BAB II
LANDASAN TEORI
A. Sejarah Koperasi Indonesia
Menurut Sukuco, badan hukum koperasi pertama di Indonesia adalah sebuah koperasi di Leuwiliang, yang didirikan pada tanggal 16 desember 1895 (Arifin Setio dan Halomoan Tamba : 2001 :09).
Koperasi dikenalkan di Indonesia oleh R. Aria Wiratmadja di Purwokerto, Jawa Tengah pada 1896. Wiria atmadja, patih Purwokerto ( Banyumas ) ini berjasa menolong para pegawai, pedagang kecil dan petani dari hisapan lintah darat melalui koperasi. Beliau dengan bantuan E. Sieberg, Asisten Residen Purwokerto, mendirikan Help-en Spaar Bank. Cita-cita Wiria atmadja ini juga mendapat dukungan dari Wolf van Westerrode, pengganti Sieberg. Mereka mendirikan koperasi kredit sistem Raiffeisen.
Gerakan koperasi semakin meluas bersamaan dengan munculnya pergerakan nasional menentang penjajahan. Berdirinya Boedi Oetomo, pada tahun 1908 mencoba memajukan koperasi rumah tangga ( koperasi konsumsi ). Serikat islam pada tahun 1913 membantu memajukan koperasi dengan bantuan modal dan mendirikan toko koperasi. Pada tahun 1927, usaha koperasi dilanjutkan oleh Indonesische Studie Club yang kemudian menjadi Persatuan Bangsa Indonesia ( PBI ) di Surabaya. Partaui Nasional Indonesia ( PNI ) di dalam kongresnya di Jakarta berusah menggelorakan semangat koperasi sehingga kongres ini sering juga disebut “ kongres koperasi ”.
Pergerakan koperasi selama penjajahan Belanda tidak dapat berjalan lancar.
Pemerintah Belanda selalu berusaha menghalanginya, baik secara langsung maupun tidak langsung. Selain itu, kesadaran masyarakat atas koperasi sangat rendah akibat penderitaan yang dialaminya.
Arifin Setio dan Halomoan Tamba, (2001 :09) pada tanggal 12 Juli 1947, diselenggarakan kongres gerakan koperasi se-jawa yang pertama di Tasikmalaya.
Dalam kongres tersebut, diputuskan terbentuknya Sentral Organisasi Koperasi Rakyat Indonesia yang disingkat SOKRI, menjadikan tanggal 12 Juli sebagai hari
koperasi, serta menganjurkan diadakannya pendidikan koperasi dikalangan pengurus, pegawai dan masyarakat.
Muljono, (2012 ; 05) menerangkan bahwa undang-undang dasar 1945, khususnya pasal 33 ayat 1 menyatakan bahwa “perekonomian Indonesia disusun sebagai usaha bersama atas asas kekeluargaan”. Selanjutnya dalam penjelasan pasal 33 UUD 45 antara lain dinyatakan bahwa kemakmuran masyarakat yang diutamakan, bukan kemakmuran orang-seorang, dimana bangun perusahaan yang sesuai dengan itu adalah koperasi. Penjelasan pasal 33 UUD 45 menempatkan koperasi sebagai soko guru perekonomian nasional maupun sebagai integral tata perekonomian nasional.
Memperhatikan kedudukan koperasi seperti yang dimaui pasal 33 UUD 45, maka peran koperasi sangat penting dalam menumbuhkan dan mengembangkan potensi ekonomi rakyat serta dalam mewujudkan kehidupan demokrasi ekonomi yang mempunyai ciri-ciri demokratis, kebersamaan, kekeluargaan, dan keterbukaan.
Arifin Setio dan Halomoan Tamba, (2001 :09-10) dalam perjuangan koperasi, pada tahun 1951 di jawa barat dan sumatera utara didirikan badan-badan koordinasi yang merupakan badan peghubung cita-cita antar koperasi serta merupakan sumber penerangan dan pendidikan bagi anggota koperasi. Di jawa barat, di dirikan bank propinsi jawa barat yang dimasukan untuk mengadakan pemusatan usaha dalam jasa keuangan bagi gerakan koperasi di jawa barat.
Pada tahun 1960, pemerintah mengeluarkan peraturan pemerintah No. 140 tentang penyaluran bahan pokok dan menugaskan koperasi sebagai pelaksananya.
Kemudian pada tahun 1961, diselenggarakan musyawarah nasional koperasi I (Munaskop I) di Surabaya untuk melaksanakan prinsip demokrasi terpimpin dan ekonomi terpimpin. Sejak saat itu, langkah-langkah mempolitikkan koperasi mulai tampak.
Pada tahun 1965, pemerintah mengeluarkan undang-undang No. 14 tahun 1965, dimana prinsip NASAKOM diterapkan pada koperasi. Pada tahun itu juga dilaksanakan Munaskop II di Jakarta, yang merupakan pengambilalihan koperasi oleh kekuatan-kekuatan politik sebagai pelaksanan UU baru.
Kemudian, pada tahun 1967, pemerintah mengeluarkan undang-undang no.
