• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengaruh Terapi Latihan Range Of Motion (Rom) Aktif Dan Kompres Hangat Terhadap Kekuatan Otot Ekstremitas Pada Pasien Post Stroke

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "Pengaruh Terapi Latihan Range Of Motion (Rom) Aktif Dan Kompres Hangat Terhadap Kekuatan Otot Ekstremitas Pada Pasien Post Stroke"

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

DOI:https:// doi.org/10.12345/ jikp.v10i1.290

This is an open access article under the CC–BY-SA license.

Pengaruh Terapi Latihan Range Of Motion (Rom) Aktif Dan Kompres Hangat Terhadap Kekuatan Otot Ekstremitas Pada Pasien Post Stroke

Devi Listiana1*, Fernalia2, Ghisca Nafalita Anjani3

1,2Dosen Program Studi Ilmu Keperawatan STIKES Tri Mandiri Sakti Bengkulu

3Mahasiswa Program Studi Ilmu Keperawatan STIKES Tri Mandiri Sakti devilistiana01@gmail.com

*corresponding author

Tanggal Pengiriman: 3 Oktober 2021, Tanggal Penerimaan: 12 Desember 2021

Abstrak

Terapi latihan Range Of Motion dapat mempertahankan kelenturan sendi, kemampuan aktifitas, dan fungsi secara psikologis yang dapat menurunkan persepsi nyeri dan tanda-tanda depresi pada klien pasca stroke untuk menilai kekuatan otot. Terapi kompres hangat dapat membantu meredakan nyeri, kekakuan otot sendi dan spasme otot dimana panas tersebut dapat menyebabkan vasodilatasi (pelebaran pembuluh darah) sehingga menambah masuknya oksigen, nutrisi dan leukosit darah yang menuju jaringan tubuh. Terapi latihan Range Of Motion dan kompres hangat mampu meningkatkan kekuatan otot dan mobilitas fisik pada pasien stroke.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh pemberian kombinasi terapi latihan ROM aktif dan kompres hangat terhadap kekuatan otot ektremitas pada pasien post stroke di poli saraf RSUD Dr. M. Yunus Bengkulu. Desain yang digunakan dalam penelitian ini adalah Pre Eksperimental menggunakan the One Group Pretest Postest Design tanpa kelompok kontrol.

Populasi dalam penelitian ini adalah pasien post stroke dengan kekuatan otot ekstremitas 1-5 di Poli Saraf RSUD Dr. M. Yunus Bengkulu tahun 2021. Sampel diambil menggunakan Accidental Sampling yaitu sebanyak 20 orang. Pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan data primer yaitu dengan melakukan pengukuran kekuatan otot sebelum dan setelah terapi latihan ROM aktif dan kompres hangat. Analisis data menggunakan analisis univariat dan bivariat dengan menggunakan uji statistik Wilcoxon Matched Pairs Test. Rata-rata kekuatan otot ekstremitas sebelum dilakukan terapi latihan ROM dan kompres hangat adalah sebesar 2,45.

Rata-rata kekuatan otot ekstremitas setelah dilakukan terapi latihan ROM dan kompres hangat adalah sebesar 3,35. Terdapat pengaruh kombinasi terapi latihan ROM aktif dan kompres hangat terhadap kekuatan motorik ekstremitas pada pasien stroke di Poli Saraf RSUD Dr. M. Yunus Bengkulu. Diharapkan perawat dapat memberikan edukasi kesehatan pada pasien dan keluarga tentang pentingnya melakukan terapi latihan ROM aktif dan kompres hangat untuk meningkatkan kekuatan otot pasien pasca stroke.

Kata Kunci: latihan ROM aktif; kompres hangat; kekuatan otot ekstremitas

Abstract

Range of Motion exercise therapy can maintain joint flexibility, activity ability, and psychological function which can reduce pain perception and signs of depression in post-stroke clients to assess muscle strength. Warm compress therapy can help relieve pain, joint muscle stiffness and muscle spasm where the heat can cause vasodilation (widening of blood vessels) thereby increasing the entry of oxygen, nutrients and blood leukocytes to body tissues. Range of motion exercise therapy and warm compresses can improve muscle strength and physical

(2)

mobility in stroke patients. This study aims to study the effect of giving a combination of active range of motion exercise therapy and warm compresses on extremity muscle strength in post- stroke patients at the neurology clinic of Dr. M Yunus Bengkulu Hospital. The design used in this study was Pre Experimental using the One Group Pretest Posttest Design. The population in this study were post-stroke patients with muscle strength in the extremities of 1-5 at the Neurology Clinic of Dr. M. Yunus Bengkulu in 2021. Samples were taken using Accidental Sampling as many as 20 people. Data collection in this study used primary data, namely by measuring muscle strength before and after active Range of motion (ROM) exercise therapy and warm compresses. Data analysis used univariate and bivariate analysis using Wilcoxon Matchd Pairs Test statistic test. The results obtained: (1) The average muscle strength of the extremities before the range of motion (ROM) exercise therapy and warm compresses was 2.45.

