Fakultas Ilmu Komputer
Universitas Brawijaya 1488
Pengembangan Sistem Manajemen Barang Inventaris SMKN 1 Pasuruan Berbasis Website Menggunakan Metode Rapid Application Development
Muhammad Dzulhilmi Rifqi Bassya1, Faizatul Amalia2, Sigit Adinugroho3 Program Studi Teknik Informatika, Fakultas Ilmu Komputer, Universitas Brawijaya
Email: 1[email protected], 2[email protected], 3[email protected]
Abstrak
Barang inventaris merupakan salah satu hal penting bagi instansi untuk menunjang berbagai macam kebutuhan di instansi tersebut. Salah satu instansi yang tidak lepas dari adanya barang inventaris adalah sekolah. Barang inventaris yang ada di sekolah sangat banyak sehingga perlu adanya manajemen barang inventaris yang baik untuk mengelola barang inventaris tersebut sehingga barang tersebut mampu digunakan dengan baik. Namun, hal tersebut dapat menimbulkan berbagai masalah apabila manajemen masih dilakukan secara konvensional dikarenakan data tersebut dapat hilang, rusak, dan adanya ketidaksesuaian data antara pemegang data satu dan yang lainnya. Oleh karena itu, dibuatlah sistem manajemen barang inventaris yang digunakan untuk mempermudah dalam memanajemen barang inventaris. Sistem dibuat menggunakan platform website menggunakan bantuan library ReactJs dan Redux, menggunakan bahasa pemrograman Javascript, Html, dan Css, dan menggunakan firebase sebagai basis datanya. Proses pengembangan sistem menggunakan metodologi RAD (Rapid Application Development) dikarenakan proses pengerjaan desain yang melibatkan pengguna sehingga hasil yang didapatkan sesuai dengan keinginan pengguna. Pengujian fungsional yang digunakan adalah pengujian whitebox dan pengujian blackbox. Pengujian non-fungsional dilakukan dengan menguji compatibility dan security. Hasil dari pengujian fungsional menggunakan pengujian blackbox dan whitebox adalah 100% valid dan hasil pengujian non-fungsional pada pengujian security adalah 100% valid sedangkan hasil pengujian compatibility hanya mampu dijalankan pada browser dengan versi tertentu saja.
Kata kunci: Inventaris Barang, RAD (Rapid Application Development), ReactJs, Redux, Whitebox Testing, Blackbox Testing.
Abstract
Inventory is one of the important things for institutions to support various kinds of needs. One of the institutions that cannot be separated from inventory is schools. There are so many items in school that it is necessary to have better inventory management to manage these items so that these items can be used properly. However, this can cause various problems if management is still conventional, data items can be lost, damaged, and mismatch data between one data and another. Therefore, an inventory management system was created so that can use make it easier to manage inventory. System is built in website platform using ReactJs and Redux, and programming language is javascript, html, and css.
Database system using firebase. System development life cycle using RAD (Rapid Application Development), this methodology has been choosen because the design work process involves the user, so the results obtained are in accordance with the users hope. Functional testing in this research uses whitebox testing and blackbox testing. Non-functional testing uses compatibility testing and security testing. The results of functional testing using blackbox and whitebox testing are 100% valid and the results of non-functional testing which is security testing is 100% valid while the results of compatibility testing are only be run on certain versions of the browsers.
Keywords: Inventory, RAD (Rapid Application Development), ReactJs, Redux, Whitebox Testing, Blackbox Testing.
1. PENDAHULUAN
Barang inventaris merupakan salah satu komponen penting yang dimiliki oleh instansi salah satunya adalah sekolah. Barang inventaris digunakan untuk menunjang berbagai keperluan pada sekolah seperti halnya meja, kursi, dan papan tulis yang digunakan untuk proses belajar dan mengajar. Oleh karena itu, penting untuk dilakukan manajemen barang inventaris sehingga inventaris barang mampu berfungsi dan dikelola dengan baik.
SMKN 1 Pasuruan merupakan salah satu sekolah yang memiliki banyak sekali barang inventaris. Namun, proses manajemen barang yang ada di sekolah tersebut masih dilakukan secara konvensional baik proses pendataan dan pemeliharaannya. Mekanismenya, barang inventaris yang masuk di sekolah didata oleh pihak administrasi dan disalin kedalam file excel, lalu menyerahkan barang tersebut ke pihak pengaju barang dan ditempatkan sesuai dengan keinginan pengaju. Selanjutnya teknisi atau pengelola barang yang ada di ruangan tersebut mencatat barang yang masuk dan disimpan didalam buku inventarisnya masing- masing (Saleh & Budi, 2020). Penulisan secara manual dan kepemilikan data masing-masing antara administrasi dan pengelola barang dapat menimbulkan berbagai permasalahan.
