IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
4.I. Kondisi Umum PSMPK DM IPB
4.1.1. Latar Belakang Pendirian PSMPK
Berdasarkan surat keputusan Rektor IPB tahun 2006, maksud dan tujuan pendirian PSMPK DM IPB adalah :
a. Sesuai dengan mandat dan mayor yang ditawarkan sebagaimana ditetapkan dalam keputusan Rektor IPB Nomor 001/K13/PP/2005, Departemen Manajemen, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, IPB selama ini telah menyelenggarakan Program Pendidikan Sarjana (SI) reguler dengan mayor ilmu manajemen.
b. Bahwa sejalan dengan makin bertambahnya jumlah lulusan Diploma maupun Perguruan Tinggi Negeri lainnya dan adanya keinginan dari para lulusan khususnya bagi yang telah bekerja untuk meningkatkan mutu diri (self-imporvement) dan mengembangkan karier, maka pangsa pasar dari program Pendidikan Sarjana Manajemen sangat potensial.
c. Sehubungan dengan potensialnya pangsa pasar program pendidikan sarjana manajemen, maka selanjutnya dipandang perlu untuk membuka Program Pendidikan Sarjana Manajemen Penyelenggaraan Khusus, dan pembukaannya ditetapkan dengan suatu Keputusan Rektor.
Surat keputusan Rektor IPB yang berisi tentang pembukaan PSMPK yaitu Surat Keputusan Rektor IPB nomor 161/K13.8/PP/2006.
Pelaksanaan penerimaan mahasiswa baru pada program ini dimulai pada tahun ajaran 2006/2007.
4.1.2. Visi, Misi dan Tujuan PSMPK 2. Visi
Menjadi wahana pengembangan manusia unggulan dan berdaya saing tinggi melalui pendidikan berkelanjutan (long life education) dalam bidang manajemen.
2. Misi
a. Membangun SDM bermutu dan berdedikasi dalam ilmu manajemen dengan kompetensi tinggi di bidang pemasaran, produksi operasi, SDM dan keuangan.
b. Membangun etika bisnis yang ilmiah, profesional dan berbudaya.
3. Tujuan
a. Menghasilkan lulusan sarjana di bidang manajemen yang mempunyai kompetensi tinggi di bidang pemasaran, produksi operasi, SDM dan keuangan.
b. Menghasilkan lulusan sarjana di bidang manajemen yang mampu mengembangkan profesionalismenya dalam meniti karir di lingkungan kerjanya.
c. Menghasilkan lulusan sarjana manajemen yang mampu mandiri melalui pengembangan jiwa dan semangat kewirausahaan.
d. Menghasilkan model sistem belajar mengajar berkelanjutan di bidang manajemen melalui diskusi interaktif antar pengajar dan mahasiswa praktisi.
4.1.3. Kurikulum dan Perkuliahan
PSMPK diselenggarakan dengan sistem kredit semester (SKS) yang disesuaikan dengan bobot total 147 sks. Program ini melakukan penyetaraan untuk mengakui 30-50% dari total kredit yang telah diambil di program Diploma. Dengan demikian sisa sks yang perlu diambil dalam program ini berkisar antara 50-70% dari total sks.
Proses belajar mengajar diselenggarakan melalui sistem perkuliahan, praktikum, tutorial, ceramah dan seminar yang disesuaikan dengan kebutuhan setiap mata kuliah. Bentuk praktikum terdiri atas praktikum diskusi di kelas/tutorial dan praktikum di laboratorium.
Kegiatan perkuliahan diselenggarakan di kampus Baranangsiang dengan waktu perkuliahan Senin - Jumat pukul 19.00-23.00 dan Sabtu pukul 7.00- 19.00.
Kegiatan pendukung perkuliahan yang disediakan PSMPK yaitu pelatihan softskill wajib mahasiswa yang meliputi Test of English Foreign
Languge (TOEFL) preparation and prediction test, Pelatihan SPSS dan Pumping Talent. Terdapat juga pelatihan lain seperti pelatihan pengolahan data menggunakan SEM, kegiatan bakti desa (pelatihan fasilitator) dan kegiatan lain yang disalurkan melalui organisasi yang berada di bawah PSMPK, yaitu EXOM Club.
4.1.4. Struktur Organisasi PSMPK
Struktur organisasi PSMPK terdiri dari ketua, sekretaris dan staf beserta pendukung. Strukur organisasi PSMPK dapat dilihat pada Gambar 4.
Gambar 4. Struktur organisasi PSMPK
4.1.5. Staf Pengajar PSMPK
Dalam menjalankan kegiatan perkuliahan, PSMPK didukung oleh 25 staf pengajar berikut ini :
1. Prof. Dr. Ir. H. Musa Hubeis, MS, Dipl. Ing, DEA 2. Prof. Dr. Ir. W.H. Limbong, MS
3. Prof. Dr. Ir. H. Sjafri Mangkuprawira 4. Dr. Ir. Jono M. Munandar, MSc 5. Dr. Ir. Abdul Kohar, MSc
6. Dr. Ir. Muhammad Syamsun, MSc 7. Ir. H. Pramono D. Fewidarto, MSc 8. Ir. Hj. Mimin Aminah, MM 9. Dra. Siti Rahmawati, MPd
Ketua PSMPK DM IPB
Sekretaris I (Akademik)
Staff Akademik
Sekretaris II (Umum)
Fasilitas Litbang : Kemahasiswaan
& kerjasama
Keuangan
Staf penunjang
OB & Driver
10. Ir. H. Abdul Basith, MS 11. Ir. Budi Purwanto, ME
12. Hardiana Widyastuti, SHut, MM 13. Farida Ratna Dewi, SE, MM 14. Anggraini Sukmawati, SPt, MM 15. Wita Juwita E, STP, MM
16. Heti Mulyati, STP, MM 17. Erlin Tris Yulianti, STP, Msi 18. Muhammad Najib, STP, Msi 19. Eko Rudy Cahyadi, SHut, MM 20. Ratih Maria Dewi, SP, MM 21. Alim Setiawan S, STP, Msi 22. Dedi Cahyadi S, STP, MM 23. Nurhadi Wijaya, STP, MM 24. R. Dicky Indrawan, SP, MM 25. M. Syaefudin A, STP
4.1.6. Jumlah Mahasiswa PSMPK
1. Angkatan 1 (Tahun 2006) : 56 orang 2. Angkatan 2 (Tahun 2007) : 42 orang 3. Angkatan 3 (Tahun 2007) : 143 orang 4. Angkatan 4 (Tahun 2008) : 56 orang 5. Angkatan 5 (Tahun 2008) : 118 orang 6. Angkatan 6 (Tahun 2009) : 66 orang
Jumlah mahasiswa tiap angkatan berfluktuatif, dimana angkatan ganjil lebih banyak dibanding angkatan genap, karena penerimaan mahasiswa angkatan ganjil bertepatan dengan tahun kelulusan mahasiswa Diploma khususnya, Diploma IPB. Jumlah keseluruhan mahasiswa PSMPK adalah 480 orang. Pada tahun 2009 ini sedang dilakukan penerimaan mahasiswa baru yaitu, Angkatan 7.
4.1.7. Sumber Daya Fisik PSMPK
1. Laboratorium komputer dengan sistem Local Area Network (LAN) dan Internet (Wifi).
2. Ruang kuliah ber AC dan kipas angin, serta ruang diskusi.
3. Fasilitas untuk perlengkapan mengajar meliputi Laptop, Liquid Crystal Display (LCD), Over Head Projector (OHP), Wireless dan Whiteboard.
4. Perpustakaan dengan online system literature.
4.2. Karakteristik Responden
4.2.1. Karakteristik Responden Berdasarkan Sosial Demografis
Karakteristik merupakan ciri khusus yang yang dimiliki seseorang dan menjadi pembeda dari yang lain. Mahasiswa PSMPK mempunyai karakteristik maupun latar belakang yang berbeda. Dengan adanya Perbedaan karakteristik maupun latar belakang mahasiswa PSMPK ini terlihat bahwa prestasi akademik mahasiswa menjadi beragam. Sehingga diduga bahwa karakteristik merupakan salah satu faktor yang berpengaruh terhadap prestasi akademik.
