RENCANA
STRATEGIS
2014-2018
PERUBAHAN II
BADAN PENYELENGGARA
RENCANA STRATEGIS 2014-2018 PERUBAHAN II
BADAN PENYELENGGARA JAMINAN SOSIAL KETENAGAKERJAAN
Iv
Rencana Strategis BPJS Ketenagakerjaan 2014-2018 disusun sebagai panduan arah pengembangan institusi BPJS Ketenagakerjaan sampai dengan tahun 2018. Didalam penyusunannya berbagai faktor yang relevan dan dianggap secara signifikan mempengaruhi arah institusi telah dimasukkan menjadi pertimbangan. Faktor-faktor tersebut diantaranya adalah regulasi, pertumbuhan ekonomi, sosial budaya, teknologi, kesiapan sumber daya manusia, infrastruktur dan beberapa hal lainnya. Persetujuan Dewan Pengawas atas perubahan Rencana Strategis BPJS Ketenagakerjaan 2014-2018 telah ditetapkan melalui Keputusan Dewan Pengawas Nomor: KEP/05/DEWAS/042015.
Namun demikian dinamika perubahan lingkungan yang saat ini terjadi mendorong kami untuk melakukan revisi kembali atas Rencana Strategis 2014-2018 untuk mendekatkan kepada berbagai fakta dan implementasi di lapangan. Beberapa perubahan yang signifikan membawa pengaruh kepada rencana strategis ini adalah kepesertaan PNS/TNI/POLRI, penurunan rate iuran Jaminan Pensiun, perubahan persyaratan pengambilan JHT dan perubahan besaran persentasi Dana Operasional dan perlambatan ekonomi dunia dan ekonomi Indonesia khususnya.
Atas perubahan tersebut kami melakukan penghitungan dan analisa dampak perubahan tersebut kepada aspek strategis dan operasional BPJS Ketenagakerjaan. Perubahan tersebut secara signifikan mempengaruhi target kepesertaan, iuran, dana-hasil investasi dan biaya operasional. Perubahan dan dampak yang terjadi kami tuangkan dalam Rencana Strategis Perubahan BPJS Ketenagakerjaan tahun 2014-2018 dan dengan ini kami mengajukan Rencana Strategis Perubahan 2014-2014-2018 sebagai bagian dari corrective action untuk memastikan berbagai target dan inisiatif strategis dapat terlaksana dan memberikan hasil optimal untuk pekerja Indonesia.
RENCANA STRATEGIS 2014-2018 PERUBAHAN II
BADAN PENYELENGGARA JAMINAN SOSIAL KETENAGAKERJAAN v
Agus Supriyadi Direktur Perencanaan Strategis
& Teknologi Informasi
Junaedi
Direktur Kepesertaan & HAL
Jeffry Haryadi Direktur Investasi
Herdy Trisanto Direktur Keuangan
Achmad Riadi
Direktur Pelayanan & Pengaduan
Amri Yusuf Direktur Umum & SDM Melalui revisi rencana strategis 2014-2018 kami berharap bahwa visi BPJS Ketenagakerjaan “menjadi Badan Penyelenggara berkelas dunia, terpercaya, bersahabat, unggul dalam operasional dan pelayanan” berikut dengan inisiatif dan milestone pencapaian dapat kami laksanakan dengan sebaik-baiknya.
Pada kesempatan ini kami sampaikan terima kasih yang sedalam-dalamnya kepada semua pihak yang telah meluangkan waktu, pikiran, serta tenaga dalam penyusunan Rencana Strategis Perubahan 2014-2018. Semoga Allah SWT meridhai upaya kita dalam mewujudkan kesejahteraan untuk pekerja Indonesia.
Jakarta, September 2015
Badan Penyelenggara Jaminan Sosial Ketenagakerjaan DIREKSI
Elvyn G. Masassya Direktur Utama
Kata Pengantar Daftar Isi
Executive Summary
Renstra 2014-2018 Perubahan II
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Rencana Strategis 2014-2018 Perubahan II B. Rencana Strategis 2014-2018
Perubahan II C. Tujuan dan Misi BPJS
Ketenagakerjaan
D. Filosofi Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) Ketenagakerjaan EvALUASI PELAKSANAAN RJPP TAHUN 2009-2013 A. Program Strategis 2009-2013 B. Evaluasi Asumsi RJPP 2009-2013 C. Kepesertaan Program Jamsostek D. Beban Jaminan
E. Neraca F. Kesimpulan
POSISI BPJS KETENAGAKERJAAN
A. Analisa Lingkungan Eksternal dan Internal
3
2
1
5
4
ASUMSI PENYUSUNAN RENCANA STRATEGIS 2014-2018 PERUBAHAN II A. Jaringan Kantor BPJSKetenagakerjaan 2014 B. Asumsi Penyusunan Rencana
Strategis 2014-2018 Perubahan II 1. Asumsi Makro
2. Asumsi Mikro
TUJUAN, SASARAN,DAN STRATEGI BPJS KETENAGAKERJAAN A. visi
B. Nilai dan Etos Badan C. Tujuan BPJS Ketenagakerjaan
2014-2018
D. Sasaran dan Strategi Umum BPJS Ketenagakerjaan 1. Sasaran Umum Badan 2. Strategi Umum dan Roadmap
BPJS Ketenagakerjaan E. Strategy Map F. Journey Direktorat 2014-2018 G. Sasaran Direktorat
DAFTAR ISI
1 iv vi 12 11 13 15 17 19 20 23 26 28 29 34 37 38 54 46 45 47 55 63 60 49 50 56 66 53 57 57 676
PROYEKSI KEPESERTAAN, JAMINAN, DAN DANA INvESTASI JAMINAN SOSIAL KETENAGAKERJAAN TAHUN 2014-2018PENUTUP
7
93EXECUTIvE
SUMMARY
EXECUTIVE SUMMARY RENCANA STRATEGIS 2014-2018 PERUBAHAN II
BADAN PENYELENGGARA JAMINAN SOSIAL KETENAGAKERJAAN
02
Lingkungan yang senantiasa berubah memberi dampak kepada berbagai aspek usaha organisasi termasuk didalamnya BPJS Ketenagakerjaan. Saat ini perubahan berlangsung dalam orde yang lebih cepat. Perencanaan Strategis yang selama ini mempunyai orde selama 5 tahun harus mendapatkan perubahan dengan lebih cepat. Rencana Strategis BPJS Ketenagakerjaan tahun 2014-2018 yang disusun pada tahun 2014 mengalami perubahan selama dua kali. Perubahan pertama dilakukan pada bulan Februari 2015 untuk merespon perubahan asumsi besaran persentase Dana Operasional dari 1,35% menjadi 1,55%. Perubahan kedua dilakukan pada bulan September 2015 untuk merespon perubahan regulasi terkait penyelenggaraan program BPJS Ketenagakerjaan dan perubahan ekonomi Indonesia.
Berikut adalah aspek regulasi terkait penyelenggaraan program BPJS Ketenagakerjaan yang baru terbit pada akhir bulan Juni 2015 dan bulan Agustus 2015, beserta dampak terhadap operasional BPJS Ketenagakerjaan:
TABEL 1
Perubahan Regulasi dan Dampak Operasional
PERATURAN SUBSTANSI PERUBAHAN DAMPAK OPERASIONAL
Peraturan Pemerintah Nomor 44/2015 tentang penyelenggaraan
Program JKK/JKM.
PNS/TNI/Polri tidak termasuk Peserta BPJS Ketenagakerjaan.
Menurunkan captive market BPJS Ketenagakerjaan sebanyak 5,6 juta peserta.
Peraturan Pemerintah Nomor 45/2015 tentang penyelenggaraan
Program Pensiun.
Iuran Program Jaminan Pensiun dengan rate 3% dengan ceiling upah Rp. 7.000.000,00.
Menurunkan potensi penerimaan iuran jaminan pensiun dikarenakan selisih asumsi rate iuran JP dari 8% menjadi 3%.
Peraturan Pemerintah Nomor 46/2015 tentang penyelenggaraan Program JHT.
Pengambilan JHT sebagian maksimum sebesar 10% atau 30%, bagi peserta yang memiliki masa kepesertaan minimal 10 tahun.
Menurunkan dana kelolaan JHT.
Peraturan Pemerintah Nomor 55/2015 tentang perubahan PP Nomor 99/2013 tentang Pengelolaan Aset Jaminan Sosial Ketenagakerjaan.
Perhitungan Dana Operasional program JHT dan JP maksimum 10% dari penerimaan iuran dan hasil pengembangan JHT dan JP.
Merubah pola
pembiayaan operasional.
Peraturan Pemerintah Nomor 60/2015 tentang revisi PP Nomor 46/2015 tentang penyelenggaraan Program JHT.
Peserta terkena PHK atau berhenti bekerja dapat menarik seluruh JHT dengan masa tunggu 1 bulan.
Meningkatkan jumlah pembayaran jaminan kepada peserta, turnover peserta dan menurunkan dana kelolaan JHT.
Perubahan sebagaimana tersebut dalam butir 1 sampai dengan 5 tersebut diatas kami adaptasi dalam bentuk penyesuaian target kepesertaan aktif, jumlah iuran, dana investasi, hasil investasi dan biaya usaha dari tahun 2015 sampai dengan 2018 yang kami tuangkan dalam Renstra 2014-2018 Perubahan ke-2. Perubahan yang dibuat menitikberatkan pada aspek kuantitatif dan tidak merubah strategi secara umum yang telah dibuat dalam Renstra Perubahan 2014-2018 yang telah ditetapkan Dewan Pengawas melalui No. KEP/05/DEWAS/042015 tanggal 22 April 2015.
EXECUTIVE SUMMARY RENCANA STRATEGIS 2014-2018 PERUBAHAN II
BADAN PENYELENGGARA JAMINAN SOSIAL KETENAGAKERJAAN
03
Berikut ini adalah perbandingan atas beberapa variabel dalam Renstra 2014-2018, Renstra 2014-2018 perubahan ke-1 dan Renstra 2014-2018 perubahan ke-2.
TABEL 2
Target Tenaga Kerja Aktif
ITEM
TARGET TENAGA KERJA AKTIF
2014 2015 2016 2017 2018
Tenaga Kerja Aktif 16.791.397* 19.100.000 21.918.544 29.104.792 45.633.981
*) data realisasi 2014
Kepesertaan aktif mengalami penurunan target pada awal periode Renstra 2015-2017 sebesar rata-rata 18,14% namun mengalami kenaikan 0,70% pada akhir periode 2018. Hal ini karena terdapat perubahan kepesertaan untuk PNS/TNI/ POLRI pada tahun 2015.