Permasalahan pertama adalah arsip yang disimpan secara manual dapat sewaktu-waktu rusak ataupun hilang. Permasalahan kedua adalah data yang diperbarui dapat menimbulkan terjadinya data yang berganda. Permasalahan ketiga adalah proses alur yang panjang dikarenakan perlu adanya penulisan ulang bagi masing-masing pengelola ruangan yang menerima barang. Permasalahan keempat adalah kesulitan yang dialami pengelola dalam memanajemen barang apabila barang telah berpindah tempat dan data yang dipegangnya tidak diperbarui. Permasalahan kelima adalah susah dalam memperbarui data barang apabila barang yang dikelola jumlahnya sangat banyak dan tidak memiliki pembeda diantara barang tersebut (Erwin, 2020).
Berdasarkan masalah yang telah ditemukan, maka solusinya adalah membangun sistem manajemen barang inventaris sehingga mudah bagi administrasi maupun pengelola barang dalam mengelola datanya. Sistem dibangun dengan menggunakan platform website
dikarenakan mudah dalam
pengimplementasiannya tanpa perlu hardware yang tinggi dan dapat dijalankan dimanapun dengan syarat memiliki browser dan terhubung dengan internet saja.
Metode SDLC (System Development Live Cycle) yang digunakan dalam membangun sistem manajemen barang inventaris adalah RAD (Rapid Application Development). Metode tersebut dipilih dikarenakan metode tersebut dikenal dengan metode yang cukup efektif dalam mendapatkan kebutuhan pengguna, dan cepat dalam membangun sebuah sistem (Aswanti, Ramadhan, Firmansyah, & Anwar, 2017).
2. LANDASAN KEPUSTAKAAN 2.1. Kajian Pustaka
Aswanti, et al., (2017) melakukan penelitian yang berjudul “Studi Analisis Model Rapid Application Development Dalam Pengembangan Sistem Informasi” menghasilkan bahwa penggunaan model RAD merupakan pilihan yang baik dalam pengembangan sistem dikarenakan dapat memangkas waktu menjadi lebih singkat. Dan mampu memberikan kepuasan bagi user.
Sari, et al., (2017) melakukan penelitian yang berjudul “Analisis dan Perancangan Sistem Informasi Manajemen Aset Pada Kantor Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Provinsi Jambi” menghasilkan prototype sistem yang mampu mencatat dan mengelola aset dengan lebih optimal daripada dilakukan secara manual.
Sagala (2018) melakukan penelitian yang berjudul “Model Rapid Application Development (RAD) Dalam Pengembangan Sistem Informasi Penjadwalan Belajar Mengajar” menghasilkan sistem yang dapat dibangun dengan cepat dan mampu berjalan dengan baik. Menurut Sagala metode tersebut cocok apabila digunakan untuk pembuatan sistem berskala kecil.
2.2. RAD (Rapid Application Development) RAD (Rapid Application Development) adalah salah satu metode dalam pengembangan perangkat lunak berbasis objek yang diperkenalkan oleh James Martin di tahun 90-an.
Metode tersebut diyakini menjadi metode yang lebih flexible daripada metode yang lain dikarenakan mudah beradaptasi yang disebabkan oleh perubahan kebutuhan pengguna
(Fatima, Javed, Amjad, & Khan, 2018).
Gambar 1. Rapid Application Development Sumber: (Kendall & Kendall, 2006)
Menurut Kendall, et al., (2006) Rad memiliki 3 fase utama yang dapat dilihat pada Gambar 1 yaitu:
a) Requirements Planning
Fase requirement planning merupakan fase dimana pengembang melakukan tahap analisis kebutuhan untuk mendapatkan kebutuhan dari sistem.
b) RAD Design Workshop
Fase desain workshop merupakan fase dimana pengembang melakukan tahap perancangan, desain sistem, dan membangun sistem.
c) Implementation
Fase implementasi merupakan fase dimana pengembang membangun sistem secara menyeluruh, komponen-komponen yang telah dibuat pada RAD workshop dijadikan satu sistem utuh. Pada fase ini juga pengembang melakukan pengujian sistem.