Karakteristik responden yang termasuk ke dalam karakteristik sosial demografis adalah usia, jenis kelamin, status pernikahan, jenis tempat tinggal, status bekerja dan pendapatan/bulan. Karakteristik ini akan dihubungkan secara langsung dengan nilai IPK semester yang sedang diikuti, sehingga dapat terlihat sebaran responden untuk karakteristik tertentu dalam pencapaian prestasi akademik. Kisaran IPK yang digunakan adalah < 1,5, 1,5 < IPK < 2,0; 2,01 – 2,75; 2,76 – 3,50 dan 3,51–4,00. Mahasiswa PSMPK yang menjadi responden adalah mahasiswa yang minimal telah mengikuti perkuliahan selama dua semester. Usia responden ketika masuk ke PSMPK jika langsung melanjutkan kuliah dari program Diploma sekitar 21-22 tahun. Tetapi untuk beberapa responden yang sudah bekerja terlebih dahulu, kemudian masuk kuliah kembali, sebaran usianya lebih beragam. Pada Gambar 5, terlihat bahwa usia responden yang paling banyak adalah 23 ≥ tahun (63
% ), kemudian usia > 23 tahun (37%). Dapat terlihat pada Gambar 5 bahwa mahasiswa yang mendapatkan IPK lebih besar dari 2,76 adalah, mahasiswa yang memiliki usia kurang dari sama dengan 23 tahun.
Keterangan lebih lengkap mengenai persentase IPK yang didapatkan dapat dilihat pada Gambar 5.
Gambar 5. Usia dan nilai IPK responden
Jenis kelamin dibedakan menjadi laki-laki dan perempuan.
Responden laki-laki lebih banyak dibanding perempuan. Laki-laki 60%
sedangkan perempuan 40%. Untuk sebaran IPK terlihat pada Gambar 6 bahwa IPK 2,74 didominasi oleh laki-laki dengan persentase untuk IPK
<1,5, 1,5 < IPK < 2,0; 2,01 – 2,75 berturut-turut adalah 3,7%, 9,2% dan 28,4%. Sedangkan untuk IPK lebih dari 2,75 didominasi oleh perempuan dengan persentase berturut-turut untuk IPK 2,75-3,5 dan 3,51-4,00 adalah 19,23% dan 2,8%. Ini merupakan salah satu bukti fenomena bahwa perempuan lebih rajin dan memiliki hasil prestasi lebih baik dari laki-laki. Keterangan lebih jelas dapat dilihat pada Gambar 6.
63%
37%
Usia Responden Mahasiswa PSMPK
<= 23 Tahun
> 23 Tahun
0,0%
5,0%
10,0%
15,0%
20,0%
25,0%
4,6%
8,3%
23,9% 22,9%
0,9% 1,8% 3,7%
20,2%
12,8%
0,9%
Usia terhadap IPK
< 23 tahun
> 23 tahun
Gambar 6. Jenis kelamin dan nilai IPK responden
Mahasiswa PSMPK didominasi oleh mahasiswa yang langsung melanjutkan kuliah dari Diploma. Kombinasi antara responden yang sudah mempunyai status menikah dan belum menikah dapat dilihat pada Gambar 7.
Gambar 7. Status pernikahan dan nilai IPK responden
60%
40%
Jenis Kelamin Mahasiswa PSMPK
Laki-laki Perempuan
0,0%5,0%
10,0%
15,0%
20,0%
25,0%
30,0%
≤ 1,50 1,50
<IPK<
2,00
2.00-2.75 2.76-3.50 3.51-4.00
3,7% 9,2%
28,4%
16,5%
1,8%
1,8% 0,9%
15,6% 19,3%
2,8%
Jenis Kelamin terhadap IPK
Laki-laki Perempuan
1%
99%
Status Pernikahan Mahasiswa PSMPK
Menikah Belum menikah
0,0%
20,0%
40,0%
60,0%
≤ 1,50 1,50
<IPK<
2,00
2.00-2.75 2.76-3.50 3.51-4.00 0,0%5,5% 0,0%10,1% 0,9% 0,0% 0,0%
43,1%
35,8%
4,6%
Status Pernikahan terhadap IPK
Menikah Belum menikah
Berdasarkan Gambar 7, dapat terlihat bahwa 99% responden belum menikah dan sisanya yaitu, 1% sudah menikah. Responden dengan dengan status menikah berada pada kisaran IPK 2,75-3,50.
Sedangkan untuk status yang belum menikah, dominan terkumpul pada IPK 2,00-2,74. Salah satu faktor yang diduga berpengaruh, yaitu responden yang berstatus menikah mempunyai motivasi yang lebih kuat untuk berprestasi.
Jenis tempat tinggal mahasiswa dibedakan menjadi rumah kosan, rumah orang tua dan rumah pribadi. Kosan dominan digunakan oleh mahasiswa yang berasal dari luar daerah Bogor, sedangkan rumah orang tua dan rumah pribadi digunakan oleh mahasiswa yang berasal dari Bogor. Gambar 8, menunjukan bahwa responden paling banyak tinggal dikosan (64,4%), 12% di rumah orang tua dan sisanya hanya 1% yang sudah tinggal dirumah pribadi. Responden yang mandapatkan lebih besar dari 2,75 adalah responden yang tinggal di rumah kostan. Nilai lebih dari responden yang tinggal dikosan adalah lebih mudah berinteraksi dengan teman kuliah di luar jam pelajaran, sehingga waktu untuk belajar bersama dan saling memotivasi lebih mendukung tercapainya prestasi yang lebih baik.
87%
12% 1%
Jenis Tempat Tinggal Mahasiswa PSMPK
Kostan
Rumah orang tua Rumah pribadi
0,0%
20,0%
40,0%
≤ 1,50 1,50
<IPK<
2,00
2.00-2.75 2.76-3.50 3.51-4.00
4,6% 8,3%
37,6%
33,0%
0,9% 1,8% 5,5% 2,8% 3,7%0,9%
Jenis tempat tinggal terhadap IPK
Kostan
Rumah orang tua Rumah pribadi
Gambar 8. Tempat tinggal dan nilai IPK responden
9. A 9. B
PSMPK membuka jadwal perkuliahan pada malam hari. Tidak menutup kemungkinan bahwa orang yang sudah bekerja mengikuti kuliah pada program ini. Dapat dilihat pada Gambar 9, komposisi mahasiswa yang sudah bekerja (41 %) dan belum bekerja (59%) tidak berbeda jauh. Responden yang mandapatkan IPK lebih besar dari 2,75 adalah mahasiswawa yang belum bekerja. Gambar 9 menunjukan bahwa responden belum bekerja yang mendapat IPK 2,75-3,50 sebanyak 21,1
% dan 3,51-4,00 (3,7%). Orang yang belum bekerja mempunyai kemungkinan berprestasi lebih baik, karena mempunyai waktu belajar lebih banyak, tetapi di sisi lain memiliki nilai IPK kurang dari 2,75. Hal ini menunjukan bahwa status bekerja belum sepenuhnya menjadi faktor penentu untuk berprestasi lebih baik.
Gambar 9. Satus bekerja dan nilai IPK responden
Pendapatan mahasiswa terdiri atas pendapatan pribadi dan pendapatan yang berasal dari orang tua. Mahasiswa yang memiliki pendapatan yang besar adalah mahasiswa yang sudah mempunyai pendapatan pribadi baik dari pekerjaan maupun usahanya. Pada Gambar 10, terlihat bahwa pendapatan responden yang paling dominan berkisar
41%
59%
Status Bekerja Mahasiswa PSMPK
Bekerja Belum bekerja
0,0%5,0%
10,0%
15,0%
20,0%
25,0%
0,9% 3,7%
21,1%
14,7%
4,6% 6,4% 0,9%
22,9% 21,1%
3,7%
Status Bekerja terhadap IPK
Bekerja Belum bekerja
10. A 10. B
Rp 5.00.000-1.000.000 (44,07%). Kisaran pendapatan ini biasanya dimiliki oleh responden yang belum bekerja dengan pendapatan berasal dari orang tua . Sedangkan untuk kisaran lebih besar dari Rp 1.000.000, lebih banyak dimiliki oleh orang yang sudah bekerja. Pendapatan per bulan < Rp 500.000 biasanya dimiliki oleh responden yang tinggal di rumah orang tua dan belum bekerja. IPK < 1,50 paling banyak terdapat pada pendapatan < 500.000 (3%), dan untuk IPK 3,49-4,00 terdapat pada kisaran Rp 500.000-1.000.000. Untuk kisaran IPK yang lain, tersebar cukup merata pada setiap kelas pendapatan. Keterangan lebih jelas dapat dilihat pada Gambar 10.
