954
PENGARUH PENGETAHUAN MANAJEMEN, IKLIM KERJA DAN KONSEP DIRI TERHADAP KINERJA KEPALA SLTA MUHAMMADIYAH
SE-SUMATERA BARAT Drs. Salman M. Noer, M.Pd salmanm_noer@yahoo.co.id
Faculty of Teacher Training and Education Ekasakti University of Padang
Abstract
Initial observation at Senior Secondary School Muhammadiyah West Sumatra shows that the performance of the principal in carrying out leadership remains low. It is expected to have an influence on the school's progress as a whole, both in the learning process as well as on improving the quality of education at the school. Researchers assume that knowledge management, work climate and self-concept has a significant impact on the performance of the principal. Therefore, a comprehensive study should be conducted to determine the real condition.
This study aims to determine the effect of knowledge management, work climate and self-concept on the performance of the principal. The hypothesis of this study are: (1) knowledge management directly affect the principal's self-concept; (2) knowledge management directly affect the performance of the principal; (3) working climate directly affect the principal's self-concept; (4) The work climate has direct influence on the performance of the principal; (5) self-concept directly affect the performance of the principal.
Population of this research is 33 heads Muhammadiyah high school in West Sumatra. While the research sample is determined by sample saturated or total sampling, the entire population is used as a sample. Data for this study will be collected through Likert Scale Model Request. The collected data were then analyzed using correlation and regression technique supported by SPSS software.
The analysis showed the following: (1) knowledge management directly affect the principal's self-concept of 0,774 (ρ31), (2) knowledge management directly affect the performance of the principal of 0,669 (ρ41), (3) working climate directly affect the principal's self-concept of 0,750 (ρ32), (4) The work climate has direct influence on the performance of the principal of 0,591 (ρ42), (5) self-concept directly affect the performance of the principal of 0,665 (ρ43). These findings imply that the three independent variables, knowledge management, work climate and self-concept affects the performance of the head of High School Muhammadiyah the West Sumatra part of the other variables, which are not addressed in this study may also have an influence.
Keywords : effect, the performance of principals
A. LATAR BELAKANG
Kiyai Haji Ahmad Dahlan pada tanggal 8 Dzulhijjah 1330 H bertepatan dengan 18 November 1912 M mendirikan Muhammadiyah yang bertujuan untuk melakukan pencerahan ditengah kemuraman nasib bangsa dan sekaligus untuk mengembalikan sejarah umat Islam pada kejayaannya untuk menangani masalah-masalah rasional yang terjadi dalam hidup keseharian, salah satu upaya pertama yang dilakukan oleh Muhammadiyah adalah mendirikan sekolah-sekolah
955
Perhatian dan komitmen Muhammadiyah dalam bidang pendidikan tersebut tidak pernah surut, hal ini nampak dari keputusan-keputusan persyarikatan yang dengan konsisten senantiasa ada agenda pembahasan dan penetapan program bidang pendidikan, sejak pendidikan dasar sampai pendidikan tinggi.
Isu sentral tentang rendahnya mutu pendidikan Muhammadiyah di Sumatera Barat diduga salah satu penyebabnya adalah karena rendahnya atau belum optimalnya kinerja kepala sekolah dalam menjalan fungsi manajemen di sekolah. Kepala sekolah bertanggung jawab terhadap manajemen dan perkembangan sekolah. Kualitas terhadap kinerja kepala sekolah dalam melaksanakan tugasnya tercermin ke dalam perkembangan sekolah.
Ada beberapa masalah di sekolah yang diduga berpengaruh terhadap kinerja
kepala sekolah yang berdampak pada rendahnya mutu pendidikan di sekolah
antara lain adalah:
1. Pengetahuan Manajemen.
Dalam melaksanakan fungsi-fungsi manajemen sekolah, kepala sekolah banyak berhubungan langsung dengan guru, pegawai tata uaha, dan siswa, yang satu sama lainnya memiliki perbedaan latar belakang, tujuan, minat, dan kemampuan. Oleh karena itu, kepala sekolah dituntut memiliki pengetahuan manajemen.
Kepala sekolah berperan sebagai pemimpin (leader), dan harus mampu melaksanakan fungsi kepemimpinan (leadership) yang lebih banyak berorientasi pada hubungan manusia (human relation). Dalam hal ini hendaknya kepala sekolah menerapkan prinsip manajemen, adil, menghargai prestasi dan kerjasama yang baik, serta menumbuhkan suasana kerja yang menyenangkan agar staf mau bekerja dengan baik dengan kesadaran sendiri tanpa harus dipaksa bekerja untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan secara efektif dan efisien.
Kinerja kepala sekolah yang lemah antara lain disebabkan prosedur pengangkatan kepala sekolah yang kurang tepat. Pengangkatan kepala sekolah di era otonomi dan desentralisasi pendidikan semestinya masih mengacu pada PP No.38 tahun 1992 dan Kepmen Dikbud RI No.085/U/1994 tanggal 14 April 1994
956
yang menetapkan antara lain mengenai; a) syarat-syarat pengangkatan kepala sekolah; b). masa Jabatan kepala sekolah; c). proses identifikasi lowongan kepala sekolah, pengadaan calon,dan pengangkatannya; d). cara-cara penilaian kepala sekolah; e). kegiatan pendidikan dan pelatihan calon kepala sekolah.
2. Iklim Sekolah (School Climate)
Iklim kerja yang kondusif merupakan bagian yang teramat penting dalam pelaksanaan dan kegiatan tugas dan tanggung jawab para kepala sekolah. Namun kondisi semacam ini masih belum sepenuhnya ditemukan pada pelaksanaan kegiatan di sekolah Muhammadiyah se-Sumatera Barat. Selain itu bagi pelaku pendidikan pada persyarikatan Muhammadiyah dalam hal ini kepala sekolah harus mempunyai konsep diri dalam melaksanakan tugas dan tanggung jawabnya.
Dari hasil wawancara penulis dengan beberapa orang guru SLTA Muhammadiyah Sumatera Barat pada saat grand tour, ditemukan gejala-gejala tentang iklim sekolah yang kurang kondusif, antara lain: (a) kurang harmonisnya hubungan antara guru dengan kepala sekolah dan antara guru dengan guru, (b) kurang adanya keterbukaan, baik antara guru dengan kepala sekolah maupun antara sesama guru, (c) terdapat guru yang terkesan mengutamakan kepentingan pribadi, sehingga kurang akrab antara sesama guru, (d) kurangnya rasa saling menghargai antara kepala sekolah dengan guru dan juga antara guru sesama guru, (e) rendahnya kepedulian dan keterlibatan sebagian guru dalam kegiatan-kegiatan sekolah, (f) masih terdapat guru yang melaksankan tugas mengajar tidak dengan rasa tanggung jawab yang tinggi.
3. Konsep Diri Kepala Sekolah
Kepala sekolah sebagai pimpinan utama di sekolah merupakan perangkat yang bertanggungjawab melayani terciptanya proses pendidikan, mengemban amanat dalam membawa sekolahnya untuk mencapai tujuan. Mereka harus menunjukkan kinerja yang baik dalam memilih dan menentukan, serta menjalankan roda pendidikan, agar segala sesuatunya berjalan secara lebih efektif. Selain itu, kepala sekolah harus bersifat jujur dan
957
memiliki kesanggupan serta kemampuan untuk memotivasi, mengarahkan, memimpin seluruh aparat pelaksana sekolah dan bawahannya baik secara individu maupun secara berkelompok yang didukung oleh iklim kerja yang kondusif.
