• Tidak ada hasil yang ditemukan

COPYRIGHT AQUASAINS 2014

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "COPYRIGHT AQUASAINS 2014"

Copied!
82
0
0

Teks penuh

(1)
(2)

COPYRIGHT © AQUASAINS 2014

Cover Desain : Tim Editorial

Photo Properties : ( coralreef and seagrass at kubur island) Eko Efendi

(3)

KATA PENGANTAR

Puji Syukur Kehadirat Allah SWT karena Penyusunan Jurnal “AQUASAINS” telah selesai. Jurnal ini disusun untuk mengapresiasi dan mempublikasi hasil-hasil penelitian, dan kajian ilmiah bidang perikanan dan sumberdaya perairan. Untuk mendukung tujuan tersebut, jurnal ini mengkhususkan diri dengan materi-materi dalam bidang perikanan dan sumberdaya perairan. Edisi kedua Nomor dua ini memuat sepuluh artikel yang diharapkan akan menambah wawasan dan pemahaman di bidang perikanan dan sumberdaya perairan.

Pada kesempatan ini redaksi menyampaikan terima kasih kepada semua pihak yang telah mengirimkan artikelnya-artikelnya. Redaksi akan membuka kesempatan seluas-luasnya bagi seluruh kalangangan akademisi maupun praktisi baik dari dalam lingkungan maupun diluar Universitas Lampung untuk mempublikasikan hasil-hasil penelitiannya.

Akhir kata semoga jurnal ilmu perikanan dan sumberdaya perairan “AQUASAINS’

ini dapat memberi manfaat yang sebesar-besarnya.

Bandar Lampung, Januari 2014

Redaksi

(4)

D AFTAR I SI V ol II N o 2

Ira

Kajian Kualitas Perairan Berdasarkan Parameter Fisika Dan Kimia Di Pelabuhan Perikanan Samudera Kendari Sulawesi Tenggara ………..

119 - 124 Muarif, Qadar Hasani dan Henni Wijayanti

Toksisitas Metil Metsulfuron Hubungannya Dengan Maskulinitas

Copepoda Daphnia Sp.……….. 125 - 130

Trisnani Dwi Hapsari

Distribusi Dan Margin Pemasaran Hasil Tangkapan Ikan Tongkol

(Euthynnus affinis) Di Tpi Ujungbatu Jepara……… 131 - 138

Mahrus Ali, Suparmono dan Siti Hudaidah

Evaluasi Kandungan Formalin Pada Ikan Asin Di Lampung ……….. 139 - 144 Eva Susanti, Esti Harpeni, Agus Setyawan dan Berta Putri

Penapisan Bakteri Pendegradasi Total Ammonia Nitrogen Dari Sedimen

Tambak Tradisional Udang Windu (Penaeus Monodon) ………. 145 - 148

Retna Handayani, Y. T. Adiputra dan Wardiyanto

Identifikasi Dan Keragaman Parasit Pada Ikan Mas Koki (Carrasius auratus) Dan Ikan Mas (Cyprinus carpio) Yang Berasal Dari Lampung

Dan Luar Lampung……… 149 - 156

Dahlia Mubarokah, Tarsim dan Tutik Kadarini

Embriogenesis Dan Daya Tetas Telur Ikan Pelangi (Melanotaenia parva)

Pada Salinitas Yang Berbeda ... 157 - 162

Sulistyowati

Analisis Efisiensi Usaha Penangkapan Nelayan Jaring Arad di TPI Roban

Kabupaten Batang……… 163 - 168

Siti Hudaidah, Ainul Kahfi, Gesty Ayu Akbaidar, Wardiyanto dan Y.T.

Adiputra

Modifikasi Biosekuritas, Peningkatan Performa Tambak Dan Keberlanjutan Budidaya Udang Vaname (Litopenaeus vannamei) Di

Kabupaten Pesawaran Provinsi Lampung……… 169 - 176 Vivi Endar Herawati

Transfer Nutrisi Dan Energi Larva Udang Vanname (Litopennaeus vannamei) Dengan Pemberian Pakan Artemia Sp. Produk Lokal Dan

Impor………..……….. 177 - 186

(5)

D AFTAR I SI V ol II N o 1

Ahmad Mustafa dan Abdullah

Strategi Pengaturan Penangkapan Berbasis Populasi Dengan Alat Tangkap Bubu Rangkai Pada Perikanan Rajungan: Studi Kasus Di

Perairan Kabupaten Konawe Sulawesi Tenggara ……….. 45 - 52 Nadisa Theresia Putri, Limin Santoso dan Reza Samsudin

Aplikasi Bungkil Inti Sawit Melalui Pemberian Enzim Rumen Dan Fermentasi Sebagai Bahan Pakan Ikan Nila Best (Oreochromis

niloticus) ………. 53 - 56

Andri Kurniawan dan Ardiansyah Kurniawan

Studi Potensi Teripang Di Perairan Bangka Sebagai Sumber Steroid

Untuk Sex Reversal Ikan Nila ……… 57 - 60

Dwi Puji Hartono dan Dian Febriani

Pengaruh Lama Waktu Pemberian Kejutan Dingin Pada Pembentukan

Individu Triploid Ikan Patin (Pangasius sp) ……….. 61 - 68

Okta Bakara, Limin Santoso dan Deisi Heptarina

Enzim Mananase Dan Fermentasi Jamur Untuk Meningkatkan Kandungan Nutrisi Bungkil Inti Sawit Pada Pakan Ikan Nila Best

(Oreochromis niloticus) ………. 69 - 72

Supyan, Sulistiono dan Etty Riani

Karakteristik Habitat Dan Tingkat Kematangan Gonad Kepiting Kelapa

(Birgus latro) di Pulau Uta, Propinsi Maluku Utara ……… 73 - 82

Yayu Saskia, Esti Harpeni dan Tutik Kadarini

Toksisitas Dan Kemampuan Anestetik Minyak Cengkeh (Sygnium

aromaticum) Terhadap Benih Ikan Pelangi Merah (Glossolepis incisus) 83 - 88

Ira, Dedi Oetama dan Juliati

Kerapatan Dan Penutupan Lamun Pada Daerah Tanggul Pemecah

Ombak Di Perairan Desa Terebino Propinsi Sulawesi Tengah ………. 89 - 96 Irvan Avianto, Sulistiono dan Isdrajad Setyobudiandi

Karakteristik Habitat Dan Potensi Kepiting Bakau (Scylla serrata, S.transquaberica, and S.olivacea) Di Hutan Mangrove Cibako,

Sancang, Kabupaten Garut Jawa Barat ……… 97 – 106

(6)

Eko Efendi dan Andri Purwandani

Korelasi Asian Monsoon, El Nino South Oscilation Dan Indian Ocean

Dipole Terhadap Variabilitas Curah Hujan Di Propinsi Lampung …… 107 - 112

Herman Yulianto

Pemetaan Sebaran Spasial Kualitas Air Unsur Hara Perairan Teluk

Lampung……….. 113 - 118

(7)

Jurusan Budidaya Perairan, Fakultas Pertanian Universitas Lampung Jl. Prof. Dr. Soemantri Brodjonegoro No.1, Gedung Meneng, Bandar Lampung 35145.

Email :[email protected];

[email protected]

Website : http://ejournal.unila.ac.id/2012/09/10/aquasains/

http://perikanan.unila.ac.id/index.php/aquasains.html;

http://aquasains.wordpress.com/

PERNYATAAN PEMINDAHAN HAK MILIK

(COPYRIGHT TRANSFER STATEMENT)

Ketika naskah diterima untuk dipublikasikan, Hak Milik dipindahkan ke Jurnal Aquasains.

Pemindahan Hak Milik memindahkkan kepemikikan eksklusive untuk mereproduksi dan mendistribusikan naskah, termasuk cetakan lepas, penerjemahan, reproduksi fotografi, mikrofilm, material elektronik (offline maupun Online) atau bentuk reproduksi lainnya yang serupa dengan aslinya.

When the article is accepted for publication, its copyright is transferred to Aquasains Journal. The copyright transfer convers the exclusive right to reproduce and distribute the article, including offprint, translation, photographic reproduction, microfilm, electronic material, (offline or online) or any other reproduction of similar nature.

Penulis menjamin bahwa artikel adalah asli dan bahwa penulis memiliki kekuatan penuh untuk mempublikasikannya. Penulis menandatangani dan bertanggungjawab untuk melepaskan bahan naskah sebagian atau keseluruhan dari semua penulis. Jika naskah merupakan bagian dari skripsi mahasiswa, maka mahasiswa tersebut wajib menandatangani persetujuan bahwa pekerjaannya akan dipublikasikan.

The Author warrant that this article is original and that the author has full power to publish. The author sign for and accepts responsibility for releasing this material on behalf os any and all-author. If the article based on or part os student’s thesis, the student needs to sign as his/her agreement that his/her works is going published.

