• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB IV KEMANFAATAN PEMETAAN ENTITAS ENTITAS EKOSISTEM DALAM PERSPEKTIF PEMBANGUNAN WILAYAH PESISIR

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB IV KEMANFAATAN PEMETAAN ENTITAS ENTITAS EKOSISTEM DALAM PERSPEKTIF PEMBANGUNAN WILAYAH PESISIR"

Copied!
11
0
0

Teks penuh

(1)

BAB IV

KEMANFAATAN PEMETAAN ENTITAS – ENTITAS EKOSISTEM DALAM PERSPEKTIF

PEMBANGUNAN WILAYAH PESISIR

Bab mengenai kemanfaatan pemetaan entitas-entitas ekosistem dalam perspektif pembangunan wilayah pesisir ini akan membahas mengenai keterkaitan-keterkaitan yang dimiliki oleh entitas-entitas pada masing-masing ekosistem wilayah pesisir, seperti entitas-entitas ekosistem hutan mangrove, ekosistem terumbu karang, ekosistem padang lamun, ekosistem rumput laut, ekosistem pantai berbatu, pantai berpasir serta pantai berlumpur, dan ekosistem laguna dan estuari dengan komponen-komponen utama pembangunan wilayah pesisir, seperti komponen-komponen ekonomi, sosial, budaya dan hukum, komponen kewilayahan, komponen daerah aliran sungai dan komponen oseanografi pantai dan estuari, yang telah penulis uraikan secara singkat pada dua bab sebelumnya.

Entitas-entitas yang telah dipetakan dari masing-masing ekosistem dapat divisualisasikan dalam bentuk peta. Contohnya visualisasi entitas klorofil dapat dilihat di lembar lampiran.

Potensi yang sangat besar yang dimiliki oleh wilayah pesisir Indonesia akan sangat disayangkan keberadaannya apabila tidak diolah dengan perencanaan yang baik yang memperhatikan konsep pembangunan berkelanjutan dengan memperhatikan aspek ekosistem yang dipetakan. Melalui pemetaan entitas-entitas yang berkaitan pada suatu ekosistem dapat ditelusuri manfaat yang dapat dihasilkan sehingga dapat menunjang pembangunan wilayah pesisir yang sesuai dengan konsep pembangunan berkelanjutan. Manfaat ini akan lebih terklasifikasi dengan baik apabila entitas-entitas dari suatu ekosistem tersebut dikaitkan dengan masing-masing komponen utama pada pembangunan wilayah pesisir.

Untuk penjelasan yang lebih jelas, keterkaitan antara entitas-entitas ekosistem wilayah pesisir dengan komponen-komponen pembangunan wilayah pesisir akan digambarkan dalam skema dan tabel-tabel pada halaman selanjutnya.

(2)

Gambar 4.1. Kemanfaatan pemetaan entitas ekosistem wilayah pesisir Secara umum, kemanfaatan pemetaan entitas-entitas ekosistem wilayah pesisir apabila dikaitkan dengan komponen-komponen utama dalam pembangunan wilayah pesisir adalah dalam rangka memenuhi fungsi ekosistem. Fungsi ekosistem yang utama adalah fungsi hidrologi, fungsi biogeokimiawi dan fungsi ekologis dalam rangka mendukung ketiga fungsi utama ekosistem ini, terjadilah proses alamiah secara fisik, kimia dan biologi. Dalam rangka memenuhi ketiga fungsi utama ekosistem ini juga perlu adanya struktur ekosistem yang memadai yang dapat dilihat dari segi geomorfologinya, segi hidrologinya, tanah serta flora dan faunanya.

Dari ketiga fungsi utama ekosistem ini dapat dihasilkan jasa-jasa lingkungan, seperti pengendalian banjir, pemeliharaan kualitas air, habitat dan biodiversiti. Selain itu, apabila dikaitkan dengan struktur suatu ekosistem, dapat menambah manfaatnya dalam kebudayaan, ilmu pengetahuan dan teknologi dan keunikan dari suatu ekosistem.

Struktur ekosistem yang baik mampu menghasilkan produk yang bermanfaat bagi aspek ekonomi masyarakat, seperti kayu, tumbuhan, ikan burung, dan lain sebagainya.

