• Tidak ada hasil yang ditemukan

Kawasan Industri Kuala Tanjung

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "Kawasan Industri Kuala Tanjung"

Copied!
5
0
0

Teks penuh

(1)

Mengulas Kawasan Industri Prioritas Kuala Tanjung (KIKT)

Teuku Hafizh Fakhreza*) Robby Alexander Sirait**)

K

awasan Industri Kuala Tanjung (KIKT) ditetapkan sebagai kawasan industri prioritas berdasarkan Peraturan Presiden (Perpres) Nomor 56 Tahun 2018 tentang Perubahan Kedua atas Perpres Nomor 3 Tahun 2016 tentang Percepatan Proyek Strategis Nasional. KIKT termasuk dalam Proyek Strategis Nasional (PSN) yang tertera dalam Peraturan Menteri (Permen) Koordinator Bidang Perekonomian Republik Indonesia Nomor 7 Tahun 2021 tentang Perubahan Daftar Proyek Strategis Nasional. Dalam mendukung KIKT, pemerintah juga menyertakan pengembangan Pelabuhan Hub Internasional Kuala Tanjung dan jalur Kereta Api Tening Tinggi-Kuala Tanjung yang menghubungkan KIKT dengan KEK Sei Mangkei. Pengembangan Kawasan Pelabuhan Kuala Tanjung dan KIKT sebagai salah satu dari PSN yang bertujuan untuk mengakselerasi pertumbuhan ekonomi di luar Pulau Jawa, memperluas dan meningkatkan lapangan kerja, menarik investasi swasta dan asing, mengembangan nilai tambah industri manufaktur, menurunkan harga logistik, dan menciptakan pelabuhan internasional yang terintegrasi langsung dengan kawasan segitiga emas di Selat Malaka. Tulisan ini kemudian akan mengulas potensi dan tantangan dalam

*) Analis APBN, Pusat Kajian Anggaran, Badan Keahlian, Setjen DPR RI. e-mail: [email protected]

pembangunan dan pengoperasian KIKT tersebut.

Potensi KIKT Menjadi Kawasan Industri di Sumatera Utara

Sesuai dengan masterplan, KIKT ini diarahkan menjadi kawasan dengan jenis industri berat (heavy industry) yang membutuhkan pelabuhan dan laut dalam. Lokasi KIKT yang ini strategis dikarenakan berhadapan dengan Selat Malaka yang terhubung langsung dengan Pelabuhan Kuala Tanjung. Hal ini diharapkan mampu menurunkan biaya logistik yang akan meningkatkan efisiensi dan efektivitas industri- industri yang beroperasi di kawasan ini.

Kabupaten Batu Bara merupakan daerah yang sangat potensial untuk dijadikan salah satu kawasan industri (Gambar 1). Hal ini dilandasi bahwa kontribusi Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Kabupaten Batu Bara termasuk yang terbesar di Provinsi Sumatera Utara, dan hanya kalah dengan beberapa daerah yang sebelumnya memang sudah menjadi kawasan industri di Provinsi Sumatera Utara, seperti Kabupaten Deli Serdang, Asahan, dan Simalungun yang menjadi KEK pertama di Indonesia.

Sumbangan terbesar PDRB Kabupaten Batubara bersumber dari kontribusi perusahaan besar, seperti Wilmar, Abstrak

Pemerintah terus berupaya melakukan pembangunan yang berkeadilan di seluruh Indonesia.

Selain itu, pemerintah juga berupaya melakukan pembangunan pembangunan yang mampu memberikan multiplier effect, salah satunya dengan membangun kawasan industri yang berada di setiap pulau di Indonesia yang akan menumbuhkan gairah perekonomian di sekitar wilayah pembangunan dan pengembangan kawasan industri tersebut. Sebagai contoh, pembangunan dan pengembangan kawasan industri ini akan memicu berkembangnya industri-industri lain, seperti real estate, restoran, perhotelan, dan lain-lain.