Judul Naskah Title of Article

: ………

………

………

Penulis Author

: ………

………

………

………

Tanda Tangan Penulis

Author’s Signature : ………

………

………

Tanda Tangan Mahasiswa

Student’s Signature : ………

………

Tanggal Date

: ………

(8)
(9)

Persyaratan Legal

Penulis harus menjamin bahwa naskah tidak akan dipublikasikan dimanapun dalam bahasa yang sama atau berbeda tanpa izin dari pemilik hakcipta, yang menjamin hak pihak ketiga tidak akan dilanggar, dan penerbit tidak akan bertanggung jawab jika ada klaim dari pihak ketiga.

Penulis yang menyertakan bagian gambar atau teks yang sudah dipublikasikan di lain tempat yang membutuhkan izin dari pemilik harus menyertakan bukti seperti izin atau persetujuan yang diperoleh ketika akan megirimkan makalahnya. Materi yang diterima tanpa bukti akan dianggap asli dari penulis.

Naskah harus dilengkapi dengan “Pernyataan Pemindahan Hakmilik”

Legal Requirement

The author(s) guarantee(s) that the manuscript will not be published elsewhere in any language without the consent of the copyright owners, that the rights of third parties will not be violated, and that the publisher will not be held legally responsible should there be any claims for compensation.

Authors wishing to include figures or text passages that have already been published elsewhere are required to obtain permission from the copyright owner(s) and to include evidence that such permission has been granted when submitting their papers. Any material received without such evidence will be assumed to originate from the authors.

Manuscripts must be accompanied by the

‘‘Copyright Transfer Statement’’.

Prosedur Editorial

Makalah harus merupakan hasil penelitian yang relatif baru. Semua naskah adalah subjek untuk peer review. Penulis harus mengirimkan naskahnya dalam bentuk elektronik dengan format LYX atau Word dan PDF ke alamat redaksi:

Jurusan Budidaya Perairan

Fakultas Pertanian Universitas Lampung

Jl. Prof. Dr. Soemantri Brodjonegoro No.1 Bandar Lampung 35145

Email :

[email protected] [email protected]

Naskah yang dikembalikan ke penulis untuk revisi harus dikirim kembali dalam waktu 4 minggu, sebaliknya jika tidak akan dipertimbangkan telah menyatakan menarik diri.

Naskah yang diyatakan ditolak tidak akan dikembalikan ke penulis (kecuali Ilustrasi asli).

Makalah yang tidak sesuai dengan aturan jurnal akan dikembalikan ke penulis untuk direvisi sebelum dipertimbangkan untuk dipublikasi. Penulis bertanggung jawab terhadap keakuratan pustaka.

Editorial Procedure

Papers must present scientific results that are essentially new. All manuscripts are subject to peer review.

Authors should submit their manuscripts electronically as Postscript or PDF to: Jurusan Budidaya Perairan

Fakultas Pertanian Universitas Lampung

Jl. Prof. Dr. Soemantri Brodjonegoro No.1 Bandar Lampung 35145

Email :

[email protected] [email protected]

Manuscripts which are returned to the authors for revision should be sent back within 4 weeks;

otherwise they will be considered withdrawn.

Rejected manuscripts will not be returned to the authors (except for original illustrations).

Papers that do not conform to the journal norms may be returned to the authors for revision before being considered for publication.

The author is responsible for the accuracy of the references.

Persiapan Naskah

Untuk membantu penulis menyiapkan naskah, Aquasains akan menyediakan template dalam bentuk paket makro LYX dan template dalam bentuk word yang dapat digunakan dengan MS Office Word

Manuscript Preparation

 General remarks To help you prepare your manuscript, Aquasains offers a LYX macropackage as well as a template that can be used with Winword 2007 or 2010 or higher.

 Title page The title page should include:

Panduan Untuk Penulis

(10)

2007 dan 2010 atau versi yang lebih tinggi sesuai dengan perkembangan teknologi.

Halaman Judul.Halaman judul harus termasuk:

– Nama(nama) Penulis

– Judul harus ringkas dan informatif – Intitusi yang berafiliasi dengan penulis

dan alamat penulis

– Alamat Email, telpon/HP dan nomor fax untuk korespondensi dengan penulis

Abstrak.Tiap Makalah harus didahuli dengan abstrak berisikan hasil yang paling penting dan kesimpulan yang dapat ditulis dalam bahasa indonesia atau bahasa inggris dengan tidak lebih dari 300 kata.

Kata Kunci. Tiga atau enam katakunci harus disediakan setelah abstrak untuk tujuan pengindekskan.

Singkatan. Singkatan harus didefinisikan pada saat pertama kali disebutkan dalam abstaks dan disebutkan ulang pada tubuh naskah utama dan digunakan secara konsisten untuk selanjutnya.

 Daftar simbol yang harus mengikuti abstraks dalam bentuk daftar jika diperlukan.

Penomoran Bab harus dalam bentuk desimal.

Satuan Internasional (SI) harus digunakan.

 Catatan kaki yang mendasar pada teks harus diberi nomor secara berurutan dan ditempatkan pada bagian bawah halaman dimana dirujuk

Catatan Kaki. Catatan pada halaman judul tidak diberikan simbol perujuk. Catatan kaki pada teks diberi nomor secara berurutan, begitu juga dengan tabel harus ditunjukkan dengan huruf kecil superscript (atau bintang untuk nilai signifikan dan data statistik lainnya).

Pendanaan. Penulis diharapkan untuk mengungkapkan semua bentuk komersialisasi atau asosiasi lain yang mungkin memici konflik kepentingan yang berhubungan dengan materi yang dikirim.

Semua sumber pendanaan yang mendukung pekerjaan dan institusi atau perusahaan yang berafiliasi dengan penulis harus diakui.

Apendiks. Jika ada satu atau lebih apendiks, harus diberi nomr secara berurutan.

Persamaan dalam apendiks harus ditujukan secara berbeda dari bagian utama makalah seperti (A1), (A2) dsb. Pada tiap apendiks persamaan harus diberi nomor secara terpisah.

 The name(s) of the author(s)

 A concise and informative title

 The affiliation(s) and address(es) of the author(s)

 The e-mail address, telephone and fax numbers of the communicating author

 Abstract. Each paper must be preceded by an abstract presenting the most important results and conclusions in english or Indonesian in no more than 300 words.

 Keywords. Three to six keywords should be supplied after the Abstract for indexing purposes.

 Abbreviations Abbreviations should be defined at first mention in the abstract and again in the main body of the text and used consistently thereafter.

 A list of symbols should follow the abstract if such a list is needed. Symbols must be written clearly. The numbering of chapters should be in decimal form. The international system of units (SI units) should be used.

 Essential footnotes to the text should be numbered consecutively and placed at the bottom of the page to which they refer.

 Footnotes on the title page are not given reference symbols. Footnotes to the text are numbered consecutively; those to tables should be indicated by superscript lower-case letters (or asterisks for significance values and other statistical data).

 Acknowledgements. These should be as brief as possible. Any grant that requires acknowledgement should be mentioned. The names of funding organizations should be written in full.

 Funding. Authors are expected to disclose any commercial or other associations that might pose a conflict of interest in connection with submitted material. All funding sources supporting the work and institutional or corporate affiliations of the authors should be acknowledged.

 Appendix. If there is more than one appendix, they should be numbered consecutively.

Equations in appendices should be designated differently from those in the main body of the paper, e.g. (A1), (A2) etc. In each appendix equations should be numbered separately.

 References The list of References should only include works that are cited in the text and that have been published or accepted for publication.

Personal communications should only be mentioned in the text. If available the DOI can

(11)

Pustaka. Daftar pustaka hanya yang termasuk kata dalam naskah yang disitir dan yang sudah dipublikasikan atau diterima untuk publikasi.

Kominikasi pribadi hanya disebutkan dalam teks. Jika tersedia DOI (Digital Object Identifier) dapat ditambahkan pada akhir dari pustaka dalam bentuk pertanyaan.

Pensitiran dalam teks harus ditunjukan dengan nomor dalam kurung kuadrat seperti [1], [2] dsb. Pustaka harus diberi nomor dalam urutan dimana terlihat dalam teks dan didaftar dalam urutan numerik. Judl jurnal harus disingkat sesuai dengan aturan internasional yang berlaku. Pustaka dengan tanda baca yang benar harus mengikuti gaya seperti berikut:

Artikel jurnal:

Hijau T, Hitam J, Biru W (2010) Judul artikel.

Singkatan Jurnal.Volume Nomor:halaman- halaman

Buku:

Hijau T, Hitam J (2012) Judul Buku. Lokasi:

Penerbit. hal

Buku dengan banyak Penulis:

Biru W (2011) Judul Bab.Dalam: Hijau T, Hitam J (Eds) Judul Buku.

Lokasi:Penerbit., pp 1-50

Pustaka seperti “komunikasi pribadi” atau

“data tidak dipublikasikan” tidak dapat dimasukkan dalam daftar pustak, tetapi harus disebutkan dalam tanda kurung: hal ini juga diterapkan pada makalah yang dipresentasikan pada pertemuan tetapi belum dipublikasikan atau diterima untuk publikasi.

Tanggal harus diberikan untuk kedua bentuk

“komunikasi pribadi” atau “data tidak dipublikasikan”

Makalah yang telah diterima untuk publikasi harus dimasukkan dalam daftar pustaka dengan nama jurnal dan ditambahkan keterangan “in press”.