12 tahun 1967, tentang pokok-pokok perkoperasian yang mulai berlaku tanggal 18 Desember 1967. Dengan berlakunya UU ini, semua koperasi wajib menyesuaikan diri dan dilakukan penertiban organisasi koperasi.keharusan menyesuaikan diri dengan UU tersebut mengakibatkan penurunan jumlah koperasi. Pada tahun 1992, UU no. 12 tahun 1967 tersebut disempurnakan dan diganti menjadi UU no. 25 tahun 1992 tentang perkoperasian.
Disamping UU no. 25 tersebut, pemerintah jiga mengeluarkan peraturan pemerintah (PP) No. 9 tahun 1995 tentang kegiatan usaha simpan pinjam oleh koperasi. Perturan pemerintah tersebut juga sekigus memperjelas kedudukan koperasi dalam usaha jasa keuangan.
Dengan demikian, kehadiran dan peranan koperasi di dalam perekonomian nasional Indonesia telah mempunyai dasar konstitusi yang kuat. Di masa kemerdekaan, koperasi bukan lagi sebagai reaksi atas penderitaan akibat penjajahan, koperasi menjadi usaha bersama untuk memperbaiki dan meningkatkan taraf hidup yang didasarkan pada asas kekeluargaan. Hal ini sangat sesuai dengan ciri khas bangsa Indonesia, yaitu gotong royong.
B. Hakikat Koperasi
1. Pengertian Koperasi
Menurut Moh. Hatta, koperasi adalah usaha bersama untuk memperbaiki nasib penhidupan ekonomi berdasarkan tolong-menolong.
Semangat tolongng-menolong tersebut didorong oleh keinginan member jasa kepada kawan berdasarkan seorang buat semua dan semua buat seorang. (Arifin Sitio dan Halomoan Tamba 2001 ; 17).
Koperasi adalah asosiasi orang orang yang bergabung dan melakukan usaha bersama atas dasar prinsip-prinsip koperasi, sehingga mendapatkan manfaat yang lebih besar dengan biaya rendah melalui perusahaan yang dimiliki dan diawasi secara demokratis oleh anggotanya.
Asosiasi berbeda dengan kelompok, asosiasi terdiri dari orang orang yang memiliki kepentingan yang sama, lazimnya yang menonjol adalah kepentingan ekonomi.
Dr. Muhammad Hatta, beliau mengemukakan bahwa koperasi adalah usaha bersama untuk memperbaiki nasib penghidupan ekonomi berdasarkan tolong menolong. Mereka didorong oleh keinginan memberi jasa pada kawan “seorang buat semua dan semua buat seorang” inilah yang dinamakan Auto Aktivitas Golongan, terdiri atas solidaritas, individualitas, menolong diri sendiri, dan Jujur.
UU No. 25 tahun 1992 (Perkoperasian Indonesia) koperasi adalah badan usaha yang beranggotakan orang seorang atau badan hukum koperasi dengan melandaskan kegiatannya berdasarkan prinsip koperasi sekaligus sebagai gerakan ekonomi rakyat yang beradasarkan atas dasar asas kekeluargaan.
Kartasapoetra dkk (2007 ; 01), secara umum yang dimaksud koperasi adalah suatu badan usaha bersama yang bergerak dalam bidang perekonomian, beranggotakan mereka yang umumnya berekonomi lemah yang bergabung secara sukarela dan atas dasar persamaan hak, berkewajiban melakukan suatu usaha yang bertujuan untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan para anggotanya.
Pandji Anoraga dan Ninik Widiyanti, (2007 : 4-6), di Indonesia pengertian koperasi menurut undang-undang koperasi tahun 1967 No. 12 tentang pokok-pokok perkoperasian adalah sebagai berikut :
“Koperasi Indonesia adalah organisasi ekonomi rakyat yang berwatak sosial, beranggotakan orang-orang atau badan-badan hukum koperasi yang merupakan tata susunan ekonomi sebagai usaha bersama berdasarkan atas asas kekeluargaan.”
Pengertian koperasi tersebut diatas dapat dijelaskan sebagai berikut:
a. Yang dimaksud dengan “rakyat” adalah orang-orang yang kondisi ekonominya relatif lemah, yang perlu menghimpun tenaganya agar mampu menghadapi kelompok-kelompok atau golongan-golongan yang relatif kuat.
b. Koperasi adalah perkumpulan orang-orang yang mengakui adanya kebutuhan tertentu yang sama dikalangan mereka. Kebutuhan yang
sama ini secara bersama-sama diusahakan pemenuhannya melalui usaha bersama dalam koperasi. Jadi orang-orang tersebut bergabung dengan sukarela, atas kessadaran akan adanya kebutuhan bersama, sehingga dalam koperasi tidak adanya unsur keterpaksaan ancaman atau campur tangan dari pihak orang lain.
c. Koperasi Indonesia adalah perkumpulan orang-orang dan bukan perkumpulan modal. Sekalipun koperasi adalah perkumpulan orang- orang, tetapi ia bukanlah perkumpulan orang-orang yang berdasarkan hobi atau kegemaran seperti perkumpulan sepak bola dan lain sebagainya. Koperasi juga bukan perkumpulan modal yang usahanya berlandaskan pada tujuan untuk mencari laba yang sebesar-besarnya, seperti firma, perusahaan perseorangan, atau perseroan terbatas.
