• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB IV NILAI-NILAI IBADAH PUASA DAN RELEVANSINYA DALAM BIMBINGAN DAN KONSELING ISLAMI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "BAB IV NILAI-NILAI IBADAH PUASA DAN RELEVANSINYA DALAM BIMBINGAN DAN KONSELING ISLAMI"

Copied!
42
0
0

Teks penuh

(1)

67 71

A. Nilai-Nilai Ibadah Puasa

Puasa menurut bahasa berarti menahan diri, tidak bergerak, diam, tidak berbicara, semuanya itu disebut puasa, sebagaimana firman Allah Swt di dalam Al-quran, menghikayatkan perkataan Maryam : Surat Maryam 26







































Artinya: “Maka makan, minum dan bersenang hatilah kamu. jika kamu melihat seorang manusia, Maka Katakanlah: "Sesungguhnya aku telah bernazar berpuasa untuk Tuhan yang Maha pemurah, Maka aku tidak akan berbicara dengan seorang manusiapun pada hari ini".

Puasa yang di perintahkan, yang dituangkan nashnya dalam Al-quran dan sunnah, berarti meninggalkan dan menahan diri. Dengan kata lain menahan dan mencegah diri dari memenuhi hal-hal yang boleh, meliputi keinginan perut dan keinginan kelamin, dengan niat mendekatkan diri kepada Allah Swt. Inilah makna puasa secara syar‟i itu menahan dan mencegah diri secara sadar dari makan, minum dan bersetubuh dengan perempuan dan hal-hal semisalnya, selama sehari penuh. Yakni dari kemunculan fajar hingga terbenamnya matahari, dengan niat memenuhi perintah dan taqarub kepada Allah Swt.

(2)

Dalil yang menunjukan bahwa puasa yang syar‟i adalah menahan diri dari dua syahwat sebagai mana disebutkan didepan, adalah firman Allah Swt dalam surat Al-baqarah ayat 187.





































































































































Artinya: “Dihalalkan bagi kamu pada malam hari bulan puasa bercampur dengan isteri-isteri kamu; mereka adalah pakaian bagimu, dan kamupun adalah pakaian bagi mereka. Allah mengetahui bahwasanya kamu tidak dapat menahan nafsumu, karena itu Allah mengampuni kamu dan memberi ma'af kepadamu. Maka sekarang campurilah mereka dan ikutilah apa yang telah ditetapkan Allah untukmu, dan Makan minumlah hingga terang bagimu benang putih dari benang hitam, Yaitu fajar.

kemudian sempurnakanlah puasa itu sampai (datang) malam, (tetapi) janganlah kamu campuri mereka itu, sedang kamu beri'tikaf[115] dalam mesjid. Itulah larangan Allah, Maka janganlah kamu mendekatinya.

Demikianlah Allah menerangkan ayat-ayat-Nya kepada manusia, supaya mereka bertakwa”.

Menurut Teguh Sulistyowati As Sukoharj puasa yang efektif dalam membentuk kepribadian adalah puasa yang tidak hanya berhenti makan dan minum akan tetapi puasa yang dilakukan dengan memenuhi adab-adab berikut:

a. Mengendalikan keinginan makan dan minum.

b. Mengendalikan keinginan nafsu seksual.

(3)

c. Mengendalikan pandangan mata dari pemandangan terlarang.

d. Mengendalikan mulut dari ucapan terlarang.

e. Mengedalikan telinga dari pendengaran tercela.

f. Mengendalikan tangan, kaki dan anggota badan lainnya dari perbuatan sia-sia.1

Analisis penulis puasa itu adalah menahan diri dari segala yang dihalalkan oleh Allah kepada orang yang beriman baik berupa makanan yang dia miliki atau minuman serta melakukan hubungan suami istri pada siang hari, dan puasa bukan menahan itu saja, namun puasa juga menahan diri untuk berbuat yang tidak baik dan menahan lisan untuk tidak berkata yang tidak diridhoi Allah Swt atau perkataan yang tidak diajarkan oleh islam dan menjaga pandangan atau penglitan kepada yang tidak baik dan puasa juga mehanan untuk tidak berbuat semau kita saja, halal kata Al-Quran juga halal kita katakana, haram kata Al- Quaran juga haram kata kita bukan semua kita saja haram kata Al-Quar halal kata kita dan begitu sebaliknya itulah puasa, untuk melakukan itu atau menahan makan dan minum serta hal yang dapat membatalkan puasa harus ada sifat jujur pada diri orang berpuasa karena puasa dialah yang mengetahui dengan Allah Swt, karena berpuasa kalau tidak jujur dia bisa menghilang dari manusia untuk melakukan hal yang membatalkan puasa, tetapi Allah mengetahui apa yang dia kerja, maka sangat penting kejujuran dalam melakukan puasa.

1 Teguh Sulistyowati As Sukoharj, Puasa Wajib dan Sunnah, (Jakarta:Kunci Iman, 2013),.

Hal. 9

(4)

Puasa juga menahan hati dari berbagai penyakit hati seperti menahan sifat iri hati, dengki, ketiga penyakit ini hampir sama dimana perasaan hasad atau iri orang yang tidak suka jika seseorang mengalami kebahagiaan padahal perilaku atau sifat dengki lebih parah lagi, dia bukan hannya tidak senang jika seseorang bahagia, dia akan mendoakan agar kebahagiaan itu hilang dari orang tersebut dan berpindah pada dirinya.

Adapu penyakit hati lainnya yaitu sombong dan takabur penyakit hati ini sangat tidak disukai oleh Allah Swt, seseorang yang sombong akan merasa bangga pada dirinya dan apa yang dimikinya dan menganggap remeh orang lain, tidak manusia di permukaan bumi yang di perbolehkan bersifat sombong karena Allah sajalah yang bersifat sombong karena Allah yang memiki lait dan bumi, adapun penyakit hati lainnya yaitu riya, kikir, sifat riya dan kikir adalah suatu sifat yang tidak baik karena Islam mengangjurkan agar umatnya bersifat baik dan menolong sesama akan tetapi sesorang yang berbuak baik hanya untuk pamer atau hanya untuk menunjukan kepada orang lain dan merasa bangga dengan hal itu , jadi puasa bukan hanya menahan diri dari haus dan lapar saja namun puasa merupaka pengendalian diri untuk selalu dekat kepada Allah dengan cara menahan diri dari sifat dan perbuatan yang diingkan oleh diri sendiri dan yang dilarang oleh Allah Swt.

Hati merupakan penghulu dari seluruh anggota badan atau organ yang dapat dikatan penting karena hati merupakan penentu sifat dari seseorang, baik buruknya seseorang berasal dari dalam hatinya, hati juga merupakan tempat

(5)

bersemayamnya setan apabila hati seseorang sudah dikuasai oleh setan maka sesorang itu akan hidup semaunya saja tanpa memikir orang lain dan aturan- aturan Allah, penyakit hati dalam islam bukan penyakit hati yang menyakut kesehatan seperti penyakit liver dan lain sebagainya, penyakit hati yang ada pada diri seseorang bisa mempengaruhi perilaku dan perbuatanya, perihal mengenai penyakit hati ini disebutkan dalam firman Allah Swt surat At-Taubah: 125



























Artinya: Dan adapun orang-orang yang di dalam hati mereka ada penyakit, Maka dengan surat itu bertambah kekafiran mereka, disamping kekafirannya (yang Telah ada) dan mereka mati dalam keadaan kafir.

Kata Rijs dapat diartikan kotoran material atau immaterial, darisini kekufuran atau kemunafikan dilukiskan dengan kata tersebut, demikian juga godaan setan. Kaum munafikin itu mengukur orang lain itu seperti diri mereka, memang para munafik tidak akan bertambah keimanan mereka dengan turunya ayat-ayat al-Quran atau kebenaran-kebenaran karena hati mereka telah tertutup/kotor, karena itu mereka tidak mengakui adanya penambahan iman dari siapapun saat mendengar ayat-ayat Al-quran, bahkan mereka memperolok- olokan hal tersebut.2

2 M. Quraish Shihab, Tafsir Al-Mishbah Jilid 5, ( Jakarta: Lentera Hati, 2004), h. 756

(6)

Adapun kaum beriman, maka tidak demikian itu halnya, hati manusia bersifat elastis, dia dapat melebar dan menyempit. Orang yang bertaqwa akan diperlebar hatinya oleh Allah Swt, untuk menampung lebih banyak iman dan ketaqwaan, penambahan iman melalui ayat-ayat al-Quran lahir karena al-quran mengandung mukjizat/bukti-bukti kebenaran, sehingga setiap ayat yang turun atau berulang terdengar, maka dia menambah keyakinan dan hatinya menjadi tenang dengan ayat-ayat al-quran3

Sesungguhnya Allah Swt telah mewajibkan puasa pada kita umat islam, sebagaimana dia telah mewajibkan pada orang-orang sebelum kita, semenjak Nabi Adam as, hingga kepada nabi kita Muhammad saw. Firman Allah dalam surat Al-baqarah 183-185.