2.3. ReactJS
ReactJs adalah library yang dibuat oleh Facebook dengan menggunakan bahasa pemrograman Javascript. ReactJs mampu membuat UI menjadi bentuk komponen- komponen. Tujuannya adalah untuk membantu dan memudahkan programmer dalam membangun aplikasi yang lebih ringan, cepat, mudah digunakan, dan mudah untuk pengembangannya (Musa, 2018).
2.4. Redux
Redux adalah library yang digunakan untuk membantu react developer dalam memanajemen state. Dengan menggunakan redux maka sistem memiliki 4 hal yang digunakan sebagai arsitekturnya yang dapat dilihat pada Gambar 2 yaitu view, action, reducer, dan store (Abramov, 2020).
View digunakan untuk menampilkan informasi dan sebagai interaksi antara sistem
dengan pengguna. Action digunakan untuk perantara pengguna dalam mengolah datanya sebelum disimpan di store. Reducers digunakan untuk menyimpan data dari actions dan disimpan pada store. Store digunakan untuk menyimpan seluruh data pada reducers dan dapat ditampilkan ke view (Karwchan, 2017).
Gambar 2. Arsitektur Redux Sumber: (Karwchan, 2017)
2.5. Firebase
Firebase adalah database yang menerapkan NoSql atau data yang dibuat dan disimpan dalam bentuk JSON.
Layanan firebase banyak digunakan dalam pembuatan aplikasi seperti android, IOS, maupun Web. Ketika membuat aplikasi lintas platform firebase mampu membagikan data terbaru kepada klien secara otomatis (Firebase, 2020).
2.6. Blackbox Testing
Blackbox testing adalah teknik yang digunakan dalam melakukan pengujian perangkat lunak untuk memastikan bahwa setiap fungsionalitas sistem mampu berjalan dan bekerja dengan baik. Blackbox testing menguji dari sisi hasil sistem yang telah jadi dengan memasukkan data valid maupun non-valid (Cholifah, Yulianingsih, & Sagita, 2018).
2.7. Whitebox Testing
Whitebox testing adalah teknik yang digunakan dalam melakukan pengujian perangkat lunak untuk memastikan bahwa setiap komponen yang dibuat mampu bekerja dengan baik (Rajkumar, 2018).
Terdapat tiga bagian yang dikerjakan dalam whitebox testing yaitu (Meiliana, 2016):
a) Flow graph
Flow graph adalah notasi yang digunakan untuk menggambarkan jalur eksekusi pada sistem.
b) Cyclomatic Complexity
Cyclomatic complexity adalah matrik yang digunakan untuk mengukur perangkat lunak secara kuantitatif terhadap kompleksitas pada perangkat lunak. Bentuk rumus yang digunakan untuk mendapatkan Cyclomatic Complexity dapat dilihat pada persamaan (1) sampai (3).
V(g) = 𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑅𝑒𝑔𝑖𝑜𝑛 (1)
V(g) = 𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑝𝑟𝑒𝑑𝑖𝑐𝑎𝑡𝑒 𝑛𝑜𝑑𝑒 + 1 (2) V(g) = 𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑒𝑑𝑔𝑒 − 𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑛𝑜𝑑𝑒 + 2 (3)
c) Independent Path
Independent path adalah jalur yang dapat dilalui oleh sistem.
3. METODOLOGI PENELITIAN
Langkah-langkah yang dilakukan dalam penelitian ini dapat dilihat pada Gambar 3.
Gambar 3. Diagram Alir Metodologi Penelitian
3.1. Studi Literatur
Studi literatur merupakan tahap dalam mengumpulkan dan mempelajari literatur terkait dengan pengembangan perangkat lunak. Studi literatur digunakan sebagai landasan dalam melakukan penelitian.
3.2. Analisis Kebutuhan
Analisis kebutuhan merupakan tahap dalam mendapatkan kebutuhan sehingga dapat menjadi acuan dalam mendesain sistem. Teknik yang digunakan dalam mendapatkan kebutuhan adalah wawancara, teknik tersebut melakukan proses tanya jawab dengan ahli/pakar sehingga mendapatkan informasi yang sesuai dengan kebutuhan. Selanjutnya memodelkan setiap proses yang dilakukan menggunakan Business Process Modeling Notation (BPMN).
3.3. Desain Sistem
Desain sistem merupakan tahap dalam membuat desain dan perancangan sistem. Desain sistem dibuat berdasarkan informasi yang telah didapatkan dari pengguna. Desain dirancang dengan menggunakan sequence diagram, class diagram, perancangan database, dan perancangan UI.
