• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGGUNAAN PERMAINAN SIMON SAYS DALAM PEMBELAJARAN BAHASA INGGRIS UNTUK ANAK TUNANETRA : Studi Deskriptif di Kelas VII SLB Negeri Cileunyi Kabupaten Bandung.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PENGGUNAAN PERMAINAN SIMON SAYS DALAM PEMBELAJARAN BAHASA INGGRIS UNTUK ANAK TUNANETRA : Studi Deskriptif di Kelas VII SLB Negeri Cileunyi Kabupaten Bandung."

Copied!
24
0
0

Teks penuh

(1)

ABSTRAK

“Penggunaan Permainan Simon Says Dalam Pembelajaran Bahasa Inggris untuk Anak Tunanetra kelas VII SMPLB di SLB Negeri Cileunyi”

Nama : Winiarti Nim : 1004960

Peneltian ini bertujuan untuk mengetahui perencanaan program permainan, pelaksanaan permainan, hasil belajar siswa , hambatan yang dihadapi dan upaya mengatasi hambatan yang dihadapi dalam pelaksanaan Simon Says dalam pembelajaran Bahasa Inggris. Berdasarkan temuan di lapangan yang jarang diperbaharui yaitu metode dalam pembelajaran bahasa asing, khususnya bahasa Inggris. Bahasa Inggris dalam kegiatan pembelajaran yang tidak hanya berdasarkan pemahaman teoritis akan tetapi penerapan fungsional sehingga mereka merasa sulit untuk belajar Bahsa Inggris. Metode yang digunakan pada penelitian ini adalah Kualitatif Deskriftif. Subjek penelitian adalah guru dan dua siswa tunanetra kelas VII SMPLB di SLB Negeri Cileunyi Kec. Cileunyi Kab. Bandung. Berdasarkan hasil penelitian bahwa pengunaan permainan Simon Says memiliki dampak yang positif dalam meningkatkan kemampun prestasi belajar pada mata pelajaran Bahasa Inggris pada dua subjek penelitian , (Al) dan (RA) dimana hasil belajar melebihi KKM. Menurut peneliti bahwa permainan Simon Says dapat menjadi salah satu metode alternatif, yaitu metode permainan yang dapat digunakan dalam belajar Bahasa Inggris pada anak tunanetra, dengan subjek dan desain serta rancangan materi penelitian yang berbeda.

(2)

ABSTRACT

The background of this research is that the method of learning in every school has the characteristic of each. One key factor is the method of teaching and learning. Based on the research findings are rarely updated the method in learning foreign languages, especially English. English in learning activities that are not only based on theoretical understanding but functional application. This research is focused on the "Use of Simon Says Game In English Lessons for Children with Visual Impairment in the seventh grade Cileunyi SLB Negeri Bandung District". This method is considered to be very suitable for blind children. The method used in this research is qualitative descriptive. The subjects were teachers and two blind students of class VII in SLB State Cileunyi Cileunyi District of Bandung regency. Based on the research that the use of the game Simon Says has a positive impact in improving kemampun learning achievement in the subjects of English on the subject of research (Al), and (RA) where the study results exceeded the KKM. Submissive researchers that the game Simon Says can be one alternative method, a method that can be used in teaching English to children with visual impairments, with the subject and design and design research of different materials.

(3)

BAB I

PENDAHULUAN

A.Latar Belakang Penelitian

Kemajuan pembangunan yang dicapai bangsa Indonesia khususnya

pembangunan di bidang pendidikan akan mendorong tercapainya tujuan

pembangunan nasional, maka sangat penting adanya perhatian pemerintah

terhadap pendidikan terutama wajib belajar sembilan tahun yang telah lama

dicanangkan.

Pendidikan diperuntukkan bagi setiap warga negara tanpa kecuali, tidak

memandang kaya miskin, atau normal maupun anak berkelainan. Pada

peraturan pemerintah No. 72 tahun 1991 pemerintah telah mengatur khusus

tentang Pendidikan Luar Biasa. Dalam Pendidikan Luar Biasa pelayanan dan

penanganannya disesuaikan dengan kelainan yang disandang peserta didik

sehingga pelayanan dapat sesuai dengan kebutuhan anak. Tujuan Pendidikan

Luar Biasa sebagaimana yang tertuang dalam peraturan pemerintah meyatakan

bahwa tujuan Pendidikan Luar Biasa adalah:

Bertujuan untuk membantu peserta didik yang memiliki hambatan fisik atau mental agar mampu mengembangkan sikap, pengetahuan sikap dan keterampilan sebagai pribadi maupun anggota masyarakat dalam mengadakan hubungan timbal balik dengan lingkungan sosial, budaya dan alam sekitar serta dapat mengembangkan kemampuan dasar dalam dunia kerja atau mengikuti pendidikan lanjutan (Peraturan Pemerintah RI, 1997, hlm. 205-206). http://hukum.unsrat.ac.id/pp/pp1991_72.htm. Diunduh tanggal, 7 Agustus 2014.

