• Tidak ada hasil yang ditemukan

DOKUMEN PENGEMBANGAN ARAH KEBIJAKAN DAN PROGRAM DIREKTORAT JENDERAL PERDAGANGAN DALAM NEGERI UNTUK 5 TAHUN KEDEPAN -COVER DEPAN-Q

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "DOKUMEN PENGEMBANGAN ARAH KEBIJAKAN DAN PROGRAM DIREKTORAT JENDERAL PERDAGANGAN DALAM NEGERI UNTUK 5 TAHUN KEDEPAN -COVER DEPAN-Q"

Copied!
55
0
0

Teks penuh

(1)

-COVER DEPAN-Q

(2)

KATA PENGANTAR

Sejalan dengan Peraturan Menteri Perdagangan Nomor 46 Tahun 2020 tentang Rencana Strategis Kementerian Perdagangan tahun 2020-2024, telah dirumuskan juga didalamnya berkaitan dengan stabilisasi harga, ketersediaan pasokan barang kebutuhan pokok, serta peningkatan pasar produk dalam negeri setidaknya untuk kurun waktu lima tahun yang akan datang. Selanjutnya menjadi tugas dari Eselon I untuk melakukan penerjemahan arahan kebijakan maupun program yang harus dijalankan dan strategi dalam memenuhi target yang sudah sinkron baik dengan Rencana Strategis Kementerian juga RPJM Nasional. Penyusunan dokumen ini menjadi keharusan setiap direktorat jenderal termasuk Direktorat Jenderal Perdagangan Dalam Negeri. Penerjemahan Rencana Strategis Kementerian ini harus dapat mencakup arahan kebijakan hingga program yang akan dilaksanakan oleh Direktorat Jenderal Perdagangan Dalam Negeri hingga 5 (lima) tahun kedepan.

Mengingat pentingnya dokumen tersebut sebagai pedoman dalam pelaksanaan kegiatan dimaksud maka dipandang perlu untuk membuat target-target pengukuran kerja secara kuantitatif dan kualitatif agar memudahkan untuk melakukan evaluasi kinerja Direktorat Jenderal Perdagangan Dalam Negeri. Target pada indikator kinerja yang tercantum dalam dokumen tersebut disesuaikan dengan kondisi terkini dengan proyeksi yang lebih realistis mengingat pandemi Covid-19 akan berdampak pada pemulihan kondisi ekonomi nasional dalam jangka menengah.

Dokumen Pengembangan Arah Kebijakan dan Program Direktorat Jenderal Perdagangan Dalam Negeri untuk 5 Tahun Kedepan diharapkan menjadi pedoman dalam meningkatkan keterpaduan, keteraturan, dan pengendalian perencanaan program dan kegiatan dari seluruh unit kerja di lingkungan Direktorat Jenderal Perdagangan Dalam Negeri dalam rangka mewujudkan visi misi Presiden Republik Indonesia.

Jakarta, Desember 2020 Direktur Jenderal Perdagangan Dalam Negeri

Syailendra

(3)

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ... II DAFTAR ISI ... III DAFTAR GAMBAR ...IV DAFTAR TABEL ... V

BAB 1 - PENDAHULUAN ... 1

1.1 KONDISI UMUM ... 2

1.2 PANDEMI COVID-19 ... 5

1.3 POTENSI DAN PERMASALAHAN (SWOC) DIREKTORAT JENDERAL PERDAGANGAN DALAM NEGERI ... 7

BAB 2 - RENCANA STRATEGIS KEMENTERIAN PERDAGANGAN ... 14

2.1 VISI KEMENTERIAN PERDAGANGAN ... 14

2.2 MISI KEMENTERIAN PERDAGANGAN ... 15

2.3 TUJUAN KEMENTERIAN PERDAGANGAN YANG BERKAITAN DENGAN DIREKTORAT JENDERAL PERDAGANGAN DALAM NEGERI ... 17

2.4 SASARAN STRATEGIS KEMENTERIAN PERDAGANGAN YANG BERKAITAN DENGAN DIREKTORAT JENDERAL PERDAGANGAN DALAM NEGERI ... 18

2.5 TUJUAN DARI DIREKTORAT JENDERAL PERDAGANGAN DALAM NEGERI 20 BAB 3 - ARAH KEBIJAKAN DAN STRATEGI ... 23

3.1 ARAH KEBIJAKAN DAN STRATEGI NASIONAL ... 23

3.2 ARAH KEBIJAKAN DAN STRATEGI KEMENTERIAN PERDAGANGAN ... 26

3.3 ARAH KEBIJAKAN DARI DIREKTORAT JENDERAL PERDAGANGAN DALAM NEGERI ... 27

3.4 ARAH KEBIJAKAN DAN STRATEGI DIREKTORAT JENDERAL PERDAGANGAN DALAM NEGERI BERDASARKAN ANALISIS SWOC ... 29

3.5 KERANGKA REGULASI ... 31

3.6 KERANGKA KELEMBAGAAN ... 32

BAB 4 - TARGET KINERJA DAN KERANGKA PENDANAAN ... 36

4.1 TARGET KINERJA ... 36

4.2 KERANGKA PENDANAAN ... 46

BAB 5 - PENUTUP ... 49

(4)

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1.1 Kerangka Hubungan Renstra Kementerian Perdagangan dengan

Dokumen Perencanaan Nasional ... 1 Gambar 1.2 Pertumbuhan Ekonomi Dunia, Negara Maju, Negara Berkembang, dan

ASEAN (persen) Tahun 2015-2019 ... 2 Gambar 1.3 Perkembangan Pertumbuhan Ekonomi Beberapa Mitra Dagang

Indonesia (y-on-y) ... 6 Gambar 2.1 Kerangka Tujuan Strategis 1 Direktorat Jenderal Perdagangan Dalam

Negeri ... 21 Gambar 2.2 Kerangka Tujuan Strategis 2 Direktorat Jenderal Perdagangan Dalam

Negeri ... 22 Gambar 3.1 Keterkaitan Visi, Misi, Tujuan dan Sasaran Pembangunan Perdagangan

2020-2024 ... 25

Gambar 3.2 Struktur Organisasi Direktorat Jenderal Perdagangan Dalam Negeri ... 34

(5)

DAFTAR TABEL

Tabel 1.1 Neraca Perdagangan Indonesia ... 4 Tabel 2.1 Indikator Tujuan Peningkatan Kosumsi Nasional yang Mendukung

Pertumbuhan Ekonomi ... 18 Tabel 2.2 Indikator Sasaran Strategis Terwujudnya Stabiisasi Harga dan

Ketersediaan Pasokan Barang Kebutuhan Pokok ... 19 Tabel 2.3 Indikator Sasaran Strategis Meningkatnya Pasar Produk Dalam Negeri .... 20 Tabel 4.1 Target Kinerja Sasaran Strategis Direktorat Jenderal Perdagangan Dalam

Negeri 2020-2024 ... 36 Tabel 4.5 Target Kinerja Program Perdagangan Dalam Negeri pada Meningkatnya

Pembinaan Usaha dan Pelaku Distribusi Perdagangan ... 37 Tabel 4.6 Target Kinerja Program Perdagangan Dalam Negeri pada Meningkatnya

Pemanfaatan Sarana Perdagangan yang Mendukung Aktivitas Ekonomi Masyarakat ... 38 Tabel 4.7 Target Kinerja Program Perdagangan Dalam Negeri pada Meningkatnya

Aktivitas Perdagangan Antar Pulau ... 40 Tabel 4.8 Target Kinerja Program Perdagangan Dalam Negeri pada Mewujudkan

Stabilisasi Harga dan Ketersediaan Pasokan Barang Kebutuhan Pokok ... 41 Tabel 4.9 Target Kinerja Program Perdagangan Dalam Negeri dalam Meningkatkan

Penggunaan Produk Dalam Negeri ... 42 Tabel 4.10 Sasaran dan Indikator Kegiatan Direktorat Jenderal Perdagangan Dalam

Negeri 2020-2024 ... 44 Tabel 4.11 Kerangka Pendanaan Rencana Strategis Direktorat Jenderal Perdagangan

Dalam Negeri 2020-2024 ... 48

(6)

BAB 1 - PENDAHULUAN

Sejalan dengan Undang-undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional yang menyebutkan bahwa perencanaan pembangunan nasional disusun secara sistematis, terarah, terpadu, menyeluruh, dan tanggap terhadap perubahan, pasal 15 mengamanatkan semua Pimpinan Kementerian/

Lembaga (K/L) menyiapkan rancangan Renstra-K/L sesuai dengan tugas pokok dan fungsinya dengan berpedoman kepada rancangan awal RPJM Nasional. Kementerian Perdangan telah menyusun Rencana Srategis yang dituangkan dalam Peraturan Menteri Kementerian Perdagangan Nomor 46 Tahun 2020. Kemudian dilanjutkan dengan adanya pengembangan arah kebijakan dan program untuk Eselon I sesuai arahan dari Kementerian Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi.

Gambar 1.1 Kerangka Hubungan Renstra Kementerian Perdagangan dengan Dokumen Perencanaan Nasional

Khusus untuk mengamankan perdagangan dalam negeri, Kementerian Perdagangan

memiliki Direktorat Jenderal Perdagangan Dalam Negeri (PDN) yang memiliki tugas

untuk menyelenggarakan perumusan dan pelaksanaan kebijakan di bidang

penguatan dan pengembangan perdagangan dalam negeri. Fungsi Direktorat Jenderal

PDN diantaranya adalah perumusan kebijakan di bidang pengendalian distribusi dan

ketersediaan barang kebutuhan pokok dan/atau barang penting; pembinaan pelaku

usaha distribus, penciptaan dan pembinaan iklim usaha, transaksi perdagangan

melalui sistem elektronik; pengembangan sarana distribusi perdagangan dan

perdagangan antar pulau dan perbatasan; peningkatan penggunaan produk dalam

negeri, akses pasar usaha mikro, kecil dan menengah perdagangan; serta pelaksanaan

administrasi. Amanah tersebut perlu kemudian dituangkan dalam bentuk arah

kebijakan, strategi dan program Rencana Strategis Eselon I yang disinkronisasi

dengan arahan dokumen Renstra Kementerian Perdagangan Tahun 2020-2024.