EXECUTIVE SUMMARY RENCANA STRATEGIS 2014-2018 PERUBAHAN II
BADAN PENYELENGGARA JAMINAN SOSIAL KETENAGAKERJAAN
04
TABEL 4
Pembayaran Jaminan
(dalam miliar Rupiah)
ITEM
JAMINAN
2014 2015 2016 2017 2018
Pembayaran Jaminan 14.001* 18.149 25.988 30.616 36.543
*) data realisasi 2014
Jaminan mengalami kenaikan yang signifikan dari Renstra perubahan ke-1 kepada Renstra perubahan ke-2 yang meningkat secara rata-rata untuk sepanjang periode sebesar 44,7%. Hal ini terkait regulasi baru berupa pengambilan JHT yang dapat dilakukan saat terkena PHK ataupun mengundurkan diri dan masa kepesertaan 10 tahun serta tanpa masa tunggu.
TABEL 5
Dana Investasi
(dalam miliar Rupiah)
ITEM
DANA INvESTASI DJS
2014 2015 2016 2017 2018
Dana Investasi 179.308* 202.856 238.691 293.586 393.389
*) data realisasi 2014
Dana investasi pada tahun 2014 mengalami kenaikan dari proyeksi, naik sebesar 1,31%. Hal ini karena ekonomi dan iklim investasi yang baik. Namun pada tahun-tahun berikutnya 2015 sampai dengan 2018 mengalami penurunan. Hal ini nampak sekali dari proyeksi pada Renstra perubahan ke-1 kepada Renstra perubahan ke-2 yang secara rata-rata turun sebesar 17,40%. Pada tahun 2018 dana investasi DJS turun sebesar Rp. 104,2 triliun dari proyeksi awal Renstra perubahan ke-1. Hal ini disebabkan karena turunnya jumlah peserta aktif, besaran iuran dan kenaikan jumlah klaim khususnya program JHT
EXECUTIVE SUMMARY RENCANA STRATEGIS 2014-2018 PERUBAHAN II
BADAN PENYELENGGARA JAMINAN SOSIAL KETENAGAKERJAAN
05
Sementara dana investasi BPJS juga mengalami penurunan dengan data sebagai berikut:
TABEL 7
Dana Investasi BPJS
(dalam miliar Rupiah)
ITEM
DANA INvESTASI BPJS
2014 2015 2016 2017 2018
Dana Investasi 7.656* 7.454 7.830 8.508 9.275
*) data realisasi 2014
Nampak bahwa dana investasi BPJS turun dari Renstra perubahan ke-1 kepada Renstra perubahan ke-2. Penurunan ini terjadi sepanjang periode dengan rata-rata penurunan sebanyak 3,26%. Penurunan ini terjadi karena jumlah surplus yang dialokasikan menjadi belanja modal untuk penguatan kapasitas organisasi.
EXECUTIVE SUMMARY RENCANA STRATEGIS 2014-2018 PERUBAHAN II
BADAN PENYELENGGARA JAMINAN SOSIAL KETENAGAKERJAAN
EXECUTIVE SUMMARY RENCANA STRATEGIS 2014-2018 PERUBAHAN II
BADAN PENYELENGGARA JAMINAN SOSIAL KETENAGAKERJAAN
07
Bagian Berikut Menjelaskan Secara Khusus
Tentang Renstra 2014-2018 Perubahan II
Perubahan Renstra dipengaruhi juga oleh perubahan asumsi ekonomi makro sebagai berikut:
TABEL 9
Kondisi Makroekonomi
(dalam miliar Rupiah)
INDIKATOR 2015 2016 2017 2018
1. Real GDP growth, %YoY 4,7% 5,5% 6,75% 6,5%
2. Inflation rate, %YoY: end of period 5% 4,7% 4% 3,5%
3. BI Rate, %pa: end of period 7,5% 7,25% 6,75% 6,5%
4. Exchange rate, IDR/US$: end of period 13.500 13.400 12.100 12.050
5. Indeks Harga Saham Gabungan, end of period 5.100 5.800 6.500 7.400
Pertumbuhan ekonomi pada tahun 2015-2018 diharapkan tumbuh diatas 5% sampai dengan 6,5% pada tahun 2018, sebelumnya diasumsikan pertumbuhan ekonomi sebesar 5,8% sampai dengan 6,28% pada tahun 2018. Hal ini didukung oleh stabilitas politik, pembangunan infrastruktur, dan pasar konsumen yang besar. Tingkat suku bunga diproyeksikan akan menurun secara bertahap, dan diharapkan indikasi bertumbuhnya sektor riil.
Asumsi kondisi ketenagakerjaan masih mengacu pada data Proyeksi Bappenas 2013-2019 sebagai berikut:
TABEL 10
Kondisi Ketenagakerjaan
(dalam miliar Rupiah)
KETERANGAN 2015 2016 2017 2018 CAGR
Jumlah Penduduk 247,6 250,2 252,7 255,1 1,00%
Penduduk Yang Bekerja 120 121,5 122,9 124,4 1,21%
Pekerja Penerima Upah 48 48,6 49,1 49,7 1,17%
Pekerja Bukan Penerima Upah 72 72,9 73,8 74,7 1,23%
EXECUTIVE SUMMARY RENCANA STRATEGIS 2014-2018 PERUBAHAN II
BADAN PENYELENGGARA JAMINAN SOSIAL KETENAGAKERJAAN
08
Perubahan Target Kepesertaan Tenaga Kerja (TK) Aktif
TABEL 11
Target Tenaga Kerja Aktif
URAIAN 2015 2016 2017 2018 CAGR
TK Penerima Upah 14.595.183 16.865.544 22.017.222 33.262.366 32,00% TK Jasa Konstruksi 2.272.730 3.025.000 3.660.250 4.871.793 29,00% TK Bukan Penerima Upah 2.232.087 2.028.000 3.427.320 7.529.822 50,00% TOTAL 19.100.000 21.918.544 29.104.792 45.663.981 33,72%
Pertumbuhan tenaga kerja aktif dari tahun 2015-2018 rata-rata sebesar 33,72%. Pada tahap awal tahun 2015 sampai dengan 2017 terjadi penurunan target TK aktif dikarenakan hilangnya target segmen kepesertaan PNS/TNI/Polri dan perlambatan pertumbuhan ekonomi. Namun, pertumbuhan meningkat secara eksponensial pada tahun 2017 hingga tahun 2018 karena kesiapan infrastruktur, implementasi kewenangan pengawasan dan pemeriksaan, jaringan distribusi yang semakin luas, brand image yang sudah dikenal masyarakat, kolaborasi dengan lembaga pemerintahan dan mitra strategis, serta penguatan relationship dengan peserta.
Perubahan Target Pembayaran Jaminan
ABEL 13
Proyeksi Pembayaran Jaminan
(dalam miliar Rupiah)
URAIAN 2015 2016 2017 2018 CAGR Jaminan JKK 946.588 2.170.163 2.949.094 4.197.969 64,30% Jaminan JHT 16.554.437 22.615.932 25.905.667 29.689.854 21,50% Jaminan JKM 642.242 1.160.325 1.566.439 2.193.014 50,58% Jaminan JP 5.400 41.922 194.960 461.270 340,41% TOTAL 18.148.667 25.988.342 30.616.160 36.542.958 26,28%
Target pembayaran jaminan rata-rata meningkat sepanjang periode 2015-2018. Kenaikan pembayaran jaminan pada program JKK, JKM, JHT, dan JP dipicu oleh skema masing-masing program dalam peraturan pemerintah yang baru.
EXECUTIVE SUMMARY RENCANA STRATEGIS 2014-2018 PERUBAHAN II
BADAN PENYELENGGARA JAMINAN SOSIAL KETENAGAKERJAAN
09
Perubahan Target Dana Investasi
TABEL 14
Dana Investasi
(dalam miliar Rupiah)
URAIAN 2015 2016 2017 2018 CAGR Dana Investasi JHT 182.363 211.235 251.928 316.594 20,13% Dana Investasi JKK 14.364 17.770 22.016 28.062 25,00% Dana Investasi JKM 4.816 6.037 7.596 9.787 26,63% Dana Investasi JP 1.313 3.649 12.046 38.946 241,57% Total DJS 202.856 238.691 293.586 393.389 24,71% Dana Investasi BPJS 7.454 7.830 8.508 9.275 7,31% TOTAL 210.310 246.521 302.094 402.664 24,17%
Perubahan target dana investasi dipicu oleh penurunan penerimaan iuran, peningkatan pembayaran jaminan, dan perubahan asumsi ekonomi makro, seperti BI rate dan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG).
1
Rencana Strategis BPJS Ketenagakerjaan tahun 2014-2018
yang disusun pada tahun 2014 mengalami perubahan
selama 2 kali. Perubahan pertama di bulan Februari 2015
untuk merespon perubahan asumsi besaran dana operasional
dari 1,35% menjadi 1,55% dan perubahan kedua bulan
September 2015 untuk merespon perubahan regulasi terkait
penyelenggaraan program BPJS Ketenagakerjaan dan
perubahan ekonomi Indonesia.
1 PENDAHULUAN RENCANA STRATEGIS 2014-2018 PERUBAHAN II
BADAN PENYELENGGARA JAMINAN SOSIAL KETENAGAKERJAAN
12
Rencana Strategis BPJS Ketenagakerjaan 2014-2018 telah disusun dan telah mendapat persetujuan dari Dewan Pengawas BPJS Ketenagakerjaan melalui Surat Keputusan Dewan Pengawas No. KEP/02/DEWAS/052014 tentang Penetapan Rencana Strategis BPJS Ketenagakerjaan Tahun 2014-2018 tanggal 5 Mei 2014. Didalam perjalanannya Rencana strategis BPJS Ketenagakerjaan tersebut telah mengalami perubahan untuk pertama kali akibat perubahan lingkungan berupa besaran persentase Dana Operasional yang berbeda secara signifkan dari asumsi awal yakni menjadi 1,55% dari dana kelolaan program JHT dan JP ditambah 10% dari iuran program JKK dan JKM. Kenaikan sumber pendanaan tersebut digunakan untuk peningkatan akses jaringan distribusi berupa penambahan Kantor Cabang Perintis, Intensifikasi Komunikasi Institusi dan Pemasaran, dan kapasitas organisasi BPJS Ketenagakerjaan. Perubahan tersebut ditetapkan oleh Dewan Pengawas dengan Keputusan Dewan Pengawas No. KEP/05/DEWAS/042015 tentang
Penetapan Rencana Strategis Perubahan Program Jaminan Sosial Ketenagakerjaan Tahun 2014-2018 tanggal 22 April 2015. Pada tahun 2015 Rencana Strategis 2014-2018 kembali mengalami perubahan karena perubahan lingkungan. Akibatnya, terjadi simpangan terhadap asumsi penyusunan Rencana Strategis 2014-2018 Perubahan pertama. Simpangan terhadap asumsi tersebut terutama mencakup perlambatan ekonomi yang signifikan dan perubahan dari aspek regulasi. Tabel 1.1 menjelaskan perubahan dan dampak operasional yang terjadi.