(2) The average extremity muscle strength after range of motion (ROM) exercise therapy and warm compresses is 3.35 and (3) There is an effect of a combination of active range of motion (ROM) exercise therapy and warm compresses on the motor strength of the extremities. in stroke patients at the Neurology Clinic of Dr. M. Yunus Bengkulu. It is hoped that nurses can increase their role as educators by providing health education to patients and families about the importance of active range of motion (ROM) exercise therapy and warm compresses to increase muscle strength in post-stroke patients.

Keywords: active range of motion exercise; warm compress; extremity muscle strength

PENDAHULUAN

Stroke dapat menimbulkan berbagai tingkat gangguan, seperti penurunan tonus otot, hilangnya sensibilitas pada sebagian anggota tubuh, menurunnya kemampuan untuk menggerakkan anggota tubuh yang sakit dan ketidakmampuan dalam hal melakukan aktivitas tertentu. Pasien stroke yang mengalami kelemahan pada satu sisi anggota tubuh disebabkan oleh karena penurunan tonus otot, sehingga tidak mampu menggerakkan tubuhnya (imobilisasi) (Indrawati, 2018). Imobilisasi yang tidak mendapatkan penanganan yang tepat, akan menimbulkan komplikasi berupa abnormalitas tonus, orthostatic hypotension, deep vein thrombosis dan kontraktur (Mubarak, Iqbal, & Chayatin, 2012). Serangan stroke mengakibatkan kemampuan motorik pasien mengalami kelemahan atau Hemiparesis (Nasir, 2017).

Hemiparasis yang disebabkan oleh stroke akut menyebabkan kekakuan, kelumpuhan, kekuatan otot melemah dan akibatya mengurangi rentang gerak sendi dan fungsi ekstremitas, aktivitas hidup sehari-hari Activity Daily Living (ADL) (Benjamin, 2017). Berbagai dampak yang ditimbulkan akibat stroke selain kecacatan atau kelumpuhan pada anggota gerak adalah gangguan pada proses bicara atau afasia, dan daya ingat. Apabila terjadi hambatan pada sistem motorik maka pasien akan mengalami kesulitan atau keterbatasan dalam melakukan gerakan. Anggota ekstremitas yang mengalami serangan adalah ekstremitas atas dan bawah.

Kelemahan pada ekstremitas menyebabkan hilangnya kemampuan fungsi motorik pada tangan seperti kemampuan menggenggam, dan mencubit, sehingga perlu dilakukan pemulihan pada fungsi motorik halus (Prok et al., 2016). Hal ini terjadi karena adanya defisit pada sistem neurologis yang mengakibatkan gaangguan pada motorik oleh karena tidak adanya stimulus dari syaraf yang merangsang serebelum dan korteks serebri yang mengatur suatu pola gerakan tubuh (Adi dan Kartika, 2017).

(3)

Copyright © 2021, Jurnal Ilmiah Kesehatan Pencerah ISSN 2089-9394 (print) | ISSN 2656-8004 (online)

Stroke telah menjadi masalah kesehatan yang mendunia dan semakin penting, dengan dua pertiga stroke sekarang terjadi di negara- negara yang sedang bekembang. Secara global, pada saat tertentu sekitar 80 juta orang menderita akibat stroke (Suryani, 2008) sebanyak 15 juta orang terserang stroke setiap tahunnya, satu pertiga meninggal dan sisanya mengalami kecacatan permanen. AHA (Association Heart American, 2017) mengatakan sekitar 1-19 orang meninggal karena stroke. Sekitar 55- 75% di Amerika pasien stroke mengalami penurunan pada kemampuan motorik. Yayasan Stroke Indonesia menyatakan bahwa jumlah penderita stroke di Indonesia merupakan terbanyak dan menduduki urutan pertama di Asia. Prevalensi penyakit stroke di Indonesia meningkat seiring dengan bertambahnya umur. Kasus stroke tertinggi yang terdiagnosis tenaga kesehatan adalah usia 75 tahun keatas 50,2% dan terendah pada kelompok usia 15-24 tahun yaitu sekitar 0,6%. Berdasarkan data 10 besar penyakit terbanyak di Indonesia tahun 2013, prevalensi kasus stroke di Indonesia berdasarkan diagnosis tenaga kesehatan sebesar 10,9 permil dan 14,7 permil (Riset Kesehatan Dasar, 2018). Ada 3 kemungkinan yang dialami oleh pasien stroke setelah menjalani perawatan dirumah sakit yaitu meninggal dunia, sembuh tanpa cacat, dan sembuh dengan kecacatan. Kematian akibat stroke ditemukan pada 10-30% pasien yang dirawat dan 70-90% penderita yang hidup pasca stroke (Pinzon & Asanti, 2015).