Dalam rangka memberikan hak atas pendidikan bagi anak berkebutuhan

khusus tertuang dalam Undang-undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun

2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional Bagian ke sebelas Pendidikan

Khusus dan Pendidikan Layanan Khusus Pasal 32 ayat 1 yang menyatakan:

Pendidikan khusus merupakan pendidikan bagi peserta didik yang memiliki tingkat kesulitan dalam mengikuti proses pembelajaran karena kelainan fisik, emosional, mental, sosial, dan/atau memiliki potensi kecerdasan dan bakat istimewa.

(4)

2

Pembelajaran merupakan proses komunikasi dua arah, mengajar

dilakukan oleh pihak guru sebagai pendidik, sedangkan belajar dilakukan

oleh peserta didik atau murid. Sagala (2011, hlm. 61) mengemukakan bahwa “pembelajaran mengandung arti setiap kegiatan yang dirancang untuk membantu seseorang mempelajari suatu kemampuan dan atau nilai yang baru”. Proses pembelajaran pada awalnya meminta guru untuk mengetahui kemampuan dasar yang dimiliki oleh siswa meliputi kemampuan dasarnya,

motivasinya, latar belakang akademisnya, latar belakang sosial ekonominya

dan lain sebagainya. Kesiapan guru untuk mengenal karakteristik siswa dalam

pembelajaran merupakan modal utama penyampaian bahan belajar dan

menjadi indikator suksesnya pelaksanaan pembelajaran.

https://id.scribd.com/doc/58460049/Belajar-Yg-d-Print. Diunduh tanggal 7

Agustus 2014.

Sastraningrat dan Sumarsono (1984, hlm. 6) mengatakan bahwa “salah satu

bentuk kelainan sensori yakni kelainan pada penglihatan atau biasa disebut

tunanetra”. Kata tunanetra berasal dari kata tuna dan netra yang memiliki arti

tuna adalah rusak dan netra adalah mata. Jadi tunanetra berarti rusak mata atau

rusak penglihatan.

“Penglihatan merupakan salah satu saluran informasi yang sangat penting

bagi manusia selain pendengaran, pengecap, pembau, dan perabaan.” (Sunanto,

tanpa tahun,hlm.7). Kehilangan indera penglihatan berarti kehilangan saluran

informasi visual. Sebagai akibatnya penyandang kelainan penglihatan akan

kekurangan atau kehilangan informasi yang bersifat visual.

Menurut Sunanto (tanpa tahun, hlm. 11) dalam mengajar anak dengan

kelainan penglihatan ada beberapa hal yang perlu mendapat perhatian secara

khusus yaitu (1) lingkungan fisik, (2) prosedur pengajaran, dan (3) isi dan

bahan pengajaran. Pada intinya untuk lingkungan fisik yang dimaksud dapat

berupa kondisi pencahayaan, jalan dan gedung yang mudah diakses oleh para

tunanetra, serta perlengkapan lain yang mendukung keberhasilan belajar para

(5)

Kegiatan pengajaran di sekolah adalah “bagian dari pendidikan pada

umumnya yang secara otomatis berusaha untuk membawa masyarakat (peserta

didik) menuju ke suatu keadaan yang lebih baik.” (Hasbullah, 2001,hlm. 5).

Salah satu faktor penentu kegiatan belajar mengajar adalah metode. Metode

pengajaran adalah suatu cara untuk menyajikan cara pembelajaran sehingga

pencapaian hasil pembelajaran peserta didik menjadi optimal.

Metode pembelajaran di setiap sekolah memiliki ciri khas masing-masing.

Metode pembelajaran sangat berbeda-beda tergantung dalam pembelajaran apa

yang dilaksanakan oleh peserta didik. Berdasarkan temuan di lapangan yang

jarang diperbaharui yaitu metode dalam pembelajaran bahasa asing, khususnya

bahasa Inggris. Bahasa Inggris dalam kegiatan pembelajaran yang tidak hanya

berdasarkan pemahaman teoritis akan tetapi penerapan fungsional.

Berdasarkan temuan peneliti melihat metode pembelajaran mata pelajaran

Bahasa Inggris yang berada di sekolah, maka peneliti ingin mengetahui lebih lanjut tentang permainan “Simon Says” dalam pembelajaran Bahasa Inggris bagi peserta didik tunanetra, sehingga dalam penelitian ini penulis mengambil

judul Penggunaan Permainan “Simon Says” dalam Pembelajaran Bahasa

Inggris untuk Anak Tunanetra kelas VII di SLB Negeri Cileunyi.

