45
BAB III METODOLOGI
3.1. Metodel Pengumpulan data
Pengumpulan data yang dilakukan oleh penulis menggunakan metode kualitatif dan kuntitatif. Menurut Agito dan Setiawan (2018) mengatakan bahwa teknik perolehan data dibagi menjadi 3 jenis yaitu, wawancara, kuisioner dan observasi. Penulis menggunakan ke tiga jenis teknik tersebut karena dianggap tepat dam sesuai dengan topik yang diambil.
Penulis melakukan wawancara dengan Kepala Sekolah TK Permata gemilang dan Ustad yang cukup ternama dan ahli dalam bidang ilmu tafsir agama Islam. Penulis mendokumentasikan melalui rakaman suara saat melakukan wawancara. Penulis juga melakukan kuisioner kepada guru .
3.1.1. Wawancara
Menurut Agito dan Setiawan (2018) mengatakan bahwa wawancara merupakan proses perolehan data dengan terjun lansung kelapangan untuk memperoleh informasi dari penguasa wawasab atau narasumber yang memahami dan bergerak pada bidang tersebut. Peroses wawancara dilakukan dengaan cara bertukan informasi melalui Tanya jawab sehingga peneliti dapat mengerti makna dari topik tersebut, wawancara harus dilakukan dengan memberikan pertanyaan-pertanyaan yang relevan dengan topik yang telah ditentukan oleh penulis.
Penulis menggunakan metode wawancara mengenai topik yang sudah ditentukan guna mendapatkan informasi,
46 Penulis melakukan wawancara bertemu langsung oleh narasumber yang terkait. Proses wawancara secara langsung yang dilakukan oleh penulis kepada Kepala Sekolah TK Permata Gemilang pada 3 dan 17 Februari 2020 dan kepada Ustad sekaligus penulis buku Ustad Budiman Alhanif yang dilakukan secara langsung pada tanggal 4 Feb 2020.
3.1.1.1. Wawancara dengan Kepala Sekolah TK permata Gemilang Ibu Iim Rahmani merupakan Kepala Sekolah TK permata Gemilang. TK yang berbasis menerapkan ajaran Islam. Wawancara ini dilakukan pada tanggal 3 dan 17 Februari 2020. Iim Rahmani mengakui bahwa sebagai kepala sekolah beliau memiliki beberapa tugas yang harus di lakukan sebagai penanggung jawab di sekolah sekaligus guru yang berinterasi secara langsung dengan anak-anak, sehingga beliau sangat memahami proses pendidikan anak usia dini. dalam wawancara ini penulis ingin mengetahui informasi dan pengetahuan pendidikan moral anak usia dini. tujuan dari wawancara ini untuk mendapatkan informasi dan gambaran mengenai hal apa saja yang menyangkut tentang topik yang penulis piih.
Gambar 3.1. wawancara dengan kepala sekolah TK Permata Gemilang
47 A. Hasil Wawancara dengan Kepala Sekolah TK Permata Gemilang Pada wawancara yang dilakukan oleh Ibu Iim Rahmani mengenai pendidikan moral untuk anak usia dini, penulis menanyakan pendidikan moral kepada anak usia dini itu seperti apa? lalu beliau mengatakan bahwa pada saat penerapan pendidikan anak usia dini memiliki jenjang perkembangan yaitu melalui pendidikan moral dan agama, sosial emotional, kemampuan fisik, bahasa dan seni. pendidikan moral anak usia dini digunakan untuk membangun dan membentu karakter diri anak agar memiliki sifat yang baik melalui kebiasaan yang diterapkan.
Menurut Iim Rahmani Pendidikan moral anak sudah dibangun pada usia 3-6 tahun karena pada masa itu adalah masa anak untuk tumbuh dan berkembang. Penulis kemudian menanyakan bagaimana cara penerapan pendidikan moral kepada anak usia dini? Iim Rahmani mengatakan bahwa pendidikan moral anak agar bisa membangun karakter anak adalah melalui pembiasaan yang dilakukan sehari-hari baik di rumah ataupun di sekolah.
Peroses pembelajaran moral sangat penting dilakukan dengan cara yang menyenangkan seprti bermain karena pada usia tersebut merupakan masa bermain anak. Penerapan pendidikan moral bukan hanya sekedar hafalan atau edukasi saja, hal tersebut dapat membuat anak tidak bisa memahami makna dari pendidikan tersebut. Seiring berjalannya waktu pendidikan edukasi dapat di mengerti melalui proses mengajar yang menyenangkan kepada anak.
