• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB II TINJAUAN PUSTAKA"

Copied!
6
0
0

Teks penuh

(1)

2.1 Acacia crassicarpa

Acacia crassicarpa mempunyai sinonim Racosperma crassicarpa. Secara

alami jenis ini terdapat di bagian timur Queensland, bagian barat daya Papua Nugini dan bagian tenggara Irian Jaya. Pohon ini mempunyai diameter batang di atas 50 cm, kulit batang berwarna gelap atau cokelat abu-abu, mempunyai 3 – 5 pembuluh primer, berwarna kekuning-kuningan, dan pembuluh sekunder berbentuk paralel. Acacia crassicarpa juga dapat ditanam untuk mengontrol gulma dan merupakan spesies yang efektif untuk rehabilitasi lahan yang banyak ditumbuhi oleh Imperata cylindrica (L.) Raeseuchel. Acacia crassicarpa mulai berbunga paling lambat 18 bulan setelah penanaman, sedangkan biji melimpah setelah 4 tahun. Biji masak 5 – 6 bulan setelah berbunga. Di daerah alaminya berbunga dari bulan Juni-September dan mulai masak dari bulan Oktober – Maret (Hanum dan Van Der Maesen 1997). Rata-rata berat jenis kayu A. crassicarpa tertinggi terdapat pada bagian batang yaitu 0,67 (Yuniawati 2011).

2.2 Acacia mangium

Menurut Badan Penelitian dan Pengembangan Kehutanan (1994) Acacia

mangium termasuk jenis legum yang tumbuh cepat, tidak memerlukan persyaratan

tumbuh yang tinggi dan tidak begitu terpengaruh oleh jenis tanahnya. Kayunya bernilai ekonomi karena merupakan bahan yang baik untuk finir serta perabot rumah yang menarik seperti lemari, kusen pintu, dan jendela serta baik untuk bahan bakar. Tanaman Acacia mangium yang berumur tujuh dan delapan tahun menghasilkan kayu yang dapat dibuat untuk papan partikel yang baik. Acacia

mangium termasuk dalam sub famili Mimosoideae, famili Leguminosae dan ordo Rosales. Pohon Acacia mangium tumbuh secara alami di Maluku dengan jenis Melaleuca leucadendron. Selain itu terdapat pula di pantai Australia bagian utara,

Papua bagian selatan (Fak-fak di Aguada (Babo) dan Tomage (Rokas, Kepulauan Aru, Maluku dan Seram bagian barat).

(2)

Ciri umum kayu ini terasnya berwarna coklat pucat sampai coklat tua, kadang-kadang coklat zaitun sampai coklat kelabu, batasnya tegas dengan gubal yang berwarna kuning pucat sampai kuning jerami. Corak polos atau berjalur-jalur berwarna gelap dan terang bergantian pada bidang radial. Tekstur halus sampai agak kasar dan merata dengan arah serat biasanya lurus kadang-kadang berpadu. Kekerasannya agak keras sampai keras dengan berat jenis (BJ) rata-rata 0,61 (0,43-0,66), kelas awet III dan kelas kuat (II-III) (Mandang & Pandit 2002).

2.3 Eucalyptus pellita

Eucalyptus pellita F. Muell merupakan salah satu jenis dari famili

Myrtaceae, dimana famili Myrtaceae terdiri dari kurang lebih 700 spesies. Jenis pelita dapat berupa semak atau perdu dengan ketinggian mencapai 10 meter, berbatang bulat dan lurus, tidak berbanir serta sedikit bercabang. Pohon pelita umumnya bertajuk sedikit ramping, dan ringan. Percabangannya lebih banyak membuat sudut ke atas, dan daunnya tidak begitu lebat. Daunnya berbentuk lanset hingga bulat telur memanjang dan bagian ujungnya runcing membentuk kait. Jenis pelita termasuk jenis yang sepanjang tahun tetap hijau dan sangat membutuhkan cahaya. Tanaman dapat bertunas kembali setelah dipangkas dan agak tahan terhadap serangan rayap. Sistem perakaran tanaman ini tergolong cepat sekali memanjang menembus ke dalam tanah. Intensitas penyebaran akarnya ke arah bawah hampir sama banyaknya dengan ke arah samping (Badan Penelitian dan Pengembangan Kehutanan 1994).

