• Tidak ada hasil yang ditemukan

PERAN KELUARGA KRISTEN BAGI PENDIDIKAN REMAJA. Adriaan MF. Wakkary

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "PERAN KELUARGA KRISTEN BAGI PENDIDIKAN REMAJA. Adriaan MF. Wakkary"

Copied!
5
0
0

Teks penuh

(1)

4

PERAN KELUARGA KRISTEN BAGI PENDIDIKAN REMAJA

Adriaan MF. Wakkary

Abstrak

Peran keluarga Kristen sebagai lembaga pendidikan pada umumnya untuk menghasilkan kedewasaan Kristen yang sempurna dalam anak remaja. Orang tua sangatlah perlu mengetahui dan melakukan kebenaran Alkitab. Cara hidup orang dewasa mempraktekkan ajaran Alkitab menjadi contoh yang menarik bagi anak remaja untuk mengasihi Tuhan. Firman Allah. Orang tua harus peka akan adanya kesempatan untuk menghubungkan cerita-cerita dan kebenaran-kebenaran Alkitab dengan hal-hal yang di lakukan oleh anak remaja. Dengan demikian cerita Alkitab dapat menjadi saran yang baik untuk mengajar dan menjadi satu-satunya sumber kebenaran.

Kata Kunci: keluarga kristen, pendidikan, rhema

LATAR BELAKANG

Pada dasarnya pembinaan generasi muda secara integral merupakan pembinaan bangsa yang menjadi tanggung jawab bersama antara pemerintah, orang tua, serta seluruh masyarakat. Ketiga pihak antara pemerintah, orang tua dan masyarakat tersebut harus berjalan bersama-sama dalam membina generasi muda. Oleh karena orang tua turut bertanggung jawab dalam pembinaan generasi muda tersebut maka keluarga merupakan salah satu lembaga bagi pelaksanaan pendidikan yang cukup penting. Banyak unsur atau aspek yang perlu dibahas dalam pendidkan generasi muda. Di sinilah letak tanggung jawab orang tua untuk memberikan bekal pendidikan kepada anak remajanya dalam keluarga.

Keluarga masa kini berbeda dengan keluarga pada zaman dulu, orang-orang zaman sekarang mengalami pergolakan dan perubahan yang hebat, khususnya mereka yang hidup di kota. Keluarga masa kini sudah banyak kehilangan fungsi dan artinya. Fungsi pendidikan sudah diserahkan pada lembaga-lembaga pendidikan seperti sekolah-sekolah dan tempat- tempat kursus, dan fungsi rekreasi juga telah berpindah dari pusatnya dalam keluarga ke tempat-tempat hiburan di luar rumah baik bagi anak remaja maupun orang tua. Akibatnya anggota-angota keluarga tidak menempati tempat yang berarti.

Adams (1987) mengatakan bahwa remaja sering kali membawa pulang nilai-nilai buruk dari lingkungan sekolah dan masyarakat, berkeliaran di jalanan, berlaku nakal dan brutal baik di masyarakat maupun di rumah sendiri. Persoalannya sering bersumber pada rumah yang didiami oleh individu yang secara kebetulan tinggal bersama, tanpa mengalami ikatan emosional hubungan sebagi ayah-ibu dan anak, serta perasaan aman yang wajar di peroleh melalui ikatan – ikatan kekeluargaan.

Banyak orang tua yang tidak mendidik remaja mengakibatkan banyaknya kenakalan yang terjadi pada remaja misalnya karena pengaruh lingkungan, penyesatan melalui multi media yang menawarkan banyak hal-hal negatif kepada remaja. Wright (1996) mengatakan tujuan kita sebagai orang tua adalah membawa anak-anak kita menjadi dewasa dan untuk membebaskan mereka agar menjadi tidak bergantung pada diri kita, tetapi bergantung pada Allah.

▸ Baca selengkapnya: keadilan dan perdamaian dalam keluarga kristen

(2)

5

Berdasarkan latar belakang permasalahan tersebut diatas, maka yang menjadi masalah pokok dalam penulisan ini adalah sebagai berikut. “Peran Keluarga Kristen Sebagai Lembaga Pendidikan Kristen Bagi Remaja“. Pembahasan topik tersebut bertujuan memberikan pengertian dan menyadarkan para orang tua akan tanggung jawabnya dalam membimbing anak remajanya sehubungan dengan pentingnya pendidikan di dalam keluarga Kristen.