Tetapi koperasi adalah perkumpulan orang-orang yang mengutamakan pelayanan akan kebutuhan ekonomi para anggotanya. Hal ini berarti bahwa kkoperasi harus mengabdikan diri kepada kesejahteraan bersama atas dasar perikemanusiaan dan bukan kepada kebendaan.
d. Koperasi memiliki watak sosial, hal ini berarti bahwa dasar koperasi adalah kerja sama. Di dalam koperasi, anggota perkumpulan bekerja sama berdasaran kesukarelaan, persamaan derajat (demokrasi, ekonomi dan sosial) persamaan hak dan kewajiban. Sesuai dengan asas demokrasi, berarti koperasi adalah milik para anggota sendiri dan dengan demikian pada dasarnya koperasi diatur, diurus dan diselenggarakan sesuai keinginan para anggota perkumulan itu sendiri.
Atau dengan kata lain, bahwa dalam koperasi kekuasaan tertinggi dipegang oleh semua anggota yaitu melalui rapat anggota.
e. Koperasi juga dapat beranggotakan badan-badan hukum koperasi.
Badan hukum adalah suatu badan, yang diperboleh melalui prosedur tertentu, yang secara hukum diakui mempunyai hak dan kewajiban sebagai manusia biasa. Badan hukum dibenarkan mempuyai hak milik dan hutang piutang yang terpisah dari hak milik dan hutang piutang para anggotanya. Beberapa koperasi yang masing-masing berkedudukan sebagai badan hukum menyatukan diri dalam koperasi
yang lebih besar. Koperasi-koperasi ini mempuyai pengurus dan badan pemeriksa serta anggaran dasar sendiri. Karena jenis usaanya sama, maka untuk lebih memperkuat usahanya itu mereka membentuk usaha gabungan koperasi. Gabungan atau penyatuan ini menyebabkan skala koperasi menadi lebih besar.
f. Koperasi merupakn kepentingan bersama dari para anggotanya (kekeluargaan). Hal ini dicerminkan berdasarkan karya dan jasa yang di sumbangkan oleh masing-masing anggota. Jadi, partisipasi para anggota dalam keiatan koperasi serta hasil yang tercapai tergantung dari besar kecilnya karya dan jasanya. Sifat kekeuargaan juga mengandung arti, bahwa dalam koperasi sejauh mungkin harus dihindarkan timbulnya perselisihan, sikap saling curiga, sikap pilih kasih yang dapat menimbulkan perpecahan dan kehancuran.
Pengertian mengenai asas dan dasar koperasi haruslah ditinjau dan diselesaikan melalui asas kekeluargaan, menurut adat istiadat di Indonesia, sehingga sesuai dengan tujuan negara.
g. Koperasi merupakan bagian dari tata susunan ekonomi. Hal ini berarti bahwa dalam kegiatannya, koperasi turut mengambil bagian bagi tercapainya kehidupan ekonomi yang sejahtera, baik bagi orang-orang yang menjadi anggota perkumpulan itu sendiri maupun untuk masyarakat sekitarnya. Koperasi sebagai perkkumpulan untuk kesejahteraan bersama, melakukan usaha dan kegiatan dibidang pemenuhan kebutuhan bersama dari para anggotanya. Usaha ini disebut juga usaha atau kegiatan ekonomi. Kegiatan ekonomi ini meliputi usaha dibidang produksi, konsumsi, distribusi barang-barang dan usaha pemberian jasa antara lain usaha simpan pinjam, angkutan, asuransi, dan perumahan.
Selain pengertian koperasi menurut UU Koperasi tahun 1967 No.
12 di atas, dalam UUD 1945 pasal 33 ayat 1 juga telah digariskan bahwa :
“Perekonomian Indonesia disusun secara usaha bersama dan berdasarkan atas asas kekeluargaan.” Kemudian ditegaskan dalam penjelasan UUD 1945 pasal 33 ayat1 bahwa : “Bangun perusahaan yang sesuai dengan itu
ialah koperasi.” Sedangkan dalam ketetapan MPR dinyatakan bahwa :
“Koperasi harus digunakan sebagai salah satu wadah utama untuk membina kemampuan usaha golongan ekonomi lemah.”
2. Pembagian Koperasi
Sudah sejak lama Bung Hatta berkeinginan agar bangsa Indonesia melaksanakan koperasi bukan sekedar membagikan bahan makanan atau bahan baku kepada masyarakat, melainkan koperasi yang betul-betul menguatkan ekonomi di dalam negeri . Koperasi ada tiga macam yakni:
1. Koperasi Konsumsi
Permasalahan pertama yang dihadapi masyarakat adalah mendapatkan barang keperluan sehari-hari dengan harga yang murah. Dengan koperasi konsumsi masyarakat berekonomi lemah diharapkan dapat memenuhi kebutuhan hidup mereka.