48 Penulis kemudian menanyakan kembali apa kesulitan yang dialami ketika mengajarkan pendidikan moral kepada anak? Beliau mengatakan bahwa kebiasaan orang Indonesia dalam menerapkan pendidikan kepada anak, mereka lebih mementingkan pendidikan edukasi dibandingkan dengan pendidikan moralnya. kesulitan ketika mengajarkan anak tentang pendidikan moral adalah pada usia tersebut anak sering kali menolak peringatan atau susah di kasih tahu oleh guru apabila anak tersebut mengalami penyimpangan moral. Beliau juga mengatakan di dunia ini tidak ada yang namanya anak nakal melaikan bagaimana cara seseorang mendidik anaknya, anak merupakan peniru ulung mereka melakukan apa yang mereka lihat dan mereka dengan oleh karena itu pengawasan dan perhatian orang tua dan pendidikan di sekolah harus selaras.
Penulis juga menanyakan faktor apa yang membuat anak tersebut mengalami penyimpangan moral? Iim rahmani menjelaskan bahwa penyimpangan moral yang dialami oleh anak dapat terjadi melalui berbagai faktor, salah satu faktor yang menunjunag adalah Susana dirumah. Anak yang sering mengalami penyimpangan moral sering kali terjadi akibat kurangnya pengawasan dan perhatian dari orang tua, latar belakang orang tua yang sibuk dan terlalu menuntut anak membuat anak tersebut tertekan.
Seperti yang sudah dijelaskan tadi bahwa pendidikan anak usia dini harus dilakukan dengan cara yang menyenangkan namun sayangnya banyak orang tua yang menuntun anaknya untuk fokus dibidang edukasi agar mempersiapkan dirinya ke jenjang pendidikan dasar.
49 Mereka ingin anaknya untuk lebih dapat mempersiapkan diri mereka dibidang edukasi seperti mengikut sertakan anaknya untuk les diluar sekolah, mereka lupa bahwa pendidikan moral salah satu merupakan aspek yang penting bagi perkembangan diri anak. Hal itu membuat anak merasa dirinya terkenan dan stress sehingga moral mereka teganggu. Pendidikan moral harus seimbang dengan pendidikan edukasi kepada anak, sangat disayangkan apabila anak tersebut pintar namun moralnya kurang.
Akibat dari faktor yang menunjang tersebut membuat anak mengalami penyimpangan moral, sering kali anak menjadi pendiam, kurang bisa mengontrol emosinya, hiperaktif dan terkadang suka berbohong.
Bermain dengan kasar seperti dorong-doronga hingga berkelahi dan menangis bukan lah hal yang asing lagi bagi anak-anak. Tuntutan orang tua agar anaknya terlihat sempurna membuat anak tersebut berbohong agar dia dilihat sempurna dimata orang tuanya.
Kemudian penulis menanyakan media seperti apa yang digunakan untuk mengajarkan pendidikan moral kepada anak? Im Rahmani menjelaskan bahwa pengajaaran pendidikan moral pada anak usia dini biasanya menggunakan pembiasaan yang dilakuakan setiap hari, media yang dilakukan dengan bercerita kepada anak, media yang digunakan biasanya dengan menggunakan buku. namun ibu Iim menjelaskan media buku yang efektif untuk menyampaikan cerita kepada anak-anak dengan menggunakan buku yang besar agar anak-anak tertarik untuk melihat dan dapat memahami media tersebut.
50 Penulis menawarkan ketertarikannya degan membuat media informasi yang dapat digunakan oleh para pengajar sebagai perantara media pembelajaran pendidikan moral kepada anak usia dini melalui cerita. Beliau merasa ngata membutuhkan media tersebut dalam membatu para guru dalam membentuk perkembangan pendidikan moral anak.
B. Kesimpulan wawancara dengan Kepala Sekola TK Permata Gemilang
Dari hasil yang didapatkan oleh hasil wawancara yang dilakukan oleh Ibu Iim Rahmani selaku Kepala Sekolah TK Permata Gemilang Sebagai beritkut:
1. Pendidikan mroal anak dapat dilakukan pada usia anak umur 3-6 tahun karena pada masa tersebut merupakan masa anak mampu tumbuh dan berkembang, sehingga penerapan pendidikan moral dapat dimulai dan ditanam pada usia tersebut.
