• Tidak ada hasil yang ditemukan

Studi Dokumentasi Area Siti Inggil Keraton Kasepuhan Cirebon

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Studi Dokumentasi Area Siti Inggil Keraton Kasepuhan Cirebon"

Copied!
6
0
0

Teks penuh

(1)

Prosiding Seminar Heritage IPLBI 2017 | A 515

Studi Dokumentasi Area Siti Inggil Keraton Kasepuhan Cirebon

Farhatul Mutiah

farhamutia@gmail.com

Program Studi A rsitektur, Sekolah Tinggi Teknologi C irebon.

Abstrak

Keraton Kasepuhan Cirebon, sebagai salah satu keraton dan situs bersejarah yang dimiliki Kota Cirebon, tengah menghadapi perubahan sebagai dampak dari perkembangan kota dan pariwisata Cirebon yang sedang melaju pesat. Perubahan demi perubahan yang terjadi dimaksudkan selain untuk beradaptasi dengan kemajuan modern demi menjaga warisan budaya Cirebon juga untuk memberikan fasilitas/kenyamanan bagi pengunjung yang datang berwisata. Dalam rangka melindungi aset-aset penting bernilai sejarah ini, salah satu tindakan awalnya adalah melalui upaya pencatatan/ pendokumentasian detail mengenai bangunan-bangunan bersejarah tersebut, tidak hanya melalui media fotografi, namun juga pengukuran detail bangunan. Studi dokumentasi ini memiliki dua kegiatan inti, yakni perekaman data dan publikasi. Perekaman data dilakukan dengan metode observasi lapangan termasuk foto, sketsa, pengukuran bangunan, pencatatan kembali, dan penggambaran kembali baik dalam format dua dimensi ataupun tiga dimensi secara digital. Dari studi dokumentasi atas kasus Keraton Kasepuhan Cirebon ini ditemukan adanya indikasi perubahan pada area Siti Inggil Keraton kasepuhan Cirebon, terutama pada material atap, vegetasi lansekap, dan jalan akses pengunjung.

Kata-kunci : keraton kasepuhan, pengukuran, siti inggil

Pendahuluan

Keraton Kasepuhan Cirebon Kota Cirebon, merupakan salah satu tonggak sejarah utama berdirinya Kota Cirebon, yang sudah berdiri 500 tahun lampau dan terdaftar dalam SK Walikota Cirebon Nomor 19 tahun 2001 tentang Cagar Budaya. Seiring dengan perkembangan Kota Cirebon yang cukup pesat dengan salah satu pemantiknya adalah akses jalan tol Cikampek–Palimanan (Cipali), tentu berbanding lurus dengan kegiatan pariwisatanya, termasuk objek bangunan cagar budaya Keraton Kasepuhan Cirebon.

Keraton Kasepuhan Cirebon adalah keraton yang terluas dari empat keraton yang ada di Kota Cirebon, sekaligus sebagai salah satu objek wisata yang paling banyak dikunjungi di Kota Cirebon.

Dalam rangka beradaptasi dengan kemajuan modern serta memberikan fasilitas/kenyamanan bagi pengunjung yang datang berwisata, Keraton Kasepuhan Cirebon melakukan perubahan demi perubahan di bidang fisik bangunan. Perubahan tersebut tentu harus selaras dengan pelestarian cagar budaya untuk melindungi aset-aset penting yang bernilai sejarah. Oleh karena itu, dalam upaya pelestarian cagar budaya Keraton Kasepuhan Cirebon, selain dilakukan dengan cara perlindungan dan pemeliharaan, juga diperlukan cara dokumentasi.

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (2017), dokumentasi adalah kumpulan dari dokumen- dokumen yang dapat memberikan keterangan atau bukti berkaitan dengan proses pengumpulan dan pengelolaan dokumen secara sistematis serta menyebar luaskan kepada pemakai informasi tersebut.