Berdasarkan kenyataan dan ungkapan teoritis tersebut penulis perlu melakukan penelitian untuk mengungkapkan penggunaan pendekatan model manajemen sumber daya manusia dalam mengelola sekolah Muhammadiyah di Sumatera Barat terutama dalam pengembangan kepala sekolah. Hal ini berdasarkan atas alasan bahwa keberhasilan sekolah dalam meningkatkan kualitas lulusannya terletak pada kinerja kepala sekolah dan salah satu instrumen stratejik dalam peningkatan kinerja kepala sekolah adalah ketersediaan sumberdaya manusia yang berkualitas dan profesional.
B. IDENTIFIKASI MASALAH
Permasalahan yang ditemui di beberapa SLTA Muhammadiyah Sumatera Barat adalah (1) kepala sekolah belum membuat Rencana yang meliputi (a) rencana tahunan sekolah, (b) rencana anggaran biaya dan pendapatan (RAPB), (2) kerjasama dengan guru dan anggota yang kurang, (3) penciptaan iklim sekolah yang belum kondusif terutama antara guru PNS dengan guru yayasan, (4) hubungan kerjasama antara kepala sekolah dengan pengurus Yayasan belum optimal, (5) pembinaan manajemen kepegawaian belum dilakukan dengan baik.
Bintang (2013), menyatakan bahwa terdapat banyak faktor yang mempengaruhi kinerja kepala sekolah baik yang bersifat internal maupun eksternal. Faktor internal diantaranya: (1) motivasi; (2) komitmen organisasi; (3) minat; (4) sikap; (5) keterampilan; (6) pengetahuan manajemen dan (7) persepsi. Pada sisi lain faktor eksternal adalah: (1) iklim kerja; (2) lingkungan geografis; (3) wewenang dan (4) dukungan organisasi.
Untuk lebih jelasnya dapat dilihat hubungan antara faktor-faktor tersebut pada gambar di bawah ini :
Konsep Diri (X12) Motivasi(X1) Komitmen Organisasi (X2) Dukungan Organisasi (X11)
958
Gambar 1: Identifikasi Masalah rekontruksi dari Bintang (2013)
C. PEMBATASAN MASALAH
Berdasarkan uraian di atas dan fenomena yang nampak banyak faktor yang diduga berpengaruh terhadap kinerja kepala sekolah. Mengingat keterbatasan peneliti, baik dari segi kemampuan akademik, maupun biaya, waktu dan tenaga, maka variabel penelitian ini dibatasi hanya pada :
1. Variabel bebas (independent variable) dibatasi dengan variabel Pengetahuan tentang manajemen (X1), Iklim Kerja (X2) dan Konsep Diri (X3).
2. Varibel terikat (dependent variable) adalah kinerja kepala sekolah (X4).
D. PERUMUSAN MASALAH
Secara umum masalah yang diajukan adalah: “Apakah terdapat pengaruh pengetahuan tentang manajemen, iklim kerja, konsep diri, terhadap Kinerja Kepala SLTA Muhammadiyah se-Sumatera Barat?
Wewenang (X10) Minat (X3) Kinerja Kepala Sekolah (Y) Sikap (X4) Lingkungan Geografis (X9) Iklim Kerja (X8) Keterampilan (X5) Persepsi (X7) Pengetahuan Manajemen (X6)
959 X3 Konsep Diri X4 Kinerj a
Secara khusus masalah penelitian tersebut dapat dideskripsikan sebagai berikut :
1. Apakah pengetahuan tentang manajemen berpengaruh langsung terhadap konsep diri?
2. Apakah pengetahuan tentang manajemen berpengaruh langsung terhadap Kinerja Kepala Sekolah?
3. Apakah iklim kerja berpengaruh langsung terhadap Konsep Diri?
4. Apakah iklim kerja berpengaruh langsung terhadap Kinerja kepala sekolah?
5. Apakah konsep diri berpengaruh langsung terhadap Kinerja kepala sekolah?
E. LANDASAN TEORI 1. Kinerja Kepala Sekolah
Kinerja (performance) merupakan variabel yang penting dalam masalah prestasi kerja. Robbins (1997:231), mengemukakan bahwa keberhasilan dalam melakukan suatu pekerjaan sangat ditentukan oleh kinerja. Dengan kata lain, kinerja merupakan faktor yang menentukan terhadap keberhasilan. Dalam kaitannya dengan keberhasilan organisasi, variabel kinerja perlu mendapat perhatian oleh pengelola organisasi untuk mendapatkan hasil kerja yang optimal.
Secara khusus model penelitian yang dilakukan James (2000), tentang penilaian kinerja dan keterkaitan dengan variabel lain dapat digambarkan sebagai berikut :
(X1) Pengetahuan dan Kemampuan membaca (X2) Pengembangan Konsep Akademik onsep diri
960
Menurut hasil penelitian tersebut menyebutkan bahwa ada pengaruh langsung yang sangat signifikan antara (1) kemampuan/ pengetahuan membaca (X1) terhadap pengembangan konsep akademik (X2), (2) kemampuan/pengetahuan membaca (X1) terhadap konsep diri (X3) (3) kemampuan/pengetahuan membaca (X1) terhadap kinerja (X4) (4) kemampuan/pengetahuan membaca (X1) terhadap konsep diri (X3) Konsep diri (X3) terhadap kinerja (X4) (5) pengembangan konsep akademik terhadap kinerja (6) konsep diri terhadap kinerja
2. Pengetahuan Manajemen
a. Pengetahuan
Pengetahuan diperoleh manusia melalui pengalaman dari hasil interaksi antara manusia dengan manusia dan dengan alam sekitarnya (Suriasumantri,1985:1-5). Salah satu kegiatan yang dapat memberikan pengalaman kepada manusia adalah belajar yang diartikan sebagai proses manusia memperoleh berbagai pengetahuan, kecakapan, keterampilan, dan sikap.
Dapat dipahami bahwa pengetahuan merupakan kemampuan tingkat awal dalam domain kognitif hasil belajar yang mengarah pada ingatan. Sebagai perilaku kognitif tingkat awal yang menekankan pada proses mengingat, pengetahuan dapat berupa simbol-simbol verbal, atribut, sifat, hubungan, dan fakta yang dapat diingat dan dikenal kembali.
b. Manajemen
Banyak definisi manajemen yang dikemukakan oleh para ahli, namun pada prinsipnya unsur-unsur yang terdapat di dalam definisi tersebut hampir-hampir tidak jauh berbeda antara yang satu dengan yang lainnya.
Stoner (1990), menjelaskan bahwa manajemen yang umum merupakan suatu proses perencanaan, pengorganisasian, pemimpinan dan pengendalian upaya anggota organisasi dan penggunaan sumber daya organisasi untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan.
Fattah (2003), mengemukakan manajemen diartikan sebagai proses merencana, mengorganisasi, memimpin, dan mengendalikan upaya organisasi dengan segala aspeknya agar tujuan organisasi tercapai secara efektif dan efisien.
961
Atas dasar beberapa definisi manajemen di atas, maka dapat diambil kesimpulan bahwa manajemen merupakan proses penggunaan sumber daya, baik manusia maupun non manusia untuk mencapai tujuan-tujuan organisasi.
c. Fungsi Manajemen
Robbins dan Coulter (1999), mengatakan bawa fungsi-fungsi manajemen mencakup merencanakan (planning), mengorganisasikan (organizing), memimpin (leading), dan mengawasi (controlling). Lebih lanjut dikatakannya bahwa fungsi planning mencakup kegiatan menetapkan sasaran, merumuskan tujuan, menetapkan strategi, membuat strategi, dan mengembangkan subrencana untuk mengkoordinasikan kegiatan;
organizing mencakup kegiatan menentukan apa yang perlu dilaksanakan, cara
pelaksanaannya, dan siapa yang melaksanakan; Leading mencakup kegiatan mengarahkan dan memotivasi semua pihak yang terlibat dan memecahkan pertentangan; dan Controlling mencakup kegiatan memantau kegiatan untuk memastikan bahwa kegiatan-kegiatan diselesaikan seperti yang direncanakan.