Gambar 10. Pendapatan dan nilai IPK responden
0%
2%
4%
6%
8%
10%
12%
14%
16%
18%
20%
≤ 1,50 1,50 <IPK<
2,00
2.00-2.75 2.76-3.50 3.51-4.00
3% 3% 4%
6%
2%
4%
19%
16%
4% 3%
15%
9%
1% 2%
3%4% 4%
1%
Pendapatan terhadap IPK
< 500.000 5.00.000-1.000.000 1.000.000-3.000.000 3.000.000-5.000.000
> 5.000.000
11. A 11. B
4.2.2. Karakteristik Responden Berdasarkan Latar Belakang Pendidikan Mahasiswa PSMPK berasal dari lulusan Diploma baik Perguruan Tinggi Negeri (PTN) dan Perguruan Tinggi Swasta (PTS). Perguruan Tinggi Negeri diantaranya yaitu Institut Pertanian Bogor, Universitas Gajah Mada, Universitas Padjajaran, Universitas Indonesia dan Universitas Diponegoro. Sedangkan PTS diantaranya yaitu Politeknik Astra. Data menunjukan bahwa sebagian besar responden berasal dari PTN (99%) sedangkan mahasiswa yang barasal dari PTS hanya 1%
(Gambar 11). Responden ini sebagian besar berasal dari Program Diploma III IPB. Keberhasilan studi responden yang berasal dari PTN dan PTS tidak dapat dibandingkan secara langsung karena sebagian besar responden berasal dari PTN. Data menunjukan bahwa nilai IPK yang paling banyak berada pada kisaran 2,00 - 2,74 dan 2,75 - 3,49 . Sebaran ini dimiliki oleh mahasiswa yang berasal dari PTN dengan persentase masing-masing 44,0% dan 34,9%. Keterangan lebih jelas dapat dilihat pada Gambar 11.
Gambar 11. Asal perguruan tinggi dan nilai IPK responden
12. A 12. B
Jurusan pada berbagai perguruan tinggi beragam sesuai dengan fakultas dan bidang keahliannya. Untuk memudahkan pengelompokan berbagai jenis jurusan tersebut, atas dasar ada tidaknya dasar Manajemen pada jurusan Diploma, maka dibuat dua kelompok yaitu manajemen dan non manajemen. Responden yang berasal dari kelompok manajemen sebanyak 27%, sedangkan non manajemen 73%
(Gambar 12).
Untuk memperkuat pemahaman terhadap Ilmu Manajemen, mahasiswa semester pertama diwajibkan untuk mengikuti mata kuliah Pengantar Manajemen. Berkaitan dengan prestasi akademik, sebaran IPK yang paling tinggi untuk responden yang berasal dari manajemen berada pada kisaran IPK 2,00-2,75 dan 2,76-3,50 dengan persentase berturut-turut 11% dan 10%. Sedangkan untuk responden yang berasal dari non manajemen berada pada kisaran 2,00-2,74 yaitu 33%.
Keterangan lebih jelas dapat dilihat pada Gambar 12.
Gambar 12. Asal jurusan Diploma dan nilai IPK Responden
27%
73%
Asal Jurusan Diploma Responden Mahasiswa PSMPK
Manajemen Non manajemen
0%
5%
10%
15%
20%
25%
30%
35%
≤ 1,50 2.00-2.75 3.51-4.00
2% 2%
11% 10%
4% 2%
8%
33%
26%
3%
Asal Jurusan Diploma Tinggi terhadap nilai IPK
Manajemen Non manajemen
Nilai IPK mahasiswa yang dimaksud dalam penelitian ini adalah nilai IPK terakhir yang sedang dikuti mahasiswa. Dapat dilihat pada Gambar 13, nilai IPK yang paling mendominasi adalah nilai IPK dengan kisaran 2,00-2,74 (40,03%) dan 2,75-3,49 (35,78%) . Salah satu parameter keberhasilan suatu program pendidikan yaitu dilihat dari prestasi akademik mahasiswanya. Adanya IPK kurang dari 2 yaitu untuk kisaran IPK<1,5 (5,5%) dan 1,50<IPK<2.00 (10.09%) adalah suatu indikator adanya permasalahan berkaitan dengan pemcapaian prestasi akademik mahasiswa PSMPK. Berbagai faktor dapat berpengaruh terhadap pencapaian prestasi akademik mahasiswa ini.
Gambar 13. Nilai IPK S1 yang sedang diikuti
Penerimaan mahasiswa PSMPK melalui beberapa tahap seleksi termasuk seleksi IPK Diploma. IPK Diploma yang diterima pada PSMPK, yaitu IPK > 2,00. Gambar 14 menunjukan bahwa, responden yang berada pada kisaran 2,00-2,75 sebanyak 28%, IPK 2,75-3,50 sebanyak 62% dan IPK 3,51-4,00 sebanyak 10% (Gambar 13).
Mahasiswa yang memiliki IPK Dilpoma dengan kisaran 2,75-3,50 memiliki nilai IPK S1 yang sedang diikuti, tersebar pada IPK ≤ 1,50 (2%), 1,50 < IPK < 2.00 (4%), 2,00-2,75 (29%) dan 2,75-3,50 (27%).
Sedangkan responden yang memiliki IPK diploma dengan kisaran 3,51- 4,00 mendapatkan IPK S1 yang sedang diikuti pada kisaran 2,76- 3,51(6%) dan 3,51-4,00 (4%). Keterangan lebih jelas terdapat pada Gambar 14.
Gambar 14. IPK S1 yang sedang diikuti
Beban sks yang dibebankan kepada mahasiswa PSMPK disesuaikan dengan bobot total sks, yaitu 147. Penyetaraan dilakukan sekitar 30-50% sehingga rataan beban sks yang harus ditempuh oleh mahasiswa adalah 70-50%. Jumlah minimal sks yang dapat ditempuh yaitu 72 sks. Jumlah sks yang paling banyak ditempuh oleh responden berkisar antara 90-99 sks (47 %) dan yang paling sedikit adalah < 80 SKS (9,32%). Mahasiswa yang mempunyai 90-99 sks, sebagian besar mempunyai IPK 2,00-2,75 (20,2%) dan IPK 2,76-3,50 (16,5%) Mahasiswa yang memperoleh IPK diatas 3,50 adalah mahasiswa yang mempunyai jumlah sks < 80, 80-89 dan 90-99 (Gambar 15).
28%
62%
10%
IPK Diploma Responden Mahasiswa PSMPK
2.00 - 2.75 2.76 - 3.50 3.51 - 4.00
Gambar 15. Jumlah SKS dan nilai IPK responden
Perkiraan masa studi mahasiswa sangat dipengaruhi oleh banyaknya sks yang diambil karena semakin banyak sks yang harus diambil semakin banyak pula semester yang harus ditempuh. Pada Gambar 16 dapat terlihat bahwa sebagian besar memperkirakan bahwa masa studi dapat diselesaikan kurang lebih 5 semester (74%) Mahasiswa dengan perkiraan masa studi 5 semester tersebar pada IPK <
1,50 sampai 4,00. Jika dilihat dari sebaran IPK, responden yang memiliki IPK 3,50- 4,00 adalah mahasiswa yang mempunyai perkiraan studi 4 semester (2%) dan 5 semester (3%). Mahasiswa yang mempunyai perkiraan masa studi dengan waktu yang lebih cepat mendapatkan nilai IPK pada kisaran yang paling tinggi. Hal ini dapat menjadi suatu indikator bahwa masa studi yang cepat menjadikan mahasiswa berusaha untuk mendapatkan prestasi yang lebih baik.
16%
11%
47%
25%
1% Jumlah sks Responden Mahasiswa PSMPK
< 80 80 - 89 90 - 99 100-109
> 110
Gambar 16. Perkiraan masa studi dan nilai IPK responden Belajar adalah suatu tahap yang harus ditempuh oleh mahasiswa untuk mendapatkan tambahan pengetahuan. Adanya kegiatan belajar diluar kegiatan perkuliahan sangat bermanfaat untuk memperkuat pemahaman terhadap apa yang telah diajarkan. Data pada Gambar 17, menunjukan bahwa kebanyakan mahasiswa (46%) melakukan kegiatan belajar diluar waktu kuliah kurang dari 1 jam, di ikuti oleh kisaran jam belajar 1-2 jam (43%) dan > 3 jam (11%).