(2)

Studi Dokumentasi Area Siti Inggil Keraton Kasepuhan Cirebon

A 516 | ProsidingSeminar Heritage IPLBI 2017

Sedangkan pendokumentasian adalah proses, cara, perbuatan mendokumentasikan. Selanjutnya, di dalam Undang-Undang Cagar Budaya Nomor 11 tahun 2010 pasal 53 ayat 4 juga disebutkan

bahwa kegiatan pelestarian harus didukung oleh kegiatan pendokumentasian sebelum dilakukan kegiatan yang dapat menyebabkan terjadinya perubahan keasliannya.

Studi dokumentasi Siti Inggil Keraton Kasepuhan Cirebon ini bertujuan untuk merekam data-data terkini mengenai eksisting bangunan cagar budaya Siti Inggil Keraton Kasepuhan di tahun 2016 dan mempublikasikan informasi tersebut kepada masyarakat.

Area Siti Inggil Keraton Kasepuhan Cirebon dipilih sebagai objek studi karena merupakan area penting sebagai tonggak berdirinya Keraton Kasepuhan Cirebon, selain Dalem Agung Pakungwati. Keraton Kasepuhan yang dibangun oleh Pangeran Mas Zainul Arifin di tahun 1529 dan dahulu dinamakan Keraton Pakungwati ini telah memberikan inspirasi bagi kesultanan Mataram, terutama Siti Inggil Keraton Kasepuhan Cirebon, yang menjadi inspirasi Siti Inggil Keraton Mataram di Yogyakarta.

Kegiatan

Mendokumentasikan sebuah eksisting bangunan cagar budaya dan melakukan pengukuran kembali mungkin tidaklah mudah, perlu ketelitian dan ketekunan dalam mendeskripsikan setiap detail bentukan arsitekturalnya. Studi dokumentasi Siti Inggil Keraton Kasepuhan Cirebon ini memiliki dua kegiatan inti, yakni perekaman data dan publikasi. Kegiatan perekaman data merupakan rangkaian kegiatan pembuatan dokumen tentang cagar budaya Keraton Kasepuhan Cirebon yang bertujuan memberikan informasi dan pembuktian tentang kebenarannya, yang dilakukan dengan metode observasi lapangan, pemotretan, pendataan elemen bangunan, pengukuran detail bangunan, penggambaran (sketsa tangan dan bentuk komputasi dua dimensi dengan software Autocad), serta simulasi tiga dimensi dengan software Sketchup.

Perekaman data dilakukan selama kurun waktu Oktober hingga November 2016. Pada tahap awal, dilakukan survey dan pengambilan foto objek beserta wawancara untuk mengetahui informasi mengenai sejarah dari area Siti Inggil Keraton Kasepuhan ini. Kemudian melakukan sketsa denah dan tampak bangunan dengan tanpa instrumen pengukuran khusus. Tahap selanjutnya adalah mengukur dan mencatat setiap elemen bangunan, baik itu bagian atas, bagian tengah, maupun bagian bawah bangunan dengan menggunakan instrumen pengukuran, termasuk detail-detail di dalamnya. Berikutnya dilakukan pengecekan kembali atau cross check terhadap hasil pengukuran.

Pada tahap finalisasi dilakukan penggambaran teknis bangunan dengan digital secara 2 dimensi dan 3 dimensi serta penyusunan dokumen hasil dokumentasi. Metode yang digunakan dalam pengukuran adalah metode pengukuran langsung terhadap eksisting bangunan, dengan menggunakan instrumen daftar gambar (check list), camera photo, pedoman gambar, meteran, dan kompas. Delineasi area pengukuran adalah area Siti Inggil dengan batasan gapura (Gapura Adi dan Gapura Banteng) serta pagar Candi Laras yang mengelilingi area Siti Inggil.