2. Koperasi Kredit
Koperasi kredit diperuntukkan bagi orang lemah yang susah mendapatkan kredit dari bank Peminjaman dilakukan antar anggota koperasi saja karena modal tidak cukup untuk dipinjamkan kepada yang tidak anggota. Koperasi sifatnya saling membantu.
3. Koperasi Produksi
Wujud koperasi produksi adalah mengumpulkan hasil usaha masyarakat yang kecil-kecilan untuk bersekutu dalam penjualannya.
Tujuan koperasi ini menghindarkan masyarakat dari para saudagar pembeli. Untuk pengadaan barang dilakukan secara bersama-sama juga dalam pemakaiannya dengan membayar ongkos pakai.
3. Landasan Koperasi
Pandji Anoraga dan Ninik Widiyanti, (2007 : 08-10), Landasan- landasan koperasi dapat terbagi atas :
a. Landasan Idiil Koperasi Indonesia
The equitable pioneers of rochdale, sebagai para pelopor yang tulus ikhlas melaksanakan cita-cita berkoperasi di Inggris (Rochdale), yang telah berhasil dalam perjuangannya berkoperasi, mempunyai cita-cita yang luhur yaitu menjadikan badan koperasi yang bertujuan untuk mengubah perbaikan ekonomi dan perbaikan hidup di dunia.
Bagi bangsa Indonesia, Pancasila yang menjadi falsafat negara dan bangsa Indonesia telah menjadi landasan Idiil koperasinya (pasal 2 ayat (1) UU No. 12/1967). Pancasila yang dirumuskan dalam pembukaan Undang-Undang Dasar 1945 yaitu :
1) Ketuhanan yang maha esa.
2) Kemanusiaan yang adil dan beradab.
3) Persatuan Indonesia.
4) Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmah kebijaksanaan dalam permusyawaratan/perwakilan.
5) Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.
Rumusan Pancasila yang terdapat dalam pembukaan Undang- Undang Dasar 1945 itulah yang kita gunakan, sebab rumusan yang demikian itulah yang ditetapkan oleh para wakil rakyat atau bangsa Indonesia pada tanggal 18 Agustus 1945 dalam sidang panitia persiapan kemerdekaan Indonesia. Seperti yang ditunjukkan oleh ketetapan MPR Nomor II/MPR/1978, Pancasila itu merupakan satu kesatuan yang bulat dan utuh dari kelima silanya. Dikatakan sebagai kesatuan yang bulat dan utuh karena masing-masing sila dari Pancasila itu tidak dapat dipahami dan diberi arti secara sendiri atau terpisah dari keseluruh sila-sila lainnya.
b. Landasan Strukturil dan Gerak Koperasi Indonesia
Yang dimaksud dengan landasan strukturil koperasi adalah tempat berpijak koperasi dalam susuan hidup bermasyarakat. Tata kehidupan didalam suatu negara diatur dalam Undang-Undang Dasar. Di Indonesia berlaku Undang-Undang Dasar 1945 yang merupakan ketentuan atau tata tertib dasar yang mengatur terselenggaranya falsafat hidup dan moral cita-cita suatu bangsa dan karena koperasi di Indonesia adalah Undang-Undang Dasar 1945. Dalam kehidupan masyarakat Indonesia, salah satu bagian yang penting adalah kehidupan ekonomi yaitu segala kegiatan dan usaha untuk mengatur dan mencapai atau memenuhi kebutuhan dan keperluan hidup. Segala kegiatan dan usaha ini juga telah diatur dalam UUD 1945 pada pasal 33 ayat 1 yang berbunyi : “perekonomian disusun sebagai usaha bersama berdasarkan atas asas kekeluargaan”. Dan didalam penjelasan pasal 33 ayat 1 UUD 1945 disebutkan bahwa bangun usaha yang sesuai dengan itu ialah koperasi. Dengan demikian koperasi merupakan perwujudan dari pasal 33 ayat 1 UUD 1945 tersebut.
Telah disebutkan dimuka bahwa landasan strukturil koperasi adalah UU 1945 sedangkan pasal 3 ayat 1 merupakan landasan gerak koperasi, artinya : agar ketentuan-ketantuan yang terperinci tentang koperasi Indonesia harus berlandaskan dan bertitik tolak dari jiwa pasal 33 ayat 1 Undang-Undang Dasar 1945. Di dalam pasal 33 ayat 1 UUD 1945 ini hanya memuat ketentuan-ketentuan pokok perekonomian, oleh karena itu, maka koperasi masih perlu diatur secara khusus dalam suatu bentuk UU koperasi.