Dari seluruh manfaat yang didapatkan dari jasa lingkungan, manfaat tambahan (atribut) dan produk yang dihasilkan, maka suatu ekosistem memiliki suatu nilai sosial wilayah pesisir. (Gambar 4.1)

PROSES - FISIK - KIMIA - BIOLOGI STRUKTUR EKOSISTEM - GEOMORFOLOGI - HIDROLOGI - TANAH

- FLORA DAN FAUNA

`FUNGSI EKOSISTEM - HIDROLOGI - BIOGEOKIMIAW ATRIBUT - BIODIVERSITI - BUDAYA - IPTEK - KEUNIKAN NILAI SOSIAL WILAYAH PESISIR JASA LINGKUNGAN - PENGENDALIAN BANJIR - PEMELIHARAAN KUALITAS AIR - HABITAT - BIODIVERSITI PRODUK - KAYU - TUMBUHAN - IKAN - BURUNG - DLL

(3)

4.1. Keterkaitan antara Entitas Ekosistem dan Ekonomi, Sosial, Budaya, Hukum

Salah satu kemanfaatan dalam kaitan dengan komponen ekonomi, sosio-kultural dan hukum yang akan ditampilkan adalah kemanfaatan dalam kaitann entitas-entitas ekosistem hutan mangrove dengan komponen ekonomi, sosio-kultural dan hukum dibawah ini.

Tabel 4.1. Kemanfaatan dalam kaitan entitas ekosistem dengan komponen ekonomi, sosio-kultural dan hukum No Faktor Parameter

Pengukuran

Unit Pengukuran /

Pengamatan

Kemanfaatan dalam kaitan dengan komponen Ekonomi, Sosio-Kultural, Hukum

1. ABIOTIK 1. Kelerengan Kelas lereng

(topografi)

Semakin landai pantai distribusi spesies semakin meluas dan melebar. Oleh karena itu, sumber daya hayati semakin banyak, sehingga memiliki potensi pemanfaatan yang besar dan dapat memberikan peran dengan maksimal sebagai suatu ekosistem pesisir.

2. Oseanografi - Pasang

(lama, durasi, rentang) - Gelombang - Arus

Pasang surut, gelombang dan arus mempengaruhi kesuburan vegetasi mangrove dan distribusi organisme maksimal sehingga mampu menghasilkan nilai ekonomi yang tinggi.

3. Hidrologi - Salinitas

- O2 terlarut

- Hara

Hidrologi yang optimal akan menjamin keberlangsungan hidup organisme yang dapat meningkatkan produktivitas perikanan.

4. Iklim - Cahaya

- Curah hujan - Temperatur - Angin

Iklim yang mendukung akan menjamin keberlangsungan hidup organisme yang dapat meningkatkan produktivitas perikanan

5. Tanah Fisik dan kimia,

jenis tanah, tekstur, drainase

Tanah yang baik akan mampu menjadi media tumbuh mangrove yang optimal menjalankan fungsinya.

(4)

79 No Faktor Parameter Pengukuran Unit Pengukuran / Pengamatan

Kemanfaatan dalam kaitan dengan komponen Ekonomi, Sosio-Kultural, Hukum

2. BIOTIK 1. Vegetasi Jumlah tegakan

Diameter dahan Jenis, tinggi, struktur,

penutupan tajuk

- Mampu Menghasilkan produk langsung dan tidak langsung yang dapat dijadikan komoditas perdagangan.

- Produk dari ekosistem mangrove berupa kayu dapat dimanfaatkan untuk kepentingan sosial, seperti bahan bangunan.

- Jumlah tegakan mangrove yang memadai dapat memerikan nilai ekonomi dan sosial dengan peranannnya sebagai pelindung wilayah pesisir dari abrasi.

- Informasi mengenai kondisi vegetasi mangrove bermanfaat sebagai dasar dalam pengambilan keputusan bagi institusi-institusi yang terlibat dalam pengelolaan wilayah pesisir.

2. Satwa darat Dan laut

- Jumlah spesies - Jenis, habitat

Satwa di ekosistem mangrove seperti kepiting, udang dan ikan dapat langsung dikonsumsi atau menjadi komoditas perdagangan dengan nilai ekonomi tinggi.