Adapun kegiatan publikasi bertujuan untuk menyebar luaskan informasi pelestarian cagar budaya ini agar dapat diketahui dan dipahami oleh masyarakat. Hal tersebut dijembatani dengan pelaksanaan kegiatan terbuka untuk publik berupa Kuliah Umum Cagar Budaya (Oktober 2016), Pembekalan Pendokumentasian Bangunan Cagar Budaya (Oktober 2016), Pelatihan Sketsa Bangunan Gambar 1. Letak Area Siti Inggil

terhadap Site Plan Keraton Kasepuhan Cirebon (Sumber : Keraton Kasepuhan, 2016)

(3)

Prosiding Seminar Heritage IPLBI 2017 | A 517 (November 2016), Diskusi Budaya “Pelestarian Kawasan dan Bangunan Cagar Budaya (Desember 2016) dan penerbitan buku hasil dokumentasi yang saat ini masih dalam proses pengeditan.

Pendokumentasian Keraton Kasepuhan Cirebon ini terlaksana atas kerjasama program studi arsitektur Sekolah Tinggi Teknologi Cirebon dengan Jurusan Arsitektur Universitas Katolik Parahyangan Bandung di bawah naungan Lembaga Penelitian dan Pengabdian Masyarakat kedua institusi. Kegiatan ini melibatkan baik dosen dan mahasiswa, yang dilakukan selama kurun waktu Oktober hingga Desember tahun 2016.

Area Siti Inggil Keraton Kasepuhan Cirebon

Area Siti Inggil Keraton Kasepuhan Cirebon terletak di utara keraton yang dikelilingi oleh tembok bata merah yang menjadi ciri khas Keraton Kasepuhan Cirebon. Siti Inggil memiliki makna lemah dhuwur atau tanah tinggi sesuai dengan kawasan yang berada pada tatanan tanah yang lebih tinggi dari kompleks lainnya. Area Siti Inggil ini didirikan pada tahun 2529 pada masa pemerintahan Syekh Syarif Hidayatullah (Sunan Gunung Jati).

Siti Inggil dikelilingi tembok bata merah dengan pasangan piring keramik dan pintu masuk berupa gapura Candi Bentar dan pagar keliling berupa Candi Laras. Pintu masuk ini dinamakan Gapura Adi dan pntu keluar ini dinamakan Gapura Banteng. Jika dilihat dari bentuk dan ornamen yang menghiasi bangunan ini, siti inggil mengadopsi budaya dari hindu berupa candi bentar dan budaya dari cina berupa pasangan piring keramik. Strukturnya berupa tumpukan bata merah yang saling digesekan antara satu dan lainnya.

Di Siti Inggil berdiri lima buah bangunan tanpa dinding beratap sirap, deretan depan dari barat ke timur sebagai berikut :

Bangunan pertama, Mande Malang Semirang atau Mande jajar. Tiang tengahnya yang (berukir) 6 buah melambangkan rukun iman, seluruhnya ada 20 tiang. Hal ini melambangkan sifat 20 (sifat Ketuhanan). Tiang-tiang yang terdapat pada bangunan ini memiliki banyak ornamen, pada bagian bawah tiang memiliki pondasi umpak berbentuk lesung dengan ukiran flora berupa motif kang- kungan dan motif keliangan yang berasal dari ragam hias jawa barat.

Bangunan kedua Mande Pengiring, bagian bawah bangunan ini terbuat dari susunan bata merah dengan ornamen menyerupainya motif wadasan. Sedangkan bagian tengah hanya berupa tiang yang berjumlah delapan buah dan bagian atas berupa atap bertumpuk bertipe malang semirang yang terbuat dari bahan sirap.

Gambar 2. Site Plan Area Siti Inggil (Sumber : Hasil Dokumentasi 2016) Legenda :

1. Mande Malang Semirang 2. Mande Pengiring 3. Mande Pendawa Lima 4. Mande Semar Tinandu 5. Mande Karesmen 6. Lingga Yoni 7. Gapura Adi 8. Gapura Banteng

9. Tembok keliling & candi laras 6

7

8 9

(4)

Studi Dokumentasi Area Siti Inggil Keraton Kasepuhan Cirebon

A 518 | ProsidingSeminar Heritage IPLBI 2017

Bangunan ketiga Mande Pendawa Lima, Bagian bawah terbuat dari susunan bata merah dengan ornamen menyerupai motif wadasan. Motif wadasan ini merupakan motif dari Cina. Bagian tengah dari bangunan ini hanya berupa tiang yang berjumlah lima buah, melambangkan rukun Islam.