3.4. Membangun Sistem
Membangun sistem merupakan tahap dalam membuat sistem berdasarkan desain yang telah dibuat dan disetujui oleh pengguna. Sistem dibangun dengan menggunakan library reactJs, dan redux dengan menggunakan bahasa pemrograman Javascript, database yang digunakan adalah firebase dengan produk layanan yang dipilihnya adalah firestore.
3.5. Pengujian
Pengujian dilakukan untuk membuat sistem dapat digunakan dengan baik dan lancar, sehingga menjadikan sistem tersebut andal dan berkualitas. Pengujian fungsional dilakukan dengan dua cara yaitu dengan pengujian blackbox dan pengujian whitebox. Pengujian non-fungsional menguji compatibility dan security.
3.6. Kesimpulan dan Saran
Kesimpulan didapatkan berdasarkan hasil dari tahap sebelumnya yaitu tahap analisis, desain, membangun sistem, dan pengujian sistem. Tahap ini bertujuan untuk menjawab permasalahan yang sudah dirumuskan. Saran diberikan guna membantu memberikan pandangan untuk penelitian yang akan datang.
4. ANALISIS KEBUTUHAN
4.1. Gambaran Umum Sistem
Sistem manajemen barang inventaris dibangun untuk membantu dalam melakukan manajemen inventaris barang di sekolah.
Beberapa fitur yang dapat dilakukan adalah sistem dapat melakukan pendataan barang, melakukan berita acara, melakukan perbaikan barang, melakukan peminjaman barang, melakukan penghapusan barang dan pengecekan barang inventaris.
4.2. Bussiness Process Modeling Notation Bussiness Process Modeling Notation (BPMN) merupakan notasi yang digunakan untuk memodelkan proses yang terjadi pada suatu kegiatan sehingga mampu memudahkan pengembang dalam menganalisis fungsional pada sistem. Adapun salah BPMN dari penerimaan barang inventaris dapat dilihat pada Gambar 4.
Gambar 4. As-Is Business Process Penerimaan Barang Inventaris
4.3. Identifikasi Aktor
Tabel 1. menjelaskan aktor yang terlibat dengan sistem.
Tabel 1. Identifikasi Aktor
Aktor Deskripsi
Sarpras
Aktor yang bertugas memanajemen seluruh barang di SMKN 1 Pasuruan Pengelola
Aktor yang bertugas memanajemen barang di ruangan tertentu.
4.4. Spesifikasi Kebutuhan 4.4.1. Kebutuhan Fungsional
Kebutuhan fungsional merupakan layanan yang harus ada pada sistem dan digunakan untuk memenuhi kebutuhan yang dibutuhkan oleh aktor. Sistem manajamen barang inventaris memiliki 11 kebutuhan fungsional.
4.4.2. Kebutuhan Non-Fungsional
Kebutuhan non-fungsional merupakan tingkah laku yang dimiliki oleh sistem. Sistem manajemen barang inventaris memiliki 2 kebutuhan non-fungsional yaitu compatibility dan security. Compatibility merupakan tingkah laku sistem yang digunakan agar sistem dapat digunakan di berbagai macam browser. Security merupakan tingkah laku sistem yang digunakan agar sistem memiliki keamanan authentication dan authorization yang baik.
4.5. Pemodelan Kebutuhan
Interaksi antara aktor dengan sistem dapat dimodelkan dengan menggunakan use case diagram. Use Case diagram dari sistem manajamen barang inventaris dapat dilihat pada Gambar 5.
Gambar 5. Use Case Diagram
5. PERANCANGAN DAN IMPLEMENTASI SISTEM 5.1. Perancangan Sequence Diagram
Sequence diagram dirancang berdasarkan use case scenario yang telah dibuat pada tahap sebelumnya. Perancangan yang dibuat pada penelitian ini berjumlah 4 yaitu menambahkan data barang inventaris, membuat berita acara serah terima barang, pengajuan perbaikan barang inventaris, dan peminjaman barang inventaris.
5.2. Perancangan Class Diagram
Class diagram dirancang berdasarkan arsitektur yang digunakan dalam redux yaitu view, actions, reducers, dan store. View berisi class component yang digunakan sebagai antarmuka dari sistem. Actions berisi component yang digunakan untuk menerima dan memproses aksi dari pengguna pada view dan mengirimkan hasilnya ke reducers. store berisi kumpulan state atau data yang disimpan oleh reducers dan dapat ditampilkan di view.
5.3. Perancangan Basis Data
Basis data menggunakan firebase dengan produk layanannya adalah firestore sehingga hasil dari database yang dibuat berbentuk JSON.