(2)

Pelindo I, dan Inalum. Selain itu, sektor industri pengolahan juga menjadi yang terbesar kedua dalam menyumbang PDRB Provinsi Sumatera Utara. Potensi ini juga dapat menjadikan KIKT sebagai kawasan industri yang berfungsi sebagai kawasan industri pengolahan. Jika KIKT ini sudah berkembang, serta investor juga mulai masuk dan mendirikan berbagai industri, maka hal ini akan membuat industri-industri lain di sekitar KIKT juga ikut terangkat, seperti real estate, restoran, perdagangan, mall, perhotelan, dan jasa-jasa, seperti pendidikan, kesehatan, dan perbankan.

Lebih lanjut, pemerintah melihat ada peluang pasar yang cukup besar untuk menjadikan KIKT sebagai penyedia alumunium ekstrusi. Menurut Laporan PT Inalum, permintaan dalam negeri terhadap alumunium ekstrusi adalah sebesar 300.000 MT, sedangkan Indonesia hanya dapat memasok 172.000 MT, yang artinya ada market gap sebesar 128.000 MT. Oleh sebab itu, pemerintah menargetkan ke depan KIKT akan menjadi industri ekstrusi alumunium. Pada awal produksi, pemerintah menyiapkan KIKT untuk memproduksi 35.640 ton/tahun

alumunium ekstrusi. Pemerintah juga menyiapkan KIKT menjadi penunjang kawasan-kawasan industri lain yang berada di Provinsi Sumatera Utara, agar terbangun iklim usaha yang terintegrasi.

Salah satu upaya yang dilakukan yaitu melalui penyediaan bahan baku, dimana KIKT menggandeng PT Indonesia Asahan Alumunium sebagai perusahaan yang akan memenuhi 25.000 ton/tahun alumunium billet dan PT Indonesia Alumunium Alloy sebagai penyedia 50.000 ton/tahun alumunium billet sekunder.

Selain itu, dengan dibangunnya KIKT ini akan membuka lapangan kerja yang cukup luas. Dari masa pembangunan hingga operasionalnya, khusus untuk pembangunannya atau pada masa konstruksi, kebutuhan tenaga kerja yaitu berjumlah 2.804 orang, sedangkan kebutuhan tenaga kerja pada masa operasionalnya berjumlah 312 orang.

Pembebasan Lahan, Akses, Pemanfaatan Pelabuhan Kuala Tanjung dan Kelistrikan menjadi Tantangan untuk KIKT

Pertama, terkait dengan pembebasan lahan. Pembebasan lahan guna pembangunan KIKT sudah dimulai sejak

Gambar 1. Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Atas Dasar Harga Konstan (ADHK) Kabupaten-Kabupaten di Provinsi Sumatera Utara Tahun 2019-2021

Sumber: BPS (2022)

(3)

pertengahan tahun 2018. Namun dalam prosesnya, pembebasan lahan tersebut masih menjadi masalah dan keluhan bagi masyarakat sekitar. Masyarakat berpandangan bahwa dengan adanya KIKT, maka mereka akan kehilangan lahan produksinya yang selama ini digunakan untuk mencari penghasilan.

Tidak hanya itu, akses pendidikan dan akses kesehatan yang selama ini dirasakan oleh warga juga dinilai terputus. Pada awal tahun 2019, dalam proses pembebasan lahan masih terjadi penolakan masyarakat, sehingga PT Pelindo 1 baru dapat menyelesaikan pembebasan lahan terhadap 10 hektar lahan. Sementara itu, menurut laporan terakhir lahan yang dibutuhkan PT Pelindo 1 untuk pengembangan dan pembangunan Pelabuhan dan KIKT adalah seluas total 1.128 hektar. Proses pembebasan lahan atau ganti rugi kembali dilakukan PT Pelindo 1 dengan membentuk panitia khusus dan telah melakukan pembebasan lahan seluas 50 hektar. Pada tahuh ini, PT Pelindo 1 menargetkan untuk menyelesaikan administrasi dan pembebasan lahan sebesar 100 hektar.

Kedua, akses jalan KIKT. Terkait akses hingga saat ini, KIKT memiliki akses langsung ke ruas jalan nasional Lintas Timur Sumatera dengan kondisi hanya memiliki dua jalur dengan luas jalan kurang lebih 10 meter, dimana jalan tersebut merupakan jalan bekas Kawasan Industri Inalum–Asahan. Akses lainnya adalah jalan kabupaten dengan kualitas jalan dan lebar jalannya tidak sesuai jika difungsikan sebagai jalan yang akan

dilalui untuk kendaraan angkutan barang.