B. Fokus Masalah dan Pertanyaan Penelitian

Adapun yang menjadi fokus dalam penelitian ini adalah “Bagaimana

penggunaan permainan Simon Says”dalam pembelajaran Bahasa Inggris Untuk

anak Tunanetra kelas VII di SLB Negeri Cileunyi Kabupaten Bandung?”

Selanjutnya untuk mendapat data yang diperlukan, maka dibuat beberapa

pertanyaan penelitian, yaitu sebagai berikut:

1. Bagaimana perencanaan program permainan “Simon Says” dalam Bahasa

Inggris di kelas VII di SLB Negeri Cileunyi Kabupaten Bandung?

2. Bagaimana pelaksanaan permainan “Simon Says” dalam pembelajaran

Bahasa Inggris kelas VII di SLB Negeri Cileunyi Kabupaten Bandung?

3. Bagaimana hasil belajar siswa dalam pembelajaran Bahasa Inggris kelas VII

(6)

4

4. Bagaimana hambatan yang dihadapi dalam pelaksanaan “Simon Says”

dalam pembelajaran Bahasa Inggris kelas VII di SLB Negeri Cileunyi

Kabupaten Bandung?

5. Bagaimana upaya mengatasi hambatan yang dihadapi dalam pelaksanaan “Simon Says” dalam pembelajaran Bahasa Inggris kelas VII di SLB Negeri Cileunyi Kabupaten Bandung?

C. Tujuan dan Kegunaan Penelitian

1.Tujuan dan kegunaan penelitian

Tujuan dari penelitian tentang permainan “Simon Says” dalam

pembelajaran Bahasa Inggris bagi kelas VII SMPLB di SLB Negeri

Cileunyi adalah untuk memperoleh gambaran mengenai penggunaan permainan “Simon Says” dalam pembelajaran Bahasa Inggris di kelas VII SMPLBdi SLB Negeri Cileunyi. Secara khusus penelitian ini bertujuan

untuk:

a. Mengetahui bagaimana perencanaan program pelaksanaan penggunaan permainan “Simon Says” dalam pembelajaran Bahasa Inggris kelas VII di SLB Negeri Cileunyi Kabupaten Bandung.

b. Mengetahui bagaimana pelaksanaan permainan “Simon Says” dalam

pembelajaran Bahasa Inggris kelas VII di SLB Negeri Cileunyi

Kabupaten Bandung.

c. Mengetahui hasil belajar siswa dalam pembelajaran Bahasa Inggris kelas

VI di SLB Negeri Cileunyi Kabupaten Bandung.

d. Mengetahui bagaimana hambatan pelaksanaan permainan “Simon Says”

dalam pembelajaran Bahasa Inggris di kelas VII SMPLB di SLB Negeri

Cileunyi Kabupaten Bandung.

e. Mengetahui bagaimana upaya mengatasi hambatan pelaksanaan permainan “Simon Says” dalam pembelajaran Bahasa Inggris kelas VII di SLB Negeri Cileunyi Kabupaten Bandung.

(7)

a. Manfaat teoritik, hasil penelitian ini diharapkan dapat memperkaya

teori-teori pendidikan dan dapat menjadi salah satu referensi untuk

mengembangkan pembelajaran Bahasa Inggris bagi tunanetra.

b. Manfaat praktis dari penelitian ini berguna bagi beberapa pihak yang

terkait di antaranya:

1) Bagi siswa

Hasil penelitian ini diharapkan agar peserta didik mampu

memahami pembelajaran Bahasa Inggris secara mudah dan

menyenangkan.

2) Bagi sekolah

Bagi sekolah, khususnya bagi SLB Negeri Cileunyi hasil

penelitian ini dapat menjadi salah satu masukan bagi sekolah dalam

hal optimalisasi pembelajaran Bahasa Inggris di sekolah.

3) Bagi penulis

Penelitian ini akan memberi manfaat yang sangat berharga

berupa pengalaman praktis dalam penelitian ilmiah. Sekaligus dapat

dijadikan referensi ketika mengamalkan ilmu terutama di lembaga

(8)

BAB III

METODE PENELITIAN

Penelitian ini bertujuan mengetahui gambaran bagaimana penggunaan

permainan Simon Says dalam pembelajaran Bahasa Inggris untuk anak tunanetra

Kelas VII di SLB Negeri Cileunyi Kabupaten Bandung. Metode penelitian yang

digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif yaitu dengan melihat

fakta atau fenomena di lapangan untuk kemudian dianalisis dan disajikan dalam

bentuk laporan yang sistematis mengenai fakta dan data yang terjadi di lapangan.

