7 BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Reviu Penelitian Terdahulu
Penelitian dengan menggunakan metode Time Driven Activity Based Costing (TDABC) yang telah dilakukan oleh Zul Azmi (2018) dan Dini Ayu
Pramita Sari (2021) dengan menggunakan jenis penelitian kualitatif, menunjukan hasil bahwa penerapan TDABC sangat cocok digunakan pada perusahaan jasa seperti rumah sakit maupun klinik, metode TDABC merupakan model yang dapat diterapkan ke berbagai aktivitas dikarenakan penentuan nilai dalam perawatan kesehatan dapat diidentifikasi sebagai outcome perunit biaya yang bergantung pada sebuah akurasi biaya.
Perhitungan menggunakan metode TDABC menghasilkan unit cost yang lebih akurat dikarenakan perhitungannya diukur dalam satuan menit.
Sehingga dapat meningkatkan efektivitas, mengurangi biaya dan memberikan informasi kepada seorang manajer untuk mengambil sebuah keputusan dengan mengontrol biaya serta mengevaluasi kapasitas yang terpakai.
Penelitian selanjutnya dilakukan oleh Theobaldus Maradona Bimantara (2021), Titi Utami Dewi dan Dian Agustina (2014), dan Francisca Vidya Adata Naraswari dan H. Andre Purwanugraha (2014) dengan menggunakan jenis penelitian deskriptif kualitatif yang menunjukan bahwa dalam perhitungan menggunakan metode TDABC dapat mengukur biaya-biaya yang seharusnya tidak keluar. Hal ini dijelaskan dalam penelitian Theobaldus
8
Maradona Bimantara (2021) bahwa penggunaan dari TDABC untuk mendeteksi inefisiensi proses layanan kesehatan pada alur klinik stroke infark tanpa komplikasi terdapat selisih antara INA-CBGs pada Badan Penyelenggara Jaminan Kesehatan kategori PBI kelas III dan kos alur klinis stroke infark tanpa komplikasi, dan dalam penelitian Titi Utami Dewi dan Dian Agustina (2014), dan Francisca Vidya Adata Naraswari dan H. Andre Purwanugraha (2014) menjelaskan bahwasanya dengan perhitungan menggunakan metode TDABC dapat menunjukan kapasitas yang tidak terpakai dan pembebanan yang tidak tepat dikarenakan pembenanan tidak memperhatikan faktor penggerak biaya melainkan hanya membagi rata pada semua jasa dengan jumlah yang sama, padahal konsumsi untuk setiap jasa terhadap biaya tidak sama.
Kaitan penelitian di atas dengan penelitian saat ini ialah memiliki persamaan untuk meneliti perusahaan jasa rumah sakit dalam menerapkan tarif jasa dengan menggunakan metode perhitungan Time- Driven Activity Based Costing.
B Kajian Teori
1. Akuntansi Biaya
Menurut Mulyadi (2014:7) Akuntansi biaya adalah proses pencatatan, penggolongan, peringkasan dan penyajian biaya pembuatan serta penjualan produk jasa dengan cara tertentu dan penafsiran terhadapnya.
Akuntansi biaya merupakan suatu bidang akuntansi yang ditujukan bagi
9
proses pelacakan, pencatatan dan analisis terhadap biaya yang berhubungan dengan aktivitas suatu organisasi untuk menghasilkan sebuah barang maupun jasa. Menurut Supriono, R.A,BPFE (2015) akuntansi biaya adalah akuntansi yang membicarakan tentang penentuan harga pokok dari suatu produk yang di produksi, untuk memenuhi sebuah pesanan dari pemesan maupun untuk menjadi persediaan barang dagangan yang akan dijual. Akuntansi biaya melakukan proses pencatatan, penggolongan dan penyajian biaya pembuatan dan penjualan produk dengam cara tertentu yang sistematis. (Horngen, Foster, dan Datar) (2006:3) mendefinisikan akuntansi biaya adalah akuntansi biaya mengukur , menganalisis dan melaporkan informasi keuangan dan non- keuangan yang terkait dengan biaya perolehan atau pengginaan sumber daya dalam suatu organisasi.