Komunikasi oral hanya disebutkan dalam Pengakuan/ucapan terima kasih.

Makalah yang dipoblikasikan online tetapi belum atau tidak dicetak dapat disitir menggunakan Digital Object Indentifier (DOI).

DOI harus ditambahkan pada akhir pustaka dalam bentuk pertanyaan

Contohnya: Ward J, Robinson PJ (2004) How to detect hepatocellular carcinoma in cirrhosis.

Eur Radiol DOI 10.1007/s00330-004-1450-y

be added at the end of the reference in question.

Citations in the text should be identified by numbers in square brackets. References should be numbered in the order in which they appear in the text and listed in numerical order.

Journal titles should be abbreviated.

References with correct punctuation should be styled as follows:

Journal articles:

Green T, Black J, Blue W (2010) Title of article.

Abbreviated journal title Vol No: page-page Books:

Green T, Black J (2012) Book title. Publisher, location

Multiauthor books:

Blue W (2011) Chapter title. In: Green T, Black J (eds) Book title. Publisher, location, pp 1–50 References such as ‘‘personal communications’’ or ‘‘unpublished data’’ cannot be included in the reference list, but should be mentioned in the text in parentheses: this also applies to papers presented at meetings but not yet published or accepted for publication.A date should be given for both ‘‘personal communications’’ and ‘‘unpublished data’’.

Papers which have been accepted for publication should be included in the list of references with the name of the journal and ‘‘in press’’.

Oral communications should only be mentioned in the acknowledgements.

A paper published online but not (yet) in print can be cited using the Digital Object Identifier (DOI). The DOI should be added at the end of the

reference in question.

Example: Ward J, Robinson PJ (2004) How to detect hepatocellular carcinoma in cirrhosis.

Eur Radiol DOI 10.1007/s00330-004-1450-y

 Illustrations and Tables. All figures (photographs, graphs or diagrams) and tables should be cited in the text, and each numbered consecutively throughout. Lowercase letters (a, b etc.) should be used to identify figure parts. If illustrations are supplied with uppercase labeling, lowercase letters will still be used in the figure legends and citations.

Line drawings. Please submit good-quality prints. The inscriptions should be clearly legible.

Half-tone illustrations (black and white and color). Please submit well-contrasted photographic prints with the top indicated on the back.

(12)

Ilustrasi dan Tabel. Semua gambar (Foto, grafik atau diagram) dan tabel harus disitir dalam teks, dan diberi penomeran secara berurutan dengan nomer arab (1, 2, dst) untuk mengidentifikasi gambar atau tabel. Gambar atau foto atau grafik harus dikirimkan dalam kualitas terbaik untuk dicetak, untuk gambar dua warna (hitam dan putih) harus dikirim dengan kontrs yang jelas. Beberapa gambar yang ditempatkan dalam satu plate dalam satu halaman harus dibuat legenda dengan singkat dan jelas yang dapat menjelaskan gambar. Legenda ditempatkan di bawah gambar, diats sitiran untuk gambar.

Tabel harus memiliki judul dan legenda untuk menjelaskan jika menggunakan singkatan dalam tabel.Catatan kaki untuk tabel digunakan untuk menjelaskan keterangan dari isi tabel dengan meggunakan superscript huruf kecil. Untuk menjelaskan signifikansi atau data statistik digunakan lambang bintang (asterik).

Plates. Several figures or figure parts should be grouped in a plate on one page.

Figure legends must be brief, self-sufficient explanations of the illustrations. The legends should be placed at the end of the text.

Tables should have a title and a legend explaining any abbreviation used in that table.

Footnotes to tables should be indicated by superscript lower-case letters (or asterisks for significance values and other statistical data).

For color illustrations the authors will be expected to make a contribution (£ 308, plus VAT) towards the extra costs, irrespective of the number of color figures.

Pengiriman Elektronik

Teks dan gambar harus dikirim dalam file terpisah.

Panduan teknis untuk menyiapkan naskah.

 Teks

Jurnal aquasain hanya menerima file dengan format LYX (lebih disukai untuk yang sudah familier) atau format dokumen MS word.

Untuk pengiriman naskah menggunakan perangakt lunah pengolah kata LYX harus menyertakan sumber aslinya dan dalam bentuk postscript atau pdf. Penulis dapat menggunakan paket makro LYX ataupun template word yang akan disediakan oleh radaksi.

Panduan layout

1. Menggunakan huruf normal sederhana (seperti timesRoman) untuk teks

• Pilihan style yang lain:

• Untuk teks yang membutuhkan perhatian, istilah asing, dan nama latin menggunakan tipe italik

2. Untuk tujuan khusus seperti vektor matematik gunakan tipe huruf tebal 3. Gunakan penomoran halaman secara

otomatis

4. Untuk Indentasi menggunakan tab stops dan tidak diperkenankan menggunakan space bar

5. Untuk tabel menggunakan fungsi tabel dalam MS word, tidak menggunkan

Electronic Submission

Text and figures must be sent as separate files Technical instructions for preparing your manuscript

 Text

This journal accepts either LaTeX or Word documents.

LaTeX: The electronic version should include the original source (including all style files and figures) and a PostScript or PDF version of the compiled submission. Authors who prepare their papers with

LaTeX are encouraged to use macropackage for this journal.

Layout guidelines

1. Use a normal, plain font (e.g., Times Roman) for text.

Other style options:

o for textual emphasis use italic types.

o for special purposes, such as for mathematical vectors, use boldface type.

2. Use the automatic page numbering function to number the pages.

3. Do not use field functions.

4. For indents use tab stops or other commands, not the space bar.

5. Use the table functions of your word processing program, not spreadsheets, to make tables.

(13)

spreadsheet atau program Excell untuk membuat tabel

6. Menggunakan editor persamaan dalam MS word

7. Tabel dan gambar diletakkan di halaman akhir naskah

8. Semua gambar yang ada dalam teks dikirimkan delam file terpisah

 Ilustrasi

Siapkan gambar yang akan dikirim dalam format EPS untuk grafik vektor yang dapat dikspor dari program pengolah gambar atau perangkat lunak image converter, dan untuk gambar dua warna (hitam-putih) menggunakan format TIFF. Nama file (satu file untuk tiap gambar) juga termasuk nomor gambar. Legenda gambar harus disertakan dalam teks tidak dalam file gambar.

– Resolusi pemindaian:gambar yang dipindai harus didigitasi dengan resolusi minimum 800 dpi untuk gambar berwarna dan 300 dpi untuk gambar dua warna.

– Warna gambar disimpan dalam format RGB (8 bits tiap saluran).

– Grafik vektor: huruf yang digunakan dalam grafik vektor harus sudah termasuk, tidak diperkenankan menggambar menggunakan hairline, minimum tebal garis adalah 0.2 mm (0.567 pt).

Format Data

Untuk naskah awal pengiriman file disimpan dalam bentuk RTF (Rich Text Format) atau DOC atau DOCX atau format lain yang kompatibel dengan pengolah kata MS Word.

Gambar dalam format EPS dan atau TIFF.

Jika menggunakan pengolah kata LYX file disimpan dalam format berekstensi .lyx dan termasuk sumber aslinya dari makropaketnya dan dalam format postscript atau pdf.

Informasi umum yang berisi judul, Operating system yang digunakan, program pengolah kata, program pengolah gambar, dan program kompresi file ditulis dalam program notepad atau wordpad.

Semua file teks, ilustrasi atau gambar dan informasi umum dikirim dalam bentuk file kompresi ZIP, file diberi nama dengan hal yang mudah diingat (seperti nama penulis) tidak lebih dari 8 karakter tidak menggunakan simbol khusus.

File dikirim ke alamat redaksi jurnal Aquasains di :

[email protected] atau

6. Use the equation editor of your word processing program or MathType for equations.

7. Place any figure legends or tables at the end of the manuscript.

8. Submit all figures as separate files and do not integrate them within the text.

 Illustrations

The preferred figure formats are EPS for vector graphics exported from a drawing program and TIFF for halftone illustrations. EPS files must always contain a preview in TIFF of the figure. The file name (one file for each figure) should include the figure number. Figure legends should be included in the text and not in the figure file.

– Scan resolution: Scanned line drawings should be digitized with a minimum resolution of 800 dpi relative to the final figure size. For digital halftones, 300 dpi is usually sufficient.

– Color illustrations: Store color illustrations as RGB (8 bits per channel) in TIFF format.

– Vector graphics: Fonts used in the vector graphics must be included. Please do not draw with hairlines. The minimum line width is 0.2 mm (i.e., 0.567 pt) relative to the final size.

Data formats

Save your file in two formats:

1. Text: RTF (Rich Text Format) or Microsoft Word compatible formats

Figures: EPS or TIFF.

2. PDF (a single PDF file including text, tables and figures). Make sure that all fonts are embedded. name (one file for each figure) should include the figure number. Figure legends should be included in the text and not in the figure file.

General information on data delivery Please send a zip file (text and illustrations as separate files) to:

[email protected] atau [email protected]

Please always supply the follow- ing information with your data: journal title, operating system, word processing program, drawing program, image processing program, compression program.