Perancangan database pada firestore menghasilkan 12 koleksi yaitu events, items, loan, logItem, notifications, partnerships, receiptBook, removalSubmissions, rooms, submissions, users, dan reports.
5.4. Perancangan Antarmuka
Perancangan antarmuka dilakukan dengan 5 iterasi. Iterasi pertama menghasilkan 15 desain utama, iterasi kedua menghasilkan 7 desain utama, iterasi ketiga menghasilkan 3 desain utama, iterasi keempat menghasilkan 2 desain utama, dan iterasi kelima menghasilkan 1 desain utama. Adapun beberapa desain antarmuka yang dirancang dapat dilihat pada Gambar 6 sampai Gambar 10.
Gambar 6. Perancangan SignIn pada Iterasi 1
Gambar 7. Perancangan Berita Acara pada Iterasi 2
Gambar 8. Perancangan Perbaikan pada Iterasi 3
Gambar 9. Perancangan Penghapusan pada Iterasi 4
Gambar 10. Perancangan Pengecekan Barang pada Iterasi 5
5.5. Implementasi Sistem
Implementasi dibuat dengan menggunakan library reactJs dan redux menggunakan bahasa pemrograman javascript. Framework UI react yang digunakan adalah Material UI. Hasil dari implementasi sistem dapat dilihat pada Gambar 11 sampai dengan Gambar 13.
Gambar 11. Halaman SignIn
Gambar 12. Halaman Daftar Barang
Gambar 13. Halaman Perbaikan Barang
6. PENGUJIAN 6.1. Pengujian Whitebox 6.1.1. Pengujian Unit
Pengujian unit pada sistem manajemen barang inventaris menunjukkan hasil 100%
valid. Berikut merupakan salah satu dari pengujian unit pada fungsi menambahkan data barang inventaris.
a. Algoritma
Algoritma fungsi menambahkan data barang inventaris dapat dilihat pada Tabel 2.
Tabel 2. Algoritma tambah barang inventaris Mulai
Inisialisasi data = state.data If data.value === ‘0’ then
Set state.error.value === ‘total item minimal 1’
Else if data.price === 0 then
Set state.error.price === ‘barang harus memiliki harga’
Else then
Run action addItem(data) selesai
b. Flow graph
Flow graph fungsi menambahkan data barang dapat dilihat pada Gambar 14.
Gambar 14. Flow Graph
c. Cyclomatic Complexity 1) V(g) = jumlah region = 3 2) V(g) = edge-node+2 = 9-8+2 = 3 3) V(g) = predicate + 1 = 2+1 = 3 d. Independent Path
1) Jalur 1 = 1-2-3-4-8 2) Jalur 2 = 1-2-3-5-6-8 3) Jalur 3 = 1-2-3-5-7-8 e. Kasus Uji
Hasil kasus uji pengujian unit fungsi menambahkan data barang inventaris dapat dilihat pada Tabel 3.
Tabel 3. Hasil Kasus Uji
Jalur 1 2 3
Kasus Uji
Data = tidak valid dimana, data.value sama dengan 0
Data = tidak valid dimana, data.price sama dengan 0
Data = valid dimana data.value dan data.price tidak sama dengan 0 Hasil
yang diharap kan
Sistem menampil kan pemberita huan bahwa jumlah barang minimal satu
Sistem menampil kan pemberita huan bahwa barang harus memiliki harga.
Sistem menampil kan pemberita huan bahwa data berhasil disimpan Hasil
Aktual
Sistem berhasil menampil kan pemberita huan bahwa jumlah barang minimal satu
Sistem berhasil menampil kan pemberita huan bahwa barang harus memiliki harga
Sistem berhasil menampil kan pemberita huan bahwa data berhasil disimpan Status Valid Valid Valid
6.1.2. Pengujian Integrasi
Pengujian integrasi menghasilkan nilai 100% valid. Pengujian integrasi pada penelitian ini yang pertama dilakukan pada method submit() di kelas addItem dan method addItem() di komponen action item. Kedua dilakukan pada method submit() di kelas createEvent dan method createEvent() di komponen action event.
Ketiga dilakukan pada method submit() di kelas createLoan dan method createLoan() di komponen action submission.
6.2. Pengujian Blackbox
Pengujian blackbox pada 10 kebutuhan fungsional dengan total 29 kasus percobaan menghasilkan nilai 100% valid untuk semua kasus uji berhasil dan kasus uji gagal.