Berdasarkan beberapa pengertian mengenai Akuntansi Biaya yang dikemukakan oleh para ahli diatas dapat di simpulkan bahwa akuntansi biaya menyediakan sebuah informasi yang dibutuhkan untuk akuntansi keuangan maupun manajemen dalam mengukur serta melaporkan setiap informasi yang terkait dengan biaya perolehan dan pemanfaatan sumberdaya dalam suatu organisasi.
2. Biaya
Menurut (Mulyadi, 2014) Biaya adalah pengorbanan sumber ekonomi, yang diukur dalam satuan uang yang telah terjadi atau kemungkinan akan terjadi untuk tujuan tertentu. Terdapat 4 unsur pokok dalam pendefinisian
10 biaya tersebut diatas, yaitu:
a. Biaya merupakan pengorbanan sumber ekonomi b. Diukur dalam satuan uang
c. Yang telah terjadi atau yang secara potensial akan terjadi d. Pengorbanan tersebut untuk tujuan tertentu.
Menurut Sunarto (2003) Biaya adalah harga pokok atau bagiannya yang telah di manfaatkan atau dikonsumsi untuk memperoleh pendapatan.
Biaya sebagai manfaat yang di korbankan dalam rangka memperoleh barang dan jasa (Kusnadi,dkk, 1999:8). Berdasarkan dari pengertian tentang biaya diatas dapat disimpulkan bahwa biaya merupakan besarnya nilai yang dikeluarkan untuk memperoleh barang maupun jasa.
Biaya yang terjadi dengan proses biaya produksi yaitu terdiri atas:
a. Biaya Bahan Baku Langsung (Direct Material Cost) menurut Mulyadi (2016) bahan baku merupakan bahan yang membentuk bagian menyeluruh produk jadi. Bahan baku yang di olah dalam perusahaan manufaktur bisa diperoleh dari pembelian local, impor maupun dari pengolahan diri,
b. Biaya Tenaga Kerja Langsung (Direct Labour Cost) ialah merupakan manusia yang memberikan usaha fisik maupun mentalk untuk mengelolah suatu produk. Biaya tenaga kerja langsung merupakan tenaga kerja yang melakukan konversi bahan baku langsung menjadi produk jadi dan dapat dibebankan secara layak ke produk tertentu
11
c. Biaya Overhead Pabrik (Factory Overhead Cost) menurut Mulyadi (2016) terdapat biaya produksi yang dapat digolongkan dalam biaya overhead pabrik sebagai berikut:
1) Biaya Bahan Penolong adalah bahan yang tidak menjadi bagian dari produk jadi atau bahan yang meskipun menjadi bagian produk jadi, tetapi nilainya relative kecil.
2) Biaya Reparasi dan Pemeliharaan adalah biaya suku cadang, biaya yang habis dipakai dengan harga perbaikan dan pemeliharaan aktiva tetap yang digunakan untuk keperluan pabrik.
3) Biaya Tenaga Kerja Tidak Langsung adalah sebuah biaya tenaga kerja yang upahnya tidak dapat diperhitungkan langsung ke produk.
4) Biaya yang timbul akibat berlalunya waktu adalah biaya yang termasuk dalam golongan biaya asuransi.
3. Activity Based Costing System
a. Pengertian Activity Based Costing System
Menurut Mulyadi (53:2015) Activity Based Costing System adalah system informasi biaya yang beerbasis aktivitas didesain untuk memotivasi personel dalam melakukan pengurangan biaya dalam jangka Panjang melalui pengelolaan aktivitas. Activity Based Costing System menghitung biaya produk dan membebankan biaya produk sesuai dengan objek biayanya, berdasarkan aktivitas yang dibutuhkan untuk menghasilkan suatu barang dan jasa (Dunia dan Abdulah,2012).