(7)

1.1 KONDISI UMUM

Perlambatan ekonomi dunia teridikasi dengan adanya perlambatan hingga 0,5 persen di kelompok negara maju. Amerika Serikat contohnya yang mengalami penurunan pertumbuhan ekonomi hingga 0,6 persen sejak kuartal II 2019 akibat adanya perlambatan pengiriman logistic semakin tertekan akibat pandemi. Pertumbuhan ekonomi di Kawasan Eropa juga melampat hingga 0,7 persen akibat rendahnya permintaan global dan tersendatnya pertumbuhan konsumsi swasta akibat penjualan ritel. Namun terdapat negara yang dapat bertahan seperti Jepang yang mengalami peningkatan 0,4 persen karena menguatnya permintaan domestic yang turut membantu perbaikan ekonomi. Sementara itu pertumbuhan ekonomi di negara berkembang masih lebih tinggi dengan rata-rata mencapai 3,7 persen karena menguatnya permintaan domestic masing-masing negara.

Gambar 1.2 Pertumbuhan Ekonomi Dunia, Negara Maju, Negara Berkembang, dan ASEAN (persen) Tahun 2015-2019

Sumber : IMF dan ADB, 2020 dalam BPS 2020

Tren negatif laju pertumbuhan ekonomi dunia diprediksi terus berlanjut di tahun

2020 dan akan semakin parah dengan ancaman resesi global di depan mata akibat

merebaknya pandemi Covid-19. Kejadian luar biasa yang melanda banyak negara di

dunia sejak Desember 2019 ini membuat Bank Dunia dan Lembaga International

Monetary Fund (IMF) terus merevisi proyeksi pertumbuhan ekonomi dunia tahun

2020. IMF memproyeksikan pertumbuhan ekonomi dunia akan terkontraksi tajam

sebesar -3% pada tahun 2020 yang merupakan angka terendah sejak krisis keuangan

global tahun 2008. Perlambatan ekonomi di Kawasan ASEAN tercatat sebesar 0,7

(8)

poin yaitu dari 5,1 persen pada tahun 2018 menjadi 4,4 persen pada tahun 2019.

Namun capaian ini masih lebih tinggi dibandingkan pertumbuhan ekonomi dunia, negara maju, dan negara berkembang. Pertumbuhan ekonomi di ASEAN didorong masih cukup tingginya pertumbuhan ekonomi di Filipina, Indonesia dan Vietnam yang mencatatkan pertumbuhan di atas 5 persen di tahun 2019.

Perekonomian nasional sepanjang 2019 tetap menunjukkan perkembangan yang positif di tengah perlambatan ekonomi dunia. Ekonomi nasional mampu tumbuh di angka 5,02 persen dan masih lebih baik dari beberapa negara lainnya walaupun sama-sama terdampak dari gejolak ekonomi dunia yang tidak pasti. Indonesia sendiri juga dihadapkan pada kondisi yang penuh tantangan baik dari luar maupun dalam negeri. Tantangan ekonomi yang berasal dari luar negeri diantaranya perang dagang Amerika Serikat-Tiongkok, penurunan permintaan serta stagnasi harga komoditas dunia, isu Brexit, ketegangan dan konflik politik di sejumlah kawasan, dan krisis ekonomi di sejumlah negara Amerika Latin. Sementara itu, tantangan dari dalam negeri yaitu perlambatan pertumbuhan ekonomi, daya beli masyarakat, membesarnya sektor informal, posisi daftar tunggu dari para investor, hingga target penerimaan pajak yang tidak tercapai.

Berdasarkan data yang dihimpun dari Badan Pusat Statistik (BPS), neraca perdagangan Indonesia tahun 2019 mengalami defisit sebesar USD 3,2 miliar, lebih rendah daripada tahun 2018 yang mengalami defisit USD 8,7 miliar. Nilai ekspor Indonesia di tahun 2019 hanya mencapai USD 167,5 Miliar, menurun 6,95%

dibandingkan tahun 2018 yang mencapai USD 180 Miliar. Sementara dari sisi impor, nilainya turun 9,5% menjadi USD 170,7 Miliar dari sebelumnya mencapai USD 188,7 Miliar.

Pada triwulan I 2020, Neraca Perdagangan Indonesia mengalami surplus sebesar USD

2.591,8 juta. Hal ini disebabkan oleh penurunan impor yang cukup tinggi yaitu

sebesar -12,2 persen (QtQ) atau -3,7 persen (YoY). Namun terjadi juga penurunan

ekspor dari triwulan sebelumnya (-3,6 persen), tetapi memiliki kinerja masih lebih

baik dibandingkan periode yang sama tahun 2019 (2,8 persen, YoY). Pada triwulan II

2020, Neraca Perdagangan Indoensia masih mengalami surplus sebesar USD 2,9

miliar dengan ekspor total sebesar USD 34,6 miliar dan impor total sebesar USD 31,7

miliar. Namun nilai ekspor total dan impor total sendiri mengalami penurunan baik

secara triwulan maupun tahunan. Neraca perdagangan ekspor turun sebesar 17,1

persen (QtQ) dan 12,5 persen (YoY). Sedangkan, neraca perdagangan impor turun

sebesar 19,0 persen (QtQ) dan 23,5 persen (YoY). Penurunan ekspor total maupun

impor total tersebut disebabkan adanya penurunan baik pada jenis migas maupun

non migas sebagai akibat dari dampak pandemic Covid-19.

(9)

Tabel 1.1 Neraca Perdagangan Indonesia

URAIAN 2019 2020

Q2 Q1 Q2

Neraca Total -1.917,9 2.591,9 2.892,7

Ekspor Total 39.583,3 41.760,8 34.626,8

Impor Total 41.501,2 39.169,0 31.734,2

Neraca Nonmigas 1.756,1 5.658,7 3.383,7

Ekspor Nonmigas 37.126,8 39.486,4 32.932,9

Impor Nonmigas 35.370,7 33.827,7 29.549,2

Neraca Migas -4.728,4 -3.066,9 -495,2

Ekspor Migas 1.402,2 2.274,4 1.693,9

Impor Migas 6.130,6 5.341,3 2.188,9

Sumber : BPS 2020, diolah

Pembangunan Perdagangan dalam lima tahun ke depan akan berlandaskan pada Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional (RPJPN) 2005-2025 yang dijabarkan ke dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah (RPJMN) 2020−2024 serta bertumpu pada keseimbangan antara pembangunan perdagangan dalam negeri dan pembangunan perdagangan luar negeri. Artinya, peningkatan pertumbuhan ekspor nonmigas dalam rangka mendorong pertumbuhan ekonomi harus diiringi dengan penguatan perdagangan dalam negeri untuk menjaga kestabilan harga dan ketersediaan barang domestik serta menciptakan iklim usaha yang sehat.

Dalam Rapat Koordinasi Tingkat Menteri Bidang Perekonomian tanggal 21 Agustrus 2020, Menteri Perdagangan menyatakan bahwa pihaknya sudah menyiapkan beberapa strategi pemulihan ekonomi di bidang perdagangan dalam rangka pemulihan ekonomi nasional akibat pandemic. Strategi tersebut dimaksudkan untuk menggeliatkan kegiatan perdagangan dalam negeri. Salah satu caranya adalah dengan pengunaan perdagangan daring di pasar rakyat serta pemberian panduan protocol kesehatan di pusat perbelanjaan serta pasar rakyat.

Kementerian Perdagang hingga sejauh ini sudah menyelesaikan revitalisasi pasar

rakyat di 133 kabupaten/kota untuk tahun 2020. Revitalisasi ini diestimasikan dapat

menyerap hingga 3.375 tenaga kerja. Selain itu ada juga program bantuan sarana

usaha perdagangan untuk tahun 2020-2022 yang diperkirakan dapat memberikan

manfaat kepada sekitar 22.170 orang. Sementara itu untuk mendukung aktivitas

pasar rakyat selama masa pandemic, telah dialokasikan anggaran berupa bantuan

untuk pedagang dan pengelola pasar. Bantuan yang dimaksud berupa masker, sarung

tangan, sabun cair, hand sanitizer, tangka air dan wastafel, hingga bilik disinfektan

untuk 157 pasar rakyat. Disisi lain, pandemik juga mendorong peningkatan

pembayaran secara digital.

(10)

Pada kesempatan lain, disampaikan juga bahwa Rencana Kerja Pemerintah tahun 2021 yang memiliki tema ‘Pemulihan Ekonomi dan Reformasi Sosial’ menetapkan dua kebijakan utama yaitu akselerasi peningkatan ekspor dan pengelolaam Impor, serta penguatan pasar dalam negeri. Melalui kebijakan tersebut, Kementerian Perdagangan berupaya meningkatkan kontribusi sektor perdagangan terhadap pertumbuhan ekonomi. Beberapa langkah strategis yang akan dilakukan dalam kebijakan penguatan pasar dalam negeri diantaranya stabilitas harga dan ketersediaan bahan pokok, peningkatan penggunaan dan pemasaran produk dalam negeri serta pengembangan UMKM dan niaga elektronik. Kegiatan yang direncanakan terkait penguatan pasar dalam negeri diantaranya pembangunan/ revitalisasi pasar rakyat; pemberian bantuan pemasaran dan bantuan sarana usaha; peningkatan penggunaan produk dalam negeri (Bangga Buatan Indonesia); stabilisasi harga barang kebutuhan pokok menjelang Hari Besar Keagamaan Nasional; pengawasan barang beredar dan edukasi konsumen; serta optimalisasi pemanfaatan Sistem Resi Gudang, pasar lelang, dan pasar berjangka komoditi.