Artinya:“Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar kamu bertakwa”.



































































3 Ibid, h. 757

(7)

Artinya:“(yaitu) dalam beberapa hari yang tertentu. Maka Barangsiapa diantara kamu ada yang sakit atau dalam perjalanan (lalu ia berbuka), Maka (wajiblah baginya berpuasa) sebanyak hari yang ditinggalkan itu pada hari-hari yang lain. dan wajib bagi orang-orang yang berat menjalankannya (jika mereka tidak berpuasa) membayar fidyah, (yaitu):

memberi Makan seorang miskin. Barangsiapa yang dengan kerelaan hati mengerjakan kebajikan[114], Maka Itulah yang lebih baik baginya. dan berpuasa lebih baik bagimu jika kamu mengetahui”.



























































































Artinya:“(Beberapa hari yang ditentukan itu ialah) bulan Ramadhan, bulan yang di dalamnya diturunkan (permulaan) Al Quran sebagai petunjuk bagi manusia dan penjelasan-penjelasan mengenai petunjuk itu dan pembeda (antara yang hak dan yang bathil). karena itu, Barangsiapa di antara kamu hadir (di negeri tempat tinggalnya) di bulan itu, Maka hendaklah ia berpuasa pada bulan itu, dan Barangsiapa sakit atau dalam perjalanan (lalu ia berbuka), Maka (wajiblah baginya berpuasa), sebanyak hari yang ditinggalkannya itu, pada hari-hari yang lain. Allah menghendaki kemudahan bagimu, dan tidak menghendaki kesukaran bagimu. dan hendaklah kamu mencukupkan bilangannya dan hendaklah kamu mengagungkan Allah atas petunjuk-Nya yang diberikan kepadamu, supaya kamu bersyukur”.

Dalam ayat-ayat tersebut terdapat beberapa ketentuan tentang puasa, di antaranya:

a. Berpuasa pada bulan Ramadhan itu wajib bagi orang-orang yang beriman.

b. Bagi orang yang tidak sanggup berpuasa karena sakik atau dalam perjalanan, boleh berbuka (tidak puasa), akan tetapi wajib dibayar pada hari lain di luar bulan Ramadhan.

(8)

c. Bagi orang yang tidak sanggup lagi berpuasa ( misalnya karena terlalu tua atau sakik yang tidak ada harapan sembuh lagi) boleh tidak berpuasa tetapi wajib membayar fidyah (= memberi makan seorang miskin), jika dia ingin memberi lebih banyak boleh saja.

d. Permulaan turunya Al-quran adalah pada bulan Ramadhan.

e. Berpuasa itu baik dan tujuannya adalah agar orang bertaqwa.4

Analisi penulis kontek ayat tersebut diatas hanya ditunjukkan kepada hamba-hamba Allah yang beriman saja, sebab merekalah yang paling berhak dan paling layak untuk melaksanakan perintah-Nya, sekaligus peringatan buat mereka bahwa puasa itu disyariatkan atas mereka sebagaimana disyariatkan atas orang sebelum mereka yang tujuanya adalah tercapainya derajat taqwa. Taqwa tidak akan diraih kecuali seseorang mengikuti segala perintah Allah Swt dan menjahui segala larangan Allah Swt, menjahui jalan-jalan setan serta menahan diri dari keinginan hawa nafsu. Saat itulah taqwa dapat diraih dalam hati dan dapat membuahkan rasa takut kepada Allah Swt baik saat sendiri maupun saat keadaan ramai atau bersama, sehingga hal itu menyebabkan kebahagian hidup dunia dan bahagia akhirat karena berhasil meraih ridho dan rahmat Allah Swt dan akan kekal dalam surganya Allah Swt.

Islam tidak mensyariatkan sesuatu selain pasti mengandung hikmah, ada yang diketahui ada yang tidak di ketahui. Demikian juga perbuatan-perbuatan Allah Swt tidak lepas dari berbagai hikmah yang terkandung dalam ciptaan-Nya, hukum-hukumnya tidak lepas dari lautan hikmah. Dia maha bijaksana dalam

4 Zakiah Daradjat, Puasa Meningkatkan Kesehatan Mental, (Jakarta: Remaja Rosdakaray, 1990). Hal, 11

(9)

penciptaan Nya, Mahabijaksana dalam perintah Nya, tidak pernah menciptakan sesuatu yang batil, dan tidak pernah mensyariatkan suatu hukum yang sia-sia.

Menurut Yusuf Qardhawi dalam ibadah puasa terdapat sejumlah hikmah dan maslahat, sebagaimana telah di isyaratkan oleh nash-nash syariat itu sendiri.

Diantaranya adalah:

1. Tazkiyah an-nafs (Pembersihan jiwa), dengan mematuhi perintah- perintah Nya, menjahui segala larangannya, dan melatih diri untuk menyempurna kan ibadah kepada Allah semata, meskipun itu dilakukan dengan menahan diri dari hal-hal yang menyenangkan dan membebaskan diri dari hal-hal yang telah lekat sebagai kebiasaan.

2. Bahwa puasa, disamping menyehatkan badan sebagaimana dinyatakan oleh para dokter spesialis juga bisa mengangkat aspek kejiwaan menggulungi aspek materi dalam diri manusia.

3. Puasa tarbiyah bagi iradah (kemauan), jihad bagi jiwa, pembiasan kesabaran, dan pemberontakan, kepada hal-hal yang telah lekat mentradisi,. Adakah manusia kecuali pasti memiliki kemauan? Adakah kebaikan selain pasti mengandung kemauan? Adakah agama selain kesabara untuk taat atau kesabaran untuk menghadapi maksiat? Puasa mewakili kedua kesabaran itu.

4. Puasa mematahkan gejolak syahwat, sudah sama – sama diketahui bahwa nafsu seksual adalah senjata setan yang paling ampuh untuk menundukkan manusia, sehingga sejumlah aliran psikologi menganggap bahwa ia adalah penggerak utama segala perilaku manusia. Siapaun yang mengamati medan peradaban Barat sekarang ini, dengan berbagai bentuk dekadensi moral dan mewabahnya berbagai penyakit, mendapatkan pelajaran bahwa penyelewengan naluri ini mengakibatkan lahirnya berbagai kondisi yang menjadi refleksinya. Puasa berpengaruh mematahkan gelora syahwat ini dan mengangkat tinggi-tinggi nalurinya, Khususnya jiga terus menerus melakukan puasa dengan mengharap pahala dari Allah Swt.

5. Menajamkan perasaan terhadap nikmat Allah, Seseorang dapat merasakan nikmatnya kenyang dan pemenuhan dahaga jika ia lapar dan kehausan. Jika ia merasa kenyang setelah lapar, atau hilang dahaga setelah kehausan, akan keluar dari relung hatinya ucapan Alhamdulillah. Hal itu mendorong untuk mensyukuri nikmat-nikmat Allah.

6. Puasa juga mempuyai hikmah ijtima‟iyah(hikmah sosial) khususnya puasa ramadhan. puasa ini dengan memaksa orang untuk lapar,

(10)

sekalipun mereka bisa kenyang memiliki sejenis persamaan umum yang dipaksakan, menanamkan dalam diri orang-orang yang mampu agar berempati terhadap derita orang-orang fakir miskin.