(5)

4.2. Keterkaitan antara Entitas Ekosistem dan Kewilayahan

Tabel 4.2. Kemanfaatan dalam kaitan entitas ekosistem dengan komponen kewilayahan No Faktor Parameter

Pengukuran

Unit Pengukuran

Kemanfaatan dalam kaitan dengan komponen kewilayahan

1. ABIOTIK 1. Kelerengan Kelas lereng

(topografi)

- Pemetaan ekosistem wilayah pesisir - Penataan ruang wilayah pesisir

2. Oseanografi - Pasang (lama, durasi, rentang) - Gelombang - Arus 3. Hidrologi - Salinitas - O2 terlarut - Hara 4. Iklim - Cahaya - Curah hujan - Temperatur - Angin

5. Tanah Fisik dan kimia,

jenis tanah, tekstur, drainase

2. BIOTIK 1. Vegetasi Jumlah tegakan

Diameter dahan Jenis, tinggi, struktur, penutupan tajuk 2. Satwa darat Dan laut - Jumlah - Jenis, habitat

(6)

81

4.3. Keterkaitan antara Entitas Ekosistem dan Pengelolaan Daerah Aliran Sungai

Tabel 4.3. Kemanfaatan dalam kaitan entitas ekosistem dengan komponen pengelolaan DAS No Faktor Parameter

Pengukuran

Unit Pengukuran

Kemanfaatan dalam kaitan dengan komponen pengelolaan DAS

1. ABIOTIK 1. Kelerengan Kelas lereng

(topografi)

- Pengaruh Daerah Aliran Sungai terhadap ekosistem wilayah pesisir

- Ekosistem unik yang ada karena adanya Daerah Aliran Sungai - Dampak Daerah Aliran Sungai terhadap ekosistem pesisir

2. Oseanografi - Pasang (lama, durasi, rentang) - Gelombang - Arus 3. Hidrologi - Salinitas - O2 terlarut - Hara 4. Iklim - Cahaya - Curah hujan - Temperatur - Angin

5. Tanah Fisik dan kimia,

jenis tanah, tekstur, drainase

2. BIOTIK 1. Vegetasi Jumlah tegakan

Diameter dahan Jenis, tinggi, struktur, penutupan tajuk 2. Satwa darat Dan laut - Jumlah - Jenis, habitat

(7)

4.4. Keterkaitan antara Entitas Ekosistem dan Oseanografi Pantai dan Estuari

Tabel 4.4. Kemanfaatan dalam kaitan entitas ekosistem dengan komponen oseanografi pantai dan estuari No Faktor Parameter

Pengukuran

Unit Pengukuran

Kemanfaatan dalam kaitan dengan komponen oseanografi pantai dan estuari

1. ABIOTIK 1. Kelerengan Kelas lereng

(topografi)

Pengaruh oseanografi pantai dan estuari terhadap ekosistem wilayah pesisir 2. Oseanografi - Pasang (lama, durasi, rentang) - Gelombang - Arus 3. Hidrologi - Salinitas - O2 terlarut - Hara 4. Iklim - Cahaya - Curah hujan - Temperatur - Angin

5. Tanah Fisik dan kimia,

jenis tanah, tekstur, drainase

2. BIOTIK 1. Vegetasi Jumlah tegakan

Diameter dahan Jenis, tinggi, struktur, penutupan tajuk 2. Satwa darat Dan laut - Jumlah - Jenis, habitat

(8)

Manfaat Terumbu Karang serta Peran terhadap Sistem Perikanan

Dalam konteks ekonomi, terumbu karang menyediakan sejumlah manfaat yang dapat dikelompokkan menjadi dua golongan, yaitu manfaat berkelanjutan dan manfaat yang tidak berkelanjutan.

1. Manfaat Berkelanjutan

Manfaat berkelanjutan terumbu karang yaitu manfaat ekosistem terumbu karang yang dapat dimanfaatkan secara terus-menerus dalam waktu yang lama. ƒ Perikanan lepas pantai (Gambar 4.2)

Berbagai sumberdaya ikan pelagis (mis. Scombridae, Exocoetidae,

Carangidae, Charcharinidae) bergantung pada ekosistem terumbu karang,

baik sebagai lokasi memijah, membesarkan anak, dan makan. ƒ Perikanan terumbu

Empat kelompok sumberdaya ikan terumbu yang penting bagi nelayan: 1. Ikan, mis. Muraenidae, Serranidae, Holocentridae, Lutjanidae, dll. 2. Avertebrata, mis. Gastropoda, Bivalva, Krustasea, Cephalopoda,

Ekhinodermata, Coelenterata 3. Reptil, mis. ular laut dan penyu 4. Makrofita, mis. alga dan lamun

