• Tidak ada hasil yang ditemukan

KEMENTERIAN HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA REPUBLIK INDONESIA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "KEMENTERIAN HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA REPUBLIK INDONESIA"

Copied!
69
0
0

Teks penuh

(1)

KEMENTERIAN HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA REPUBLIK INDONESIA

KEPUTUSAN KEPALA LEMBAGA PEMASYARAKATAN PEREMPUAN KELAS IIA PALEMBANG NOMOR : W6.PAS.PAS3-UM.01.01-0006TAHUN 2022

TENTANG

PENETAPAN STANDAR PELAYANAN

PADA LEMBAGA PEMASYARAKATAN PEREMPUAN KELAS IIAPALEMBANG

Menimbang : a. Bahwa dalam rangka mewujudkan penyelenggaraan pelayanan publik sesuai dengan asas penyelenggaraan pemerintahan yang baik, dan guna mewujudkan kepastian hak dan kewajiban berbagai pihak yang terkait dengan penyelenggaraan pelayanan, setiap penyelenggara pelayanan publik wajib menetapkan standar pelayanan;

b. Bahwa untuk memberikan acuan dalam penilaian ukuran kinerja dan kualitas penyelenggaraan pelayanan dimaksud huruf a, maka perlu ditetapkan standar pelayanan untuk jenis pelayanan warga negara Indonesia dengan Keputusan Kepala Lembaga Pemasyarakatan Perempuan Kelas IIA Palembang.

Mengingat : 1. Undang-undang Republik Indonesia Nomor 12 Tahun 1995 tentang Pemasyarakatan;

2. Undang-UndangRepublik Indonesia Nomor 25 Tahun 2009 tentang Pelayanan Publik;

3. Peraturan Pemerintah Nomor 96 Tahun 2012 Tentang Pelaksanaan Undang – undang No.25 Tahun 2009 Tentang Pelayanan Publik;

4. Peraturan Presiden Nomor 44 Tahun 2015 Tentang Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia;

5. Peraturan Pemerintah Nomor 31 Tahun 1999 tentang Pembinaan dan Pembimbingan Warga Binaan Pemasyarakatan (Lembaran Negara Republik Indonesia nomor 68, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3845);

6. Peraturan Pemerintah Nomor 58 Tahun 1999 tentang Syarat-syarat dan Tata Cara Pelaksanaan Wewenang, Tugas dan Tanggung Jawab Perawatan Tahanan (Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 112, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3858);

7. Peraturan Pemerintah Nomor 99 Tahun 2012 tentang Perubahan Kedua atas Peraturan Pemerintah Nomor 32 Tahun 1999 tentang Syarat dan Tata Cara Pelaksanaan Hak Warga Binaan Pemasyarakatan (Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 225, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5359);

8. Peraturan Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia Nomor M.HH- 05.OT.01.01 Tahun 2011 tentang perubahan atas Keputusan Menteri Kehakiman Nomor M.01-PR.07.03 Tahun 1985 tentang Organisasi Dan Tata Kerja Lembaga Pemasyarakatan;

9. Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Nomor 36 Tahun 2012 tentang Petunjuk Teknis Penyusunan, Penetapan, dan Penerapan Standar Pelayanan.

MEMUTUSKAN :

Menetapkan : KEPUTUSAN KEPALA LEMBAGA PEMASYARAKATAN PEREMPUAN KELAS IIA PALEMBANG TENTANG PENETAPAN STANDAR PELAYANAN PADA LEMBAGA PEMASYARAKATAN PEREMPUAN KELAS IIA PALEMBANG.

KESATU : Standar Pelayanan pada Lembaga Pemasyarakatan Perempuan Kelas IIA Palembang sebagaimana tercantum dalam Lampiran Keputusan ini.

(2)

KEDUA : Standar pelayanan pada Satuan Kerja Lembaga Pemasyarakatan Perempuan Kelas IIA Palembang meliputi ruang lingkup:

1. Layanan Bidang Pembinaan Narapidana Dan Pelayanan Tahanan;

2. Layanan Bidang Kesehatan Dan Perawatan Narapidana Tahanan;

3. Layanan Bidang Informasi Publik.

KETIGA : Standar Pelayanan sebagaimana terlampir dalam Lampiran Keputusan ini wajib dilaksanakan oleh penyelenggara/pelaksana dan sebagai acuan dalam penilaian kinerja pelayanan oleh pimpinan penyelenggara, aparat pengawasan, dan masyarakat dalam penyelenggaraan pelayanan publik.

KEEMPAT : Keputusan ini mulai berlaku sejak tanggal ditetapkan, dengan ketentuan bahwa apabila di kemudian hari terdapat kekeliruan dalam keputusan ini akan diadakan perbaikan seperlunya.

KELIMA : Salinan Keputusan ini diberikan kepada yang bersangkutan dan para pejabat terkait di lingkungan Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia Sumatera Selatan

Tembusan:

1. Kepala Kantor Wilayah Kementerian Hukum dan HAM Sumatera Selatan;

2. Kepala Divisi Pemasyarakatan Kantor Wilayah Kementerian Hukum dan HAM Sumatera Selatan.

Ditetapkan di : Palembang Pada tanggal : 03 Januari 2022 Kepala

Ike Rahmawati, A.md. IP., S.H., M.H.

NIP. 19741004 199902 2 001

(3)

Lampiran Keputusan Kepala Lapas Perempuan Kelas IIA Palembang Nomor : W6.PAS.PAS3-UM.01.01-0006 Tahun 2022

Tanggal : 03 Januari 2022

STANDAR PELAYANAN UMUM

LAPAS PEREMPUAN KELAS IIA PALEMBANG

No. Dasar Hukum Persyaratan Prosedur Waktu Pelayanan Biaya/Tarif Pengelolaan Pengaduan LAYANAN BIDANG PEMBINAAN NARAPIDANA DAN PELAYANAN TAHANAN

LAYANAN ASIMILASI TINDAK PIDANA KHUSUS 1. - KUHP

- UU No.12 tahun 1995 tentang

Pemasyarakatan;

- PP No.31 tahun 1999 tentang Pembinaan dan Pembimbingan Warga Binaan Pemasyarakatan;

- PP No.32 tahun 1999 sebagaimana telah diubah terakhir kali dengan PP No.99 tahun 2012 tentang Tata Cara dan Syarat Pelaksanaan Hak WBP;

- Permenkumham No.21 tahun 2013 tentang Syarat daan Tata Cara Pelaksanaan Remisi,

- Berkelakuan baik;

- Aktif mengikuti program pembinaan dengan baik;

- Telah menjalani paling sedikit

½ masa pidana;

- Asimilasi dapat diberikan kepada anak negara dan anak sipil setelah menjalani masa pendirikan di Lapas Anak paling singkat 6 bulan pertama;

- Dibuktikan dengan melengkapi dokumen:

a. Salinan kutipan putusan hakim (ekstrak vonis) dan berita acara pelaksanaan putusan pengadilan;

b. Telah membayar lunas denda;

- Wali pemasyarakatan mengajukan nama narapidana yang telah memenuhi persyaratan kepada TPP;

- Petugas mendata narapidana yang telah memenuhi syarat berdasarkan wali/asesor narapidana;

- TPP Lapas/Rutan

merekomendasikan usulan pemberian asimilasi kerja sosial kepada Kepala Lapas/Rutan;

- Kepala Lapas/Rutan mengusulkan pemberian asimilasi kerja sosial kepada Kanwil berdasarkan Tim Pengamat Pemasyarakatan (TPP) Lapas/Rutan;

- Untuk di Lapas, ± 14 hari kerja sejak persyaratan

dinyatakan

lengkap dan sudah di sidang TPP, pengusulan

diteruskan ke Kanwil atau ditolak;

- Untuk di Kanwil,

± 14 hari kerja sejak persyaratan dinyatakan

lengkap dan sudah di sidang TPP, pengusulan

asimilasi secara mandiri dan/atau

Tidak ada biaya - Publik menyampaikan pengaduan melalui pos layanan terpadu yang ada di Lapas, kotak pengaduan, nomor telepon, atau secara online pada aplikasi LAPOR yang telah disediakan;

- Pengaduan dikelola oleh Petugas Layanan Pengaduan diteruskan dengan penanggung

jawab dengan

menyampaikan

rekomendasi kepada Kepala Lapas;

- Kepala Lapas menelaah dan memberi arahan

(4)

Asimilasi, Pembebasan Bersyarat, Cuti Menjelang Bebas, dan Cuti Bersyarat.

c. Laporan perkembangan pembinaan yang dibuat oleh wali pemasyarakatan atau hasil asesmen resiko dan asesmen kebutuhan yang dilakukan asesor;

d. Laporan penelitian kemasyarakatan dari Bapas tentang pihak keluarga yang akan menerima narapidana dan anak pidana, keadaan masyarakat sekitarnya dan pihak lain yang ada hubungannya dengan narapidana dan anak pidana;

e. Salinan (daftar huruf F) daftar yang memuat tentang pelanggaran tata tertib yang dilakukan narapidana dan anak

pidana selama

menjalankan masa pidana dari Kepala Lapas;

f. Salinan daftar perubahan atau pengurangan masa pidana, seperti grasi, remisi, dan lain lain dari Kepala Lapas;

g. Surat pernyataan dari narapidana dan anak pidana tidak akan

- Kanwil melaksanakan sidang TPP;

- Kanwil mengusulkan pemberian asimilasi kepada Menteri melalui Dirjenpas berdasarkan rekomendasi TPP Kanwil;

- Dirjen menyampaikan pertimbangan pemberian asimilasi kerja sosial kepada Menteri berdasarkan rekomendasi TPP Dirjen dan rekomendasi dari instansi terkait untuk mendapat persetujuan;

- Rekomendasi dari instansi terkait yang dimaksud adalah:

a. Kepolisian Negara RI,

Badan Nasional

Penanggulangan

Terorisme, dan atau Kejaksaan Agung dalam hal narapidana di pidana karena melakukan tindak pidana terorisme, kejahatan terhadap keamanan negara, kejahatan hak asasi manusia yang berat, dan/atau kejahatan transnasional

terorganisasi lainnya.

dengan pihak ketiga, dan penempatan di Lapas Terbuka disetujui atau ditolak atau diteruskan ke Ditjenpas;

- Untuk di Ditjenpas, paling lama 30 hari kerja sejak persyaratan dinyatakan

lengkap dan sudah di sidang TPP, pengusulan sudah diputuskan untuk disetujui atau ditolak.

dalam rangka merespon pengaduan;

- Pejabat yang terkait dengan pelayanan melakukan perbaikan dan/atau memberikan klarifikasi kepada publik yang menyampaikan pengaduan.