Pendapat tersebut dikuatkan oleh Fattah (2003), dalam proses manajemen fungsi-fungsi pokok yang ditampilkan oleh seorang manajer adalah; perencanaan
(planning), pengorganisasian (organizing), pemimpinan (leading), dan pengawasan (controlling).
Dari pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa secara garis besar fungsi manajemen terdiri dari (a) planning yang di dalamnya termasuk budgeting, (b) organizing yang di dalamnya termasuk staffing dan coordinating, (c) leading yang di dalamnya termasuk commanding dan directing, dan (d) controlling yang di dalamnya termasuk
reporting.
Bagaimana fungsi-fungsi tersebut berproses dalam suatu kegiatan manajemen, dapat dilihat pada gambar berikut:
Pengorganisasian (Organizing) Perencanaan (Planning) Pemimpinan (Leading) Pengawasan (Controlling)
962
Gambar : Proses Manajemen 3. Iklim Kerja
Gibson, Ivancevich, dan Donnely (1992:702), mengemukakan bahwa iklim kerja merupakan serangkaian keadaan lingkungan kerja yang dirasakan secara langsung atau tidak langsung oleh para pekerja, yang merupakan salah satu kekuatan yang mempengaruhi perilaku pekerja. Gary (1990), menyatakan bahwa iklim kerja adalah suasana yang terjadi dalam lingkungan kerja yang diciptakan oleh pola hubungan antara pribadi dalam bekerja.
Selanjutnya untuk menguraikan iklim kerja yang dimaksud dalam penelitian ini adalah lingkungan sekolah yang akan diuraikan sebagai berikut :
a. Iklim Sekolah
Koehler (1976) mengemukakan bahwa iklim sekolah adalah suasana yang terjadi dalam organsasi sekolah yang diciptakan oleh pola hubungan antar pribadi dalam sekolah tersebut. Hadiyanto (2000) mendefinisikan iklim sekolah sebagai suasana yang muncul karena adanya hubungan antar personal dalam lingkungan sekolah. Hoy dan Miskel (1995) menjelaskan bahwa iklim sekolah merupakan seperangkat karakteristik internal yang membedakan satu sekolah dengan sekolah lainnya dan mempengaruhi tingkah laku orang-orang di dalamnya. Iklim di suatu sekolah merupakan hasil akhir dari sekelompok siswa, guru-guru, administrator, mereka yang bekerja untuk keseimbangan organisasi dan individu sebagai bagian dari sistem sosial.
De Rosche (1985) mengemukakan bahwa iklim sekolah mencakup hubungan antar pribadi, hubungan sosial budaya yang berpengaruh terhadap perilaku individu dan kelompok di dalam lingkungan sekolah. Sergiovani (1987) berpendapat bahwa iklim sekolah lebih mengarah pada sifat dan hakikat hubungan antar pribadi yang diwujudkan dalam sikap dan perilaku guru, supervisor, murid dan kepala sekolah.
Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa iklim sekolah adalah suasana internal sekolah yang tercipta terutama melalui pola hubungan antar pribadi personal sekolah yang meliputi hubungan kepala sekolah dengan guru, guru sesama guru, kepala sekolah dengan pegawai, guru dengan pegawai, kepala sekolah dengan siswa dan guru dengan siswa.
963 b. Dimensi Iklim Sekolah
Iklim sekolah ditentukan oleh berbagai dimensi. Menurut Moos yang dikutip Hadiyanto (2000) dimensi penentu iklim sekolah yaitu: (1) Dimensi hubungan
(relationship), (2) dimensi pertumbuhan atau perkembangan pribadi (personal growth development), (3) dimensi perubahan dan perbaikkan sistem (System maintenance and change). pendapat Moos ditambahkan oleh Arter (1989) dengan satu dimensi
Hasibuan (1996) mengemukakan bahwa ada beberapa ciri yang mengidentifikasikan suatu sekolah mempunyai iklim yang baik, yaitu: (1) adanya sikap saling menghormati dan menghargai antar semua personil, (2) bersikap terbuka terhadap kritik dan saran dari sesama kolega, (3) terjalinnya keakraban dalam bergaul antar personil sekolah dan (4) adanya keinginan untuk mendahulukan kepentingan bersama.
Berdasarkan kajian teori di atas disimpulkan bahwa iklim sekolah adalah suasana internal sekolah yang tercipta terutama melalui pola hubungan antar pribadi personal sekolah yang meliputi hubungan kepala sekolah dengan guru, kepala sekol ah dengan pegawai, dan kepala sekolah dengan siswa. Adapun indikator iklim sekolah sebagai iklim kerja dalam penelitian ini adalah: 1) keterbukaan, 2) keakraban, 3) saling menghargai, 4) saling mendukung, dan 5) mendahulukan kepentingan bersama.
4. Konsep Diri
Konsep diri adalah unsur sentral dalam kepribadian dan penyesuaian diri manusia. Diri (self) sebagai produk dari interaksi sosial, berkembang dari hubungan interpersonal dan cenderung konsisten. Hal ini merupakan kebutuhan dasar manusia untuk mendapat penghargaan secara positif baik dari seseorang ataupun dari kelompok-kelompok manusia (Purkey, 2004 online).
Sedangkan menurut Burns (1993), konsep diri merupakan suatu gambaran dari apa yang kita pikirkan, bagaimana pendapat orang lain tentang diri kita, dan apa yang kita inginkan sehubungan dengan diri kita.
Jourard dalam Clara (1988), bahwa ketika seseorang membentuk konsep dirinya, maka berarti dia mendefinisikan dirinya, dan membuat janji bahwa dia akan melanjutkan menjadi dirinya seperti sekarang atau seperti yang lalu.
Dari beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa konsep diri adalah penilian individu atas dirinya, potensinya, status sosialnya, dan peranannya pada dunia luar yang dapat mempengaruhi jiwanya.
964 5. Kerangka Berpikir
Berdasarkan teori-teori yang telah diuraikan sebelumnya, maka kerangka berpikir dalam penelitian ini dapat dijelaskan sebagai berikut:
6. Hipotesis Penelitian
Berdasarkan kerangka berpikir seperti yang diuraikan di atas, serta sesuai dengan permasalahan yang diajukan dalam penelitian ini, maka dapat dikemukakan hipotesis penelitian ini :
1. Terdapat pengaruh langsung pengetahuan tentang manajemen terhadap konsep diri kepala sekolah.
2. Terdapat pengaruh langsung pengetahuan tentang manajemen terhadap kinerja kepala sekolah.
3. Terdapat pengaruh langsung Iklim kerja terhadap konsep diri kepala sekolah.
4. Terdapat pengaruh langsung Iklim kerja terhadap kinerja kepala sekolah. Iklim Kerja X2 konsep diri X3 Kinerja Kepala Sekolah X4 Pengetahuan tentang manajemen X1
965
5. Terdapat pengaruh langsung Konsep diri terhadap kinerja kepala sekolah.
F. METODOLOGI PENELITIAN 1. Jenis Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif kuantitatif. Dalam penelitian ini digunakan metode kausal dengan analisis jalur (path
analysis). Variabel-variabel yang akan dikaji dalam penelitian ini adalah:
1). Pengetahuan manajemen (X1), 2) Iklim kerja (X2), 3). Konsep diri (X3), dan 4). Kinerja (X4). Konsentrasi pengaruh antara variabel-variabel tersebut dapat digambarkan sebagai berikut:
Model Teoretik Penelitian (Hubungan antar Variabel) 2. Populasi dan Sampel
a. Populasi
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh kepala Sekolah Lanjutan Tingkat Atas (SLTA) Muhammadiyah se-Sumatera Barat yang berjumlah sebanyak 33 orang yang dijadikan sebagai kerangka sampel. b. Sampel X1 X2 P31 P32 P42 P41 P43
X3
X4
966
Penentuan sampel dalam penelitian ini dilakukan secara total
sampling, karena jumlah kepala SLTA Muhammadiyah yang ada di
Sumatera Barat hanya 33 orang, penetapan sampel jenuh atau total sampling ini mengacu pada pendapat (Sugiyono,2011:68), Sampling Jenuh adalah teknik penentuan sampel bila semua anggota populasi digunakan sebagai sampel.
3. Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di seluruh SLTA
Muhammadiyah se-Sumatera Barat selama lima (5) bulan,
mulai dari bulan November 2014 sampai dengan Maret
2015.
4. Jenis dan Sumber Data
a.
Jenis Data
Data yang diperlukan dalam penelitian ini adalah data primer dan data sekunder. Data primer yaitu data yang diperoleh peneliti langsung dari responden penelitian. Adapun yang termasuk ke dalam data primer adalah (1) data variabel penelitian yang terdiri dari : kinerja kepala sekolah, budaya sekolah, pengetahuan tentang manajemen, iklim kerja, konsep diri, (2) fenomena/permasalahan mengenai variabel penelitian terjadi di lokasi penelitian.
Selanjutnya, data sekunder adalah data yang diperoleh secara tidak langsung, artinya data diambil melalui perantara tanpa kontak langsung dengan responden penelitian. Adapun yang termasuk ke dalam data sekunder adalah (1) identitas sekolah (profil sekolah), (2) identitas kepala sekolah, (3) data sekunder lainnya yang mendukung.
b. Sumber Data
Untuk data primer yang terdiri dari (1) data variabel penelitian yang terdiri dari : kinerja kepala sekolah, pengetahuan tentang manajemen, iklim kerja, konsep diri, (2) fenomena/permasalahan mengenai variabel penelitian terjadi di
967
lokasi penelitian, diperoleh langsung dari responden penelitian, yaitu (1) kepala sekolah SLTA Muhammadiyah se-Sumatera Barat yang menjadi sampel penelitian, (2) pengawas sekolah, (3) pendidik (guru), (4) masyarakat setempat.
Selanjutnya, data sekunder yang terdiri dari; (1) kondisi sekolah (profil sekolah), (2) identitas kepala sekolah, (3) data sekunder lainnya yang mendukung didapati langsung dari masing-masing sekolah yang bersangkutan
5. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data penelitian ini dilakukan secara langsung melalui observasi dan angket. Seperti yang disampaikan Nasution (2002:9) yang menyatakan bahwa pengumpulan data dalam penelitian kualitatif dan kuantitatif dapat dilakukan melalui observasi, angket dan studi dokumentasi. Menurut Nasution (2002:12), teknik pengumpulan data tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut :
a. Observasi
Observasi merupakan teknik pengumpulan data melalui pengamatan langsung terhadap objek penelitian. Data yang diperoleh melalui pengamatan adalah data mengenai kondisi masing-masing variabel penelitian yang dilakukan peneliti ke lokasi penelitian.
b. Angket
Angket merupakan teknik pengambilan data dengan menggunakan daftar pertanyaan ataupun pernyataan. Adapun angket digunakan untuk mendapatkan data/informasi mengenai masing-masing variabel secara detail
c. Dokumentasi
Dokumentasi merupakan proses pengumpulan data melalui pencatatan, yang bertujuan untuk mendapatkan data tambahan mengenai keterangan/informasi yang diberikan responden.
6. Analisis Instrumen Penelitian a. Uji Validitas
968
Uji validitas bertujuan untuk mengetahui sejauh mana validitas yang didapat dari penyebaran kuisioner yang di ukur benar-benar menyatu satu sama lainnya. Jadi, uji ini digunakan untuk mengukur kelayakan alat pengumpul data (kuisioner) untuk masing-masing butir dari variabel kinerja kepala sekolah, profesionalisme guru., iklim sekolah, dan mutu pendidikan.
Uji validitas dilakukan dengan menggunakan rumus korelasi Product Moment dan Karl Pearson, dengan formula sebagai berikut:
2 2
2
2
Y
Y
n
X
X
n
Y
X
XY
n
r
hitung
b. Uji ReliabilitasUji ini digunakan untuk mengetahui keterandalan dari instrumen yang dipakai. Idris (2004:7) menyatakan reabilitas suatu instrumen tergantung dari nilai r Alpha. Jika r alpha negatif dan kecil dari r tabel berarti tidak reliabel, sedangkan bila r alpha positif dan besar dari r tabel berarti reliabel. Pengukuran reabilitas instrumen dalam penelitian ini menggunakan metode Alpha Cronbach dengan formula :
k Σ σb2
r tt =
( k – 1 ) σ2t
Menentukan tingkat reliabilitas dari angket dilakukan dengan membandingkan nilai koefisien Alpha Cronbach. Instrumen yang memiliki tingkat reliabilitas tinggi jika nilai koefisien yang diperoleh > 0,60 (Ghozali, 2005). 7. Teknik Analisis Data
Data yang dikumpulkan dari hasil pengukuran dianalisis dengan menggunakan bantuan program komputer yaitu dengan menggunakan analisis
Statistical Program For Social Science (SPSS) for windowsversi 16 dan dilakukan
dengan dua cara deskriptif dan analisis inferensial yang dijelaskan sebagai berikut:
969
Analisis deskriptif digunakan dalam penyajian data, ukuran data, ukuran sentral, serta ukuran penyebaran. Penyajian data mencakup daftar distribusi dan histogram. Ukuran sentral meliputi mean, median dan modus. Ukuran penyebarannya berupa varians dan simpangan baku atau standar deviasi.
Analisis deskriptif merupakan analisis data yang bertujuan untuk memberikan gambaran umum mengenai data penelitian. Adapun teknik yang digunakan untuk menganalisis deskriptif data adalah dengan menggunakan program SPSS for Windows versi 16. Menurut Usman (2011: 83-100), secara rinci, analisis deskritpif tersebut diperoleh dengan cara sebagai berikut :
1). Mean
i i n X XDimana : X = rata rata x
Xi = jumlah seluruh nilai xi
ni = jumlah anggota sampel 2). MedianMe = ½ (n + 1)…jika jumlah sampel genap Me = ½ n……….jika jumlah sampel ganjil
3). Modus (nilai data yang paling sering muncul di dalam suatu pengamatan) 4). Varians (simpangan baku yang dikuadratkan)
1 ) ( 2 2
n X X s 5). Standar Deviasi Sd = √Untuk mengetahui tingkat pencapaian responden digunakan rumus:
% 100 aksimum SkorIdealM rata SkorRata capaian TingkatPen
Sedangkan untuk pengkategorian nilai pencapaian responden digunakan klasifikasi sebagai berikut :
970
Tingkat Pencapaian Keterangan 90% - 100% Sangat Tinggi 80% - 89% Tinggi 70%- 79% Sedang 60% - 69% Kurang 0% - 59% Sangat Kurang Sumber: Riduwan (2006: 140)
Untuk gambaran distribusi frekuensi skor setiap variabel, maka distribusi kelas interval dihitung menggunakan rumus yang dikutip dari Usman (2011: 71) sebagai berikut:
a. Jarak atau Rentangan (R) = Nilai Maximum – Nilai Minimum b. Jumlah Kelas (K) = 1 + 3.3 Log N
c. Panjang Kelas Interval (p) =
b. Analisis Infrensial
Analisis inferesial digunakan dengan tujuan agar hasil penelitian dapat dibuat kesimpulan pengujian hipotesis dengan generalisasi. Adapun tahap-tahap analisis inferensial dilakukan dengan tahap-tahapan sebagai berikut:
1). Uji Persyaratan Analisis
Tahap awal pengujian menyangkut persyaratan analisis yang menguji asumsi yang digunakan. Dengan demikian dalam penelitian ini dilakukan persyaratan analisis yang meliputi (1) uji normalitas, (2) uji homogenitas dan (3) uji linieritas.