A.Pendekatan Penelitian

Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kualitatif.

Penelitian kualitatif menurut Satori & Komariah (2010, hlm. 22) adalah penelitian

yang menekankan pada quality atau hal yang terpenting dari sifat suatu

barang/jasa. Hal terpenting dari suatu barang/jasa berupa kejadian/fenomena/gejala

sosial adalah makna dibalik kejadian tersebut yang dapat dijadikan pelajaran

berharga bagi suatu pengembangan konsep teori.

Menurut Cresswel (dalam Patilima, 2011, hlm.3) pendekatan kualitatif sebagai

sebuah proses penyelidikan untuk memahami masalah sosial atau masalah

manusia berdasarkan pada penciptaan gambar holistik yang dibentuk dengan

kata-kata, melaporkan pandangan informan secara terperinci, dan disusun dalam sebuah

latar ilmiah.

Menurut Denzim dan Lincol (dalam Patilima, 2011, hlm.3) penelitian kualitatif

merupakan fokus perhatian dengan beragam metode, yang mencakup pendekatan

interpretatif dan naturalistik terhadap subjek kajiannya.

Dalam penelitian ini data dan fakta yang dikumpulkan dalam situasi yang

natural akan ditafsirkan dan disajikan dalam suatu laporan yang sistematis

(9)

simon says dalam pembelajaran bahasa inggris di SMPLB kelas VII SLBN

Cileunyi.

B.Lokasi dan Tempat Penelitian

1. Lokasi Penelitian

Lokasi penelitian adalah SMPLB kelas VII SLBN Cileunyi, Jl Pandan

Wangi Kompl Cibiru Indah III, Cileunyi, Jawa Barat.

a. Keadaan Fasilitas Sivitas Akademika Sekolah

Nama Sekolah : SLB Negeri Cileunyi Kabupaten Bandung

Satuan Pendidikan : SDLB-SMPLB

Status Sekolah : Negeri

NSS : 101026006032

NPSN : 20-25-96-13

Alamat Sekolah : Jl. Pandanwangi Cibiru Indah III Desa/Kel

Cibiru Wetan, Kec. Cileunyi Kabupaten Bandung KP. 40393 Telp.

022-7830355 , E-mail: slb_015jabar@yahoo.com

Tahun Berdiri : 1997

Izin Operasional : 107/O/197

Status Akreditasi : A

Waktu Penyelenggaraan : Pagi

Nama Kepala Sekolah : Dra. Hj. Kartika

b. Visi dan Misi.

Visi : Beriman, berilmu, terampil, mandiri dan berbudi pekerti luhur

Misi:

1. Mengembangkan lembaga Pendidikan Luar Biasa yang religius dan

berkualitas.

2. Menggali dan mengembangkan potensi anak luar biasa secara optimal

melalui layanan pendidikan individual.

3. Mengembangkan kreativitas anak luar biasa sesuai dengan potensinya.

(10)

20

5. Menanamkan budi pekerti yang luhur dalam bertindak berlandaskan

agama dan budaya.

c. Program Unggulan:

1. Keterampilan produktif.

2. Pendidikan berbasis lingkungan hidup

2. Keadaan Peserta Didik

Keadaan peserta didik pada SLBN Cileunyi Kabupaten Bandung dapat

[image:10.612.120.526.319.577.2]

digambarkan sebagai berikut:

Tabel 3.1

No Sat

Pen

d.

Jenis Kelainan

Jumlah

A B C C1 D D1 G Autis

L P L P L P L P L P L P L P L P L P L+P

8 Kls

7 2 1 3 3 2 1 6

1

1 5 18

Jml

semua

2 1 3 3 2 1 6 1

(11)

3. Keadaan Pendidik dan Tenaga Kependidikan

Keadaan Pendidikan dan tenaga Kependidikan pada SLBN Cileunyi dapat

[image:11.612.123.527.214.548.2]

digambarkan sebagai berikut:

Tabel 3.2

No Pendidik/Tenag a Kependidikan

Jumla

h

Status Pendidikan Terakhir

1 2 3 4 5 1 2 3 4 5 6 7 8

1 Kepala Sekolah 1 1 1

2 Guru 23 23 18 6

3 Pustakawan -

4 Tenaga

Administrasi/TU 4 4

5 Penjaga Sekolah 3 3

6 Tenaga Lainnya -

Jumlah 31 24 18 7 4 3

Ket. Status Kepegawaian:

1. Negeri,

2. Guru Bantu,

3. THL,

4. Swasta,

5. Honor/ Sukwan.

(12)

22

1 = S3

2 = S2

3 = S1/D4

4 = SGPLB/D3/ SARMUD/POLITEKNIK

5 = SMA/SMK/MA/MAK

6 = SMP/ MTs

7 = SD/MI 8 = Lain-lain.