2. Pembelajaran pendidikan moral pada anak bisa melalui pembiasaan yang dilakukan di rumah dan di sekolah harus selaras.
3. Pada saat menerapkan pendidikan moral kepada anak sering kali mengalami kesulitan karena berbagai macam faktor, salah satu faktornya adalah suasana di rumah.
4. Banyaknya faktor yang membuat anak mengalaimi penyimpangan motal adalah kurangnya perhatian dan tekanan
51 dari orang tua untuk lebih mementingkan edukasi dan mengenyampingkan pendidikan moralnya.
5. Penyebab yang dialami oleh anak. Anak menjadi lebih emosional, bermain dengan kasar, pendiam dan kadang berbohong.
6. Pintar tapi kurangnya pendidikan moral sangat disayangkan karena tingkah yang tidak teratur tersebut efeknya bisa bertahan lama sampai kedepannya,
7. Bermain sambik belajar merupakan hal yang penting dalan pendidikan moral anak, salah satu cara yang dapat dilakukan adalah dengan bercerita.
8. Menggunakan media informasi yang besar dapat memudahkan anak dalam memahami dan tertarik dengan cerita yang disajikan.
3.1.1.2. Wawancara dengan Ustad Budiman Alhanif
Wawancara yang dilakukan kepada Ustad Budiman Al-hanip. Seorang ustad yang cukup ternama dan ahli dalam bidang ilmu hadist dan tafsir agama Islam serta sebagai penulis buku “Menjadi Manusia Paling Disenangi”.
Wawancara ini dilakukan untuk memperoleh data mengenai pendapat atas pendidikan moral serta pengetahuan beliau mengenai Nabi Mussa AS yang lebih dalam dan klarifakasi kisah untuk konten dalam media informasi yang akan dibuat. Wawancara secara langsung yang dilakukan pada tanggal 4 Februari 2020.
52 A. Hasil Wawancara dengan Ustad Budiman Alhanif
Pada wawancara yang dilakukan oleh ustad Budiman Alhanif selaku Usrad yang ahli dibidang hadis dan tafsir. Penulis ingin menanyakan pendapat dan informasi mengenai pendidikan moral kepada anak dari sisi agama Islam.
Beliau menjelaskan bahwa didunia ini tidak ada yang namanya anak nakal namun yang ada hanya anak yang kurang pendidikan moralnya. pendidikan moral diterapkan kepada diri anak digunakan untuk membangun akhlak diri seorang anak sangat bagus diterapkan.beliau menjelaskan bahwa pendidikan moral yang paling utama adalah faktor internal hal tersebut merupakan pentingnya didikan orang tua kepada anaknya, orang tus memiliki tanggung jawab yang penuh bagi anaknya
Islam bukan hanya sekedar ritual–ritual keagamaan saja namun untuk memperoleh kehidupan yang indah dibutuhkanlah aktualisasi bersikap dalam kehidupan.jika anak – anak tidak diajarkan pendidikan moralnya dari kecil makan akan terjadi faham kebinatangan sehingga terjadi invansi moral.
Seperti saling mengina, dan saling mengolok. Beliau juga menjelaskan bahwa pendidikan moral kepada anak dapat dipengaruhi oleh peranan orang tua kepada anaknya.
1. Anak bisa menjadi ujian/ cobaan: hidup tidak selalu berjalan dengan mulus sehingga orang tua harus mendidik anaknya agar tidak melenceng dari jalannya
53 2. Anak sebagai musuh anak biasa memiliki jiwa yang brontak dan labil jika hal itu tidak dibimbing maka anak tersebut bisa menjadi musuh
3. Anak sebagai penyejuk hati: anak yang selalu menurut kepada orang tuanya dan menjadi sumber kebahagiaan anaknya.
Berdasarkan tiga penyataan tersebut beliau menyimpulkan bahwa setiap anak pasti memiliki potensi tauhid,berbuat baik, kejujuran dan intelegent.
Apabila anak tersebut mulai mengalami penyimpangan wajib untuk diperingatkan dan dilurskan bukannya malah di matikan dan dipatahkan.