Ciri umum kayu ini terasnya berwarna merah muda atau coklat merah, gubal merah muda pucat, corak polos, dan tekstur agak kasar sampai kasar dengan arah serat berpadu sampai sangat berpadu. Kekerasannya agak keras sampai keras dengan berat jenis (BJ) rata-rata 0,57 (0,39-0,81), kelas awet IV (V-II) dan kelas kuat (II-IV) (Mandang & Pandit 2002).

Eucalyptus pellita merupakan jenis tanaman asli New South Wales,

Queensland. Daerah penyebaran alami Eucalyptus pellita berada di sebelah timur garis Walace mulai dari 7° LU sampai 43°39 LS dan sebagian besar tumbuh di Australia dan pulau-pulau di sekitarnya. Beberapa jenis ekaliptus tumbuh di Papua New Guinea dan jenis-jenis tertentu terdapat di Sulawesi, Papua, Seram,

(3)

Filipina, pulau di Nusa Tenggara Timur dan Timor Leste. Jenis-jenis ekaliptus menghendaki iklim bermusim (daerah arid) dan daerah yang beriklim basah dari tipe hujan tropis. Jenis Eucalyptus pelita tidak menuntut persyaratan yang tinggi terhadap tempat tumbuhnya. Eucalyptus pelita dapat tumbuh pada tanah yang dangkal, berbatu-batu, lembab, berawa, secara periodik digenangi air, dengan variasi kesuburan tanah mulai dari yang mempunyai kandungan hara kurang sampai tanah yang baik dan subur. Jenis Eucalyptus pellita dapat tumbuh di daerah beriklim A sampai C dan dapat dikembangkan mulai dari daratan rendah sampai daerah pegunungan yang tingginya per tahun yang sesuai bagi pertumbuhannya antara 0 – 1 bulan dan suhu rata-rata per tahun 20°-32°C.

Eucalyptus pellita merupakan jenis tanaman cepat tumbuh yang berpotensi besar

dalam pembangunan Hutan Tanaman Industri (HTI). Manfaat yang dominan dari pohon ini adalah untuk bahan baku pulp. Kayunya mempunyai nilai ekonomi yang cukup tinggi untuk dipakai sebagai kayu gergajian, konstruksi, veneer,

plywood, furniture dan bahan pembuatan pulp dan kertas. Oleh karena itu, jenis

tanaman ini cenderung selalu dikembangkan (Badan Penelitian dan Pengembangan Kehutanan 1994).

2.4 Biomassa dan Karbon Hutan

Biomassa didefinisikan sebagai total jumlah materi hidup di atas permukaan pada suatu pohon dan dinyatakan dengan satuan ton berat kering per satuan luas (Brown 1997). Biomassa hutan sangat relevan dengan isu perubahan iklim. Dari keseluruhan karbon hutan, sekitar 50% diantaranya tersimpan dalam vegetasi hutan. Sebagai konsekuensi, jika terjadi kerusakan hutan, kebakaran, pembalakan dan sebagainya akan menambah jumlah karbon di atmosfer. Penggundulan hutan akan mengubah kesetimbangan carbon dengan meningkatkan jumlah karbon yang berada di atmosfer dan mengurangi karbon yang tersimpan di hutan, tetapi hal ini tidak menambah jumlah keseluruhan karbon yang berinteraksi dengan atmosfer. Tumbuhan akan mengurangi karbon di atmosfer (CO2) melalui proses fotosintesis dan menyimpannya dalam jaringan tumbuhan. Sampai waktunya karbon tersebut tersikluskan kembali ke atmosfer, karbon tersebut akan menempati salah satu dari sejumlah kantong karbon. Semua komponen penyusun vegetasi baik pohon,