The file name should be memorable (e.g., author name), have no more than 8 characters, and include no accents or special symbols. Use only the extensions that the program assigns automatically

.

(14)

[email protected]

Materi Elektronik Pelengkap (MEP)

Untuk artikel dalam jurnal ini yang akan dipublikasikan disediakan materi:

o Dikirim ke Editor dalam bentuk elektronik bersama dengan makalah sebagai subjek untuk peer review

o Diterima Editor MEP terdiri atas:

– Informasi yang tidak mungkin dicetak seperti animasi, klip video, rekaman suara dsb.

– Informasi yang lebih tepat dalam bentuk elektronik seperti rangkaian/sequence, data spektral dsb.

– Data asli yang besar yang berhubungan dengan makalah seperti tabel tambahan, ilustrasi (berwarna dan atau hitam putih) dsb.

Setelah makalah dinyatakan diterima oleh Editor MEP akan dipublikasikan sebagaimana yang diterima dari penulis hanya dalam versi online.

Referensi akan diberikan pada versi cetak.

Electronic supplementary material (ESM)

for an article in the journal will be published in aquasains provided the material is:

o submitted to the Editor(s) in electronic form together with the paper and is subject to peer review

o accepted by the journals Editor(s) ESM may consist of

 information that cannot be printed:

animations, video clips, sound recordings

 information that is more convenient in electronic form: sequences, spectral data, etc.

 large original data that relate to the paper, e.g. additional tables, illustrations (color and black & white), etc.

After acceptance by the journals Editor(s) ESM will be published as received from the author in the online version only. Reference will be given in the printed version.

Perbaikan/Koreksi

Penulis harus menyertakan membuat bukti koreksi pada printout dalam file pdf, pengecekkan bahwa teks sudah lengkap dimana gambar dan tabel sudah termasuk di dalamnya. Setelah publikasi online, selanjutnya perubahan hanya dapat dilakukan dalam bentuk Erratum yang akan di hyperlink-kan dengan artikel.

Penulis hanya. Perubahan mendasar dalam isi seperti hasil terbaru, nilai terkoreksi, judul dan kepengarangan tidak diperkenankan tanpa persetujuan dari editor yang bertanggung jawab.

Dalam kasus ini harap menghubungi Pimpinan Redaksi sebelum mengembalikan bukti ke penerbit.

Proofreading

Authors should make their proof corrections on a printout of the pdf file supplied, checking that the text is complete and that all figures and tables are included. After online publication, further changes can only be made in the form of an Erratum, which will be hyperlinked to the article. The author is entitled to formal corrections only. Substantial changes in content, e.g. new results, corrected values, title and authorship are not allowed without the approval of the responsible editor. In such a case please contact the Editor-in-Chief before returning the proofs to the

publisher.

Cetakan Lepas

Cetakan lepas dari artikel akan diberikan tanpa dikenakan biaya tambahan sebanyak kontibutor dalam artikel . Jika menginginkan untuk memesan tambahan cetakan lepas harus mengembalikan formulir pemesanan dengan bukti yang sesuai, kemudian diberi judul untuk menerima file pdf dari artikel untuk penggunaan pribadi. Biaya untuk tambahan pemesanan cetakan lepas akan ditentukan kemudian

.

Offprint, free copy

25 offprints of each contribution are supplied free of charge. If you wish to order additional offprints you must return the order form with the corrected proofs.

You are then entitled to receive a pdf file of your article for your personal use.

(15)

AQUASAINS

(Jurnal Ilmu Perikanan dan Sumberdaya Perairan)

KAJIAN KUALITAS PERAIRAN BERDASARKAN PARAMETER FISIKA DAN KIMIA DI PELABUHAN PERIKANAN SAMUDERA KENDARI SULAWESI TENGGARA

Ira1

Ringkasan Ocean Fishing Port (PPS) Ken- dari is one of the largest fishing port in Su- lawesi. The number of ships that docked in PPS Kendari also makes a lot of garbage and oil spills - used oil that went into the ocean waters. Effluent - discharge resulted in a change in water quality . This study aims to determine the condition of Water Quality based of Physics and Chemical Pa- rameters in PPS Kendari. This research is expected to be useful for the management of coastal areas, especially ocean fishing port.

The determination of the research station is based on aspects influence representation of industrial activity and PPS that is, Sta- tion 1 is located at the pier PPS which se- rve as a berthing vessel and place demoli- tion catches. Station 2, located at the mou- th of the sewage plant (WWTP) PPS Ken- dari. Environmental parameters measured include temperature, suspended solids, pH , salinity, dissolved oxygen, nitrates , phos- phates. The results showed that the water quality conditions PPS Kendari terms of physical and chemical parameters by De- cree of the state Minister for Environment No 51 of 2004 already exceeded the water quality standard, especially for temperatu- re, salinity, dissolved oxygen and phospha- te

1)Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universi- tas Halu Oleo Jl.HAE Mokodompit Kampus Bumi Tridharma Anduonohu Kendari 93232

phone/Fax:+62401 393782 E-mail: [email protected]

Keywords water quality, physics, che- mistry, ports, fisheries, kendari

Received: 13 Nopember 2013 Accepted: 10 Januari 2014

PENDAHULUAN

Provinsi Sulawesi Tenggara memiliki seki- tar 75,08% luas wilayah berupa perairan dan sekitar 24,93% berupa daratan. Hal ini menjadi potensi yang sangat bagus untuk pengembangan usaha perikanan. Perikan- an merupakan salah satu komoditi yang potensial untuk diusahakan karena ikan me- rupakan komoditi yang dapat dipanen se- panjang tahun dan merupakan komoditi yang sangat dibutuhkan oleh manusia baik yang dikonsumsi langsung maupun yang melalui proses lebih lanjut.

Kegiatan pemanfaatan sumberdaya perikan- an memerlukan adanya fasilitas pendarat- an ikan atau pelabuhan yang khusus me- layani aktifitas industri dan perdagangan ikan. Umumnya yang dilayani adalah ke- giatan perikanan tangkap di laut. Dalam hal ini maka pelabuhan yang khusus me- layani kegiatan perikanan merupakan fa- silitas pendaratan yang menjadi pangkal- an bagi kapal-kapal perikanan dan menja- di terminal yang menghubungkan kegiatan perikanan di darat dan di laut [1]. Jadi da- pat dikatakan bahwa pelabuhan perikanan

(16)

120 Ira1

merupakan pusat pengembangan ekonomi perikanan ditinjau dari aspek produksi, pe- ngolahan, dan pemasaran, baik berskala lo- kal, nasional maupun internasional.

Pelabuhan Perikanan Samudera (PPS) Ken- dari merupakan salah satu pelabuhan per- ikanan terbesar yang ada di Sulawesi de- ngan luas sekitar 40,55 ha. Letak PPS Ken- dari dalam teluk Kendari (Sulawesi Teng- gara) sehingga sangat aman dari gangguan angin maupun ombak. PPS Kendari dike- nal juga sebagai pelabuhan perikanan tipe A atau kelas I, dimana dirancang terutama untuk melayani kapal perikanan berukuran

> 60 GT dan dapat menampung 100 buah kapal atau 6000 GT sekaligus. Selain itu, dapat pula melayani kapal ikan yang ber- operasi di perairan lepas pantai, ZEE dan perairan internasional. Jumlah ikan yang didaratkan sekitar 40.000 ton/ tahun dan juga memberikan pelayanan untuk ekspor.

Banyaknya kapal-kapal yang berlabuh di PPS Kendari ini membuat banyak pula bu- angan sampah dan tumpahan minyak - mi- nyak bekas yang masuk ke perairan laut.

Buangan-buangan tersebut mengakibatk- an terjadinya perubahan kualitas perairan.

Kualitas air dapat diketahui dengan mela- kukan pengujian tertentu terhadap air ter- sebut diantaranya pengukuran parameter fisika dan kimia. Sebagaimana menurut [2]

bahwa parameter fisika, kimia dan biologi merupakan kondisi kualitatif yang mencer- minkan kualitas air.

Penelitian tentang kualitas air di PPS Ken- dari masih sangat jarang dilakukan. Oleh karena itu, penelitian untuk mengetahui kon- disi kualitas air berdasarkan parameter fi- sika dan parameter kimia di PPS Kendari sangat penting untuk dilakukan. Peneliti- an ini diharapkan dapat bermanfaat bagi pengelolaan wilayah pesisir khususnya Pe- labuhan Perikanan Samudera.

MATERI DAN METODE Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian dilaksanakan bulan November - Desember 2012. Lokasi pengambilan sam- pel di Pelabuhan Perikanan Samudera (PPS)

Kendari Sulawesi Tenggara dengan koordi- nat 3°59’5"S dan 122°34’18"E. Analisis sam- pel di Laboratorium Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Halu Oleo, Ken- dari, Sulawesi Tenggara.

Alat dan Bahan Penelitian

Berdasarkan parameter-parameter yang di- ukur, maka alat dan bahan yang digunakan dalam penelitian adalah termometer un- tuk mengukur suhu, metode gravimetri un- tuk mengukur TSS, handrefractometer un- tuk mengukur salinitas, pH meter untuk mengukur pH air, Do meter untuk mengu- kur oksigen terlarut, spektrofotometer un- tuk mengukur nitrat dan fosfat.