Pengajaran morl kepada anak dapat dilakukan dengan memberikan contoh- contoh yang baik kepada anak dan mengenalkan suri tauladannya untuk bertindak, hal tersebut dengan cara mengenalkan kepada anak tentang kisah nabi, karena nabi adalah panutan bagi setiap umat muslim dalam bertindak.
Salah satu nabi yang dalam kisahnya mengajarkan begitu banyak dan pentingnya pendidikan moral kepada anak adalah Nabi Musa AS. Ustad Budiman Alhanif menjelaskan bahwa kisah Nabi Musa AS sangat berkaitan dengan pendidikan moral dalam islam, pada kisahnya Nabi Musa AS merupakan nabi yang sangat cerdas, beliau hanya menyangkut ilmu dunia saja atau hanya kecerdasan intelektualnya saja. Beliau merasa dirinya paling cerdas dibandingkan yang lain, lalu Allah SWT berkata bahwa ada orng yang jauh lebih pintar dibandingkaan dengan dirinya sehingga dipertemukan dia dengan Nabi Khirid, merupakan nabi yang memiliki kecerdasan spiritualnya di atas Nabi Musa AS.
54 Beliau ingin menjadi murid nabi Khidir namun membutuhkan syarat yaitu sabar dan jangan pernah menanyakan apapun yang Nabi Khidir lakukan. Akhirnya Nabi Musa AS gagal dalam memenuhi syarat tersbut, dari situ lah dia belajar bahwa masih ada orang lebih pintar dibandingkan dia Nabi Musa AS hanya mengandalkan kepintarannya saja dan tidak memiliki kecerdasan spiritual. Melalui itu Nabi Musa dibina untuk menjadi orang yang baik dan lemah lembut, walaupun pada awalnya dia orang yang sangat keras dan kasar karena didikan dari ayahmya Firaun. Dari ajaranan Nabi Khidir Nabi Musa memiliki sifat gabungan yaitu kecerdasan otak atau intelektual dan kecerdasan spiritual atau akhlak yang baik. Kedua hal tersebut sangat membantu Nabi Musa untuk mempengaruhi dan melawan Ayahnya Firaun.
Dalam penjelasan kisah tersebut Ustad Budiman Alhanif juga menjelaskan bahwa semua hal itu harus seimbang. Pendidikan juga harus seimbang jangan hanya mementingkan pendidikan edukasi dan mengenyampingkan pendidikan moral untuk memiliki akhlak yang baik.
Kehidupan dunia harus selaras dengan kehidupan akhirat, jangan fokus dengan satu hal saja. Pendidikan moral dapat diajarkan melalui pendidikan dengan melakukan pembiasaan dan pendekatan agama pada kehidupan sehari-hari seorang anak.
Maka dari itu Ustad Budiman Al-hanif mendukung penulis dalam ketertarikannya degan membuat media informasi yang dapat digunakan sebagai perantara media pembelajaran pendidikan moral kepada anak usia
55 dini melalui kisah para Nabi, khususnya Nabi Musa AS. Karena pada kisahnya berkaitan dengan pentingnya pendidikan moral anak.
B. Kesimpulan Wawancara Ustad Budiman Alhanif
Dari kesimpulan yang didapatkan oleh hasil wawancara yang dilakukan oleh Ustad Budiman Sebagai beritkut:
1. Pertumbuhan dan Perkembangan pendidikan moral diri anak tergantung kepada orang tuanya, hal tersebut menjadikan anak kedepannya kelak
2. Seseorang yang mmengalami penyimpangan wajib dan harus diluruskan kembali jalannya bukannya dimatikan
3. Pendidikan moral kepada anak dapat diterapkan melalui kisah nabi, karena mereka panutan bagi anak untuk memiliki moral yang baik.
4. Kisah nabi yang memiliki kaitan yang cukup erat denga pendidikan moral adalah Nabi Musa AS.
5. Pada Kisah Nabi Musa AS mengajarkan bahwa kecerdasan atau intelektual harus di seimbangi dengan pendidikan moral agar mebangun akhlak anak juga sehigga mereka dapat berprilaku baik.
6. Merubah diri dari orang yang keras dan kasar menjadi orang yang lemah lembut dalam menghadapi ayahnya.
3.1.1.3. Wawancara Kepada Ilustrator Buku Anak Mas Lanang
Wawancara yang penulis lakukan kepada mas Lanang selaku illustrator buku anak melalui media video call whatsapp. Penulis melakukan wawancara
56 kepada mas Lanang sebagai upaya penulis memperoleh data mengenai ilustrasi yang cocok bagi anak. Seperti pembuatan karakter, warna, dan komposisi dalam buku yang cocok untuk anak.