Akibat dari perubahan tersebut diperlukan penyesuaian kembali Rencana Strategis BPJS Ketenagakerjaan 2014-2018 yang tertuang dalam Rencana Strategis 2014-2014-2018 Perubahan II meliputi perubahan target kepesertaan, iuran, jaminan dan berdampak pada perubahan aspek- aspek keuangan dan investasi.
TABEL 1.1
Perubahan dan Dampak Operasional
REGULASI KETERANGAN DAMPAK
Peraturan Pemerintah Nomor 44 tahun 2015 tentang penyelenggaraan Program JKK dan JKM.
PNS/TNI/Polri tidak termasuk Peserta BPJS Ketenagakerjaan. Menurunkan jumlah peserta aktif. Peraturan Pemerintah Nomor 45 Tahun 2015 tentang penyelenggaraan Program Pensiun.
Iuran Program Jaminan Pensiun dengan rate 3% dengan ceiling upah Rp. 7.000.000,00, yang awalnya ditargetkan 8%.
Menurunkan jumlah iuran.
Peraturan Pemerintah Nomor 46 Tahun 2015 tentang penyelenggaraan Program JHT.
Masa Kepesertaan Aktif 10 tahun, dapat menarik JHT 10% dan 30%.
Menaikkan jumlah klaim dan menurunkan jumlah dana kelolaan.
Peraturan Pemerintah Nomor 60 Tahun 2015 tentang Revisi PP 46 Tahun 2015.
Peserta terkena PHK dan berhenti bekerja dapat menarik seluruh JHT dengan masa tunggu 1 bulan.
Menaikkan turnover peserta dan jumlah dana kelolaan.
Peraturan Pemerintah Nomor 55 Tahun 2015 Tentang Perubahan PP 99/2013 – Pengelolaan Aset BPJS Ketenagakerjaan.
Rate dana pengelolaan program JHT dan JP maksimal 10% dari iuran dan hasil pengembangan dana.
Merubah besaran persentase Dana Operasional BPJS.
A. LATAR BELAKANG RENCANA STRATEGIS
2014-2018 PERUBAHAN II
1 PENDAHULUAN RENCANA STRATEGIS 2014-2018 PERUBAHAN II
BADAN PENYELENGGARA JAMINAN SOSIAL KETENAGAKERJAAN
13
Tujuan pembentukan sebuah negara diantaranya adalah untuk memberikan kesejahteraan untuk warga negaranya yang meliputi pendidikan, kesempatan bekerja, mendapatkan makanan, transportasi, kesehatan dan berbagai aspek kesejahteraan lainnya. Salah satu instrumen yang digunakan negara dalam memberikan kesejahteraan adalah sistem jaminan sosial nasional. Jaminan sosial sendiri adalah instrumen publik yang memberikan perlindungan sosial kepada anggotanya dari risiko sosial berupa berkurangnya pendapatan karena Hari Tua, Meninggal, Kecelakaan Kerja, Melahirkan, Sakit dan berbagai risiko sosial lainnya (Konvensi ILO). Saat ini Pemerintah Republik Indonesia telah mengatur sistem Jaminan Sosial melalui UU Nomor 40 tahun 2004 tentang Sistem Jaminan Sosial Nasional dan UU Nomor 24 tahun 2011 tentang Badan Penyelenggara Jaminan Sosial. Kedua Undang-Undang ini membentuk landscape industri Jaminan Sosial di Indonesia yang berubah secara signifikan dari kondisi sebelumnya dan memicu proses transformasi PT. Jamsostek (Persero) menjadi BPJS Ketenagakerjaan.
Proses tranformasi dimulai pada tahun 2004 dengan faktor perubahan sebagai berikut:
UU Nomor 40 Tahun 2004 tentang Sistem Jaminan Sosial Nasional (SJSN) mengatur tentang sistem jaminan sosial secara lebih luas yang mencakup perlindungan jaminan sosial untuk seluruh penduduk.
Tanggal 31 Desember 2013, Presiden RI mengesahkan Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) yang terdiri dari BPJS Kesehatan dan BPJS Ketenagakerjaan sehingga pemberlakuan BPJS secara efektif dilakukan pada 1 Januari 2014 dan paling lambat 1 Juli 2015 untuk operasional BPJS Ketenagakerjaan.
2004
2011
2013
.
Pada tanggal 25 November 2011, RUU BPJS disahkan menjadi UU Nomor 24 Tahun 2011 tentang Badan Penyelenggara Jaminan Sosial. UU tersebut mengatur tentang penyelenggara jaminan sosial dan transformasi dari Perseroan Terbatas BUMN menjadi Badan Publik. UU ini merupakan pemicu PT. Jamsostek (Persero) untuk bertransformasi menjadi BPJS Ketenagakerjaan.
1 PENDAHULUAN RENCANA STRATEGIS 2014-2018 PERUBAHAN II
BADAN PENYELENGGARA JAMINAN SOSIAL KETENAGAKERJAAN
14
Pemberlakuan UU Nomor 24 Tahun 2011 tentang BPJS merupakan tonggak sejarah penting bagi PT. Jamsostek (Persero) untuk melakukan proses transformasi menjadi BPJS Ketenagakerjaan sebagaimana mengacu pada pasal 5 UU tersebut. Transformasi ini bertujuan untuk memperluas cakupan kepesertaan jaminan sosial, manfaat, dan pelayanan, dan diikuti dengan kebutuhan untuk meningkatkan kapasitas dan kapabilitas organisasi.
Transformasi yang dilakukan meliputi:
1
Perubahan badan hukum organisasi dari BUMN menjadi Badan Hukum Publik.
2
Perubahan cakupan kepesertaan wajib dari hanya Tenaga Kerja Penerima Upah
menjadi perlindungan untuk seluruh tenaga kerja.
3
Perubahan pengalihan wewenang pelaksanaan inspeksi kepatuhan kepesertaan dalam
sistem penegakan hukum (Law Enforcement) dari Kementerian Tenaga Kerja kepada Badan
Penyelenggara, dalam hal ini BPJS Ketenagakerjaan.
4
Perubahan manfaat dari program Jaminan Hari Tua (JHT), Jaminan Kematian (JKM),
JKK (Jaminan Kecelakaan Kerja) dan JPK (Jaminan Pemeliharaan Kesehatan) menjadi JHT,
JKM, JKK dan Jaminan Pensiun (JP).
Selain perubahan dari aspek regulasi, BPJS Ketenagakerjaan senantiasa melakukan scanning environment dengan melihat aspek PEST (Politik, Ekonomi, Sosial dan Teknologi). Hal-hal tersebut bersifat uncontrollable dan menjadi pendorong perubahan organisasi. Disamping aspek lingkungan eksternal, BPJS Ketenagakerjaan juga senantiasa mencermati lingkungan internalnya. Dengan melakukan analisis terhadap lingkungan diharapkan dapat meningkatkan kapasitas internal.
Respon BPJS Ketenagakerjaan terhadap perubahan lingkungan dituangkan dalam rencana strategis dengan jangka waktu 5 tahun dimulai dari tahun 2014 sampai dengan tahun 2018. Penyusunan rencana strategis ini mengacu kepada best practices strategic in management dan Peraturan Pemerintah Nomor 99 tahun 2013 tentang pengelolaan aset jaminan sosial ketenagakerjaan. Rencana strategis ini dibuat sebagai panduan arah pengembangan organisasi BPJS Ketenagakerjaan dan menentukan prioritas dan sasaran yang harus dicapai selama 5 tahun ke depan.
1 PENDAHULUAN RENCANA STRATEGIS 2014-2018 PERUBAHAN II
BADAN PENYELENGGARA JAMINAN SOSIAL KETENAGAKERJAAN
15
Sebagaimana dimaksud di atas, BPJS Ketenagakerjaan merupakan Badan yang dibentuk dengan Pasal 5 UU Nomor 24 Tahun 2011 sebagai hasil dari transformasi PT. Jamsostek (Persero) per 1 Januari 2014.
Tujuan BPJS Ketenagakerjaan
Berdasarkan Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2011 tentang Badan Penyelenggara Jaminan Sosial, BPJS Ketenagakerjaan dibentuk guna menyelenggarakan program perlindungan dan kesejahteraan bagi seluruh tenaga kerja beserta keluarganya melalui sistem jaminan sosial. Program Jaminan Sosial merupakan program perlindungan yang bersifat dasar bagi tenaga kerja yang bertujuan untuk menjamin adanya keamanan dan kepastian terhadap risiko-risiko sosial ekonomi dan merupakan sarana penjamin arus penerimaan penghasilan bagi tenaga kerja dan keluarganya akibat dari terjadinya risiko- risiko sosial dengan pembiayaan yang terjangkau oleh pengusaha dan tenaga kerja.
Untuk mencapai maksud dan tujuan tersebut, BPJS Ketenagakerjaan melaksanakan program jaminan sebagai berikut:
C. TUJUAN DAN MISI BPJS KETENAGAKERJAAN
JAMINAN KECELAKAAN KERJA
JAMINAN HARI TUA
JAMINAN PENSIUN
1 PENDAHULUAN RENCANA STRATEGIS 2014-2018 PERUBAHAN II
BADAN PENYELENGGARA JAMINAN SOSIAL KETENAGAKERJAAN
16
Manajemen BPJS Ketenagakerjaan merumuskan amanat tersebut dalam bentuk misi BPJS Ketenagakerjaan sebagai berikut:
MISI
Sebagai badan penyelenggara jaminan sosial tenaga kerja yang memenuhi perlindungan dasar bagi tenaga kerja
serta menjadi mitra terpercaya bagi:
TENAGA KERJA
Memberikan perlindungan dasar yang layak bagi tenaga kerja dan keluarga.
PENGUSAHA
Menjadi mitra terpercaya untuk memberikan perlindungan kepada
tenaga kerja dan meningkatkan produktivitas.
NEGARA
Berperan serta dalam pembangunan.
Perlindungan terhadap tenaga kerja mempunyai arti perlindungan yang layak mutlak dibutuhkan oleh setiap tenaga kerja di Indonesia. Dalam kehidupan sehari-hari, tenaga kerja tidak lepas dari keluarga mereka. Oleh karena itu, perlindungan yang diberikan oleh BPJS Ketenagakerjaan tidak berhenti sampai individu tenaga kerja melainkan melingkupi juga anggota keluarga yang dimiliki oleh tenaga kerja tersebut.
Sementara dari aspek pengusaha, BPJS Ketenagakerjaan merupakan mitra pengusaha dalam memberikan perlindungan kepada tenaga kerja. Jaminan sosial yang diberikan BPJS Ketenagakerjaan diharapkan mampu memberikan rasa aman bagi setiap tenaga kerja dan pada akhirnya membantu setiap tenaga kerja untuk meningkatkan produktivitasnya.