6.3. Pengujian Compatibility
Pengujian compatibility menggunakan tool yang dinamakan SortSite dan mampu menghasilkan hasil yang baik untuk beberapa browser. Hasil dari pengujian dapat dilihat pada Gambar 15.
Gambar 15. Hasil Pengujian Menggunakan SortSite
6.4. Pengujian Security
Pengujian security menghasilkan nilai 100% valid untuk semua jenis pengujian pada authentication dan authorization.
7. KESIMPULAN DAN SARAN 7.1. Kesimpulan
Berdasarkan hasil yang telah diperoleh mulai tahap analisis kebutuhan sampai dengan pengujian maka dapat disimpulkan bahwa telah diperoleh 2 aktor yaitu sarpras, dan pengelola, diperoleh 11 kebutuhan fungsional dan 2 kebutuhan non fungsional. Pada tahap desain sistem didapatkan perancangan sequence diagram, perancangan class diagram, perancangan database, dan perancangan antarmuka sebanyak 5 iterasi.
Pengujian fungsional dilakukan dengan menggunakan pengujian whitebox dan pengujian
blackbox dan menghasilkan nilai 100% valid.
Pada pengujian non-fungsional dilakukan dengan menguji compatibility dan security dan menghasilkan nilai 100% valid.
7.2. Saran
Berdasarkan penelitian yang sudah dilakukan maka saran untuk penelitian selanjutnya adalah dengan membuat sistem ke bentuk android sehingga mampu ditambahkan beberapa fitur yaitu fitur untuk pembacaan QRCode dan fitur LBS (Location Based Service) sehingga proses perubahan data dan pelacakan menjadi lebih mudah.
8. DAFTAR PUSTAKA
Abramov, D. (2020). Redux Fundamentals.
Dipetik 11 6, 2020, dari
https://redux.js.org/tutorials/fundament als/part-1-overview
Aswanti, S., Ramadhan, M. S., Firmansyah, U.
A., & Anwar, K. (2017). Studi Analisis Model Rapid Application Development Dalam Pengembangan Sistem
Informasi. Jurnal Matrik, 6(2), 20-27.
Cholifah, W. N., Yulianingsih, & Sagita, S. M.
(2018). Pengujian Blackbox Testing Pada Aplikasi Action & Strategy Berbasis Android Dengan Teknologi Phonegap. Jurnal String, 3(2), 206-210.
Erwin. (2020, Februari 5). Pengelolaan Aset di SMKN 1 Kota Pasuruan saat ini.
Fatima, F., Javed, M., Amjad, F., & Khan, U.
G. (2018). An Approach To Enhance Quality Of The Rad Model Using Agents. Journal of American Science, 14(9), 47-55.
Firebase. (2020). Firebase Realtime Database.
Dipetik Februari 11, 2020, dari
https://firebase.google.com/docs/databa se?hl=id
Karwchan, G. (2017). Redux Vs. MVC, Why and How? Dipetik 11 6, 2020, dari https://blog.gisspan.com/2017/02/Redu x-Vs-MVC,-Why-and-How.html Kendall, K. E., & Kendall, J. E. (2006). Systems
Analysis And Design (8 ed.). New Jersey: Pearson Education, Inc.
Meiliana. (2016). Basis Path Testing: Flow Graph . Dipetik Februari 18, 2020, dari https://socs.binus.ac.id/2016/12/30/basi s-path-testing-flow-graph/
Musa, F. (2018). Apa itu React Js dan Bagaimana Cara Menggunakannya?
Dipetik Maret 1, 2020, dari
https://www.kodingindonesia.com/react -js-dan-installasi/
Rajkumar. (2018). Integration Testing – Big Bang, Top Down, Bottom Up & Hybrid Integration. Dipetik Februari 18, 2020, dari
https://www.softwaretestingmaterial.co m/integration-testing/#What-is-Top- Down-Approach
Sagala, J. R. (2018). Model Rapid Application Development (RAD) Dalam
Pengembangan Sistem Informasi Penjadwalan Belajar Mengajar. Jurnal Mantik Penusa, 2(1), 87-90.
Saleh, K., & Budi, H. M. (2020, Maret 12).
Mekanisme Barang Inventaris di SMKN 1 Pasuruan. (M. Dzulhilmi, Pewawancara)
Sari, R. P., & Devitra, J. (2017). Analisis dan Perancangan Sistem Informasi Manajemen Aset Pada Kantor Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Provinsi Jambi.
Jurnal Manajemen Sistem Informasi, 573-591.