(5)

melarikan diri dan tidak melakukan perbuatan melanggar hukum;

h. Surat jaminan kesanggupan dari pihak keluarga yang diketahui oleh Lurah atau Kepala Desa atau nama lain yang menyatakan:

1. Narapidana dan anak pidana tidak akan melarikan diri dan/atau melakukan perbuatan melanggar hukum; dan 2. Membantu dalam

membimbing dan mengawasi narapidana dan anak pidana selama mengikuti program asimilasi.

i. Surat jaminan dari sekolah, instansi pemerintah, atau swasta dan badan/lembaga sosial atau keagamaan, yang menjamin untuk

membantu dalam

membimbing dan

mengawasi narapidana atau anak didik pemasyarakatan selama mengikuti program asimilasi;

b. Kepolisian Negara RI,

Badan Nasional

Penanggulangan

Terorisme, dan atau Kejaksaan Agung dalam hal narapidana di pidana karena melakukan tindak pidana narkotika, prekursor narkotika, psikotropika.

c. Kepolisian Negara RI, Kejaksaan Agung dan/atau Komisi Pemberantasan Korupsi dalam hal narapidana di pidana karena melakukan tindak pidana korupsi.

- Asimilasi dilaksanakan dalam bentuk kerja sosial pada lembaga sosial.

- Lembaga sosial yang dimaksud adalah merupakan lembaga pemerintah atau lembaga yang dibentuk oleh masyarakat yang bergerak di bidang:

a. Agama, b. Pertanian,

c. Pendidikan dan kebudayaan,

d. Kesehatan, e. Kemanusiaan, f. Kebersihan, dan

(6)

j. Bagi narapidana terorisme harus melampirkan surat keterangan telah mengikuti program deradikalisasi dari Kepala Lapas dan/atau kepala BNPT;

k. Bagi narapidana WNA, harus melengkapi dokumen:

1. Surat jaminan tidak melarikan diri dan akan menaati persyaratan yang telah ditentukan dari:

- Kedutaan besar/konsulat negara, dan

- Keluarga, orang, atau korporasi yang bertanggung jawab atas keberadaan dan kegiatan narapidana atau anak didik pemasyarakatan selama berada di wilayah Indonesia.

2. Surat keterangan dari Dirjen Imigrasi atau pejabat imigrasi yang ditunjuk yang menyatakan bahwa yang bersangkutan

g. Yang berorientasi untuk memberikan pelayanan kepada masyarakat.

- Demi kepentingan keamanan, asimilasi dapat tidak dilaksanakan.

(7)

dibebeaskan dari kewajiban memiliki izin tinggal.

LAYANAN ASIMILASI TINDAK PIDANA UMUM 1. - KUHP

- UU No.12 tahun 1995 tentang

Pemasyarakatan;

- PP No.31 tahun 1999 tentang Pembinaan dan Pembimbingan Warga Binaan Pemasyarakatan;

- PP No.32 tahun 1999 sebagaimana telah diubah terakhir kali dengan PP No.99 tahun 2012 tentang Tata Cara dan Syarat Pelaksanaan Hak WBP;

- Permenkumham No.21 tahun 2013 tentang Syarat daan Tata Cara Pelaksanaan Remisi, Asimilasi, Pembebasan Bersyarat, Cuti Menjelang Bebas, dan Cuti Bersyarat.

- Salinan putusan pengadilan (ekstrak vonis) dan berita acara pelaksanaan putusan pengadilan (B.A.8);

- Telah membayar lunas denda;

- Surat keterangan asli dari Kejaksaan bahwa narapidana yang bersangkutan tidak mempunyai perkara atau tersangkut dengan tindak pidana lainnya;

- Laporan pembinaan yang dibuat oleh wali/asesor narapidana;

- Daftar usulan narapidana yang memenuhi syarat untuk asimilasi;

- Laporan penelitian kemasyarakatan dari Bapas tentang pihak keluarga yang akan menerima narapidana dan anak pidana, keadaan masyarakat sekitarnya dan pihak lain yang ada hubungannya dengan narapidana dan anak pidana;

- Salinan (daftar huruf F) daftar yang memuat tentang pelanggaran tata tertib yang

- Wali pemasyarakatan mengajukan nama narapidana yang telah memenuhi persyaratan kepada TPP;

- Petugas mendata narapidana yang telah memenuhi syarat berdasarkan wali/asesor narapidana;

- TPP melaksanakan sidang dan hasilnya disampaikan kepada Kepala Lapas;

- Kepala Lapas/Rutan menetapkan pemberian asimilasi berdasarkan rekomendasi dari Tim Pengamat Pemasyarakatan (TPP);

- Lapas melaksanakan SK Asimilasi

- Dalam hal asimilasi dilaksanakan secara mandiri dan/atau dengan pihak ketiga, Kepala Lapas/Rutan menetapkan pemberian asimilasi setelah mendapat persetujuan Kepala Kanwil;

- Dalam hal asimilasi dilaksanakan dengan penempatan pada Lapas

- Untuk di Lapas, ± 14 hari kerja sejak persyaratan

dinyatakan

lengkap dan sudah di sidang TPP;

- Untuk di Kanwil,

± 14 hari kerja sejak persyaratan dinyatakan

lengkap dan sudah di sidang TPP, pengusulan

asimilasi secara mandiri dan/atau dengan pihak ketiga, dan penempatan di Lapas Terbuka disetujui atau ditolak.

Tidak ada biaya - Publik menyampaikan pengaduan melalui pos layanan terpadu yang ada di Lapas, kotak pengaduan, nomor telepon, atau secara online pada aplikasi LAPOR yang telah disediakan;

- Pengaduan dikelola oleh Petugas Layanan Pengaduan dengan menyampaikan

rekomendasi kepada Kepala Lapas;

- Kepala Lapas menelaah dan memberi arahan dalam rangka merespon pengaduan;

- Pejabat yang terkait dengan pelayanan melakukan perbaikan dan/atau memberikan klarifikasi kepada publik yang menyampaikan pengaduan.

(8)

dilakukan narapidana dan anak pidana selama menjalankan masa pidana dari Kepala Lapas;

- Salinan daftar perubahan atau pengurangan masa pidana, seperti grasi, remisi, dan lain lain dari Kepala Lapas;

- Surat penyataan kesanggupan dari pihak yang akan menerima narapidana, seperti pihak keluarga, sekolah, instansi Pemerintah Daerah setempat serendah-rendahnya Lurah atau Kepala Desa;

- Surat keterangan kesehatan dari psikolog atau dari dokter bahwa narapidana sehat baik jasmani maupun jiwanya dan apabila di Lapas tidak ada psikolog dan dokter, maka surat keterangan dapat dimintakan kepada dokter Puskesmas atau Rumah Sakit Umum;

- Telah menjalani ½ dari masa pidana, setelah dikurangi masa tahanan dan remisi, diihtung sejak putusan pengadilan memperoleh kekuatan hukum tetap.

Terbuka, Kepala Kanwil menetapkan pemberian asimilasi berdasarkan usulan Kepala Lapas/Rutan.

- Persetujuan pemberian asimilasi secara mandiri dan/atau dengan pihak ketiga, dan penempatan di Lapas Terbuka berdasarkan rekomendasi TPP Kanwil.

BIMBINGAN KERJA

(9)

1. - UU No.12 tahun 1995 tentang

Pemasyarakatan;

- PP No.31 tahun 1999 tentang Pembinaan dan Pembimbingan Warga Binaan Pemasyarakatan;

- PP No.32 tahun 1999 sebagaimana telah diubah terakhir kali dengan PP No.99 tahun 2012 tentang Tata Cara dan Syarat Pelaksanaan Hak WBP.

- WBP mendaftar ke Petugas Pemasyarakatan;

- Memiliki minat/bakat;

- Berkelakuan baik; dan

- Telah menjalani 1/3 dari masa pidana.

- WBP mendaftar;

- Pejabat yang melaksanakan fungsi kegiatan kerja menyeleksi sesuai dengan kapasitas penerimaan;

- Pengumuman dan pengarahan kepada WBP terpilih;

- Penandatanganan kontrak kesepakatan;

- Pelatihan kerja.

Tergantung dari jenis bimbingan

kerja yang

diberikan kepada WBP, misalnya:

- Jahit dan bordir, 2 minggu;

- Merajut 1.5 bulan;

- Memasak di Le Panile per hari;

- Perkebunan sayuran 1 bulan.

