• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB IV PEMBAHASAN. dengan dan adalah parameter yang harus dicari. Selanjutnya menurut definisi diferensial,

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "BAB IV PEMBAHASAN. dengan dan adalah parameter yang harus dicari. Selanjutnya menurut definisi diferensial,"

Copied!
23
0
0

Teks penuh

(1)

commit to user 13 BAB IV PEMBAHASAN

4.1 Model GM(1,1)

Menurut Kayacan et al. [6], model GM(1,1) adalah model grey yang paling banyak digunakan dalam literatur, dikenal sebagai Grey Model First Order One Variable. Model tersebut adalah sebuah model peramalan runtun waktu yang dapat memberikan prediksi yang akurat untuk proses yang monoton.

Menurut Chiou et al. [1], model peramalan GM(1,1) adalah model prediksi runtun waktu, meliputi persamaan diferensial yang disesuaikan untuk variasi parameter seperti persamaan diferensial orde-1. Berdasarkan teori grey system, model GM(1,1) dinyatakan dengan persamaan diferensial linear orde-1, yaitu

dengan dan adalah parameter yang harus dicari. Selanjutnya menurut definisi diferensial,

Jika dipilih ukuran yang terkecil yaitu untuk pendekatan persamaan

(4.2), maka Untuk model grey yang kontinu,

apabila cukup kecil akan kecil. Oleh karena itu, dapat

dihitung nilai rata-ratanya, yaitu . Dan

nilai sebagai background value didefinisikan dengan

Sekarang model GM(1,1) pada persamaan (4.1) dapat ditulis dengan

(2)

Berdasarkan AGO,

sehingga,

Hal ini berarti persamaan sama dengan

. Jadi, persamaan (4.3) dapat ditulis dengan

dengan . Selanjutnya persamaan (4.4) disebut dengan persamaan diferensi GM(1,1).

Sebagaimana ditulis oleh Wen dan Chang [8] , persamaan (4.1) adalah pendekatan persamaan diferensial untuk menggantikan model pada persamaan (4.4), model ini tidak mempunyai pembuktian secara matematis, maka hal ini disebut Whiteness Processing dan persamaan (4.1) dikatakan shadow equation dari persamaan (4.4).

Proses estimasi parameter model GM(1,1) dimulai dengan membentuk data asli menjadi rangkaian data awal

Kemudian rangkaian data awal pada persamaan (4.5) diakumulasikan menggunakan persamaan (2.12) dan diperoleh barisan . Setelah itu dibentuk barisan rata-rata dari ,

dengan

Selanjutnya langkah untuk mengestimasi model GM(1,1) adalah menghitung nilai parameter dan menggunakan metode kuadrat terkecil,

(3)

dengan langkah pertama yaitu mensubstitusikan semua nilai ke dalam persamaan (4.4), diperoleh

Kemudian persamaan (4.7) diubah ke dalam bentuk , diperoleh

dengan , , dan

Dari persamaan (4.8) diperoleh barisan sisaan,

Selanjutnya dihitung jumlah kuadrat sisaan,

(4)

Kemudian dicari nilai dan yang membuat minimum dengan syarat turunan pertamanya harus sama dengan nol, yaitu memenuhi persamaan (4.9) dan (4.10).

Dari persamaan (4.9) diperoleh

Dari persamaan (4.10) diperoleh

(5)

Persamaan (4.12) disubtitusikan ke persamaan (4.11) diperoleh

Dari persamaan , diperoleh

(6)

Oleh karena itu,

(7)

Karena terbukti , sehingga untuk mencari nilai parameter dan dapat menggunakan persamaan matriks

Selanjutnya dicari penyelesaian (fungsi respon waktu atau nilai prediksi) dari persamaan (4.1) yang merupakan persamaan diferensial linear orde-1. Faktor integrasi dari persamaan (4.1) menurut persamaan (2.5) adalah

sehingga penyelesaian persamaan diferensial GM(1,1) menurut persamaan (2.7),

(8)

dengan adalah konstanta integral.

Berdasarkan AGO, , sehingga persamaan (4.14) untuk menjadi

Jika persamaan (4.15) disubstitusikan ke dalam persamaaan (4.14), maka diperoleh

dan

Berdasarkan persamaan (4.16), fungsi respon atau nilai prediksi pada waktu adalah

Untuk memperoleh nilai prediksi dari data asli pada waktu , digunakan persamaan (2.13) dan diperoleh,

(9)

4.2 Model Grey Verhulst

Menurut Kayacan et al. [6], model Verhulst pertama kali dikenalkan oleh ahli biologi dari Jerman, Pierre Franois Verhulst. Tujuan utama dari model Verhulst adalah untuk membatasi seluruh perkembangan proses dan efektif untuk menggambarkan beberapa peningkatan proses, seperti pada kurva-S yang mempunyai daerah saturasi.

Model grey Verhulst dinyatakan dengan persamaan diferensial

Persamaan diferensi model grey Verhulst adalah

Berbeda dengan proses penyusunan estimasi model GM(1,1), pada proses estimasi parameter model grey Verhulst, rangkaian data asli digunakan sebagai barisan . Kemudian persamaan (2.13), digunakan untuk mendapatkan barisan data . Setelah itu, sama seperti pada estimasi parameter model GM(1,1), dibentuk barisan rata-rata yang dihitung dari barisan menggunakan persamaan (4.6).