(4)

semak, liana dan epifit merupakan bagian dari biomassa atas permukaan. Di bawah permukaan tanah, akar tumbuhan juga merupakan penyimpan karbon selain tanah itu sendiri. Karbon juga masih tersimpan pada bahan organik mati dan produk-produk berbasis biomassa seperti produk kayu baik ketika masih dipergunakan maupun sudah berada di tempat penimbunan. Peningkatan jumlah karbon yang tersimpan dalam carbon pool ini mewakili jumlah karbon yang terserap dari atmosfer (Sutaryo 2009).

Proporsi terbesar penyimpanan karbon di daratan umumnya terdapat pada komponen pepohonan. Untuk mengurangi tindakan perusakan selama pengukuran, biomassa pohon dapat diestimasi dengan menggunakan persamaan alometrik yang didasarkan pada pengukuran diameter batang (Hairiah 2007).

2.5 Perdagangan Karbon

Kegiatan penanaman pohon untuk menyerap karbon berperan dalam mengatasi perubahan iklim. Namun demikian, untuk mengurangi 20% dari emisi yang berkaitan dengan hutan diperlukan pendekatan konservasi yang baru dan lebih efektif. Salah satu pendekatan yang dimaksud adalah REDD (Reducing

Emissions from Deforestation and Forest Degradation). Cara kerja REDD ini

dengan memperhitungkan angka deforestasi yang dihindari sebagai kredit. Jumlah kredit karbon yang diperoleh dalam waktu tertentu dapat dijual di pasar karbon internasional. Kredit yang diperoleh dapat diserahkan kepada lembaga pendanaan yang dibentuk untuk menyediakan kompensasi finansial bagi negara-negara peserta yang melakukan konversi hutannya. Konfrensi Para Pihak Konvensi Perubahan Iklim ke-13 (COP13) di Bali pada tahun 2007 menghasilkan Rencana Aksi Bali (Bali Action Plan), sebuah rencana atau peta jalan negosiasi strategi iklim global untuk melanjutkan Protokol Kyoto. Inisiatif REDD dalam mitigasi perubahan iklim dapat memberikan berbagai macam manfaat seperti manfaat untuk memberikan perlindungan bagi jasa lingkungan yang disediakan oleh hutan, meningkatkan penghidupan masyarakat sekitar hutan dan memperjelas hak kepemilikan lahan. Perjanjian Kopenhagen secara terbuka menyebutkan REDD+ sebagai bahan dari portofolio mitigasi iklim untuk diimplementasikan di bawah perjanjian pasca Kyoto. REDD+ menambahkan tiga areal strategis terhadap dua

(5)

hal yang telah ditetapkan sebelumnya di Bali. Kelima hal tersebut bertujuan untuk mengurangi emisi dari deforestasi dan degradasi hutan di negara-negara berkembang yaitu mengurangi emisi dari deforestasi hutan, mengurangi emisi dari degradasi hutan, peranan konservasi, pengelolaan hutan secara lestari dan peningkatan cadangan karbon hutan (CIFOR 2010).

Penghitungan emisi dari kegiatan REDD+ menggunakan metode yang diakui internasional yaitu metode IPCC GL. IPCC (Inter Governmental panel on Climate

Change) telah mengembangkan metode inventasisasi GRK (Gas Rumah Kaca)

sejak tahun 1996, yaitu melalui IPCC Guideline revised 1996, IPCC Good

Practice Guidance (IPCC GPG) 2003 dan IPCC Guideline (GL) 2006.

Aplikasi IPCC GL 2006 akan menghasilkan inventarisasi yang lebih baik, mengurangi ketidak pastian (reduced uncertainty), konsisten pembagian kategori lahan, estimasi serapan dan emisi GRK untuk seluruh kategori lahan, karbon pool yang relevan serta non CO2 gas (berdasarkan analisis key source/sink category).