Jika kita selisik kembali pada saat krisis global melanda dunia, UMKM berkontribusi sebagai salah satu penopang dalam roda perekonomian Indonesia. Oleh karena itu, peran UMKM begitu besar dalam pertumbuhan ekonomi Indonesia. Selain UMKM, Sistem Resi Gudang juga turut mendukung penguatan perdagangan dalam negeri dan sarana pengendalian stok nasional yang lebih efisien. Disamping itu Kementerian Perdagangan juga melakukan berbagai strategi yaitu pengamanan pasar domestik, peningkatan aksesibilitas usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM), serta penataan regulasi dengan kualitas yang baik dan kuantitas yang proporsional. Hal itu sebagai bentuk komitmen kuat pemerintah untuk meningkatkan perdagangan nasional,

1.2 PANDEMI COVID-19

Pandemi Covid-19 menimbulkan goincangan ekonomi yang mengarah pada resesi global. Banyak kebijakan yang dilakukan untuk menekan penyebaran Covid-19 seperti penutupan sekolah dan kegiatan bisnis, pembatasan sosial berskala besar, hingga lockdown, yang berdampak pada penurunan tingkat konsumsi dan investasi.

Harga komoditas migas dan hasil tambang di pasar internasional pada Triwulan II-

2020 secara umum mengalami penurunan (q-to-q) maupun (y-on-y), sementara

harga komoditas makanan (gandum, minyak kelapa sawit, dan kedelai) mengalami

penurunan (q-to-q), tetapi secara (y-on-y) mengalami peningkatan. Ekonomi

beberapa mitra dagang Indonesia terkontraksi sebagai akibat pembatasan aktivitas

penduduk untuk mengendalikan penyebaran Covid-19.

(11)

Dampak dari Covid-19 juga dirasakan dengan adanya penurunan penjualan mobil dan sepeda motor. Hampir diseluruh tempat dilakukan penutupan gerai penjualan sebagai pelaksanaan kebijakan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB). Hal tersebut menyebabkan terjadi penurunan omzet perdagangan ritel. Penurunan ini terlihat dari struktur PDB di Triwulan II 2020 dimana sektor perdagangan mengalami kontraksi hingga 7,57 persen (y-on-y). Kegiatan ini juga mempengaruhi laju pertumbuhan ekspor barang dan jasa yang terkonstraksi hingga 11,66 persen (y-on- y). Ekspor nonmigas mengalami konstraksi seiring dengan penurunan nilai dan volume komoditas utama seperti bahan bakar mineral danmesin/peralatan listrik.

Ekspor jasa juga terkonstraksi sejalan dengan penurunan jumlah wisatawan mancanegara (wisman) yang masuk ke Indonesia dan penurunan devisa yang masuk.

Sebagian besar pertumbuhan ekonomi negara mitra dagang utama Indonesia mengalami konstraksi, kecuali Tiongkok.

Gambar 1.3 Perkembangan Pertumbuhan Ekonomi Beberapa Mitra Dagang Indonesia (y-on-y)

Sumber : BPS 2020, diolah

Pandemi COVID-19 yang pada awal tahun 2020 telah memaksa hampir seluruh negara di dunia untuk mengurangi aktivitas ekonomi. Sebagai akibatnya pertumbuhan ekonomi dunia menjadi tertekan. Banyak negara yang mengalami kontraksi ekonomi pada tahun 2020. Konstraksi ekonomi ini menyebabkan adanya pergeseran struktural pada perekonomian global dimana banyak negara yang memberlakukan kebijakan yang berorientasi pada domestik, perkembangan ekonomi digital, perubahan perilaku kegiatan ekonomi terkait respon perkembangan digital dalam ekonomi, serta terintegrasinya berbagai kebijakan lainnya.

Pandemi ini mampu memberikan efek domino pada aspek kesehatan, sosial, ekonomi

hingga keuangan. Secara ekonomi dapat dirasakan pada aktivitas perekonomian yang

melambat. Banyak negara, termasuk Indonesia, mulai memberlakukan pembatasan

kegiatan ekonomi untuk menghentikan penyebaran virus. TIdak hanya pembatasan

kegiatan ekonomi, berbagai negara juga diharuskan siap memulihkan perekonomian

dengan dukungan fiskal yang cukup besar dalam upaya pemulihan kesehatan warga

dan pemulihan kegiatan ekonomi. Tidak terkecuali Indonesia, pemerintah juga sudah

melakukan berbagai macam upaya dalam meminimalkan dampak Covid-19.

(12)

Sejak wabah COVID-19 meluas ke berbagai negara termasuk di Indonesia dan kemudian ditetapkan sebagai pandemi global, Kementerian Perdagangan telah secara aktif melakukan berbagai mitigasi dampak dan memberikan respons kebijakan perdagangan terkait wabah ini. respons pertama dan juga langkah preventif Kementerian Perdagangan adalah mengeluarkan larangan sementara impor binatang hidup dari Tiongkok karena wabah ini berasal dari negara tersebut. Hal ini diatur dalam Peraturan Menteri Perdagangan Nomor 10 Tahun 2020 yang dikeluarkan pada 6 Februari 2020. Sejalan dengan perkembangan situasi di dalam negeri, secara bertahap Kementerian Perdagangan melakukan berbagai langkah strategis dengan berpedoman pada PERPPU Nomor 1 Tahun 2020, Keputusan Presiden Nomor 9 Tahun 2020, dan Keputusan Presiden Nomor 11 Tahun 2020.

Adapun kebijakan strategis yang dilakukan oleh Kementerian Perdagangan di masa pandemi COVID-19, yaitu pertama realokasi dan refocussing anggaran. Hal ini dilakukan di antaranya melalui program bantuan untuk Pasar Rakyat dalam menangani dampak COVID-19. Kedua, dengan menjaga stabilisasi harga dan jaminan stok barang kebutuhan pokok. Di antaranya melalui deregulasi kebijakan terkait pangan dan menjamin kelancaran distribusi barang kebutuhan pokok. Ketiga, pengamanan penyediaan alat kesehatan, di antaranya melalui relaksasi impor alat pelindung diri (APD) dan masker. Keempat, pemberian stimulus ekonomi nonfiskal.

Di antaranya penerbitan Surat Keterangan Asal (SKA) barang ekspor melalui penerapan affixed signature dan stamp. Kelima, pengawasan barang beredar dan/atau jasa dalam perdagangan daring. Selama masa pandemi, Kemendag telah menutup akun pedagang daring yang menjual alat kesehatan seperti masker, serta hand sanitizer. Disamping itu, Dirjen Perdagangan Dalam Negeri juga sudah melaksanakan Sekolah Rakyat, dimana kegiatan yang memberikan pengarahan kepada pasar rakyat dalam melaksanakan protokol kesehatan. Keenam, fasilitasi ekspor di masa pandemi. Salah satunya dengan memfasilitasi kegiatan business matching secara virtual. Selain itu, pada masa pandemi ini, kementerian perdagangan telah berhasil merealisasikan peningkatan ekspor kopi ke Mesir dan rumput laut ke Korea Selatan. Ketujuh, pemanfaatan forum kerja sama perdagangan internasional, seperti forum G20.

1.3 POTENSI DAN PERMASALAHAN (SWOC) DIREKTORAT JENDERAL PERDAGANGAN DALAM NEGERI

Adanya berbagai tantangan perekonomian dan perdagangan 2020-2024seerti

pertumbuhan ekonomi yang stagnan, defisit trnasaksi berjalan yang berpotensi

meningkat, ketidakpastian global, revolusi industri dan ekonomi digital, serta

(13)

pandemi covid-19, menyimpan berbagai potensi maupun permasalahan terkait dengan perdagnagan yang harus ditangai, khususnya yang berkaitan dengan Perdagangan Dalam Negeri.

1.3.1 Potensi Direktorat Jenderal Perdagangan Dalam Negeri

Mempertimbangkan berbagai perkembangan perdagangan global maupun nasional, serta kegiatan yang dilaksanakan di unit kerja dalam lingkup Direktorat Perdagangan Dalam Negeri, terdapat beberapa potensi yang dapat dimanfaatkan.

Besarnya Market Size Dalam Negeri

Indonesia merupakan negara dengan pasar domestik yang sangat besar. Disamping luas wilayah, ukuran pasar domestik juga tercermin dari besarnya populasi penduduk, tingkat pertumbuhan penduduk, meningkatnya daya beli masyarakat, serta besarnya nilai produksi perekonomian. Sejalan dengan peningkatan daya beli masyarakat, Indonesia memiliki peluang pasar yang sangat menjanjikan bagi pengusaha lokal maupun asing. Sebagai negara dengan tingkat pertumbuhan penduduk dan daya beli yang tinggi, Indonesia juga merupakan negara dengan penduduk muslim terbesar di dunia. Hal ini dapat menjadi potensi yang baik bagi Indonesia dalam mengembangkan industri berbasis halal, baik sebagai pasar produk halal maupun produsen produk halal. Indonesia berada pada posisi strategis bagi halal superhighway link dalam global halal supply chain. Halal tidak hanya terbatas pada bidang makanan dan minuman, tetapi juga dapat dikembangkan pada bidang jasa, produk, dan kesehatan. Sebagai negara yang berpenduduk mayoritas muslim, Indonesia memiliki potensi untuk meningkatkan ekspor melalui produk-produk halal yang diproduksi di dalam negeri dan diharapkan menjadi penjamin produk halal terbaik di dunia kedepannya. Sejalan dengan itu, saat ini Indonesia menjadi pengguna internet terbesar di Asia, dengan angka mencapai 150 juta lebih pengguna. Angka tersebut menunjukan lebih dari 50 persen penduduk Indonesia telah terhubung jaringan internet. Seiring dengan pertumbuhan pengguna internet, maka terbuka pula peluang usaha online yang dapat memberikan multiplier-effect yang cukup signifikan. Melalui teknologi informasi dan internet, pendapatan negara dari sektor ini juga dapat meningkat. Kinerja ekonomi akan terus terdorong dan sekat-sekat birokrasi terpotong serta proses transaksi menjadi jauh lebih cepat. Angka pengguna internet yang terus meningkat perlu untuk dicermati karena akan memperkuat konsumsi domestik Indonesia, sekaligus memberikan kontribusi bagi perekonomian nasional melalui penyerapan tenaga kerja, distribusi barang, industri elektronik dan perangkat lunak.