2). Uji Normalitas
Uji normalitas dilakukan dengan uji Kolmogorov–Smirnov (KS). Kriteria pengujian jika sig > α 0,05 berarti berdistribusi normal dan jika sig < α 0,05 berarti tidak berdistribusi normal.
971
Uji homogenitas untuk mengetahui variansi kelompok populasi dengan menggunakan teknik Bartlett, untuk mengetahui apakah data yang diperoleh berasal dari variansi kelompok yang homogen atau tidak.
4). Uji Linieritas
Uji linieritas dilakukan dengan uji Anova, Pedoman dalam pengambilan keputusan dengan menggunakan uji Anova adalah, jika nilai sig. deviation
from liniarity (p) > 0,05, data yang digunakan linier. Sementara, jika nilai
signifikansi atau nilai probabilitas (p) < 0,05 data yang digunakan tidak linier.
c. Analisis Jalur
Untuk membuktikan hipotesis yang telah diungkapkan maka dalam penelitian ini data yang telah dikumpulkan akan diolah dengan bantuan analisis parametrik menggunakan SPSS16. Model analisis data adalah metode analisis jalur (Path Analysis), untuk menerangkan pengaruh langsung dan pengaruh tidak langsung seperangkat variabel eksogen terhadap variabel endogen.
Untuk menentukan koefisien jalur (Px4xi) yaitu besarnya pengaruh
variabel penyebab terhadap variabel akibat digunakan rumus :
i byx n h n h i h x ih x x Px
1 2 4 1 2 4 ; i = 1, 2, …, k Keterangan :P x x4 i = koefisien jalur dari variabel xi terhadap x 4
b x x4 i = koefisienregresidarivariabel xiterhadap x 4
Sedangkan pengaruh variabel lain dapat ditentukan dengan rumus: Pye = 1R2x4x1x2x3
972
R2x4x1…….xk = merupakan koefisien yang menyatakan determinasi total dari
semua variabel penyebab terhadap variabel akibat
d. Menentukan Pengaruh Langsung Dan Tidak Langsung.
Didalam menentukan pengaruh dari satu variabel eksogen (Xi) ke
variabel endogen (x ) secara langsung dan tidak langsung dengan cara : 4
1) Variabel X1
Pengaruh langsung :
X1 terhadap X3 = (Px3x1) (Px3x1)
X1 terhadap X4 = (Px4x1) (Px4x1)
Pengaruh tidak langsung :
X1 terhadap X4 melalui X3 = (Px4x1) (Px3x1) (Px4x3)
2) Variabel X2
Pengaruh langsung :
X2 terhadap X3 = (Px3x2) (Px3x2)
X2 terhadap X4 = (Px4x2) (Px4x2)
Pengaruh tidak langsung :
X2 terhadap X4 melalui X3 = (Px4x2) (Px3x2) (Px4x3) 3) Variabel X3 Pengaruh langsung : X3terhadap X4 = (Px4x3) (Px4x3) 4) Variabel X1, X2,X3dan X4 Pengaruh Simultan : X1, dan X2 – X3 = (P3x1).(r3x1) + (P3x2).(r3x2) X1, X2 dan X3– X4=(Px4x1).(rx4x1) + (Px4x2).(rx4x2) + (Px4x3).(rx4x3)
973 e. Pengujian Hipotesis
Dalam pengujian hipotesis penelitian digunakan analisis jalur (path
analysis) dengan terlebih dahulu menghitung koefisien korelasi tiap variabel
yang diduga berkolerasi langsung yang dilanjutkan dengan penentuan koefisien jalur masing-masing koefisien korelasi yang telah dihitung.
f. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 1. Deskripsi Data Penelitian
Deskripsi data yang disajikan dalam bagian ini meliputi data variabel Kinerja (X4) sebagai varibel endogenus. Adapun variabel
endogenus lainnya adalah Konsep Diri (X3), sedangkan Pengetahuan
tentang manajemen (x1) dan Iklim Kerja (X2) sebagai variabel eksogenus
dalam penelitian ini, yang diasumsikan terjadi karena penyebab-penyebab di luar model. Deskripsi masing-masing variabel secara bertutur-turut mulai dari X4, X1,X2 dan X3 disajikan sebagai berikut:
a. Kinerja Kepala SLTA Muhammadiyah Se-Sumatera Barat (X4)
Berdasarkan data yang diperoleh di lapangan kemudian diolah secara statistik diperoleh bahwa variabel Kinerja Kepala SLTA Muhammadiyah Se-Sumatera Barat mempunyai nilai rata-rata sebesar 140,79, standar deviasi 15,18, median 142 dan modus 157. Distribusi frekuensi dituangkan ke dalam enam kelas interval dengan skor maksimum 170 dan skor minimum 115, sehingga rentang skor adalah 55. Distribusi frekeunsi skor variabel Kinerja Kepala SLTA Muhammadiyah Se-Sumatera Barat dapat dilihat pada tabel berikut ini.
Tabel : Distribusi frekuensi skor Kinerja Kepala Sekolah
Kelas Kelas Interval Frekuensi Absolut Frekuensi Relatif (%) Frekuensi Kumulatif (%) 1 115 – 123 5 15.15 15.15 2 124 – 132 7 21.21 36.36
974 3 133 – 141 3 9.09 45.45 4 142 – 150 8 24.24 69.70 5 151 – 159 7 21.21 90.91 6 160 - 168 3 9.09 100.00 Jumlah 33 100,00
Berdasarkan pengelompokan skor seperti terlihat pada tabel 8 di atas, dari 33 responden terlihat bahwa perolehan nilai terbanyak berada pada kelompok skor 142-150 (24,24%), diikuti kelompok skor 151-159 (21,21%), selanjutnya dengan nilai yang sama yaitu kelompok skor 124-132 (21,21%), kemudian kelompok skor 115-123 (15,15%), perolehan nilai terkecil berada pada kelompok skor 133-141 (9,09%) dan kelompok skor 160-168 (9,09%) . Sedangkan, Nilai rata-rata berada pada kelas 4 (15,18).
Penyebaran distribusi skor variabel Kinerja Kepala SLTA Muhammadiyah Se-Sumatera Barat terlihat pada grafik histrogram berikut ini.