Hal ini berimplikasi kepada penyediaan data untuk activity data dan faktor emisi terhadap seluruh kategori lahan, carbon pool dan non CO2 gas yang terkait

(Wibowo et al. 2010).

2.6 Tinjaun tentang Hasil-hasil Penelitian Karbon

Kontribusi hutan tanaman Pinus merkusii sebagai rosot karbon di KPH Bogor Perum Perhutani III Jawa Barat telah dikaji oleh Handayani (2003). Tanaman ini pada KU I mampu menyerap karbon 21,1 ton/ha, KU II sebesar 85,3 ton/ha, KU III sebesar 117,5 ton/ha, KU IV sebesar 150,7 ton/ha dan KU V sebesar 124,4 ton/ha.

Kajian tentang kontribusi sektor kehutanan dalam pengikat karbon telah dilakukan oleh Siahaan (2009) pada tegakan ekaliptus (Eucalyptus sp) di Sektor Habinsaran PT Toba Pulp Lestari Tbk. Tanaman ekaliptus pada umur 1 tahun mampu menyerap karbon 2,05 ton/ha, umur 2 tahun sebesar 15,55 ton/ha, umur 3 tahun 23,56 ton/ha, umur 4 tahun sebesar 24,20 ton/ha dan umur 5 tahun sebesar 37,40 ton/ha.

Berdasarkan hasil penelitian Pamudji (2011) pada tegakan akasia di BKPH Parungpanjang KPH Bogor Perum Perhutani III Jawa Barat-Banten, hasil

(6)

penelitian menunjukkan bahwa serapan karbon pada masing-masing kelas umur berbeda-beda, yaitu pada kelas umur 2, 3, 4, 5, 6, 7, dan 8 berturut sebesar 2,923 tpn/ha, 17,624 ton/ha, 23,987 ton/ha, 49,581 ton/ha, 20,782 ton/ha, 15,326 ton/ha, dan 56,047 ton/ha.

Yuniawati (2011) melakukan penelitian rosot karbon pada tegakan Acacia

crassicarpa di areal hutan tanaman rawa gambut HPHTI PT Riau Andalan Pulp

and Paper (RAPP) Wilayah Kabupaten Pelawan, Propinsi Riau. Berdasarkan penelitian menunjukkan kemampuan tegakan Acacia crassicarpa dalam menyerap karbon adalah sekitar 12,09 ton/ha (umur 2 tahun), 36,23 ton/ha (umur 3 tahun), 76,09 ton/ha (umur 4 tahun) dan 133,10 ton/ha (umur 5 tahun).

Referensi

Dokumen terkait

Setelah pasien menginputkan gejala yang dikeluhkan atau telah melakukan proses retrieve , kemudian sistem akan melakukan proses tahapan case based reasoning

Menurut Slameto (2010: 2) belajar ialah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil

Maka dari itu, alasan lain peneliti memilih tabloid Kisah Hikmah sebagai objek dalam penelitian adalah, Tabloid ini merupakan salah satu tabloid islami yang sarat akan pesan

NAMA ASAL SEKOLAH NILAI Rangking Wilayah 1 GERRY WINDIARTO MOHAMAD SMA NU MH... Tempat di SMA Negeri 26 Jakarta mulai pukul 08.00

saat t; ABN_AKRU t = abnormal akrual yang diestimasi dari model Jones secara cross sectional ; DAR t = rasio utang terhadap aset total pada saat t; SKEP t = variabel dummy

Salah satu program komedi Televisi yang banyak mendapat protes dari masyarakat adalah Pesbukers , program ini sempat ingin dilaporkan kepadapresiden RI, karena isi

axis frontal : superior, terlihat lead I negatif dan lead AVF juga negatif., sehingga gambarannya seperti gelombang S yang dalam. Baseline yang digunakan untuk menyatakan lead

Untuk pembuatan cetakan alat ukur karapas rajungan 3 dimensi, dibuat dengan dua versi, yang pertama dengan satu bagian cetakan, versi yang kedua membagi dua yaitu bagian atas dan