12
Secara umum pengertian Activity Based Costing System (ABC) dapat diartikan sebagai suatu sistem biaya yang mengakumulasi biaya- biaya ke dalam sebuah aktivitas yang terjadi didalam perusahaan kemudian membebankan biaya atau produk dan jasa pada manajemen agar selanjutnya dapat dipergunakan untuk perencanaan, pengendalian biaya serta pengambilan sebuah keputusan. Activity Based Costing System (ABC) memfokuskan biaya pada produk berdasarkan aktivitas untuk memproduksi, mendistribusikan dan menunjang produk. Dalam sistem ABC tedapat lima aspek yang termasuk dalam bagiannya, yaitu:
a. Biaya non produksi dan biaya produksi dapat dibebankan ke produk.
b. Beberapa biaya produksi tidak termasuk dalam biaya produk.
c. Ada beberapa pooling biaya overhead, setiap biaya dialokasikan ke produk, serta objek lainnya dialokasikan berdasarkan ukuran aktivitas lainnya.
d. Dasar alokasi ABC biasanya berbeda dengan sistem alokasi biaya tradisional
e. Rate Overhead dan rate aktivitas mungkin didasarkan atas tingkatan aktivitas pada kapasitas dibandingkan dengan yang di anggarkan
Konsep dasar Activity Based Costing System menyatakan bahwa biaya memiliki penyebab dan penyebab dari biaya adalah aktivitas.
Karena aktivitas merupakan fokus utama dari Activity Based Costing System dan identifikasi merupakan langkah penting dalam perancangan
13
Activity Based Costing System. Menurut Rudianto (160:2013) Aktivitas
ialah segala sesuatu yang menyebabkan konsumsi overhead.
Aktivitas adalah setiap kejadian atau transaki yang merupakan sebuah pemicu biaya (Cost Driver) yaitu, sebagai faktor penyebab dalam pengeluaran biaya dalam organisasi. Dalam sistem Activity Based Costing System biaya ditelusur ke aktivitas dan kemudian ke produk.
Menurut Mulyadi (2015) sistem ABC mengansumsikan bahwa yang mengkonsumsi sumber daya bukanlah produk melaikan aktivitasnya.
b. Manfaat Activity Based Costing System
Menurut Hansen dan Mowen (2004:232) manfaat dari Activity Based Costing System adalah sebagai berikut:
1) Menyajikan biaya produk dengan lebih akurat serta informatif yang mengarahkan pengukuran profitabilitas produk lebih akurat terhadap keputusan strategi terhadap harga jual, lini produk, pasar, serta pengeluaran modal.
2) Pengukuran yang lebih akurat tentang biaya yang dipicu oleh aktivitas sehingga membuat manajemen meningkatkan nilai produk (Product Value).
3) Memudahkan untuk memberikan informasi megenai biaya yang relevan dengan tujuan pengambilan sebuah keputusan.
c. Langkah-langkah dalam Perancangan Sistem Perhitungan Biaya Berdasarkan Activity Based Costing System
14
Menurut Blocher, Chen, Cokins dan Lin (2008) Langkah Langkah dalam perancangan sistem perhitungan biaya berdasarakan Activity Based Costing System (ABC) memerlukan tiga tahapan, yaitu:
1) Mengidentifikasi Biaya Sumber Daya dan Aktivitas.
Langkah pertama dalam sistem ABC adalah melakukan analisis aktivitas untuk mengidentifikasi aktivitas apa saja yang dilakukan oleh perusahaan. Contohnya antara lain ialah bahan baku, perlengkapan, pembelian, beban kantor, furniture, bangunan, peralatan, utilitas, gaji, tunjangan, perekayasaan, dan lain-lain. Dari akun ini dapat memberikan penjelasan tentang besarnya biaya yang telah dilakukan sebuah perusahaan.