Gambar 3.2. wawancara dengan illustrator buku anak
A. Hasil Wawancara dengan Mas Lanang
Pada wawancara yang dilakukan oleh penulis kepada mas Lanang penulis mengenai informasi serta pendapat beliau mengenai perancangan buku ilustrasi yang cocok bagi anak, beliau mengatakan bahwa karakteristik bentuk tokoh yang cocok bagi anak-anak memiliki bentuk dasar bulat atau tumpul.
Bentuk karakter yang tidak proposioal membuat karakter tokoh tersbut terlihat lebih lucu dan dapat menarik perhatian anak. Bentuk yang tidak proposional tersebut memiliki arti bahwa seorang illustrator memiliki kebebasan dalam menggambarnya. Proporsi bentuk badan karakter tersebut bisa di lebih-lebihkan atau di kecilkan contohnya seperti menggambarkan kepala tokoh yang besar namun memiliki tangan dan kaki yang kecil.
57 Biasanya dalam Warna yang digunakan usahakan menggunakan warna- warna yang cerah dan kontras, apabila didalam buku tersebut memiliki latar belakang cerita berikan ruang kosong yang cukup untuk teks yang akan ditampilkan. Usahakan latar belakang tersebut tidak mengganggu penempatan teks.
Pembuatan buku untuk anak-anak lebih menonjolkan gambar dibandingkan dengan tulisan konten isi cerita, karena anak-anak lebih tertarik melihat gambarnya terlebih dahulu, gambar atau ilustrasi yang di buat dapat membantu anak untuk berimajinasi, untuk penempatan teks biasanya di sesuaikan dengan ilustrasi yang telah dibuat. Pastikan buku yang ingin dirancang memiliki ujung yang tumpul karena hal itu tidak membahayakan bagi anak-anak.
B. Kesimpulan Wawancara dengan Mas Lanang
1. Untuk membuat karakter atau tokoh pada buku anak menggunakan dasar yang bulat atau tumpul sehingga memberikan kesan lucu pada anak.
2. Proposri tubuh yang dibuat bebas dapat dilebih-lebihkan atau dikurangkan atau dikecilkan.
3. Warna yang digunakan warna-warna yang cerah dan kontras.
4. Pembuatan lingkungan jangan sampai mendominasi buku dapat menggunakan ruang kosong didalamnya sehingga tidak mengganggu teks dan tokoh utama
5. Penempatan teks menyesuaikan dengan ilustrasi yang dibuat
58 6. Buku yang dirancang pada finishing akhirnya usahakan pada ujung-
ujung buku dibuat tumpul
3.1.2. Kuisioner
Kuisioner dilakukan dengan metode random sampling yang berdasarkan dengan rumus Slovin untuk menentukan respondennya. Kuisoner dilakukan pada 11 februari 2020, dengan menyebarkan kuisioner kepada beberapa guru TK, dengan batas teloransi kesalahan 0,10. untuk memperoleh data yang dapat mendukung peraancanaan media informasi terhadap pendidikan moral anak usia dini melalui kisah nabi Musa AS berikut merupakan analisis dan hasil kuisioner yang telah penulis sebarkan
3.1.2.1 Hasil Kuisioner
Table 3.1. table usia
Tabel diatas meunjukan bahwa responden didominasi oleh guru yang berusia 36-40 tahun dengan total jumlah 36 orang, hal tersebut menyatakan bahwa guru TK kebanyak yang sudah berumur 36-40 tahun pada usia
USIA
RESPONDEN JUMLAH PERSENTASE
20-26 11 11%
27-30 15 15%
31-35 16 16%
36-40 36 36%
41-45 18 18%
>45 4 4%
TOTAL 100 100%
59 tersebut mereka memiliki banyak pengalaman hidup dan kesabaran saat mendidik anak-anak usia dini.
Tabel 3.2. Jenis Kelamin
Tabel diatas meunjukan bahwa responden didominasi oleh guru TK yang memiliki jenis kelamin wanita dengan persentase 95% hal tersebut menyatakan bahwa wanita lebih memiliki kesabaran dan lebih memiliki sifat keibuan dalam mendidik anak-anak usia dini.