Metode Pengambilan sampel

Penentuan stasiun penelitian berdasarkan aspek keterwakilan pengaruh akibat akti- vitas industri dan PPS yaitu:

– Stasiun 1, berada di dermaga PPS di- mana dijadikan sebagai tempat berla- buhnya kapal dan tempat pembongkar- an hasil tangkapan.

– Stasiun 2, berada di muara instalasi pem- buangan limbah (IPAL) PPS.

Pengambilan sampel air dilakukan saat pa- sang sebanyak tiga kali pengulangan. Pa- rameter lingkungan yang diukur meliputi parameter fisika (suhu dan TSS) dan pa- rameter kimia (salinitas, pH, oksigen ter- larut, nitrat, fosfat).

Analisis Data

Analisis data kualitas air dilakukan seca- ra dekriptif dan untuk mengetahui kondi- si kualitas air pada lokasi penelitian, digu- nakan standar baku mutu berdasarkan Ke- putusan Menteri Negara Lingkungan Hi- dup (KepMen LH) No. 51 Tahun 2004 ten- tang Baku Mutu air laut untuk biota laut sebagai perbandingan

(17)

Kualitas Perairan Pelabuhan Perikanan Samudera Kendari 121

Gambar 1 Lokasi penelitian di Pelabuhan Peri- kanan Samudera (PPS) Kendari

HASIL DAN PEMBAHASAN

Kondisi Umum Lokasi Penelitian

Pelabuhan perikanan Kendari merupakan pelabuhan perikanan terbesar di Sulawe- si, tepatnya terletak di Sulawesi Tenggara, menghadap Laut Flores, Laut Banda dan Laut Seram. Pelabuhan perikanan ini me- miliki beberapa kapal penampung dan ka- pal penangkap yang digunakan untuk me- nangkap ikan, khususnya Ikan Cakalang dan Tuna. Secara umum Pelabuhan Perikan- an Samudera (PPS) Kendari mempunyai batas-batas: sebelah utara berbatasan de- ngan kecamatan kendari barat, sebelah ti- mur berbatasan dengan kecamatan abeli, sebelah selatan berbatasan dengan Keca- matan Poasia, sebelah barat berbatasan de- ngan kecamatan kendari.

PPS Kendari dikenal juga sebagai pelabuh- an perikanan tipe A, atau kelas I. Pelabuh- an perikanan ini dirancang terutama un- tuk melayani kapal perikanan berukuran >

60 GT, menampung 100 buah kapal atau 6000 GT sekaligus, dan dapat pula melaya- ni kapal ikan yang beroperasi di perairan lepas pantai, ZEE dan perairan internasio- nal. Jumlah ikan yang didaratkan sekitar 40.000 ton/ tahun dan juga memberikan pelayanan untuk ekspor.

Perairan di sekitar PPS Kendari mempu- nyai topografi yang landai dan memiliki dasar perairan berpasir. Pada perairan ini juga terdapat muara sungai besar seperti

muara sungai Anggoeya, yang turut mem- berikan pengaruh terhadap karakteristik per- airan di sekitarnya, khususnya di sekitar areal PPS Kendari.

Parameter Fisika Perairan

a. Suhu

Suhu merupakan faktor langsung yang mem- pengaruhi laju pertumbuhan, kelangsung- an hidup dan meningkatkan laju metabo- lisme organisme. Peningkatan suhu perair- an secara langsung maupun tidak langsung akan mempengaruhi kehidupan organisme suatu perairan [3]. Nilai suhu yang dipero- leh di stasiun 1 dan 2 telah melebihi baku mutu air yaitu sebesar 33.2 – 34.3oC se- dangkan standar baku mutu suhu menurut KepMen LH No. 51 Tahun 2004 untuk bi- ota laut adalah 28 - 32oC. Nilai suhu yang tinggi diduga karena perairan PPS Kenda- ri yang sempit dan tertutup, sehingga ke- tika kondisi lingkungan (cahaya matahari) panas maka terjadi penguapan yang ting- gi. Hal ini sesuai dengan pendapat [4] bah- wa suhu ekosistem air dipengaruhi oleh di- antaranya intensitas cahaya matahari dan pertukaran panas antara air dengan udara sekelilingnya

b. Padatan Tersuspensi (TSS)

Padatan tersuspensi adalah padatan yang mengakibatkan kekeruhan air, tidak larut dan tidak mengendapkan langsung. Padat- an tersuspensi juga merupakan salah satu unsur material dalam sedimen selain ba- tuan, material biologi, endapan zat kimia, kumpulan debu dan partikel sampah, tum- buhan, material daun, logam berat dan un- sur jejak [5]. Menurut US-EPA pengaruh padatan tersuspensi sangat beragam, ter- gantung pada sifat kimia alamiah bahan tersuspensi tersebut, khususnya bahan tok- sik. Untuk zat padat tanpa bagian toksik yang nyata pada tanaman bentik dan hew- an tidak bertulang belakang dapat meng- akibatkan angka kematian yang tinggi. Se- dangkan pengaruh yang berbahaya pada

(18)

122 Ira1

ikan, zooplankton, dan makhluk hidup la- innya pada prinsipnya adalah penyumbat- an insang oleh partikel. Nilai rata-rata TSS yang diperoleh di stasiun 2 lebih tinggi yak- ni sebesar 0.72 mg/l dibandingkan stasi- un 1 sebesar 0.02 mg/l. Namun konsentra- si TSS di stasiun1 dan 2 berada dibawah standar baku mutu biota laut menurut Ke- pMen LH No. 51 Tahun 2004 yakni 5 – 25 mg/l. Nilai TSS yang tinggi di stasiun 2 di- duga berasal dari limbah yang berasal da- ri limpasan limbah industri perikanan dan pemukiman penduduk.

Parameter Kimia Perairan

a. Salinitas

Salinitas air laut dapat mempengaruhi ting- kat kejenuhan oksigen terlarut perairan ter- sebut, dimana semakin tinggi salinitas ka- pasitas kejenuhan oksigen di air semakin menurun [6]. Salinitas yang terukur di sta- siun 1 lebih rendah yakni sebesar 24.0o/oo

dibandingkan stasiun 2 yakni sebesar 28.1

o/oo. Rendahnya salinitas di stasiun 1 ke- mungkinan disebabkan mendapat penga- ruh langsung dari sungai. Sebagaimana per- nyataan [7] bahwa salinitas air laut dapat berbeda secara geografis salah satunya di- sebabkan oleh banyaknya air sungai yang masuk ke laut. Stasiun 1 dan 2 termasuk berada dibawah standar baku mutu apabi- la dibandingkan dengan baku mutu salini- tas berdasarkan KepMen LH No. 51 Tahun 2004 bahwa salinitas untuk biota laut ada- lah 33 - 34o/oo.

b. pH

Kondisi perairan yang bersifat sangat asam atau basa akan membahayakan kelangsung- an hidup organisme, karena akan meng- akibatkan terjadinya gangguan metabolis- me dan respirasi. Batas toleransi organis- me terhadap pH bervariasi dan pada umum- nya sebagian besar organisme akuatik sen- sitif terhadap perubahan pH. Nilai rata- rata pH yang diperoleh stasiun 1 sebesar

7.83 dan stasiun 2 sebesar 8.41. Nilai pH di stasiun 1 dan 2 masih sesuai dengan stan- dar baku mutu menurut KepMen LH No.

51 Tahun 2004 yakni 6.5 – 8.5.

c. Oksigen Terlarut (DO)

Oksigen terlarut merupakan faktor pemba- tas bagi kehidupan organisme karena dapat menimbulkan efek langsung yang beraki- bat pada kematian organisme dan efek ti- dak langsung meningkatkan toksisitas bah- an pencemar yang pada akhirnya dapat mem- bahayakan organisme itu sendiri. Sebagai- mana pernyataan [8] bahwa kandungan DO sangat berhubungan dengan tingkat pen- cemaran, jenis limbah dan banyaknya bah- an organik di suatu perairan. Selain itu, kemampuan air untuk membersihkan pen- cemaran secara alamiah tergantung pada kadar DO dan banyaknya organisme pe- ngurai. Berdasarkan hasil pengukuran DO, diketahui bahwa rata-rata di stasiun 1 le- bih rendah yakni sebesar 0.12 mg/l diban- dingkan stasiun 2 sebesar 1.60 mg/l. Ni- lai DO di Stasiun 1 dan 2 termasuk ber- ada dibawah standar baku mutu menurut KepMen LH No. 51 Tahun 2004, yakni >

3 mg/l. Apabila dilihat dari tingkat pen- cemaran berdasarkan DO maka stasiun 1 dan 2 termasuk kategori tercemar berat.