Gambar 4.2. Manfaat terumbu karang sebagai daerah tangkap ikan (fishing ground) nelayan tradisional

ƒ Perlindungan pantai dan pulau kecil ƒ Wisata bahari

ƒ Marikultur

ƒ Bioteknologi -Perdagangan biota ornamental ƒ Wilayah perlindungan -Penambangan pasir karang ƒ Kerajinan suvenir -Penelitian dan pendidikan

(9)

Berbagai manfaat yang dapat diperoleh manusia dari ekosistem terumbu karang, perlu diatur pengelolaannya karena terumbu karang merupakan ekosistem yang rentan akan perubahan lingkungan dan memiliki daya dukung terbatas. Dengan demikian, beberapa manfaat berkelanjutan yang awalnya mampu disediakan pada akhirnya tidak berkelanjutan karena laju pemanfaatannya yang berlebihan atau metode yang digunakan bersifat merusak (destruktif) seperti penangkapan ikan menggunakan racun sianida atau bom.

Aktivitas seperti pengumpulan biota ornamental (kerang Conus, bintang laut Linckia) yang pada awalnya hanya bertujuan sebagai hobi atau koleksi, apabila sudah bersifat ekstraktif dan bertujuan untuk memenuhi permintaan pasar (perdagangan) akan berpotensi mengganggu keseimbangan ekosistem alami terumbu karang.

Dampak terbesar dan paling merusak yang mungkin terjadi atas ekosistem terumbu karang adalah pembangunan pesisir yang pesat akibat pertumbuhan penduduk yang tinggi dan meningkatnya berbagai kebutuhan manusia (pemukiman, perikanan, industri, pelabuhan, dan lain-lain). Hal ini akan memicu peningkatan tekanan ekologis terhadap ekosistem dan sumberdaya hayati yang terkandung di dalamnya.

2. Manfaat yang Tidak Berkelanjutan

Manfaat yang tidak berkelanjutan yang diperoleh dari adanya ekosistem terumbu karang, perlu dikendalikan, dampaknya dapat dilihat pada Gambar 4.3. ƒ Aktivitas ekstratif

ƒ Perikanan dengan metode destruktif ƒ Pengumpulan organisme terumbu ƒ Perdagangan biota ornamental ƒ Pembangunan pesisir

(10)

Peranan terumbu karang terhadap sistem perikanan

Terumbu karang merupakan ekosistem laut yang paling produktif dan tinggi keanekaragamanhayatinya dapat dilihat pada Gambar 4.4. Produktivitas primer yang tinggi dan kompleksnya habitat yang terdapat di ekosistem terumbu karang memungkinkan daerah ini berperan sebagai tempat pemijahan, tempat pengasuhan dan tempat mencari makan berbagai spesies ikan dan biota laut lainnya. Dengan demikian, secara otomatis produksi sekunder (ikan dan biota laut lain) di daerah terumbu karang juga sangat tinggi.

Komunitas ikan di ekosistem terumbu karang terdapat dalam jumlah yang besar dan terlihat mengisi seluruh daerah di terumbu, sehingga dapat dikatakan bahwa ikan merupakan penyokong berbagai hubungan yang ada dalam ekosistem terumbu. Tingginya keanekaragaman jenis dan kelimpahan komunitas ikan di ekosistem terumbu disebabkan oleh tingginya variasi habitat terumbu atau beragamnya relung dari spesies-spesies ikan tersebut. Habitat di terumbu tidak hanya tersusun oleh komunitas karang saja, melainkan juga terdiri atas daerah berpasir, ceruk dan celah, daerah alga, serta zona-zona yang berbeda yang melintasi hamparan terumbu.

Gambar 4.4. Flora dan fauna pada ekosistem terumbu karang

(sumber : www.solcomhouse.com)

Selain keanekaan relung hidup yang tinggi, ada faktor lain yang perlu dipertimbangkan yaitu tingkat spesialisasi dari tiap spesies. Banyak spesies ikan yang memiliki kebutuhan yang sama sehingga terdapat persaingan aktif, baik antara spesies yang berbeda maupun antara spesies yang sama. Dengan demikian, di ekosistem terumbu karang seringkali terlihat bahwa pergerakan banyak spesies ikan terbatas pada daerah-daerah tertentu, dan terdapat perbedaan yang nyata antara ikan-ikan yang aktif di malam dan siang hari.