Tidak ada biaya - Publik menyampaikan pengaduan melalui pos layanan terpadu yang ada di Lapas, kotak pengaduan, nomor telepon, dan secara online pada aplikasi LAPOR yang telah disediakan;

- Pengaduan dikelola oleh Petugas Layanan Pengaduan;

- Kepala Lapas menelaah dan memberi arahan dalam rangka merespon pengaduan;

- Pejabat yang terkait dengan pelayanan melakukan perbaikan dan/atau memberikan klarifikasi kepada publik yang menyampaikan pengaduan.

BIMBINGAN ROHANI

1. - UU No.12 tahun 1995 tentang

Pemasyarakatan;

- PP No.31 tahun 1999 tentang Pembinaan dan Pembimbingan Warga Binaan Pemasyarakatan;

- PP No.32 tahun 1999 sebagaimana telah diubah terakhir kali

Tidak ada persyaratan - Petugas pemasyarakatan mengundang pemuka agama secara berkala ke Lapas;

- Pemuka agama/masyarakat mengajukan permohonan untuk bimbingan rohani terhadap WBP di Lapas secara insidential;

- Narapidana/tahanan

dikumpulkan oleh

1-2 jam Tidak ada biaya - Publik menyampaikan pengaduan melalui sarana yang disediakan di Lapas;

- Pengaduan dikelola oleh Unit Layanan Pengaduan

(ULP) dengan

menyampaikan

rekomendasi kepada Kepala Lapas;

(10)

dengan PP No.99 tahun 2012 tentang Tata Cara dan Syarat Pelaksanaan Hak WBP.

pembimbing rohani pada aula yang disediakan untk kegiatan bimbingan rohani di Lapas/Rutan;

- Narapidana/tahanan

menerima bimbingan rohani sesuai dengan agama dan kepercayaannya masing- masing.

- Kepala Lapas menelaah dan memberi arahan dalam rangka merespon pengaduan;

- Pejabat yang terkait dengan pelayanan melakukan perbaikan dan/atau memberikan klarifikasi kepada publik yang menyampaikan pengaduan.

LAYANAN CUTI BERSYARAT TINDAK PIDANA TERTENTU 1. - UU No.12 tahun 1995

tentang

Pemasyarakatan;

- PP No.31 tahun 1999 tentang Pembinaan dan Pembimbingan Warga Binaan Pemasyarakatan;

- PP No.32 tahun 1999 sebagaimana telah diubah terakhir kali dengan PP No.99 tahun 2012 tentang Tata Cara dan Syarat Pelaksanaan Hak WBP;

- Permenkumham No.21 tahun 2013 tentang Syarat daan Tata Cara Pelaksanaan Remisi, Asimilasi, Pembebasan Bersyarat, Cuti

- Pidana penjara paling lama 1 tahun 3 bulan;

- Telah menjalani paling sedikit 2/3 (dua pertiga) dari masa pidana; dan

- Berkelakuan baik dalam kurun waktu 9 bulan terakhir;

- Bagi narapidana tindak pidana korupsi, harus telah membayar lunas denda dan uang pengganti;

- Bagi narapidana terorisme, harus menunjukkan kesadaran dan penyesalan atas kesalahan yang menyebabkan dijatuhi pidana dan menyatakan ikrar:

1. Kesetiaan kepada NKRI secara tertulis bagi narapidana WNI; atau 2. Tidak akan mengulangi

perbuatan tindak pidana

- Wali/asesor narapidana mengajukan nama narapidana yang telah memenuhi syarat substantif dan persyaratan administratif kepada petugas Lapas;

- TPP melaksanakan sidang dan hasilnya disampaikan kepada Kepala Lapas;

- Kepala Lapas mengusulkan pemberian CB kepada Kanwil berdasarkan rekomendasi TPP Lapas;

- Kepala Kanwil atas nama menteri memberikan persetujuan pemberian CB berdasarkan rekomendasi TPP Kanwil;

- Kepala Lapas menerbitkan SK CB berdasarkan

- Untuk di Lapas, paling lama ± 7 hari kerja sejak persyaratan

dinyatakan

lengkap dan sudah di sidang TPP, pengusulan

diteruskan ke Kanwil atau ditolak;

- Untuk di Kanwil, paling lama ± 7 hari kerja sejak persyaratan

dinyatakan

lengkap dan sudah di sidang TPP, Kepala Kanwil atas nama Menteri

Tidak ada biaya - Publik menyampaikan pengaduan melalui sarana yang disediakan di Lapas;

- Pengaduan dikelola oleh Unit Layanan Pengaduan

(ULP) dengan

menyampaikan

rekomendasi kepada Kepala Lapas;

- Kepala Lapas menelaah dan memberi arahan dalam rangka merespon pengaduan;

- Pejabat yang terkait dengan pelayanan melakukan perbaikan dan/atau memberikan klarifikasi kepada publik yang menyampaikan pengaduan.

(11)

Menjelang Bebas, dan Cuti Bersyarat.

terorisme secara tertulis bagi narapidana WNA.

- Surat keterangan telah mengikuti program deradikalisasi dari Kepala Lapas dan/atau Kepala Badan Nasional Penanggulangan Terorisme;

- Salinan kutipan putusan hakim (ekstrak vonis) dan berita acara pelaksanaan putusan pengadilan;

- Laporan perkembangan pembinaan yang dibuat oleh wali pemasyarakatan atau hasil asesmen resiko dan asesmen kebutuhan yang dilakukan asesor;

- Surat pemberitahuan ke Kejaksaan Negeri tentang rencana pemberian CB terhadap narapidana dan anak pidana yang bersangkutan;

- Salinan (daftar huruf F) daftar yang memuat tentang pelanggaran tata tertib yang dilakukan narapidana dan anak pidana selama menjalankan masa pidana dari Kepala Lapas;

- Salinan daftar perubahan dari Kepala Lapas;

penetapan dari Kepala Kanwil.

menetapkan pemberian CB.

(12)

- Surat pernyataan dari narapidana dan anak pidana tidak akan melakukan perbuatan melanggar hukum;

- Surat jaminan kesanggupan dari pihak keluarga yang diketahui oleh Lurah atau Kepala Desa atau nama lain yang menyatakan:

a. Narapidana dan anak pidana tidak akan melarikan diri dan/atau melakukan perbuatan melanggar hukum; dan b. Membantu dalam

membimbing dan

mengawasi narapidana dan anak pidana selama mengikuti program Cuti Bersyarat.

- Bagi WNA, harus melengkapi dokumen:

- Surat jaminan tidak melarikan diri dan akan menaati persyaratan yang telah ditentukan dari:

- Kedutaan besar/konsulat negara, dan

- Keluarga, orang, atau korporasi yang bertanggung jawab atas keberadaan

(13)

dan kegiatan narapidana atau anak didik pemasyarakatan selama berada di wilayah Indonesia.

- Surat keterangan dari Dirjen Imigrasi atau pejabat imigrasi yang ditunjuk yang menyatakan bahwa yang bersangkutan dibebeaskan dari kewajiban memiliki izin tinggal; dan

- Surat keterangan tidak terdaftar dalam red notice dan jaringan kejahatan transnasional terorganisasi lainnya dari Sekretariat NCB-Interpol Indonesia.

LAYANAN CUTI BERSYARAT (CB) TINDAK PIDANA UMUM 1. - UU No.12 tahun 1995

tentang

Pemasyarakatan;

- PP No.31 tahun 1999 tentang Pembinaan dan Pembimbingan Warga Binaan Pemasyarakatan;

- PP No.32 tahun 1999 sebagaimana telah diubah terakhir kali dengan PP No.99 tahun 2012 tentang Tata Cara

- Pidana penjara paling lama 1 tahun 3 bulan;

- Telah menjalani paling sedikit 2/3 (dua pertiga) dari masa pidana;

- Berkelakuan baik dalam kurun waktu 6 bulan terakhir; dan - CB diberikan untuk jangka

waktu paling lama 4 bulan;

- Melampirkan kelengkapan dokumen:

- Wali/asesor narapidana mengajukan nama narapidana yang telah memenuhi syarat substantif dan persyaratan administratif kepada petugas Lapas;

- TPP melaksanakan sidang dan hasilnya disampaikan kepada Kepala Lapas;

- Kepala Lapas mengusulkan pemberian CB kepada Kanwil

- Untuk di Lapas, paling lama ± 7 hari kerja sejak persyaratan

dinyatakan

lengkap dan sudah di sidang TPP, pengusulan

diteruskan ke Kanwil atau ditolak;

Tidak ada biaya - Publik menyampaikan pengaduan melalui sarana yang disediakan di Lapas;

- Pengaduan dikelola oleh Unit Layanan Pengaduan

(ULP) dengan

menyampaikan

rekomendasi kepada Kepala Lapas;

- Kepala Lapas menelaah dan memberi arahan

(14)

dan Syarat Pelaksanaan Hak WBP;

- Permenkumham No.21 tahun 2013 tentang Syarat daan Tata Cara Pelaksanaan Remisi, Asimilasi, Pembebasan Bersyarat, Cuti Menjelang Bebas, dan Cuti Bersyarat.

a. Salinan kutipan putusan hakim (ekstrak vonis) dan berita acara pelaksanaan putusan pengadilan;

b. Laporan perkembangan pembinaan yang dibuat oleh wali pemasyarakatan atau hasil asesmen resiko dan asesmen kebutuhan yang dilakukan asesor;

c. Surat pemberitahuan ke Kejaksaan Negeri tentang rencana pemberian CB terhadap narapidana dan anak pidana yang bersangkutan;

d. Salinan (daftar huruf F) daftar yang memuat tentang pelanggaran tata tertib yang dilakukan narapidana dan anak

pidana selama

menjalankan masa pidana dari Kepala Lapas;

e. Salinan daftar perubahan dari Kepala Lapas;

f. Surat pernyataan dari narapidana dan anak pidana tidak akan melakukan perbuatan melanggar hukum;

g. Surat jaminan kesanggupan dari pihak

berdasarkan rekomendasi TPP Lapas;

- Kepala Kanwil atas nama menteri memberikan persetujuan pemberian CB berdasarkan rekomendasi TPP Kanwil;

- Kepala Lapas menerbitkan SK CB berdasarkan penetapan dari Kepala Kanwil.