Gambar : Histogram Skor Kinerja Kepala Sekolah.
b. Pengetahuan manajemen (X1) 5 7 3 8 7 3 0 2 4 6 8 10 F r e k u e n s i Interval Skor 115-123 124-132 133-141 142-150 151-159
975
Berdasarkan data yang diperoleh di lapangan kemudian diolah secara Statistik diperoleh bahwa variabel Pengetahuan tentang manajemen mempunyai nilai rata-rata sebesar 15,42, standard deviasi 8,18, median 15 dan modus 15. Distribusi frekuensi dituangkan ke dalam enam kelas interval dengan skor maksimum 35 dan skor minimum 5, sehingga rentang skor adalah sebesar 30. Distribusi frekuensi skor variabel Pengetahuan tentang manajemen dapat dilihat pada tabel berikut ini.
Tabel : Distribusi frekuensi skor Pengetahuan tentang manajemen (X1)
Kelas Kelas Interval
Frekuensi Absolut Frekuensi Relatif (%) Frekuensi Kumulatif (%) 1 5 – 9 10 30.30 30.30 2 10 – 14 6 18.18 48.48 3 15 – 19 8 24.24 72.73 4 20 – 24 3 9.09 81.82 5 25 – 29 2 6.06 87.88 6 30 – 34 4 12.12 100.00 Jumlah 33 100,00
Berdasarkan pengelompokan skor seperti terlihat pada tabel di atas, dari 33 responden terlihat bahwa perolehan nilai terbanyak berada pada kelompok skor 5-9 (30-30%), kemudian kelompok skor 15-19 (24,24%), kelompok skor 10-14 (18,18%), klompok skor 30-34 (12,12%), 20-24 (9,09%), dan kelompok skor yang terkecil 25-29 (6,06%). Nilai rata-rata berada pada kelas 3 (15,42).
Penyebaran distribusi skor variabel Pengetahuan tentang manajemen pada Grafik histrogram berikut ini.
976 c. Iklim Kerja (X2)
Berdasarkan data yang diperoleh di lapangan kemudian diolah secara Statistik diperoleh bahwa variabel Iklim Kerja mempunyai nilai rata-rata sebesar 123,24, standard deviasi 8,74, median 126 dan modus 135. Distribusi frekuensi dituangkan ke dalam empat kelas interval dengan skor maksimum 135 dan skor minimum 108, sehingga rentang skor adalah 27. Distribusi frekeunsi skor variabel Iklim Kerja dapat dilihat pada tabel berikut ini.
Tabel : Distribusi frekuensi skor Iklim Kerja (X2)
Kelas Kelas Interval
Frekuensi Absolut Frekuensi Relatif (%) Frekuensi Kumulatif (%) 1 108 – 112 5 15.15 15.15 2 113 – 117 6 18.18 33.33 3 118 – 122 4 12.12 45.45 4 123 – 127 6 18.18 63.64 5 128 – 132 6 18.18 81.82 6 133 – 137 6 18.18 100.00 Jumlah 33 100,00 9 6 9 3 2 4 0 2 4 6 8 10 F r e k u e n s i Interval Skor 5-9 10-14 15-19 20-24 25-29 30-34
977
Berdasarkan pengelompokan skor seperti terlihat pada tabel di atas, dari 33 responden terlihat bahwa perolehan nilai terbanyak berada pada kelompok skor 123-127 (18.18%), memiliki perolehan nilai yang sama dengan kelompok skor 128-132 (18,18%), 133-137 (18,18%), 113-117 (18,18%), kemudian kelompok skor 108-112 (15,15%) dan kelompok skor yang terkecil 118-122 (12,12%). Sedangkan, nilai rata-rata berada pada kelas 4 (123,24).
Penyebaran distribusi skor Iklim Kerja (X2) ditampilkan pada Grafik
histogram berikut ini.
Gambar 13. Histogram Skor Iklim Kerja (X2)
d. Konsep Diri (X3)
Berdasarkan data yang diperoleh di lapangan kemudian diolah secara Statistik diperoleh bahwa variabel Konsep Diri mempunyai nilai rata-rata sebesar 142,85, standard deviasi 19,76, median 148 dan modus 142. Distribusi frekuensi dituangkan ke dalam enam kelas interval dengan skor maksimum 173 dan skor minimum 88, sehingga rentang skor adalah sebesar 85. Distribusi frekeunsi skor variabel Konsep Diri dapat dilihat pada tabel berikut ini.
Tabel : Distribusi frekuensi skor Konsep Diri (X3)
Kelas Kelas Interval
Frekuensi Absolut Frekuensi Relatif (%) Frekuensi Kumulatif (%) 1 88 – 102 2 6.06 6.06 2 103 – 117 3 9.09 15.15 5 6 4 6 6 6 0 2 4 6 8 F r e k u e n s i Interval Skor 108-112 113-117 118-122 123-127
978 3 118 – 132 1 3.03 18.18 4 133 – 147 9 27.27 45.45 5 148 – 162 16 48.48 93.94 6 163 – 177 2 6.06 100.00 Jumlah 33 100,00
Berdasarkan pengelompokan skor seperti terlihat pada tabel di atas, dari 33 responden terlihat bahwa perolehan nilai terbanyak berada pada kelompok skor 148 – 162 (48.48%), diikuti kelompok skor 133 – 147 (27,27%), kelompok skor 103 – 117 (9,09%), kelompok skor 88 - 102 (6,06%) memiliki perolehan nilai sama dengan kelompok skor 163 – 177 (6,06%), dan kelompok skor yang terkecil 118 – 132 (3,03%). Sedangkan, nilai rata-rata berada pada kelas 4 (142,85).
Penyebaran distribusi skor Konsep Diri (X3) ditampilkan pada
grafik histogram berikut ini.
Gambar 14. Histogram Skor Konsep Diri (X3)
Dalam melihat pengaruh kausal dari variable-variabel yang diteliti maka model teoritis yang coba dianalisis berdasarkan pemahaman konsep teoritis dan realitas di lapangan adalah sebagai berikut :
Gambar : Model Hubungan Struktural Antar variabel ρ 41 2 3 1 9 16 2 0 5 10 15 20 F r e k u e n s i Interval Skor 88-102 103-117 118-132 133-147 Pengetahuan manajemen (X1) Kinerja (X4)
979
ρ31 ρ 43
ρ31
ρ 42
Dari diagram jalur ini diperoleh lima buah koefisien jalur, yaitu ρ41,
ρ42, ρ43, ρ31, ρ32, dengan enam buah koefisien korelasi yaitu r12, r13, r14,
r23, r24, r34, selanjutnya dari hasil perhitungan koefisien korelasi dan
menggunakan persamaan dengan cara perkalian matriks sesuai langkah kerja analisis jalur, maka nilai koefisien untuk setiap jalur dihitung dan diuji keberartiannya dengan mengunakan statistik uji t. Bila jalur yang diuji menunjukan nilai koefisien jalur tidak berarti (tidak signikan), maka jalur tersebut akan dihilangkan/dihapuskan dan model hubungan struktural antar variabel dimodifikasi serta nilai koefisien jalurnya dihitung kembali.