Kemudian pada bagian atas, berupa atap joglo yang terbuat dari bahan sirap.

Bangunan keempat, Mande Semar Tinandu, Bagian bawah terbuat dari susunan bata merah dengan ornamen menyerupai motif wadasan. Bagian tengah dari bangunan ini hanya berupa tiang yang berjumlah dua buah, melambangkan dua kalimat syahadat. Kemudian pada bagian atas, berupa atap bertipe joglo yang terbuat dari bahan sirap.

Bangunan kelima, Mande Karesman, Bagian bawah bangunan ini terbuat dari susunan bata merah dengan ornamen menyerupai motif wadasan. Sedangkan bagian tengah hanya berupa tian g dengan pondasi umpak tanpa ornamen yang berjumlah delapan buah.

Pelajaran

Dokumentasi menggunakan metode pengukuran langsung, dan menghasilkan output gambar teknik bangunan eksisting area Siti Inggil di tahun 2016 secara digital. Sebelumnya dilakukan telaah literatur dan wawancara mengenai sejarah Keraton Kasepuhan Cirebon beserta kondisi fisik bangunannya dan observasi lapangan. Dari hasil pengukuran dan penggambaran teknis kelima bangunan yang berada dalam area Siti Inggil, dapat disimpulkan bahwa terdapat dua kelompok bangunan dengan pendekatan ukuran dan proporsi. Pertama, kelompok Mande Malang Semirang, Mande Karesmen dan Mande Pengiring yang memiliki luasan tidak jauh berbeda (6,66x10,67 m;

6,35x7,34 m; 6,33x6,34 m). Ketiga bangunan ini memiliiki bentukan yang tidak jauh berbeda dan ornamentasi yang berulang, dilihat dari bentuk atap, ketinggian lantai, ornamentasi pada pondasi umpak, ornamentasi pada lantai, ukiran pada kolom dan balok. Kedua, kelompok Mande Pandawa Lima dan Semar Tinandu dengan luasan yang lebih kecil (1,71x1,71 m; 2,74x0,98 m) dengan kesamaan pada ketinggian lantai dan ornamentasi pada lantai.

Dari hasil observasi lapangan, ditemukan adanya proses degradasi kualitas cagar budaya di antaranya berupa lantai Mande Karesmen yang sudah mulai tidak rata, ukiran detail pada pondasi maupun ornamentasi lantai yang tidak lengkap. Dari hasil wawancara dan telaah literatur ditemukan beberapa perubahan-perubahan yang dilakukan secara bertahap, yang bertujuan untuk menjaga dan melindungi warisan cagar budaya Siti Inggil Keraton Kasepuhan Cirebon. Dalam hal ini termasuk

Gambar 3. Hasil Dokumentasi area Siti Inggil Keraton Kasepuhan Cirebon yang meliputi gambar teknis 2D dan 3D secara digital (Sumber : Hasil Dokumentasi 2016).

a. Simulasi tiga dimensi Area Siti Inggil b. Tampak Barat Mande Malang Semirang c. Detail kolom pada Mande Malang Semirang (Sumber : Hasil Dokumentasi 2016)

(a) (b) (c)

(5)

Prosiding Seminar Heritage IPLBI 2017 | A 519 penambalan bata susun di Gapura Banteng dan pemugaran tembok bagian selatan. Selain itu juga terdapat adanya indikasi perubahan material pada atap (dari genteng menjadi sirap), penambahan jalan akses pengunjung, serta perubahan vegetasi lansekap. Dalam pendokumentasian ini terfokus pada proses perekaman data, untuk kegiatan selanjutnya dapat dilakukan penelitian lebih lanjut mengenai perubahan eksisting bangunan tahap demi tahap hingga terjadi area Siti Inggil Keraton Kasepuhan seperti saat ini.