Sebagaimana menurut [9] bahwa kandung- an DO < 4,5 mg/l termasuk kategori ter- cemar berat. Rendahnya kadar oksigen da- pat berpengaruh terhadap fungsi biologis dan lambatnya pertumbuhan, bahkan da- pat mengakibatkan kematian. Fungsi oksi- gen selain untuk pernapasan organisme ju- ga untuk mengoksidasi bahan organik yang ada di dasar sedimen perairan.

d. Nitrat

Nitrat adalah bentuk nitrogen utama di perairan alami. Nitrat merupakan salah sa- tu nutrien senyawa yang penting dalam sin- tesa protein hewan dan tumbuhan. Kon- sentrasi nitrat yang tinggi di perairan da- pat menstimulasi pertumbuhan dan per- kembangan organisme perairan apabila di- dukung oleh ketersediaan nutrien [8]. Nilai

(19)

Kualitas Perairan Pelabuhan Perikanan Samudera Kendari 123

rata-rata nitrat di stasiun 1dan 2 berada dibawah standar baku yakni sekitar 0.0005 - 0.05 mg/l. Konsentrasi nitrat menurut baku mutu KepMen LH No. 51 Tahun 2004 adalah berkisar antara 0.9 – 3.2 mg/l. Se- mentara menurut [10], kadar nitrat-nitrogen pada perairan alami hampir tidak pernah lebih dari 0.1 mg/1, akan tetapi jika ka- dar nitrat lebih besar 0.2 mg/1 maka akan mengakibatkan eutrofikasi.

e. Fosfat

Konsentrasi fosfat hasil pengukuran di sta- siun 1 dan 2 menunjukkan telah berada di- atas standar baku mutu. Konsentrasi rata- rata fosfat stasiun 1 yakni sebesar 0.52 mg/l dan stasiun 2 sebesar 0.67 mg/l. Semen- tara berdasarkan KepMen LH No. 51 Ta- hun 2004 nilai baku mutu fosfat adalah 0.015 mg/l. Tingginya nilai fosfat yang di- temukan di stasiun 1 dan 2 diduga bersum- ber dari limpasan limbah industri perikan- an dan pemukiman penduduk yang meng- hasilkan limbah organik. Sebagaimana per- nyataan [11] bahwa fosfat dalam suatu per- airan bersumber dari diantaranya limbah industri, domestik dan pertanian, serta han- curan bahan organik.

SIMPULAN

Kondisi kualitas air Pelabuhan Perikanan Samudera (PPS) Kendari ditinjau dari pa- rameter fisika dan kimia berdasarkan Ke- pMenLH No. 51 Tahun 2004 sudah mele- bihi baku mutu air terutama untuk suhu, salinitas, oksigen terlarut dan fosfat.

Pustaka

1. Lubis, E. 2006. Pengantar Pelabuhan Perikan- an. Bogor: Bagian Pelabuhan Perikanan De- partemen Pemanfaatan Sumberdaya Perikan- an. FPIK Institut Pertanian Bogor.

2. Riyadi, S. 1984. Pencemaran Air, Dasar-Dasar dan Pokok Penanggulangannya. Karya Anda.

Surabaya.

3. Wardoyo, STH . 1975. Pengelolaan Kualitas Air. IPB - Bogor.

4. Barus. 2002. Pengantar Limnologi. Direktorat Jendral Perguruan Tinggi. Depdiknas. Jakar- ta.

5. Bent, G.C., J.R. Gray, K.P. Smith, & G.D.

Glysson, 2001. A Synopsis of Technical Issu- es for Monitoring Sediment in Highway and Urban Runoff, USGS, OFR 00-497.

6. Saeni. MS. 1999. Kimia Lingkungan. Departe- men Pendidikan dan Kebudayaan-Ditjen Pen- didikan Tinggi. Pusat Antar Universitas Ilmu Hayat. IPB - Bogor.

7. Chester, R. 1990. Marine Geochemistry.

Unwin Hyman Ltd. London.

8. Alaerts. G dan S Santika. 1987. Metode Pene- litian Air. Usaha Nasional. Surabaya.

9. Miller, GT dan DG Lygre. 1994. Chemistry A contemporary Approach 3 rd ed. Wadwortth Publishing Company. California.

10. Effendi, H. 2003. Telaah Kualitas Air Bagi Pe- ngelolaan Sumber Daya dan Lingkungan Per- airan. Kanisius. Yogyakarta.

11. Manik, KES. 2003. Pengelolaan Lingkung- an Hidup. Djambatan. Jakarta.Kepmen LH.

2004.

(20)

124 Ira

1

(21)

AQUASAINS

(Jurnal Ilmu Perikanan dan Sumberdaya Perairan)

TOKSISITAS METIL METSULFURON HUBUNGANNYA DENGAN MASKULINITAS COPEPODA Daphni a sp.

Muarif1 · Qadar Hasani2 · Henni Wijayanti2

Ringkasan Metil metsulfuron merupakan senyawa aktif yang umum digunakan oleh para petani untuk membasmi gulma di sa- wah. Penggunaan yang tidak sesuai pada senyawa aktif tersebut akan menyebabkan resiko pencemaran lingkungan yang berpe- ngaruh terhadap kondisi organisme non tar- get disekitarnya seperti gangguan reproduk- si pada Daphnia sp. Penelitian ini bertuju- an untuk mengetahui tingkat toksisitas me- til metsulfuron dengan menentukan nilai LC50- 48 jam terhadap Daphnia sp. serta meng- etahui rasio jenis kelamin jantan anakan Daphnia sp. Adapun metode yang digunak- an dalam penelitian ini adalah pemberian senyawa aktif metil metsulfuron dengan kon- sentrasi yang berbeda. Pada uji toksisitas akut menggunakan konsentrasi 0 ppm; 20,89 ppm; 43,64 ppm; 91,17 ppm; 190,48 ppm dan 397,96 ppm. Sedangkan pada uji pe- ngaruh metil metsulfuron terhadap rasio anak- an jantan Daphnia sp. yaitu 0 ppm; 20 ppm;

40 ppm dan 80 ppm. Hasil penelitian pada uji toksisitas menunjukkan nilai (LC50)-48 jam sebesar 140,2 ppm sedangkan persen- tase rasio anakan jantan Daphnia sp. ter- tinggi terdapat pada perlakuan 80 ppm ya- itu mencapai 71%. Hubungan antara kon- sentrasi metil metsulfuron dengan rasio anak-

1)Alumni Jurusan Budidaya Perairan Universitas Lampung

2)Jurusan Budidaya Perairan Universitas Lam- pung Alamat: Jl.Prof.Sumantri Brodjonegoro No.1 Gedong Meneng Bandar Lampung 35141 E-mail: [email protected]

an jantan Daphnia sp. menunjukkan bahwa semakin tinggi konsentrasi metil metsulfu- ron yang dipaparkan pada Daphnia sp., ma- ka semakin meningkat pula rasio anakan jantan Daphnia sp. yang dihasilkan.

Keywords Daphnia sp., reproduksi, metil metsulfuron, toksisitas, LC50

Received: 4 Nopember 2013 Accepted: 15 Januari 2014

PENDAHULUAN

Metil metsulfuron merupakan senyawa ak- tif yang terkandung dalam herbisida un- tuk membasmi gulma di sawah. Penggu- naan senyawa aktif metil metsulfuron oleh para petani tidak berbeda dengan bahan kimia pengendali hama, yaitu memiliki si- fat penting berupa daya racun atau toksi- sitas yang jika penggunaanya tidak sesuai akan menyebabkan masalah baru berupa pecemaran lingkungan [1].

[2] menyebutkan bahwa pencemaran ling- kungan khususnya di perairan yang dia- kibatkan oleh bahan kimia akan mempe- ngaruhi kondisi taksonomi biota akuatik disekitarnya. Salah satu contoh hal terse- but adalah penggunaan senyawa aktif me- til metsulfuron terhadap Daphnia sp. yang merupakan krustasea berukuran kecil dan hidup di perairan tawar [3].

(22)

126 Muarif1et al.

Menurut [4] bahwa pencemaran perairan dapat mempengaruhi sistem reproduksi pa- da Daphnia sp. seperti berkurangnya akti- vitas kawin, produksi telur yang menurun dan sebagainya. Hal tersebut didukung de- ngan hasil penelitian [5], [6] dan [7] yang menyebutkan bahwa Daphnia sp. dapat meng- alami gangguan reproduksi berupa mening- katnya rasio anakan jantan Daphnia sp. aki- bat terpapar beberapa bahan pencemar.

Melihat kondisi tersebut maka perlu dike- tahui kemampuan reproduksi Daphnia sp.

melalui pengamatan rasio anakan jantan Daphnia sp. yang terpapar senyawa aktif metil metsulfuron, sehingga hasil peneli- tian ini dapat menjadi salah satu acuan penggunaan Daphnia sp. sebagai bioassay terhadap toksisitas metil metsulfuron di per- airan.

[8] mengatakan bahwa Daphnia sp. dapat digunakan sebagai uji toksisitas terhadap bahan pencemar karena organisme ini sa- ngat sensitif terhadap perubahan lingkung- an termasuk adanya pencemaran yang dia- kibatkan bahan kimia seperti herbisida de- ngan senyawa aktif metil metsulfuron. [9]

menambahkan bahwa Daphnia sp. berpo- tensi sebagai bioindikator pencemaran yang diakibatkan adanya bahan toksik di suatu perairan termasuk bahan aktif metil me- tsulfuron dengan melihat rasio seks anakan jantan Daphnia sp. yang dihasilkan. Tuju- an dari penelitian ini adalah untuk meng- etahui kisaran ambang batas konsentrasi toksikan senyawa aktif metil metsulfuron dan rasio jenis kelamin jantan anakan Da- phnia sp. serta mengetahui hubungan an- tara konsentrasi senyawa aktif metil me- tsulfuron terhadap rasio jenis kelamin jant- an anakan Daphnia sp. yang dihasilkan.