Seiring dengan beroperasinya KIKT, maka ruas jalan akan intens dilalui oleh kendaraan angkutan barang. Apabila harus melewati jalan yang tersedia sekarang, maka akan terjadi perlambatan akibat jalan yang terlalu kecil dan macet akibat melewati jalan kabupaten. Selain akses jalan yang kurang, letak KIKT ini juga berdekatan dengan Pelabuhan Belawan yang memiliki fungsi yang sama.

Ketiga, terkait dengan supply listrik. Permasalah kelistrikan selalu menjadi permasalahan klasik dalam pembangunan kawasan industri, khususnya yang berlokasi di luar Pulau Jawa.Total kebutuhan listrik KIKT saat ini sebesar 1.704,45 MWH per bulan. Adapun saat ini, kebutuhan listrik yang cukup besar tersebut belum dapat dipenuhi dikarenakan proses pembangunan Pembangkit Listrik Tenaga Gas dan Uap (PLTGU) berdaya 2 kali 800 MW baru saja di-groundbreaking awal tahun ini. Jika pemerintah ingin segera mengundang investor di KIKT, masalah kelistrikan adalah masalah utama yang harus diselesaikan oleh pemerintah dan perusahaan terkait.

Keempat, meningkatnya aktivitas Pelabuhan Kuala Tanjung. Dengan beroperasinya KIKT, maka ke depan aktivitas Pelabuhan Kuala Tanjung, khususnya ekspor, akan semakin sibuk.

Hal ini juga mengingat bahwa Provinsi Sumatera Utara menjadi salah satu penghasil kelapa sawit dan olahannya, karet, dan bahan ekspor lainnya.

Ketersediaan kapal serta ketersediaan peti kemas menjadi hal yang penting

Tabel 1. Ekspor-Impor Provinsi Sumatera Utara menurut Pelabuhan Tahun 2017-2021 (Ton)

(4)

disiapkan. Pada Tabel 1 terlihat gambaran jumlah ekspor dan impor di dua pelabuhan tersibuk di Provinsi Sumatera Utara, dimana selama ini jumlah ekspor dan impor Pelabuhan Kuala Tanjung jauh berada di bawah Pelabuhan Belawan.

Penambahan jumlah ekspor dan impor ini menjadi tantangan bagi pengoperasian KIKT ke depannya. PT Pelindo I sebagai salah satu pengelola Pelabuhan Kuala Tanjung menargetkan pelabuhan ini dapat melayani ekspor komoditas dengan bobot kapal hingga 100.000 TEUs (twenty-foot equivalent units) pada tahun pertama. Target ini sama dengan 16,6 persen kapasitas dari pelabuhan Kuala Tanjung yang memiliki kapasitas 600.000 TEUs.

Rekomendasi

Berangkat dari potensi dan tentangan yang telah dibahas di atas, maka terdapat beberapa rekomendasi. Pertama, pemerintah sebaiknya melibatkan seluruh elemen masyarakat, mulai dari pemerintah daerah hingga desa, dalam membantu melakukan mediasi agar terciptanya ruang untuk masyarakat memberikan tanggapan dan melakukan sistem pendekatan yang humanis.

Kedua, pemerintah perlu segera memperbaiki akses jalan yang lebih baik untuk kebutuhan kendaraan angkut muat dan memiliki intensitas yang tinggi.

Pemerintah beserta pemerintah daerah juga perlu mempercepat pembangunan Jalur Kereta Api Bandartinggi-Kuala Tanjung. Ini penting mengingat jalur ini merupakan jalur yang menghubungkan antara KIKT dan KEK Sei Mengkei. Selain itu, pemerintah juga perlu mempercepat pembangunan Jalan Tol Trans Sumatera yang menghubungkan Kuala Tanjung dengan wilayah industri lainnya di Provinsi Sumatera Utara.

Ketiga, pemerintah perlu mempercepat pembangunan PLTGU di kawasan KIKT.