Pemantauan Harga Barang Pokok secara Berkala

(14)

Pemantauan harga barang pokok dan penting sudah dilaksanakan di 34 provinsi secara mingguan. Selain itu, dari pantauan harga tersebut dapat dilakukan stok barang di pasar induk. Kementerian Perdagangan sendiri memiliki wewenang dalam mengeluarkan cadangan beras pemerintah apabila terjadi kenaikan harga beras.

Pemantauan harga secara live bird dilakukan secara harian, dengan demikian harga barang pokok dan penting diketahui secara pasti. Barang kebutuhan pokok yang dilakukan pemantauan adalah beras, gula, minyak goreng, terigu, kedelai, jagung, susu, daging sapi, daging ayam, dan telur ayam. Komoditas yang menjadi fokus adalah beras sesuai Harga Eceran Tertinggi (HET) sesuai Permendag No 57/2017. Selain itu, minyak goreng, daging sapi, daging ayam, telur ayam dan bawang merah sesuai acuan (Permendag No 58/2018) serta bawang putih. Pemantauan ini diharapkan dapat membantu dalam mengetahui adanya disparitas harga sehingga hal tersebut dapat diatasi sebelum terjadi kenaikan harga yang tinggi missal dengan dilakukannya penetrasi pasar. Tujuan dari penetrasi pasar melalui operasi pasar dan menggelar pasar murah adalah menjaga stabilitas harga berbagai komoditas bahan pokok.

Kegiatan operasi pasar dilakukan dengan pemantauan langsung di pasar-pasar rakyat di berbagai wilayah. Penetrasi Pasar juga mempengaruhi harga tetap stabil dan memantau pengamanan pasokan. Pengawasan terhadap kondisi stabilitas dan ketersediaan barang perlu terus dilakukan, didukung dengan koordinasi antar intansi yang terkait terutama jika terjadi gangguan pasokan.

Koordinasi dengan K/L lain dan Pemerintah Daerah

Dalam melakukan pemantauan pasokan barang, diperlukan kerjasama dan koordinasi dengan K/L lain. Hal ini dikarenakan Kementerian Perdagangan tidak memiliki barang. Untuk itu diperlukan koordinasi dalam menjaga pasokan barang pokok dan penting. Koordinasi juga diperlukan untuk melakukan perjanjian pertukaran informasi data antar K/L terkait data barang yang dimiliki oleh K/L.

Koordinasi dengan berbagai pihak dilakukan, yaitu seperti Perum Bulog, Satgas Pangan, Dinas Perdagangan Provinsi/Daerah, kepolisian dan pelaku usaha yang ada di daerah untuk memasok barang kebutuhan pokok yang harganya mulai tampak naik di pasar tersebut. Koordinasi ini juga diperlukan untuk penanganan subsidi biaya tol laut. Subsidi yang diberikan saat ini lebih banyak diberikan untuk pelayaran, sedangkan fakta yang ada di lapangan adalah biaya terbesar dikeluarkan untuk biaya di darat. Berkenaan subsidi tol laut ini merupakan keputusan dari K/L lain. Jalan keluar dari permasalahan ini adalah dengan melakukan koordinasi dengan K/L terkait. Koordinasi juga diperlukan dengan pemerintah daerah, terutama dalam pemantauan harga barang pokok dan peting serta ketersediaan pasokan di daerah.

Selain itu diperlukan juga untuk pelaporan data-data yang diperlukan dalam menjaga

stabilitas harga. Untuk pelaporan ketersediaan barang, kebutuhan barang, supply

barang, maupun harga barang di daerah sudah dilakukan secara berkala dengan 34

(15)

provinsi, hanya diperlukan pengoptimalan pelaporan yang lebih efisien agar pemantauan lebih efektif missal dengan melakukan pendekatan IT.

Optimalisasi Pengelola Pasar dan Pusat Distribusi

Upaya Kementerian Perdagangan dalam mendukung perekonomian Indonesia dari sisi perdagangan dalam negeri salah satunya dengan melakukan revitalisasi pasar dan program penetrasi pasar dalam rangka menjaga melambungnya harga-harga barang pokok terutama di waktu tertentu. Konsep pembangunan/revitalisasi pasar rakyat tidak hanya sekedar pembenahan bangunan fisik, tetapi juga nonfisik yang terkait dengan pengelolaan pasar dan integrasi dengan sektor lain. Pembenahan secara fisik diharapkan dapat meningkatkan citra serta menggantikan kesan buruk terhadap pasar rakyat yang kumuh, becek, dan kotor menjadi bersih dan nyaman untuk dikunjungi. Disamping itu diperlukan juga revitalisasi nonfisik yang meliputi revitalisasi manajemen, revitalisasi ekonomi, dan revitalisasi sosial. Revitalisasi manajemen merupakan pembenahan yang mencakup tata cara penempatan pedagang, permodalan, dan SOP pelayanan pasar. Revitalisasi ekonomi yaitu pembenahan untuk meningkatkan pendapatan pedagang dan mengakomodasi kegiatan ekonomi formal dan informal di pasar rakayat. Sedangkan revitalisasi sosial budaya yaitu pembenahan dengan menciptakan lingkungan pasar yang menarik, berdampak positif, dan dapat meningkatkan dinamika dan kehidupan sosial masyarakat.

Untuk memperkuat peran pasar rakyat dalam perekonomian daerah, Pemerintah dalam hal ini Kementerian Perdagangan bekerja sama dengan Pemerintah Daerah melakukan pembangunan, pemberdayaan, dan peningkatan kualitas pengelolaan pasar rakyat. Guna meningkatkan kualitas pasar, saat ini pasar rakyat sudah memiliki Standar Nasional Indonesia (SNI) yang menjadi rujukan bagi pengelola pasar dalam mengelola dan memberdayakan komunitas pasar secara optimal dan profesional.

Kementerian Perdagangan akan melakukan sertifikasi terhadap pasar rakyat agar bisa memiliki SNI. Dalam mengoptimalkan peran pasar rakyat, SNI 8152:2015 dibuat dengan tujuan menjadi pedoman dalam mengelola, membangun serta memberdayakan komunitas pasar rakyat dan menjadi sarana perdagangan yang kompetitif terhadap pusat perbelanjaan, pertokoan, mall, maupun pusat perdagangan lainnya, yang pada akhirnya juga dapat meningkatkan perlindungan terhadap konsumen. Berdasarkan aturan tersebut, upaya yang perlu dilakukan Kementerian Perdagangan adalah dengan memenuhi 3 persyaratan pasar rakyat yang meliputi persyaratan umum, persyaratan teknis, dan persyaratan pengelolaan.

Pengembangan UMKM binaan Kementerian Perdagangan

Kementerian Perdagangan melalui Direktorat Jenderal Perdagangan Dalam Negeri

melakukan program pembinaan di level hulu melalui UMKM. Pembinaan yang

(16)

dimaksud berupa kualitas produk yang sesuai dengan preferensi konsumen mulai dari harga, kualitas hingga keterjangkauan. Selain itu, Kementerian Perdagangan juga berperan di hilir yaitu dengan mengadakan temu usaha untuk mengumpulkan UMKM daerah dengan retail modern. Isi dari temu usaha tersebut diakukan penilaian terhadap produk UMKM yang dapat masuk kedalam retail. Pembinaan UMKM binaan ini juga dapat menjadi sumber data guna mengetahui potensi UMKM yang dimiliki oleh daerah. Sehingga selanjutnya dapat diprogramkan jenis pembinaan bagi UMKM yang seperti apa yang sesuai dan dibutuhkan. Dalam pembinaan maupun pengembangan UMKM diperlukan pendekatan dengan mengoptimalisasikan fungsi IT sehingga dapat membantu dalam kompetensi dan kapasitas.

1.3.2 Permasalahan Direktorat Jenderal Perdagangan Dalam Negeri

Mempertimbangkan berbagai perkembangan perdagangan global maupun nasional, serta kegiatan yang dilaksanakan di unit kerja dalam lingkup Direktorat Perdagangan Dalam Negeri, terdapat beberapa permasalahan yang harus segera diselesaikan.

Keterbatasan Data dan Informasi Perdagangan

Beberapa pengambilan kebijakan perdagangan terhalang karena adanya keterbatasan data dan infomasi. Untuk itu diperlukan suatu upaya dalam memenuhi keterbatasan hal ini. Hingga saat ini Kementerian Perdagangan sendiri sudah melakukan MoU dan menandatangai nota kesepahaman terkait tukar informasi dengan K/L lain maupun pemerintah daerah. Seperti MoU yang dilakukan dengan Pelindo untuk data barang, atau BPS dalam data inflasi dan sebagainya. Hanya saja pemanfaatannya masih kurang maksimal. Pergerakan atau pelaporan data dengan pemerintah daerah juga banyak terhambat karena berbagai alasan. Untuk itu diperlukan pembenahan dalam pemenuhan data ini. Salah satu cara yang dapat digunakan adalah dengan memanfaatkan IT untuk melakukan monitoring, verifikasi, pelaporan ketersediaan barang, kebutuhan barang, supply barang, dan harga barang di daerah. Disamping itu perlu ada inisiasi dalam pembuatan big data komoditi perdagangan dalam rangka pengambilan keputusan. Melakukan update data secara berkala terutama yang berkaitan dengan UMKM. Beberapa kendala data seerti kurang berjalaua pelaporan dari PTSP setempat atau Dinas Perdagangan di Daerah juga perlu dibenahi dengan membuat suatu mekanisme yang apabila dimungkinkan menerapkan sanksi dan reward.