Seperti pada model GM(1,1), untuk mencari nilai parameter dan pada model grey Verhulst digunakan metode kuadrat terkecil dengan langkah pertama

(10)

adalah mensubstitusikan semua nilai ke dalam persamaan (4.19), sehingga diperoleh

Kemudian persamaan (4.20) diubah ke dalam bentuk matriks , diperoleh

dengan , , dan

Dari persamaan (4.21) diperoleh matriks barisan sisaan,

(11)

Selanjutnya dihitung jumlah kuadrat sisaan,

Kemudian dicari nilai dan yang membuat minimum dengan syarat turunan pertamanya harus sama dengan nol, yaitu memenuhi persamaan (4.22) dan (4.23).

(12)

Dari persamaan (4.22) diperoleh

Dari persamaan (4.23) diperoleh

Persamaan (4.24) disubtitusikan ke persamaan (4.25) diperoleh

(13)

Kemudian persamaan (4.26) disubstitusikan ke persamaan (4.24) diperoleh

Dari persamaan , diperoleh

(14)
(15)

Oleh karena itu,

Karena terbukti , sama seperti pada model GM(1,1), untuk mencari nilai parameter dan digunakan persamaan matriks (4.13).

Selanjutnya dicari penyelesaian (atau fungsi respon waktu) dari fungsi pada persamaan (4.18) yang merupakan persamaan diferensial Bernoulli. Jika dimisalkan

(16)

maka menurut persamaan (2.11), persamaan (4.18) menjadi

Persamaan (4.28) merupakan persamaan diferensial linear orde-1. Faktor integrasi dari persamaan (4.28) menurut persamaan (2.5) adalah

sehingga penyelesaian persamaan (4.28) menurut persamaan (2.7)

Persamaan (4.29) disubstitusikan ke dalam persamaan (4.27) sehingga diperoleh

dengan adalah konstanta integral.

Berdasarkan AGO, , sehingga persamaan (4.30) untuk menjadi

(17)

Persamaan (4.31) disubstitusikan ke persamaan (4.30), diperoleh

dan

Berdasarkan persamaan (4.32), fungsi respon atau nilai prediksi pada waktu ke- adalah

Dengan mengaplikasikan IAGO, diperoleh nilai prediksi pada waktu ke ,

(18)

4.3 Penerapan

Model GM(1,1) dan grey Verhulst diterapkan pada data banyaknya penumpang domestik yang berangkat dari Bandara Internasional Adisumarmo Surakarta. Data tersebut ditunjukkan pada Tabel 4.1.

Tabel 4.1. Data banyaknya penumpang yang berangkat

dari Bandara Adisumarmo Surakarta pada bulan Agustus-November 2010 Bulan Banyaknya Penumpang

(dalam sepuluh ribu) Agustus

September Oktober November

2,8305 3,5100 3,9823 3,8008 Sumber: PT. Angkasa Pura I

Gambar 4.1. Kurva banyak penumpang yang berangkat dari Bandara Adisumarmo Surakarta pada bulan Agustus-November 2010

Dari Gambar 4.1 dapat dilihat bahwa kurva dari data asli jumlah penumpang mendekati bentuk kurva-S. Selanjutnya data tersebut dibentuk menjadi GM(1,1) dan model grey Verhulst, kemudian dihitung nilai prediksi dan besar sisaannya dari masing-masing model. Setelah itu dibandingkan sisaan dari

(19)

kedua model untuk menentukan model mana yang cocok untuk memprediksi data tersebut.

Proses peramalan menggunakan GM(1,1) dimulai dengan membentuk barisan data asli pada Tabel 4.1 menjadi rangkaian data awal

Kemudian barisan diubah menggunakan persamaan (2.12), diperoleh

Selanjutnya menggunakan persamaan (4.7) diperoleh barisan rata-rata dari

Langkah selanjutnya adalah menghitung nilai dan , dengan terlebih dahulu menentukan matriks dan , menggunakan persamaan (4.9) dan diperoleh matriks

dan .

Selanjutnya dihitung matriks , , dan ,

Kemudian dicari nilai parameter dan menggunakan persamaan (4.13),

Jadi diperoleh nilai parameter dan .

(20)

Berdasarkan persamaan (4.1), model GM(1,1) untuk data pada Tabel 4.1 adalah

dan fungsi respon pada waktu menggunakan persamaan (4.18) adalah

Nilai prediksi untuk tiga langkah berikutnya adalah (a)

(b) (c)

Untuk memperoleh nilai prediksi dari data asli pada Tabel 4.1, digunakan persamaan (2.12) , yaitu

(a) (b) (c)

Selanjutnya dilakukan pemeriksaan keakuratan GM(1,1) dan hasilnya disajikan dalam Tabel 4.2 dengan nilai sisaan diperoleh menggunakan persamaan (2.14) dan nilai diperoleh menggunakan persamaan (2.15).