PENDIDIKAN KRISTEN

Pendidikan adalah aktivitas dan usaha manusia meningkatkan kepribadian dengan jalan membina potensi-potensi pribadi, yaitu rohani dan jasmani. Pendidikan adalah suatu proses bantuan yang diberikan oleh orang tua ataupun orang-orang yang telah dewasa kepada orang yang muda usia atau kanak-kanak (Surya, 1975). Mengakui akan keberadaan pendidikan dan perannya, berarti menerima asumsi dasar bahwa manusia pada dasarnya merupakan makhluk yang bersosial budaya, hidup dari suatu anggota masyarakat.

Driyarkara (1980) dalam Sidjabat (1994) mengemukakan pendidikan senantiasa merupakan pembangunan atau pembentukan manusia sebagai pribadi yang mandiri, dewasa dalam sikap, pemikiran, perasaan dan tingkah laku. Singgih (1978) mengatakan dalam bidang pendidikan, keluarga merupakan sumber pendidikan utama, karena segala pengetahuan dan kecerdasan intelektual manusia diperoleh pertama-tama dari anggota keluarganya sendiri tanggung jawab keluarga dalam pendidikan didorong cinta kasih dengan mengabdikan hidupnya, kewajiban moral dengan mengajarkan nilai-nilai religius spriritual berdasarkan kepercayaan orang tua.

Pendidikan Kristen adalah suatu bentuk usaha pendidikan yang memiliki sifat atau bercorak keagaman atau religius, yang didalamnya berusaha untuk menanamkan dan membangkitkan nilai-nilai keimanan Kristen. Sidjabat (1994) mengatakan pendikan Kristen dapat diartikan pendidikan yang bercorak, berdasar, berorientasi Kristiani, sedangkan menurut Gangel (1981) pendidikan kristen berusaha untuk menyampaikan pengertian tertentu kepada anggotanya dan membawa para anggota itu pada kedewasaan yang lebih tinggi. Gangel mengatakan bahwa bagi orang Kristen, pendidikan (di dalam atau di luar gereja) yang mengabaikan Alkitab, adalah rendah mutunya. Belajar dengan mengabaikan sumber kebenaran adalah kebodohan.

Alkitab sebagai dasar pendidikan Kristen, memberikan kehangatan, kasih pengertian, karena menjadi inti sarinya adalah berbicara tentang kasih Allah didalam Yesus Kristus. (2 Timotius 3:16). Alkitab sebagai landasan pendidikan Kristen, jelas tidak dapat disamakan dengan buku-buku lainnya, yang tidak mengandung kuasa Ilahi sebagaimana dengan Alkitab, yang adalah Firman Allah yang hidup. Masyarakat Kristen telah meyakini otoritas mutlak Alkitab yang memiliki kuasa Ilahi. Dengan sendirinya, Alkitab juga menjadi sumber dan dasar bagi iman yang hidup, yang mana Allha masih berbicara melalui FirmanNya. Di satu sisi Alkitab merupkan sebuah kitab yang kekal, yang berlaku bukan pada kehidupan dimasa-masa silam, tetapi juga berlaku dimasa sekarang dan masa-masa yang akan dating, sampai semuanya terpenuhi.

Pemahaman seorang pendidik tentang Yesus akan mempengaruhi konsep mengenai sifat dan fungsi pendidikan Kristen. Gangel (2001) menambahkan bahwa tujuan pendidikan harus berpusat pada Kristus, karena kedewasaan orang harus didasarkan pada kebenaran.

(3)

6

Sidjabat (1994) mengatakan bahwa Pendidikan Kristen pun dituntut untuk membimbing orang guna memiliki pemahaman serta relasi yang benar, mendalam dan pribadi dengan Yesus Kristus. Tujuan pendidikan Kristen adalah membuat manusia serupa dengan Yesus Kristus. Verkuyl (1989) menjelaskan pendidikan kristen dimaksudkan agar mereka sendini mungkin dapat terus bertumbuh secara benar dihadapan Allah, dapat memenuhi tugas dan tanggung jawabnya terhadap Allah maupun sesamanya, dapat bertingkah laku yang baik sebagai anak-anak Allah dengan mengikuti teladan Tuhan Yesus.