Peranan Jaminan Sosial kepada negara adalah sebagai pemupukan dana Jaminan Nasional yang melibatkan seluruh komponen negara dan bersifat nasional sehingga merupakan tabungan nasional dan memperkuat ketahanan nasional. Dana yang terhimpun dan menjadi kelolaan BPJS diharapkan dapat menjadi akumulasi modal dalam pembiayaan pembangunan negara Indonesia.
1 PENDAHULUAN RENCANA STRATEGIS 2014-2018 PERUBAHAN II
BADAN PENYELENGGARA JAMINAN SOSIAL KETENAGAKERJAAN
17
Didalam penyelenggaraanya, BPJS Ketenagakerjaan diselenggarakan dengan beberapa prinsip dasar berupa:
»
BPJS Ketenagakerjaan dilandasi filosofi kemandirian dan harga diri untuk mengatasi risiko sosial
ekonomi. Kemandirian berarti tidak tergantung orang lain dalam membiayai perawatan pada waktu
sakit, kehidupan dihari tua maupun keluarganya bila meninggal dunia. Harga diri berarti jaminan
tersebut diperoleh sebagai hak dan bukan dari belas kasihan orang lain.
»
Agar pembiayaan dan manfaatnya optimal, pelaksanaan program BPJS Ketenagakerjaan dilakukan
secara gotong royong, dimana yang muda membantu yang tua, yang sehat membantu yang sakit
dan yang berpenghasilan tinggi membantu yang berpenghasilan rendah.
D. FILOSOFI BPJS KETENAGAKERJAAN
MOTO
Menjadi Jembatan
Selama periode tahun 2009-2013 PT. Jamsostek (Persero)
selalu berhasil mencapai target penambahan kepesertaan
baru. Penambahan jumlah peserta baru pada kurun waktu lima
tahun terakhir mencapai 20,8 juta tenaga kerja atau mencapai
140,2% dari proyeksi penambahan kepesertaan baru selama
periode tersebut sebesar 14,9 juta tenaga kerja.
EvALUASI PELAKSANAAN
RJPP 2009-2013
2 EVALUASI PELAKSAAN RJPP 2009-2013 RENCANA STRATEGIS 2014-2018 PERUBAHAN II
BADAN PENYELENGGARA JAMINAN SOSIAL KETENAGAKERJAAN
20
Jauh sebelum PT. Jamsostek (Persero) mengalami perubahan menjadi BPJS Ketenagakerjaan, PT. Jamsostek (Persero) telah menyusun rencana strategis dalam bentuk Rencana Jangka Panjang Perusahaan (RJPP) periode 2009-2013. RJPP tersebut disusun berdasarkan beberapa asumsi dasar sebagai basis penyusunan target hasil bisnis ke depan. Setiap tahun dilakukan penyesuaian untuk dapat melakukan implementasi terhadap rencana-rencana strategi yang tertuang dalam RJPP serta mengakomodasi perubahan asumsi lingkungan bisnis. Penyesuaian ini dituangkan dalam rencana kerja tahunan yang biasa disebut Rencana Kerja dan Anggaran Tahunan (RKAT).
Pada periode 2009-2013, Manajemen PT. Jamsostek menetapkan strategi kedalam 2 tahapan besar yakni: » Strategi konsolidasi selama tahun 2009-2010.
» Strategi pertumbuhan pada tahun 2011-2013.
Beberapa program strategis yang dilakukan pada periode tersebut antara lain:
1
FUNGSI
OPERASI
DAN
PELAYANAN
a. Untuk meningkatkan kualitas data kepesertaan, dilakukan proses heregistrasi.
b. Melakukan penyediaan sistem pengelolaan administrasi kepesertaan perusahaan dan tenaga kerja Jamsostek berbasis online (e-registration).
c. Telah dikeluarkan Peningkatan Manfaat JKK melalui Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 84 Tahun 2010 pada tanggal 20 Desember 2010.
d. Ditetapkannya manfaat tambahan menjadi manfaat program JPK melalui Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi Nomor 20 Tahun 2012 tentang Perubahan Atas Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi Nomor PER-12/MEN/vI/2007.
e. Tentang Petunjuk Teknis Pendaftaran Kepesertaan, Pembayaran Iuran, Pembayaran Santunan, dan Pelayanan Jaminan Sosial Tenaga Kerja untuk meningkatkan kualitas pengelolaan hubungan pelanggan, dilakukan penyusunan blueprint Customer Relationship Management (CRM).
f. Dilakukan kerja sama dengan beberapa bank dan instansi lain sebagai sarana untuk perluasan distribution channel, untuk mempermudah jangkauan peserta terhadap layanan PT. Jamsostek (Persero). g. Telah dilakukan proses awal integrasi data kependudukan untuk
menunjang implementasi Common Reference Number. h. Implementasi Co-Branding dengan BNI.
2 EVALUASI PELAKSAAN RJPP 2009-2013 RENCANA STRATEGIS 2014-2018 PERUBAHAN II
BADAN PENYELENGGARA JAMINAN SOSIAL KETENAGAKERJAAN
21
2
FUNGSI
SDM DAN
SARANA/
PRASARANA
a. Dilakukan workload analysis dan standarisasi kebutuhan karyawan berdasarkan beban kerja.
b. Telah dilakukan asesmen bagi karyawan baik Kantor Pusat ataupun Kantor Daerah untuk melihat kompetensi dan gap kompetensi karyawan yang dapat digunakan sebagai dasar pemetaan karyawan. c. Untuk meningkatkan kinerja karyawan berbasis kompetensi, telah
disusun rancangan sistem asesmen kompetensi.
d. Meningkatkan kapasitas modal organisasi melalui penerapan customer centric company dengan cara meninjau ulang struktur organisasi dan disusun Job Analysis untuk membuat Job Description dan penentuan Job Prefix.
e. Dilakukan review budaya perusahaan.
f. Mewujudkan peningkatan pencitraan perusahaan melalui usaha standarisasi sarana dan prasarana.
3
FUNGSI
KEUANGAN DAN
INvESTASI
a. Dilakukan upaya untuk meningkatkan Exposure Investasi langsung melalui Pola Strategi Jamsostek Incorporated.
b. Dilakukan penyempurnaan terkait pengelolaan investasi.
PT. Jamsostek (Persero) melalui KEP/511/122012 tentang Pedoman Pengelolaan Investasi PT. Jamsostek (Persero).
c. Untuk meningkatkan kualitas pengelolaan keuangan dan investasi, dilakukan revisi Pajastek 2006 menjadi Pajastek 2010 yang meng-adopsi peraturan International Financial Reporting Standard (IFRS). d. Dilakukan proses pemisahan aset peserta dan aset badan
penyelenggara.
e. Melakukan kerjasama dengan mitra perbankan milik Pemerintah provinsi (BPD) dalam sosialisasi program Jamsostek untuk meningkatkan kepesertaan.
f. fImplementasi virtual account.
g. Melaksanakan pembentukan warung jambu (food benefit) dan affordable housing (housing benefit).
4
FUNGSI
RENBANG DAN
INFORMASI
a. Peningkatan kinerja dan penyesuaian Aplikasi SIPT online sesuai dengan kebijakan dan regulasi (penambahan modul baru). b. Peningkatan kualitas dan kuantitas Data Centre untuk mendukung
peningkatan kinerja SIPT Online. c. Disusun Grand Design IT. d. Pengembangan modern office.
e. Untuk meningkatkan kualitas proses bisnis di PT. Jamsostek (Persero), telah dilakukan project improvement dengan menggunakan tools Lean Six Sigma.
f. Menerapkan ISO secara bertahap di Kantor Pusat dan seluruh Kantor Wilayah, sehingga pada tahun 2012 telah diperoleh sertifikat ISO 9001:2008 untuk 7 Direktorat, 8 Kantor Wilayah dan 54 Kantor Cabang.
2 EVALUASI PELAKSAAN RJPP 2009-2013 RENCANA STRATEGIS 2014-2018 PERUBAHAN II
BADAN PENYELENGGARA JAMINAN SOSIAL KETENAGAKERJAAN
22
5
FUNGSI
KEPATUHAN
HUKUM DAN
MANAJEMEN
RISIKO
a. Disahkannya Peraturan Pemerintah Nomor 53 tahun 2012 tentang Perubahan Kedelapan Atas Peraturan Pemerintah Nomor 14 Tahun 1993 tentang Penyelenggaraan Program Jaminan Sosial Tenaga Kerja. b. Membuat tinjauan risiko atas portofolio investasi dan non investasi atas
obligasi, reksadana dan saham. c. Menyusun profil risiko korporasi.
d. Evaluasi Business Continuity Plan (BCP) dan Disaster Recovery Plan (DRP).
Tahun 2011 terjadi perubahan lingkungan eksternal yang sangat signifikan, khususnya pada aspek regulasi yaitu dengan disahkannya UU Nomor 24 Tahun 2011 tentang Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS). Respon terhadap perubahan ini dilakukan dengan penyesuaian target dan inisiatif strategis untuk memenuhi amanah UU BPJS tersebut. Dengan adanya perubahan ini maka disusunlah RJPP periode 2013-2017 sebagai revisi atas RJPP periode 2009-2013.
Berdasarkan kondisi tersebut, PT. Jamsostek (Persero) merumuskan strategi perusahaan yang tidak terlepas dari perspektif sebagai lembaga publik nirlaba. Sebagai organisasi publik, PT. Jamsostek (Persero) mendasarkan pada pencapaian 3 hal yakni beroperasi secara efisien, memberikan service/benefit kepada peserta dan memposisikan sebagai perusahaan terpercaya.
Dalam rangka memperkuat eksistensi perusahaan sebagai BPJS, telah dilakukan langkah-langkah:
.
Pembuatan roadmap PT. Jamsostek (Persero) menuju
BPJS Ketenagakerjaan.
Melakukan restrukturisasi biaya disesuaikan dengan peraturan dalam
Undang-Undang BPJS.
Dilakukan review terhadap Rencana Jangka Panjang Perusahaan (RJPP) untuk
menyesuaikan program kerja tahunan yang mendukung persiapan dalam
menghadapi BPJS.
Telah disusun kajian desain bisnis program pensiun sebagai
persiapan dalam menghadapi BPJS Ketenagakerjaan yang menyelenggarakan
program pensiun.
PT. Jamsostek (Persero) berperan aktif dalam penyusunan Undang-Undang dan
peraturan pelaksana implementasi SJSN.
Menyusun skema pengalihan program JPK ke BPJS Kesehatan.