7. Gabungan dari itu semua adalah bahwa puasa dapat mempersiapkan orang menuju derajat taqwa dan naik kedudukan orang-orang mutaqin.5

Menurut penulis bahwa ibadah puasa melatih manusia untuk selalu ikhlas dalam melaksanakan ibadah tanpa ada paksaan dari orang lain karena puasa hanya dia yang mengetahui apakah dia makan atau minum pada siang hari itu tidak akan ada orang akan mengetahui kecuali Allah Swt dan dia sendiri sehingga ibadah puasa menanamkan sifat ikhlas dalam beribadah, sifat ikhlas dalam puasa adalah memurnukan niat dan tujuan dalam menahan diri dari hal-hal yang membatalkan puasa, berpuasa hanya mencari keridhoan Allah Swt, puasa seseorang yang ikhlas bukan sekedar menahan lapar dan haus tetapi juga menjaga penglihata, pendengaranya, penciumannya, pmbicaraannya untuk tujuan lain selain kepada Allah Swt, hamba Allah yang ikhlas dalam puasanya akan mencapai derajat ketaqwaan di mata Allah, karena berhasil dan tidaknya ibadah puasa sesorang adalah pengekangan hawa nafsu duniawinya. Beribadah puasa yang ikhlas adalah ciri-ciri hamba Allah Swt yang bertaqwa dan semulia- muliannya manusia di antara manusia lainnya adalah manusia yang bertaqwa kepada Allah Swt, sebagai mana firman Allah dalam surat Al- Hujurat : 13

5 Yusuf Qardhawi, Fiqih Puasa, ( Surakarta : Era intermadia, 2005). Hal, 22

(11)











































Artinya: Hai manusia, Sesungguhnya kami menciptakan kamu dari seorang laki- laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa - bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling kenal-mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia diantara kamu disisi Allah ialah orang yang paling taqwa diantara kamu. Sesungguhnya Allah Maha mengetahui lagi Maha Mengenal.

Keikhlasan seseorang dalam melaksanakn puasa akan membuka jalan untuk mencapai taqwa, seseorang yang bertaqwa kepada Allah, perana ibada puasa dalam mengangkat derjat taqwa adalah sangat amat penting karena apabila keikhlasan sudah tertanam dal jiwa seseorang maka dia akan memperoleh derjat taqwa dan akan merasa takut kepada Allah sehingga orang tersebut selalu menjalankan perintah Allah dan menjauhi larang Alla Swt.

Analisi penulis selanjutnya ibadah puasa dapat mengatasi ganguan kejiwaan seperti kekurangan materi yang ada pada manusia, apalagi kehidupan yang moderen ini cenderung menuntut individu atau sesorang serba cepat dalam memenuhi keinginan dan kebutuhan materi, berbagai tekanan hidup yang terus meningkat dan memaksa seseorang berprilaku serba cepat, memang disustu sisi hal ini membentuk potensi diri menjadi pribadi yang kuat karena bertahan dan dapat mengatasi tantangan hidup tetapi disisi lain dapat mendatangkan stres dan mengalami permasalahan, Jadi hikmah puasa ditinjau dari aspek kejiwaan adalah agar pengendalian diri tidak terbatas hanya menahan lapar laus dan amarah saja, tetapi puasa merupakan latihan ajaran super ego seseorang.

(12)

Selanjutnya puasa melatih manusia untuk selalu bersifat sabar dalam menghadapi sesuatu walaupun itu milik kita sendiri baik secara haram kita memperolehnya atau secara halam memperolehnya tetapi kalau Allah Swt melarangnya maka kita harus sabar untuk itu semua, sabar artinya menahan diri, terkekang dan tertahan makan puasa menahan agar manusia yang berpuasa agar dapat mengekang dan menahan dirinya untuk berbuat dan bertidak walaupun itu miliknya. Adapun sabar dalam puasa itu ada tiga yaitu:

a. Sabar karena taat, yakni menahan kesusahan-kesusahan dalam mengerjakan ketaatan dan menahan kesukaran- kesukaran dalam melakukan ibadah.

b. Sabar dari maksiat, yakni menahan diri dari maksiak, melepaskan hawa nafsu , menahan diri dari kemurkaan dan kedurhakaan.

c. Sabar dalam mengalami bencana yang menimpa diri dengan hati yang penuh ketabahan, tidak mengeluh dan mengutuk nasib.6

Adapun analisis penulis bahwa dalam berpuasa itu kita harus sabar dalam menjalan perintah Allah, karena puasa ini merupakan perintah dari Allah Swt untuk orang Islam umum dan untuk orang yang beriman khususnya, dalam menjalankan puasa maka kita dituntuk untuk sabar, seandainya kita tidak sabar dalam menjalankan ibadah puasa ini maka kita tidak akan bisa untuk melakukannya. Selanjutnya sabar dalam berpuasa itu yaitu sabar untu melakukan maksiat atau melepaskan hawa nafsu, seperti hubungan suami istri, itu dilakukan

6 Tgk. M. Hasbi ash-Shiddieqy, Pedoman Puasa, (Semarang: Pustaka Riski Putra,2009), h.

20

(13)

adalah hal yang wajar karena itu sudah sah dan boleh dilakukan , namun ketika berpuasa itu larang karena untuk melatih kesabaran dan yang terakhir analisis penulis dari pendapat Hasbi ash-Shidieqy tadi adalah puasa melatih sabar agar kita tidak memakan dan minum hak milik kita walaupun itu halal, tetapi ketika berpuasa maka dilarang untuk memakan dan meminum hal tersebut, itulah sabar dalam melakukan puasa.

Analisis selanjutnya puasa akan dapat mengalahkan nafsu dan memfungsi naluri akal sehingga dengan berpuasa nafsu manusia akan dikendalikan oleh akan bukan sebaliknya akal yang di kendalikan oleh nafsu, ibadah puasa juga mengajarkan manusia untuk selalu bersyukur dan mengajarkan manusia agar dapat merasakan apa yang dirasakan oleh orang lain dan puasa juga menanamkan kepada diri orang memiliki kemampuan menolong orang yang kurang kemampuan dalam itu, merasakan lapar dan haus juga memberikan pengalaman kepada kita bagaimana beratnya penderitaan yang dirasakan oleh orang lain, sebab pengalaman lapar dan haus yang kita rasakan akan segera berakhir hanya dengan beberapa jam, sementara penderitaan orang lain entah kapan akan berakhir, dari sini semestinya puasa akan menumbuhkan dan memantapkan rasa dan solidaritas kita kepada kaum muslim lainnya yang mengalami penderitaan, seperti di Palestina, Irak dan lain sebagainya.

kunci dari ibadah puasa itu adalah agar manusia bertaqwa kepada Allah Swt. sebagai mana dijelaskan pada akhir Surat Al-baqarah ayat 183 Agar kamu bertaqwa pengertian taqwa adalah menjaga mengawasi diri dari perbuatan yang

(14)

mendatangkan murkanya Allah Swt dan perbuatan yang dapat mendatangkan murkanya Allah Swt.

Taqwa adalah targek utama puasa, taqwa adalah krakter, sikap, perilaku dan kebiasaan, taqwa adalah hasil dari puasa tau buah dari puasa yang dilakukan dari iman yang mendalam dan ilmu yang lurus, ibadah yang benar, harapan dan ketakutan hanya kepada Allah Swt. Taqwa lahir sebagai konsekwensi logis dari keimanan yang kokoh, keimanan yang selalu dipupuk dengan muroqobatullah, merasa takut terhadap murka Allah dan azab Allah, dan selalu berharap limpahan karunia dan anugrah Allah. Menurut Abdullah Nashih Ulwan adapun cara mencapai takwa yaitu7:

1. Mu‟ahadah ( Mengingat Perjanjian )

Hendaklah seorang mukmin berkhlalwat (menyendiri) antara dia dengan Allah untuk mengintropeksi diri seraya mengatakan pada dirinya

2. Muraqobah (merasakan Kesertaan Allah)

Muraqabah adalah merasakan keagungan Allah disetiap waktu dan keadaan serta merasakan kebersamaan Allah dikala sepi ataupun ramai

3. Muhasabah ( Intropeksi Diri)

Muhasabah adalah hendaklah seseorang mukmin menghisab dirinya ketika selesai melakukan amal perbuatan, apakah tujuan amalnya mendapatkan ridho Allah atau apakah amalnya disertai sifat riya atau apakah dia telah memenuhi hak-hak Allah dan manusia.

4. Mu‟aqobah ( Pemberian Sanksi)

Sanksi yang dimaksud adalah apabila kita menemukan kesalahan maka tidak pantas baginya untuk membiarkannya, sebab membiarkan diri dalam kesalahan akan mempermudah terlanggarnya kesalahan- kesalahan yang lain dan akan semakin sulit untuk meninggalkannya.