Tabel 4.2. Pemeriksaan keakuratan GM(1,1) Nilai Asli Nilai

Prediksi Sisaan Relative Percentage Error

2 3,5100 3,6282 -0,1182 3,3675%

3 3,9823 3,7730 0,2093 5,2558%

4 3,8008 3,9233 -0,1225 3,2230%

(21)

Kemudian dihitung nilai nya menggunakan persamaan (2.16),

Besarnya nilai 3,9488% berarti keakuratan dari prediksi menggunakan model GM(1,1) mencapai 96,0512%.

Langkah selanjutnya melakukan peramalan dengan menggunakan model grey Verhulst. Sebagaimana ditulis oleh Liu dan Lin [3], ketika menyelesaikan masalah-masalah praktis, seringkali ditemukan proses dengan urutan data membentuk kurva-S. Dalam kasus seperti ini, barisan data asli digunakan sebagai

dan barisan IAGO sebagai untuk membentuk model grey Verhulst.

Berdasarkan data pada Tabel 4.1,

dan menggunakan persamaan (2.12) diperoleh

Dengan menggunakan persamaan (4.7) diperoleh barisan rata-rata dari ,

Selanjutnya adalah menghitung nilai dan dari model grey Verhulst, dengan terlebih dahulu menentukan matriks dan menggunakan persamaan (4.22) dan diperoleh

Selanjutnya dihitung matriks , , dan ,

(22)

Kemudian dicari nilai parameter dan menggunakan persamaan (4.13).

Jadi, diperoleh nilai dan .

Berdasarkan persamaan (4.19), model grey Verhulst untuk data pada Tabel 4.1 adalah

dan fungsi respon pada waktu menggunakan persamaan (4.33) adalah

Nilai prediksi untuk tiga langkah berikutnya adalah (a)

(b) (c)

Selanjutnya dilakukan pemeriksaan keakuratan model grey Verhulst dan hasilnya disajikan dalam Tabel 4.3 dengan nilai sisaan diperoleh menggunakan persamaan (2.14) dan nilai diperoleh menggunakan persamaan (2.15).

Tabel 4.3. Pemeriksaan keakuratan model grey Verhulst Nilai Asli Nilai

Prediksi Sisaan Relative Percentage Error

2 3,5100 3,5239 -0,0139 0,3960%

3 3,9823 3,7941 0,1882 4,7259%

4 3,8008 3,8807 -0,0799 2,1022%

(23)

Kemudian dihitung nilai nya menggunakan persamaan (2.16),

Besarnya nilai 2,4080% berarti keakuratan dari prediksi menggunakan model grey Verhulst mencapai 97,5920%.

Tabel 4.4. Perbandingan nilai Model

GM(1,1) 3,9488%

Grey Verhulst 2,4080%

Perbandingan nilai untuk masing-masing model dapat dilihat pada Tabel 4.4 yang menunjukkan bahwa grey Verhulst mempunyai ARPE yang lebih kecil dibandingkan dengan GM(1,1). Ini berarti bahwa grey Verhulst adalah model prediksi yang lebih baik dari GM(1,1) untuk data banyaknya penumpang domestik yang berangkat dari Bandara Internasional Adisumarmo Surakarta pada bulan Agustus – November 2010.

Gambar

Tabel 4.1. Data banyaknya penumpang yang berangkat
Tabel 4.2. Pemeriksaan keakuratan GM(1,1)  Nilai Asli  Nilai
Tabel 4.3. Pemeriksaan keakuratan model grey Verhulst  Nilai Asli  Nilai
Tabel 4.4. Perbandingan nilai  Model

Referensi

Dokumen terkait

In this paper, we present a new visualization method called Possibility visualization1, that helps passengers to determine which action to take during transportation

Hasil seleksi dan isolasi bakteri asam laktat asal air susu ibu berdasarkan karakteristik menggunakan media MRS agar CaCO3 1% , morfolosi sel dan fisiologis dapat

Sedangkan sistem telemetri yang akan dibuat bertujuan untuk memantau atau monitoring hasil luaran PV dari jarak jauh, sehingga data-data sensor akan direkam dan

Puji syukur kehadirat Allah S.W.T yang telah melimpahkan rahmat dan karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan karya tulis ilmiah ini dengan judul “Penerapan Terapi

Karena tidak ada perintah dalam kitab suci untuk memindahkan hari istirahat dari hari terakhir ke hari pertama dalam minggu itu, umat Protestan harus menguduskan hari Sabat mereka

Bagaimana wujud rancangan Pengembangan Rumah Sakit Gigi dan Mulut Program Studi Kedokteran Gigi Universitas Mahasaraswati Denpasar yang mampu mewadahi pelayanan

Variasi maltodekstrin berpengaruh terhadap kadar abu, total fenolik, aktivitas antioksidan, waktu larut, dan uji ALT serta tidak berpengaruh terhadap kadar air minuman

Kotler dan Keller (2009: 5) menyatakan bahwa manajemen pemasaran sebagai ilmu dan seni memilih pasar sasaran dan meraih, mempertahankan, serta menumbuhkan