Penataan Sistem dan Sarana Distribusi Perdagangan

Kendala dalam distribusi nasional menjadi salah satu perhatian Kementerian

Perdagangan dalam periode lima tahun kedepan karena sangat erat kaitannya dengan

stabilitas harga barang terutama barang kebutuhan pokok. Untuk menciptakan

stabilisasi harga perlu dilakukan penataan sistem dan sarana distribusi perdagangan

(17)

guna menjamin ketersediaan, memastikan kelancaran distribusi, efisiensi biaya produksi, distribusi dan margin, memantau permintaan, serta menetapkan kebijakan seperti kebijakan harga, pengelolaan stok dan logistik, serta pengelolaan ekspor impor. Secara umum, produk pangan pokok dipengaruhi oleh biaya distribusi di dalam negeri yang masih tinggi, ini merupakan akibat bottleneck dalam rantai pasok serta terbatasnya kapasitas bongkar/muat pelabuhan di beberapa daerah yang kemudian menciptakan disparitas harga antar daerah. Kendala lain yang terjadi adalah belum efisien dan efektifnya jaringan distribusi perdagangan. Dukungan Kementerian Perdagangan dalam penataan sistem dan sarana distribusi perdagangan adalah dengan mendorong efisiensi arus barang melalui peningkatan kualitas sarana distribusi perdagangan (pasar, gudang yang menerapkan sistem resi Gudang, dan gerai maritim), peningkatan kapasitas pelaku logistik, serta peningkatan koordinasi dengan instansi pemerintah terkait dan pelaku usaha/asosiasi.

Efektivitas Pengawasan Barang

Selain meningkatkan kesadaran konsumen dan pelaku usaha, Kementerian

Perdagangan telah melakukan pengawasan dan penegakan hukum terhadap

ketentuan yang berlaku melalui pengawasan prapasar atau uji petik barang impor

wajib SNI, pengawasan barang beredar di pasar (pemenuhan SNI, label, manual kartu

garansi) serta pengawasan Barang Dalam Keadaan Terbungkus (BDKT) yang pada

tahun 2018 dilakukan pada 6.803 produk. Pengawasan dilakukan agar pelaku usaha

mematuhi ketentuan di bidang perdagangan (K3L, perizinan impor untuk produk

impor, dan lain sebagainya). Jenis penindakan yang diberikan berupa sanksi

administratif (pemberian teguran, rekomendasi pencabutan API (Angka Pengenal

Importir), rekomendasi pemblokiran akses kepabeanan, rekomendasi pencabutan

izin usaha), penarikan dari peredaran, pengamanan dan pemusnahan barang, serta

proses sanksi pidana. Di samping itu, pengawasan pada sektor jasa juga telah

dilakukan mulai dari pembinaan terhadap seluruh asosiasi pada sektor jasa dan juga

pembinaan langsung terhadap beberapa jasa bisnis dan jasa distribusi seperti jasa

travel umroh, marketplace, surveyor, jasa perparkiran, dan lain-lain; khususnya yang

terkait dengan parameter pengawasan yang meliputi standar mutu pelayanan, cara

menjual, layanan purna jual, pengiklanan, serta klausula baku. Terlepas dari berbagai

kegiatan pengawasan yang telah terlaksana, dalam kaitan ini adalah permasalahan

mengenai sudah sejauh mana kegiatan pengawasan tersebut memberikan dampak

terhadap sasaran yang dituju, seperti jumlah peredaran barang impor yang ber-SNI,

jumlah peredaran barang di pasar yang memiliki parameter SNI, label bahasa

Indonesia dan kartu garansi, dan jumlah barang dalam kemasan terbungkus, serta

jumlah perizinan dan jumlah pengawasan barang pokok dan barang penting. Hal

tersebut menjadi penting untuk mengetahui kegiatan pengawasan tersebut sudah

(18)

berjalan dengan baik yaitu dengan melihat sejauh mana efektivitas pengawasan tersebut berdampak terhadap sasaran yang dituju.

Pengaturan E-Commerce

Dalam euforia perdagangan secara elektronik (e-commerce) yang semakin meningkat, penyerapan produk dalam negeri ikut terdongkrak. Saat ini terdapat sekitar empat juta UKM yang berhasil masuk ke marketplace (lapak online), dimana sebanyak 80 persen produk yang dijual adalah produk lokal. Pada penyelenggaraan hari belanja online nasional (Harbolnas) 2018, transaksi tercatat meningkat 44,7 persen dibandingkan pada 2017. Namun meningkatnya transaski perdagangan secara elektronik belum diimbangi dengan terlaksananya pengaturan terkait seperti:

a) Penyelesaian regulasi dan tata kelola e-commerce bersinergi dengan Kemenkominfo dan kementerian/lembaga terkait, dengan tujuan melindungi kepentingan pelaku usaha nasional khususnya pelaku usaha mikro, kecil dan menengah;

b) Pengamanan aktivitas perdagangan digital melalui pengawasan produk di e- commerce terkait SNI dan Label;

c) Penyiapan infrastruktur online untuk platform e-commerce bagi para pedagang di pasar rakyat; serta

d) Secara paralel, ekosistem offline juga perlu diperkuat, seperti packaging dan branding harus dipersiapkan untuk membantu para pedagang melakukan penetrasi pasar dan menggapai konsumennya.

Tantangan Indonesia sebagai salah satu negara yang memiliki tingkat pertumbuhan

e-commerce cukup tinggi, menyebabkan perlu disiapkannya perlindungan konsumen

untuk perdagangan melalui sistem elektronik. Di dalam Paket Kebijakan Ekonomi XIV

terkait Roadmap E-Commerce, terdapat arahan aspek regulasi terkait perlindungan

konsumen, yaitu (i) Peraturan Pemerintah tentang Transaksi Perdagangan melalui

Sistem Elektronik; (2) harmonisasi regulasi; (iii) sistem pembayaran perdagangan

dan pembelanjaan barang/jasa pemerintah melalui e-commerce dan (iv)

pengembangan national payment gateway secara bertahap. Rancangan peraturan

pemerintah perlu disusun terkait Transaksi Perdagangan melalui Sistem Elektronik

agar dapat melindungi konsumen dalam setiap transaksi yang menggunakan sistem

tersebut. Selain itu, edukasi terhadap kosumen perlu dilakukan agar meningkatkan

pemahaman transaksi melalui sistem elektronik baik kepada masyarakat maupun

pelaku usaha.

(19)

BAB 2 - RENCANA STRATEGIS KEMENTERIAN PERDAGANGAN

Dalam Penyusunan Dokumen Pengembangan Arah Kebijakan dan Program Direktorat Jenderal Perdagangan Dalam Negeri untuk 5 Tahun ke Depan, tim konsultan akan menjadikan dokumen Rencana Stretegis Kementerian Perdagangan 2020-2024 sebagai salah satu landasannya. Sejalan dengan hal tersebut, maka dilakukan telaahan dokumen Renstra terkait perdagangan dalam negeri. Sasaran strategis dan indikator kinerja yang berkaitan dengan perdagangan dalam negeri, hingga arah kebijakan maupun program untuk Direktorat Jenderal Perdagangan Dalam Negeri. Berikut adalah keterkaitan masing-masing komponen dalam Rencana Strategis Kementerian Perdagangan 2020-2024 dengan perdagangan dalam negeri.

2.1 VISI KEMENTERIAN PERDAGANGAN

Dalam menjalankan tugas dan fungsinya, Kementerian Perdagangan wajib mengacu pada visi dari Presiden dan Wakil Presiden. Teknis penyusunan visi dalam dokumen Rencana Strategis Kementerian Perdagangan periode 2020-2024 dilakukan dengam menyelaraskan visi dari Presiden dan Wakil Presiden. Untuk itu, visi dari Kementerian Perdagangan 2020-2024 pada periode 2020-2024 adalah sebagai berikut.

Kementerian Perdagangan yang Andal, Profesional, Inovatif, dan Berintegrasi dalam Pelayanan kepada Presiden dan Wakil Presiden

untuk Mewujudkan Visi dan Misi Presiden dan Wakil Presiden:

“Indonesia Maju yang Berdaulat, Mandiri, dan Berkepribadian Berlandaskan Gotong Royong”

Kementerian Perdagangan berperan sebagai penggerak pertumbuhan akan

membantu mewujudkan Indonesia yang berdaulat dan mandiri dalam bidang

ekonomi. Hal ini dapat diwujudkan melalui peningkatkan kinerja non-migas

berkualitas, penguatan stabilitas perdagangan di dalam negeri dan pelaksanaan tata

kelola pemerintahan yang baik dan berkualitas oleh Kementerian Perdagangan.

(20)

2.2 MISI KEMENTERIAN PERDAGANGAN

Sesuai dengan amanat Presiden agar setiap Kementerian/Lembaga memiliki Misi yang sama dengan Presiden. Misi Presiden dan Wakil Presiden 2020 – 2024 yang terkait lansung dengan tugas dan fungsi Kementerian Perdagangan adalah sebagai berikut:

Misi 1 “Peningkatan Kualitas Manusia Indonesia”, Kementerian Perdagangan turut berperan dalam hal, yaitu (1) Pendidikan dan pelatihan vokasi yang merupakan terusan dari reviltalisasi pelatihan vokasi yang disesuaikan dengan kebutuhan dunia industri dan perkembangan teknologi; serta (2) menumbuhkan kewirausahaan dengan mendorong berkembangnya marketplace yang berorientasi ekspor.

Misi 2 “Struktur Ekonomi yang Produktif, Mandiri dan Berdaya Saing”, Kementerian Perdagangan setidaknya berperan dalam dua hal yaitu (1) melanjutkan revitalisasi industri dan infrastruktur pendukungnya untuk menyonsong revolusi industri 4.0 dengan cara meneruskan revitalisasi dan pembangunan sarana dan prasarana logistik domestik dan internasional, seperti pelabuhan dan gudang dengan fasilitas pengolahan pascapanen, agar biaya logistik dapat bersaing dengan memanfaatkan kemajuan digital; serta (2) mengembangkan sektor-sektor ekonomi baru melalui memfasilitasi berkembangnya ekonomi digital, termasuk transportasi online, dengan menciptakan peluang bisnis, kepastian hukum pada pelaku usaha dan perlindungan pada konsumen, serta meningkatkan daya saing demi kepentingan nasional.