2. Mengoperasikan Model Analisis
Setelah menentukan diagram jalur, langkah selanjtnya adalah menguraikan model analisis jalur (path analysis) dengan tahapan sebagai berikut :
a. Mengidentifikasikan koefisien jalur
Regresi tahap 1 Beta X13 = 0,774 (t hitung = 4,560) = 31
Regresi tahap 2 Beta X23 = 0,750 (t hitung = 4,903) = 32
Regresi tahap 3 Beta X14 = 0,669 (t hitung = 6,179) = 41
Regresi tahap 4 Beta X24 = 0,591 (t hitung = 7,597) = 42
Regresi tahap 5 Beta X34 = 0,665 (t hitung = 6,621) = 43
b. Menghitung Koefisien Jalur untuk Residual
Koefisien jalur residual dapat dihitung dengan rumus (1R2) dengan hasil perhitungan sebagai berikut :
Iklim Kerja (X2)
Konsep Diri (X3)
980
1) Koefisien jalur untuk residual pengetahuan tentang manajemen (X1)
iklim kerja (X2) terhadap konsep diri (X3)
e1 = (1R2)
= (10,511 = 0,699
2). Koefisien jalur untuk residual pengetahuan tentang manajemen (X1),
iklim kerja (X2) dan konsep diri (X3) terhadap kinerja kepala sekolah
e2 = (1 ) 2 R = (10,773) = 0,476
Setelah dilakukan perhitungan dengan menggunakan rumus maka diperoleh rangkuman hasil perhitungan koefisien jalur dan koefisien korelasi sederhana yang ditunjukkan pada diagram jalur seperti yang terlihat pada gambar berikut.
ρ41 = 0,669 r14 = 0,743 ρ31 =0,774 1=0,699 r13 = 0,634 2=0,476 r12 ρ43 = 0,665 r34 = 0,747 ρ32 = 0,750 r23= 0,661 Pengetahuan manajemen (X1) Iklim Kerja (X2) Kinerja
(X
4)
Konsep Diri (X3)981
ρ42 = 0,591
r24= 0,807
Gambar : Diagram Jalur Pengetahuan manajemen (X1), Iklim Kerja (X2)Konsep
Diri (X3) terhadap Kinerja (X4)
3. Menguji Signifikasi Pengaruh
a. Pengaruh Pengetahuan tentang manajemen (X1) terhadap Konsep
Diri (X3).
Hipotesis pertama menyatakan Pengetahuan tentang manajemen (X1) berpengaruh langsung terhadap Konsep Diri (X3).
Hipotesis statistik : Ho : p31 = 0
H1 : p31 > 0
Berdasarkan hasil perhitungan menunjukkan besar koefisien jalurnya p31 = 0,774, dan ternyata besar koefisien jalur yang diperoleh
ternyata di atas 0,05 sehingga koefisien jalur tersebut sangat berarti. Ini menunjukkan Pengetahuan tentang manajemen berpengaruh positif dan signifikan terhadap Konsep diri. Dengan demikian, hipotesis pertama yang diajukan yang menyatakan Pengetahuan tentang manajemen (X1)
berpengaruh langsung terhadap Konsep Diri (X3), dapat diterima.
Untuk menguji kebermaknaan (test of significance) koefisien jalur dari Pengetahuan tentang manajemen(X1) terhadap Konsep Diri (X3), maka
dilakukan uji signifikansi dengan uji t. Pengujian ini disebut dengan
(theory trimming). Koefisien jalur signifikan apabila nilai thitung > ttabel.
Hasil perhitungan uji t diperoleh thitung = 4,560, sedangkan ttabel = 2,845
pada dk = 20 dan = 0,01, sehingga thitung > ttabel, atau 4,560 > 2,845.
Ini menunjukkan bahwa pengaruh pengetahuan tentang manajemen (X1) terhadap Konsep Diri (X3) sangat signifikan. Dengan demikian,
982
dapat dinyatakan bahwa pengetahuan tentang manajemen sangat berperan dalam upaya pembentukan Konsep Diri Kepala SLTA Muhammadiyah Se-Sumatera Barat
b. Pengaruh pengetahuan manajemen (X1) terhadap Kinerja (X4).
Hipotesis kedua menyatakan Pengetahuan tentang manajemen (X1)
berpengaruh langsung terhadap kinerja (X4).
Hipotesis statistik : Ho : p41 = 0
H1 : p41 > 0
Berdasarkan hasil perhitungan menunjukkan bahwa koefisien jalurnya p41 = 0,669. Besar koefisien jalur yang diperoleh berada di atas
0,05 sehingga koefisien jalur tersebut berarti. Ini menunjukkan bahwa hipotesis kedua yang menyatakan Pengetahuan tentang manajemen (X1)
berpengaruh langsung terhadap kinerja (X4), dapat diterima. Untuk
menguji kebermaknaan (test of significance) koefisien jalur dari Pengetahuan tentang manajemen (X1) berpengaruh langsung terhadap
kinerja (X4), maka dilakukan uji signifikansi dengan uji t. Pengujian ini
disebut dengan (theory trimming). Koefisien jalur signifikan apabila nilai thitung > ttabel. Hasil perhitungan uji t diperoleh thitung = 6,179,
sedangkan ttabel = 2,845 pada dk =20 dan = 0,05, sehingga thitung >
ttabel, atau 6,179 > 2,845. Ini menunjukkan bahwa pengaruh
Pengetahuan tentang manajemen (X1) terhadap kinerja (X4) signifikan.
Dengan demikian, dapat dinyatakan bahwa Pengetahuan tentang manajemen sangat berperan dalam mendukung kelancaran kinerja Kepala SLTA Muhammadiyah Se-Sumatera Barat.
c. Pengaruh Iklim Kerja (X2) terhadap Konsep Diri (X3).
Hipotesis ketiga menyatakan Iklim Kerja (X2) berpengaruh
langsung terhadap Konsep Diri (X3).
Hipotesis statistik : Ho : p32 = 0
983
Berdasarkan hasil perhitungan menunjukkan bahwa koefisien jalurnya p32 = 0,750. Besar koefisien jalur yang diperoleh berada di atas
0,05 sehingga koefisien jalur tersebut berarti. Ini menunjukkan bahwa hipotesis ketiga yang menyatakan Iklim Kerja (X2) berpengaruh
langsung terhadap Konsep Diri (X3), dapat diterima. Untuk menguji
kebermaknaan (test of significance) koefisien jalur dari Iklim Kerja (X2)
terhadap Konsep Diri (X3), maka dilakukan uji signifikansi dengan uji t.
Pengujian ini disebut dengan (theory trimming). Koefisien jalur signifikan apabila nilai thitung > ttabel. Hasil perhitungan uji t diperoleh
thitung = 4,903, sedangkan ttabel = 2,898 pada dk= 17 dan = 0,05,
sehingga thitung > ttabel, atau 4,903 > 2,898. Dengan demikian,
pengaruh Iklim Kerja (X2) terhadap Konsep Diri (X3) sangat signifikan.
Dengan demikian, dapat dinyatakan bahwa iklim kerja sangat berperan dalam pembentukan konsep diri dari Kepala SLTA Muhammadiyah Se-Sumatera Barat.
d. Pengaruh Iklim Kerja (X2) terhadap Kinerja (X4).
Hipotesis keempat menyatakan Iklim Kerja (X2) berpengaruh
langsung terhadap kinerja (X4).
Hipotesis statistik : Ho : p42 = 0 H1 : p42 > 0
Berdasarkan hasil perhitungan menunjukkan bahwa koefisien jalurnya p42 = 0,591. Besar koefisien jalur yang diperoleh berada di atas
0,05 sehingga koefisien jalur tersebut berarti. Ini menunjukkan bahwa hipotesis keempat yang menyatakan Iklim Kerja (X2) berpengaruh
langsung terhadap kinerja (X4), dapat diterima. Untuk menguji
kebermaknaan (test of significance) koefisien jalur dari pengaruh Iklim Kerja (X2) berpengaruh langsung terhadap kinerja (X4), maka dilakukan
uji signifikansi dengan uji t. Pengujian ini disebut dengan (theory
trimming). Koefisien jalur signifikan apabila nilai thitung > ttabel. Hasil
984
dk= 16 dan = 0,05, sehingga thitung > ttabel, atau 7,597 > 2,921. Dengan
demikian, terdapat pengaruh yang signifikan antara Iklim Kerja dengan kinerja.