0%
5%
10%
15%
20%
25%
30%
35%
≤ 1,50 1,50
<IPK<
2,00
2.00-2.75 2.76-3.50 3.51-4.00
0% 0%
3% 3% 2%
3%
6%
33%
29%
3%
3% 4%
8%
4%
0%
Perkiraan masa studi terhadap nilai IPK
4
5
> 5
Gambar 17. Jumlah jam belajar dan nilai IPK responden
Pada Gambar 17 dapat dilihat bahwa IPK di bawah 2,00 terkumpul pada mahasiswa yang jumlah jam belajarnya di bawah 1 jam yaitu 1% untuk kisaran ≤ 1,51 dan 6% untuk kisaran 1,50-2,00.
Mahasiswa yang mempunyai jumlah jam belajar kurang dari 1 jam, diantaranya termasuk mahasiswa yang tidak mempunyai jam belajar diluar kuliah, dengan kata lain jumlah jam belajarnya nol. Jumlah jam belajar yang tidak diperhitungkan oleh mahasiswa adalah pada saat mengerjakan tugas. Pengerjaan tugas kuliah yang dilakukan mahasiswa ini termasuk jam belajar diluar kuliah. Hanya saja pengerjaan tugas biasanya tidak dilakukan setiap hari.
Aktivitas belajar mahasiswa biasanya padat pada saat menjelang ujian. Fenomena ini umum terjadi, karena kebanyakan mahasiswa memanfaatkan waktu menjelang ujian untuk mengulang kembali semua yang telah dipelajari. Asumsinya adalah semakin banyak jam belajar,
46%
43%
11%
Jumlah Jam Belajar Harian Responden Mahasiswa PSMPK
< 1 jam 1 - 2 jam
>3 jam
maka akan semakin baik prestasi akademik. Gambar 18, menunjukan sebagian besar mahasiswa mempunyai jumlah jam belajar menghadapi ujian 3-5 jam (45%), dan yang paling sedikit > 12 jam (2%). Mahasiswa yang mempunyai jumlah jam belajar < 3 jam mempunyai persentase paling banyak dalam kisaran IPK < 1,50. Sedangkan untuk Sebaran IPK untuk kisaran 2,76-3,50 dan 3,51-4,00 yang paling banyak pada waktu belajar 3-5 jam (Gambar 18).
Gambar 18. Jumlah jam belajar menjelang ujian dan nilai IPK responden
4.3. Analisis pengaruh karakteristik mahasiswa terhadap prestasi akademik
Karakteristik mahasiswa yang diduga berpengaruh terhadap prestasi akademik adalah usia, jenis kelamin, status bekerja dan asal perguruan tinggi. Berdasarkan analisis deskriptif pada karakteristik responden dan penggunaan cross tabulation atau tabulasi silang dengan pendekatan uji khi kuadrat (Lampiran 3) diperoleh hasil berikut :
21%
45%
18%
14%
2%
Jumlah Jam Belajar Menjelang Ujian Responden Mahasiswa PSMPK
< 3 jam 3 - 5 jam 6 - 8 jam 9-12 jam
> 12
1. Usia
Usia responden dikelompokan kedalam usia ≤ 23 Tahun dan >
23 Tahun. Berdasarkan Tabel 2, terlihat bahwa proporsi mahasiswa berusia ≤ 23 Tahun lebih banyak dari > 23 Tahun. Mahasiswa berusia
≤ 23 tahun sebagian besar mendapatkan IPK lebih dari 2,00 – 2,74 (23,9%) dan sebagian kecil mahasiswa berada pada kisaran 3,50 – 4,00 (3,7%). Sedangkan, untuk usia > 23 sebagian besar mahasiswa memperoleh IPK 2,00 – 2,75 (20,2%) dan persentase terkecil 0,9%
merupakan mahasiswa dengan kisaran IPK < 1,5 dan 3,50 – 4,00.
Tabel 3. Tabulasi silang antara usia dan nilai IPK
Crosstab
Berdasarkan nilai peluang dan nilai khi kuadrat hitung yang dihasilkan (Tabel 4) yaitu 0,228 dan 4,995, didapatkan kesimpulan bahwa usia tidak berpengaruh terhadap nilai IPK karena nilai peluang (0,228) > 0,05 dan nilai khi kuadrat hitung (4,995) < nilai khi kuadrat tabel (9,4877). Dengan demikian tinggi rendahnya prestasi akademik mahasiswa tidak ditentukan oleh mahasiswa tersebut berusia ≤ 23 maupun > 23 tahun.
Tabel 4. Hasil uji Khi-Kuadrat
Value Df
Asymp. Sig.
(2-sided)
Pearson Chi-Square 4,995(a) 4 ,288
Likelihood Ratio 5,326 4 ,255
Linear-by-Linear Association N of Valid Cases
,294
109 1 ,588
5 cells (50,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 1,83.
2. Jenis Kelamin
Responden dengan jenis kelamin laki-laki dominan memperoleh IPK dengan kisaran 2,00 – 2,75 (28,4%) dan persentase
USIA (X1)
IPK (Y) %
Total IPK <1,5
1,50<IPK
<2,00 2,00-2,75 2,76-3,50 3,51-4,00
<= 23 4,6 8,3 23,9 22,9 3,7 63,3
> 23
0,9 1,8 20,2 12,8 0,9 36,7
Total 5,5 10,1 44,0 35,8 4,6 100,0
paling minimal berada pada kisaran 3,51 – 4,00 (1,8%). Sedangkan untuk jenis kelamin perempuan dominan memperoleh IPK dengan kisaran 2,76 – 3,50 (19,3%) dan persentase paling minimal berada pada kisaran 1,50 < IPK < 2,00 (0,9%). Mahasiswa yang mendapatkan IPK lebih dari 2,75 dominan ada pada mahasiswa dengan jenis kelamin perempuan dan untuk keterangan lebih jelas dapat dilihat pada Tabel 5 .
Tabel 5. Tabulasi silang antara jenis kelamin dan nilai IPK
Crosstab
Berdasarkan nilai peluang dan nilai khi kuadrat hitung yang dihasilkan pada Tabel 6 yaitu 0,066 dan 8,826, didapat kesimpulan bahwa jenis kelamin tidak berpengaruh terhadap nilai IPK karena nilai peluang (0,066) > 0,05 dan nilai khi kuadrat hitung (8,826) <
nilai khi kuadrat tabel (9,4877). Dengan demikian tinggi rendahnya prestasi akademik mahasiswa tidak ditentukan oleh mahasiswa tersebut berjenis kelamin laki-laki atau perempuan.
Tabel 6. Hasil uji Khi-Kuadrat
Value Df
Asymp. Sig.
(2-sided)
Pearson Chi-Square 8,826(a) 4 ,066
Likelihood Ratio 9,731 4 ,045
Linear-by-Linear Association N of Valid Cases
6,205
109 1 ,013
5 cells (50,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 2,02.
3. Status bekerja
Responden yang belum memiliki pekerjaan dominan memperoleh IPK dengan kisaran 2,00 – 2,75 (22,9%) dan persentase paling minimal berada pada kisaran 3,51 – 4,00 (3,7%). Responden yang sudah bekerja dominan memperoleh IPK dengan kisaran 2,00 – 2,75 (21,1 %) dan persentase paling minimal berada pada IPK < 1,5
JK (X2)
IPK (Y) %
Total IPK <1,5
1,50<IPK
<2,00 2,00-2,75 2,76-3,50 3,51-4,00
Laki-laki 3,7 9,2 28,4 16,5 1,8 59,6
Perempuan 1,8 0,9 15,6 19,3 2,8 40,4
Total 5,5 10,1 44,0 35,8 4,6 100
dan 3,50 – 4,00 (0,9 %). Jumlah responden yang mempunyai prestasi dengan IPK lebih besar dari 2,75 (Tabel 7) tidak jauh berbeda antara responden yang sudah bekerja maupun belum bekerja.