a. Ukiran yang tidak lengkap, baik pada ornamentasi lantai maupun pondasi.

b. Permukaan lantai tidak rata/ bergelombang.

c. Detail kolom pada Mande Malang Semirang (Sumber : Hasil Dokumentasi 2016)

Dari hasil pendokumentasian Area Siti Inggil Keraton Kasepuhan Cirebon ini, diharapkan dapat menjadi arsip penting mengenai detail bangunan Keraton Kasepuhan Cirebon per tahun 2016. Kelak, ketika ada perubahan terkait elemen arsitektural bangunan dapat ditelaah kembali melalui dokumentasi yang sudah ada. Selain itu juga ditemukan beberapa kerusakan minor yang jika tidak segera dirawat akan semakin diperparah dengan adanya kegiatan pariwisata/ perilaku pengunjung yang kurang bertanggung jawab.

Gambar 5. Foto kiri : Area Siti Inggil Keraton Kasepuhan Cirebon yang diperkirakan diambil sekitar tahun 1920- 1933 oleh fotografer G.F.J. Bley (Sumber kiri : https://id.wikipedia.org/wiki/

Berkas:COLLECTIE_TROPENMUSEUM). Foto kanan : Area Siti Inggil pada Oktober 2016 (Sumber : Hasil Dokumentasi 2016). Terlihat perbedaan mengenai material atap antara genteng dan material sirap kayu. Untuk itu diperlukan studi lebih lanjut mengenai kapan dan bagaimana perubahan material ini terjadi.

Gambar 4. Degradasi kualitas fisik bangunan cagar budaya di area Siti Inggil Keraton Kasepuhan Cirebon.

(Sumber : Hasil Dokumentasi 2016).

a. Ornamentasi lantai pada lantai Mande Malang Semirang, motif sudah tidak terlihat.

b. Ornamentasi lantai pada Mande Karesmen, tidak lengkap.

c. Ukiran yang tidak lengkap pada pondasi Malang Semirang.

d. Permukaan lantai tidak rata pada Mande Karesmen.

(a) (b) (c)

(d)

(6)

Studi Dokumentasi Area Siti Inggil Keraton Kasepuhan Cirebon

A 520 | ProsidingSeminar Heritage IPLBI 2017

Adapun keterbatasan studi ini terletak pada kesulitan dalam pengukuran bagian atas atau atap bangunan. Pengukuran yang dilakukan tidak dapat secara langsung menyentuh objek tersebut, namun dilakukan dengan asumsi dan perhitungan. Sehingga untuk pengukuran selanjutnya, dapat disarankan untuk mempersiapkan instrumen/alat yang memungkinkan pengobservasi dapat menjangkau bagian atap, contohnya dengan mobil tangga. Selain itu perlunya diskusi dan telaah lebih lanjut mengenai detail makna dan sejarah renovasi/perbaikan setiap elemen bangunan di Keraton Kasepuhan Cirebon, untuk melengkapi arsip dokumentasi.

Kesimpulan

Pendokumentasian ini terbatas pada pengukuran secara rinci elemen arsitektural yang ada pada Area Siti Inggil Keraton Kasepuhan Cirebon, dengan harapan adanya data detail mengenai eksisting bangunan di tahun 2016, yang dapat dipergunakan di kemudian hari. Upaya pendokumentasian saja tidak cukup, masih perlu adanya kajian mendalam pada penelitian selanjutnya untuk menindaklanjuti beberapa temuan-temuan dalam hasil dokumentasi. Tema-tema seperti makna elemen arsitektural pada area Siti Inggil dan bagaimana mempertahankan keaslian bentuk Keraton Kasepuhan Cirebon di tengah pesatnya aktivitas pariwisata sangat penting untuk mendukung hasil dokumentasi ini.