Berdasrkan pasal 33 UUD 1945 tersebut, Garis-garis Besar Haluan Negara (GBHN) menggariskan bahwa, pembangunan di bidang ekonomi yang didasarkan kepada demokrasi ekonomi menentukan bahwa, masyarakat harus memegang peran aktif dalam kegiatan pembangunan. Sedangkan pemerinah berkewajiban memberikan pengarahan dan bingbingan terhadap pertumbuhan ekonomi serta menciptakan iklim yang sehat bagi perkembangan usaha. Sebaliknya,
dunia usaha perlu memberikan tanggapan dengan kegiatan-kegiatan yang nyaata.
c. Landasan Mental Koperasi Indonesia
Landasan mental koperasi Indonesia adalah setia kawan dan kesadaran berpribadi (solidarity and individuality). Rasa setia kawan ini sangat penting, karena tanpa rasa itu maka tidaklah mungkin akan ada kerja sama (sense of cooperation) yang merupaan conditio sine qua non dalam koperasi sebagai usaha bersama dalam kesamaan dan hak kewajiban. Rasa kesetiakawanan dan berkepribadi tersebut satu sama lainnya harus memperkuat, dalam kehidupan berkoperasi keduanya diperlukan dalam dua unsur yang dorong mendorong, hidup menghidupi serta saling awas mengawasi.
Tanpa adanya landasan-landasan tersebut, koperasi dapat diibaratkan sebuah perahu yang ada ditengah-tengah gelombang, sehingga kemungkinan untuk mencapai pantai adalah sedikit sekali.
Landasan-landasan tersebut diatas sangat penting untuk menyelamatkan dan memperlancar jalannya koperasi dalam menyukseskan tercapainya atau terwujudnya apa yang menjadi cita- cita dan tujuan koperasi. Bagi para anggota koperasi dan segenap rakyat yang pada umumnya tertarik pada koperasi, cita-cita semata betapapun pentingnya dipandang dari segi mental akan sangat memurungkan perhatiannya terhadap koperasi, karena mereka sangat mengharapkan adanya kenyataan tentang “apa yang dapat diperbuat dan dapat diwujudkan” oleh koperasi untuk memperbaiki nasib dan meningkatkan kesejahteraan hidup para anggotanya.
Prof. Ir. Tekosumodiwirjo (seorang ahli kopersi) dalam pidato mengukuhkan sebagai guru besar mata kuliah koperasi, yang berjudul
“Beberapa persolan sekitar Pak Tani dan hubungannya dengan gerakan koperasi”, antara lain mengatakan, bahwa “para petani tidak mengharapkan bergelegarnya guntur, tetapi air hujanlah yang diharapkannya”.
4. Asas Koperasi
Pandji Anoraga dan Ninik Widiyanti, (2007 :1718), Azas koperasi indonesia berazaskan kekeluargaan dan kegotong-royongan. Azas ini sesuai dengan kepribadian bangsa Indonesia, yang juga menganut tata kehidupan yang berazaskan kekeluargaan dan bekerja sama saling bantu menbantu. Koperasi Indonesia hendaknya menyadari bahwa dalam dirinya terdapat suatu kepribadian Indonesia. Sebagai pencerminan dari garis pertumbuhan bangsa Indonesia dan dipengaruhi oleh keadaan dan tempat lingkungan dan suasana waktu sepanjang masa, dengan ciri-ciri ketuhanan yang maha esa, kekeluargaan dan gotong-royong dengan semboyan Bhineka Tunggal Ika.
Dari uaraian diatas, maka dapat diketahui bahwa azas koperasi sesuai dengan fungsinya (pasal 4, ayat 2) meliputi:
1. Azas kekeluargaan, yang mencerminkan adanya kesadaran dari budi hati nurani manusia untuk bekerja sama dalam koperasi oleh semua untuk semua, dibawah pimpinan pengurus serta penilikan dari para anggota atas dasar keadilan dan kebenaran serta keberanian berkorban bagi kepentingan bersama.
2. Azas kegotong-royongan, yang berarti bahwa pada koperasi terdapat keisyafan dan semangat bekerja sama, rasa bertanggung jawab bersama tanpa memikirkan diri sendiri melainkan selalu untuk kesejahteraan bersama.
Asas gotong royong dan kekeluargaan dalam koperasi hendaknya merupakan pikiran dinamis yang dapat menggambarkan suatu kerja sama dalam pelaksanaan kewajiban dan hak yang bersifat bantu membantu yang berdasarkan keadilan dan cinta kasih.
C. Peran Koperasi
Pandji Anoraga dan Ninik Widiyanti, (2007 : 06), Mengingat arti koperasi sebagaimana tersebut diatas, maka koperasi mempunyai peranan yang cukup besar dalam menyusun usaha bersama dari orang-orang yang mempunyai kemampuan ekonomi terbatas. Usaha ini bertujuan untuk memenuhi kebutuhan yang dirasakan bersama, yang pada akhirnya mengangkat harga diri dan membebaskan diri dari kesulitan.
Dewasa ini, di dunia ada dua macam model koperasi. Pertama, adalah koperasi yang dibina oleh pemerintah dalam kerangka sistem sosialis. Kedua, adalah koperasi yang dibiarkan berkembang di pasar oleh masyarakat sendiri, tanpa bantuan pemerintah. Jika badan usaha milik negara merupakan usaha skala besar, maka koperasi mewadahi usaha-usaha kecil, walaupun jika telah bergabung dalam koperasi menjadi badan usaha skala besar.