Tabel 7. Tabulasi silang antara status bekerja dan nilai IPK
D
ugaan awal, status bekerja berpengaruh negatif terhadap nilai IPK artinya mahasiswa yang sudah bekerja akan memperoleh IPK lebih rendah dibandingkan orang yang belum bekerja. Berdasarkan nilai peluang dan nilai khi kuadrat hitung yang dihasilkan Tabel 8 yaitu 0,491 dan 3,416, didapatkan kesimpulan bahwa status pekerjaan tidak berpengaruh terhadap nilai IPK karena nilai peluang (0,491) > 0,05 dan nilai khi kuadrat hitung (3,416,) < nilai khi kuadrat tabel (9,4877). Dengan demikian tinggi rendahnya prestasi akademik mahasiswa tidak ditentukan oleh kondisi mahasiswa tersebut sudah bekerja atau belum.
Tabel 8. Hasil Khi-Kuadrat
Value Df Asymp. Sig. (2-sided)
Pearson Chi-Square 3,416(a) 4 ,491
Likelihood Ratio 3,685 4 ,450
Linear-by-Linear Association N of Valid Cases
,075
109 1 ,785
5 cells (50,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 2,06
4. Asal Jurusan Diploma
Mahasiswa yang menjadi responden penelitian ini sebagian besar berasal dari Perguruan Tinggi Negri (PTN), yaitu lulusan dari Program Diploma IPB. IPB mempunyai banyak Fakultas yang terdiri dari Jurusan yang memiliki dasar manajemen dan tidak. Berdasarkan
STATUS BEKERJA
(X2)
IPK (Y) %
Total IPK <1,5
1,50<IP K<2,00
2,00-
2,75 2,76-3,50 3,51-4,00
Belum
bekerja 4,6 6,4 22,9 21,1 3,7 58,7
Bekerja 0,9 3,7 21,1 14,7 0,9 41,3
Total 5,5% 10,1 44,0 35,8 4,6 100,
Tabel 9, dapat dilihat bahwa responden yang berasal dari Jurusan yang memiliki dasar manajemen dominan memiliki IPK dengan kisaran 2,00–2,74 (11,0%) dan persentase paling minimal adalah IPK dengan kisaran < 1.5, 1,50 < IPK < 2,00, 3,51–4,00 sebesar 1,8%.
Responden yang berasal dari Jurusan non manajemen dominan pada IPK yang sama dengan respoden yang berasal dari Jurusan Manajemen, yaitu 2,00–2,74 (33%), sedangkan IPK yang paling sedikit berada pada kisaran 3,51–4,00 (4,6%).
Tabel 9. Tabulasi silang antara asal jurusan Diploma dan nilai IPK
B B e
rdasarkan nilai peluang dan nilai khi kuadrat hitung yang dihasilkan pada Tabel 10 yaitu 0,892 dan 1,113, didapat kesimpulan bahwa asal perguruan tinggi tidak berpengaruh terhadap nilai IPK karena nilai peluang (0,892) > 0,05 dan nilai khi kuadrat hitung (4,955) < nilai khi kuadrat hitung (9,4877). Dengan demikian tinggi rendahnya prestasi akademik mahasiswa tidak ditentukan oleh mahasiswa tersebut berasal dari jurusan Manajemen atau non Manajemen.
Tabel 10. Hasil Uji Khi-Kuadrat
Value df
Asymp. Sig.
(2-sided)
Pearson Chi-Square 1,113(a) 4 ,892
Likelihood Ratio 1,102 4 ,894
Linear-by-Linear Association N of Valid Cases
,251
109 1 ,617
5 cells (50,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 1,33.
4.4. Uji Validitas dan Reliabilitas Kuesioner
Uji validitas dan reliabilitas ini menggunakan aturan dalam SEM dengan bantuan software LISREL, karena kecocokan model dalam metode SEM dapat langsung menjelaskan pengujian validitas
Asal Jurusan Diploma (X4)
IPK (Y) %
Total IPK
<1,5
1,50<IPK
<2,00
2,00-
2,75 2,76-3,50 3,51-4,00
Manajemen 1,8 1,8 11 10,1 1,8 26,6
Non Manajemen 3,7 8,3 33 25,7 2,8 73,4
Total 5,5 10,1 44 35,8 4,6 100
dan reliabilitas. Pengujian ini dilakukan untuk mengetahui apakah peubah indikator mampu mengukur peubah laten. Menurut Ghozali dan Fuad (2005), kevaliditas pertanyaan yang merupakan peubah indikator dalam mengukur peubah laten tertentu dinilai dengan melihat apakah loading nyata p < 0,05) yang ditunjukkan oleh nilai t yang lebih besar dari [1,96].
Berdasarkan perhitungan, 14 peubah indikator mempunyai loading faktor yang nyata (Gambar 19), yaitu memiliki t lebih besar dari t kritis (1,96). Ini berarti ke 14 indikator tersebut valid. Terdapat satu peubah indikator yang tidak memiliki nilai loading faktor nyata yaitu Y1 (Nilai IPK) yaitu kurang dari 1,96. Nilai IPK ini diperoleh dari nilai IPK yang sedang diikuti dan dikonversi ke dalam skala Likert 1-5. Sebaran nilai IPK ini diperoleh menggunakan Quota sampling dengan tujuan mewakili populasi mahasiswa PSMPK. Akan tetapi walaupun Loading faktor dari peubah ini kurang dari nilai kritis, tetapi peubah ini tetap memberikan kontribusi positif terhadap nilai IPK, sehingga masih dapat tetap digunakan sebagai peubah indikator prestasi akademik. Hasil dari pengujian validitas dapat dilihat pada gambar berikut 19.
Gambar 19. Nilai uji nyata (Uji-t) Model Struktural
Uji reliabilitas juga dilakukan terhadap model struktural dalam penelitian ini untuk melihat kekonsistenan peubah indikator dalam mengukur peubah laten. Reliabilitas yang tinggi menunjukan bahwa indikator memiliki kekonsistenan yang tinggi dalam mengukur peubah laten. Pada penelitian ini, uji reliabilitas dilakukan dengan mengunakan jenis pengukuran construct reliability. Hasil perhitungan uji reliabilitas dapat dapat dilihat pada tabel 11.
Tabel 11. Hasil perhitungan uji reliabilitas
Peubah laten Construct reliability
Motivasi 0,845
Prestasi akademik 0,917
Proses perhitungan construct reliability ini dapat dilihat pada Lampiran 4. Berdasarkan hasil yang didapatkan yaitu 0, 845 dan 0,917, dapat diketahui bahwa motivasi dan prestasi akademik memiliki nilai construct reliability yang baik. Nilai ini berada di atas 0,6 (Bagozzi dan Yi dalam Ghozali dan Fuad, 2005)
4.5. Analisis Pengaruh Motivasi Belajar terhadap Prestasi Akademik 4.5.1. Analisis persepsi mahasiswa terhadap motivasi
Motivasi merupakan input positif, bila dimaksimalkan oleh mahasiswa untuk mendapatkan prestasi yang baik. Oleh karena itu analisis persepsi mahasiswa terhadap motivasi perlu dilakukan untuk mengetahui sejauhmana mahasiswa menilai motivasi dan prestasi yang sekarang sedang dialami.
Skala likert digunakan untuk melihat persepsi responden terhadap motivasi dan prestasi akademik. Nilai rentang skala (Rs) yang didapat adalah 0,8. Sedangkan untuk nilai skor rataan diperoleh dari jumlah skor nilai jawaban responden dibagi dengan jumlah responden.
Berdasarkan nilai skor rataan tersebut, maka posisi tanggapan/keputusan responden dapat dilihat pada Tabel 12.
Tabel 12. Posisi tanggapan/ keputusan responden
Posisi tersebut jika diinterpretasikan adalah :
1. Jika nilai skor rataan yang dihasilkan berada didalam rentang 1,0 – 1,8, maka motivasi dan prestasi akademik berada pada kondisi yang sangat rendah.
2. Jika nilai skor rataan yang dihasilkan berada didalam rentang 1,81- 2,6, maka motivasi dan prestasi akademik berada pada kondisi yang rendah.
3. Jika nilai skor rataan yang dihasilkan berada didalam rentang 2,61- 3,4, maka motivasi dan prestasi akademik berada pada kondisi cukup.
4. Jika nilai skor rataan yang dihasilkan berada didalam rentang 3,41- 4,2, maka motivasi dan prestasi akademik berada pada kondisi tinggi.
5. Jika nilai skor rataan yang dihasilkan berada didalam rentang 4,21- 5,0, maka motivasi dan prestasi akademik berada pada kondisi sangat tinggi.