2 EVALUASI PELAKSAAN RJPP 2009-2013 RENCANA STRATEGIS 2014-2018 PERUBAHAN II
BADAN PENYELENGGARA JAMINAN SOSIAL KETENAGAKERJAAN
23
Terdapat 5 variabel utama yang menjadi dasar penyusunan RJPP tahun 2009-2013 dan RJPP 2013-2017, yakni pertumbuhan ekonomi (PDB), tingkat inflasi, BI Rate, IHSG dan jumlah tenaga kerja penerima upah dan bukan penerima upah. Berikut ini adalah evaluasi terhadap realisasi proyeksi variabel-variabel utama tersebut.
TABEL 2.1
variabel Utama Dasar Penyusunan RJPP 2009-2013
vARIABEL
2009 2010 2011 2012 2013 CAGR
PROYEKSI REALISASI PROYEKSI REALISASI PROYEKSI REALISASI PROYEKSI REALISASI PROYEKSI REALISASI PROYEKSI REALISASI
Pertumbuhan PDB 4.00% 4.63% 6.00% 6.20% 6.20% 6.46% 6.50% 6.30% 6.80% 5.70% 14.19% 5.34% Tingkat Inflasi 7.50% 2.78% 6.50% 6.96% 6.00% 3.79% 6.00% 4.30% 4.80% 8.38% -10.56% 31.76% BI Rate 8.25% 6.50% 8.00% 6.50% 7.50% 6.00% 7.50% 5.75% 5.75% 7.50% -8.63% 3.64% IHSG 2,000 2,534 2,400 3,703 2,800 3,821 3,400 4,317 4,900 4,274 25.11% 13.96% Pekerja Penerima Upah* 31,350 32,147 31,650 35,783 31,960 41,489 32,285 44,160 47,440 44,790 10.91% 8.65%
*dalam satuan ribu
Dalam periode 5 tahun kebelakang, rata-rata realisasi pertumbuhan tahunan compounded annual growth rate (CAGR) dari variabel utama tidak sebesar proyeksi dalam RJPP. Namun jika dilihat lebih jauh, periode tahun 2009-2013 tersebut terbagi menjadi dua periode yang berbeda, yaitu:
1. Periode Pertumbuhan Tahun 2009-2012
Selama tahun 2009-2012, pertumbuhan ekonomi di Indonesia mengalami peningkatan yang pesat, realisasi hampir selalu diatas proyeksi di RJPP 2009-2013 dengan trend yang mengalami peningkatan sampai tahun 2011.
Selama periode tersebut, pertumbuhan PDB rata rata diatas 6% dengan tingkat inflasi dan suku bunga yang terjaga, IHSG naik dari level 2.534 tahun 2009 menjadi 4.317 tahun 2012. Pada tahun 2009 Indonesia mencatat rekor inflasi terendah sepanjang sejarah, yaitu hanya sebesar 2,78%, jauh dari proyeksi RJPP sebesar 4% dan lebih jauh dari proyeksi Pemerintah sebesar 5%. Inflasi terendah ini terjadi akibat perbaikan ekonomi yang terjadi serta beberapa deflasi pada barang-barang komoditi yang harganya telah ditetapkan oleh Pemerintah seperti bahan bakar minyak dan listrik.
Pertumbuhan ekonomi, terjaganya tingkat inflasi dan penurunan BI rate hingga sebesar 5,75% pada tahun 2012 mendorong terciptanya lapangan pekerjaan baru di Indonesia. Kondisi tersebut mendorong pertumbuhan tenaga kerja penerima upah yang tinggi, dari 32 juta tenaga kerja tahun 2009 menjadi 44 juta tenaga kerja pada tahun 2012 atau naik 37,5%. Pasar modal Indonesia, sebagai cerminan kondisi perekonomian Indonesia, juga menunjukan kinerja yang tinggi. IHSG tumbuh dari level 2.534 tahun 2009 menjadi 4.317 tahun 2012 atau rata-rata pertumbuhan tahunan sebesar 19,4%.
2 EVALUASI PELAKSAAN RJPP 2009-2013 RENCANA STRATEGIS 2014-2018 PERUBAHAN II
BADAN PENYELENGGARA JAMINAN SOSIAL KETENAGAKERJAAN
24
2. Periode Perlambatan Pertumbuhan 2012
Mulai tahun 2012 pertumbuhan ekonomi mulai mengalami perlambatan dengan realisasi yang berada di bawah angka asumsi RJPP. Pertumbuhan ekonomi di tahun 2013 berada pada titik terendah dalam kurun waktu lima tahun terakhir, yaitu dari 6,30% tahun 2012 menjadi 5,70% tahun 2013 dengan tingkat inflasi mencapai angka 8,38%, jauh di atas proyeksi RJPP sebesar 4,8%. Penyebab utama tingginya inflasi adalah peningkatan inflasi untuk volatile food sebagai dampak gejolak harga pangan domestik serta peningkatan inflasi administered price yang dipengaruhi oleh kenaikan harga BBM bersubsidi.
Kenaikan inflasi tersebut diikuti dengan naiknya BI rate tahun 2013 yaitu pada level 7,50%, naik signifikan dibandingkan tahun 2012 sebesar 5,75% dan jauh diatas proyeksi RJPP 2013 sebesar 5,75%. Kondisi tersebut juga mempengaruhi pertumbuhan tenaga kerja penerima upah, sebanyak 44,7 juta tenaga kerja, hampir sama dengan tahun 2012 sebanyak 44,1 juta. IHSG juga terpengaruh dari kondisi perekonomian tahun 2013. IHSG mengalami penurunan dari 4.317 pada tahun 2012 menjadi 4.274 di tahun 2013.
Pertumbuhan ekonomi yang terus meningkat sebagaimana tercermin dari nilai IHSG juga memiliki dampak positif lain. Pertumbuhan investasi semakin meningkat akibat bertambahnya investor yang tertarik untuk melakukan investasi di Indonesia.
GAMBAR 2.1
Tenaga Kerja Penerima Upah
dan Tenaga Kerja Bukan Penerima Upah 2009-2013
(dalam ribu orang)2009
2010
2011
2012
2013
30,65% 33,07% 37,83% 39,86% 40,42%32,147
35,783
41,489
44,160
44,790
69,35% 66,93% 62,17% 60,14% 59,58%72,723
72,424
68,180
66,640
66,010
2 EVALUASI PELAKSAAN RJPP 2009-2013 RENCANA STRATEGIS 2014-2018 PERUBAHAN II
BADAN PENYELENGGARA JAMINAN SOSIAL KETENAGAKERJAAN
25
Seiring dengan pertumbuhan ekonomi, tenaga kerja penerima upah juga mengalami pertumbuhan selama periode 2009-2013 dengan rata-rata pertumbuhan tahunan mencapai 8,65% (CAGR). Pertumbuhan tenaga kerja sektor penerima upah tersebut tidak diikuti dengan pertumbuhan tenaga kerja sektor bukan penerima upah. Tenaga kerja sektor bukan penerima upah bahkan mengalami penurunan dari 72,72 juta orang tahun 2009 menjadi 66,01 juta orang pada tahun 2013, atau turun 2,39% (CAGR) seiring dengan semakin menurunnya proporsi tenaga kerja bukan penerima upah dari 69,35% tahun 2009 menjadi 59,58% tahun 2013.
Secara keseluruhan, perekonomian Indonesia selama tahun 2009-2013 mengalami pertumbuhan yang terus meningkat. Hal tersebut telah memberikan ruang bagi PT. Jamsostek (Persero) untuk tumbuh dan berkembang baik dalam hal tenaga kerja peserta, aset, dana kelolaan, maupun kinerja pengelolaan keuangannya.
2 EVALUASI PELAKSAAN RJPP 2009-2013 RENCANA STRATEGIS 2014-2018 PERUBAHAN II
BADAN PENYELENGGARA JAMINAN SOSIAL KETENAGAKERJAAN
26
Selama periode tahun 2009-2013 PT. Jamsostek (Persero) selalu berhasil mencapai target penambahan kepesertaan baru. Penambahan jumlah peserta baru pada kurun waktu lima tahun terakhir mencapai 20,8 juta tenaga kerja atau mencapai 140,2% dari proyeksi penambahan kepesertaan baru selama periode tersebut sebesar 14,9 juta tenaga kerja. Secara rata-rata terjadi penambahan peserta sebanyak 4,17 juta tenaga kerja setiap tahunnya.
Demikian pula halnya dengan jumlah peserta aktif selalu berhasil melampaui target yang ditetapkan dalam RJPP, kecuali di tahun 2013 realisasi jauh di bawah target yang ditetapkan. Secara rata-rata peserta aktif mengalami penambahan sebanyak 963 ribu tenaga kerja dan rata-rata pertumbuhan setiap tahunnya sebesar 9,80%. Dalam kurun waktu 2009-2013 bertambah jumlah peserta aktif sebanyak 3,85 juta tenaga kerja, jumlah yang sangat kecil jika dibandingkan dengan pertumbuhan jumlah pekerja penerima upah. Lemahnya law enforcement menjadi salah satu penyebab lambatnya pertumbuhan kepesertaan program Jamsostek, disamping kurangnya keakuratan data potensi yang dimiliki oleh PT. Jamsostek (Persero).
TABEL 2.2
Jumlah Peserta Aktif dan Peserta JPK
(dalam ribu orang)PESERTA
2009 2010 2011 2012 2013 CAGR
PROYEKSI REALISASI PROYEKSI REALISASI PROYEKSI REALISASI PROYEKSI REALISASI PROYEKSI REALISASI PROYEKSI REALISASI
Jumlah Peserta Aktif 8,441 8,495 8,758 9,337 9,258 10,311 9,958 11,552 13,241 12,348 11,91% 9,80% Penambahan Peserta Baru 2,472 2,775 2,607 3,343 2,876 4,363 3,211 4,969 3,701 5,396 10.62% 18.09% Jumlah Peserta JPK 1,859 1,871 2,061 2,180 2,314 2,567 2,621 3,059 3,261 3,391 15.08% 16.03%
Tabel 2.2 memperlihatkan jumlah peserta Jaminan Pemeliharaan Kesehatan (JPK) juga terus mengalami peningkatan di atas proyeksi RJPP 2009-2013 dan mengalami peningkatan sebesar 10%-19% setiap tahunnya. Namun apabila dilihat proporsi peserta yang mengikuti program JPK dibandingkan dengan jumlah peserta aktif Jamsostek, maka sebenarnya hanya terjadi penambahan proporsi sebesar 1,5% per tahun. Hal ini menunjukan minat peserta Jamsostek baik pekerja dan pemberi kerja terhadap program JPK masih cukup rendah. Seiring dengan proses transformasi Jamsostek ke BPJS ketenagakerjaan, maka program JPK telah dialihkan ke BPJS Kesehatan terhitung mulai 1 Januari 2014.