Pasien stroke yang masih bertahan dapat mengalami berbagai masalah kesehatan, seperti kehilangan fungsi motorik, gangguan komunikasi, presepsi, gangguan hubungan visual-spasial, kehilangan fungsi sensoris, kerusakan fungsi kognitif dan efek psikologik dan disfungsi kandung kemih (Smeltzer & G. Bare, 2010). Penderita stroke yang mengalami kelemahan otot dan tidak segera mendapatkan penanganan yang tepat dapat menimbulkan komplikasi, salah satunya adalah kontrakur yang menyebabkan terjadinya gangguan fungsional, ganggun mobilisasi, gangguan aktifitas sehari-hari dan cacat yang tidak dapat disembuhkan (Asmadi, 2010). Latihan ROM yang diprogramkan pada klien stroke secara teratur terbukti berefek positif baik dari segi fungsi fisik maupun fungsi psikologis. Fungsi fisik yang diperoleh adalah mempertahankan kelenturan sendi, kemampuan aktifitas, dan fungsi secara psikologis yang dapat menurunkan presepsi nyeri dan tanda-tanda depresi pada klien pasca stroke untuk menilai kekuatan otot (Prok et al., 2016). Saat penghentian proses peradangan melalui RICE (Rest, Ice, Compres, Elevation), pengobatan perlu diubah dengan bentuk terapi panas. Sirkulasi terapi panas yang meningkat pada daerah alat pelepas jaringan yang rusak dapat memperbaiki cedera pada tubuh. Hal ini membantu mengurangi kekakuan didaerah terjadinya cedera persendian. Pemanas dipakai selama 20 sampai 30 menit, tiga sampai empat kali sehari (Indrawati, 2018).

Berdasarkan dari beberapa penjelasan penelitian sebelumnya, bahwa teknik terapi kompres hangat dan latihan Range Of Motion mampu meningkatkan kekuatan otot dan mobilitas fisik pada pasien stroke. Dimana terapi kompres hangat yang dapat membantu meredakan nyeri, kekakuan otot sendi dan spasme otot dimana panas tersebut dapat menyebabkan vasodilatasi (pelebaran pembuluh darah) sehingga menambah masuknya oksigen, nutrisi dan leukosit darah yang menuju jaringan tubuh (Potter & Perry, 2010).

(4)

Terapi yang dilakukan pada pasien stroke ditujukan untuk dapat mengembangkan, memelihara dan memulihkan gerak dengan cara terapi latihan motorik, merangsang tangan dalam melakukan suatu pergerakan atau kontraksi otot, sehingga membantu fungsi ekstremitas atas yang hilang akibat stroke.

Hasil studi pendahuluan di RSUD Dr. M. Yunus Bengkulu data yang di dapat dari bagian rekam medis RSUD Dr. M. Yunus Bengkulu, jumlah kasus stroke pada semua kelompok usia tahun 2018 berdasarkan jenis kelamin, perempuan berjumlah 381 orang dan laki-laki sebanyak 495 orang dan data pada tahun 2019 berdasarkan jenis kelamin, perempuan berjumlah 520 Orang dan laki-laki sebanyak 673 orang. Berdasarkan data yang didapatkan dari Poli Saraf RSUD Dr. M. Yunus Bengkulu pada tahun 2020 dari bulan Januari-September didapatkan jumlah kunjungan penderita stroke hemoragik sebanyak 96 orang dan stroke nonhemoragik 198 orang.

Berdasarkan hasil studi pendahuluan di Poli Saraf RSUD Dr. M. Yunus Bengkulu pada Bulan Desember 2020 didapatkan 49 pasien mengalami kelemahan otot dengan kekuatan otot 3 dan 27 pasien dengan kekuatan otot 2. Dari hasil kunjungan didapatkan 6 pasien. 4 dari 6 pasien dengan kekuatan otot ekstremitas atas dengan nilai 2 dan 2 dari 6 pasien dengan kekuatan otot ekstremitas atas dengan nilai 3. Didapatkan 4 dari 6 pasien mengalami hemiparesis dextra dan 2 dari 6 pasien mengalami hemiparesis sisnistra. 1 dari 6 pasien mengatakan tidak menjalani fisioterapi, latihan rentang gerak hanya dibantu dengan keluarganya sendiri. Pada saat studi pendahuluan di Poli Saraf RSUD Dr. M. Yunus Bengkulu didapatkan informasi latihan rentang gerak yang di dapatkan pasien post stroke yang menjalani fisioterapi sebnyak 6 kali kunjungan, 1 kali kunjungan dilakukan setiap 2-3 hari sekali, dan didapatkan informasi bahwa belum menerapkan kombinasi ROM aktif dan kompres hangat. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh kombinasi terapi Range of motion (ROM) aktif dan kompres hangat terhadap peningkatan kekuatan motorik ekstremitas pada pasien stroke.