- Untuk di Kanwil, paling lama ± 7 hari kerja sejak persyaratan

dinyatakan

lengkap dan sudah di sidang TPP, Kepala Kanwil atas nama Menteri menetapkan pemberian CB.

dalam rangka merespon pengaduan;

- Pejabat yang terkait dengan pelayanan melakukan perbaikan dan/atau memberikan klarifikasi kepada publik yang menyampaikan pengaduan.

(15)

keluarga yang diketahui oleh Lurah atau Kepala Desa atau nama lain yang menyatakan:

1. Narapidana dan anak pidana tidak akan melarikan diri dan/atau melakukan perbuatan melanggar hukum; dan 2. Membantu dalam

membimbing dan mengawasi narapidana dan anak pidana selama mengikuti program Cuti Bersyarat.

LAYANAN CUTI MENJELANG BEBAS (CMB) TINDAK PIDANA TERTENTU 1. - UU No.12 tahun 1995

tentang

Pemasyarakatan;

- PP No.31 tahun 1999 tentang Pembinaan dan Pembimbingan Warga Binaan Pemasyarakatan;

- PP No.32 tahun 1999 sebagaimana telah diubah terakhir kali dengan PP No.99 tahun 2012 tentang Tata Cara dan Syarat Pelaksanaan Hak WBP;

- Permenkumham No.21 tahun 2013 tentang Syarat daan Tata Cara

- Telah menjalani paling sedikit 2/3 (dua pertiga) dari masa pidana, dengan ketentuan 2/3 masa pidana tersebut tidak kurang 9 (sembilan) bulan;

- Berkelakuan baik selama menjalani masa pidana paling sedikit 9 bulan terakhir dihitung sebelum tanggal 2/3 masa pidana; dan

- Lamanya Cuti Menjelang Bebas sebesar remisi terakhir paling lama 6 bulan;

- Bagi anak negara: telah mencapai usia 17 tahun 6 bulan dan berkelakuan baik selama menjalani masa pembinaan.

- Wali/asesor narapidana mengajukan nama narapidana yang telah memenuhi syarat substantif dan persyaratan administratif kepada petugas Lapas;

- TPP melaksanakan sidang dan hasilnya disampaikan kepada Kepala Lapas;

- Kepala Lapas mengusulkan pemberian CMB kepada Kanwil berdasarkan rekomendasi TPP Lapas;

- Kepala Lapas mengusulkan pemberian CMB kepada Kanwil;

- Untuk di Lapas, paling lama ± 14 hari kerja sejak persyaratan

dinyatakan

lengkap dan sudah di sidang TPP, pengusulan

diteruskan ke Kanwil atau ditolak;

- Untuk di Kanwil, paling lama ± 14 hari kerja sejak persyaratan

dinyatakan

lengkap dan sudah

Tidak ada biaya - Publik menyampaikan pengaduan melalui sarana yang disediakan di Lapas, Kanwil, dan/atau Dirjenpas;

- Pengaduan dikelola oleh Unit Layanan Pengaduan

(ULP) dengan

menyampaikan

rekomendasi kepada Kepala Lapas, Kepala Kanwil, dan/atau Dirjenpas;

- Kepala Lapas, Kepala Kanwil, dan Dirjenpas menelaah dan memberi

(16)

Pelaksanaan Remisi, Asimilasi, Pembebasan Bersyarat, Cuti Menjelang Bebas, dan Cuti Bersyarat.

- Melampirkan kelengkapan dokumen:

l. Salinan kutipan putusan hakim (ekstrak vonis) dan berita acara pelaksanaan putusan pengadilan;

m. Laporan perkembangan pembinaan yang dibuat oleh wali pemasyarakatan atau hasil asesmen resiko dan asesmen kebutuhan yang dilakukan asesor;

n. Laporan penelitian kemasyarakatan dari Bapas tentang pihak keluarga yang akan menerima narapidana dan anak pidana, keadaan masyarakat sekitarnya dan pihak lain yang ada hubungannya dengan narapidana dan anak pidana;

o. Surat pemberitahuan ke Kejaksaan Negeri tentang rencana pemberian CMB terhadap narapidana dan anak pidana yang bersangkutan;

p. Salinan (daftar huruf F) daftar yang memuat tentang pelanggaran tata tertib yang dilakukan

- Kanwil melaksanakan sidang TPP dan hasilnya disampaikan kepada Dirjenpas;

- Di Ditjenpas, TPP Pusat melaksanakan sidang TPP;

- Kepala Kanwil atas nama menteri memberikan persetujuan pemberian CMB berdasarkan rekomendasi TPP Pusat;

- Lapas menerima dan melakukan pengecekan SK CMB;

- Lapas melaksanakan SK pemberian CMB.

di sidang TPP, pengusulan

diteruskan ke Ditjenpas atau ditolak;

- Untuk di Ditjenpas, paling lama ± 30 hari kerja sejak persyaratan

dinyatakan

lengkap dan sudah di sidang TPP, pengusulan sudah dapat diputuskan untuk disetujui atau ditolak.

arahan dalam rangka merespon pengaduan;

- Pejabat yang terkait dengan pelayanan melakukan perbaikan dan/atau memberikan klarifikasi kepada publik yang menyampaikan pengaduan.

(17)

narapidana dan anak

pidana selama

menjalankan masa pidana dari Kepala Lapas;

q. Salinan daftar perubahan atau pengurangan masa pidana, seperti grasi, remisi, dan lain lain dari Kepala Lapas;

r. Surat pernyataan dari narapidana dan anak pidana tidak akan melakukan perbuatan melanggar hukum;

s. Surat jaminan kesanggupan dari pihak keluarga yang diketahui oleh Lurah atau Kepala Desa atau nama lain yang menyatakan:

3. Narapidana dan anak pidana tidak akan melarikan diri dan/atau melakukan perbuatan melanggar hukum; dan 4. Membantu dalam

membimbing dan mengawasi narapidana dan anak pidana selama mengikuti program Cuti Menjelang Bebas.

t. Bagi WNA, harus melengkapi dokumen:

(18)

3. Surat jaminan tidak melarikan diri dan akan menaati persyaratan yang telah ditentukan dari:

- Kedutaan besar/konsulat negara, dan

- Keluarga, orang, atau korporasi yang bertanggung jawab atas keberadaan dan kegiatan narapidana atau anak didik pemasyarakatan selama berada di wilayah Indonesia.

4. Surat keterangan dari Dirjen Imigrasi atau pejabat imigrasi yang ditunjuk yang menyatakan bahwa yang bersangkutan dibebeaskan dari kewajiban memiliki izin tinggal; dan

5. Surat keterangan tidak terdaftar dalam red notice dan jaringan kejahatan transnasional terorganisasi lainnya

(19)

dari Sekretariat NCB- Interpol Indonesia.

LAYANAN CUTI MENJELANG BEBAS (CMB) TINDAK PIDANA UMUM 1. - UU No.12 tahun 1995

tentang

Pemasyarakatan;

- PP No.31 tahun 1999 tentang Pembinaan dan Pembimbingan Warga Binaan Pemasyarakatan;

- PP No.32 tahun 1999 sebagaimana telah diubah terakhir kali dengan PP No.99 tahun 2012 tentang Tata Cara dan Syarat Pelaksanaan Hak WBP;

- Permenkumham No.21 tahun 2013 tentang Syarat daan Tata Cara Pelaksanaan Remisi, Asimilasi, Pembebasan Bersyarat, Cuti Menjelang Bebas, dan Cuti Bersyarat.

- Telah menjalani paling sedikit 2/3 (dua pertiga) dari masa pidana, dengan ketentuan 2/3 masa pidana tersebut tidak kurang 9 (sembilan) bulan;

- Berkelakuan baik selama menjalani masa pidana paling sedikit 9 bulan terakhir dihitung sebelum tanggal 2/3 masa pidana; dan

- Lamanya Cuti Menjelang Bebas sebesar remisi terakhir paling lama 6 bulan;

- Bagi anak negara: telah mencapai usia 17 tahun 6 bulan dan berkelakuan baik selama menjalani masa pembinaan.

- Melampirkan kelengkapan dokumen:

6. Salinan kutipan putusan hakim (ekstrak vonis) dan berita acara pelaksanaan

putusan pengadilan;

7. Laporan perkembangan pembinaan yang dibuat oleh wali pemasyarakatan

- Wali/asesor narapidana mengajukan nama narapidana yang telah memenuhi syarat substantif dan persyaratan administratif kepada petugas Lapas;

- TPP melaksanakan sidang dan hasilnya disampaikan kepada Kepala Lapas;

- Kepala Lapas mengusulkan pemberian CMB kepada Kanwil berdasarkan rekomendasi TPP Lapas;

- Kepala Kanwil atas nama menteri memberikan persetujuan pemberian CMB berdasarkan rekomendasi TPP Kanwil;

- Kepala Kanwil

mendelegasikan kepada Kepala Lapas untuk menerbitkan SK CMB.