Moh. Hatta juga menganjurkan pengorganisasian industri kecil dan koperasi produksi, guna memenuhi kebutuhan bahan baku dan pemasaran hasil. Menurut Moh. Hatta, tujuan koperasi bukanlah mencari laba yang sebesar-besarnya, melainkan melayani kebutuhan bersama dan wadah partisipasi pelaku ekonomi skala kecil. Tapi, ini tidak berarti, bahwa koperasi itu identik dengan usaha skala kecil. Koperasi bisa pula membangun usaha skala besar berdasarkan modal yang bisa dikumpulkan dari anggotanya, baik anggota koperasi primer maupun anggota koperasi sekunder.
Contohnya adalah industri tekstil yang dibangun oleh GKBI (Gabungan Koperasi Batik Indonesia) dan berbagai koperasi batik primer. Karena kedudukannya yang cukup kuat dalam konstitusi, maka tidak sebuah pemerintahpun berani meninggalkan kebijakan dan program pembinaan koperasi.
Dalam rangka usaha untuk memajukan kedudukan rakyat yang memiliki kemampuan ekonomi terbatas tersebut, maka pemerintah Indonesia memperhatikan pertumbuhan dan perkembangan perkumpulan-perkumpulan koperasi. Bahkan pemerintah secara langsung membantu menumbuhkan,
memelihara, mendorong dan membina koperasi-koperasi yang dibangun atas prakarsa rakyat sendiri.
Dalam sebuah perjalannya, koperasi memiliki sebuah peranan nya tersendiri dalam memajukan perekonomian rakyat. Salah satu peranan koperasi yakni koperasi sebagai soko guru perekonomian. Tentunya hal ini tidaklah dapat berhasi ataupun tidak akan maju jikalau aktualisasi dan pemahaman mengenai soko guru itu tidak tepat untuk dipahami dan diterapkan.
Pandji Anoraga dan Ninik Widiyanti, (2007 : 181 – 184) pernyataan koperassi sebagai sokoguru ini sebenarnya diucapkan pertama kali oleh Moh.
Hatta, bapak Koperasi kita, dan tidak dimaksudkan sebagai cita-cita atau idaman kosong tentang peranan koperasi di masa depan. Justru sebaliknya, Moh. Hatta melihat kenyataan bahwa kekuatan ekonomi nasional yang berdasarkan kekeluargaan merupakan “penyangga utama” ekonomi national adalah sokoguru”
ekonomi nasional, misalnya dihadapkan pada system ekonomi kapitalis yang kuat dan sudah mapan sekalipun.
Yang dimaksud ekonomi koperasi oleh Bung Hatta adalah ekonomi rakyat.
Baik pada masa awal kemerdekaan maupun dikelak kemudian hari, pertanyaan Bung Hatta selalu benar, yaitu ekonomi nasional. Bila ekonomi rakyat ambruk, maka ambruklah seluruh ekonomi nasional. Inilah pengertian sokoguru dalam arti kata yang sebenarnya yang menurut Bung Hatta harus dibangun melalui pembangunan tenaga belinya.
Rencana kerja harus didasarkan pada memperbesar tenaga beli rakyat dari semulanya. Rakyat kita telah terlalu lama menderita kemiskinan dan kesengsaraan hidup sehingga sudah pada tempatnya ia dijadikan patokan. (Moh. Hatta, 1961).
Menurut Moh. Hatta, pemerataan dan peningkatan tenaga beli secara merata bagi seluruh rakyat merupakan salah satu jaminan bagi politik kemakmuran yang bersifat kerakyatan. Apabila pengertian ekonomi kerakyatan ini dikaitkan kembali dengan penjelasan pasal 33 UUD 1945, maka terasa sekali ketetapan rumusannya.
Dalam pasal 33 tercantum dasar demokrasi ekonomi kemakmuran masyarakatlah yang diutamakan bukan kemakmuran orang seorang. Cabang- cabang produksi yang penting bagi negara dan menguasai hajat hidup orang
banyak harus dikuasai oleh negara. Hanya perusahaan yang tidak menguasai hajat hidup orang banyak boleh ditangani oleh orang seorang.
Apabila koperasi kemudian berbentuk badan usaha yang bisa lebih membantu kesejahteraan materil anggota, maka haruslah seluruh anggota memang benar-benar sepakat, tidak boleh terjadi badan usaha koperasi justru lepas dari kendali anggotanya. Maka dalam kaitan ini juga bisa dipertanyakan, mengapa perlu secara eksplisit dinyatakan bahwa “pembelian saham” hanya oleh lembaga koperasi, bukan oleh anggota perorangan.
D. Moh. Hatta Bapak Koperasi Indonesia
Moh. Hatta sebagai seorang demokrat berpendapat bahwa kemerdekaan dapat dicapai melalui mobilisasi ekonomi rakyat, khususnya melalui koperasi.
Atas dasar sejalan dengan meningkatnya kesejahteraan rakyat maka kemerdekaan politik akan dapat dicapai. Demokrasi dan keadilan sosial adalah ases perjuangan yang dijunjung tinggi yang diambilnya dari kultur bangsa indonesia, dari agama yang dipeluknya, dan dari ilmu yang dikajinya.