Selanjutnya, isi dari pendidikan Kristen berbicara mengenai Allah dan karya-Nya, dosa, dan Roh Kudus. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa tempat yang paling penting bagi pendidikan adalah di dalam keluarga atau rumah tangga. Dalam arti yang tertentu dapat dikatakan, bahwa masa depan anak-anak peroleh dari orang tuanya dalam keluarga mereka, dalam lembaga keluarga dimana nilai-nilai kebenaran diajarkan kepada anak-anak. ada dua faktor utama yang prinsipal untuk diketahui.

REMAJA DAN KELUARGA KRISTEN

Pengertian remaja ditinjau dari berbagai aspek. Sebagai istilah remaja dimengerti sebagai puberteit, adolescentia, dan youth (Mulyono, 1993) antara 12 dan 16 tahun. Remaja mengalami pertumbuhan biologis, yang meliputi ukuran badan (Gunarso, 1983), munculnya axiliary (rambut pada ketiak dan di bagian-bagian lain), perkembangan seks primer dan sekunder, perkembangan psikologis, yang meliputi emosi, intelektual, moral, dan rohani.

Pengertian keluarga dikaitkan dengan kehidupan remaja. Keluarga merupakan tempat remaja mengalami perkembangan-perkembangan tertentu. Dalam konsep kekristenan tidak menerima adanya perceraian sebagaimana halnya yang sering terjadi di luar Kristen. Karena Firman Tuhan berkata, “Karena itu, apa yang telah dipersatukan Allah, tidak boleh di ceraikan manusia (Mrk. 10:9).” Adams (1987) mengatakan bahwa keluarga kristen itu orang-orang berdosa tetapi mereka tumbuh dalam kasih Allah. Sembiring (t.al. 1978 ) mengatakan itulah sebabnya dalam keluarga Kristen, suami dan istri harus merupakan pasangan yang seiman di dalam Kristus. Sebab pasangan suami dan istri yang tidak seiman, tidak di kehendaki Allah (2Kor. 6: 14-15 ). Dengan demikian tujuan dan arah keluarga kristen ialah secara vertikal “Kasihilah Tuhan, Allahmu, dengan segenap hatimu dan dengan segenap jiwamu dan segenap akal budimu (Mat. 22:37)”, sedangkan horisontal adalah kasih terhadap sesama manusia, “kasihilah sesamamu manusia seperti dirimu sendiri (Mat. 22: 39).

Malcolm (1989) mengatakan pertama, iman sebagai kepercayaan dan kesetiaan kepada hal yang di anggap terpenting. Kedua, iman sebagai hubungan perorangan dengan Allah. Ketiga, iman sebagai pendirian tentang apa yang benar. Keempat, iman sebagai pengikut sertakan dalam Allah. Kelima, iman mengandung unsur yang menyandarkan kehidupannya kepada Allah, unsur mengasihi dan memuji Allah, unsur kerja sama dengan Allah dan unsur mengerti Allah serta ciptaanNya.

PERAN KELUARGA KRISTEN

Keluarga merupakan lembaga pertama yang ada di dunia ini, yang didirikan, dirancang dan diprakarsai oleh Allah sendiri lengkap dengan perannya untuk membahagiakan dan melestarikan keluarga dan manusia pada umumnya (Nadeak, 1989).

Selanjutnya, Gunarsa (1991) memberikan rumusan untuk mendapatkan keturunan dan

(4)

7

membesarkan anak, memberikan afeksi atau kasih sayang, dukungan dan keakraban, mengatur pembagian tugas, menanamkan kewajiban, hak dan tanggungjawab, mengembangkan kepribadian, dan mengajarkan dan meneruskan adat istiadat, kebudayaan, agama, sistem nilai moral kepada anak.

Dalam lingkup pendidikan peran keluarga Kristen dalam pendidikan Kristen ini erat berkaitan dengan proses pendidikan para remaja. Sehubungan dengan hal ini perlu di ketahui bahwa anak adalah miliki pusaka, dan buah kandung adalah upah; atau merupakan karunia dari Allah bagi suami istri, dari hasil pernikahan. (Kej. 1:28; 3:6; 4:117, 25; Mzm. 127:3).