Misi 3 “Pembangunan yang Merata dan Berkeadilan”, Kementerian Perdagangan setidaknya berperan dalam tiga hal yaitu (1) mengembankan produktivitas dan daya saing UMKM dengan cara membantu usaha kecil dan menengah untuk mengekspor produknya ke luar negeri terutama dengan menggunakan teknologi digital;

meneruskan pembangunan dan rehabilitasi pasar rakyat; serta mendorong

berkembangnya market place yang berorientasi ekspor, baik yang bersifat business

tobusiness ataupun business to consumers. (2) mengembangkan

ekonomi kerakyatan

dengan cara meningkatkan kesejahteraan petani melalui mengembangkan program

kemitraan pemerintah, dan dunia usaha; serta menstimulasi munculnya usaha-usaha

baru dalam sektor industri halal, baik untuk kebutuhan dalam negeri maupun

orientasi ekspor. (3) mengembangkan potensi ekonomi daerah untuk pemerataan

pembangunan antar wilayah dengan cara mempercepat kemudahan berusaha di

daerah termasuk reformasi pelayanan perizinan yang berbasis sistem informasi

digital (e-gov); serta mempermudah kemunculan wirausahawan-wirausahawan baru

di daerah, dengan insentif, bantuan permodalan, dan fasilitas usaha.

(21)

Misi 4 “Mencapai lingkungan hidup yang berkelanjutan”, Kementer i an Perdagangan sangat mendukung pembangunan berkelanjutan melalui menjaga kelestarian lingkungan hidup antara lain dengan pengawasan dan pembatasan impor barang bahan berbahaya, mendukung prospek produk daur ulang dan ramah lingkungan, serta implementasi prototipe pasar rakyat bertema kesehatan, kebersihan, dan ramah lingkungan. Kementerian Perdagangan akan bersinergi dengan kementerian/lembaga lain dalam penyusunan rencana aksi yang diperlukan untuk keberhasilan hal-hal dimaksud .

Misi 5 “Kemajuan Budaya yang Mencerminkan Kepribadian Bangsa”, Kementerian Perdagangan aktif mendukung misi ini melalui upaya perlindungan dan pemberdayaan konsumen nasional. Peran Kementerian Perdagangan dalam aspek promosi, regulasi, edukasi, dan pengawasan baik terhadap perilaku konsumen maupun perilaku pelaku usaha secara berkelanjutan pada gilirannya diharapkan dapat mendukung revolusi mental sebagaimana akan tercermin dalam budaya konsumsi masyarakat Indonesia yang berkualitas. Selanjutnya, hal kemajuan zaman dalam isu perubahan cara transaksi semula konvensional menjadi berbasis elektronik akan mendorong geliat ekonomi menjadi lebih atraktif, namun demikian akan mensyaratkan konsumen dan pelaku usaha untuk saling memberikan kepercayaan, berhati-hati dan bijak. Untuk itu, peran Kementerian Perdagangan bersama K/L, Pemda, dan pihak lainnya kedepan akan memiliki peran kunci dalam tuga s untuk memberikan perlindungan dan edukasi konsumen.

Misi 6 “Penegakan sustem hukum yang bebas korupsi, bermartabat, dan terpercaya”. Dalam pelaksaanaan anggaran, Kementerian Perdagangan akan mengikuti kaidah-kaidah penggaran yang transparan dan akuntabel, serta dapat dipertanggung jawabkan. Lebih lanjut, terkait dengan tugas teknis Kemendag sebagai Pembina dan pengawas peredaran barang dan jasa di pasar juga akan melakukan tindakan-tindakan tegas khususnya bagi pelaku usaha apabila terdapat penyimpangan terhadap peraturan-peraturan yang berlaku tanpa kompromi yang mengarah pada unsur korupsi sehingga memberikan efek jera dan perubahan perilaku.

Misi 7 “Perlindungan bagi Segenap Bangsa dan Memberikan Rasa Aman pada

Seluruh Warga”, Kementerian Perdagangan setidaknya berperan dalam

melanjutkan haluan politik luar negeri yang bebas aktif dengan cara meningkatkan

pemanfaatan potensi budaya dan kekayaan kuliner sebagai instrument diplomasi

Indonesia; serta memperkuat diplomasi ekonomi, untuk memperjuangkan

kepentingan ekonomi nasional Indonesia dalam kerja sama perdagangan, investasi

(22)

dan pariwisata, serta perluasan pasar potensial ekspor ke negaranegara non- tradisional.

Misi 8 “Pengelolaan Pemerintah yang Bersih, Efektif, dan Terpercaya”.

Reformasi Birokrasi yang telah berjalan beberapa tahun ini terus dikawal oleh Kementerian Perdagangan dan ini sejalan dalam mendukung misi presiden tersebut.

Kementerian Perdagangan terus mengupayakan level indeks Reformasi Birokrasi terus meningkat dari tahun ke tahun. Selain itu, Kementerian Perdagangan juga berkomitmen penuh untuk melakuka n peningkatan kapabilitas pegawai serta melakukan perbaikan manajemen kinerja setiap unit, monitoring setiap SOP makro maupun mikro sehingga setiap waktu dapat dievaluasi efektiftasnya.

Misi 9 “Sinergi pemerintah daerah dalam kerangka Negara Kesatuan”.

Berdasarkan UU No. 7 Tahun 2014 tentang Perdagangan, Kementerian Perdagangan bersama dengan Pemerintah Daerah untuk bekerja sama dan bersinergi dalam pelaksaanaan kegiatan perdagangan dalam lingkup masing-masing kewenangan dan tanggung jawab. Berdasarkan UU No. 23 Tahun 2014 tentang Pemerintah Daerah, masing-masing kewenangan pemerintah pusat dan pemerintah daerah telah dibagi sebagaimana pembagiannya berdasarkan urusan-urusan perdagangan. Misalnya dalam hal tugas menjaga stabilitas harga barang kebutuhan pokok, Kemendag aka n bekerja sama dengan pemerintah daerah dalam penyediaan cadangan/stok pangan pada wilayah masing-masing. Selain itu, kegiatan pembangunan sarana perdagangan, kemetrologian dan peningkatan ekspor, Kemendag juga bekerja sama dengan pemerintah daerah karena prinsipnya stakeholder perdagangan berada dalam wilayahwilayah administrasi pemerintah daerah.

Mengacu pada Misi Presiden dan Wakil Presiden di atas, maka dalam Renstra Kementerian Perdagangan 2020 – 2024, ditetapkan Misi sebagai berikut:

• Meningkatkan Kinerja Perdagangan Luar Negeri;

• Meningkatkan Kinerja Perdagangan Dalam Negeri; dan

• Mewujudkan tata kelola pemerintahan yang baik (good governance) di Sektor Perdagangan.

2.3 TUJUAN KEMENTERIAN PERDAGANGAN YANG BERKAITAN

DENGAN DIREKTORAT JENDERAL PERDAGANGAN DALAM NEGERI

Dalam rangka mewujudkan Visi dan Misi yang tersebut diatas serta memperhatikan

potensi, permasalahan dan tantangan yang akan dihadapi; maka Tujuan yang ingin

dicapai Kementerian Perdagangan dalam kurun waktu 5 (lima) tahun ke depan yang

(23)

berkaitan dengan Perdagangan Dalam Negeri adalah Peningkatan konsumsi nasional yang mendukung pertumbuhan ekonomi. Tujuan tersebut dapat dicapai melalui stabilisasi harga dan barang kebutuhan pokok, konsumen berdaya dan pelaku usaha bertanggung jawab, peningkatan pasar produk dalam negeri, dan optimalisasi peran Perdagangan Berjangka Komoditi, Sistem Resi Gudang, dan Pasar Lelang Komoditas sehingga mendukung peningkatan nilai tambah ekonomi dalam memperkuat ketahanan ekonomi untuk pertumbuhan yang berkualitas dan berkeadilan.

Tujuan 2: Peningkatan konsumsi nasional yang mendukung pertumbuhan ekonomi Melalui stabilisasi harga dan barang kebutuhan pokok, konsumen berdaya dan pelaku usaha bertanggung jawab, peningkatan pasar produk dalam negeri, dan optimalisasi peran Perdagangan Berjangka Komoditi, Sistem Resi Gudang, dan Pasar Lelang Komoditas sehingga mendukung peningkatan nilai tambah ekonomi dalam memperkuat ketahanan ekonomi untuk pertumbuhan yang berkualitas dan berkeadilan.

Tabel 2.1 Indikator Tujuan Peningkatan Kosumsi Nasional yang Mendukung Pertumbuhan Ekonomi

INDIKATOR TAHUN

2020 2021 2022 2023 2024

Pertumbuhan PDB Sub-

sektor Perdagangan Besar dan Eceran, bukan Mobil dan Sepeda Motor (%)

4,5 4,8 5,3 5,6 6,0

Sumber : Rencana Strategis Kementerian Perdagangan 2020-2024

2.4 SASARAN STRATEGIS KEMENTERIAN PERDAGANGAN YANG BERKAITAN DENGAN DIREKTORAT JENDERAL PERDAGANGAN DALAM NEGERI

Sasaran strategis merupakan penjabaran dari tujuan yang telah dirumuskan dan

merupakan kondisi yang akan dicapai oleh Kementerian Perdagangan selama periode

pembangunan tahun 2020- 2024 dan dapat diukur secara nyata melalui indikator-

indikator kinerja. Sasaran strategis dari tujuan tersebut yang berkaitan dengan

Direktorat Jenderal Perdagangan Dalam Negeri adalah sasaran (2) terwujudnya

stabilisasi harga dan ketersediaan pasokan barang kebutuhan pokok; serta (4)

meningkatnya pasar produk dalam negeri.

(24)

Sasaran Strategis 2: Terwujudnya Stabilisasi Harga dan Ketersediaan Pasokan Barang Kebutuhan Pokok

Dalam periode 2020-2024, keberhasilan pencapaian sasaran terwujudnya stabilisasi harga dan ketersediaan barang kebutuhan pokok diukur dengan indikator inflasi pangan bergejolak (volatile food). Kriteria pangan bergejolak dipilih karena bahan pangan bergejolak secara signifikan berpengaruh positif terhadap pergerakan angka inflasi umum. Sebagaimana tertuang dalam dokumen RPJMN 2020-2024, target inflasi pangan bergejolak pada tahun 2020 diharapkan tercapai pada tingkat 3,2 persen plus minus 1 persen atau sebesar 3,2 ± 1 persen. Sementara pada tahun 2024, inflasi pangan bergejolak ditargetkan dapat dijaga pada tingkat 3,1 persen.