Kalau berbicara lebih lanjut mengenai konsep koperasi Indonesia pasal 33 sudah memberikan beberapa patokan, yang pasti ; tinggal bagaimana garis dalam perundang-undangan yang lebih rendah tingkatannya, atau mematuhi peraturan dan kebijaksanaan yang bisa ditempuh.
Menurut Moh. Hatta, cita-cita kemerdekaan adalah mencapai kemakmuran bagi seluruh rakyat. Sistem ekonomi yang dicita-citakan oleh bangsa Indonesia dalam perjuangan dulu adalah ekonomi koperasi, dimana seluruh rakyat dapat diikut sertakan. Sebagaimana diketahui dalam pasal UUD 1945 antara lain ditafsirkan; di negara Indonesa tetap terjamin pemikiran faktor-faktor ekonomi atau harta benda secara pribadi atau perorangan, juga ada lapangan gerak bagi perusahaan atau perusahaan swasta sejauh itu tidak menguasai hajat hidup orang banyak.
Unit usaha berbentuk koperasi diusulkan oleh Moh. Hatta sebagai bentuk unit ekonomi rakyat berdasarkan pengamatannya mengenai struktur sosial dan strukur ekonomi yang ada di zaman kolonial Belanda di Indonesia.
Menurut Moh. Hatta, koperasi dan demokrasi bersifat saling menunjang.
Koperasi mempertebal rasa tanggung jawab dalam kehidupan demokrasi dan demokrasi yang berakar baik menyuburkan kehidupan koperasi. Dalam hal ini, ada terdapat tiga alur pendapat di Indonesia mengenai eksistensi koperasi sebagai bangun usaha dalam sistem ekonomi Indonesia, yaitu alur pendapat yang mengiginkan hapusnya koperasi, alur pendapat yang mempertahankan koperasi seadanya saja, alur pendapat yang dilandasi kesetiaan terdapa cita-cita kemerdekaan untuk mewujudkan demokrasi ekonomi yang sebenarnya. Alur pendapat yang terakhir ini didasarkan atas dasar pemahaman dan penghayatan yang mendalam mengenai latar belakang pencetus gagasan koperasi sebagai salah satu bentuk orgasnisasi ekonomi untuk Indonsia yang timbul dari pengamatan Moh. Hatta mengenai realitas sosial-ekonomi di zaman kolonial Belanda di Indonesia dan analisis Moh. Hatta mengenai syarat pokok bagi langgengnya suatu kehidupan demokrasi politik saja.
Melihat dari alur pendapat tersebut, konsep Moh. Hatta tentang koperasi dan demokrasi, menegaskan bahwa koperasi yang dengan kekuatan menyatu diharap bisa menumbuhkan potensi ekonomi para anggota serta melihatnya sebagai suatu sarana pendidikan yang bermata dua; kesadara kemampuan diri serta kesadaran perlunya usaha bersama sebagi cermin dari apa yang ia sebut self helf (membantu diri sendiri).
Gagasan tentang koperasi itu sendiri telah dikenal di Indonesia sejak abad 19, dengan terbentukya organisasi swadaya (Self help Organization) untuk menanggulangi kemiskinan dikalangan pegawi dan petani, oleh Patih Purwokerto, Tirto Adi Suyo, yang kemudian dibantu pengembangannya oleh pejabat Belanda dan akhirnya menjadi program resmi pemerintah.
Koperasi yang muncul pada saat mencapai puncak perkembangannya tahun 1933-an, bukanlah hasil dari pembinaan pemerintah Belanda, tetapi sebaliknya karena dibangun sendiri oleh gerakan kebangsaan yang dipimpin oleh kaum cedikiawan, dalam hal ini salah satu tokohnya adalah termasuk Moh. Hatta.
Oleh sebab itu, Moh. Hatta dalam mencapai kembali kemerdekaan nasional bangsanya, perjuangan ekonomi tidak boleh ketinggalan dari perjuangan politik.
Keduanya merupakan faktor-faktor yang tidak boleh tidak mesti harus ada, yakni untuk mencapai cita-cita akhir bangsa Indonesia.
Walaupun Moh. Hatta sering mengaitkan koperasi dengan nilai lembaga tadisional gotong royong, namun persepsinya tentang koperasi adalah sebuah organisasi ekonomi modern yang berkembang di Eropa Barat. Ia pernah juga membedakan antara “koperasi sosial “ yang berdasakan asas gotong royonng dengan “koperasi ekonomi” yang berdasarkan asa-asas ekonomi pasar yang tradisional dan kompetitif.
Jadi jelas sekali, bahwa segala eksplorasi dan eksploitasi segala kekayaan alam baik diatas, di dalam pantai maupun lepas pantai (daratan) dan semacamnya, boleh saja dikerjakan oleh swasta, kalau negara belum berdaya sepenuhnya;
namun kesemuanya itu harus “dimanfaatkan untuk sebesar-besar kemakmuran rakyat”. Dan sekali-kali tidak untuk kemakmuran dan kemewahan minoritas elit atasan yang berkuasa.