Verkuyl (1989) mengatakan keluarga merupakan tempat pemupukan, pembinaan dan latihan untuk menciptakan hubungan yang baik dalam rangka menjalani kehidupan bermasyarakat dan bernegara.

Pembinaan dan latihan ini berjalan dengan baik dapat membentuk kepribadian bagi remaja, dan di sini lah peran orangtua sebagai figur dari remaja sangat menentukan sebab segala gerak-gerik orang tua dalam keluarga merupakan salah satu unsur dari pendidikan (Gunarsa, 1991). Jadi peran keluarga Kristen dalam pendidikan Kristen terhadap remaja bergantung kepada orang tua yang mengatur segala kebijakan dan bertanggung jawab atas keluarga dan pendidikan remaja. Hal yang perlu diperhatikan bahwa kegiatan pendidikan berlangsung melalui suatu proses di mana perhatian, pengarahan, pendampingan orang tua terutama dalam segi rohani sangat diperlukan seperti penanaman nilai-nilai alkitabiah (Enklaar, 1984; Adam, 1987).

Tipe kepemimpinan orang tua menurut Efesus (6:1-4) mensyaratkan keharmonisan kehidupan dalam keluarga. Gangel (2001) mengatakan tujuan pendidikan Kristen di Gereja lokal dan keluarga Kristen pada umumnya adalah untuk menghasilkan kedewasaan Kristen yang sempurna dalam kehidupan orang-orang. Tujuan kita sebagai Orang Tua adalah membawa anak-anak kita menjadi dewasa dan untuk membebaskan mereka agar menjadi tidak bergantung pada diri kita, tetapi bergantung pada Allah (Haysted,1998).

Ditinjau dari perspektif atau sudut pandang Alkitabiah maupun secara ilmiah, wewenang dan tanggung jawab untuk ayah atau suami, di dalam hal tertentu akan sangat berbeda dengan seorang ibu atau istri. Secara Alkitabiah, Firman Allah mengajarkan bahwa ayah, suami berkedudukan atau menjabat sebagai kepala keluarga (Ef. 5:23),” dan ibu dalam menjaga keserasian dan keseimbangan hubungan keluarga maupun pendidikan remaja.

Joyce (1978) mengatakan seorang ibu hendaknya dapat menciptakan suatu kehidupan yang baik di rumah.

Pendidikan remaja didalam keluarga harus dikerjakan dan dikelola dengan baik dan benar seperti yang dikehendaki Allah melalui keteladana, pengajaran langsung dan tidak langsung (Jones) seperti menghindari unsur-unsur pemaksaan, berlaku bijak, tegas dan adil dalam memberikan hukuman atas pelanggaran, dan tidak bertindak sewenang-wenang.

KESIMPULAN DAN SARAN

Keluarga merupakan lembaga pertama dirancang dan dibentuk oleh tangan Allah sendiri untuk dapat melestarikan, membudayakan dan membahagiakan hidup umat manusia.

Oleh karena itu semua orang yang berada dalam masyarakat, dari yang kecil sampai yang dewasa sekalipun, semuanya berangkat dan kembali lagi dalam keluarga. Dalam keluarga Kristen Allah menghendaki agar setiap tindakan dapat mencerminkan Kristus dan menjadi

(5)

8

pusat missioner serta menjadi saksi Kristus. Dalam bidang pendidikan, Allah menghendaki agar di dalam keluarga Kristen tiap-tiap orang tua selalu mendidik dan mengarahkan anak remaja sesuai dengan ajaran dan nasehat Tuhan sesungguh memiliki dan tanggung jawab untuk selalu mengawasi dan membimbing anak remaja dalam setiap saat (Ul. 6:6-7). Di sisi lain orang tua juga memiliki tanggung jawab mengaktifkan peran keluarga di samping lembaga pendidikan formal dan informal dalam pendidikan rohani anak seperti sekolah minggu. Dalam melaksanakan tugas pendidikan dalam keluarga, ada tiga faktor penting yang saling berkaitan dan yang harus diterapkan yang meliputi pengajaran, pendisiplinan dan pengendalian.