Bahkan sepatutnya dia memberikan sanksi yang mubah sebagaimana

7 Abdullah Nashih Ulwan, Petunjuk Praktis Mencapai Derajat Taqwa, ( Jakarta: Darus Salam, 2006), h. 10

(15)

memberikan sanksi atas istri dan anak-anaknya, hal ini merukana peringatan baginya agar tidak menyalahi ikrar, disamping merupakan dorongan untuk lebih bertaqwa dan bimbingan menuju hidup yang lebih mulia

5. Mujahadah ( Optimalisasi)

Dasar mujahadah adalah firman Allah dalam surat Al-ankabut :69





















Artinya: Dan orang-orang yang berjihad untuk (mencari keridhaan) kami, benar- benar akan kami tunjukkan kepada mereka jalan-jalan kami. dan Sesungguhnya Allah benar-benar beserta orang-orang yang berbuat baik.

Makna Mujahadah sebagaimana di syariatkan oleh ayat tersebut adalah apabila seseorang mukmin terseret kepda kemalasan, santai, cinta dunia dan tidak lagi melaklsanakan amalan-amalan sunah serta ketaatana yang lainnya tepat pada waktunya, maka dia harus memaksa dirinya untuk melakukan amal-amal sunnah lebih banyak dari sebelumnya. Dalam hal ini harus tegas dan serius, penuh semangat sehingga pada akhirnya ketaatan merupakan kebiasaan yang mulia bagi dirinya dan menjadi sikap yang melekat pada dirinya.

Analisi penulis bahwa untuk mencapai taqwa itu banyak hal yang perlu kita lakukan diantaranya yaitu mengiat janji kepada Allah Swt, bahwa kita makhluk Allah tentu ada perjanjian kita dengan Allah salah satunya untuk beribadah dan menyembah kepada Allah sebagai mana firman Allah surat Al- fatihah : 5











Artinya: Hanya Engkaulah yang kami sembah[6], dan Hanya kepada Engkaulah kami meminta pertolongan.

(16)

Ayat ini yakni kami mengkhususkan kepad Mu semata, kami peruntukkan segala ibadah dan permintaan akan pertolongan. (Dimaknai demikian) karena mendahulukan suatu kata yang menjadi objek menunjukkan suatu pembatasan, yaitu menetapkan hal tersebut bagi yang disebutkan dan meniadakannya dari selainnya, maka seolah-olah berkata, kami menyembah-Mu, dan tidak menyembah selain diri-Mu, kami meminta pertolongan kepada Mu, dan tidak memohon pertolongan selain kepada Mu, didahulukannya ibadah dari pada permintaan akan pertolongan adalah diantara bentuk mendahulukan hal yang umum dari hal yang khusus, serta perhatian dalam mendahulukan hak-hak Allah dari pada Hak hamba-Nya.8

Melaksanakan ibadah kepada Allah dan memohon pertolongan kepada- Nya merupakan jalan bagi sebuah kebahagiaan yang abadi dan keselamatan dari segala kejahatan, maka tidaklah ada cara untuk mendapatkan keselamatankecuali melaksanakan kedua hal tersebut, dan sesungguhnya sebuah ibadah itu dikatakan sebagai ibadah apabila ibadah itu diambil contohnya dari Rasulullah, yang dilaksanakan dengan tujuan mencari Wajah Allah Swt, dengan kedua faktor ini jadilah perbuatan bersangkutan sebagai ibadah, disebutkannya pertolongan, permohonan setelah ibadah padahalsebenarnya memohon pertolongan itu adalah bagian dari ibadahitu sendiri adalah karena kebutuhan hamba didalam seluruh

8 Syaikh Abdurrahman bin Nashir as-Sa‟di Zulharman, Tafsir Al-Quran( Al-Fatihah-Ali Imran), ( Jakarata: Darul Hak, 2014), h. 68

(17)

ibadah-ibadah mereka kepada pemohonan akan pertolongan kepada Allah Swt tersebut, sebab bila Allah tidak menolongnya, maka tidak akan terwujud untuknya sesuatu yang dikehendakinya dari pelaksanaan perintah maupun menghindari larangan .9 Selanjutnay untuk mencapai taqwa perlu adanya rasa bahwa setiap perbuatan dan pekerjaan yang kita lakukan selalu merasa diawasi Allah Swt sehinnga dalam bekerja dia selalu mengikut sertakan Allah, sehingga ketika berhasil atau gagal dalam suatu pekerjaan maka dia tidak akan berputus asa, karena dia yakin bahwa dibalik itu semua ada kebaikan yang di berikan oleh Allah, dan dia merasakan dimana saja dia berada baik ditempat yang ramai atau pun ditempat yang sepi dia selalu merasakan diawasi oleh Allah Swt.

Selanjutnya untuk mencapai taqwa perlu Muhasabah atau mengiat-ingat diri selalu mengiat kesalahan-kesalahan yang dilakukan selalu menyadari bahwa kita adalah makhluk yang lemah dan banyak dosa, tanpa adanya muhasabah diri maka kita tidak akan mencapai yang namanya taqwa, karena kalau kita tidak muhasabah diri maka kita akan merasakan bahwa kita tidak berdosa dan tidak memiliki kesalahn, untuk mendapatkan taqwa juga diperlukan sanksi atas kesalahan yang kita lakukan karena kalau tidak diberikan sanksi atas kesalahan yang kita lakukan maka kita tidak akan sadar dan tidak akan mengubah kesalahan seperti tiu sehingga untuk mencapai tingkat taqwa itu sangat sulit, dan untuk mencapai tingkat ketqwa perlu yang namanya ketegasan, keseriusan dan

9 Ibid, h. 69

(18)

penuh semangat tanpa hal itu maka taqwa sulit untuk mendapatkannya karena taqwa adalaha hanya untuk-untuk orang yang beriman dan bersungguh dalam menjalan perintah Allah. Menurut Abd Majid ada beberapa pelajaran yang dapat kita ambil atau adopsi dari puasa dan dapat kita terapkan dalam kehidup sehari- hari dalam upaya meningkatkan taqwa, serta pengalaman keberagaman dari seorang nabi agung Muhammad saw adalah sebagai berikut:

a. Jika kita perhatikan dari segi latar belakang kekeluargaan, sebenarnya Muhammadsaw itu berasal dari kalangan keluarga yang tidak mempertuhankan Allah Swt, namun karena dia menyakini dan mampu menumbuh kembangkan embrio keimananya bahwa fitrah itu berkolerasi dengan iman kepada Allah sebagai modal yang amat fundamental dalam menjalani kehidupan ini.

Tanpa Iman kepada Allah Swt maka perjalan hidup seseorang bisa-bisa kesesar atau keliru dan malah bisa terjebat dalam lingkaran setan yang memang salalu dan lihai membuat perangkat yang bertentangan dengan nilai-nilai tauhid kepada siapapun agar manusia bisa bersamanya.

b. Kemampuan mengendalikan diri. Dalam banyak riwayat sirah nabawiyah diungkapkan bahwa nabi Muhammmad saw adalah orang yang paling memiliki kemampuan menguasai, mengendalikan dan menahan emosi. Nabi Muhammad ternyata menyadari betul bahwa tidak ada masalahyang bisa diselesaikan melalui cara-cara yang emosional. Menentukan Progam kerja dan memutuskan suatu perkara haruslah tenang disertai jiwa yang selalu memohon petunjuknya. Sifat dan perilaku seperti itu tercerminlah dalam konsep sabar. Itulah sebabnya Allah Swt menempatkan orang-orang sabar sebagai pihak komunitas yang selalu bersama-Nya. “ Sesungguhnya Allah beserta orang-orang sabar” ( Q. s. al-Anfal/8:46)

c. Tidak pernah berputus asa. Seseorang muslim yang baik selalu mencari jalan penyelesaiana alternative yang baik bila menghadapi masalah. Sebab dia menyadari segala sesuatu pasti ada jalan keluarnya, ada penyelasaiaannya yang terbaik. “ Sesungguhnya dibalik kesusahan selalu ada kemudahan” (Q. s. Alamnasyrah/94:6). Sikap, pikiran dan pandangan seperti ini disertai dengan optimalisasi ikhtiar dan permohonan kepada Allah.

d. Belajar adalah bagian terpenting dalam perjalan hidup. Orang yang tidak mau belajar akan menyia-nyiakan diri sendiri dan kehidupannya.