Tabel 3.3. Pekerjaan
Tabel diatas meunjukan bahwa responden didominasi oleh guru dengan total jumlah 93 orang. Hal tersebut menjadi penyebab penulis memilih guru TK sebagai tager audience karena mereka memahami penerapan pembelajaran moral anak usia dini.
USIA
RESPONDEN JUMLAH
PERSENTASE
Wanita 97
97%
Laki-laki 2
2%
TOTAL 100 100%
PEKERJAAN
RESPONDEN JUMLAH PERSENTASE
Guru TK 93 93 %
Kepala Sekolah 2 2 %
Lainnya 5 5 %
TOTAL 100 100%
60 Tabel 3.4. Pertanyaan no 1
Tabel diatas menunjukan bahwa reponden menjawab pembelajaran pendidikan moral yang cocok untuk anak adalah melalui contoh yang dapat di terapkan ke anak-anak, yaitu sebanya 48% (48 responden), dari tabel diatas dapat dikatakan bahwa anak-anak membutuhkan contoh untuk pembelajaran moral mereka karena anak-anak merupakan peniru ulung, apa yang mereka lihat dan didengar dapat dicontoh oleh mereka.
Tabel 3.5. Pertanyaan no 2
1. Pembelajaran moral seperti apa yang cocok bagi anak usia dini?
RESPONDEN JUMLAH PERSENTASE
Melalui contoh yang dapat
Diterapkan ke anak-anak 48 48 %
Pembiasaan yang dilakukan keanak-anak
setip hari 23 23 %
Pembentukan karakter 5 5 %
Penanaman agama akidah
aklak 5 5 %
Sikap jujur dan sopan
santun 10 10 %
Bercerita 4 4 %
Metode penerapan 5 5 %
TOTAL 100 100%
2. apakah ada kesulitan dalam mengajarkan pendidikan moral pada anak usia dini?
RESPONDEN JUMLAH PERSENTASE
Ada 96
96 %
Tidak ada 4
4 %
TOTAL 100 100%
61 Tabel diatas menunjukan pada saat mengajarkan pendidikan moral anak usia dini mengalami kesulitan,yaitu sebanyak 96% responden menjawab ada. dari hasil yang ditunjukan mengatakan bahwa kesulitan dalam mengajarkan pendidikan moral kepada anak usia dini terjadi karena banyak faktor yang mendukung hal tersebut terjadi.
Tabel 3.6. Pertanyaan no 3
Pada tabel diatas menujukan bahwa anak pada saat anak mengalami penyimpangan moral faktor mendudukung yang menyebabkan hal tersenut terjadi adalah orang tua yang lebih mementingkan pendidikan edukasi dibandingkan pendidikan moral yaitu sebanyak 51%. Kurangnya perhatian orang tua akan pendidikan moral itu juga penting Hal dapat menyebabkan anak menjadi stress dan tertekan karena tuntutan orang tua untuk selalu belajar padahal pada saat usia dini merupakan masa bermain anak, dimana pendidikan edukasi dapat berkembang seiring berjalannya masa pertumbuhan anak tersebut.
RESPONDEN JUMLAH PERSENTASE
Kurangny pengawasan dan perhatian
dari orang tua 17 17 %
Gadet yang mempengaruhi anak 8 8 %
Faktor lingkungan 14 14 %
Orang tua yang lebih mementingkan pendidikan edukasi dibandingkan
pendidikan moral 51 51 %
Kurang terstimulus 3 3 %
kurang contoh yang dapat diterapkan
keanak 7 7 %
TOTAL 100 100%
3. Kenapa anak tersebut dapat mengalami penyimpangan moral?
62 Gambar 3.3. Pertanyaan no 4
Dari hasil jawaban diatas dapat disimpullkan bahwa pembelajaran moral anak usia dini melaliu kisah nabi sangat bagus untuk sebagai contoh,pedoman atau suri tauldan bagi anak-anak karena, pada kisah nabi banyak sekali ajaran-ajaran yang dapat dijadikan pembelajaran bagi anak sehingga anak dapat meniru apa yang diajarkan nabinya.
Tabel 3.7. Pertanyaan no 5
Tabel diatas menunjukan bahwa media pembelajaran yang disukai oleh anak dengan media buku yaitu 58% responden menjawab, hal itu
5.Media pembelajaran apa yang disukai oleh anak usia dini?