MATERI DAN METODE

Bahan yang digunakan dalam penelitian ini yaitu Daphnia sp., herbisida dengan kan- dungan senyawa aktif metil metsulfuron 20%

dan air tawar yang sebelumnya telah diae- rasi selama 3 hari sebagai pelarut dan me- dia hidup Daphnia sp. Sedangkan peralat- an yang digunakan terdiri dari akuarium

ukuran 10 x 10 x 15 cm, mikroskop, pH meter dan DO meter.

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah eksperimental laboratoris dengan menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) dan uji lanjut beda nyata terkecil (BNT) dengan mengacu pada [10]. Sedangkan un- tuk mengetahui hubungan antara konsen- trasi senyawa aktif metil metsulfuron ter- hadap rasio jenis kelamin jantan anakan Daphnia sp. maka dilakukan uji regresi de- ngan mengacu pada [11].

Penelitian ini dilakukan melalui 2 tahap yaitu uji toksisitas (letal) dan uji pengaruh subletal. Uji toksisitas letal terdiri dari uji penentuan selang konsentrasi dan uji de- finitif (toksisitas akut). Uji penentuan se- lang konsentrasi bertujuan untuk menda- patkan konsentrasi ambang atas ( LC100-24 jam) dan konsentrasi ambang bawah (LC0- 48 jam) pada hewan uji yaitu Daphnia sp.

Sedangkan pada uji definitif (toksisitas akut) bertujuan untuk menentukan nilai LC50–48 jam dengan menggunakan deret konsentra- si yang besarnya berada diantara ambang atas dan ambang bawah. Perhitungan di- lakukan dengan mengacu pada [12] sebagai berikut:

logN

n = k loga n; a

b = b a= c

b = d c = e

d (1) dimana;

N : konsentrasi ambang atas n : konsentrasi ambang bawah

a : konsentrasi terkecil dalam deret konsen- trasi

k : jumlah konsentrasi yang diujikan (a,b,c,d,e) Hasil uji definitif (toksisitas akut) meru- pakan angka acuan untuk menghitung nilai lethal consentration dengan analisa probit.

Hubungan nilai logaritma konsentrasi uji dengan persentasi mortalitas (dalam pro- bit), merupakan fungsi linier : Y = a + bX. Nilai LC50-48 jam diperoleh anti log m. Nilai m merupakan nilai X pada saat kematian sebesar 50% sehingga fungsi lini- ernya adalah 5 = a + bX. Untuk menen- tukan nilai a maupun b digunakan persa-

(23)

Toksisitas Metil Metsulfuron dan Maskulinitas Copepoda Daphnia Sp 127

maan dengan mengacu pada [12] sebagai berikut:

b = P XY −1/n(X) (Y )

P X21/n(P X)2 (2)

a =1/n

XY − bX X

(3)

m = 5 − a

b (4)

LC50− 48 jam = anti log m (5) dengan y, x, a, b, dan m berturut-turut adalah probit kematian hewan uji, loga- ritma konsentrasi uji, konsentrasi regresi, slope/kemiringan regresi, dan logaritma kon- sentrasi (x) pada probit mortalitas (y) 50%

(y = 5).

Setelah didapatkan nilai LC50 melalui uji letal, kemudian dilanjutkan dengan uji pe- ngaruh sub letal dengan melihat rasio anak- an jantan Daphnia sp. Uji ini dilakukan dengan memaparkan senyawa aktif metil metsulfuron dengan konsentrasi yang ber- beda yaitu sebagai berikut : perlakuan A (0 ppm), perlakuan B (20 ppm), perlaku- an C (40 ppm) dan perlakuan D (80 ppm).

Identifikasi jenis kelamin anakan Daphnia sp. mengacu pada [9] yang menyebutkan bahwa Daphnia sp. jantan memiliki ben- tuk tubuh yang ramping dan memiliki an- tena yang panjang dengan dua lekukan. Se- dangkan Daphnia sp. betina cenderung le- bih gemuk dan memiliki antena yang lebih pendek dengan satu lekukan.

Pengamatan jumlah anakan jantan Daph- nia sp. diamati pada hari ke-5 disetiap per- lakuan. Kemudian dilakukan perhitungan persentase anakan jantan Daphnia sp. de- ngan mengacu pada [13] sebagai berikut :

P ersentase J antan =J umlah Individu J antan J umlah T otal

X 100%(6)

HASIL DAN PEMBAHASAN

Berdasarkan hasil uji toksisitas akut yang terdiri dari persentase kematian Daphnia

Tabel 1 Persentase kematian Daphnia sp. selama uji toksisitas metil metsulfuron

Konsentrasi Persentase (%)

Metil Mortalitas Daphnia sp.

Metsulfuron

pada Jam Ke-

0 24 48

Kontrol (0 ppm) 0 0 0

A (20,89 ppm) 0 0 0

B (43,64 ppm) 0 0 0

C (91,17 ppm) 0 12.6 19.4

D (190,48 ppm) 0 14 40.6

E (397,96 ppm) 0 100 100

sp. pada berbagai konsentrasi senyawa ak- tif metil metsulfuron yang ditampilkan pa- da Tabel 1 menunjukkan semakin tinggi konsentrasi senyawa aktif metil metsulfu- ron yang dimasukkan kedalam media uji, maka semakin tinggi pula tingkat kemati- an yang terjadi pada Daphnia sp.

Uji toksisitas yang terdiri dari persentase kematian Daphnia sp. pada berbagai kon- sentrasi senyawa aktif metil metsulfuron me- nunjukkan nilai LC50-48 jam sebesar 140,2 ppm. Mengacu pada kriteria tingkatan ra- cun menurut [14], maka tingkat toksisitas senyawa aktif metil metsulfuron dikatego- rikan ke dalam kriteria toksik rendah. Tok- sisitas ini kemungkinan disebabkan oleh si- fat senyawa aktif metil metsulfuron terse- but yang memiliki sifat racun dan mam- pu mempengaruhi seluruh kelompok tak- sonomi yang ada di perairan termasuk Da- phnia sp. dan organisme lain. [15] menye- butkan bahwa sifat racun yang disebabkan oleh bahan pencemar seperti senyawa aktif metil metsulfuron dapat bersifat akut dan kronis. Senyawa aktif tersebut akan meng- alami proses biotransformasi dan bioaku- mulasi dalam organisme hidup. Jumlah se- nyawa aktif metil metsulfuron yang tera- kumulasi akan terus mengalami peningkat- an (biomagnifikasi) dan dalam rantai ma- kanan biota yang tertinggi akan mengala- mi akumulasi metil metsulfuron yang lebih banyak.

Sedangkan hasil penelitian terkait persen- tase rasio anakan jantan Daphnia sp. yang dihasilkan akibat terpapar senyawa aktif metil metsulfuron dengan konsentrasi yang

(24)

128 Muarif1et al.

Gambar 1 Rata-rata persentase rasio anakan jantan Daphnia sp. yang terpapar senyawa aktif metil metsulfuron

Gambar 2 Hubungan perlakuan konsentrasi se- nyawa aktif metil metsulfuron yang berbeda ter- hadap rasio anakan jantan Daphnia sp.

berbeda (Gambar 1). Perhitungan meng- gunakan analisis ragam dengan uji F me- nunjukkan bahwa perlakuan pemaparan se- nyawa aktif metil metsulfuron dengan kon- sentrasi yang berbeda yang dilakukan se- lama 5 hari menunjukkan pengaruh yang nyata terhadap rasio anakan jantan Da- phnia sp. yang dihasilkan pada selang ke- percayaan 95% (P<0.05). Hal tersebut di- dukung dengan hasil uji lanjut BNT de- ngan selang kepercayaan 95% yang mem- perlihatkan perbedaan yang nyata disetiap perlakuannya (P<0.05).

Hubungan perlakuan senyawa aktif metil metsulfuron dengan konsentrasi yang ber- beda terhadap rasio anakan jantan Daph- nia sp. (Gambar 2) yang memperlihatk- an bahwa semakin tinggi konsentrasi metil metsulfuron (dibawah nilai LC50) yang di- paparkan pada Daphnia sp. maka akan se- makin tinggi pula rasio anakan jantan Da- phnia sp. yang dihasilkan.

Berdasarkan persamaan regresi linier (Gam- bar 2) maka diketahui bahwa Y = 7,311x – 8,1061 yang berarti bahwa setiap kenaikan 1 ppm konsentrasi metil metsulfuron ak-

an menaikkan rasio anakan jantan Daphnia sp. sebanyak 7,311%. Sedangkan nilai R2 didapatkan sebesar 0,8964 hal ini menje- laskan bahwa pengaruh konsentrasi senya- wa aktif metil metsulfuron sebesar 89.64

% terhadap rasio anakan jantan Daphnia sp. yang dihasilkan. Hasil tersebut menun- jukkan bahwa semakin besar konsentrasi metil metsulfuron dalam kisaran konsen- trasi dibawah LC50yang diberikan pada me- dia pemeliharaan, maka semakin besar pu- la anakan jantan Daphni a sp. yang diha- silkan.