Di dalam kehidupan sekarang ini setiap keluarga Kristen dalam menghadapi berbagai bentuk permasalahan hidup yang sangat kompleks membutuhkan ketergantungan pada Kristus dan Roh Kudus. Maka secara rohani seorang ayah sebagai kepala keluarga hendaknya dapat sentiasa bertindak penuh bijaksana dalam memimpin keluarganya, hidup dalam kasih. Untuk itu seorang ibu kristen hendaknya juga tetap menempatkan keluarga sebagi prioritas utama dalam kariernya walau dirinya juga bekerja di luar luar, memiliki ketabahan dan kesabaran, kesetiaan yang tulus dalam mengabdikan diri di dalam keluarga.

Dalam menghadapi para remaja di rumah, orang tua hendaknya memiliki sikap hati yang tulus dan penuh dengan kesabaran, rasa kasih sayang serta perhatian. Orang tua yang bijak adalah orang tua yang tidak membiarkan anak remaja bertumbuh dan berkembang secara liar.

Sumber Pustaka

1. Adams, Jay E . 1987 Masalah-masalah Dalam Rumah Tangga Kristen, BPK Gunung Mulia. Jakarta

2. Coon, Joyce, Isaac dan Margaret Simbiri. Rencana Allah Bagi Rumah Tangga Kristen Yay Kalam Hidup. Bandung.

3. Gangell, Knneth O. 2001. Membina Pemimpin Pendidikan Kristen. Gandum Mas.

Malang.

4. Gunarsa, Singgih D., 1991. Psikologi Praktis Anak, Remaja Dan Keluarga. BPK Gunung Mulia. Jakarta.

5. Jones, Melvin A. Keluarga Yang Bahagia. YAKIN. Surabaya.

6. Mulyono, Bambang Y. 1993. Mengatasi Kenakalan Remaja. Yayasan Andi. Yogyakarta.

7. Nadeak, Wilson. Keluarga Lembaga Bahagia. Yayasan Kalam Hidup. Bandung.

8. Sidjabat. Samuel B. 1994. Strategi Pendidikan Kristen. Andi. Yogayakarta.

9. Surya, Moh. 1975. Bimbingan Dan Penyuluhan di Sekolah. Ilmu Bandung.

10. Verkuyl, J. 1989. Etika Kristen Seksuil. BPK Gunung Mulia. Jakarta.

11. Wright Norman, H. 1996. Menjadi Orang Tua Yang Bijaksana. Yayasan Andi.

Yogyakarta.

Referensi

Dokumen terkait

jelas.Untuk membantu penulis dalam melihat implementasi Peraturan Bupati Nomor 12 tahun 2012 tentang Penertiban Ternak dan Hewan Penular Rabies di Kabupaten Kuantan

Alhamdulillah puji syukur atas kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan berkah, rahmat, hidayah serta kasih sayang-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini

Hasil penelitian dari tentang proses produksi acara Siraman Rohani sebelum disajikan kepada pendengarnya melalui beberapa tahapan yang setiap tahapan harus dijalankan

Tujuan dari penelitian ini adalah merencanakan jenis pondasi berdasarkan data tanah yang diperoleh dari hasil uji lapangan yaitu uji sondir dan hasil uji

Jika pemberi materi dengan pembuat soal adalah dosen yang sama, maka pola baca mahasiswa memiliki keterkaitan signifikan dengan prestasi akademik, atau dapat

KEGIATAN PADA TAHUN 2014 MENJADI 854 KEGIATAN PADA TAHUN 2016, SEHINGGA LEBIH MENDUKUNG PENCAPAIAN SASARAN PEMBANGUNAN.. KEMENTERIAN PAN

Bab keempat berisi analisis yang meliputi analisis konsep Ali Yafie tentang kriteria insân kamîl hubungannya dengan kesehatan mental, analisis konsep Ali

Dari seluruh petak perlakuan herbisida pratumbuh pada percobaan, efikasi perlakuan Diuron 2 kg/ha, 2,5 kg/ha, dan 3,5 kg/ha mampu menekan pertumbuhan gulma utama