- Untuk di Lapas, paling lama ± 14 hari kerja sejak persyaratan

dinyatakan

lengkap dan sudah di sidang TPP, pengusulan

diteruskan ke Kanwil atau ditolak;

- Untuk di Kanwil, paling lama ± 14 hari kerja sejak persyaratan

dinyatakan

lengkap dan sudah di sidang TPP, pengusulan

diteruskan ke Ditjenpas atau ditolak;

- Untuk di Ditjenpas, paling lama ± 30 hari kerja sejak persyaratan

dinyatakan

lengkap dan sudah di sidang TPP,

Tidak ada biaya - Publik menyampaikan pengaduan melalui sarana yang disediakan di Lapas, Kanwil, dan/atau Dirjenpas;

- Pengaduan dikelola oleh Unit Layanan Pengaduan

(ULP) dengan

menyampaikan

rekomendasi kepada Kepala Lapas, Kepala Kanwil, dan/atau Dirjenpas;

- Kepala Lapas, Kepala Kanwil, dan Dirjenpas menelaah dan memberi arahan dalam rangka merespon pengaduan;

- Pejabat yang terkait dengan pelayanan melakukan perbaikan dan/atau memberikan klarifikasi kepada publik yang menyampaikan pengaduan.

(20)

atau hasil asesmen resiko dan asesmen kebutuhan yang dilakukan asesor;

8. Laporan penelitian kemasyarakatan dari Bapas tentang pihak keluarga yang akan menerima narapidana dan anak pidana, keadaan masyarakat sekitarnya dan pihak lain yang ada hubungannya dengan narapidana dan anak pidana;

9. Surat

pemberitahuan ke Kejaksaan Negeri tentang rencana pemberian CMB terhadap narapidana dan anak pidana yang bersangkutan;

10. Salinan (daftar huruf F) daftar yang memuat tentang pelanggaran tata tertib yang dilakukan

narapidana dan anak pidana selama

pengusulan sudah dapat diputuskan untuk disetujui atau ditolak.

(21)

menjalankan masa pidana dari Kepala Lapas;

11. Salinan daftar perubahan atau pengurangan masa pidana, seperti grasi, remisi, dan lain lain dari Kepala Lapas;

12. Surat pernyataan dari narapidana dan anak pidana tidak akan melakukan perbuatan

melanggar hukum;

13. Surat jaminan kesanggupan dari pihak keluarga yang diketahui oleh Lurah atau Kepala Desa atau nama lain yang menyatakan:

u. Narapidana dan anak pidana tidak akan melarikan diri dan/atau melakukan perbuatan melanggar hukum; dan v. Membantu dalam

membimbing dan

mengawasi narapidana dan anak pidana selama

(22)

mengikuti program Cuti Menjelang Bebas.

LAYANAN PERMOHONAN CUTI MENGUNJUNGI KELUARGA 1. - UU No.12 tahun 1995

tentang

Pemasyarakatan;

- PP No.31 tahun 1999 tentang Pembinaan dan Pembimbingan Warga Binaan Pemasyarakatan;

- PP No.32 tahun 1999 sebagaimana telah diubah terakhir kali dengan PP No.99 tahun 2012 tentang Tata Cara dan Syarat Pelaksanaan Hak WBP;

- Permenkumham No.21 tahun 2013 tentang Syarat daan Tata Cara Pelaksanaan Remisi, Asimilasi, Pembebasan Bersyarat, Cuti Menjelang Bebas, dan Cuti Bersyarat.

- Berkelakuan baik dan tidak pernah melakukan pelanggaran tata tertib dalam tahun berjalan;

- Masa pidana paling singkat 12 bulan bagi narapidana dan anak pidana;

- Telah menjalani masa pembinaan bagi anak negara atau anak sipil paling singkat 6 bulan;

- Tidak terlibat perkara lain yang dijelaskan dalam surat keterangan dari pihak Kejaksaan Negeri setempat;

- Telah menjalani ½ (satu perdua) dari masa pidananya bagi narapidana dan anak pidana;

- Telah berada dalam tahapan pembinaan 6 bulan kedua bagi anak negara dan anak sipil;

- Ada permintaan dari salah satu pihak keluarga yang harus diketahui oleh ketua RT dan Lurah atau Desa setempat;

- Ada jaminan keamanan dari pihak keluarga termasuk jaminan tidak akan melarikan diri yang diketahui oleh ketua

- Narapidana/keluarga/kuasa hukum mengajukan surat permintaan cuti mengunjungi keluarga (CMK) dilengkapi dengan dokumen persyaratan;

- Terhadap permohonan tersebut, dilaksanakan penelitian kemasyarakatan dan sidang TPP yang menjadi dasar bagi Kepala Lapas menerbitkan surat persetujuan, atau penolakan

permohonan cuti

mengunjungi keluarga;

- Narapidana menerima surat persetujuan, atau penolakan

permohonan cuti

mengunjungi keluarga;

- Kepala Lapas dalam memberikan CMK wajib memberitahukan kepada Kepala Bapas setempat untuk melakukan pengawasan;

- Dalam hal ditempat kediaman narapidana tidak terdapat Bapas, pengawasan CMK dilakukan oleh petugas Lapas;

- CMK dapat diberikan untuk waktu paling lama 2 hari atau 2x24 jam terhitung sejak

10 hari kerja sejak persyaratan

permohonan

dinyatakan lengkap

Tidak ada biaya - Publik menyampaikan pengaduan melalui sarana yang disediakan di Lapas;

- Pengaduan dikelola oleh Unit Layanan Pengaduan

(ULP) dengan

menyampaikan

rekomendasi kepada Kepala Lapas;

- Kepala UPT Lapas menelaah dan memberi arahan dalam rangka merespon pengaduan;

- Pejabat yang terkait dengan pelayanan melakukan perbaikan dan/atau memberikan klarifikasi kepada publik yang menyampaikan pengaduan.

(23)

RT dan Lurah atau Desa setempat;

- Telah layak untuk diberikan izin Cuti Mengunjungi Keluarga berdasarkan pertimbangan yang diberikan oleh TPP atas dasar laporan Litmas dari Bapas setempat, tentang pihak keluarga yang akan menerima atau anak didik pemasyarakatan, keadaan lingkungan masyarakat sekitarnya, dan pihak lain yang ada hubungannya dengan narapidana yang bersangkutan;

- Dibuktikan dengan melampirkan dokumen:

a. Salinan kutipan putusan hakim dan berita acara pelaksanaan putusan pengadilan (B.A.8);

b. Surat pemberitahuan ke Kejaksaan Negeri tentang rencana pemberian CMK;

c. Salinan register F dari Kepala Lapas/Rutan;

d. Salinan daftar perubahan dari Kepala Lapas/Rutan;

e. Surat permintaan dari keluarga yang harus diketahui oleh:

- Ketua RT,

narapidana tiba di tempat kediaman;

- CMK dapat diberikan kepada narapidana paling singkat 3 bulan sekali.

(24)

- Lurah/Kepala Desa setempat.

f. Surat pernyataan dari narapidana dan anak pidana tidak akan melakukan perbuatan melanggar hukum;

g. Surat jaminan kesanggupan dari pihak keluarga yang diketahui oleh Lurah dan/atau Kepala Desa;

h. Laporan penelitian kemasyarakatan.

- Bagi narapidana WNA harus melengkapi dokumen tambahan, yaitu:

a. Surat jaminan tidak melarikan diri dan akan menaati persyaratan yang telah ditentukan dari:

- Kedutaan besar/konsulat negara, dan

- Keluarga, orang, atau korporasi yang bertanggung jawab atas keberadaan dan kegiatan narapidana atau anak didik pemasyarakatan

(25)

selama berada di wilayah Indonesia.

b. Surat keterangan dari Dirjen Imigrasi atau pejabat imigrasi yang ditunjuk yang menyatakan bahwa yang bersangkutan dibebeaskan dari kewajiban memiliki izin tinggal yang diajukan oleh Dirjenpas.

- CMK hanya dapat dilaksanakan di wilayah hukum Kantor Wilayah setempat;

- CMK tidak dapat diberikan kepada:

a. Narapidana yang melakukan tindak pidana terorisme, narkotika dan prekursor narkotika, psikotropika, korupsi, dan kejahatan terhadap keamanan negara dan kejahatan hak asasi manusia yang berat, serta kejahatan transnasional terorganisasi lainnya;

b. Narapidana

yangmelakukan tindak pidana narkotika dan prekursor narkotika, serta

(26)

psikotropika dimaksud merupakan narapidana yang masa pidananya 5 tahun atau lebih;

c. Terpidana mati;

d. Narapidana yang dipidana hukuman seumur hidup;

e. Narapidana atau Andikpas yang terancam jiwanya;

atau

f. Narapidana atau Andikpas yang diperkirakan akan mengulangi tindak pidana.

LAYANAN FASILITASI BANTUAN HUKUM 1. - UU No.8 tahun 1981

tentang Hukum Acara Pidana (Lembaran Negara RI tahun 1981 No:76, tambahan Lembaran Negara RI No:3209);

- UU No.48 tahun 2009 tentang Kekuasaan Kehakiman (Lembaran Negara RI tahun 2009 No:157, tambahan Lembaran Negara RI No:5076);

- UU No.12 tahun 1995 tentang Pemasyarakatan (Lembaran Negara RI tahun 1995 No:77,

Adanya permohonan pemberian bantuan hukum secara litigasi oleh para tahanan kepada pemberi bantuan hukum yang disampaikan melalui Kepala Rumah Tahanan Negara (Rutan) baik secara tertulis maupun secara lisan.