Dengan demikian, dapat dinyatakan bahwa Iklim Kerja berperan dalam upaya mendukung kinerja Kepala SLTA Muhammadiyah Se-Sumatera Barat.
e. Pengaruh Konsep Diri (X3) terhadap Kinerja (X4).
Hipotesis kelima menyatakan Konsep Diri (X3) berpengaruh
langsung terhadap kinerja (X4).
Hipotesis statistik : Ho : p43 = 0
H1 : p43 > 0
Berdasarkan hasil perhitungan menunjukkan bahwa koefisien
jalurnya p43 = 0,665. Besar koefisien jalur yang diperoleh berada di atas
0,05 sehingga koefisien jalur tersebut berarti. Ini menunjukkan bahwa hipotesis kelima yang menyatakan Konsep Diri (X3) berpengaruh
langsung terhadap kinerja (X4), dapat diterima. Untuk menguji
kebermaknaan (test of significance) koefisien jalur dari Konsep Diri (X3) berpengaruh langsung terhadap kinerja (X4), maka dilakukan uji
signifikansi dengan uji t. Pengujian ini disebut dengan (theory
trimming). Koefisien jalur signifikan apabila nilai thitung > ttabel. Hasil
perhitungan uji t diperoleh thitung = 6,621, sedangkan ttabel = 3,012 pada
dk = 13 dan = 0,01, sehingga thitung > ttabel, atau 6,621 > 3,012. Ini
menunjukkan bahwa terdapat pengaruh yang sangat signifikan antara Konsep Diri (X3) terhadap peningkatan kinerja (X4).
Dengan demikian dapat dinyatakan bahwa konsep diri sangat berperan dalam meningkatkan kinerja Kepala SLTA Muhammadiyah Se-Sumatera Barat.
985
Berdasarkan temuan penelitian tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa:
Pertama, pengetahuan tentang manajemen, memiliki pengaruh langsung
terhadap konsep diri sebesar 0,774. Hal ini berarti bahwa semakin tinggi tingkat pengetahuan tentang manajemen Kepala Sekolah SLTA Muhammadiyah, makin tinggi pula pemahaman konsep diri. Kedua, pengetahuan tentang manajemen memiliki pengaruh langsung terhadap kinerja Kepala Sekolah SLTA Muhammadiyah sebesar 0,669. Hal ini berarti bahwa makin tinggi pengetahuan tentang manajemen, makin baik pula kinerja Kepala Sekolah SLTA Muhammadiyah. Ketiga, iklim kerja, memiliki pengaruh langsung terhadap konsep diri sebesar 0,750. Hal ini berarti bahwa semakin baik iklim kerja, makin baik pula dalam pemahaman konsep diri Kepala Sekolah SLTA Muhammadiyah. Keempat, konsep diri memiliki pengaruh langsung terhadap kinerja Kepala Sekolah SLTA Muhammadiyah sebesar 0,667. Hal ini berarti bahwa makin baik pemahaman konsep diri, makin baik pula kinerja Kepala Sekolah SLTA Muhammadiyah. Kelima, iklim kerja memiliki pengaruh langsung terhadap kinerja Kepala Sekolah SLTA Muhammadiyah sebesar 0,591. Hal ini berarti bahwa semakin baik iklim kerja, makin baik pula kinerja Kepala Sekolah SLTA Muhammadiyah.
Jadi, perubahan atau variasi yang muncul pada kinerja Kepala Sekolah SLTA Muhammadiyah dapat dipengaruhi oleh pengetahuan tentang manajemen, iklim kerja, dan konsep diri. Oleh karena itu, dalam rangka peningkatan dan perbaikan kinerja Kepala Sekolah SLTA Muhammadiyah, pengetahuan tentang manajemen, iklim kerja, dan konsep diri harus dimasukan dalam perencanaan strategis pengembangan Sumber Daya Manusia (SDM) bagi kepala sekolah Muhammadiyah di Sumatera Barat. Namun variabel-variabel lain perlu menjadi perhatian dalam penelitian lanjutan tentang kinerja. DAFTAR RUJUKAN
Al-Rasyid, Harun 1993. Analisis Jalur (Path Analysis), Bandung: LP3 E Fakultas Ekonomi Universitas Padjadjaran.
Amstrong, Michael 1999. Manajemen Sumber Daya Manusia : Judul Asli: A
Handbook of Human Resources Management: terjemahan Sofyan Cikrat
986
Bintang, Salman (2013), Identifikasi Faktor Yang Mempengaruhi Kinerja Kepala
Sekolah, TABULARASA Jurnal Pendidikan PPs UNIMED Volume 09
No. 2 Agustus 2013.
Burn 1993. Konsep Diri; Teori, Pengukuran, Perkembangan dan Perilaku.Terjemahan ; Eddy.Jakarta : Penerbit Arcan.
Depdikbud, 1995, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Ed.2, Balai Pustaka: Jakarta. Satori, Djam‟an, 2000. Manajemen Stratejik, Peran Kepala Sekolah Dalam
Pemberdayaan, Bandung.
Fattah, Nanang, Dr, 2006, Landasasan Manajemen Pendidikan, Bandung : PT. Remaja Rosdakarya
Handoko, Hani T, 1996, Manajemen Personalia dan Sumberdaya Manusia, Ed.2, Yogjakarta, BPFE
Hersey, P. dan Blanchard, K. 1990. Manajemen Prilaku Organisasi :
Pendayagunaan Sumberdaya Manusia. (terjemahan Agus Dharma),
Jakarta : Erlangga.
Majelis Dikdasmen Pimpinan Pusat Muhammadiyah, 1997, Qa‘idah Pendidikan
Dasar dan Menengah Muhammadiyah, Jakarta.
Mamduh, M. Hanafi. 2003. Manajemen. Edisi Revisi Jogyakarta, Penerbit : UPP AMP YKPN,
Manullang, 2004. Dasar – dasar Manajemen, Yogyakarta UGM Press,
Pudjijogyanti R. Clara, 1988. Konsep Diri dalam Pendidikan. Jakarta :Arcan Penerbit Umum,
Riduan,DR,MBA, Kuncoro, Engkos Achmad,DR,SE,MM. 2011. Cara Menggunakan dan Memaknai PATH ANALYSIS (Analisis Jalur),
Bandung, Alfabeta.
Santosa R. Murwani, 2006. Path Analysis, Jakarta: Universitas Negeri Jakarta, Sarwoto, 1983, Dasar-Dasar Organisasi dan Manajemen, Jakarta, Ghalia
Indonesia.
Simanjuntak, Payaman J., 2005, Manajemen dan Evaluasi Kinerja. Jakarta, Fakultas Ekonomi UI.
Sudjana, 2006. Metoda Statistika. Bandung Tarsito,
Sudrajat M.SW. 1985. Statistika Non Parametrik, Bandung Armico, Sugiyono. 2006. Statistik untuk Penelitian, Penerbit Alfabeta Bandung,
Wahjosumidjo, 2005. Kepemimpinan Kepala Sekolah. Tinjauan Teoritik dan
Permasalahannya. Jakarta Penerbit Raja Grafindo Persada,
987
Pidarta, Made. 2009. Supervisi Pendidikan Kontekstual. Jakarta: Rineka Cipta Siregar, Syofian. 2014. Statistik Parametrik. Jakarta :Bumi Aksara
Usman, Husaini. 2012. Manajemen: Teori,Praktik, dan Riset Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara
Wibowo.2012. Pengembangan Sumber Daya Manusia : Melalui Sekolah