C. Subjek Penelitian

Dalam penelitian kualitatif subjek penelitian atau sumber data memiliki

posisi yang sama dengan peneliti. Data dapat dikumpulkan dari peristiwa,

aktivitas atau perilaku sumber data yang memiliki kaitan dengan fokus

penelitian. Dalam hal ini yang menjadi subjek penelitian adalah guru bahasa

inggris dan siswa kelas VII di SLB Negeri Cileunyi.

Pertama, Guru Bahasa Inggris kelas VII di SLB Negeri Cileunyi akan

memberikan informasi mengenai penggunaan metode simon says dalam

pembelajaran Bahasa Inggris, Teknik yang digunakan, Media yang digunakan,

dan evaluasi yang dilakukan dalam penggunaan metode simon says di mata

pelajaran Bahasa Inggris.

Kedua, Siswa kelas VII di SLB Negeri Cileunyi dalam hal ini aktivitas,

peristiwa dan perilaku siswa dalam mata pelajaran Bahasa Inggris yang

menggunakan metode simon Says akan menjadi sumber data bagi peneliti

untuk mengetahui secara utuh pengunaan metode simon says bagi siswa

tunanetra kelas VII di SLB Negeri Cileunyi.

D. Instrumen Penelitian

Instrumen dalam penelitian kualitatif adalah peneliti itu sendiri. Lincoln dan

(13)

dapat bersikap fleksibel dan adaptif, serta dapat menggunakan keseluruhan alat

indera yang dimiliki untuk memahami sesuatu.

Peneliti sebagai instrument menurut Nasution (dalam Satori & Komariah ,

2010, hlm. 63) memiliki ciri-ciri sebagai berikut:

1. Peneliti sebagai alat peka dan dapat bereaksi terhadap segala stimulus

lingkungan yang harus diperkirakannya bermakna atau tidak bagi penelitian.

2. Peneliti sebagai alat dapat menyesuaikan diri terhadap semua aspek keadaan

dan dapat mengumpulkan aneka ragam data sekaligus.

3. Tiap situasi merupakan keseluruhan. Tidak ada suatu instrument berupa test

atau angket yang dapat menangkat keseluruhan situasi, kecuali manusia.

4. Suatu situasi yang melibatkan interaksi manusia, tidak dapat difahami

dengan pengetahuan semata. Untuk memahaminya kita perlu sering

merasakannya, menyelaminya berdasarkan pengetahuan kita.

5. Peneliti sebagai instrument dapat segera menganalisis data yang diperoleh.

Ia dapat menafsirkannya, melahirkan hipotesis dengan segera untuk

menentukan arah pengamatan, untuk mentest hipotesis yang timbul seketika.

6. Hanya manusia sebagai insrument dapat mengambil kesimpulan berdasarkan

data yang dikumpulkan pada suatu saat dan menggunakan segera sebagai

balikan untuk memperoleh penegasan, perubahan, dan perbaikan.

Dalam penelitian ini peneliti sebagai instrument membuat pedoman

observasi dan pedoman wawancara untuk memberikan arah terhadap

(14)

24

KISI-KISI INSTRUMEN

PENGGUNAAN PERMAINAN “SIMON SAYS” DALAM PEMBELAJARAN

[image:14.612.123.521.213.706.2]

BAHASA INGGRIS UNTUK ANAK TUNANETRA

Tabel 3.3 No . Pertanyaan Penelitian Aspek yang

diungkap Narasumber

Teknik Pengumpulan

data

1. Bagaimana

perencanaan

program

permainan “Simon Says” dalam Bahasa

Inggris di

kelas VII

SMPLB di

SLB Negeri

Cileunyi

Kabupaten

Bandung?

1. Persiapan RPP

pembelajaran Bahasa Inggris dengan permainan “Simon Says” 2. Persiapan pelaksanaan pembelajaran Bahasa Inggris dengan permainan “Simon Says” 3. Waktu pelaksanaan pembelajaran Bahasa Inggris dengan permainan “Simon Says”  Guru Bahasa Inggris  Observasi  Wawancara

(15)

2. Bagaimana

pelaksanaan

permainan “Simon Says” dalam pembelajaran

Bahasa

Inggris di

kelas VII

SMPLB di

SLB Negeri

Cileunyi Kabupaten Bandung? 1. Tahapan pelaksanaan permainan “Simon Says” dalam pembelajaran Bahasa Inggris 2. Sarana pendukung yang digunakan dalam pelaksanaan permainan “Simon Says” dalam pembelajaran Bahasa Inggris 3. Penilaian pelaksanaan permainan “Simon Says” dalam pembelajaran Bahasa Inggris  Guru Bahasa Inggris  Observasi

3 Bagaimana

hasil belajar

siswa dalam

pembelajaran Bahasa 1. Hasil sebelum mendapatka n permainan

(16)

26

Inggris di

kelas VII

SMPLB di

SLB Negeri

Cileunyi

Kab.