- Pemberian bantuan hukum diselenggarakan oleh menteri yang menyelenggarakan urusan pemerintahan di bidang hukum dan hak asasi manusia dan dilaksanakan oleh pemberi bantuan hukum (advokat, paralegal, dosen, dan mahasiswa fakultas hukum) yang telah lulus verifikasi dan akreditasi kepada penerima bantuan hukum (tahanan);

- Tahanan mengajukan permohonan bantuan hukum non litigasi kepada pemberi bantuan hukum melalui Kepala Rutan secara tertulis yang berisi identitas tahanan

Paling lama 5 hari kerja sejak permintaan

disampaikan

kepada Kepala Rutan sampai dengan pernyataan kesediaan atau penolakan secara tertulis oleh pemberi bantuan hukum.

Tidak ada biaya - Publik menyampaikan pengaduan melalui sarana yang disediakan UPT Rutan;

- Pengaduan dikelola oleh Unit Layanan Pengaduan

(ULP) dengan

menyampaikan

rekomendasi kepada Kepala Rutan;

- Kepala UPT Rutan menelaah dan memberi arahan dalam rangka merespon pengaduan;

- Pejabat yang terkait dengan pelayanan melakukan perbaikan dan/atau memberikan klarifikasi kepada publik

(27)

tambahan Lembaran Negara RI No:5076);

- UU No.39 tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia (Lembaran Negara RI tahun 1999 No:157, tambahan Lembaran Negara RI No:5076);

- UU No.16 tahun 2011 tentang Bantuan Hukum (Lembaran Negara RI tahun 2011 No:104, tambahan Lembaran Negara RI No:5248);

- PP No.31 tahun 1999 tentang Pembinaan dan Pembimbingan Warga Binaan Pemasyarakatan;

- PP No.32 tahun 1999 sebagaimana telah diubah terakhir kali dengan PP No.99 tahun 2012 tentang Tata Cara dan Syarat Pelaksanaan Hak WBP;

- PP No.58 tahun 1999 tentang Syarat-Syarat dan Tata Cara Pelaksanaan

Wewenang, Tugas, dan Tanggung Jawab Perawatan Tahanan;

dan uraian singkat mengenai pokok persoalan yang dimohonkan dengan melampirkan dokumen yang berkenaan dengan perkara dan surat keterangan miskin dari Lurah, Kepala Desa, atau pejabat yang setingkat di tempat tinggal tahanan/Kartu Jaminan Kesehatan Masyarakat/Bantuan

Langsung Tunai/Kartu Beras Miskin/Dokumen Lain sebagai pengganti surat keterangan miskin;

- Kepala Lapas meneruskan permohonan bantuan hukum kepada pemberi bantuan hukum yang telah lulus verifikasi dan akreditasi yang ditetapkan dengan surat Keputusan Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia;

- Pemberi Bantuan Hukum memeriksa kelengkapan persyaratan dalam waktu paling lama 1 (satu) hari kerja setelah menerima berkas permohonan bantuan hukum non litigasi;

- Apabila permohonan bantuan hukum telah memenuhi

yang menyampaikan pengaduan.

(28)

- PP RI No.42 tahun 2013 tentang Syarat dan Tata Cara Pemberian Bantuan Hukum dan Penyaluran Dana Bantuan Hukum.

persyaratan, pemberi bantuan hukum wajib menyampaikan kesediaan atau penolakan secara tertulis kepada Kepala Rutan atas permohonan pemberian bantuan non litigasi oleh tahanan dalam waktu paling lama 3 (tiga) hari kerja terhitung sejak permohonan dinyatakan lengkap;

- Apabila Pemberi Bantuan

Hukum menyatakan

kesediaannya, Pemberi Bantuan Hukum hingga masalah hukumnya selesai dan/atau perkaranya telah mempunyai kekuatan hukum tetap, selama tahanan tersebut tidak mencabut surat kuasa khusus;

- Petugas Rutan mencatat tahanan yang menerima bantuan hukum dan pemberi bantuan hukum dalam buku khusus Bantuan Hukum;

- Kepala Rutan melaporkan tahanan yang memperoleh bantuan hukum hingga perkaranya telah mempunyai kekuatan tetap kepada Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik

(29)

Indonesia cq. Direktorat Jenderal Pemasyarakatan;

- Apabila permohonan bantuan hukum ditolak, Pemberi Bantuan Hukum wajib memberikan alasan penolakan secara tertulis kepada Kepala Rutan dalam waktu paling lama 3 hari kerja terhitung sejak permohonan dinyatakan lengkap;

- Kepala Rutan menyampaikan penolakan pemberian bantuan hukum litigasi oleh Pemberi Bantuan Hukum kepada tahanan yang mengajukan permohonan bantuan hukum;

- Kepala Rutan melaporkan penolakan pemberian bantuan hukum oleh Pemberi Bantuan Hukum kepada Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia RI cq. Direktorat Jenderal Pemasyarakatan.

LAYANAN IZIN LUAR BIASA 1. - UU No.12 tahun 1995

tentang

Pemasyarakatan;

- PP No.31 tahun 1999 tentang Pembinaan dan Pembimbingan Warga Binaan Pemasyarakatan;

- Permohonan tertulis dari narapidana/keluarga/kuasa hukum tentang izin luar biasa dalam hal:

a. Adanya keluarga yang sakit keras atau meninggal dunia;

- Narapidana/keluarga/kuasa

hukum mengajukan

permohonan izin luar biasa dilengkapi dengan dokumen persyaratan;

- Kepala Lapas/Rutan memberikan Izin Luar Biasa berdasarkan hasil penelitian

Paling lama 1 hari kerja

Tidak ada biaya - Publik menyampaikan pengaduan melalui sarana yang disediakan UPT Lapas/Rutan;

- Pengaduan dikelola oleh Unit Layanan Pengaduan

(ULP) dengan

menyampaikan

(30)

- PP No.32 tahun 1999 sebagaimana telah diubah terakhir kali dengan PP No.99 tahun 2012 tentang Tata Cara dan Syarat Pelaksanaan Hak WBP.

b. Menjadi wali nikah untuk anak kandungnya; atau c. Membagi warisan.

- Pernyataan jaminan secara tertulis dari penjamin;

- Identitas penjamin narapidana (KTP dan KK);

- Surat keterangan dari Kepala Desa/Lurah yang menerangkan kebenaran terkait alasan izin luar biasa.

lapangan dan rekomendasi sidang TPP;

- Narapidana memperoleh Surat Izin dari Kepala Lapas/Rutan;

- Narapidana dikawal oleh Petugas Pemasyarakatan dan Polisi

rekomendasi kepada Kepala Lapas/Rutan;

- Kepala UPT Lapas/Rutan menelaah dan memberi arahan dalam rangka merespon pengaduan;

- Pejabat yang terkait dengan pelayanan melakukan perbaikan dan/atau memberikan klarifikasi kepada publik yang menyampaikan pengaduan.

LAYANAN KEGIATAN KESENIAN 1. - UU No.12 tahun 1995

tentang

Pemasyarakatan;

- PP No.31 tahun 1999 tentang Pembinaan dan Pembimbingan Warga Binaan Pemasyarakatan;

- PP No.32 tahun 1999 sebagaimana telah diubah terakhir kali dengan PP No.99 tahun 2012 tentang Tata Cara dan Syarat Pelaksanaan Hak WBP.

Tidak ada persyaratan - Petugas pemasyarakatan menginformasikan kegiatan

kesenian kepada

narapidana/tahanan;

- Dalam hal tertentu Lapas/Rutan mengundang instruktur kesenian untuk memberi pelatihan dari luar Lapas/Rutan;

- Narapidana/tahanan

melaksanakan kegiatan

kesenian yang

diselenggarakan oleh Lapas/Rutan;

- Lapas/Rutan dapat menyelenggarakan pentas seni mengundang pihak dari luar Lapas/Rutan atau mengikuti pentas seni di luar

1-2 jam Tidak ada biaya - Publik menyampaikan pengaduan melalui sarana yang disediakan UPT Lapas/Rutan;

- Pengaduan dikelola oleh Unit Layanan Pengaduan

(ULP) dengan

menyampaikan

rekomendasi kepada Kepala Lapas/Rutan;

- Kepala UPT Lapas/Rutan menelaah dan memberi arahan dalam rangka merespon pengaduan;

- Pejabat yang terkait dengan pelayanan melakukan perbaikan dan/atau memberikan klarifikasi kepada publik

(31)

Lapas/Rutan dengan mempertimbangkan hasil sidang TPP.

yang menyampaikan pengaduan.

LAYANAN KEGIATAN OLAHRAGA 1. - UU No.12 tahun 1995

tentang

Pemasyarakatan;

- PP No.31 tahun 1999 tentang Pembinaan dan Pembimbingan Warga Binaan Pemasyarakatan;

- PP No.32 tahun 1999 sebagaimana telah diubah terakhir kali dengan PP No.99 tahun 2012 tentang Tata Cara dan Syarat Pelaksanaan Hak WBP.