Analisis persepsi responden terhadap motivasi dilakukan berdasarkan faktor-faktor motivasi yaitu, tanggungjawab, kesadaran dalam menempuh pendidikan, minat terhadap ilmu yang dipelajari, orientasi dalam menempuh pendidikan, inisiatif dalam kegiatan perkuliahan, lingkungan sosial kampus, lingkungan sosial komunitas, lingkungan sosial keluarga, waktu perkuliahan pada malam hari, mutu dosen, metode kuliah yang digunakan, fasilitas perpustakaan dan banyak sks yang diambil. Masing-masing peubah tersebut terdiri dari dua sampai lima pertanyaan.
skor nilai Tanggapan/ Keputusan Respnden
1,0-1,8 Sangat rendah
1,81-2,6 Rendah
2,61-3,4 Cukup
3,41-4,2 Tinggi
4,21-5,0 Sangat tinggi
Tabel 13. Persepsi responden terhadap masalah tanggungjawab
No Tanggungjawab Skor Rataan Keterangan
1 Tanggung jawab pada diri sendiri 3,9 Tinggi
2 Tanggung jawab pada keluarga 4,1 Tinggi
Berdasarkan Tabel 13, diketahui bahwa nilai skor rataan mengenai tanggungjawab kepada diri sendiri dan keluarga memiliki nilai sampai dengan tinggi. Dengan skor ini dapat dideskripsikan bahwa responden mempunyai persepsi bahwa tanggungjawab pada diri sendiri maupun keluarga mempunyai peran penting dalam mendapatkan prestasi yang baik, agar terdorong untuk berhasil dan sukses.
Tabel 14. Persepsi responden terhadap masalah kesadaran dalam menempuh pendidikan
No Kesadaran dalam menempuh
pendidikan Skor Rataan Keterangan
1 Keinginan sendiri 4,1 Tinggi
2 Mengikuti perkuliahan 4,0 Tinggi
Tabel 14 menunjukan bahwa skor rataan responden mengenai kesadaran dalam mengikuti perkuliahan adalah tinggi. Responden mempunyai persepsi, untuk mendapatkan prestasi yang baik, maka dalam menjalani perkuliahan harus didasari atas keinginan pribadi dan responden merasa sadar bahwa sudah menjadi suatu kewajiban untuk mengikuti kuliah sesuai dengan dengan jadwal yang telah ditetapkan.
Tabel 15. Persepsi responden terhadap masalah minat terhadap ilmu yang dipelajari
No minat terhadap ilmu yang
dipelajari Skor Rataan Keterangan
1 Menyukai mata kuliah 3,5 Tinggi
2 Minat belajar 2,9 Cukup
Berkaitan dengan minat responden mengenai ilmu yang sedang dipelajari, ada dua hal yang sedikit berbeda. Tabel 15 menunjukan bahwa skor rataan responden mengenai menyukai mata kuliah yang sedang dipelajari adalah tinggi. Ini menjadi suatu tanda yang baik, karena semakin seseorang menyukai sesuatu maka akan mengusahakan yang terbaik untuk hal tersebut. Akan tetapi hal yang
sedikit berbeda terlihat bahwa minat belajar hanya ada pada tingkat yang cukup. Kemungkinan minat responden untuk belajar mengenai mata kuliah yang sedang diajarkan terbatas dalam kegiatan belajar mengajar di kampus, dengan kata lain minat untuk mempelajari mata kuliah diluar jam kuliah belum terlalu besar.
Tabel 16. Persepsi responden terhadap masalah orientasi dalam menempuh pendidikan
No Orientasi dalam menempuh
pendidikan Skor Rataan Keterangan
1 Nilai baik dan cepat lulus 4,3 Sangat tinggi
2 Mengikuti situasi dan kondisi 3,1 Cukup
Berdasarkan Tabel 16, persepsi responden mengenai orientasi dalam menempuh pendidikan menunjukan bahwa responden mempunyai orientasi sangat tinggi untuk memperoleh nilai baik dan cepat lulus. Berkaitan dengan pencapaian prestasi yang harus mengikuti situasi dan kondisi memiliki skor cukup. Responden mempunyai persepsi bahwa hal tersebut cukup penting bila dihadapkan pada situasi tertentu.
Tabel 17. Persepsi responden terhadap masalah inisiatif dalam kegiatan perkuliahan
No
Inisiatif dalam kegiatan
perkuliahan Skor Rataan Keterangan 1 Kelengkapan catatan dan buku 3.5 Tinggi
2 Aktif di kelas 2.8 Cukup
3 Mengerjakan tugas 3.9 Tinggi
4 Belajar bersama 3.8 Tinggi
Inisiatif mahasiswa dalam mengikuti perkuliahan sangat penting untuk menunjang tercapainya prestasi yang baik. Pada Tabel 17, dapat diketahui bahwa inisiatif responden untuk mempunyai catatan kuliah maupun buku yang lengkap sangat tinggi. Responden memang dituntut untuk melakukan hal tersebut terutama pada waktu dilaksanakan ujian. Untuk mendapatkan prestasi yang baik, kelengkapan catatan ini sangat penting sekali. Inisiatif selanjutnya adalah mengenai kegiatan aktif dikelas. Aktif dikelas ini meliputi kegiatan tanya jawab maupun aktivitas kepemimpinan yang dilakukan mahasiswa.
Pada Tabel 17, diketahui bahwa aktivitas dikelas ini hanya memperoleh skor rataan cukup. Proses belajar mengajar yang efektif tentunya ditunjukan dengan adanya interaksi dua arah antara Dosen dan mahasiswa. Dengan melihar skor tersebut, maka penting untuk mahasiswa PSMPK untuk meningkatkan sifat aktif dikelas, agar proses pembelajaran lebih efektif dan prestasi yang baik dapat diperoleh.
Kegiatan mengerjakan tugas dan belajar bersama mempunyai skor rataan dengan tingkat yang tinggi. Responden mempunyai tingkat kepentingan tinggi untuk dua hal ini karena kegiatan ini sangat menunjang prestasi yang diperoleh. Kegiatan mengerjakan tugas merupakan kegiatan wajib untuk mendapatkan tambahan nilai.
Sedangkan belajar kelompok menjadi salah solusi untuk mengulang kembali mata kuliah yang kurang dimengerti, terutama menjelang kuis dan ujian.
Tabel 18. Persepsi responden terhadap lingkungan sosial kampus No Lingkungan Sosial Kampus Skor Rataan Keterangan
1 Dukungan teman kuliah 3,9 Tinggi
2 Kondisi perkuliahan 3,9 Tinggi
3 Dukungan Dosen 3,5 Cukup
4 Dukungan Staff PSMPK 3,3 Cukup
5 Hubungan dengan staff PSMPK 2,9 Cukup Lingkungan sosial kampus meliputi teman, kondisi perkuliahan, dosen dan staff PSMPK. Berdasarkan Tabel 18, dapat diketahui bahwa skor rataan dengan tingkat yang tinggi ada pada dukungan teman kuliah dan kondisi perkuliahan. Secara psikologis, kegiatan pertemanan berpengaruh sangat besar pada pencapaian prestasi yang baik. Mahasiswa yang saling mendukung satu sama lain dalam kegiatan perkuliahan, baik pada saat jam kuliah maupun kegiatan mengerjakan tugas mempunyai peluang lebih besar dibandingkan dengan mahasiswa yang melakukan semua aktifitasnya sendirian.
Kondisi perkuliahan yang nyaman baik dari sisi kondusif atau tidaknya kegiatan belajar mengajar maupun dukungan fasilitas kelas
dinilai oleh mahasiswa sebagai suatu kegiatan yang sangat berpengaruh.
Dukungan dari Dosen dan staff PSMPK masing-masing memiliki skor rataan cukup dengan nilai 3,4 dan 3,3. Sedangkan untuk nilai skor rataan hubungan dengan staff PSMPK memiliki nilai cukup, tetapi nilai skor berada jauh di bawah kedua nilai tadi yaitu 2,9. Responden mempunyai persepsi bahwa dukungan dosen dan staff tersebut penting dan kondisi sekarang menunjukan bahwa dukungan tersebut sudah cukup. Berkaitan dengan hubungan dengan staff PSMPK, hubungan ini adalah sesuatu yang penting, karena proses selama perkuliahan berkaitan erat dengan staff PSMPK. Baiknya pelayanan yang diberikan staff PSMPK adalah sumber terciptanya hubungan yang baik antara mahasiswa dengan staff PSMPK. Adanya nilai skor rataan dengan nilai yang agak rendah menunjukan bahwa perlu adanya koreksi mengenai hubungan mahsiswa dengan staff PSMPK baik dari segi pelayanan maupun perilaku mahasiswa itu sendiri.