2 EVALUASI PELAKSAAN RJPP 2009-2013 RENCANA STRATEGIS 2014-2018 PERUBAHAN II
BADAN PENYELENGGARA JAMINAN SOSIAL KETENAGAKERJAAN
27
GAMBAR 2.2
Perbandingan Tenaga Kerja Penerima Upah, BUMN/Swasta dan Peserta Aktif Jamsostek
(dalam ribu orang)
50,000 45,000 40,000 35,000 30,000 25,000 20,000 15,000 10,000 5,000 33.00% 32.00% 31.00% 30.00% 29.00% 28.00% 27.00%
Penerima Upah BUMN/Swasta Peserta Aktif Coverage 32,147 35,783 41,489 44,160 44,790 8,495 9,337 10,311 11,552 12,348 26,770 30,330 35,940 39,660 41,245 30.78% 28.69% 29.13% 29.94% 31.73% 2009 2010 2011 2012 2013
Gambar 2.2 memperlihatkan bahwa kenaikan jumlah peserta aktif tidak mencerminkan naiknya coverage share Jamsostek. Ini terlihat dari semakin menurunnya angka coverage share yaitu jumlah peserta aktif Jamsostek dibandingkan dengan jumlah pekerja penerima upah swasta dan BUMN. Pada tahun 2009 coverage share Jamsostek mencapai 31,73%, dan kemudian terus mengalami penurunan dari tahun ke tahun sampai pada tahun 2012 hanya tercapai sebesar 29,13% dan kembali mengalami sedikit peningkatan di tahun 2013 menjadi 29,94%. Fakta ini juga menunjukan kebutuhan untuk meningkatkan kapasitas organisasi BPJS Ketenagakerjaan baik dari aspek komunikasi pemasaran, penegakan hukum dan perbaikan layanan.
2 EVALUASI PELAKSAAN RJPP 2009-2013 RENCANA STRATEGIS 2014-2018 PERUBAHAN II
BADAN PENYELENGGARA JAMINAN SOSIAL KETENAGAKERJAAN
28
Pembayaran Jaminan untuk program JHT yang terlihat pada Gambar II-3, umumnya melampaui target RJPP.
GAMBAR 2.3
Perbandingan Proyeksi/Realisasi dari Iuran dan Jaminan JHT
(dalam miliar rupiah)Proyeksi Iuran Realisasi Iuran Proyeksi Jaminan Realisasi Jaminan
8.666 9.281 4.803 5.790 10.140 10.836 5.577 5.878 12.548 12.965 6.901 6.878 15.639 15.718 8.601 7.966 19.185 20.005 8.203 9.968
2009 2010 2011 2012 2013
IURAN JAMINAN IURAN JAMINAN IURAN JAMINAN IURAN JAMINAN IURAN JAMINAN
TABEL 2.4
Pembayaran Jaminan Tiap Program 2009-2013
(dalam miliar rupiah)PROGRAM
2009 2010 2011 2012 2013 CAGR
PROYEKSI REALISASI PROYEKSI REALISASI PROYEKSI REALISASI PROYEKSI REALISASI PROYEKSI REALISASI PROYEKSI REALISASI
JHT 4,083 5,790 5,577 5,878 6,901 6,878 8,601 7,966 8,203 9,968 19.06% 14.55% JKK 316 343 411 377 501 499 610 507 516 563 13.03% 13.21% JKM 179 256 327 247 387 275 457 357 327 407 16.26% 12.28% JPK 680 666 1,132 814 1,485 932 1,967 1,168 1,295 1,958 17.48% 30.94% Jakons 56 21 31 25 36 16 42 32 29 40 -15.51% 17.74% Mandiri 5 9 8 12 9 18 10 36 35 63 63.09% 62.95% Non JHT 1,236 1,295 1,909 1,475 2,418 1,740 3,086 2,100 2,202 3,032 15.53% 23.69% Total Jaminan 5,319 7,085 7,486 7,353 9,319 8,618 11,687 10,066 10,405 13,000 18.26% 16.39%
D. BEBAN JAMINAN
2 EVALUASI PELAKSAAN RJPP 2009-2013 RENCANA STRATEGIS 2014-2018 PERUBAHAN II
BADAN PENYELENGGARA JAMINAN SOSIAL KETENAGAKERJAAN
29
Seperti terlihat di Tabel 2.5, sepanjang tahun 2009-2013 tidak terdapat penyimpangan berarti yang terjadi dalam neraca dan pada umumnya mencatat hasil diatas target. Pada total aset perusahaan, terjadi rata-rata pertumbuhan sebesar 16,23% setiap tahun dengan aset investasi sebagai portofolio terbesar. Anomali terjadi pada pencapaian target aset tetap yang selalu dibawah target karena minimnya ekspansi yang dilakukan oleh PT. Jamsostek (Persero) untuk menambah asetnya di seluruh wilayah operasinya.
TABEL 2.5
Perbandingan Neraca Aktual dan Proyeksi 2009-2013
(dalam milliar rupiah)PROGRAM
2009 2010 2011 2012 2013 CAGR
PROYEKSI REALISASI PROYEKSI REALISASI PROYEKSI REALISASI PROYEKSI REALISASI PROYEKSI REALISASI PROYEKSI REALISASI
Investasi 72.744 80.698 85.465 98.980 100.438 111.786 118.403 132.834 149.102 149.210 19,65% 16,61% Jumlah aset lancar 1.498 2.109 1.598 2.164 1.703 2.949 1.818 2.556 4.140 3.465 28,94% 13,23% Aset tetap 464 333 530 334 591 351 673 422 1.371 756 31,11% 22,75% Aset lain-lain 293 1.108,31 301 1.261 309 1.539 317 1.721 4.265 302 95,33% -27,75% Total aset 74.999 84.248 87.894 102.739 103.041 116.625 121.211 137.532 158.878 153.733 20,64% 16,23% Liabilitas 72.532 80.106 84.926 97.349 99.458 111.800 116.770 130.981 150.590 147.383 20,04% 16,71% Ekuitas 2.467 4.142 2.968 5.390 3.583 4.825 4.441 6.552 8.288 6.350 35,38% 11,28% Total Liabilitas dan Ekuitas 74.999 84.248 87.894 102.739 103.041 116.625 121.211 137.532 158.878 153.733 20,64% 16,23%
Sumber: Neraca PT Jamsostek (Persero)
2 EVALUASI PELAKSAAN RJPP 2009-2013 RENCANA STRATEGIS 2014-2018 PERUBAHAN II
BADAN PENYELENGGARA JAMINAN SOSIAL KETENAGAKERJAAN
30
Dalam portofolio investasi, seperti terlihat pada Tabel 2.6, umumnya investasi mengalami keberhasilan dalam mencapai target yang ditetapkan dalam RJPP. Portofolio investasi tidak banyak berubah dalam periode tahun 2009-2011 dengan instrumen obligasi yang masih mendominasi dengan rata-rata 40,92% dari seluruh investasi. Mulai tahun 2012, ditempatkan dana investasi pada portofolio baru yaitu Sukuk dan KIK-EBA (Kontrak Investasi Kolektif-Efek Beragun Aset). Kondisi ekonomi global yang masih tidak menentu di tahun 2009 membuat investasi dalam bentuk saham dikurangi, dan mayoritas ditempatkan dalam instrumen berpendapatan tetap berupa deposito dan obligasi dikarenakan karakteristik hasil yang lebih cair dan pasti, risiko yang relatif aman dan disesuaikan dengan maturity profile liabilitas yang umumnya bersifat jangka menengah hingga panjang yaitu Jaminan Hari Tua (JHT). Seiring dengan membaiknya pasar modal yang ditunjukkan dengan pertumbuhan IHSG di tahun 2010-2013 membuat investasi dalam portofolio saham mulai ditambah dengan mengurangi investasi dalam bentuk instrumen deposito berjangka.
TABEL 2.6
Portofolio Investasi Aktual dan Proyeksi 2009-2013
(dalam miliar rupiah)PORTOFOLIO
2009 2010 2011 2012 2013 CAGR
PROYEKSI REALISASI PROYEKSI REALISASI PROYEKSI REALISASI PROYEKSI REALISASI PROYEKSI REALISASI PROYEKSI REALISASI
Deposito 21,305 27,216 19,933 31,201 19,688 32,866 20,680 41,744 41,057 40,180 17.82% 10.23% Saham 10,773 14,044 17,984 21,921 21,313 23,439 26,126 27,436 30,702 31,811 29.93% 22.68% Obligasi 36,463 35,868 42,983 39,743 54,089 46,688 65,289 49,587 62,696 59,016 14.51% 13.26% Reksadana 2,637 3,014 2,823 5,617 3,346 8,370 3,988 9,558 11,982 11,767 46.00% 40.57% Sukuk 3,929 5,793 KIK EBA 180 244 Penyertaan langsung 739 26 824 26 949 30 1,102 44 1,920 31 26.96% 4.33% Properti investasi 824 487 916 469 1,051 390 1,215 369 746 358 -2.45% -7.40% Total Investasi 72,741 80,655 85,463 98,977 100,436 111,783 118,400 132,847 149,103 149,201 19.65% 16.62%
2 EVALUASI PELAKSAAN RJPP 2009-2013 RENCANA STRATEGIS 2014-2018 PERUBAHAN II
BADAN PENYELENGGARA JAMINAN SOSIAL KETENAGAKERJAAN
31
Dalam Gambar 2.4 berikut diperlihatkan pencapaian Dana Investasi (realisasi) dibandingkan dengan proyeksi RJPP berdasarkan program JHT dan Non JHT. Untuk program JHT rata-rata pencapaian penempatan dana investasi untuk periode 2009-2013 sebesar 109,37% sedangkan untuk program non-JHT tercapai penempatan dana investasi rata-rata sebesar 116,46%.
GAMBAR 2.4
Perbandingan Proyeksi/Realisasi dari Dana Investasi JHT dan Non JHT
(dalam miliar rupiah)Investasi JHT Proyeksi Investasi JHT Realisasi
Rata-Rata Penempatan Dana:
109,37%
Investasi Non JHT Proyeksi Investasi Non JHT Realisasi
Rata-Rata Penempatan Dana:
116,46%
65,238 70,813 2009 76,157 86,297 2010 88,330 98,728 2011 103,155 117,444 2012 132,037 131,181 2013 108,55% 113,31% 111,77% 113,85% 99,35% 7,506 9,890 2009 9,308 12,683 2010 12,109 13,058 2011 15,248 15,390 2012 17,090 18,029 2013 131,76% 136,26% 107,84% 100,93% 105,49%2 EVALUASI PELAKSAAN RJPP 2009-2013 RENCANA STRATEGIS 2014-2018 PERUBAHAN II
BADAN PENYELENGGARA JAMINAN SOSIAL KETENAGAKERJAAN
32
Gambar 2.5 memperlihatkan hasil investasi aktual dan proyeksi berdasarkan program JHT dan Non JHT. Untuk program JHT rata-rata diperoleh pencapaian hasil investasi sebesar 117,8% dari proyeksi RJPP untuk periode 2009-2013, sedangkan untuk program Non JHT diperoleh rata-rata pencapaian hasil investasi sebesar 116,05%.