Tidak ada persyaratan - Petugas pemasyarakatan menginformasikan kegiatan

olahraga kepada

narapidana/tahanan;

- Dalam hal tertentu Lapas/Rutan mengundang instruktur olahraga dari luar Lapas/Rutan;

- Narapidana/tahanan

mendatangi dan mengikuti kegiatan olahraga yang diselenggarakan oleh Lapas/Rutan;

- Lapas/Rutan dapat menyelenggarakan kegiatan olahraga dengan mengundang pihak dari luar Lapas/Rutan atau mengikuti kegiatan olahraga di luar Lapas/Rutan dengan mempertimbangkan hasil sidang TPP;

- Adanya permintaan dari masyarakat untuk melakukan olahraga bersama dengan narapidana/tahanan di dalam Lapas/Rutan.

1-2 jam Tidak ada biaya - Publik menyampaikan pengaduan melalui sarana yang disediakan UPT Lapas/Rutan;

- Pengaduan dikelola oleh Unit Layanan Pengaduan

(ULP) dengan

menyampaikan

rekomendasi kepada Kepala Lapas/Rutan;

- Kepala UPT Lapas/Rutan menelaah dan memberi arahan dalam rangka merespon pengaduan;

- Pejabat yang terkait dengan pelayanan melakukan perbaikan dan/atau memberikan klarifikasi kepada publik yang menyampaikan pengaduan.

KONSULTASI HUKUM DI BIDANG PEMASYARAKATAN 1. - UU No.12 tahun 1995

tentang Pemasyarakatan

Adanya permohonan konsultasi di bidang pemasyarakatan dari

- Kuasa Hukum tahanan mengajukan permohonan

3 hari kerja Tidak ada biaya Pengaduan yang masuk disampaikan langsung ke

(32)

(Lembaran Negara RI tahun 1995 No:77, tambahan Lembaran Negara RI No:5076);

- UU No.39 tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia (Lembaran Negara RI tahun 1999 No:157, tambahan Lembaran Negara RI No:5076);

- PP No.31 tahun 1999 tentang Pembinaan dan Pembimbingan Warga Binaan Pemasyarakatan;

- PP No.32 tahun 1999 sebagaimana telah diubah terakhir kali dengan PP No.99 tahun 2012 tentang Tata Cara dan Syarat Pelaksanaan Hak WBP;

- PP No.58 tahun 1999 tentang Syarat-Syarat dan Tata Cara Pelaksanaan

Wewenang, Tugas, dan Tanggung Jawab Perawatan Tahanan;

- Permenkumham RI No:

M.HH.24.PK.01.01.01 tahun 2011 tentang

Kuasa Hukum tahanan terkait pemenuhan hak-hak tahanan dan kepastian hukum.

konsultasi hukum di bidang pemasyarakatan dalam rangka pemenuhan hak-hak tahanan dan kepastian hukum terkait penyelenggaraan sistem pemasyarakatan secara tertulis yang berisi identitas tahanan dan uraian singkat mengenai pokok persoalan yang berkenaan dengan perkara;

- Kepala Seksi Bantuan Hukum membuat telaahan terhadap

permohonan yang

disampaikan Kuasa Hukum tahanan dengan cara:

a. Mempelajari dan meneliti persoalan yang akan dipecahkan;

b. Membuat praanggapan

yang beralasan

berdasarkan data yang ada;

c. Mengumpulkan fakta yang merupakan landasan analisis dan pemecahan masalah;

d. Menganalisa permohonan yang disampaikan Kuasa Hukum tahanan dengan pemecahan dan bertindak yang mungkin dapat dilakukan;

Direktur Bina Narapidana dan Pelayanan Tahanan melalui Subbag Tata Usaha dengan mekanisme tindak lanjut sebagai berikut:

a. Publik menyampaikan pengaduan;

b. Direktur Bina Narapidana dan Pelayanan Tahanan mendisposisi kepada Kasubdit terkait dalam merespon pengaduan;

c. Pejabat yang dengan pelayanan melakukan perbaikan dan/atau memberikan klarifikasi kepada publik yang menyampaikan

pengaduan.

(33)

Pengeluaran Tahanan Demi Hukum;

- Permenkumham RI No:

M.HH-05.OT.01,01 tahun 2010 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia.

e. Menyimpulkan intisari hasil diskusi untuk mencari pilihan untuk bertindak atau mencari jalan keluar.

- Kepala Seksi Bantuan Hukum menyusun tanggapan;

- Kepala Seksi Bantuan Hukum menyampaikan tanggapan kepada Kuasa Hukum tahanan.

KONSULTASI HUKUM

1. - UU No.8 tahun 1981 tentang Hukum Acara Pidana (Lembaran Negara RI tahun 1981 No:76, tambahan Lembaran Negara RI No:3209);

- UU No.48 tahun 2009 tentang Kekuasaan Kehakiman (Lembaran Negara RI tahun 2009 No:157, tambahan Lembaran Negara RI No:5076);

- UU No.12 tahun 1995 tentang Pemasyarakatan (Lembaran Negara RI tahun 1995 No:77, tambahan Lembaran Negara RI No:5076);

Adanya permohonan pemberian bantuan hukum secara non litigasi oleh para tahanan kepada pemberi bantuan hukum yang disampaikan melalui Kepala Rumah Tahanan Negara (Rutan) baik secara tertulis maupun secara lisan.

- Pemberian bantuan hukum diselenggarakan oleh menteri yang menyelenggarakan urusan pemerintahan di bidang hukum dan hak asasi manusia dan dilaksanakan oleh pemberi bantuan hukum (advokat, paralegal, dosen, dan mahasiswa fakultas hukum) yang telah lulus verifikasi dan akreditasi kepada penerima bantuan hukum (tahanan);

- Tahanan mengajukan permohonan bantuan hukum non litigasi kepada pemberi bantuan hukum melalui Kepala Rutan secara tertulis yang berisi identitas tahanan dan uraian singkat mengenai pokok persoalan yang

5 hari kerja Tidak ada biaya - Publik menyampaikan pengaduan melalui sarana yang disediakan UPT Rutan;

- Pengaduan dikelola oleh Unit Layanan Pengaduan

(ULP) dengan

menyampaikan

rekomendasi kepada Kepala Rutan;

- Kepala UPT Rutan menelaah dan memberi arahan dalam rangka merespon pengaduan;

- Pejabat yang terkait dengan pelayanan melakukan perbaikan dan/atau memberikan klarifikasi kepada publik yang menyampaikan pengaduan.

(34)

- UU No.39 tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia (Lembaran Negara RI tahun 1999 No:157, tambahan Lembaran Negara RI No:5076);

- UU No.16 tahun 2011 tentang Bantuan Hukum (Lembaran Negara RI tahun 2011 No:104, tambahan Lembaran Negara RI No:5248);

- PP No.31 tahun 1999 tentang Pembinaan dan Pembimbingan Warga Binaan Pemasyarakatan;

- PP No.32 tahun 1999 sebagaimana telah diubah terakhir kali dengan PP No.99 tahun 2012 tentang Tata Cara dan Syarat Pelaksanaan Hak WBP;

- PP No.58 tahun 1999 tentang Syarat-Syarat dan Tata Cara Pelaksanaan

Wewenang, Tugas, dan Tanggung Jawab Perawatan Tahanan;

- PP RI No.42 tahun 2013 tentang Syarat dan Tata

dimohonkan dengan melampirkan dokumen yang berkenaan dengan perkara dan surat keterangan miskin dari Lurah, Kepala Desa, atau pejabat yang setingkat di tempat tinggal tahanan/Kartu Jaminan Kesehatan Masyarakat/Bantuan

Langsung Tunai/Kartu Beras Miskin/Dokumen Lain sebagai pengganti surat keterangan miskin;

- Kepala Rutan meneruskan permohonan bantuan hukum non litigasi kepada pemberi bantuan hukum yang telah lulus verifikasi dan akreditasi yang ditetapkan dengan surat Keputusan Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia;

- Pemberi Bantuan Hukum memeriksa kelengkapan persyaratan dalam waktu paling lama 1 (satu) hari kerja setelah menerima berkas permohonan bantuan hukum non litigasi;

- Apabila permohonan bantuan hukum non litigasi telah memenuhi persyaratan, pemberi bantuan hukum wajib

(35)

Cara Pemberian Bantuan Hukum dan Penyaluran Dana Bantuan Hukum.

menyampaikan kesediaan atau penolakan secara tertulis kepada Kepala Rutan atas permohonan pemberian bantuan non litigasi oleh tahanan dalam waktu paling lama 3 (tiga) hari kerja terhitung sejak permohonan dinyatakan lengkap;

- Apabila Pemberi Bantuan

Hukum menyatakan

kesediaannya, Pemberi Bantuan Hukum memberikan bantuan hukum non litigasi berupa penyuluhan hukum kepada tahanan;

- Kepala Rutan mengumpulkan 30 (tiga puluh) orang tahanan di ruang penyuluhan hukum untuk diberikan penyuluhan hukum oleh pemberi bantuan hukum;

- Pemberi Bantuan Hukum memberikan penyuluhan hukum kepada tahanan selama 2 jam;

- Konsultasi hukum oleh Pemberian Bantuan Hukum dicatat dalam buku khusus kunjungan Bantuan Hukum;

- Kepala Rutan melaporkan kegiatan penyuluhan hukum kepada Menteri Hukum dan

(36)

Hak Asasi Manusia Republik Indonesia cq. Direktorat Jenderal Pemasyarakatan;

- Apabila permohonan bantuan hukum ditolak, Pemberi Bantuan Hukum wajib memberikan alasan penolakan secara tertulis kepada Kepala Rutan dalam waktu paling lama 3 hari kerja terhitung sejak permohonan dinyatakan lengkap;

- Kepala Rutan menyampaikan penolakan pemberian bantuan hukum non litigasi oleh Pemberi Bantuan Hukum kepada tahanan yang mengajukan permohonan bantuan hukum;

- Kepala Rutan melaporkan penolakan pemberian bantuan hukum oleh Pemberi Bantuan Hukum kepada Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia RI cq. Direktorat Jenderal Pemasyarakatan.