Tabel 19. Persepsi responden terhadap lingkungan sosial komunitas No Lingkungan Sosial Komunitas Skor Rataan Keterangan
1 Lingkungan bermain/bekerja 3,7 Tinggi
2 Lingkungan bergaul 3,6 Tinggi
Lingkungan sosial komunitas merupakan lingkungan yang berada erat dengan mahasiswa setiap harinya. Bagi mahasiswa yang sudah bekerja, lingkungan tempat bekerja mempunyai porsi yang lebih besar dibandingkan dengan lingkungan lainnya. Sedangkan untuk mahasiswa yang belum bekerja, lingkungan bermain ini akan lebih besar dari lingkungan lainnya. Berkaitan dengan hal tersebut, terlihat pada Tabel 19, bahwa lingkungan bermain atau bekerja berpengaruh tinggi (3,7) dalam pencapaian prestasi yang baik. Lebih luasnya lagi, lingkungan bergaul responden sendiri mempunyai porsi tinggi (3,6) dalam pengaruhnya dengan prestasi yang dicapai.
Tabel 20. Persepsi responden terhadap lingkungan sosial keluarga No Lingkungan Sosial Keluarga Skor Rataan Keterangan
1 Interaksi dengan keluarga 4,1 Tinggi
2 Dorongan keluarga 4,4 Sangat tinggi
Keluarga memiliki pengaruh besar bagi kehidupan seseorang.
Pembentukan karakter seseorang dimulai oleh keluarga. Berdasarkan Tabel 20, dapat diketahui bahwa lingkungan sosial keluarga mempunyai pengaruh sangat besar. Interaksi dengan keluarga mempunyai nilai tinggi (skor rataan 4,1). Dan dorongan dari keluarga memiliki skor sangat tinggi. Keluarga mempunyai potensi yang sangat besar untuk menentukan keberhasilan prestasi mahasiswa.
Keluarga memberikan dukungan moril seperti kasih sayang dan semangat sehingga mahasiswa mempunyai keinginan kuat untuk membahagiakan orang tua dengan prestasi terbaik.
Tabel 21. Persepsi responden terhadap waktu perkuliahan pada malam hari
No Waktu perkuliahan malam hari Skor Rataan Keterangan
1 Malam hari bukan hambatan 3,1 Cukup
2 Malam hari tetap dapat menerima
materi dengan baik 2,9 Cukup
Waktu perkuliahan yang digunakan oleh PSMPK dominan pada malam hari. Waktu kuliah menjadi atribut yang menarik untuk diteliti karena tidak semua kelas khusus menggunakan waktu perkuliahan pada malam hari. Apakah terdapat pengaruh waktu kuliah pada malam hari atau tidak, hal itu belum diketahui.
Berdasarkan Tabel 21, dapat diketahui bahwa responden mempunyai persepsi bahwa malam hari cukup berpengaruh (skor 3,1 dan 2,9) terhadap pencapaian prestasi, tetapi malam hari bukan hambatan dan pada waktu malam hari responden masih dapat menerima materi kuliah dengan baik .
Tabel 22. Persepsi responden terhadap mutu dosen
No Mutu dosen Skor Rataan Keterangan
1 Tingkat pendidikan 3,4 Cukup
2 Kesesuaian latar pendidikan Dosen 3,5 Tinggi 3 Karakter dan cara pengajaran Dosen 3,3 Cukup
Berdasarkan Tabel 22, dapat diketahui bahwa persepsi responden terhadap mutu dosen yang mempunyai tingkat paling tinggi adalah kesesuaian latar belakang pendidikan Dosen dengan mata kuliah yang diajarkan. Hal ini dapat dideskripsikan bahwa kesesuaian latar belakang pendidikan dosen berpengaruh tinggi (3,5) terhadap prestasi yang didapat mahasiswa. Untuk tingkat pendidikan, karakter dan cara pengajaran Dosen cukup berpengaruh (3,4 dan 3,3) terhadap prestasi yang diperoleh.
Tabel 23. Persepsi responden terhadap metode kuliah yang digunakan No Metode kuliah yang digunakan
Skor
Rataan Keterangan 1 Interaksi dua arah dan penggunaan
contoh 3,4 Cukup
2 Kuliah yang menyenangkan dan tidak
membosankan 4,0 Tinggi
Persepsi responden terhadap metode kuliah yang digunakan dapat dilihat pada Tabel 23. Nilai skor rataan yang diperoleh untuk metode kuliah dua arah dan penggunaan contoh adalah 3,4, serta kuliah yang menyenangkan dan tidak membosankan mempunyai tingkat yang tinggi (4,0). Persepsi responden terhadap ke dua metode ini yaitu metode berpengaruh terhadap prestasi yang diperoleh.
Tabel 24. Persepsi responden terhadap fasilitas perpustakaan No Fasilitas perpustakaan Skor Rataan Keterangan
1 Kelengkapan buku perpustakaan 3,3 Cukup 2 Buku sebagai sumber pembelajaran 3,5 Tinggi
Berdasarkan Tabel 24, dapat diketahui bahwa responden mempunyai persepsi buku sebagai sumber pembelajaran yang berpengaruh terhadap prestasi yang didapatkan. Kelengkapan buku diperpustakaan adalah salah satu faktor yang harus diperhatikan.
Berkaitan dengan kelengkapan buku yang ada diperpustakaan PSMPK, IPB, responden mempunyai persepsi bahwa kelengkapan buku cukup berpengaruh (3,3) dan persepsi responden mengenai buku sebagai sumber pembelajaran mempunyai pengaruh tinggi yaitu 3,5.
Tabel 25. Persepsi responden terhadap banyak sks yang diambil No Jumlah sks yang diambil Skor Rataan Keterangan
1 Pengaruh jumlah sks yang diambil 3,3 Cukup 2 Kesesuaian jumlah sks dengan ketentuan 3,3 Cukup
Jumlah sks setiap responden biasanya berbeda-beda tergantung dari daftar mata kuliah yang harus diambil. Jumlah sks yang diambil berkisar dari 12 – 24 sks per semesternya. SKS yang diambil sangat dipengaruhi oleh jadwal mata kuliah yang dikeluarkan pada semester bersangkutan, karena tidak setiap semester semua mata kuliah dijadwalkan. Pada Tabel 25, dapat terlihat bahwa responden mempunyai persepsi bahwa jumlah sks cukup berpengaruh (3,3) terhadap prestasi yang diperoleh.
Ketentuan pengambilan jumlah sks yang dibatasi oleh pihak manajemen dengan menggunakan syarat bahwa mahasiswa yang boleh mengambil 24 sks adalah mahasiswa yang mempunyai IPK di atas 2,75 merupakan salah satu contoh bentuk aturan yang digunakan untuk meningkatkan prestasi akademik mahasiswa.
4.5.2. Analisis persepsi mahasiswa terhadap prestasi akademik
Analisis persepsi responden terhadap prestasi akademik dilakukan dengan melihat faktor prestasi akademik, yaitu nilai IPK.
Persepsi mahasiswa mengenai hasil belajar yang telah didapatkan dijadikan peubah untuk mengetahui pengaruh motivasi terhadap prestasi akademik. Selain menggunakan nilai IPK asli, persepsi mengenai nilai IPK dapat menjelaskan lebih mendalam mengenai tingkat keberhasilan belajar berdasarkan penilaian responden itu sendiri. Hasil perhitungan skor rataan persepsi responden terhadap prestasi akademik dapat dilihat pada Tabel 26.
Tabel 26. Persepsi responden terhadap IPK yang sedang diikuti No IPK yang sedang diikuti Skor Rataan Keterangan
1 Nilai IPK sesuai dengan target 2,94 Cukup 2 Kepuasan terhadap nilai IPK 2,64 Cukup
Nilai IPK yang diperoleh setiap semester adalah parameter dari keberhasilan proses pembelajaran yang telah dilakukan. Pada
Tabel 26, responden menyatakan bahwa nilai IPK yang telah diperoleh cukup sesuai dengan yang ditargetkan, dan tingkat kepuasan terhadap nilai IPK yang didapatkan cukup. Rendahnya kesesuaian antara target yang ditetapkan dengan nilai IPK yang didapatkan menyebabkan kurang puasnya mahasiswa akan nilai IPK yang didapatkan.