GAMBAR 2.5
Perbandingan Proyeksi/Realisasi dari Hasil Investasi JHT dan Non JHT
(dalam miliar rupiah)Hasil Investasi JHT Proyeksi Hasil Investasi JHT Realisasi
Rata-Rata Hasil Investasi: 117,8%
Hasil Investasi Non JHT Proyeksi
Hasil Investasi Non JHT Realisasi Rata-Rata Hasil investasi: 116,05% 5,813 7,706 2009 7,442 9,662 2010 8,879 10,284 2011 10,486 11,392 2012 12,449 12,700 2013 132,56% 129,83% 115,82% 108,64% 102,02% 1,036 1,308 2009 1,119 1,394 2010 1,393 1,739 2011 1,749 1,823 2012 2,169 2,177 2013 126,25% 124,58% 124,84% 104,23% 100,37%
2 EVALUASI PELAKSAAN RJPP 2009-2013 RENCANA STRATEGIS 2014-2018 PERUBAHAN II
BADAN PENYELENGGARA JAMINAN SOSIAL KETENAGAKERJAAN
33
Setelah dikurangi biaya pengelolaan, seluruh hasil investasi JHT dikembalikan kepada peserta sebagai pengembangan dana JHT. Pengembangan dana JHT yang diberikan kepada peserta selalu lebih tinggi dibandingkan dengan tingkat suku bunga deposito yang diberikan oleh bank. Dalam lima tahun terakhir, rata-rata selisih antara bunga deposito dengan pengembangan dana JHT adalah sebesar 3,8%. Hal ini seperti terlihat dalam Gambar 2.6.
GAMBAR 2.6
Perbandingan Kinerja Pengembangan JHT Dengan Bunga Deposito
4,1% 3,49% 10,6% 7,11% 10,6% 10,1% 6,35% 9,1% 8,68% 7,26% 3,75% 3,6% 1,42% 12 10 8 6 4 2 0
2009
2010
2011
2012
2013
Bunga Deposito
Pengembangan JHT
Rata-Rata Perbandingan Kinerja: 3,8
6,5%
2 EVALUASI PELAKSAAN RJPP 2009-2013 RENCANA STRATEGIS 2014-2018 PERUBAHAN II
BADAN PENYELENGGARA JAMINAN SOSIAL KETENAGAKERJAAN
34
Dari tinjauan hasil evaluasi terhadap beberapa aspek, maka dapat disimpulkan bahwa:
1. Kondisi ekonomi Indonesia yang stabil dan cenderung membaik turut membantu PT Jamsostek (Persero) dalam mencapai target-target yang telah ditetapkan dalam RJPP 2009-2013.
2. Realisasi pertumbuhan jumlah peserta aktif selalu dapat melampaui target RJPP, namun perlu diperhatikan bahwa pertumbuhannya cenderung stagnan apabila dibandingkan dengan tingkat pertumbuhan pekerja penerima upah yang menjadi target utama kepesertaan. Lambatnya pertumbuhan peserta aktif ini dapat ditingkatkan melalui beberapa inisiatif yang akan dipersiapkan nanti untuk mendukung transformasi BPJS Ketenagakerjaan, seperti branding, memperbanyak akses point, peningkatan layanan dan manfaat.
3. Kelemahan dalam penegakan hukum bagi perusahaan yang melanggar masih menjadi permasalahaan di periode 2009-2012. Diharapkan pada saat transformasi ke BPJS Ketenagakerjaan dengan pemberian fungsi penegakan yang lebih luas dapat memperbaiki masalah ini.
4. Pada portofolio aset investasi, hampir seluruhnya mampu melampaui proyeksi di RJPP, namun untuk aset tetap terdapat kesulitan untuk mencapai target akibat kurangnya kegiatan ekspansi yang dilakukan oleh PT Jamsostek (Persero) selama periode 2009-2012. Portofolio untuk aset investasi langsung masih selalu dibawah target RJPP, kebijakan manajemen risiko yang cenderung konservatif membuat pilihan investasi diarahkan ke instrumen-instrumen yang tidak memiliki resiko yang tinggi. Pelaksanaan Jamsostek In Corporated (JIC) diharapkan mampu menaikkan proporsi investasi langsung di tahun-tahun mendatang. Target pendapatan investasi dapat dilampaui dikarenakan kondisi ekonomi yang mendukung aktivitas investasi akibat dari pergerakan harga saham serta tingkat suku bunga yang stabil.
5. Laba bersih PT. Jamsostek (Persero) terus meningkat setiap tahunnya, diakibatkan oleh terus meningkatnya pendapatan investasi yang juga disumbangkan oleh jumlah iuran baru dari peserta aktif. Beban usaha dilain pihak juga terus meningkat, namun besar peningkatannya masih dibawah dari pertumbuhan laba usaha. Hal ini tidak bisa dihindari seiring dengan terus tumbuhnya jaringan setiap tahunnya dan diperkirakan akan terus bertambah seiring dengan usaha transformasi ke BPJS Ketenagakerjaan nanti.
6. Peserta JPK yang masih kecil bila dibandingkan jumlah seluruh peserta aktif menunjukan bahwa peserta masih memiliki pemahaman dan kesadaran yang kecil mengenai manfaat dari JPK. Kedepan, sosialisasi dan komunikasi terhadap manfaat program-program yang lain mutlak harus dilaksanakan untuk meningkatkan pemahaman peserta sehingga mereka akan mulai menggunakan program Jaminan Sosial.
2 EVALUASI PELAKSAAN RJPP 2009-2013 RENCANA STRATEGIS 2014-2018 PERUBAHAN II
BADAN PENYELENGGARA JAMINAN SOSIAL KETENAGAKERJAAN
BPJS Ketenagakerjaan melakukan analisa lingkungan eksternal
dan internal dengan pendekatan 4C yaitu Change, Customer
Company, dan Competitor di dalam merumuskan strategi
untuk mencapai tujuan organisasi.
POSISI
BPJS KETENAGAKERJAAN
3 POSISI BPJS KETENAGAKERJAAN RENCANA STRATEGIS 2014-2018 PERUBAHAN II
BADAN PENYELENGGARA JAMINAN SOSIAL KETENAGAKERJAAN
38
Strategi merupakan cara mencapai tujuan-tujuan organisasi. Untuk merumuskan strategi, organisasi dapat mempergunakan pendekatan industri dengan menganalisa lingkungan dimana organisasi itu berada (menangkap peluang dan bersahabat dengan ancaman) serta mempertimbangkan kekuatan dan kelemahan yang dimiliki organisasi tersebut.
A. ANALISA LINGKUNGAN EKSTERNAL DAN INTERNAL
TOWS EXAMINATION vALUE - DECIDER COMPANY vALUE - MIGRATOR CHANGE SOC-CUL POL -LEG TECHNOLOGY MARKE T vALUE - SUPPLIER COMPETITOR vALUE - DEMANDER CUSTOMER ECONOMY GAMBAR 3.1
Framework Analisis 4C
Berangkat dari pemikiran diatas, BPJS Ketenagakerjaan melakukan analisa lingkungan dengan pendekatan Diamond pada 4C yakni Change, Competitor, Customer dan Company.
3 POSISI BPJS KETENAGAKERJAAN RENCANA STRATEGIS 2014-2018 PERUBAHAN II
BADAN PENYELENGGARA JAMINAN SOSIAL KETENAGAKERJAAN
39
1
CHANGE
Teknologi
Teknologi yang diperkirakan akan paling banyak mempengaruhi cara berkomunikasi dan penyediaan service kepada peserta BPJS Ketenagakerjaan adalah teknologi informasi berupa penggunaan telepon seluler. Sebagian besar masyarakat telah mempunyai akses terhadap telepon seluler dan statistik memperkirakan bahwa penetrasi telepon seluler di Indonesia akan mencapai 160% pada tahun 2017.
Selain telepon seluler, teknologi berupa internet juga akan terus berkembang. Kemudahan mengakses internet di berbagai lokasi serta upaya-upaya mendorong penyebarluasan internet akan membuat semakin banyak orang terhubung dengan internet. Tenaga kerja penerima upah adalah salah satu kelompok yang akan semakin terekspos dengan perkembangan internet. Diprediksi pada tahun 2018 akan terdapat 191,13 juta orang menggunakan internet dan hampir semua tenaga kerja penerima upah (>90%) akan terhubung dengan internet dan lebih dari 80% mengakses akun social media saat terhubung dengan internet.
Berkaca pada perubahan teknologi yang akan terjadi, BPJS Ketenagakerjaan harus mampu memanfaatkan perkembangan teknologi untuk semakin menunjang kinerja BPJS Ketenagakerjaan. Fungsi telepon seluler maupun internet harus dimaksimalkan sebagai salah satu sarana utama BPJS Ketenagakerjaan dalam basis operasional dan pelayanannya untuk menjangkau tenaga kerjanya.
Politik dan Hukum
Faktor politik dan hukum merupakan penggerak utama perubahan dan transformasi PT. Jamsostek menuju BPJS Ketenagakerjaan. UU Nomor 24 tahun 2011 tentang BPJS dan Peraturan Pemerintah serta turunannya sangat mewarnai penyusunan strategi BPJS Ketenagakerjaan. Saat ini perubahan regulasi bergerak dengan roda yang lebih cepat dibandingkan dengan periode-periode sebelumnya. Beberapa hal yang bersifat unfavorables adalah:
» Batasan pembiayaan BPJS Ketenagakerjaan (AUM program jangka panjang 2% dan 10% dari iuran program jangka pendek). Hal ini telah berubah kembali dengan pembiayaan BPJS Ketenagakerjaan yang bersumber dari:
È 10% paling tinggi dari iuran JKK dan JKM.
È 10% dari iuran JHT dan JP, serta 10% dari hasil pengembangan dana JHT dan JP .
» Penahapan kepesertaan dimana kepesertaan PNS/ TNI/POLRI tidak masuk menjadi peserta BPJS Ketenagakerjaan pada periode 2014-2018 ini.
» Larangan subsidi silang antar program.
» Masa Kepesertaan aktif 10 Tahun, dapat menarik JHT 10% dan 30% yang kemudian direvisi dimana peserta yang terkena PHK dan berhenti bekerja dapat menarik seluruh JHT dengan masa tunggu 1 bulan.
Sementara itu hal yang bersifat favourable adalah kewenangan inspeksi kepada tenaga kerja dan peserta tentang kebenaran data mereka. Kewenangan ini menjadi salah satu strategi dalam peningkatan kepesertaan Jaminan sosial Ketenagakerjaan.