(19)

Belajar tidak mengenal waktu dan usia, harus dimulai sejak usia dini hingga akhir hayat. Dalam banyak teori dan konsep belajar ternyata menunjutkan bahwa siapapun dia akan bisa hidup secara lebih baik dan maju dalam segala hal jika dia belajar dengan sungggu-sungguh.

e. Senantiasa berprilaku mulia atau yang dalam istilah masyarakat kita sebut adat, sopan santun, tatakrama. Salah satu kata kunci yang dapat kita peroleh dari keberhasilan nabi Muhammad saw memimpin umatnya karena akhlak.

f. khlas dalam melakukan apa saja . Ikhlas adalah dasar pengabdian bagi seluruh aktifitas. Ada banyak orang putus asa dalam hidup ini, karena setiap melakukan sesuatu hanya ingin memperoleh materi dan pujian dari sesamanya. Perintah ikhlas menjadi penekanan penting dari Allah sebagai dasar motivasi untuk melakukan amal perbuata. (Q. s. al- Bayyinah/98:5)

g. Mencari keridhoan Allah. Sikap ridho banyak kita dengar namun kadang belum bersesuaian dengan perilaku. Ridha hanya mengharapkan segala sesuatnya dari Allah, sebab disadari bahwa itulah yang paling tinngi maknanya dalam kehidupan ini. Jika ridha Allah telah dicapai oleh seseorang maka dia akan memperoleh anugerah yang tiada lagi tara ban dingan nilainya. Maka berusahalah terus mencari keridhoan Allah. ( Q. s. an- Nisa/4:114) 10

Analisis penulis untuk meningkatkan ketaqwa perlu ada keimanan yang kuat karena taqwa bukanlah perkara yang gampang dan tidak sembarangan orang yang bisa mendapatkanya karena perkara taqwa adalah pekara kedekatan diri dan keyakinan seseorang hamba kepada Allah Swt, kalau seorang hamba belum memiliki keimanan yang mantap maka mustahil derajat taqwa akan diperolehnya, selanjutnya untuk meningkatkan ketaqwaan perlu pengendalian diri dari berbagai perbuatan dosa dan perbuatan yang dialarang oelh Allah Swt, dan selalu memikirkan setiap pekerjaan yang akan dilakukan dan selalu berlandaskan kepada Alquran dan sunnah setiap kali bertindak, selanjutnya untuk

10 Abd Majid, Menalar Nilai Edukasi Puasa, ( Bandung: CV Maulana Media Grafika, 2011),.

Hal. 28

(20)

meningkatkan ketaqwaan selalu berusaha keras dan tidak berputus asa walaupun banyak cobaan dan ujian yang dihadapi tetapi tetap bersemangat dan yakin bahwa dibalik kesulitan pasti ada kemudahan yang diberikan oleh Allah Swt dan belajar dari kesalahan dalam kehidupan dan mengambil pelajaran dari kekuasaan dan jobaan yang diberi oleh Allah sehingga dapat meningkatkan ketaqwaan kepada Allah Swt senantiasa berprilaku mulia serta ikhlas dalam melakukan semua perintah Allah dan Ikhlas meninggalkan segala larangan- Nya, dan setiap melakukan kegiatan hanya mengharapkan ridho Allah Swt tanpa ada rasa riya dan terpaksa untuk melakukannya.

Untuk mencapai taqwa itu maka semua penyakit hati harus di hapuskan atau ditinggalkan, didalam diri manusia ada benih benih 10 macam penyakit bathin dan apabila tidak dibakar dengan puasa maka 10 macam penyakit itu akan semakin menjadi-jadi bahkan dapat membuat diri kita tidak mempuyai kontrol diri dari sepuluh penyakit batin itu, yaitu:11

1. Syirik

Syirik Jali yaitu suatu syirik yang terang-terangan, contohnya Mentuhankan benda-benda yang dianggap keramat, menyembah berhala atau pohon dan lainsebagainya.

Syirik Khafi yaitu syirik yang tersembuyi atau samar-samar, contohnya bertawasul bagi arwah , nenek moyang, para ulama yang sudah meninggal, selanjutnya syirik Khafi ul khafi suatu syirik yang tersembuyi halus, contoh minum obat, makan dan lainnya.

2. Takabur

Takabur Artinya Sombong, tinggi diri, pada manusia sifat tersebut sudah ada sejak menjadi manusia, apabila penyakit tersebut tidak diadakan pembakarnya setiap tahunnya minimalnya, maka akan

11 Teguh Sulstyowati As Sukoharj, Op. Cit, h. 104

(21)

tumbuh subur, akibatnya seseorang itu akan sangat terlihat akan kesombongan

3. Ujub

Ujub adalah suatu penyakit yang ada didalam setiap manusia.

Sifat ujub adalah selalu merasa lebih dari pada orang lain, dan sifat ujub ini sangatlah tidak baik didalam berhubungan antar sesama.

4. Riya

Kebiasaan sifat riya ini terlihat bagi orang yang baru merasa menerima nikmat harta kekayaan, maka segala yang dimiliki selalu ditunjuk-tunujkkan kepada orang lain, atau juga kepandaiaan baru yang didapatkannya

5. Sum‟ah

Sum‟ah adalah egois bersifat mau didengar dan tidak mau mendengar pendapat orang lain

6. Hasad Iri

Penyakit ini sifatnya sedikit baik karena boleh-boleh saja iri kepada sesama yang sudah berhasil dalam berusaha, akan tetapi agar tidak menjadi hasad dengki.

7. Hasad Dengki

Dengki adalah suatu penyakit di diri setiap manusia yang merugikan orang lain, karena dengki akan timbul suatu fitnah terhadap orang lain

8. Zan

Zan adalah suatu penyakt yang selalu berprasangka tidak baik, boleh juga disebut dengan curiga dan tidak beralasan, dari kawan menjadi lawan akibat dari zan.

9. Syak

Akibat dari penyakit ini menimbulkan rasa ragu-ragu dan was- was, apabila penyakit ini sudah memdalam maka akan menimbulkan kegagalan dalam berusaha

10. Wahan

Kekhawatiran yang terus-menerus adalah tipe penyakit waha, akibatnya akan sama dengan penyakit syak.

Puasalah yang dapat membunuh dan meredakan penyakit-penyakit yang ada pada diri manusia karena apabila tidak di bunuh atau di obat dengan puasa penyakit itu maka manusia akan hidup semaunya saja, itu hikmahnya puasa untuk membersihkan jiwa manusia khususnya bagi orang berpuasa, salah satu cara untuk mencapai yang namanya taqwa, maka semua penyakit itu harus hilang

(22)

dan tidak adalagi di dalam jiwa manusia, maka kebiasaan 10 penyakit itu tidak terlihat oleh diri kita masing, untuk banyaklah berdisduki dan berdialog dengan sesama kawan dekat untuk mengoreksinya, tetapi apabila sudah dikoretsi orang lain janganlah kita marah terhadap orang mengoreksi tersebut karena ini adalah untuk kebaikan pribadi kita, sebagai mana pepatah kita dengar “Tungau di seberang lautan nampat dan gajah di pelupak mata tidak nampat” maka untuk itu mari kita berpuasa, baik puasa wajib maupun puasa sunna agar diri kita terlepas dari berbagai penyakit tersebut dan mencapai tingkat taqwa. Menurut Tgk M.

Hasbi ash-Shiddieqy adapun hikmah puasa dalam Islam adalah untuk menyiapkan kita memperoleh derajat taqwa, bukan untuk sesuatu kepentingan Tuhan. Dengan memperhatikan dan mempelajari rahasia-rahasia puasa, kita berkesimpulan bahwa hikmah Allah Swt mewajibkan puasa atas kita adalah:

a. Untuk menanakan rasa sayang dan ramah kepada fakir miskin, anak yatim dan orang yang melarat hidupnya.

b. Untuk membiasakan diri dan jiwa memelihara amanah. Kita mengetahui bahwa puasa adalah suatu amalan Allah yang berat dan sukar. Maka apabila kita dapat memelihara amanah Allah dengan sempurna, maka kita terdidik untuk memelihara amanah dipetaruhkan kepada kita.

c. Untuk menyuburkan dalam jiwa kita, kekuatan untuk menderita apabila kita terpaksa menderita dan untuk menguatkan iradah, atau kehendak kita dan meneguhkan „azimah atau keinginan dan kemauan.12

Analisi penulis dari hikmah yang dikemukakan oleh Asbi ash–Shiddieqy diatas adalah bahwa puasa melatih dan menjadikan manusia menjadi orang yang

12 Tgh. M. Hasbi ash –Shiddieqy, Op. Cit, h. 39

(23)

peduli terhadap orang-orang yang berada di bawah mereka atau menjadikan manusia memiliki empati yang tinggi, karena dengan berpuasa orang yang memiliki kemampuan harta yang berlebih merasakan sengatan lapar yang dilakukan oleh orang miskin, orang miskin setiap hari merasakan lapar baik siang maupun malam, tetapi orang kaya yang berpuasa hanya sampai waktu magrib datang, betapa sedihnya kita melihat orang-orang yang tidak memiliki kemampuan, maka puasalah yang akan menyadarkan dan mengiatkan kepada orang kaya agar dapat membantu dan berempa kepada orang yang tidak memiliki kemampuan, puasa juga menjadikan manusia yang amanah baik terhadap dirinya sendiri maupun terhadap masyarakat banyak, dan puasa melatih dan menjadikan manusia menjadi orang yang memiliki peraturan dalam hidup atau tidak seenaknya untuk hidup.