Daftar Pustaka

Adeng. (1998). Kota Dagang Cirebon sebagai Bandar Jalur Sutra. Jakarta : Departemen Pendidikan dan Kebudayaan RI. (1998).

Dewi, H.I. & Anisa. (2009). Proceeding PESAT (Psikologi, Ekonomi, Sastra, Arsitektur & Sipil) : Akulturasi Budaya pada Perkembangan Keraton Kasepuhan Cirebon. Depok : Universitas Gunadarma.

Kamus Besar Bahasa Indonesia. (2017). Retrieved March 24, 2017, from www.KamusBahasaIndonesia.org Tim Pengabdian Masyarakat Keraton Kasepuhan Cirebon.(2016). Hasil Dokumentasi Siti Inggil Keraton Kasepuhan

Cirebon. Universitas Parahyangan Bandung dan Sekolah Tinggi Teknologi Cirebon.

Hermawan, I. (2001). Kajian Konsep dan Bentuk Arsitektur Masjid Agung Kasepuhan Masa Kesultanan Cirebon. Institut Teknologi Bandung, Program Studi Desain. Bandung : ITB.

Bley, G.F.J. (1920). De Kraton Kasepuhan Cheribon. Retrieved November 21, 2016, from https://id.wiki- pedia.org/wiki/Berkas:COLLECTIE_TROPENMUSEUM_De_kraton_Kasepuhan_Cheribon_TMnr_60005176.jpg Pendokumentasian Cagar Budaya : Deskripsi, Pengukuran dan Penggambaran (2013). Retrieved March 24, 2017,

from http://kebudayaan.kemdikbud.go.id/wp-content/uploads/2013/07/9.-Pengukuran-dan-Penggambaran-CB- praktek.pdf

Yani, Ahmad. (2011). Holistik Vol 12 Nomor 01 : Pengaruh Islam terhadap Makna Simbolik Budaya Keraton- Keraton Cirebon. Cirebon : IAIN Syekh Nurjati Cirebon.

Gambar

Gambar  2. Site Plan Area Siti Inggil (Sumber : Hasil  Dokumentasi 2016) Legenda :
Gambar  3. Hasil  Dokumentasi area Siti Inggil Keraton Kasepuhan Cirebon yang meliputi gambar  teknis 2D dan 3D secara digital (Sumber : Hasil  Dokumentasi 2016)
Gambar 5. Foto kiri : Area Siti Inggil Keraton Kasepuhan Cirebon yang diperkirakan diambil sekitar tahun 1920- 1920-1933  oleh  fotografer  G.F.J

Referensi

Dokumen terkait

Ekuivalen mobil penumpang (emp) untuk masing-masing kendaraan tergantung pada tipe jalan dan arus lalu lintas total yang dinyatakan dalam kendaraan perjam semua

Deteksi molekuler untuk mengidentifikasi deoxyribo nucleid acid (DNA) dari Mtb dapat menggunakan teknik nucleid acid amplification lest (NAAT), antara lain secara

dan akar rimpang kuyit terhadap pengamatan mikroskopis pembelahan inti sel akar bawang merah, menunjukan hasil yang sangat bagus.Berdasarkan penelitian Gresby (2013),

Pengembangan pendekatan Website Usability Evaluation (WEBUSE) sebagai standar pengukuran usability, dengan metode evaluasi kuisioner berbasis web yang

dengan jenis media lain untuk digunakan dalam pengajaran suatu bahan pelajaran tertentu... Posisi Media

Pada kondisi stres oksidatif, imbangan normal antara produksi radikal bebas atau senyawa oksigen reaktif dengan kemampuan antioksidan alami tubuh untuk

Uji susceptibility menunjukkan kedua isolat ini resisten terhadap metronidazol, Hal ini mengindikasikan bahwa kedua isolat tersebut dapat digunakan secara sinergis dengan

‡ Sebagai desain awal ± Analisa kehandalan menjadi dasar untuk desain awal dari sistem yang dibangun dengan memperkecil celah antara analisa dan desain seperti yang