METODE

Penelitian ini dilakukan di ruang Poli Saraf RSUD Dr. M. Yunus Bengkulu pada Tanggal 1-30 Juni 2021. Desain yang digunakan dalam penelitian ini adalah Pre Eksperimental menggunakan the One Group Pretest Postest Design. Populasi dalam penelitian ini adalah pasien post stroke dengan kekuatan otot ekstremitas 1-5 di Poli Saraf RSUD Dr. M. Yunus Bengkulu tahun 2021. Sampel diambil menggunakan teknik Accidental Sampling yaitu sebanyak 20 orang dengan kriteria inklusi; 1) Bersedia menjadi responden penelitian, 2) Penderita penyakit stroke yang berkunjung di poli saraf, 3) Laki-laki dan perempuan penderita stroke yang mengalami hemiparesis sinistra/dextra, 4) Kekuatan otot 1-5, 5) Usia kurang dari 65 tahun, 6) Responden yang bertempat tinggal di Kota Bengkulu dan kriteria ekslusi; Responden yang mengundurkan diri (drop out).

Pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan data primer yaitu dengan melakukan pengukuran kekuatan otot sebelum dan setelah terapi latihan Range of motion (ROM) aktif dan kompres hangat. Data diambil langsung dari responden yang akan melakukan kontrol penyakit stroke dipoli saraf RSUD Dr. M. Yunus Bengkulu. Pasien dilakukan pengukuran kekuatan Otot

(5)

Copyright © 2021, Jurnal Ilmiah Kesehatan Pencerah ISSN 2089-9394 (print) | ISSN 2656-8004 (online)

Ekstremitas sebelum dilakukan latihan ROM aktif dan Kompres hangat (pre test) dan dicatat dilembar observasi. Kemudian diberikan kompres hangat dan selanjutnya diberikan latihan ROM aktif. Pemberian terapi kompres hangat dan latihan ROM dilakukan sebanyak 2 kali dalam seminggu dengan waktu 20 menit. Intervensi dilakukan selama satu minggu. Pada hari terakhir dilakukan pengukuran kekuatan ekstremitas kembali (post test).

Analisis data menggunakan analisis univariat untuk mengetahui distribusi frekuensi masing-masing variable dan analisis bivariat untuk mengetahui rata-rata perbedaan sebelum dan setelah pemberian kompres hangat dan latihan ROM (uji statistik Wilcoxon Matched Pairs Test).

HASIL DAN PEMBAHASAN

Tabel 1. Rata-Rata Kekuatan Otot Ekstremitas Sebelum dan Setelah Dilakukan Latihan Range of motion (ROM) Aktif dan Kompres Hangat di Poli Syaraf RSUD Dr. M. Yunus Bengkulu.

Variabel Mean Std Deviation

Sebelum 2,45 0,510

Setelah 3,35 0,489

Berdasarkan tabel 1 tampak bahwa nilai rata-rata kekuatan otot ekstremitas sebelum dilakukan terapi latihan range of motion (ROM) aktif dan kompres hangat adalah sebesar 2,45 dan diperoleh nilai rata-rata kekuatan otot ekstremitas setelah dilakukan terapi latihan range of motion (ROM) aktif dan kompres hangat adalah sebesar 3,35. Data tersebut menunjukkan bahwa terdapat peningkatan kekuatan otot ekstremitas antara sebelum dan setelah dilakukan terapi latihan range of motion (ROM) aktif dan kompres hangat.

Tabel 2. Pengaruh Kombinasi Terapi Latihan Range of motion (ROM) Aktif dan Kompres Hangat Terhadap Kekuatan Otot Ekstremitas pada Pasien Post Stroke di Poli Syaraf RSUD M. Yunus Bengkulu.

Variabel Rank n Mean

Rank Z P

Kekuatan Otot Ekstremitas Setelah Terapi Dan Sebelum Terapi

Negatif 0 0,00

-4,243 0,000 Positif 18 9,50

Ties 2

Tabel. 2 menunjukkan bahwa dapat diketahui nilai negatif rank atau selisih negatif adalah 0 yang artinya 0 orang terjadi penurunan kekuatan otot ekstremitas setelah melakukan terapi latihan range of motion (ROM) aktif dan kompres hangat. Hasil nilai positif rank atau selisih positif adalah 18 dengan mean rank sebesar 9,50 artinya 18 orang kekuatan otot ekstremitas meningkat setelah melakukan terapi latihan range of motion (ROM) aktif dan kompres hangat.

Hasil nilai ties atau kesamaan nilai adalah 2, artinya terdapat 2 orang dengan kekuatan otot ekstremitas yang sama antara sebelum dan setelah terapi latihan range of motion (ROM) aktif dan kompres hangat dilakukan.