Kolerasi antara puasa dengan ketaqwaan terlihat dari empat aspet, sebagaimana dikemukakan oleh Ali Abdu Wahid Wafi adalah sebagai berikut:

a. Puasa menuntut orang yang menjalankannya untuk menahan diri dari hasrat- hasrat biologis kebutuhan-kebutuhan vital tubuh demi mengimplementasikan perintah Allah Swt dan mendekatkan diri pada-Nya. Tuntunan ini jelas tidak akan bisa terpenuhi tanpa peran ketaqwaan, rasa takut, dan ketaatan kepada Allah Swt.

b. Puasa tercemin dalam hal-hal negatif yang hanya diketahui Allah Swt, tidak terlihat oleh orang lain. Dengan demikian, orang yang berpuasa ini benar- benar tulus demi mencari ridho Allah Swt tanpa dikotori noda-noda riya.

(24)

c. Karena puasa mencakup menahan diri dari makan dan minum , maka puasa dapat menurunkan kekuatan tubuh sekaligus melemahkan pengaruh kekuatan ini pada diri seseorang hamba. Manakala kekuatan dan pengaruh kekuatan ini melemah dalam diri seseorang, maka hawa nafsunya melemah dan jiwanya bersih.

d. huasa melatih keinginan untuk mengusai hasrat dan hawa nafsu, sehinga seseoran mendapat kekuatan kekebalan terhadap hasrat dan hawa nafsu ini pada saat tidak berpuasa.13

Analis Penulis dari hikmah yang dikemukakan oleh dikemukakan oleh Ali Abdu Wahid Wafi sudah sama dengan di cantumkan oleh ahli diatas, namun ada satu hikmah lagi yaitu puasa melatih kejujuran karena berpuasa hanya individu itulah yang mengetahui dia berpuasa atau tidak, dan ibadah puasa adalah ibadah yang tidak bisa di riyakan atau di abur-amburkan karena ibadah ini dialah yang mengetahui dengan Allah Swt, apakah kita benar-benar berpuasa atau tidak, tidak sedikit diantara umat islam dihapan orang lain berpuasa, ikut makan sahur, dan juga berbuka puasa, namun secara diam-diam dia tidak berpuasa betapa pentingnya kejujuran dalam melaksanakan ibadah puasa ini.

Ibadah puasa merupaka ibadah mahdah yang wajib dilaksanakan umat Islam setiap datangnya bulan Ramdhan, puasa yang dilakukan setiap tahunya atau puasa sunah yang dilakukan mengandung sifat kerhasiaan, kalau ibadah

13 Muhammad Syukron Maksum, Puasa Seumur Hidup, (Yogyakarta: Mutiara Media, 2012),.

Hal. 14

(25)

lainnya seperti shalat, zakat dan haji itu bisa dilihat dengan kasat mata, juga membutuhkan keterlibatan orang lain, sementara orang yang berpuasa, memang secara lahiriah, seseorang bisa tampat lemah dan tidak bertenaga sebagai kelaziman seseorang berpuasa disiang hari, namun penampilan fisik itu belum menjadi jaminan seseorang seadng berpuasa atau tidak. Ibadah puasa tidak mungkin disertai oleh orang lain dan juga tidak mungkin diketahui oleh orang lain, bisa saja dihadapan orang lain seseorang seperti berpuasa, tetapi kita tidak tahu bagaimana dia sedang sendirian, oleh karena itu puasa bersifat sangat rahasia antara hanba dengan Tuhannya. Berdasarkan analisis yang penulis lakukan baik derdasarkan pengerti dan hikmah dari ibadah puada yang dikemukakan oleh para ahli maka ada beberapa nilai-nilai yang terkandung dalam ibadah puasa diantaranya yaitu:

1. Ibadah Puasa menjadikan manusia meliki sifat jujur.

2. Ibadah puasa yang sempuna hanya dapat dilakukan oleh orang-orang yang beriman.

3. Puasa menjadikan manusia memiliki sifat ikhlas.

4. Puasa menjadikan manusia memiliki sifat sabar.

5. Puasa menjadikan manusia memiliki sifat empa ( menimbulkan rasa kasih sayang).

6. Akhir dari puasa adalah agar menjadi manusia yang bertaqwa.

(26)

B. Relevansi Nilai-Nilai Ibadah Puasa dalam Bimbingan dan Konseling Islami Apabila mengkaji ibadah puasa dan penerapanya dalam bimbingan dan konseling islami tentunya harus di pahami apa itu bimbingan dan konseling islami sesuai dengan apa yang dikemukakan oleh Thohari Musnamar pada Bab III diatas maka maksud dari bimbingan dan konseling Islami itu adalah sebagai berikut agar:

1. Hidup selaras dengan ketentuan Allah artinya sesuai dengan kodrat yang di tentukan Allah , sesuai dengan sunna tullah, sesuai dengan hakekatnya sebagai makhluk Allah.

2. Hidup selaras dengan petunjuk Allah artinya sesuai dengan pedoman yang telah ditentukan Allah melalui Rasulnya.

3. Hidup selaras dengan ketentuan dan petunjuk Allah berarti menyadari eksistensi diri sebagai makhluk Allah yang diciptakan Allah untuk mengabdi kepada Nya mengabdi dalam arti seluas luasanya.

Jadi dapat penulis simpulkan bahwa bimbingan dan konseling islami adalah Suatu proses pemberian bantuan terhadap individu atau kelompok agar mereka bisa kembali lagi kefitrahnya dan bisa hidup sesuai dengan tuntunan Al- quran dan sunah rasululah sehingga tidak ada lagi gangguan dan keraguan kebatinan dalam beribadah kepada Allah swt dan mencapai kebahagian dunia dan akhirat.

(27)

Konseling dalam perspektif islam, pada prinsipnya bukanlah teori yang baru, karena ajaran Islam yang tertuangan dalam Al-quran yang disampaikan melalui Rasulullah saw merupakan ajaran agar manusia memperoleh kebahagian hidup di dunia dan akhirat. Kebahagian yang dimaksud bukanlah hanya bersifat materialistic tapi lebih kepada ketentraman jiwa, ketenangan hidup dan kembali jiwa itu pada yang Maha Kuasa dalam keadaan suci dan tenang juga. Konseling Islam meletakkan premis dan prinsipnya diatas syariat Islam, diantaranya adalah:

a. Memberi nasehat itu adalah tiang dan tapak agama.

b. Bimbingan dan konseling termasuk amal yang paling mulia disisi Allah swt.

c. Bimbingan dan konseling adalah perkhidmatan psikologikal untuk mencari keredhaan Allah.

d. Persiapan perkhidmatan konseling itu wajib kepada pemerintah di dalam masyarakat islam.

e. Setiap orang yang baligh dan berakal bertanggung jawab atas per buatanya.

f. Tujuan konseling adalah mengembangkan kemauan dan keinginan seseorang untuk mencari yang bermanfaat dan meninggalkan yang mudarat menerusi penyuluhan dan usaha menyakinkan.

g. Tujuan bimbingan dan konseling adalah untuk menolong mencapai kemaslahatan dan menghindari kerusakan.

h. Mencari bimbingan dan konseling wajib atas tiap muslim.

i. Konseling adalah fardu‟ain bagi setiap orang yang pakar dalam psikologi konseling.

j. Memberiakn konseling secara sukarela kepada kaum muslim adalah wajib bagi setiap orang yang berkesanggupan.

k. Seorang konselor muslim memberikan konseling sesuai dengan hukum syariat dalam perkara itu.

l. Manusia bebas mengambil kepusan dengan dirinya sendiri.

m. Orang tidak bebas menghebahkan maksiat dan kerusakan sebab penghebahan it menyiksa orang lain secara langsun atau tidak langsung dan menyebabkan tersebarnya keburukan itu yang akan merusak masyarakat. Sedangkan tanggung jawab menjaga masyarakat dari kerusakan adalah tanggung jawab kolektif.