4.5.3. Analisis pengaruh motivasi belajar terhadap prestasi akademik Pengaruh motivasi belajar terhadap prestasi akademik dalam penelitian ini dianalisis menggunakan model SEM. Peubah dalam penelitian ini terdiri dari peubah laten bebas dan peubah laten tidak bebas. Motivasi belajar (ξ) merupakan peubah laten bebas dan prestasi akademik (η) merupakan peubah laten tidak bebas. Peubah penelitian dan indikator-indikator yang diukur dalam penelitian ini dapat dilihat pada Tabel 27.
Tabel 27. Peubah-peubah yang digunakan dalam penelitian Peubah
penelitian Indikator yang diukur Nomor Pertanyaan Prestasi
akademik(η)
1. IPK semester terakhir 2. Persepsi mengenai IPK
1.a 2.a. – 2.b.
Motivasi belajar (ξ)
1. Tanggung Jawab
2. Kesadaran dalam menempuh pendidikan 3. Minat terhadap ilmu yang dipelajari 4. Orientasi dalam menempuh pendidikan 5. Inisiatif dalam kegiatan perkuliahan 6. Lingkungan sosial kampus
7. Lingkungan sosial komunitas 8. Lingkungan sosial keluarga
9. Waktu perkuliahan pada malam hari 10. Mutu dosen
11. Metode kuliah yang digunakan 12. Fasilitas perpustakaan
13. Banyak sks yang diambil
1.a. – 1.b.
2.a. – 2.b.
3.a. – 3.b.
4.a. – 4.b.
5.a. – 5.d.
6.a. – 4.e.
7.a. – 7.b.
8.a. – 8.b.
9.a. – 9.b.
10.a. – 10.c.
11.a. – 11.b.
12.a. – 12.b.
13.a. – 13.b.
Analisis SEM ini memiliki beberapa keuntungan, diantaranya bantuan software yang terdiri dari dua peubah memungkinkan adanya asumsi-asumsi yang lebih fleksibel, penggunaan analisis faktor penegasan (confirmatory factor analysis) untuk mengurangi kesalahan pengukuran dengan
memiliki banyak indikator dalam satu peubah laten, daya tarik interface pemodelan grafis untuk memudahkan pengguna membaca keluaran hasil analisis, kemungkinan adanya pengujian model secara keseluruhan dari pada koefesien-koefesien secara sendiri- sendiri dan kemampuan untuk membuat model gangguan kesalahan (error term).
Nilai dari masing-masing pertanyaan diambil nilai mediannya.
Pengambilan nilai median ini bertujuan untuk mendapatkan satu angka yang dapat mewakili setiap peubah indikator yang ada.
Kemudian nilai tersebut diolah menggunakan software 8.72 yang membentuk diagram lintas model pengaruh motivasi belajar terhadap prestasi akademik yang dapat dilihat pada Gambar 20.
Gambar 20. Diagram lintas model pengaruh motivasi belajar terhadap prestasi akademik
Uji kecocokan model pengaruh motivasi terhadap prestasi akademik ini dapat dilihat dari indeks kesesuaian dan cut-of-value yang umumnya digunakan. Nilai khi-kuadrat (χ2) digunakan untuk menguji seberapa dekat matriks hasil dugaan dengan matriks data asal.
Semakin kecil nilai ukur ini, maka model yang digunakan semakin baik. Nilai χ2 yang diperoleh adalah 134,56, lebih besar dari nilai derajat bebas (degree of freedom) yaitu 89. Berdasarkan nilai χ2, dapat diketahui bahwa model tidak layak dalam mengepas data. Selanjutnya
dapat dilihat pada Lampiran 3, nilai GFI adalah 0,96 dengan kriteria batas minimal yang sering dijadikan acuan suatu model dikatakan layak yaitu 0,9. Ukuran ini menunjukan seberapa besar model mampu menerangkan keragaman data. Nilai AGFI yaitu 0.95, merupakan modifikasi dari GFI dengan mengakomodasi derajat bebas model dengan model lain yang dibandingkan. Nilai 0,8 sering dijadikan acuan suatu model dikatakan layak. Nilai Root RMSEA digunakan untuk mengukur kedekatan suatu model terhadap populasi dan menunjukan kecocokan model dengan data. Nilai RMSEA pada model ini, 0,069. Kecocokan model cukup jika besarnya RMSEA kurang dari atau sama dengan 0,08. Model ini masih reasonable sehingga model dikatakan layak. Secara umum model pengaruh motivasi belajar terhadap prestasi akademik ini dapat diterima.
Berdasarkan Gambar 20, dapat terlihat bahwa motivasi belajar memberikan pengaruh nyata terhadap prestasi akademik 0,47 (47%) dengan nilai t 6,75 (Gambar 19) pada taraf nyata lima persen (> 1,96).
Hal ini menunjukan bahwa dalam keadaan optimal, setiap adanya peningkatan motivasi untuk belajar akan meningkatkan prestasi akademik sampai 0,47. Peningkatan motivasi, baik dari faktor internal maupun eksternal mahasiswa harus terus dilakukan agar prestasi akademik mahasiswa pun terus meningkat. Besarnya pengaruh motivasi terhadap prestasi akademik ini dikarenakan motivasi belajar merupakan keseluruhan daya penggerak dalam diri mahasiswa yang menimbulkan kegiatan belajar sehingga tujuan tercapai. Prestasi belajar menunjukkan suatu derajat keberhasilan seseorang dalam proses belajar untuk mencapai tujuan belajar. Prestasi belajar yang dicapai seorang individu merupakan hasil interaksi antara berbagai faktor yang mempengaruhinya, baik dari dalam diri (faktor internal) maupun dari luar diri (faktor eksternal) individu.
a. Peubah Laten Bebas Motivasi Belajar
Peubah laten bebas motivasi belajar dibentuk oleh 13 indikator.
Berdasarkan Gambar 19, semua peubah indikator yang diduga
berpengaruh mempunyai kontribusi positif terhadap motivasi.
Besarnya pengaruh indikator dari yang paling besar ke yang paling kecil berturut-turut dapat dilihat pada Tabel 28.
Tabel 28. Kontribusi indikator terhadap pembentukan motivasi belajar
Peubah
Bebas Peubah Indikator Kontribusi Nilai t Hit
Motivasi Belajar (ξ)
X13 Banyak sks yang diambl 0,55 7,75 X9 Waktu perkuliahan pada malam hari 0,55 7,64 X3 Minat terhadap ilmu yang dipelajari 0,49 7,17 X11 Metode kuliah yang digunakan 0,46 6,58 X12 Fasilitas perpustakaan 0,42 6,05 X6 Lingkungan sosial kampus 0,40 5,68 X2
Kesadaran dalam menempuh
pendidikan 0,39 5,75
X10 Mutu dosen 0,39 5,63
X5 Inisiatif dalam kegiatan perkuliahan 0,35 5,11 X8 Lingkungan sosial keluarga 0,31 4,61
X1 Tanggung jawab 0,27 4,08
X4
Orientasi dalam menempuh
pendidikan 0,24 3,57
X7 Lingkungan sosial komunitas 0,20 3,07
1. Banyak sks yang diambil (X13)
Banyak sks yang diambil memberikan kontribusi yang besar terhadap prestasi akademik mahasiswa yaitu 0,55 dengan pengaruh nyata pada nilai t 7,75 (> 1,96). Hipotesis awal diduga bahwa hasil yang didapatkan berpengaruh negatif dan nyata terhadap IPK, yaitu semakin banyak sks yang diambil dalam satu semester, maka semakin rendah IPK mahasiswa. Dalam kenyataannya dapat disimpulkan bahwa banyaknya sks yang diambil berpengaruh positif terhadap prestasi akademik. Artinya, mahasiswa tetap mendapatkan prestasi baik, walaupun terdapat perbedaan jumlah sks yang diambil. Semakin banyak sks yang diambil, maka akan menjadi faktor pendukung mahasiswa untuk lebih cepat menyelesaikan studinya. Dengan demikian, jumlah sks