(6)

Hasil uji Wilcoxon Sign Rank didapat nilai Z= -4,243 dengan p-value = 0,000<0,05 signifikan, artinya terdapat perbedaan kekuatan otot ekstremitas sebelum dan setelah dilakukan terapi latihan range of motion (ROM) aktif dan kompres hangat, maka Ho ditolak dan Ha diterima. Jadi, ada pengaruh kombinasi terapi latihan range of motion (ROM) aktif dan kompres hangat terhadap kekuatan otot ekstremitas pada pasien post stroke.

Hasil penelitian dari 20 responden sebelum dilakukan terapi latihan range of motion (ROM) aktif dan kompres hangat diperoleh rata-rata kekuatan otot ekstremitas adalah 2,45 dengan kekuatan otot ekstremitas terendah adalah 2 dan tertinggi adalah 3. Lemahnya kekuatan otot ekstremitas pada pasien stroke sebelum dilakukan terapi latihan range of motion (ROM) aktif dan kompres hangat dapat disebabkan oleh karena berbagai faktor diantaranya faktor subjektif (meliputi hasil pemeriksaan kesehatan secara menyeluruh, adanya penyakit, gender, tingkat aktifitas dan usia) faktor psikologis (meliputi status kognitif, harapan, motivasi, depresi, tekanan dan kecemasan) dan faktor otot (meliputi tipe serat otot, panjang otot, arsitektur otot, lokasi otot, serta pengaruh latihan pada otot).

Kekuatan otot menurut Atmojo & Biyakto (2012) ialah kemampuan otot untuk bergerak dan menggunakan kekuatannya dalam rentang waktu yang cukup lama. Kekuatan memiliki usaha maksimal, usaha maksimal ini dilakukan oleh otot untuk mengatasi waktu tahanan.

Kekuatan otot memiliki beberapa faktor yang dapat mempengaruhinya yaitu pegangan, dimensi otot, dominasi tangan, kelelahan, waktu, umur, status gizi, dan nyeri yang dialami oleh seorang individu.

Faktor penting yang dapat meningkatkan kekuatan otot adalah dengan pelatihan. Dengan pelatihan secara teratur akan menimbulkan pembesaran (hipertrofi) fibril otot. Semakin banyak latihan yang dilakukan makan semakin baik pula pembesaran fibril otot itulah yang menyebabkan adanya peningkatan kekuatan otot. Untuk mencapai peningkatan kekuatan otot dengan baik, diperlukan pelatihan yang disusun dan dilaksanakan dengan program pelatihan yang tepat, agar penelitian yang dilakukan dapat mencapai hasil yang sesuai dengan yang diharapkan, program latihan yang disusun untuk meningkatkan kekuatan otot harus memperhatikan faktor- faktor tersebut (Sudarsono, 2011).

Hasil penelitian dari 20 responden setelah dilakukan terapi latihan range of motion (ROM) aktif dan kompres hangat diperoleh rata-rata kekuatan otot ekstremitas adalah 3,35 dengan kekuatan otot ekstremitas terendah adalah 3 dan tertinggi adalah 4 menunjukkan bahwa kekuatan otot ekstremitas setelah dilakukan terapi latihan range of motion (ROM) aktif dan kompres hangat mengalami peningkatan dari sebelum dan setelah dilakukan latihan. Penurunan tersebut dapat terjadi karena terapi latihan range of motion (ROM) aktif dan kompres hangat yang dilakukan dapat melancarkan peredaran darah dalam tubuh sehingga dapat meningkatkan kekuatan otot ekstremitas pada pasien stroke.

Hasil penelitian ini didukung oleh Potter & Perry (2010), bahwa Range of motion (ROM) aktif adalah latihan gerak sendi yang memungkinkan terjadinya kontraksi dan peregangan otot, dimana klien menggerakkan masing-masing persendiannya sesuai gerakan normal baik secara aktif ataupun pasif. Range Of Motion adalah latihan yang dilakukan untuk mempertahankan

(7)

Copyright © 2021, Jurnal Ilmiah Kesehatan Pencerah ISSN 2089-9394 (print) | ISSN 2656-8004 (online)

atau memperbaiki tingkat kesempurnaan kemampuan menggerakkan persendian secara normal dan lengkap untuk meningkatkan massa otot dan tonus otot.

Range of motion (ROM) aktif jika di kombinasikan dengan kompres hangat akan menjadi metode yang sangat efektif untuk mengurangi nyeri atau kejang otot. Panas disalurkan melalui konduksi panas dapat melebarkan pembuluh darah dan dapat meningkatkan aliran darah. Teknik relaksasi kompres hangat dapat menurunkan intensitas nyeri dengan cara merelaksasikan otot- otot skelet yang menglami spasme yang disebabkan oleh peningkatkan prostaglandin sehingga terjadi vasodilitasi pembuluh darah dan akan meningkatkan aliran darah yang mengalami spasme dan iskemik (Price & Wilson, 2010).