RESPONDEN JUMLAH PERSENTASE
Bercerita sambil bermain 22 22 %
Menggunakan media buku 58 58 %
Peragaan atau drama 5 5 %
Audio vsual 6 6 %
Peraktek langsung 6 6 %
Interaktif 3 3 %
TOTAL 100 100%
63 dikarenakan dengan menggunakan media buku dapat lebih mudah sebagao media perantara pembelajaran moral pada anak usia dini.
3.1.2.2. Kesimpulan Kuisioner
Dari hasil kusioner diatas dapat disimpulkan bahwa penyimpangan moral anak seringkali terjadi karena oraang tua yang terlalu memfokuskan anaknya dibidang pendidikan akademik atau intelektual dibandingkan dengan pendidikan moral anak padahal kedua hal tersebut harus seimbang sebagai pertumbuhan dan perkembangan anak usia dini. Pendidikan moral dapat diterapkan melalui contoh-contoh yang diberikan kepada anak agar anak dapat meniru apa yang dicontohkan, karena anak merupakan peniru ulung apa yang mereka lihat dapat dengan mudah diterima kedalam diri mereka. pemberian contoh pendidikan moral kepada anak bisa melalui kisah nabi karena kisah nabi merupakan suri tauladan yang dapat dicontoh oleh anak-anak usia dini.
3.1.3. Studi Eksisting
Studi eksisting bertujuan untuk membandingkan perancangan penulis dengan buku yang telah ada, dalam hal ini penulis melakukan studi eksisting terhadap tiga buku yaitu Nabi musa dan Firaun yang keji, Sopannya Rasulullah, dan Yuk, Berpetualang Kesungai Nil dan Laut Kaspia yang dibelang dengan Tongkat Nabi Musa AS. Berikut ini merupakan hasil yang penulis dapatkan:
64 1. 26 Nabi dan Rasul utusan Allah
Gambar 3.4. 26 Nabi dan Rasul utusan Allah
Buku yang berukuran A4 ini berisi 10 halaman, buku ini ditulis oleh Ayu Hemdi dan Rina Ymerupakan buku cerita yang mengangkat kisah nabi musa mengenai perjalanannya. Penampilan pada buku cerita ini menggunakan tulisan yang dominan dalam 1 spread tiap halamannya dan ilustrasi sebagai media pendukungnya.
65 Tabel 3.8. 25 Nabi dan Rassul utusan Allah
Cover Hardcover dengan menggunakan
menngunakan warna serta penggunaan teks dengan ukuran yang besar sebagai judul buku
Tipografi Menngunakan font berjenis sans serif
Image Menggunakan ilustasi
Berdasarkan pengamatan yang telah dilakukan oleh penulis dapat dilihat bahwa pada buku ini menggunakan teks sebagai unsur utama dalam menyampaikan informasi kepada audiens. ilustasi yang digunakan pada buku ini dibuat dengan menggambarkan nabi dengan proporsi anatomi yang sesuai dengan manusia, sehingga buku tersebut terlihat sangat kaku ditambah dengan teks yang sangat dominan
Namun sayangnya ilustrasi yang digunakan pada buku tersebut terkesan kaku karena pewarnaan yang tidak menarik karena warna yang digunakan tidak cerah dan monoton,sehingga terasa tidak ada memiliki dimensi didalamnya.
Pengunaan penulisan teks isi buku tersebut sangat domininan sehingga membuat buku tersebut kurang menarik untuk dibaca. Pemilihan kontras warna antara latar belakang dan teks tidak cocok ditambah lagi dengan pemilihan font pada buku ini membuat pembaca lelah untuk melihatnya.
66 2. Sopannya Rasulullah
Gambar 3.4. Sopannya Rasulullah
Buku ini ditulis oleh Yulia Nursetyawathie dan Wiwie Widyawati merupakan buku cerita mengenai kisah Rasulullah, memiliki 2 kisah cerita berbeda yaitu kisah dalam kehidupan sehari-hari dan kehidupan Rasullah sendiri. Terdapat juga tokoh yang menjelaskan kisah tersebut.
