses pembelajaran kooperatif tersebut sudah dapat berjalan dengan baik atau belum. Dan unsur-unsur tersebut merupakan penentu masing-masing individu untuk memperoleh hasil belajar yang maksimal.

5) Model-Model Pembelajaran Kooperatif

Rusman (2011: 213-225) berpendapat bahwa ada banyak metode pembelajaran kooperatif yang telah diujikan terhadap peserta didik dan jenis-jenis ini akan terus bertambah seiring dilakukan banyak penelitian terhadap Cooperative Learning, jenis-jenis tersebut meliputi :

(27)

c) Investigasi kelompok (Group Investigation) d) Make a match (membuat pasangan)

e) TGT (Team Game Tournament) f) Model Struktural

Salah satu jenis pembelajaran kooperatif yang melandasi teori adanya metode Permainan Kapal Perang yaitu metode Team Game Tournament (TGT). Metode Permainan Kapal Perang merupakan variasi dari teknik Teams Game Tournament (TGT).

b. TGT (Teams Games Tournament) Sebagai Teori Yang Melandasi Metode Permainan Kapal Perang

(28)

1) Presentasi Kelas/pembelajaran

Pada awal pembelajaran guru menyampaikan materi dalam penyajian kelas, biasanya dilakukan dengan pengajaran langsung atau dengan ceramah, dan diskusi yang dipimpin guru. Disamping itu, guru juga menyampaikan tujuan, tugas, atau kegiatan yang harus dilakukan siswa, dan memberikan motivasi.

2) Tim/ kelompok belajar

Guru membagi siswa dalam kelompok-kelompok kecil. Siswa bekerja dalam kelompok yang terdiri atas 5 orang yang anggotanya heterogen dilihat dari kemampuan akademik, jenis kelamin, dan ras atau etnik yang berbeda. Dengan adanya heterogenitas anggota kelompok, diharapkan dapat memotivasi siswa untuk saling membantu antar siswa yang berkemampuan lebih dengan siswa yang berkemampuan kurang dalam menguasai materi pelajaran.

3) Game

(29)

4) Turnamen/ pertandingan

Game/Turnamen terdiri dari pertanyaan-pertanyaan yang dirancang untuk menguji pengetahuan yang diperoleh siswa dari penyajian kelas dan belajar kelompok. Tiap kelompok mendapat kesempatan untuk memilih kartu bernomor yang tersedia pada meja turnamen dan mencoba menjawab pertanyaan yang muncul. 5) Rekognisi Tim

Penghargaan diberikan kepada tim yang menang atau mendapat skor tertinggi, skor tersebut pada akhirnya akan dijadikan sebagai tambahan nilai tugas siswa. Selain itu diberikan pula hadiah (reward) sebagai motivasi belajar

4. Metode Permainan Kapal Perang

Rochmat widiyanto (2011: 19-20) menjelaskan bahwa metode Permainan Kapal Perang yang digunakan dalam penelitian ini merupakan pengembangan dari pembelajaran kooperatif learning yang merupakan modifikasi dari model Teams Game Tournament. Metode ini dimasukkan kedalam Cooperatif Learning karena dalam proses pembelajaran dengan Metode Permainan Kapal Perang lebih banyak mendorong terjadinya kerja sama. Dalam permainan ini terdapat tiga langkah utama yang sama dengan model Teams Games Tournamnet, yaitu pembelajaran, kelompok belajar dan pertandingan.

(30)

tujuan-tujuan kelompok, belajar menanamkan tanggung jawab individu dan kelompok, memberikan kesempatan yang sama untuk berhasil, membangun kompetisi tim, adanya spesialisasi tugas pada masing-masing individu atau kelompok, serta membangun penyesuaian terhadap keragaman individu.

a. Pengertian Metode Permainan Kapal Perang

Kapal perang merupakan sebuah peralatan tempur yang digunakan di air dan dipersenjatai dengan peralatan tempur. Dalam sebuah kapal perang terdapat kapten kapal dan para awak kapal yang mengoperasikan kerja kapal. Mereka bekerja sama dengan tugasnya masing-masing untuk mengalahkan musuh. Dari pengertian tersebut nama pembelajaran permainan ini diambil, karena mempunyai banyak kemiripan antara lain :

1) Setiap kelompok diibaratkan kapal-kapal yang sedang berperang 2) Ketua kelompok diibaratkan menjadi kapten kapal, sedangkan

para anggotanya menjadi awak kapal.