Tabel 2.2 Indikator Sasaran Strategis Terwujudnya Stabiisasi Harga dan Ketersediaan Pasokan Barang Kebutuhan Pokok

INDIKATOR TAHUN

2020 2021 2022 2023 2024

Inflasi pangan

bergejolak (%) 3,2 ± 1 3,2 ± 1 3,1 ± 1 3,1 ± 1 3, 1

Sumber : Rencana Strategis Kementerian Perdagangan 2020-2024

Sasaran Strategis 4: Meningkatnya Pasar Produk Dalam Negeri

Dalam mengukur keberhasilan pencapaian sasaran strategis meningkatnya pasar produk dalam negeri, indikator yang digunakan adalah (1) Pertumbuhan Subsektor Perdagangan Besar dan Eceran, bukan Mobil dan Sepeda Motor; dan (2) Kontribusi produk dalam negeri dalam konsumsi rumah tangga nasional. Untuk mendukung pencapaian target pertumbuhan ekonomi nasional tahun 2020-2024 rata-rata sebesar 5,7 – 6,0 persen per tahun, sebagaimana tertuang dalam RPJMN 2020-2024, target pertumbuhan Subsektor Perdagangan Besar dan Eceran, bukan Mobil dan Sepeda Motor pada tahun 2020 adalah sebesar 4,5 persen dan tumbuh menjadi 6,0 persen pada tahun 2024.

Kontribusi produk dalam negeri dalam konsumsi rumah tangga merupakan nilai konsumsi rumah tangga yang dikurangi dengan nilai konsumsi yang dipenuhi oleh barang yang diimpor dari luar negeri. Indikator ini dihitung secara tahunan agar pengelolaan impor barang-barang konsumsi dapat lakukan secara efektif dan efisien.

Dengan mempertimbangkan realisasi kontribusi produk dalam negeri terhadap

konsumsi rumah tangga nasional pada tahun 2019 sebesar 94 persen, maka target

dari indikator kontribusi produk dalam negeri terhadap konsumsi rumah tangga

nasional tahun 2020 adalah sebesar 94 persen dan meningkat menjadi 95 persen

pada tahun 2024.

(25)

Tabel 2.3 Indikator Sasaran Strategis Meningkatnya Pasar Produk Dalam Negeri

INDIKATOR TAHUN

2020 2021 2022 2023 2024

Pertumbuhan PDB

Sub-Sektor Perdagangan Besar dan Eceran, bukan Mobil dan Sepeda Motor (%)

4,5 4,8 5,3 5,6 6,0

Kontribusi produk dalam negeri dalam konsumsi rumah tangga nasional (%)

94,0 94,3 94,5 94,8 95

Sumber : Rencana Strategis Kementerian Perdagangan 2020-2024

2.5 TUJUAN DARI DIREKTORAT JENDERAL PERDAGANGAN DALAM NEGERI

Berdasarkan Perturan Menteri Perdagangan Nomor 46 Tahun 2020 tentang Rencana Strategis Kementerian Perdagangan 2020-2024, untuk mendukung tercapainya tujuan Kementerian Perdagangan, Direktorat Jenderal Perdagangan Dalam Negeri memiliki 2 Sasaran strategis yang menjadi arahan kinerja dari Ditjen kedepannya.

Oleh karena itu, Direktorat Jenderal Perdagangan Dalam Negeri memiliki 2 tujuan yang masing-masing memayungi kedua sasaran strategis tersebut.

Dalam Recana Strategis Kementerian Perdagangan 2020-2024, Sasaran Strategis 2 yang ditujukan untuk Direktorat Jenderal Perdagangan Dalam Negeri berbunyi

“Terwujudnya Stabilitas Harga dan Ketersediaan Pasokan Barang Kebutuhan Pokok”.

Sasaran strategis tersebut memiliki satu sasaran program yaitu “Mewujudkan Stabilitas Harga Barang Kebutuhan Pokok”. Dari turunan tersebut dapat disimpulkan bahwa sasaran strategis ini berfokus pada stabilisasi harga dan pasokan barang.

Untuk itu kerangka tujuan strategis dari sasaran strategis ini adalah “Stabilisasi

Harga dan Pasokan Barang Kebutuhan Pokok”. Pada dasarnya dalam memenuhi

stabilisasi harga maupun pasokan barang kebutuhan pokok diperlukan kerjasama

dan koordinasi dari semua kalangan. Untuk itu dalam penuhannya tujuan ini banyak

dilakukan koordiasi bukan hanya dengan K/L lain, namun juga internal Kementerian

Perdagangan khususnya yang berkaitan dengan pengendalian impor barang.

(26)

Gambar 2.1 Kerangka Tujuan Strategis 1 Direktorat Jenderal Perdagangan Dalam Negeri

Selain sasaran strategis 2, Sasaran Strategis 4 yang berbunyi “Meningkatnya Pasar Produk Dalam Negeri” dengan dua sasaran program yaitu “Meningkatnya Penggunaan dan Pemasaran Produk Dalam Negeri” dan “Meningkatnya Pengembangan Kapasitas Pelaku Usaha dan Sarana Perdagangan”. Dari turunan tersebut dapat disimpulkan bahwa sasaran strategis ini berkaitan langsung dengan keberjalanan perdagangan dalam negeri. Sehingga kernagka tujuan strategis dari sasaran strategis ini adalah “Peningkatan Kinerja Perdagangan Dalam Negeri”.

Peningkatan kinerja yang dimaksud disini dilihat dari dua arah yaitu mengenai

penggunaan produk dalam negeri juga pengembangan kapasitas pelaku usaha. Dalam

penggunaan produk dalam negeri sendiri sudah memiliki tim satuan tugas khusus

yang dibentuk berdasarkan peraturan presiden, dimana Direktorat Jenderal

Perdagangan Dalam Negeri Kementerian Perdagangan mengemban tugas sebagai

koordinator pokja sosialisasi. Disamping itu pemasaran dan penggunaan produk

dalam negeri perlu diiringi juga dengan peningkatan pengembangan pelaku usaha

sebagai pelaku perdagangan juga peningkatan kualitas sarana perdagangan seperti

pasar rakyat, Gudang, maupun pusat distribusi.

(27)

Gambar 2.2 Kerangka Tujuan Strategis 2 Direktorat Jenderal Perdagangan Dalam Negeri

(28)

BAB 3 - ARAH KEBIJAKAN DAN STRATEGI

Bab ini akan menjelaskan mengenai rumusan Arah Kebijakan dan Sasaran Strategi Nasional yang kemudian dijabarkan dalam Arah Kebijakan dan Strategi Kementerian Perdagangan.

3.1 ARAH KEBIJAKAN DAN STRATEGI NASIONAL

RPJMN 2020-2024 merupakan tahap pembangunan terakhir dari Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional (RPJPN) 2005-2005. Dengan kata lain, RPJMN pada tahap ini memberikan pengaruh penting dalam pencapaian target pembangunan yang sebelumnya dituliskan pada RPJPN, yaitu pendapatan perkapita Indonesia diperkirakan mencapai tingkat kesejahteraan setara dengan negara-negara berpenghasilan menengah atas yang memiliki kondisi infrastruktur, kualitas sumber daya manusia, layanan publik, serta kesejahteraan rakyat yang lebih baik. Sasaran pembangunan pada RPJMN Ke-4 ini adalah mewujudkan masyarakat Indonesia yang mandiri, maju, adil, dan makmur melalui percepatan pembangunan di berbagai bidang dengan menekankan terbangunnya struktur perekonomian yang kokoh berlandaska keunggulan kompetitif di wilayah dan juga di dukung oleh Sumber Daya Manusia yang berkualitas dan berdaya saing. Tujuan pembangunan ini juga sejalan dengan target-target Sustainable Development Goals (SDGs), yang kemdian diturunkan kedalam 7 agenda pembangunan yang didalamnya terdapat Program Prioritas, Kegiatan Prioritas, dan Proyek Prioritas.

Pada Pidato Kenegaraan Pertama Presiden, Presiden menetapkan ada lima Arahan Utama sebagai strategi dalam pelaksanaan Nawacita dan perceptan sasaran visi Indonesia 2025. Arahan tersebut diharapkan dapat mendorong Indonesia menjadi lebih produktif, berdaya saing, dan fleksibel dalam menghadapi tantangan global yang dinamis dan penuh resiko. Adapun yang dimaksud Arahan Utama Presiden pada periode 2020 – 2024 adalah sebagai berikut:

1. Pembangunan Sumber Daya Manusia 2. Pembangunan Infrastruktur

3. Penyederhanaan Regulasi 4. Penyederhanaan Birokrasi 5. Transformasi Ekonomi

Arahan yang meliputi semua stakeholder di Indonesia termasuk Kementerian

Perdagangan, yaitu Pembangunan Sumber Daya Manusia. Pembangunan SDM

merupakan prioritas utama presiden dengan mendorong agar SDM menjadi pekerja

keras yang dinamis dan produktif. Selain itu ditekankan juga dalam pembangunan

(29)

SDM yang terampil, menguasai ilmu pengetahuan dan teknologi. Pembangunan SDM berkaitan dengan program aksi Peningkatan Kualitas Manusia Indonesia, yang didalamnya terdapat langkah untuk menumbuhkan kewirausahaan. Program aksi tersebut sejalan dengan lingkup Perdagangan yang terdapat dalam UU Perdagangan berupa Kemudahan Berusaha, Perdagangan melalui Sistem Elektronik, Distribusi Barang, Pengembangan dan Pembinaan Ekspor, Penyediaan Informasi Pasar Ekspor, serta Promosi Dagang.