Keempat, pemerintah dan perusahaan terkait dalam pembangunan KIKT harus mengkaji berapa peningkatan ekspor impor yang akan terjadi, berapa

kebutuhan kapal, dan berapa kebutuhan peti kemas, agar adanya kesiapan serta jika perlu melakukan kerja sama dengan pihak swasta terkait kebutuhan kapal dan peti kemas. Selain itu, dalam pemanfaatan Pelabuhan Kuala Tanjung, pemerintah harus mengoptimalkan rencana pengembangan jalur kereta api dengan kluster industri diharapkan dapat menjadikan Terminal Kuala Tanjung yang dapat memperkuat fungsi Pelabuhan Kuala Tanjung sebagai pelabuhan angkut muat dan pelabuhan yang berfungsi sebagai distribusi logistik, bahan baku, dan hasil produksi dari kawasan industri di sekitarnya, terutama dari KEK Sei Mangkei dan hasil perkebunan dari PTPN Group yang mengoptimalkan jalur kereta api tersebut.

Daftar Pustaka

BPS. (2022). Ekspor Sumatera Utara menurut Pelabuhan, 2017-2021.

BPS. (2022). Impor Sumatera Utara menurut Pelabuhan, 2017–2021.

BPS. (2022). PDRB atas Dasar Harga Konstan 2010 Menurut Kabupaten/kota (Milyar Rupiah), 2019-2021.

BPS. (2022). Produk Domestik Regional Bruto Atas Dasar Harga Konstan 2010 Menurut Lapangan Usaha (miliar rupiah), 2016-2020.

Kementrian Investasi/BKPM. (2022).

Industri Ekstrusi Aluminium Kawasan Industri Kuala Tanjung.

KPPIP. (2020). Kawasan Industri Kuala Tanjung, Sumatera Utara.

Media Indonesia. (2020). Gubernur Sumut Minta Pembebasan Lahan Kuala Tanjung Segera Tuntas. Diakses dari https://

mediaindonesia.com/nusantara/383189/

gubernur-sumut-minta-pembebasan- lahan-kuala-tanjung-segera-tuntas.

Peraturan Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Nomor 7 Tahun 2021 Tentang Perubahan Daftar Proyek Strategis Nasional.

Peraturan Presiden (PERPRES) tahun

(5)

2018 tentang Percepatan Pembangunan dan Pengoperasian Pelabuhan dan Kawasan Industri Kuala Tanjung di Provinsi Sumatera Utara.

Suryana, Hendy. (2020). Aksesibilitas Pelabuhan Kuala Tanjung dalam Mendukung Kelancaran Arus Barang di Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) Sei Mangkei, Provinsi Sumatera Utara.

Referensi

Dokumen terkait

Menurut Wibisono, dkk (2011) diketahui bahwa kadar alfa selulosa yang semakin tinggi mengakibatkan daya tarik kertas semakin kuat dan daya hapus juga semakin baik sehingga

Hasil analisis data menunjukkan bahwa pelayanan sosial lanjut usia yang diberikan UPT Pelayanan Sosial Tuna Rungu Wicara dan Lanjut Usia Pematang Siantar terlaksana dengan

Setiap staf pengajar diwajibkan untuk membayar premi, untuk itu perlu diketahui lebih jelas mengenai prinsip kemampuan dan kemauan membayar premi BPJS Kesehatan pada staf

Penggunaan logika fuzzy dapat diterapkan pada sistem kontrol motor kemudi untuk pergerakan balon dengan variable yang digunakan berupa galat derajat arah hadap balon

Dengan menggunakan pewarna daun jati muda (Tectona Grandis) dan filtrat kulit buah naga merah (Hylocereus polyrhizus), struktur histologis preparat lebih jelas dan lebih

Bakpiapia Djogdja sudah mengembangkan program-program pemasaran yang terpisah (umumnya dengan produk yang berbeda) untuk memenuhi kebutuhan khas masing-masing

Pada saat Peraturan Menteri Koordinator ini mulai berlaku, Peraturan Menteri Koordinator Bidang Kesejahteraan Rakyat Nomor 7 Tahun 2014 tentang Rencana Aksi Nasional

Keputusan Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Republik Indonesia Nomor 170 Tahun 2015 tentang Bank Pelaksana Kredit Usaha Rakyat dan Perusahaan Penjamin Kredit