Bandung

Simon Says

2. Hasil setelah

mendapatka n permainan Simon Says baik nilai UTS maupun UAS

4. Bagaimana

hambatan yang dihadapi dalam pelaksanaan permainan “Simon Says” dalam pembelajaran

Bahasa

Inggris di

kelas VII

SMPLB di

SLB Negeri

Cileunyi Kabupaten Bandung? 1. Kesulitan siswa dalam proses pelaksanaan permainan “Simon Says” dalam pembelajaran Bahasa Inggris

2. Kesulitan guru

dalam pelaksanaan permainan “Simon Says” dalam pembelajaran Bahasa Inggris  Guru Bahasa Inggris  Observasi  Wawancara

 Studi Dokumentasi

5. Bagaimana

upaya

mengatasi

1. Upaya yang

(17)

hambatan

yang

dihadapi

dalam

pelaksanaan

permainan “Simon Says” dalam pembelajaran

Bahasa

Inggris di

kelas VII

SMPLBdi

SLB Negeri

Cileunyi

Kabupaten

Bandung?

mengatasi

hambatan

dalam proses

pelaksanaan

permainan “Simon Says” dalam

pembelajaran

Bahasa Inggris

2. Upaya yang

dilakukan

untuk

mengatasi

hambatan guru

saat pelaksanaan

permainan “Simon Says” dalam

pembelajaran

Bahasa Inggris

1. Persiapan

a. Persiapan dalam penyusunan RPP meliputi :

1) Menentukan tujuan pembelajaran sesuai dengan standar kompetensi,

Indikator dantujuan yang sesuai dengan kurikulum

2) Memilih bahan ajar atau materi pelajaran yang sesuai dengan tujuan yang

(18)

28

3) Memilih srtategi atau metode pembelajaran yang disesuaikan dengan

tujuan pembelajaran, menentukan langkah-langkah pemelajaran

disesuaikan dengan kemampuan siswa.

4) Menentukan media dan alat pembelajaran yang disesuaikan dengan kondisi

siswa sesuai dengan hasil asesmen, tempat dan kemampuan guru.

5) Menentukan waktu pembelajaran

2. Pelaksaan

Pelaksanaan pemelajaran dengan menggunakan permaian simon says

disuaikan dengan RPP yang sudah dibuat meliputi kegiatan awal atau

apersepsi yang meliputi ekplorasi, elaborasi dan konfirmasi, kemudian

kegiatan inti atau kegiatan pemberian materi dan kegiatan akhir memberikan

evaluasi. Evaluasi yang diberikan kepada siswa meliputi : Keaktifan siswa

pada proses pembelajaran , kemampuan motorik dan kemampuan penguasaan

kosa kata baru.

3. Hasil belajar siswa

Sebelum memdapatkan intervensi penggunaan permain Simon Says siswa

tersebut medapatkan nilai dibawah KKM disetiap ulangan ,dikarnakan mereka

tidak memiliki motivasi untuk belajar. Dan setelah mendapatkan intervensi

permainan Simon Says mereka bisa dan memiliki motivasi untuk belajar dan

akhirnya mereka mendapatkan nilai diatas KKM.

4. Hambatan

Hambatan yang dialami siswa meliputi : sulitnya menghafalkan kosa kata baru

yang diberikan guru dan sulitnya menyentuh benda yang di instruksikan guru

karena mengalami hambatan penglihatan.

5. Mengatasi Hambatan

Untuk mengatasi hambatan dalam hal penguasan kosa kata baru guru

memberikan penugasan untuk menghafal kosa kata baru dirumah

(19)

PEDOMAN OBSERVASI

PELAKSANAAN PERMAINAN “SIMON SAYS” DALAM PEMBELAJARAN BAHASA INGGRIS

Tabel 3.4

NO. ASPEK HASIL OBSERVASI

PELAKSANAAN

1. Tahapan pelaksanaan

2. Proses Pembelajaran

3. Penilaian

4. Waktu Pelaksanaan

5. Sarana pendukung yang digunakan

HAMBATAN

6. Hambatan pada siswa

7. Hambatan pada guru

8. Hambatan dari lingkungan pembelajaran

UPAYA MENGATASI HAMBATAN

9. Upaya mengatasi hambatan pada siswa

10. Upaya mengatasi hambatan pada guru

11.