(28)

n. Berpegang teguh pada prinsip memelihara ciri-ciri system masyarakat Islam.14

Berdasarkan analisia tentang Nilai-Nilai Ibadah Puasa maka dapat direlavansi dalam Proses Bimbingan dan Konseling islami, dalam proses bimbimbingan dan konseling tentu seorang konselor tidak bisa lepas dari, jenis layanan bimbingan dan konseling, fungsi,azas-azas, kegiatan pendukung, bidang bimbingan serta tujuan bimbingan dan konseling, karena antara satu dengan yang lain sangat bersangkutan dalam proses bimbingan dan konseling dan tidak bisa di pisah-pisah satu dengan yang lain yaitu, maka adapun Nilai-Nilai Ibadah Puasa dan Relevansinya dalam Bimbingan dan Konseling Islami yaitu:

1. Ibadah puasa menjadikan manusi memiliki sifat jujur

Nilai ibadah puasa ini bisa direlevansikan kepada sikap atau asaz-asaz dalam bimbingan dan konseling islami oleh konselor dan bisa diterapkan kepada klien karena dalam bimbingan dan konseling memiliki jenis-jenis layanan, revansinya adalah sebagai berikut:

a) Bagi seorang konselor

seorang konselor harus merahasiakan apa yang disampaikan atau masalah yang dialami oleh seorang klien kepada seorang konselor, maka seorang konselor harus bisa menahan dirinya untu menceritakan masalah klien kepada orang lain, baik orang tua klien, kakak klien dan

14 ABD. Rahman B. Ahmad, Bimbingan dan Kaunseling dari Perspektif Islam (Selangor Darul Ehsan: Human Resource enterprise, 1989). Hal 52

(29)

teman deket klien kepada siapaun seorang konselor dilarang untuk menceritakan masalah klien karena masalah klien berbagai macam dan bentuk cukup konselor, klien dan Allah Swt saja yang mengetahui, kecuali seizin klien untuk menyampaikan kepada pihat-pihat yang dipercayainya.

Jika konselor tidak bisa menahan diri untuk menceritakan masalah klien tersebut maka akan bisa menimbulkan fitnah dan gunjing terhadap diri klien, sehinga menimbulkan masalah baru bagi klien apabila klien mengetahui bahwa masalahnya di bicarakan oleh seorang konselor, sehingga klien dan orang lain tidak mau lagi untuk konseling dengan konselor-konselor lainnya.

Kerahasian ini merupakan kunci dalam usaha bimbingan dan konseling, jika hal ini saat dilakukan maka penyelenggaraan dan kegiatan konseling akan mendapat kepercayaan dari semua pihak, terutama bagi orang yang membutuhkan bantuan untuk mengatasi masalah-masalah yang dialami. Rahasia merupakan perkara yang tersembuyi, setiap manusia di dunia ini memiliki rahasia yang bahkan hannya dirinya dan Allah Swt yang mengtahui , baik rahasia yang positif maupun negative( masalah keluarga, aib dan dosa).

Seseorang muslim dilarang untuk menceritakan aib atau masalah saudaranya kepada orang lain, dalam proses bimbingan dan konseling permasalah yang dihadapi klien adalah bermacam ragam, seperti

(30)

masalah pribadi, sosial, belajar, karier bahkan masalah keluarga, maka seorang konselor dilarang untuk menceritakan masalah klien kepada orang lain, karena akan merusak nama klien, serta merusak nama baik konselor.

Manusia adalah makhluk ciptaan Allah yang tidak pernah terlepas dari permasalahan dan kesalan, tidak jarang kesalahan tersebut bukan hanya diketahui oleh manusia itu sendiri, melainkan ada juga orang lain yang mengetahui perkara atau permasalahan yang dihadapi, parahnya tidak semua orang yang bisa menyimpan ata umerahasiakan masalah yang dialami oleh seseorang dengan baik, bahkan diantara mereka yang menjadikan masalah orang lain sebagai bahan pembicaraan ketika berkumpul atau biasa disebut dengan gosip, padahal didalam ajara islam, kita tidak dibolehkan untuk membuka dan menceritakan masalah orang lain, kita dianjurkan sebisa mungkin untuk menutup atau merasiakan masalah orang lain, maka seorang konselor agar dapat merahasiakan permasalahan yang dialami klien sehingga konselor bisa dijadikan oleh siswa, masyarakat dan orang lainnya sebagai tempat mencari solusi dan tempat curhat atas permasalahan yang dihadapi dalam kehidupanya baik permasalah positif ( menguntungkan diri klien) atau masalah negatif (merugikan diri klien).

Menjaga rahasia berarti menyimpan rahasia agar tidak diketahui oleh orang lain, apalagi kita telah dipercayai amanah oleh seseorang

(31)

untuk menyimpannya, menjaga rahasia hukum asalnya adalah wajib karena menjaga rahasia termasuk amanah yang harus dijaga dan janji yang harus ditunaikan .

b) Bagi seorang klien

Seorang klien juga dituntut agar dapat merahasiakan permasalah- permasahan yang dikemukan oleh temantemannya ketiga melakukan konseling kelompok, karena konseling kelompok terdiri dari beberapa peserta atau klien dalam konseling kelompok ini setiap peserta atau klien diminta untuk mengemukakan permasalahan yang dia alami untuk dicarikan solusinya bersama, maka dari itu klien yang satu dengan yang saling merahasiakan permasahan-permasalahan yang dikemukakan oleh teman yang lainnya.

Apabila dalam pelaksanaan konseling kelompok tidak bisa sebagia klien merahasiakan permasalahan yang dihadapi oleh klien lainnya, maka ini akan merusak proses konseling dan akan mengurangkan kepercayaan orang terhadap bimbingan dan konseling, karena apabila salah satu diantara peserta menceritakan permasalahan yang diceritakan perserta lain maka akan menimbulkan malu bagi seorang klien yang menceritakan permasalahannya tadi, agar tidak terjadi hal seperti itu, maka sebelum dilakukan konseling kelompok maka diharapkan kepada konselor untuk menekankan kerasiaan ini, demi berjalannya proses konseling tidak merusak nama baik bimbingan dan koseling, sehingga

(32)

bimbingan dan konseling jadikan sebagai tempat curhat dan mencari solusi atas segala permasalahan baik positif maupun masalah negatif.

Jadi Konsep pertama dalam Ibadah puasa adalah jujur dan penerapannya dalam bimbingan dan konseling adalah seorang konselor dalam pemberian layanan harus merahasiakan masalah yang diceritakan oleh klien cukup konselor,klien dan Allah yang mengetahui masalah klien, dan seorang klien saling merahasiakan masalah-masalah yang dikemukakan dalam konseling kelompok nantinya dan saling menjaga dan merahasiakan masalah yang satu dengan yang lain, karena dalam konseling kelompok tidak hanya satu klien saja tetapi ada beberapa klien yang akan menyampaikan, maka dalam proses konseling kelompok ini sangat diutamakan sekali sifat kerahasiaan ini.

2. Ibadah puasa yang sempuna hanya dapat dilakukan oleh orang-orang yang beriman. Sesuai dengan firman Allah Swt dalam surat Al-baqarah ayat 183.

Relevansi Nilai ini dalam bimbingan dan konseling islami adalah seseorang yang bisa melakukan konseling dengan baik adalah orang profesional atau orang yang ahli dalam ilmu bimbingan dan konseling, tidak sembarangan orang saja yang bisa melakukan konseling, karena konseling adalah salah satu cara untuk mencari solusi atas permasalahan dan untuk mengembangkan bakat serta minat seseorang, jika seorang konselor bukan yang profeiosna maka tidak akan mampu untuk memberikan bantuan secara maksimal karena untuk melakukan sesuatu tentu ada tatacara dan etika yang

(33)

harus diparuhi dan diketahui, banyak kita lihat pada saat sekarang ini di sekolah-sekolah yang banyak menjadi konselor itu adalah mereka yang bukan ahli konseling sehingga menjadikan bimbingan dan konseling tercemar ditakuti oleh siswa-siswa sekolah, sebenarnya bimbingan dan konseling bukan untuk ditakuti tetapi sangat dibutuhkan oleh banyak orang karena manusia memiliki banyak masalah baik masalah positif maupun yang negative.