2) Membebankan Biaya Sumber Daya ke Aktivitas.
Activity Based Costing System menggunakan resource driver yang
digunakan sebagai penggerak biaya untuk membebankan biaya ke aktivitas.
3) Membebankan Biaya Aktivitas ke Objek Biaya
Langkah terakhir ialah membebankan biaya aktivitas atau tempat penampungan biaya aktivitas pada output yang berdasarkan pada penggerak biaya activity driver yang tepat. Pengertian output disini ialah objek biaya dari sebuah aktivitas yang telah dilakukan oleh perusahaan atau organisasi. Langkah-langkahnya ialah:
a) Menentukan kelompok biaya homogen (homogenus cost pool)
15
b) menghitung tarif dari tiap kelompol biaya, yaitu dengan membagi jumlah biaya dari kelompok biaya dengan cost driver dari tiap kelompok biaya tersebut.
c) membebankan biaya overhead pada setiap produk dengan cara mengalikan tarif kelompok biaya dengan unit cost driver yang dikonsumsi produk.
4) Cost Driver
Menurut Suprioyo V. Wiratna Sujarweni (2015:39) Cost Driver atau pemicu biaya ialah faktor yang menyebabkan perubahan biaya aktivitas digunakan untuk mengukur biaya yang dibebankan.
Penentuan dan pengukuran cost driver ditentukan berdasarkan pembebanan biaya Resource terhadap aktivitas serta pengukuran tidak langsung dan tindak kolerasi terhadap objek biaya karena memperoleh kuantitas cost driver.
Cost Driver digunakan untuk memperhitungkan biaya yang
bersumber dari setiap unit aktivitas. Setiap biaya sumber daya dibebankan ke jasa ataupun produksi dengan mengalihkan biaya setiap aktifitas dengan kuantitas dari setiap aktifitas yang dikonsumsikan pada periode tertentu.
Menurut Usry dan Carter (2006) pengidentifikasian biaya sumber
16
daya untuk macam-macam aktivitas dapat dilakukan dengan cara mengklasifikasikan selutuh aktivitas menurut cara aktivitas tersebut mengkonsumsi biaya, yaitu:
a) unit level driver merupakan aktivitas yang dilakukan setiap kali produksi dengan contoh yaitu: pemakaian bahan baku langsung, pemakaian jam kerja langsung, inspeksi setiap unit dan memasukan komponen.
b) Batch level driver merupakan jenis aktivitas yang dilakukan berdasarkan banyaknya batch yang digunakan oleh perusahaan dalam suatu proses produksi dengan contohnya yaitu: setup mesin, pemesanan pembelian, penjadwalan produksi, inspeksi untuk setiap batch dan penanganan bahan mentah.
c) Product level driver merupakan aktivitas yang dilakukan dengan tujuan untuk mendukung proses produksi suatu produk maupun jasa tertentu, dengan contohnya yaitu: aktivitas perancangan produk, diklat, pembelian suku cadang serta penerbitan formulir pesanan untuk mengubah teknik rekayasa.
d) Facility level driver merupakan aktivitas yang dilakukan untuk mendukunh kegiatan operasional dari sebuah perusahan, dengan contohnya yaitu: aktivitas keamanan, keselamatan kerja, manajemen pabrik, dan pembayaran pajak bumi dan bangunan.
e) Costumer level driver merupakan aktivitas atas jenis pelanggan
17
atau konsumen yang membeli produk, dengan contohnya yaitu:
aktivitas promosi, penjualan dan lain-lain.