PAMERAN HASIL KARYA NARAPIDANA 1. - UU No.12 tahun 1995

tentang

Pemasyarakatan;

- PP No.31 tahun 1999 tentang Pembinaan dan

- Undangan mengikuti pameran;

- Adanya hasil karya narapidana.

- Penyelenggara mengajukan proposal;

- Pejabat yang melaksanakan fungsi kegiatan pameran menyeleksi untuk mengikuti kegiatan pameran/menolak.

2-3 hari kerja Tidak ada biaya -

(37)

Pembimbingan Warga Binaan Pemasyarakatan;

- PP No.32 tahun 1999 sebagaimana telah diubah terakhir kali dengan PP No.99 tahun 2012 tentang Tata Cara dan Syarat Pelaksanaan Hak WBP.

LAYANAN PEMBEBASAN BERSYARAT TINDAK PIDANA TERTENTU 1. - KUHP

- UU No.12 tahun 1995 tentang

Pemasyarakatan;

- PP No.31 tahun 1999 tentang Pembinaan dan Pembimbingan Warga Binaan Pemasyarakatan;

- PP No.32 tahun 1999 sebagaimana telah diubah terakhir kali dengan PP No.99 tahun 2012 tentang Tata Cara dan Syarat Pelaksanaan Hak WBP;

- Permenkumham No.21 tahun 2013 tentang Syarat daan Tata Cara Pelaksanaan Remisi, Asimilasi, Pembebasan Bersyarat, Cuti Menjelang Bebas, dan Cuti Bersyarat.

- Telah menjalani paling sedikit 2/3 (dua pertiga) dari masa pidana, dengan ketentuan 2/3 masa pidana tersebut tidak kurang 9 (sembilan) bulan;

- Berkelakuan baik selama menjalani masa pidana paling sedikit 9 bulan terakhir dihitung sebelum tanggal 2/3 masa pidana;

- Telah mengikuti program pembinaan dengan baik, tekun, dan bersemangat;

- Masyarakat dapat menerima program kegiatan pembinaan narapidana;

- Dibuktikan dengan melengkapi dokumen:

14. Salinan kutipan putusan hakim dan berita acara pelaksanaan

putusan pengadilan;

- Wali/asesor narapidana mengajukan nama narapidana yang telah memenuhi persyaratan kepada petugas Lapas;

- TPP melaksanakan sidang dan hasilnya disampaikan kepada Kepala Lapas;

- Kepala Lapas mengusulkan pemberian PB kepada Kanwil;

- Kanwil melaksanakan sidang TPP dan hasilnya disampaikan kepada Ditjen Dirjenpas;

- TPP Pusat melaksanakan sidang TPP;

- Untuk kasus tertentu, Dirjen menyampaikan pertimbangan pemberian PB kepada Menteri berdasarkan rekomendasi TPP Ditjen dan rekomendasi instansi terkait;

- Untuk di Lapas, paling lama ± 14 hari kerja sejak persyaratan

dinyatakan

lengkap dan sudah di sidang TPP, pengusulan

diteruskan ke Kanwil atau ditolak;

- Untuk di Kanwil, paling lama ± 14 hari kerja sejak persyaratan

dinyatakan

lengkap dan sudah di sidang TPP, pengusulan

diteruskan ke Ditjenpas atau ditolak;

Tidak ada biaya - Publik menyampaikan pengaduan melalui sarana yang disediakan Lapas, Kanwil dan/atau Ditjenpas;

- Pengaduan dikelola oleh Unit Layanan Pengaduan

(ULP) dengan

menyampaikan

rekomendasi kepada Kepala Lapas, Kepala Kanwil, dan/atau Dirjenpas;

- Kepala Lapas, Kepala Kanwil, dan Dirjenpas menelaah dan memberi arahan dalam rangka merespon pengaduan;

- Pejabat yang terkait dengan pelayanan melakukan perbaikan dan/atau memberikan klarifikasi kepada publik

(38)

15. Laporan perkembangan pembinaan yang dibuat oleh wali pemasyarakatan atau hasil asesmen resiko dan asesmen kebutuhan yang dilakukan asesor;

16. Laporan penelitian kemasyarakatan yang dibuat oleh Pembimbing

Kemasyarakatan yang diketahui oleh Kepala Bapas;

17. Surat

pemberitahuan ke Kejaksaan Negeri tentang rencana pemberian PB terhadap narapidana dan anak pidana yang bersangkutan;

18. Salinan register F dari Kepala Lapas;

19. Salinan daftar perubahan dari Kepala Lapas;

20. Surat pernyataan dari narapidana dan anak pidana tidak akan melakukan

- Dirjen atas nama Menteri menetapkan pemberian PB;

- Untuk kasus tertentu, Menteri menetapkan pemberian PB;

- Lapas menerima dan melakukan pengecekan SK PB;

- Lapas melaksanakan SK pemberian PB.

- Untuk di Ditjenpas, paling lama ± 30 hari kerja sejak persyaratan

dinyatakan

lengkap dan sudah di sidang TPP, pengusulan sudah dapat diputuskan untuk disetujui atau ditolak.

yang menyampaikan pengaduan.

(39)

perbuatan

melanggar hukum;

21. Surat jaminan kesanggupan dari pihak keluarga yang diketahui oleh Lurah atau Kepala Desa atau nama lain yang menyatakan:

1. Narapidana dan anak pidana tidak akan melarikan diri dan/atau melakukan perbuatan melanggar hukum; dan 2. Membantu dalam

membimbing dan mengawasi narapidana dan anak pidana selama mengikuti program Pembebasan Bersyarat;

22. Bagi WNA, harus melengkapi

dokumen:

23. Surat jaminan tidak melarikan diri dan akan menaati persyaratan yang telah ditentukan dari:

- Kedutaan besar/konsulat negara, dan

- Keluarga, orang, atau korporasi yang

(40)

bertanggung jawab atas keberadaan dan kegiatan narapidana atau anak didik pemasyarakatan selama berada di wilayah Indonesia.

24. Surat keterangan dari Dirjen Imigrasi atau pejabat imigrasi yang ditunjuk yang menyatakan bahwa yang bersangkutan dibebeaskan dari kewajiban memiliki izin tinggal; dan

25. Surat keterangan tidak terdaftar dalam red notice dan jaringan kejahatan transnasional terorganisasi lainnya dari Sekretariat NCB- Interpol Indonesia.

LAYANAN PEMBEBASAN BERSYARAT TINDAK PIDANA UMUM 1. - KUHP

- UU No.12 tahun 1995 tentang

Pemasyarakatan;

- PP No.31 tahun 1999 tentang Pembinaan dan Pembimbingan Warga Binaan Pemasyarakatan;

- Telah menjalani paling sedikit 2/3 (dua pertiga) dari masa pidana, dengan ketentuan 2/3 masa pidana tersebut tidak kurang 9 (sembilan) bulan;

- Berkelakuan baik selama menjalani masa pidana paling sedikit 9 bulan terakhir

- Wali/asesor narapidana dan anak didik pemasyarakatan mengajukan nama narapidana

dan anak didik

pemasyarakatan yang telah memenuhi syarat substansif dan persyaratan administratif kepada TPP/petugas Lapas;

- Untuk di Lapas, ± 14 hari kerja sejak persyaratan

dinyatakan

lengkap dan sudah di sidang TPP, pengusulan

diteruskan ke

Tidak ada biaya - Publik menyampaikan pengaduan melalui sarana yang disediakan Lapas, Kanwil dan/atau Ditjenpas;

- Pengaduan dikelola oleh Unit Layanan Pengaduan

(ULP) dengan

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan Keputusan Kepala Badan Pengembangan Sumber Daya Manusia Hukum dan Hak Asasi Manusia Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia Nomor

Menimbang : Bahwa untuk melaksanakan ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 ayat (1) Peraturan Presiden Nomor 130 Tahun 2017 tentang Tunjangan Kinerja Pegawai di

Dalam memulai program animasi edukasi pembelajaran interaktif matematika mengenai bangun datar, akan diawali dengan tampilan Menu Utama yang didalamnya terdapat

Sistem keamanan statis adalah sarana prasarana dan peralatan lain yang berfungsi untuk mengontrol gerakan narapidana/ tahanan dalam blok hunian secara

Tampilan Data Penerima Donasi Pada menu data Profile Penerima Donasi, admin dapat menambahkan data penerima donasi dengan cara : Klik Tambah Data Penerima Donasi SINBAN 

- Model Rekayasa Ulang Proses - Membangun bank data dalam bentuk metadata - Koleksi referensi motif batik Klasik - Mapping pontensi motif batik sesuai wilayah - Pengarsipan

2) Bagian administrasi gaji yang bertanggung jawab atas perhitungan, penyerahan, pelaporan gaji dan bonus membutuhkan output berupa laporan lembur karyawan, laporan job

Pengajuan Izin Tinggal baru melalui permohonan Visa sebagaimana dimaksud pada angka 1 harus dilakukan sebelum Izin Tinggal berakhir, dalam hal Orang Asing overstay kurang