(11)

Sejumlah spesies ikan pelagis tergolong piscivor (pemangsa ikan-ikan lain), seperti hiu, kerapu, kuwe, dan kakap. Umumnya ikan-ikan piscivor berukuran besar, baik yang hidupnya di lingkungan pelagis maupun terkait erat dengan terumbu (kerapu), memiliki nilai ekonomis penting dan menjadi target utama dalam kegiatan perikanan tangkap. Komunitas ikan piscivor sangat bergantung pada keberadan terumbu karang, baik untuk memijah atau bertelur, membesarkan larva dan juvenilnya, serta mencari makan.

Ekosistem terumbu karang mempunyai produktivitas organik yang tinggi. Hal ini disebabkan oleh kemampuan terumbu karang untuk menahan nutrien dalam sistem dan berperan sebagai kolam untuk menampung segala masukan dari luar. Terumbu karang kaya akan keragaman spesies penghuninya. Salah satu penyebab tingginya keragaman spesies terumbu karang adalah karena variasi habitat yang terdapat di terumbu.

Terumbu karang menempati areal yang cukup luas dan terdiri dari asosiasi kompleks yang mempunyai sejumlah tipe habitat yang berbeda-beda dan semuanya berada dalam sistem yang sama, namun seluruhnya terjalin dalam hubungan fungsional yang harmonis. Di samping itu, terumbu karang dapat melindungi komponen ekosistem pesisir dan laut lainnya dari tekanan gelombang dan badai.

Menurut Philips & Menez (1988), lamun sebagai komoditi yang sudah banyak dimanfaatkan oleh masyarakat baik secara tradisional maupun secara modern.

Tabel 4.5. Pemanfaatan lamun oleh masyarakat pesisir Secara tradisional Pada zaman modern 1. Digunakan untuk kompos dan pupuk

2. Cerutu dan mainan anak-anak 3. Dianyam menjadi keranjang 4. Tumpukan untuk pematang 5. Mengisi kasur

6. Ada yang dimakan 7. Dibuat jaring ikan

1. Penyaring limbah 2. Stabilizator pantai

3. Bahan untuk pabrik kertas 4. Makanan

5. Obat-obatan

Gambar

Tabel 4.1. Kemanfaatan dalam kaitan entitas ekosistem dengan komponen ekonomi, sosio-kultural dan hukum  No Faktor  Parameter
Tabel 4.2. Kemanfaatan dalam kaitan entitas ekosistem dengan komponen kewilayahan  No Faktor  Parameter
Tabel 4.3. Kemanfaatan dalam kaitan entitas ekosistem dengan komponen pengelolaan DAS  No Faktor  Parameter
Tabel 4.4. Kemanfaatan dalam kaitan entitas ekosistem dengan komponen oseanografi pantai dan estuari  No Faktor  Parameter
+4

Referensi

Dokumen terkait

Kendatipun para kontributor artikel ini menyatakan diri tidak mewakili pandangan NU secara organisasional, namun sebagai pandangan personal, baik sebagai kalangan NU maupun dari

Segala ibadah yang kita lakukan adalah hanya untuk Allah SWT, manakala konsep Al-Ubudiyyah dalam organisasi pula bermaksud kita hendaklah melakukan sesuatu kerja

Dari hasil analisis data yang telah dilakukan, dapat disimpulkan bahwa pembelajaran daring (dalam jaringan) fisika SMA berbasis Probing Promting efektif untuk

1) tidak menyelesaikan studi sesuai dengan kualifikasi program yang tertera pada Surat Keputusan Penerima Beasiswa tanpa unsur kesengajaan. 2) mengundurkan diri setelah

Pada dasarnya masyarakat mempunyai potensi kelembagaan dan potensi sosial yang dapat digali untuk mengatasi berbagai permasalahan yang muncul, seperti masalah

Disiplin kerja didominan oleh kepatuhan dan taat terhadap penggunaan jam kerja yang semata-mata telah mampu meningkatkan kinerja pegawai Balai Pemasyarakatan Kelas

Dari pengkategorian yang dilakukan oleh peneliti tersebut, maka hasil yang diperoleh adalah bahwa sebagian besar penggemar K-Pop yang tidak tergabung dalam KFM

Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kuantitatif dengan metode penelitian pre eksperimental. Adapun populasi dalam penelitian ini adalah