Hasil penelitian dari 20 responden yang dijadikan sampel terdapat 18 orang pasien mengalami peningkatan kekuatan otot ekstremitas setelah dilakukan terapi latihan range of motion (ROM) aktif dan kompres hangat yaitu 11 responden mengalami peningkatan kekuatan otot dari 2 menjadi 3 dan 7 orang mengalami peningkatan kekuatan otot dari 3 menjadi 4. Peningkatan kekuatan otot tersebut menunjukkan bahwa latihan range of motion (ROM) aktif dan kompres hangat dapat melancarkan aliran darah pasien paska stroke sehingga meningkatkan kekuatan otot pada dirinya.

Hasil penelitian di atas menunjukkan bahwa terapi latihan range of motion (ROM) aktif dan kompres hangat dapat meningkatkan kekuatan otot pada pasien paska stroke. Menurut Prok, et al., (2016), latihan ROM aktif yang diprogramkan pada klien stroke secara teratur terbukti berefek positif baik dari segi fungsi fisik maupun fungsi psikologis. Fungsi fisik yang diperoleh adalah mempertahankan kelenturan sendi, kemampuan aktifitas, dan fungsi secara psikologis yang dapat menurunkan presepsi nyeri dan tanda-tanda depresi pada klien pasca stroke untuk menilai kekuatan otot. Menurut Koizer & Erbs, (2010) penambahan pemberian kompres kompres hangat pada pasien paska sroke dapat meningkatkan pemeabilitas kapiler, meningkatkan metabolisme selular, merelaksasikan otot meningkatkan inflamasi, meningkatkan aliran darah ke suatu area dan meredakan nyeri dengan merelaksasi otot.

Hasil penelitian ini didukung penelitian Liang (2012), menunjukkan adanya pengaruh latihan range of motion (ROM) unilateral dan bilateral terhadap kinerja ekstremitas atas pada pasien post stroke di pusat rehabilitasi rumah sakit Taipe menggunakan randomized pretes- posttest study design, dengan sampel 7 responden pada masing-masing kelompok dengan menggunakan teknik randomized. Hasil penelitian menunjukkan nilai P < 0,05 (terdapat pengaruh).

Hasil penelitian terdapat terdapat 2 orang pasien dengan kekuatan otot ekstremitas yang sama antara sebelum dan setelah dilakukan terapi latihan range of motion (ROM) aktif dan kompres hangat, berdasarkan hasil wawancara hal tersebut terjadi karena kurangnya motivasi pasien untuk mengulang gerakan yang sudah dicontohkan pada saat penelitian dilakukan sehingga kekuatan otot ekstremitas pasien tetap sama antara sebelum dan setelah dilakukan terapi latihan range of motion (ROM) aktif dan kompres hangat.

Hasil penelitian ini didukung oleh Bandura (2014), menyatakan bahwa motivasi merupakan salah satu proses pembentukan efikasi diri selain kognitif, afektif dan seleksi.

Motivasi merupakan dorongan yang berasal dari dalam diri sendiri maupun dari luar individu untuk melakukan tugas tertentu guna mencapai tujuan. Motivasi dari dalam diri pasien sangat

(8)

diperlukan untuk proses pemulihan lebih cepat sehingga dapat melakukan aktivitas dengan mandiri sebelum terkena stroke.

Hasil uji statistik Wilcoxon Signed Ranks didapat nilai Z= -4,243 dengan p- value=0,000<0,05 berarti ada pengaruh kombinasi terapi latihan range of motion (ROM) aktif dan kompres hangat terhadap kekuatan motorik ekstremitas pada pasien stroke di Poli Saraf RSUD Dr. M. Yunus Bengkulu.

Hasil penelitian ini didukung penelitian Olviani (2017), menunjukkan adanya pengaruh pemberian latihan range of motion (ROM) aktif spherical grip peningkatan kekuatan otot ekstremitas atas pada pasien stroke diruang rawat inap penyakit saraf (Seruni) RSUD Ulin Banjarmasin menggunakan pre eksperimen dengan pendekatan one group pre-post test design, dengan sampel pasien 30 responden dengan menggunakan teknik purposive sampling dan wilcoxon test. Hasil penelitian menunjukkan ada efek yang signifikan dimana nilai P=0,00<

0,005.

Hasil penelitian ini didukung oleh Potter & Perry (2010), bahwa range of motion (ROM) aktif adalah latihan gerak sendi yang memungkinkan terjadinya kontraksi dan peregangan otot, dimana klien menggerakkan masing-masing persendiannya sesuai gerakan normal baik secara aktif ataupun pasif. Range Of Motion (ROM) adalah latihan yang dilakukan untuk mempertahankan atau memperbaiki tingkat kesempurnaan kemampuan menggerakkan persendian secara normal dan lengkap untuk meningkatkan massa otot dan tonus otot.