Maka secara esensial, bagi Moh. Hatta, koperasi bukanlah sebuah lembaga yang anti pasar atau non pasar dalam masyarakat tradisional. Koperasi, baginya adalah sebuah lembaga self help bagi lapisan masyarakat ekonomi lemah atau masyarakat kecil untuk bisa mengendalikan pasar. Karena itu koperasi harus bisa bekerja dalam sistem pasar, dengan cara menerapkan prinsip efesiensi. Koperasi juga bukan sebuah komunitas tertutup, tetapi terbuka, dangan melayani non anggota , walaupun dengan maksud untuk menarik mereka menjadi angoota koperasi, setelah merasakan manfaat berhubungan dengan koperasi.
E. Koperasi Menurut Moh. Hatta
Moh. Hatta adalah bapak koperasi Indonesia yang diberi gelar tanggal 17 Juli 1953. Pemikirannya tentang koperasi mengilhami pasal 33 UUD 1945
“Perekonomian disusun sebagai usaha bersama berdasar atas asas kekeluargaan”.
Moh. Hatta mengharapkan bahwa koperasi menjadi penunjang utama perekonomian, disusul perusahaan negara dan perusahaan swasta.
Moh. Hatta sebagai wakil presiden RI dalam pidato pada hari koperasi pertama tanggal 12 Juli 1951 menyatakan bahwa koperasi mempunyai beberapa
tugas dalam meningkatkan kemakmuran masyarakat dilihat dari tempat, waktu, dan keadaan, yaitu :
Pertama : Memperbanyak produksi, terutama produksi barang makanan dan barang kerajinan dan pertukangan yang diperlukan sehari-hari oleh rakyat kita dalam rumah tangga.
Kedua : Memperbaiki kualitas barang yang dihasilkan rakyat;
Ketiga : Memperbaiki distribusi, pembagian barang kepada rakyat;
Keempat : Memperbaiki harga, yang menguntungkan bagi masyarakat;
Kelima : Menyingkirkan penghisapan dari lintah darat;
Keenam : Memperkuat pemaduan kapital;
Ketujuh : Memelihara lumbung simpanan padi atau mendorong supaya tiap- tiap desa menghidupkan kembali lumbung desa. (Moh. Hatta, 1951: 11-12).
Makmur koperasinya, makmurlah hidup mereka bersama, rusak koperasinya, rusaklah hidup mereka bersama “ (Moh. Hatta, 12 Juli 1951)
Menurut Moh. Hatta (1994) dalam buku karangan Subandi (2008 ; 18), menerangkan bahwa koperasi didirikan sebagai persekutuan kaum lemah untuk membela keperluan hidupnya. Mencapai keperluan hidupnya dengan ongkos yang semurah-murahnya, itulah yang dituju pada koperasi didahulukan keperluan bersama, bukan keuntungan.
Perkataan “koperasi” ada pada UUD 1945, pada penjelasan pasal 33 UUD 1945. UUD 1945 hasil amandemen tidak lagi memiliki penjelasan. Untuk itu, hendaknya gerakan koperasi dan pencinta koperasi tidak kehilangan semangat, karena sesuai degan penegasan ahli hukum Prof. Maria Farida Indrati untuk pasal- pasal dan ayat-ayat yang tidak diamandemen, maka penjelasan UUD 1945 tetap berlaku, termasuk penjelasan pasal 33 Ayat (1), (2) dan (3) yang tetap tidak diubah (tidak diamandemen).
Ilmu koperasi dan kooperativisme harus dapat dengan tangguh dan paripurna dipahami oleh generasi muda masa kini. Koperasi sangat berbeda.
pemilik koperasi adalah juga pelanggannya sendiri. Oleh karena itu kalau PT berusaha mencari laba yang dipungut dari para pelanggannya, maka koperasi
tidak mencari laba, karena tidak masuk akal memungut laba pada diri sendiri, karena pelanggan adalah sekaligus pemilik yang sama.
Tugas koperasi adalah memfasilitasi anggota agar anggota mampu mencari laba sendiri dari usahanya (apabila anggota koperasi adalah produsen dari koperasi produksi), atau mencari manfaat bila anggota koperasi adalah konsumen.
Hal yang penting kita ketahui adalah bahwa koperasi hanya didirikan apabila sekelompok orang yang ingin mendirikan koperasi itu memilki
“kepentingan bersama” (misalnya supaya dagangannya laku, tidak menunggu pembeli hingga busuk). Kalau di antara calon-calon anggota tidak memiliki kepentingan bersama, janganlah sekali-kali mendirikan koperasi, sekedar karena bersimpati kepada ide koperasi.
Sekelompok orang yang memiliki kepentingan bersama itu haruslah orang-orang yang sering bertemu, baik yang berdasar alasan se-rukun tempat tinggal, se-RT se-RW, setempat kerja, seprofesi, atau pun sejenis matapencaharian.
Sukma dasar dari koperasi adalah “menolong diri sendiri secara bersama- sama”. Secara bersama-sama itulah akan membentukkan sinergi, yaitu kemampuan yang berlipat ganda untuk menyelesaikan kepentingan bersama.