Presiden juga menyebutkan mengenai meminimalisir kendala regulasi. Untuk itu agenda Penyederhanaan Regulasi dilakukan tidak hanya meningkatkan daya saing namun juga peningkatan pelayanan publik. Agenda ini sejalan dengan program aksi kemajuan budaya yang mencerminkan kepribadian bangsa dengan upaya revitalisasi revolusi mental, serta program penegakan sistem hukum yang bebas korupsi, bermartabat, dan terpercaya dengan upata melanjutkan penataan regulasi serta pecegahan dan pemberantasan korupsi. Penyederhanaan regulasi ini dilakukan dengan menggunakan pendekatan Omnibus Law. Program aksi tersebut sejalan dengan lingkup Perdagangan yang terdapat dalam UU Perdagangan berupa Pengelolaan Kebijakan dan Perundang-undangan, Pelayanan Publik terkait Perdagangan, Sistem Informasi Perdagangan, Pengawasan Internal serta Audit.

Sejalan dengan hal tersebut, agenda Penyederhanaan Birokrasi juga dilakukan dengan harapan investasi dapat ditingkatkan serta penciptaan lapangan kerja.

Penyederhanaan ini bertujuan untuk memotong prosedur yang ada agar birokrasi yang akan dilakukan tidak terlalu panjang. Ini berkaitan dengan program aksi pengelolaan pemerintahan yang bersih, efektif, dan terpercaya dengan beberapa langkah yang dilakukan adalah mengembangkan ASN yang professional, reformasi system perencanaan penganggaran dan akuntabilitas birokrasi, serta reformasi kelembagaan birokrasi yang efektif dan efisien. Hal tersebut sejalan dengan lingkup Perdagangan yang terdapat dalam UU Perdagangan yaitu Efektifitas Organisasi dan Kinerja ASN; Perencanaan, Penganggaran, dan Akuntabilitas Birokrasi; Sistem Informasi Perdagangan; Pengawasan Internal serta Audit.

Dari kelima agenda diatas, Transformasi Ekonomi merupakan agenda yang

berkaitan langsung dengan Kementerian Perdagangan. Hal ini dikarenakan pada

periode mendatang Indonesia akan menekankan untuk mengurangi ketergantungan

pada sumber daya alam dengan bertranformasi ke manufaktur dan jasa modern. Ini

diyakini memiliki nilai tambah tinggi dan dapat meberikan kontribusi terhadap

kemakmuran bangsa demi keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia. Agenda

tersebut berkaitan dengan program aksi struktur ekonomi yang produktif, mandiri

dan berdaya saing, dimana didalamnya terdapat upaya untuk Melanjutkan

revitasilsasi industry dan infrastruktur pendukung untuk menyonsong revulosi

(30)

industri 4.0. Hal ini sejala dengan lingkup Perdagangan yang terdapat dalam UU Perdagangan berupa Ekspor (Produk Pertanian, Kehutanan, Industri) serta Perizinan Ekspor dan Impor. Disamping itu terdapat juga upaya dalam mengembangkan struktur ekonomi baru yang sejalan dengan Peningkatan Produk Dalam Negeri, Pengendalian Barang Pokok dan Baang Penting, Perdagangan melalui Sistem Elektonik, Perlindungan Konsumen, serta Standarisasi dan Pengendalian Mutu Barang.

Gambar 3.1 Keterkaitan Visi, Misi, Tujuan dan Sasaran Pembangunan Perdagangan 2020-2024

Sumber : Rencana Strategis Kementerian Perdagangan 2020-2024

Program aksi lain yang berkaitan degan agenda ini adalah Pembangunan yang Merata

dan Berkeadilan. Dimana beberapa langkah yang dilakukan berkaitan dengan

mengembangkan produktivitas dan daya saing UMKM koperasi, mengembangkan

ekonomi kerakyatan, serta mengembangkan reformasi sistem jaminan perlindungan

sosial. Hal-hal tersebut berkaitan dengan lingkup perdagangan yaitu Distribusi

(31)

Barang, Saranan Perdagangan, Pemberdayaan Koperasi dan UMKM, Perdagangan melalui Sistem Elektronik, Sistem Resi Gudang, Pasar Lelang Komoditas, serta Pasar Berjangka Komoditi. Program aksi lain yang berkaitan adalam mengenai perlindungan bagi segenap bangsa dan memberikan rasa aman pada seluruh warga, salah satu upaya yang dilakukan adalah dengan melanjutkan haluan politik luar negeri yang bebas aktif. Ini sejalan dengan lingkup perdagangan yaitu Perlindugan dan Pengamanan Perdagangan, Perizinan Ekspor dan Impor, Kerjasama Perdagangan Internasional, Pembukaan Pasar Tujuan Ekspor, serta Pengembangan Ekspor.

3.2 ARAH KEBIJAKAN DAN STRATEGI KEMENTERIAN PERDAGANGAN

Dalam mewujudkan indonesia maju yang berdaulat, mandiri, dan berkepribadian berlandaskan gotong royong, RPJMN 2020-2024 sebagai landasan utama pembangunan Indonesia selama lima tahun kedepan telah menuangkan 5 (lima) Arahan Presiden yang dijabarkan ke dalam 7 (tujuh) Agenda Pembangunan. Dalam mendukung dan mengimplementasikan arah kebijakan dan strategi dalam Agenda Pembangunan yang telah dijelaskan sebelumnya, Kementerian Perdagangan memiliki 12 arah kebijakan. Arah kebijakan yang berkaitan dengan Direktorat Jenderal Perdangan Dalam Negeri ada 3, yaitu sebagai berikut:

1. Penguatan Jaringan Distribusi Barang Kebutuhan Pokok

Dalam mendukung arah kebijakan penguatan jaringan distribusi untuk barang kebutuhan pokok, maka strategi yang diperlukan adalah (a) Meningkatkan ketersediaan sarana dan prasarana perdagangan; dan (b) Meningkatkan koordinasi dan peran pemerintah daerah dalam kelancaran distribusi.

Pengimplementasian strategi tersebut dilakukan antara lain melalui: (i) optimalisasi pemanfaatan pasar dan gudang; (ii)optimalisasi pemanfaatan gerai maritim dan tol laut; (iii)pengembangan dan optimalisasi pemanfaatan Sistem Perdagangan Antar Provinsi; dan (iv) pembinaan dan pengawasan pelaku usaha distribusi barang kebutuhan pokok.

2. Pengendalian Harga dan Pasokan Barang Kebutuhan Pokok

Dalam mendukung arah kebijakan pengembangan dan peningkatan pengawasan

terhadap bapokting, maka strategi yang diperlukan adalah (a) Meningkatkan

akurasi data harga barang kebutuhan pokok; (b) Meningkatkan koordinasi dan

pengawasan barang kebutuhan pokok; (c) Mengoptimalkan pengelolaan impor

barang kebutuhan pokok. Pengimplementasian strategi tersebut dilakukan

antara lain melalui: (i) pengembangan dan optimalisasi pemanfaatan sistem

informasi harga barang kebutuhan pokok; (ii) peningkatan koordinasi dan

pengawasan barang kebutuhan pokok Bersama instituri penegak hukum dan

pemerintah daerah; (iii) optimalisasi efektivitas pengelolaan impor barang

(32)

kebutuhan pokok; dan (iv) optimalisasi efektivitas kebijakan pengaturan harga kebutuhan pokok.

3. Pembinaan dan Pengamanan Pasar Dalam Negeri

Dalam rangka mendukung kebijakan pengamanan pasar dalam negeri, maka strategi yang diperlukan adalah (a) Meningkatkan penggunaan dan perdagangan produk dalam negeri; dan (b) Meingkatkan koordinasi dan sinergi lintas K/L dan daerah dalam mendukung implementasi sistem logistik nasional yang efektif dan efisien. Pengimplementasian strategi tersebut dilakukan antara lain melalui: (i) peningkatan pelayanan kemudahan berusaha dalam bidang perdagangan dalam negeri yang mudah, murah, cepat dan akurat; (ii) peningkatan sinergitas antara pusat dan daerah dalam membangun dan mengembangkan sarana dan prasarana perdagangan; (iii) optimalisasi revitalisasi pasar yang berkualitas, nyaman aman dan bersih; (iv) optimalisasi kegiatan pemasaran produk dalam negeri unggulan yang berkesinambungan; (v) peningkatan kapasitas pelaku usaha (UMKM) melalui pembinaan dan pelatihan usaha; dan (vi) optimalisasi pemanfaatan teknologi digital untuk pasar dan produk dalam negeri.

3.3 ARAH KEBIJAKAN DARI DIREKTORAT JENDERAL PERDAGANGAN DALAM NEGERI

Dalam rangka pencapaian visi, misi, tujuan, dan sasaran strategis Kementerian Perdagangan, dengan mengimplementasikan arah kebijakan dan strategi nasional serta Kementerian Perdagangan, maka dilakukan penyusunan program kementerian yang terdiri dari 4 (empat) program, yaitu: (1) Program Dukungan Manajemen; (2) Program Perdagangan Dalam Negeri; (3) Program Perdagangan Luar Negeri; (4) Program Riset dan Inovasi Ilmu Pengetahuan dan Teknologi.

Program Perdagangan Dalam Negeri terdiri dari serangkaian kegiatan-kegiatan yang

bersifat teknis mencakup fasilitasi, promosi, regulasi, advokasi, penetrasi, distribusi,

kerjasama, edukasi, pengamanan dan pengawasan yang secara khusus ditujukan

untuk pencapaian sasaran-sasaran stabilisasi harga dan ketersediaan pasokan barang

kebutuhan pokok dan penting, peningkatan pasar produk dalam negeri, konsumen

berdaya saing dan pelaku usaha yang bertanggung jawab, serta optimalisasi peran

PBK, SRG, dan PLK melalui pengelolaan dan pengembanga pasar dalam negeri,

perlindungan konsumen dan tertib niaga, serta pengawasan perdagangan berjangka

komoditi. Program ini dilakukan untuk mendukung kerangka pengembangan

perdagangan dalam negeri, perlindungan konsumen dan tertib niaga, dan

perdagangan berjangka komoditi. Pada dokumen ini, pembahasan akan difokuskan

pada pengembangan perdagangan dalam negeri.

Referensi

Garis besar

Dokumen terkait