Senyawa aktif metil metsulfuron dapat mem- pengaruhi arah jenis kelamin anakan Da- phnia sp. karena adanya tekanan kimia ling- kungan yang memberikan respon terhadap sintesis ecdysteroid yang berfungsi sebagai testosterone antagonizes [16]. Bahan pen- cemar seperti metil metsulfuron merupak- an bahan toksik yang dapat berpengaruh terhadap menurunnya ecdysteroid pada Da- phnia sp., penurunan tersebut akan ber- dampak terhadap perubahan jenis kelamin pada Daphnia sp. berupa terbentuknya anak- an jantan karena terjadinya penghambat- an ecdysteroid sehingga menyebabkan ak- tifnya pembentukan Methyl Farnesoate [17].

Methyl Farnesoate memiliki peran dalam menentukan jenis kelamin anakan Daph- nia sp. yaitu pada saat induk Daphnia sp.

siap bereproduksi. Semakin tinggi konsen- trasi metil metsulfuron yang memapar Da- phnia sp., maka semakin banyak Daphnia sp. yang memproduksi Methyl Farnesoate, sehingga hal tersebut menyebabkan tinggi- nya potensi anakan jantan yang dihasilkan [18].

Hasil pengamatan parameter kualitas air yang didapatkan (Tabel 2), terlihat bahwa kisaran nilai yang didapatkan masih da- lam kondisi optimal untuk kelangsungan hidup Daphnia sp., yaitu suhu berkisar 22- 31oC [19], pH 6,5-8,5 [20] dan oksigen terla- rut dengan kisaran diatas 3 mg/l [21]. Hal tersebut dapat diindikasikan bahwa kon- disi stres yang dialami oleh Daphnia sp.

selama penelitian berlangsung cenderung bukan diakibatkan oleh kondisi kualitas air yang buruk namun diakibatkan oleh pe- ngaruh pemaparan senyawa aktif metil me-

(25)

Toksisitas Metil Metsulfuron dan Maskulinitas Copepoda Daphnia Sp 129

Tabel 2 Parameter Kualitas Air

Parameter Kisaran Nilai

Suhu (o C) 28-29

pH 7-8

Oksigen terlarut (mg/l) 4.88 – 7.39

tsulfuron, hal ini terlihat dari perlakuan (kontrol) yang menghasilkan 0% anakan jant- an.

SIMPULAN

Berdasarkan hasil penelitian yang telah di- lakukan, dapat disimpulkan bahwa tingkat toksisitas metil metsulfuron memiliki nilai Lethal Concentration (LC50)-48 jam sebe- sar 140,2 ppm dengan hasil analisis ragam (uji F) dan regresional menunjukkan bah- wa semakin tinggi konsentrasi metil me- tsulfuron yang dipaparkan pada Daphnia sp., maka semakin meningkat pula rasio anakan jantan Daphnia sp. yang dihasilk- an.

Pustaka

1. Taufik, Imam dan Yosmaniar. 2010. Pence- maran Pestisida Pada Lahan Perikanan Di Daerah Karawang - Jawa Barat. Prosiding Se- minar Nasional Limnologi V. Balai Riset Per- ikanan Budidaya Air Tawar. Bogor

2. Garno, Y.S. 2000. Daya Tahan Beberapa Or- ganisme Air pada Pencemar Limbah Deterjen.

Jurnal Teknologi Lingkungan 1: 212-218 3. Pangkey, H., 2009. Daphnia dan Penggunaa-

nya. Jurnal Perikanan dan Kelautan 5: 33-36 4. Jalius. 2006. Limbah Kimia dan Pengaruhnya terhadap Reproduksi Hewan. Institut Perta- nian Bogor.

5. Mubarak, A. S.., Purnamasari , D. Nawang., Sulmartiwi L., dan Sudarno.2010. Kemampu- an Reproduksi Daphnia Magna Jantan Hasil Induksi Logam Berat (Cd, Pb) dan Pestisida Diazinon. Jurnal Ilmiah Perikanan dan Kela- utan 2: 145-150

6. Hermawati, A., Kusdarwati R., Setyawati S.

dan Mubarak A. S.. 2009. Pengaruh Pemapar- an Beberapa Konsentrasi Kadmium (CdCl2) Terhadap Perubahan Warna dan Rasio Sex Anakan Jantan Daphnia sp. Jurnal Ilmiah Perikanan dan Kelautan 1: 43-50

7. Panna, A., Damayanti, Yeni., dan Mubarak.

A. S. 2009. Pengaruh Pemaparan Beberapa Konsentrasi Timbal (Pb) Terhadap Perubah- an Warna dan Rasio Sex Anakan Jantan Da- phnia sp. Jurnal Ilmiah Perikanan dan Kela- utan 1:1-15

8. Olmsteated, W. A. 2003. Environtmental To- xicant Effect on Sexual Reproduction in Da- phnia Magna. Dissertasions submitted to the Graduate Faculty of North Caroline State University. USA

9. Mubarak, A. S. dan T. Juni. 2009. Peringatan Dini Pencemaran Logam Berat dan Pestisida berdasarkan Rasio seks anakan Daphnia sp.

Jurnal Ilmiah Perikanan 11: 201-205.

10. Hanafiah, K.A. 2008. Rancangan Percobaan.

Teori dan Aplikasi. Jakarta: PT. Raja Grafin- do Persada

11. Walpole, R.E. 1991. Pengantar Statistika. Edi- si Ke-3. Gramedia Pustaka Utama. Jakarta.

12. Finney. 1971. Probit Analysis. The University Press. Cambridge.

13. Zairin, Jr. M. 2002. Sex Reversal, Mempro- duksi Benih Ikan Jantan atau Betina. Penebar Swadaya. Jakarta

14. Swan, J. M., J.M. Neff, and P.C. Young. 1994.

Environmental implications of offshore oil and gas development in Australia - the findings of an independent scientific review, Australian Petroleum Exploration Association. Sydney 15. Palar H. 2004. Pencemaran dan Toksikologi

Logam Berat. Rineka Cipta. Jakarta 16. LeBlanc, G. A., W. A. Olmsteated, X. Mu, Y.

W. Helen, R. Bethany and Hong L. 2006. Me- chanictic Approaches to Screening Chemicals for Endocrine Toxicity Using an Invertebrate.

Departement of Environtmental and Molecu- ler Toxicology. North Carolina State Universi- ty, Raleigh NC.

17. Ochlan. J. and V. S. Ochlman. 2003. Endo- crine Disruption in Invertebrata. Pure Apple- chem. Vol 75. pp 11-12

18. Olmsteated and LeBlanc. 2002. Effect of En- docrine Active Chemical on The Development of Sex Characteristic of Daphnia Magna. De- partement of Toxicology North Caroline. USA 19. Radini, D.N., Gede S., Taufikurrohman. 2004.

Optimasi Suhu, pH serta Jenis Pakan pada Kultur Daphnia sp. Jurnal Ilmiah Biologi : Ekologi dan Biodiversitas Tropika. 2: 23-28 20. Pescod, M. 1973. Investigation of rational

Effluent and Steam Standars for Tropical Co- untries. Research and Development Group for East san Fransisco

21. Ebert, D. 2005. Ecology, Epidemiology and evolution of parasitism in Daphnia. University of Basel. Switzerland

(26)

130 Muarif

1

et al

Referensi

Dokumen terkait

lending his books to the writer so that she could complete the information needed in the thesis, and all the lecturers of the English Department of Widya Mandala

sangatlah penting bahwa mereka melihat kualitas konsisten yang layak diikuti. Jika anda adalah contoh yang baik hanya sesekali, itu menunjukkan hubungan anda dengan

Vähi- ten päihde-ehtoisia asiointeja oli tehty Ahvenan- maalla (0,2 %). Maakunnan väkilukuun suhteutettuna näyt- täisi siltä, että eniten päihde-ehtoisia asiointeja oli

Dalam hal ini, pembinaan yang dilakukan oleh pihak/lembaga WH di Tapaktuan juga sesuai dengan tugasnya yaitu: (a) Mengidentifikasi perbuatan yang termasuk kegiatan

Menurut Narimawati (2008), data primer ialah data yang berasal dari sumber asli atau perta- ma. Data ini tidak tersedia dalam bentuk ter- kompilasi ataupun dalam bentuk file-file.

Sementara, unsur yang melakukan kekejaman, kekerasan atau ancaman kekerasan, atau penganiayaan terhadap anak dianggap terbukti dengan uraian-uraian fajta dalam

Yogyakarta ……… L 20 Lampiran 21 Packet Sent (packets) Kontributor Bandung ke Enterprise Network L 21 Lampiran 22 Packet Sent (packets) Kontributor Semarang ke Enterprise Network

pertanyaan dan catatan tertulis dibuat (p. Pelaksanaan pembelajaran dengan teknik quick on the draw diterapkan pada saat siswa mengerjakan latihan. Langkah-