5) Time Driven Activity Based Costing
a) Pengertian Time Driven Activity Based Costing
Time-Driven Activity Based Costing (TDABC) merupakan
suatu pendekatan dalam akuntansi biaya yang lebih mudah dan murah (Kaplan;2004:7). Menurut Lambino (2007) TDABC merupakan model inovasi yang tersedia bagi organisasi untuk mendapatkan kejelasan tentang biaya serta lana yang akan di peroleh perusahaan yang telah menjual produk maupun jasa terhadap konsumen. Time-Driven Activity Based Costing (TDABC) menghitung cost driver rate berdasrkan practical capacity dan resources yang tersedia, kemudian mengestimasi
waktu yang dibutuhkan untuk sebuah aktivitas.
Dalam pendekatan Time-Driver Activity Based Costing, diperlukan dua parameter untuk diestimasi, yaitu:
1) biaya per unit penyediaan kapasitas untuk tiap departemen atau proses.
2) konsumsi kapasitas (dalam unit waktu) dari setiap transaksi atau produk
b) Keunggulan Time-Driven Activity Based Costing
Menurut Max, Mitchell (2007) keunggulan dari Time-Driven
18
Activity Based dengan Activity Based Costing, yaitu:
1) Biaya yang sangat transparan dan mudah untuk dijelaskan pada manajemen. Time-Driven Activity Based (TDABC) menggunakan pendekatan bottom up yang dapat menunjukan jumlah upaya yang diperlukan oleh setiap produk, konsumen,dsb.
2) Biaya dan profitability dapat menangkap semua dimensi seperti produk, pelanggan secara akurat pada waktu yang sama dikarenakan biaya dicatat pada level terbawah yang dapatmempermudah analisa perilaku biaya serta dinamika profitabilitas.
3) Pengembangan dan pemeliharaan secara signifikan dikurangi disejumlah area seperti penggunaan dokumentasi dapat mengurangi kebutuhan wawancara, membutuhkan lebih sedikit time tracking, dan system extracts lebih sederhana.
c) Langkah-langkah dalam Perancangan Sistem Perhitungan Biaya Berdasarkan Time-Driven Activity Based Costing
Penerapan Time-Driven Activity Based Costing memiliki tiga langkah, yaitu:
1) menghitung total biaya operasi dan proses dengan tujuan untuk menyediakan kapasitas, sumber daya (biaya dari seluruh sumber daya, seperti: peralatan, karyawan, dan bahan baku).
19
2) menghitung tarif biaya kapasitas (Capacity Cost Rate) Tarif biaya kapasitas =
Biaya Sumber Daya yang Tersedia
Kapasitas Sumber Daya yang Tersedia
3) Mengestimasi waktu dengan tujuan melakukan satu unit aktivitas yang kemudian digunakan untuk menghitung biaya aktivitas.
Biaya Aktivitas = Tarif Biaya kapasitas x Waktu untuk melakukan suatu aktivitas x Output aktivitas total
= Tarif Aktivitas x Output Aktivitas Total
6) Perbandingan Activity Based Costing (ABC) dengan Time-Driven Activity Based Costing (TDABC)
Menurut Macurova (2003) dalam jurnal Dejnega (2011) perbedaan antara metode Activity Based Costing System (ABC) dengan Time- Driver Activity Based Costing (TDABC, ialah sebagai berikut:
Perbandingan Metode ABC dan TDABC
20
PEMBEDA ABC TDABC
Karakter faktor yang menentukan biaya
Cost Driver
berapa banyak faktor tersebut terjadi
(misal:jumlah set up)
Time Driver
Berapa banyak waktu yang di perlukan (misal: waktu yang
diperlukan untuk set up)
Jumlah faktor Kurang akurat Lebih akurat
Penambahan sistem Tiap ada perbedaan dalam pelaksanaan aktiivtas, harus dibuat
suatu aktivitas baru yang terpisah
Satu persamaan waktu untuk semua aktivitas
Waktu yang diperlukan untuk memperbarui sistem
Lebih tinggi Relatif rendah
Kemampuan untuk menangkap kapasitas
yang tak terpakai
Tidak ada Ada
21