Hasil penelitian ini juga didukung oleh penelitian Indrawati (2018), menunjukkan adanya pengaruh kombinasi terapi latihan ROM, genggam bola karet dan kompres hangat terhadap kekuatan motorik ekstremitas atas dan kadar kortisol pada klien pasca stroke di RSUD Dr.

Wahidin Sudiro Husodo Mojokerto menunjukkan hasil uji manova pada kelompok perlakuan dan kontrol didapatkan p-value kekuatan otot lengan bahu = 0,647, kekuatan otot genggam jari = 0,535. Hasil ini menunjukkan ada efek yang signifikan dimana nilai p = 0,00<0,05 artinya ada pengaruh kombinasi terapi latihan ROM, genggam bola karet dan kompres hangat terhadap kekuatan motorik ekstremitas atas dan kadar kortisol pada klien pasca stroke.

Berdasarkan hasil penelitian diperoleh pengaruh kombinasi terapi latihan range of motion (ROM) aktif dan kompres hangat terhadap kekuatan motorik ekstremitas pada pasien stroke, diharapkan pada perawat untuk dapat meningkatkan peran sebagai pendidik yaitu dengan melakukan edukasi atau pendidikan kesehatan pada pasien pasca stoke dan keluarga agar melakukan terapi latihan range of motion (ROM) aktif dan kompres hangat secara rutin sehingga mempercepat pemuihan kekuatan otot ekstremitas dan dapat kembali berfungsi secara normal.

SIMPULAN

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan di Poli syaraf RSUD Dr. M. Yunus Bengkulu tentang pengaruh terapi latihan range of motion (ROM) aktif dan kompres hangat terhadap kekuatan otot ekstremitas dianalisis dengan menggunakan uji normalitas, analisis univariat dan analisis bivariat disimpulkan sebagai berikut: Rata-rata kekuatan otot ekstremitas sebelum dilakukan terapi latihan range of motion (ROM) dan kompres hangat adalah sebesar 2,45. Rata-rata kekuatan otot ekstremitas setelah dilakukan terapi latihan range of motion (ROM)

(9)

Copyright © 2021, Jurnal Ilmiah Kesehatan Pencerah ISSN 2089-9394 (print) | ISSN 2656-8004 (online)

dan kompres hangat adalah sebesar 3,35. Terdapat pengaruh kombinasi terapi latihan range of motion (ROM) aktif dan kompres hangat terhadap kekuatan motorik ekstremitas pada pasien stroke di Poli Saraf RSUD Dr. M. Yunus Bengkulu.

DAFTAR PUSTAKA

Adi, D. Dirga dan Kartika, R. Dwi (2017). Pengaruh Terapi Aktif Menggenggam Bola Karet Terhadap Kekuatan Otot Pada Pasien Stroke Non Hemoragik Di Wilayah Kerja Puskesmas Pengasih II Kulon Progo Yogyakarta.

American Heart Asoociation (AHA). 2017. Heart Disease and Stroke Statistics. Available at:

http://circ.ahajournals.org/content/early/2013/12/18/01.cir.0000441139.02102.80(diakses tanggal 16 Maret 2018).

Asmadi. (2010). Teknik Prosedural Keperawatan Konsep dan Aplikasi Kebutuhan Dasar Klien.

Jakarta: Salemba Medika.

Atmojo, & Biyakto, M. (2012). Tes & Pengukuran Pendidikan Jasmani/Olahraga. Solo:

Lembaga Pengembangan Pendidikan UNS.

Bandura, A. (2014). Article of guide for Contructing Self Efficacy Scales.by Information Age Publishing

Benjamin, et al., 2017. Heart Disease and Stroke Statistics—2017 update: a report from the American Heart Association. Circulation, 135(10), e146-e603.

Benjamin, J. (2017). The Nothwick Park A.D.L Index. Research Occupational Therapist Northwick Park Hospital.

Indrawati. 2018. Pengaruh Kombinasi Terapi Latihan Range Of Motion, Genggam Bola Karet Dan Kompres Hangat Terhadap Kekuatan Motorik Ekstremitas Atas Dan Kadar Kortisol Pada Klien Pasca Stroke di RSU Dr. Wahidin Sudiro Husodo Mojokerto. Tesis. Fakultas Keperawatan Universitas Airlangga Surabaya.

Kozier, B., et al., 2010. Buku Ajar Fundamental Keperawatan (Alih bahasa : Esty Wahyu Ningsih, Devi Yulianti, Yuyun Yuningsih. Dan Ana Lusyana). Jakarta: EGC.

Liang, et al., 2012. ‘What drives social commerce: the role of social support and relationship quality’.International Journal of Electronic Commerce. Vol. 16, No. 2, pp. 69–90.