67 Tabel 3.9. Sopannya Rasulullah
Cover hardcover dengan laminating glossy dengan menonjolkan ilustrasi dan teks sebagai judul buku
Tipografi Menngunakan font berjenis sans serif untuk penulisan judulnya
Image Menggunakan ilustrasi kartun
Berdasarkan pengamatan yang telah dilakukan oleh penulis kepada buku ini dapat dilihat bahwa penyampaian pesan yang akan disampaikan kepada anak-anak dapat tersampaikan, namun pada buku tersebut memiliki 3 kisah yang membuat buku tesebut terbilang tebal bagi anak-anak sehingga anak-anak dapat merasa bosan.
Penempatan teks pada buku ini dibuat kurang rapih dan tidak stabil pada halamannya. Ada yang rata kiri, rata kanan dan ada yang melengkung dengan isi teks yang banyak, seperti pada gambar contoh diatas. Hal tersebut membuat para pembaca merasa tidak nyaman dengan tulisan yang ditampilkan oleh buku tersebut karena dengan adanya penempatan teks seperti itu.
68 3. Yuk, Berpetualang Kesungai Nil dan Laut Kaspia yang dibelang dengan Tongkat Nabi Musa AS
Gambar 3.5. Yuk, Berpetualang Kesungai Nil dan Laut Kaspia yang dibelang dengan Tongkat Nabi Musa AS
Buku ini menjelaskan sejarah nabi Musa AS melalui kisahnya yang dikemas dengan cara mengenalkan tempat-tempat yang sangat bersejarah dan berperan penting pada dalam kisahnya, dikenallkan melaui tokoh seorang kakek yang bercerita kepada cucunya.
Tabel 3.10. Detail buku Yuk, Berpetualang Kesungai Nil dan Laut Kaspia yang dibelang dengan Tongkat Nabi Musa AS
Cover Softcover dengan menggunakan dan dominasi teks sebagai judul buku Tipografi Menngunakan font sans serif
Image Menggunakan teks dan gambar ilustasi vector yang menjadi cover pada buku
69 Berdasarkan pengamatan yang telah dilakukan oleh penulis kepada buku ini dapat dilihat bahwa pembahasan dalam buku ini mencangkup sejarah singkat mengenai Nabi Musa AS melalui tempat-tempat yang berperan dalam kisah tersebut. Namun baik didalam isi maupun cover tidak memilki visual yang menarik dan terlihat seperti seadanya. Dengan warna yang didominasikan warna biru bsangat berbeda dengan cover buku yang berwarna. Ilustrasi yang digunakan juga terkesan kuno dan kurang menarik. Finnising buku yang terkessan “murahan” dan tidak tahan lama.
3.2. Metode Perancangan
Perancangan media informasi ini dirancang dengan menggunakan metodelogi perancangan yang di dasari oleh Robin Landa di dalam bukunya yang berjudul Graphic Design Solutions.
Pada perancangan ini akan di mulai dengan melakukan mengetahui masalah apa yang akan dicari solusinya,lalu digali data-data apa saja yang akan dibutuhkan, kemudia penulis akan mulai melakukan penyusunan konsep desain mengenai perancangan media informasi terhadap pendidikan moral anak usia dini melalui kisah Nabi Musa AS. Setelah data-data dan konsep telah terkumpulakn mulai dibuat memvisualisasikan konsep tersebut kedalam bentuk desain yang kemudian akan dicetak dalam bentuk aslinya.
70 3.2.1. 0rientation / Material gathering
Dalam tahap ini seorang desainer harus bisa memahami dan mempelajari klien agar pesan dan informasi yang diinginkan oleh kilent. Dalam tahap ini juga seorang desainer harus mencari data-data sert informasi yang dibutuhkan untuk mendesain.
3.2.2. Analysis/ Discobery/ Strategy
Tahap ini merupakan tahap yang dilakukan oleh seorang desainer untuk mengecek dan mengkaji data-data yang telah ia dapatkan untuk mengembangkan suatu solusi dari masalah.
3.3.3. Visual and Story consept
Tahap ini merupakan proses untuk menyusun konsep dalam desain yang akan dikerjakan.
3.3.4. Design Development
Tahap ini merupakan tahapan yang digunakan untuk mengembangkan suatu konsep yang telah direncanakan kedalam bentuk visual
3.3.5 Implementasi Desain
Tahapan ini merupakan tahapan terakhir yang dilakukan oleh seorang desainer ketika mendesain. Karena pada tahap ini dilakukakan pencetakan bentuk visual menjadi bentuk yang berskala 1:1