Bimbingan dan konseling adalah pelayanan bantuan kalau disekolah untuk siswa, baik secara perorangan maupun kelompok agar mandiri dan bisa berkembang secara optimal, dalam bimbingan pribadi, sosial, belajar maupunkarier melalui berbagai jenis jenis layanan dan kegiatan pendukung berdasarkan norma-norma yang berlaku.15

Analisis penulis bimbingan dan konseling memiliki peranan penting dalam suatu pendidikan baik untuk pribadi maupun kelompok agar mandiri dan optimal, untuk mencapai itu tentunya mememrlukan keahlian atau keprofesionalan karena tidak akan tercapai apa yang diingikan oleh suatu pendidikan jika personil untuk mengembangkan harapan itu tidak orang yang profesioan, bimbingan dan konseling disekolah sangat banyak tugas dan kerjanya karena guru bimbingan dan konselinglah yang akan mengembangkan potensi-potensi peserta didik dengan baik. Maka dari itu untuk mencapai hasil bimbingan dan konseling yang baik maka diharapkan agar seorang konselor

15 Sudarwan Danim dan Khairil, Profesi Kependidikan, ( Bandung: Alfabeta, 2010), h. 200

(34)

harus profesional dan memiliki kemampuan dan ilmu untuk melakukan konseling sehingga tidak menimbul salah praktek sehingga tidak mencemarkan nama baik bimbingan dan konseling baik di sekolah ataupun diluar sekolah.

3. Puasa mengajarkan untuk iklas

Proses bimbingan dan konseling akan berjalan dan terlaksana apabila ada konselor dan klien, karena tanpa ada salah satu dari keduanya maka tidak akan terlaksana proses bimbingan dan konseling, dalam proses bimbingan dan konseling tentu seorang konselor dan klien memiliki sifat Ikhlas, adapun ikhlas dimaksud untuk seorang konselor dan klien adalah sebagai berikut:

a. Ikhlas seorang konselor

Penerapan konsep ini dalam bimbingan dan konseling yaitu seorang konselor harus ikhlas dalam memberikan bantuan terhadap klien tanpa mengharapkan imbalan dari orang lain kecuali mengharapkan ridho Allah Swt, karena konseling adalah memberikan bantuan kepada seseorang yang mengalami masalah sehingga dia mampu mengatasi masalahnya dan kembali kapada fitrahnya.

Apabial konseling ini barhasil maka berapa besarnya pahala dan kebaikan yang di peroleh oleh seorang konselor maka dari itu seorang konselor harus memiliki sifat ikhlas dalam melaksanakan konseling, ikhlas merupakan anjuran dalam agama sesuai dengan firman Allah Swt, Surat Al-bayyinah ayat 5.

(35)



































Artinya: Padahal mereka tidak disuruh kecuali supaya menyembah Allah dengan memurnikan ketaatan kepada-Nya dalam (menjalankan) agama yang lurus dan supaya mereka mendirikan shalat dan menunaikan zakat; dan yang demikian Itulah agama yang lurus.

Ayat ini Kata Mukhlisin terambil dari kata Khalusa yang berarti murni setelah sebelumnya diliputi atau disentuh kekelurusan. Dari sini ikhlas adalah upaya memurnikan dan menyucikan hati sehingga benar-benar hanya terarah kepada Allah Swt, sedang sebelum keberhasilan usaha itu, hati masih diliputi atau dihinggapi oleh sesuatu selain Allah, misalnya pamrih dan semacamnya.16

Seorang konselor tidak akan merasa perbedaan ketika menerima pujian dan cacian ketika mengalami kegagalan atau kesuksesan dalam memberikan layanan, konselor mengagap bahwa apa yang dilakukan itu adalah yang terbaik, dan selalu melakukan konseling walaupun banyak cacian dan makian, walaupun banyak pujian yang diperoleh oleh konselor maka konselor seharusnya tidak sombong, dan konselor walaupun sudah berhasil banyak membantu klien dalam memberikan solusi atas klien namun, seorang konselor tetap mau membantu orang yang membutuhkan bantuan, dan mereka

16 M. Quraish Shihab, Tafsir Al-Mishbah ( Juz „Amma), ( Jakarta: Lentera Hati, 2002), h. 445

(36)

tidak memandang dan melihat amal ibadah perbuatanya. Jadi ikhlas adalah suatu sikap tulus membersihkan diri dan memurnikan hati dari selain Tuhan.

b. Ikhlas seorang klien

Relevansi nilai ikhlas ini bagi klien, seorang klien harus ikhlas atau penuh dengan rasa suka dan kesadarannya sendiri untuk melakukan konseling, karena dengan kesadaran dan kesukaan atau keinginan hatinya untuk konseling maka klien akan menceritakan semua permasalahan yang dihadapinya, karena klien sudah merasa terbebani dan akan terganggu kehidupnay dan dia akan selalu merasa gelisah, apabila klien memang inginkonseling, benar-benar dari hatinya maka klien tidak keberatan dalam menceritakan permasalahan yang dia hadapi tanpa ada unsur paksaan dari pihat manapun.

Apabila klien merasa terpaksa untuk mencerikan masalahnya maka masalah klien sulit untuk dicarikan solusi atas masalahnya, karena konselor akan sulit untuk memahami dan mendalami permasahan yang dihadapi oleh klien, dan apabila klien merasa terpaksa untuk melakukan konseling, maka klien merasa memiliki beban bahkan klien akan lebih merasa terbebani karena dia berangapan bahwa dirnya memiliki permasalahan sehingga dia sulit dan tidak terbuka untuk menceritakan masalah yang dihadapi.

(37)

Konselor menghendaki adanya kesukarelaan klien mengikuti atau menjalani layanan atau kegiatan yang diperuntutkan bagi klien, konselor sebelum melakukan konseling hendaknya memberikan memberikan pemahan kepada klien apa itu konseling yang sebenarnya, bahwa bimbingan dan konseling itu merupakan proses membantu individu, sehingga dengan mendengar perkataan bantu disini mengandung arti bahwa bimbingan bukan merupakan proses membantu individu, perkataan membantu disini mengandung arti bahwa bimbingan dan konseling bukan merupakan suatu paksaan.

4. Puasa mengajarkan untuk sabar

Relevansi nilai ini dalam bimbingan dan konseling islami maka dituntuk seorang konselor dan klien sabar dalam melaksanakan konseling, sabar bagi konselor dan klien disini adala sebagai berikut:

a. Sabar seorang konselor

Seorang konselor dalam memberikan bantuan kepada seseorang atau klien maka seorang konselor harus memiliki rasa sabar karena setiap orang memiliki masalah yang berbeda dan memiliki karakter dan sifat yang berbeda sehingga untuk menghadapi sifat dan krater yang berbeda itu seorang konselor harus sabar dan menerima nya dengan baik dan memberikan bantuan dengan baik.

Referensi

Dokumen terkait

Perbedaan rasio antara daging buah pedada dan buah naga merah berpengaruh tidak nyata terhadap warna fruit leather karena waran merah dari daging buah naga

Wowin Purnomo belum pernah melakukan penyelesaian untuk mengurangi waste yang terjadi dilantai produksi, sehingga dalam hasil identifikasi ditemukan banyak waste yang

Hasil penelitian tersebut menunjukkan efektivitas dari larutan ekstrak etanol kulit biji kakao 0,1% yang digunakan sebagai larutan kumur dalam intervensi pada

(2) Rencana Pola Ruang laut Pulau Raya sebagaimana dimaksud dalam Pasal 42 sampai dengan Pasal 45 digambarkan dalam peta rencana Pola Ruang laut dengan skala 1: 50.000 (satu

Mengutip pendapat para ahli, Uno (2008: 1) menyatakan bahwa strategi pembelajaran di antaranya adalah (1) setiap kegiatan yang dipilih yang dapat memberikan fasilitas

Anak yang memperoleh kesempatan dan pengalaman sukses dalam pembelajaran pendidikan jasmani pada umumnya akan memiliki konsep diri yang positif. Ia akan merasa mampu

Seperti yang sudah dijelaskan dalam pembahasan sebelumnya bahwa inti dari viral marketing adalah strategi pemasaran yang dapat menyebabkan orang-orang

Berdasarkan hasil penelitian ini, dapat disimpulkan bahwa terdapat hubungan antara perilaku ibu dalam pemberian edukasi kesehatan gigi dengan rampan karies pada anak