3) Pertanyaan-pertanyaan yang dilempar ke kelompok lain di ibaratkan dengan peluru-peluru yang ditembakkan ke kapal musuh.

4) Pertanyaan yang berhasil dijawab dengan sempurna diibaratkan dengan kapal yang berhasil menghindari musuh

(31)

b. Langkah-Langkah Metode Permainan Kapal Perang

Metode Permainan Kapal Perang merupakan terobosan atau inovasi dalam dunia pendidikan. Pembelajaran permainan yang mampu meningkatkan keaktifan peserta didik dalam bertanya jawab. Adapun langkah-langkahnya yaitu sebagai berikut:

1) Penyampaian materi bisa dilakukan dengan ceramah ataupun diskusi

2) Membagi kelas menjadi 3-6 kelompok sesuai dengan tempat duduk

3) Meminta agar setiap kelompok menunjuk kapten dari kelompok mereka

4) Setiap kelompok berdiskusi untuk membuat pertanyaan dan jawaban yang akan di gunakan dalam permainan.

5) Guru menyampaikan peraturan permainan kapal perang, yaitu:

a) Setiap kelompok berhak melempar pertanyaan kepada kelompok manapun.

b) Bila kelompok penerima pertanyaan tidak mampu menjawab pertanyaan atau salah maka kelompok pelempar pertanyaan berhak menawan salah satua anggota kelompok penerima jawaban.

(32)

7) Guru memberikan penghargaan kepada kelompok pemenang 8) Untuk refleksi guru dan siswa menyampaikan kesimpulan

dari pembelajaran permainan itu.

c. Kelebihan dan Kelemahan Metode Permainan Kapal Perang Seperti halnya dengan metode Cooperative Leraning lainnya Metode Permainan Kapal Perang juga memiliki kelebihan dan kelemahan di dalamnya, yaitu :

1) Kelebihan Metode Permainan Kapal Perang

Metode ini merupakan metode yang memberikan kesempatan seluas-luasnya kepada peserta didik untuk mencapai kompetensi melalui kerjasama kelompok. Manfaat dari metode ini antara lain mengembangkan hasil belajar akademik, penerimaan terhadap keanekaragaman dan pengembangan ketrampilan sosial, dan mampu meningkatkan motivasi belajar siswa.

2) Kelemahan Metode Permainan Kapal Perang

(33)

d. Perbedaan Metode Teams Game Tournament dan Metode Permainan Kapal Perang

Tabel. 2 Perbedaan Metode Teams Game Tournament dan Metode Permainan Kapal Perang

No Kategori TGT Kapal Perang

1. Peraturan Sewaktu peserta didik sedang bermain dalam permainan temannya tidak boleh membantu telah menjadi tanggung jawab individu Dalam permainan peserta didik saling membantu, dan menjadi tanggung jawab kelompok

2. Pertanyaan Dari guru Dari peserta didik 3. Perolehan point a. Menjawab

pertanyaan dari guru secara bergiliran b. Dapat menjawab pertanyaan dari soal yang tidak dapat dijawab oleh kelompok lain a. Menjawab pertanyaan dari peserta didik b. Tidak dapat menjawab pertanyaan yang tidak dapat di jawab oleh kelompok lain

B. Penelitian yang Relevan

Penelitian yang relevan dilakukan oleh:

1. Siti Rohmiyati yang berjudul “Penerapan metode Teams Games Tournament (TGT) Untuk Meningkatkan Motivasi Dan Prestasi Belajar PKN Siswa Kelas VII SMP Negeri 2 Wonosari Gunung Kidul”. Hasil penelitian menunjukan bahwa :

a Berdasarkan hasil analisis dapat diketahui bahwa skor minimal hasil

(34)

motivasi belajar putaran II sebesar 65 sedangkan skor tertinggi 109 dengan rerata 86,00. Skor minimal hasil pengukuran motivasi belajar putaran III sebesar 69 sedangkan skor tertinggi 108 dengan rerata 90,76. Berdasarkan skor minimal dan maksimal antara skor motivasi belajar putaran I, II, dan III dapat diketahui bahwa rerata skor motivasi belajar putaran II lebih tinggi dibandingkan dengan motivasi belajar putaran I. Rerata skor motivasi belajar putaran III lebih tinggi dibandingkan dengan motivasi belajar putaran I dan II. Hal ini menunjukan bahwa terjadi peningkatan motivasi belajar. b Berdasarkan hasil analisis dapat diketahui bahwa skor minimal hasil

(35)

motivasi belajar putaran I. Rerata skor pre-test dan pos-test putaran III lebih tinggi dibandingkan dengan pre-test dan pos-test putaran I dan II. Hal ini menunjukan bahwa terjadi peningkatan prestasi belajar siswa.

Penelitian ini memiliki kesamaan dalam menggunakan variabel motivasi, dan model pembelajaran kooperatif learning sedangkan perbedaannya terdapat pada, subjek dan tempat penelitian.

2. Rochmat Widianto yang berjudul “Implementasi Model Pembelajaran

(36)

C. Kerangka Berpikir

Proses pembelajaran IPS yang dilakukan secara konvensional mengakibatkan motivasi belajar siswa rendah. Untuk meningkatkan motivasi belajar siswa guru harus dapat menciptakan suasana pembelajaran yang menarik. Salah satu upaya yang digunakan adalah dengan menggunakan metode yang tepat.

Menyikapi kenyataan ini, penulis menilai perlu digunakan metode Permainan Kapal Perang. Dalam metode Permainan Kapal Perang siswa diharapkan lebih termotivasi dalam kegiatan pembelajaran. Dengan demikian, guru perlu menerapkan metode Permainan Kapal Perang dalam pembelajaran IPS. Melalui penerapan metode Permainan Kapal Perang diharapkan terjadi peningkatan motivasi belajar yang signifikan dalam pembelajaran IPS.

Gb.1. Kerangka Berpikir Guru IPS

Proses Pembelajaran IPS Dengan Metode Permainan Kapal Perang

(37)

D. Hipotesis Tindakan

Referensi

Dokumen terkait

Tujuan penelitan ini adalah untuk mengetahui dan mengkaji pengaruh citra toko secara simultan dan parsial yang terdiri dari product, pricing, atmosphere, personel, dan

Dari bahasa verbal dan nonverbal yang ditunjukkan oleh Obama melalui retorikanya, dapat disimpulkan bahwa Obama berusaha untuk menyelesaikan pertentangan dengan

Menurut Werorilangi (2012) biota di sekitar perairan yang bersifat sedentari (biota bentik seperti keong dan kerang) dengan didukung oleh karakteristik sedimen

Kementerian Pendidikan Malaysia (2014) mentakrifkan Pembangunan Profesionalisme Berterusan sebagai pengalaman pembelajaran guru dan pemimpin sekolah melalui penglibatan

Fenome na me ningkatnya nilai ke- kuatan patah dengan bertambahnya kompo- sisi perekat baik perekat kulit kayu akasia maupun gambir disebabkan karena adanya kandungan

Haeruddin / Kenny Arkan DKI NS G4.3 Jeep Cherokee XJ Super O2 Racing Team 128 I Kade Utama / Dedy Barbie DKI NS G4.2 Jeep Cherokee AHSRT 129 Lutfi Idris / Irfan Jabar NS G2.1

Perawat lulusan magister/S2/Sp. Keperawatan yang belum memiliki pengalaman klinik maka dapat menjadi PK I setelah lulus masa orientasi selama 3 bulan. Setelah 1

Ketuhanan Yang Maha Esa adalah ketuhanan yang berkemanusiaan yang adil dan beradab, yang berpersatuan Indonesia, yang berkerakyatan yang dipimpin oleh hikmah