3 POSISI BPJS KETENAGAKERJAAN RENCANA STRATEGIS 2014-2018 PERUBAHAN II
BADAN PENYELENGGARA JAMINAN SOSIAL KETENAGAKERJAAN
40
Pasar
Indonesia sebagai salah satu negara dengan jumlah penduduk ke-4 terbesar di dunia mempunyai jumlah tenaga kerja yang besar pula. Di tahun 2018, diprediksikan tenaga kerja akan berjumlah sekitar 124,4 juta dengan komposisi:
» 49,7 juta tenaga kerja penerima upah.
» 74,7 juta tenaga kerja bukan penerima upah.
Perekonomian Indonesia
Kelas menengah di Indonesia akan terus tumbuh menuju 170 juta orang di tahun 2017. Meningkatnya kelas menengah di Indonesia juga akan mendorong bertumbuhnya ekonomi Indonesia sebesar 34% dari tahun 2012 ke 2018. Dengan pertumbuhan perekonomian Indonesia, dana yang akan dikelola oleh BPJS Ketenagakerjaan juga akan semakin berkembang. Oleh karena itu, diperlukan usaha yang semakin baik untuk menghasilkan tingkat pengembalian dana yang optimal.
Sosial dan Budaya
Keberhasilan program urbanisasi akan semakin mendorong penduduk di pedesaan untuk berpindah ke kota. Pada tahun 2017 diprediksi proporsi penduduk yang tinggal di daerah urban akan meningkat menjadi 52%. Semakin banyaknya penduduk di daerah perkotaan akan semakin mempermudah BPJS Ketenagakerjaan dalam memberikan layanan yang maksimal.
Hal menarik yang juga perlu diperhatikan adalah perubahan pola pikir yang terjadi pada angkatan-angkatan kerja baru. Walaupun angkatan kerja baru didominasi kaum muda, diperkirakan lebih dari 60% tenaga kerja baru akan semakin menaruh perhatian terhadap perencanaan masa depannya. Perubahan pola pikir yang ada selaras dengan perkembangan Jamsostek menjadi BPJS Ketenagakerjaan. Dengan sadarnya tenaga kerja akan pentingnya perencanaan masa depan, tenaga kerja akan semakin merasakan manfaat BPJS Ketenagakerjaan.
49.7
JUTA TENAGA KERJA PENERIMA UPAH.2018
74.7
JUTA TENAGA KERJA BUKAN PENERIMA UPAH.GAMBAR 3.2
3 POSISI BPJS KETENAGAKERJAAN RENCANA STRATEGIS 2014-2018 PERUBAHAN II
BADAN PENYELENGGARA JAMINAN SOSIAL KETENAGAKERJAAN
41
2
COMPETITOR
Dipandang dari sisi penyedia jaminan sosial, BPJS Ketenagakerjaan akan menjadi satu-satunya penyelenggara jaminan sosial Ketenagakerjaan di Indonesia. Akan tetapi bila dilihat dari segi manfaat yang diberikan terutama terkait dengan program JHT, akan semakin banyak bermunculan perusahaan-perusahaan yang juga menawarkan manfaat JHT. Bahkan demi menarik pelanggan, perusahaan-perusahaan tersebut akan bersaing untuk memberikan manfaat yang lebih tinggi. Walaupun bukan kompetitor langsung, BPJS Ketenagakerjaan perlu mewaspadai keberadaan perusahaan-perusahaan yang menawarkan jaminan serupa.
Selain itu, tuntutan masyarakat terhadap kualitas pelayanan publik yang diselenggarakan oleh Pemerintah maupun badan/organisasi yang mewakili Pemerintah terus meningkat. BPJS Ketenagakerjaan kedepan akan menjadi salah satu pelayan publik yang memiliki peranan yang semakin luas bagi masyarakat. Kualitas pelayanan yang diberikan BPJS Ketenagakerjaan akan selalu dibandingkan dengan kualitas pelayanan publik yang lain.
3
CUSTOMER
Masih banyak pemberi kerja yang tidak merasa butuh untuk menjaminkan tenaga kerjanya, terlebih untuk tenaga kerja di lingkungan kerja yang tidak secara langsung terekspos oleh bahaya, misal perkantoran. Dengan kata lain masih banyak pemberi kerja yang belum sadar bahwa setiap tenaga kerja berhak mendapatkan perlindungan yang layak. Selain kesadaran yang masih minim, jumlah tenaga kerja bukan penerima upah yang signifikan juga perlu diperhatikan. Sistem yang masih belum jelas membuat tenaga kerja bukan penerima upah menjadi lebih sulit terjangkau dibandingkan tenaga kerja penerima upah. Akibatnya tantangan menjadi lebih besar untuk menyadarkan tenaga kerja bukan penerima upah akan isu pentingnya perlindungan terhadap setiap tenaga kerja.
3 POSISI BPJS KETENAGAKERJAAN RENCANA STRATEGIS 2014-2018 PERUBAHAN II
BADAN PENYELENGGARA JAMINAN SOSIAL KETENAGAKERJAAN
42
4
COMPANY
Beberapa aspek yang dipandang masih perlu diperbaiki diantaranya adalah:
Manajemen
Sumber Daya Manusia
Beberapa variabel SDM telah cukup kompetitif seperti grading dan kompensasi tetap. Sementara untuk faktor yang lain yang perlu dibenahi antara lain HCIS (Human Capital Information System), talent management, sistem karir, dan pengembangan dan pembelajaran.
Distribution Channel
Untuk menjangkau seluruh tenaga kerja Indonesia di 17.000 pulau maka dibutuhkan jalur distribusi yang baik. Saat ini BPJS Ketenagakerjaan baru memiliki 121 Kantor Cabang dan 53 Kantor Cabang Perintis tahun 2014, 150 Kantor Cabang Perintis tahun 2015 serta 1.130 channel kolaborasi dengan industri perbankan. Jumlah tersebut dirasa masih kurang dibanding dengan potensi yang masih harus dilindungi.
C Brand
i
Branding dan Komunikasi
Brand BPJS Ketenagakerjaan yang masih relatif baru belum mempunyai positioning yang kuat di mata publik. Pengenalan publik terhadap BPJS Ketenagakerjaan masih sering tertukar dengan BPJS Kesehatan dan BPJS. PT. Jamsostek (Persero) dalam masa transformasinya menuju BPJS Ketenagakerjaan masih perlu membenahi diri di berbagai bidang. Karena singkatnya masa transformasi PT. Jamsostek (Persero) menuju BPJS Ketenagakerjaan, pembenahan internal organisasi juga perlu didukung dengan upaya kerjasama dengan berbagai pihak.
GAMBAR 3.3
Jangkauan Distribusi Tahun 2015
203
KANTOR CABANG PERINTIS1130
CHANNEL KOLABORASI121
KANTOR CABANG3 POSISI BPJS KETENAGAKERJAAN RENCANA STRATEGIS 2014-2018 PERUBAHAN II
BADAN PENYELENGGARA JAMINAN SOSIAL KETENAGAKERJAAN
Asumsi penyusunan Renstra perubahan 2014-2018 didasari
pada perubahan makro dan mikro. Kondisi makro Indonesia
pada tahun 2014-2018 diperkirakan akan terus mengalami
perbaikan didasari terus tumbuhnya PDB Indonesia beberapa
tahun terakhir, namun tingkat inflasi cenderung mengalami
penurunan. Untuk asumsi mikro, pertumbuhan pekerja 1,24%
setiap tahun dengan proporsi jumlah pekerja penerima upah
39,95% dari jumlah penduduk yang bekerja dan sisanya
60,05% adalah proporsi jumlah pekerja bukan penerima upah.
ASUMSI PENYUSUNAN
RENSTRA PERUBAHAN II
2014-2018
RENCANA STRATEGIS 2014-2018 PERUBAHAN II
BADAN PENYELENGGARA JAMINAN SOSIAL KETENAGAKERJAAN
46 4 ASUMSI PENYUSUNAN RENSTRA PERUBAHAN 2014-2018
Sampai dengan Desember 2014, BPJS Ketenagakerjaan memiliki gedung kantor sebanyak 185 dengan komposisi 78 gedung milik sendiri, 54 gedung sewa, dan 53 KCP dengan status sewa. Eksistensi BPJS Ketenagakerjaan saat ini telah ada di 148 kabupaten/kota di Indonesia. Perluasan kepesertaan diseluruh segmen, memerlukan jaringan kantor cabang yang dapat melingkupi seluruh kabupaten/kota yang ada di Indonesia. Jumlah eksistensi jaringan kantor cabang tersebut masih rendah dibandingkan banyaknya kabupaten/kota yang tersebar diseluruh luasnya wilayah Indonesia. Oleh sebab itu, peningkatan eksistensi BPJS Ketenagakerjaan di seluruh Indonesia melalui pembentukan Kantor Cabang yang melingkupi seluruh Kabupaten/Kota menjadi kunci sukses pencapaian pertumbuhan kepesertaan yang tinggi dan pelayanan memuaskan bagi peserta.
Kanwil Sumbagut 05 07
Kanwil Kalimantan 08 04
Kanwil Sulawesi Maluku 09 00 Kanwil Sumbariau 06 06 Kanwil Sumbagsel 05 04 Kanwil Banten 02 05
Kanwil DKI Jakarta 07 11
Kanwil Jawa Barat 10 05
Kanwil Jateng DIY 09 04
Kanwil Jawa Timur 10 07
Kanwil Banuspa 05 03
Kantor Pusat Kantor Wilayah (Milik) Kantor Wilayah (Sewa) Gedung Kantor (Milik) Gedung Kantor (Sewa) TOTAL GEDUNG KANTOR: 78 54 (tidak termasuk KCP, 53 KCP status sewa)
Sampai dengan Desember 2014, sebanyak 54 kantor cabang BPJS Ketenagakerjaan masih status sewa. Kondisi kantor cabang yang masih status sewa tersebut berpotensi menimbulkan hambatan tersendiri dalam memperluas kepesertaan dan dalam memberikan pelayanan kepada peserta yang mencakup seluruh pogram dan seluruh segmen tenaga kerja. Kepindahan suatu kantor akan menimbulkan penataan ulang infrastruktur, sarana, dan prasarana operasional kantor cabang. Dilihat dari sisi peserta, kepindahan kantor cabang BPJS Ketenagakerjaan menyulitkan peserta untuk memperoleh pelayanan optimal akibat lokasi kantor yang berpindah. Selain itu, perluasan manfaat tambahan, pengembangan JKK Return to Work memerlukan adanya lokasi kantor cabang yang bersifat tetap.
A. JARINGAN KANTOR BPJS KETENAGAKERJAAN 2014
GAMBAR 4.1