Olviani, et al., 2017. Pengaruh Latihan Range of motion (ROM) Aktif-Asistif (Spherical Grip) Terhadap Peningkatan Kekuatan Otot Ekstremitas Atas pada Pasien Stroke Di Ruang Rawat Inap Penyakit Syaraf (Seruni) RSUD Ulin Banjarmasin. Dinamika Kesehatan:

Jurnal Keperawatan dan Kebidanan, 8(1).

Mubarak, Wahit Iqbal & Nurul Chayatin. 2012. Buku Ajar Kebutuhan Dasar Manusia : Teori &

Aplikasi Dalam Praktik. Jakarta : EGC.

Nadler, Scott F. DO, FACSM., Weingand, K., & Kruse, R.J. (2014). The Physiologic Basic and Clinical Application of Cryotherapy and Thermotherapy for the Pain Practitioner. Pain Physician, 7, (3). 395-399.

Nasir, M. 2017. Global Health Science, Volume 2 Issue 3 , September 2017 ISSN 2503-5088 Global Health Science. Http://jurnal.csdforum.com/index.php/ghs Global Health Science, Volume 2 Issue 3 , September 2017 ISSN 2503-5088 Global Health Science http://jurnal, 2(3), pp. 283–290.

Pinzon, Rizaldy, Asanti, Laksmi. (2015). Awas Stroke! Pengertian, Gejala, Tindakan, Perawatan dan Pencegahan.Yogyakarta: ANDI

Potter, Perry. (2010). Fundamental Keperawatan Buku 1 Edisi 7. Jakarta: Salemba Medika Price, S. A. dan Wilson, L. M. (2006). Patofisiologi : Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit Edisi 6 Volume 1. Jakarta: EGC.

Price, S. A. dan Wilson, L. M. 2010. Patofisiologi : Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit Edisi 6 Volume 1. Jakarta: EGC.

(10)

Prok W, et al., 2016. Pengaruh Latihan Gerak Aktif Menggenggam Bola Pada Pasien Stroke Diukur Dengan Hand Grip Dynamometer di Rehabilitasi Medik RSUP Prof. Dr. R. D Kandaou Manado 2016. Jurnal e-Clinic (eCi), 4 (1), 71-75.

Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas). 2018. Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan

Kementerian RI tahun 2013. Available at:

http://www.depkes.go.id/resources/download/general/Hasil%20Riskesdas%202013.pdf(di akses: 16 Maret 2018).

Smeltzer, S.C, Bare, B.G. 2010. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah. Edisi 8. Volume 2.

Alih Bahasa :Kuncara, dkk. Jakarta : EGC.

Sudarsono, Ari. (2011). Peregangan Otot-Otot Paha dan Slump Test Setelah Latihan Mencegah Timbulnya Nyeri Tekan dan Bengkak Otot-Otot Paha Serta Memperbaiki Kemampuan Lompat Pada Orang Dewasa. Denpasar: Program Pascasarjana Universitas Udayana.

Suryani. (2008). Gejala Stroke tidak hanya lumpuh. http://m.suaramerdeka. com. di akses tanggal 20 mei 2013 jam 10.30 WIB.

Sylvia A. Price & Lorraine M. Wilson. 2010. Patofisiologi : Konsep Klinis Proses-proses Penyakit, Ed. 6, Vol. 1. Jakarta: EGC.

Referensi

Dokumen terkait

Guru mengevaluasi hasil belajar tentang materi yang telah dipelajari atau masing-masing kelompok mempresentasikan hasil kerjnya.

Bahwa rendahnya angka kekerasan seksual bukan berarti tidak terjadi kekerasan seksual, kemungkinan bahwa tidak terungkapnya kasus tersebut ke proses hukum, kurangnya

Tujuan penelitian ini pada siswa kelas X MIA 4 dan X MIA 6 SMA Negeri 1 Tuban terdapat siswa yang mengalami masalah stres belajar yang tinggi, sehingga

 Ijazah Sarjana Muda Pentadbiran Perniagaan (Pengurusan) dengan Kepujian ** Yuran Asrama hanya tertakluk kepada pelajar yang menginap sahaja (mengikut kategori bilik) ** Cagaran

Pada saat wawancara penulis melakukan wawancara secara lisan kepada keluarga serta sanak saudara Hasan Pulu ataupun kerabat mengenai Hasan Pulu sebagai salah

Hasil analisis univariat menunjukkan bahwa sebagian besar santri pondok pesantren intervensi memiliki kategori pengetahuan “kurang” tentang kesehatan reproduksi,

Dari fenomena tersebut, maka peneliti tertarik untuk mengadakan penelitian den gan judul, “ PENGARUH WORD OF MOUTH DAN PERSEPSI KUALITASTERHADAP MINAT BELI SERTA

Maksud dan tujuan dari pengangkatan anak atau adopsi itu sendiri, yang paling utama adalah sejauh mana anak angkat mendapatkan perlindungan dan kepastian hukum