Upaya mengatasi hambatan

dari lingkungan

[image:19.612.137.506.149.643.2]
(20)

30

E.Teknik Pengumpulan Data

Sebagaimana telah diungkapkan bahwa sumber data dalam penelitian

kualitatif dapat berupa suatu peristiwa, tingkah laku, benda, dokumen dan

sebagaimananya maka teknik pengumpulan data dalam penelitian ini adalah

wawancara, observasi dan studi dokumentasi.

Menurut Sutopo (2006, hlm. 69) wawancara dalam penelitian kualitatif pada

umumnya tidak dilakukan secara terstruktur ketat dan dengan pertanyaan

tertutup, tetapi dilakukan secara tidak terstruktur sebagai teknik wawancara

mendalam, karena peneliti merasa tidak tahu mengenai apa yang terjadi

sebenarnya dan ingin menggali informasinya secara mendalam dan lengkap dari

narasumbernya.

Observasi menurut Sutopo (2006, hlm. 75) digunakan untuk menggali data

dari sumber data yang berupa peristiwa, aktivitas, perilaku, tempat atau lokasi,

dan benda serta rekaman gambar. Observasi dapat dilakukan baik secara

langsung maupun tidak langsung. Pada observasi langsung dapat dilakukan

oleh pengumpul data dengan mengambil peran atau tak berperan.

Menurut Yin (dalam Sutopo,2006, hlm. 81) teknik mencatat dokumen yang

juga disebut sebagai content analysis, sebagai cara untuk menemukan beragam

hal sesuai dengan kebutuhan dan tujuan penelitian. Dalam melakukan teknik ini

perlu disadari bahwa peneliti bukan sekedar mencatat isi penting yang tersurat

dalam dokumen atau arsip, tetapi juga tentang maknanya yang tersirat.

F. Pengujian Keabsahan Data

Uji keabsahan data dalam setiap penelitian penting untuk dilakukan untuk

memastikan data yang dikumpulkan dan akan dilaporkan terpercaya atau valid.

Berbeda dengan penelitian kuantitatif, dalam penelitian kualitatif uji keabsahan

data dilakukan lebih kepada peneliti itu sendiri. Meski demikian terdapat

(21)

Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan tiga cara dalam menguji keabsahan

data yaitu perpanjangan pengamatan, triangulasi teknik dan member chek.

Pertama, uji keabsahan data dengan perpanjangan pengamatan. Hal ini

dilakukan dengan tujuan peneliti dapat membangun relasi yang baik dengan

sumber data sehingga ketika hubungan peneliti dengan sumber data telah

terjalin dengan baik bahkan akrab maka kredibilitas data yang diperoleh

semakin meningkat.

Menurut Sugiyono (2009, hlm. 370) dalam perpanjangan pengamatan untuk

menguji kredibilitas data penelitian sebaiknya difokuskan pada pengujian

terhadap data yang diperoleh, apakah data yang diperoleh itu setelah dicek

kembali ke lapangan benar atau tidak, berubah atau tidak. Bila setelah dicek

kembali ke lapangan data sudah benar berarti kredibel, maka waktu

perpanjangan pengamatan dapat diakhiri.

Cara kedua, triangulasi teknik. Menurut Sugiyono (2009, hlm. 373)

triangulasi teknik untuk menguji kredibilitas data dilakukan dengan cara

mengecek data kepada sumber yang sama dengan teknik yang berbeda.

Misalnya data diperoleh dengan wawancara, lalu dicek dengan observasi,

dokumentasi, atau kuesioner.

Ketiga, member chek. Member chek. Member chek menurut Sugiyono (2009,

hlm. 372) merupakan proses pengecekan data yang diperoleh peneliti kepada

pemberi data. Apabila data yang ditemukan disepakati oleh pemberi data berarti

data tersebut valid, tetapi apabila data yang diberikan oleh peneliti tidak

disepakati oleh pemberi data maka peneliti perlu melakukan diskusi dengan

pemberi data dan apabila perbedaannya tajam, maka peneliti harus merubah

temuannya dan harus menyesuaikan dengan apa yang diberikan oleh pemberi

(22)

32

G.TEKNIK ANALISIS DATA

Analisis data dalam penelitian kualitatif dilaksanakan secara terus-menerus

selama pengumpulan data di lapangan. Sebagaimana diungkapkan Suharsaputra

(2012, hlm. 217) dalam penelitian kualitatif proses penelitian bersifat siklikal

dan yang digunakan adalah metode berfikir induktif yang bertitik tolak dari “khusus ke umum” bukan dari “umum ke khusus” sebagaimana logika deduktif verifikatif. Konseptualisasi, kategorisasi, dan deskripsi dikembangkan atas

dasar kejadian yang diperoleh ketika kegiatan lapangan berlangsung.

Teknik analisis data dilakukan dengan tahapan yang terstruktur. Janice

McDrury dalam Moleong (2011, hlm. 248) menyebutkan tahapan analisis data

kualitatif sebagai berikut:

1. Membaca atau mempelajari data, menandai kata-kata kunci dan gagasan

yang ada dalam data.

2. Mempelajari kata-kata kunci itu, berupaya menemukan tema-tema yang

berasal dari data.

3. Menuliskan „model‟ yang ditemukan.

4. Koding yang telah dilakukan.

Teknik analisis data menurut Moleong ( dalam Suharsaputra, 2012, hlm.

216) meliputi mereduksi data, menyajikan data, display data, menarik

kesimpulan dan melaksanakan verifikasi. Dalam penelitian ini teknik analisis

data dilakukan dengan reduksi data, display data dan menarik kesimpulan dan

verifikasi.

Reduksi data menurut Sugiyono (2009, hlm. 338) berarti merangkum,

memilih hal-hal yang pokok, memfokuskan pada hal-hal yang penting, dicari

tema dan polanya dan membuang yang tidak perlu. Dengan demikian data yang

telah direduksi akan memberikan gambaran yang lebih jelas, dan

mempermudah peneliti untuk melakukan pengumpulan data selanjutnya, dan

(23)

Setelah melakukan reduksi terhadap data yang dikumpulkan langkah

berikutnya dalam analisis data kualitatif adalah penyajian data atau display

data. Menurut Sugiyono (2009, hlm. 341) dengan mendisplaykan data, maka

akan memudahkan untuk memahami apa yang terjadi, merencanakan kerja

selanjtnya berdasarkan apa yang telah difahami tersebut.

Menurut Suharsaputra (2012,hlm. 218) pada tahap ini peneliti melakukan

proses mengolah data dari lapangan dengan memilah dan memilih, dan

menyederhanakan data dengan merangkum yang penting-penting sesuai dengan

fokus penelitian. Reduksi data dilakukan setelah peneliti melakukan observasi

dan wawancara. Reduksi data dilakukan dengan cara menulis semua data

lapangan kemudian data dirangkum sesuai dengan hal-hal pokok untuk mencari

polanya.

Langkah terakhir dalam analisis data yang dilakukan dalam penelitian ini

adalah menarik kesimpulan dan verifikasi. Sebagaimana diungkapkan Sugiyono

(2009, hlm. 345) kesimpulan awal yang dikemukakan masih bersifat sementara,

dan akan berubah bila tidak ditemukan bukti-bukti yang kuat yang mendukung

pada tahap pengumpulan data berikutnya. Dengan demikian kesimpulan dalam

penelitian kualitatif mungkin dapat menjawab rumusan masalah yang

dirumuskan sejak awal, tetapi mungkin juga tidak.

Kesimpulan dalam penelitian kualitatif menurut Sugiyono (2009, hlm. 345)

diharapkan adalah temuan baru yang sebelumnya belum pernah ada. Temuan

dapat berupa deskripsi atau gambaran suatu objek yang sebelumnya masih

remang-remang atau gelap sehingga setelah diteliti menjadi jelas, dapat berupa

(24)

34

Analisis data kualitatif model interaktif digambarkan oleh Sugiyono (2009,

hlm. 338) adalah sebagai berikut:

Data collection Display Data

Data Reduksi

Conclusions:d rawing/verifyi

Gambar

Tabel 3.1 Jenis Kelainan
Tabel 3.2
Tabel 3.3
NO. Tabel 3.4 ASPEK

Referensi

Dokumen terkait

Nurle la Rika dan Islahuddin, “ Pengaruh Corporate Social Responsibility Terhadap Nilai Perusahaan Dengan Prosentase Kepemilikan Manajemen Sebagai Variabel

Kelapa Sawit Budidaya Pemanfaatan Hasil dan Limbah Analisis Usaha dan Pemasaran.. Hama dan

penjualan asset bUmN, dan pengelolaan dana yayasan, didasarkan pada adanya hubungan kausalitas antara perbuatan dan akibat timbulnya kerugian keuangan negara yang

SMP PGRI 2 LAWANG TAHUN 2015

[r]

If this message is not eventually replaced by the proper contents of the document, your PDF viewer may not be able to display this type of document.. You can upgrade to the

Agar dapat diketahui variabel mana yang belum dideklarasikan, pada bagian atas kode program ambahkan perintah berikut : Option Explicit Coba jalankan Project1, kemudian klik tombol

[r]