ABSTRAK
“Penggunaan Permainan Simon Says Dalam Pembelajaran Bahasa Inggris untuk Anak Tunanetra kelas VII SMPLB di SLB Negeri Cileunyi”
Nama : Winiarti Nim : 1004960
Peneltian ini bertujuan untuk mengetahui perencanaan program permainan, pelaksanaan permainan, hasil belajar siswa , hambatan yang dihadapi dan upaya mengatasi hambatan yang dihadapi dalam pelaksanaan Simon Says dalam pembelajaran Bahasa Inggris. Berdasarkan temuan di lapangan yang jarang diperbaharui yaitu metode dalam pembelajaran bahasa asing, khususnya bahasa Inggris. Bahasa Inggris dalam kegiatan pembelajaran yang tidak hanya berdasarkan pemahaman teoritis akan tetapi penerapan fungsional sehingga mereka merasa sulit untuk belajar Bahsa Inggris. Metode yang digunakan pada penelitian ini adalah Kualitatif Deskriftif. Subjek penelitian adalah guru dan dua siswa tunanetra kelas VII SMPLB di SLB Negeri Cileunyi Kec. Cileunyi Kab. Bandung. Berdasarkan hasil penelitian bahwa pengunaan permainan Simon Says memiliki dampak yang positif dalam meningkatkan kemampun prestasi belajar pada mata pelajaran Bahasa Inggris pada dua subjek penelitian , (Al) dan (RA) dimana hasil belajar melebihi KKM. Menurut peneliti bahwa permainan Simon Says dapat menjadi salah satu metode alternatif, yaitu metode permainan yang dapat digunakan dalam belajar Bahasa Inggris pada anak tunanetra, dengan subjek dan desain serta rancangan materi penelitian yang berbeda.
ABSTRACT
The background of this research is that the method of learning in every school has the characteristic of each. One key factor is the method of teaching and learning. Based on the research findings are rarely updated the method in learning foreign languages, especially English. English in learning activities that are not only based on theoretical understanding but functional application. This research is focused on the "Use of Simon Says Game In English Lessons for Children with Visual Impairment in the seventh grade Cileunyi SLB Negeri Bandung District". This method is considered to be very suitable for blind children. The method used in this research is qualitative descriptive. The subjects were teachers and two blind students of class VII in SLB State Cileunyi Cileunyi District of Bandung regency. Based on the research that the use of the game Simon Says has a positive impact in improving kemampun learning achievement in the subjects of English on the subject of research (Al), and (RA) where the study results exceeded the KKM. Submissive researchers that the game Simon Says can be one alternative method, a method that can be used in teaching English to children with visual impairments, with the subject and design and design research of different materials.
BAB I
PENDAHULUAN
A.Latar Belakang Penelitian
Kemajuan pembangunan yang dicapai bangsa Indonesia khususnya
pembangunan di bidang pendidikan akan mendorong tercapainya tujuan
pembangunan nasional, maka sangat penting adanya perhatian pemerintah
terhadap pendidikan terutama wajib belajar sembilan tahun yang telah lama
dicanangkan.
Pendidikan diperuntukkan bagi setiap warga negara tanpa kecuali, tidak
memandang kaya miskin, atau normal maupun anak berkelainan. Pada
peraturan pemerintah No. 72 tahun 1991 pemerintah telah mengatur khusus
tentang Pendidikan Luar Biasa. Dalam Pendidikan Luar Biasa pelayanan dan
penanganannya disesuaikan dengan kelainan yang disandang peserta didik
sehingga pelayanan dapat sesuai dengan kebutuhan anak. Tujuan Pendidikan
Luar Biasa sebagaimana yang tertuang dalam peraturan pemerintah meyatakan
bahwa tujuan Pendidikan Luar Biasa adalah:
Bertujuan untuk membantu peserta didik yang memiliki hambatan fisik atau mental agar mampu mengembangkan sikap, pengetahuan sikap dan keterampilan sebagai pribadi maupun anggota masyarakat dalam mengadakan hubungan timbal balik dengan lingkungan sosial, budaya dan alam sekitar serta dapat mengembangkan kemampuan dasar dalam dunia kerja atau mengikuti pendidikan lanjutan (Peraturan Pemerintah RI, 1997, hlm. 205-206). http://hukum.unsrat.ac.id/pp/pp1991_72.htm. Diunduh tanggal, 7 Agustus 2014.
Dalam rangka memberikan hak atas pendidikan bagi anak berkebutuhan
khusus tertuang dalam Undang-undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun
2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional Bagian ke sebelas Pendidikan
Khusus dan Pendidikan Layanan Khusus Pasal 32 ayat 1 yang menyatakan:
Pendidikan khusus merupakan pendidikan bagi peserta didik yang memiliki tingkat kesulitan dalam mengikuti proses pembelajaran karena kelainan fisik, emosional, mental, sosial, dan/atau memiliki potensi kecerdasan dan bakat istimewa.
2
Pembelajaran merupakan proses komunikasi dua arah, mengajar
dilakukan oleh pihak guru sebagai pendidik, sedangkan belajar dilakukan
oleh peserta didik atau murid. Sagala (2011, hlm. 61) mengemukakan bahwa “pembelajaran mengandung arti setiap kegiatan yang dirancang untuk membantu seseorang mempelajari suatu kemampuan dan atau nilai yang baru”. Proses pembelajaran pada awalnya meminta guru untuk mengetahui kemampuan dasar yang dimiliki oleh siswa meliputi kemampuan dasarnya,
motivasinya, latar belakang akademisnya, latar belakang sosial ekonominya
dan lain sebagainya. Kesiapan guru untuk mengenal karakteristik siswa dalam
pembelajaran merupakan modal utama penyampaian bahan belajar dan
menjadi indikator suksesnya pelaksanaan pembelajaran.
https://id.scribd.com/doc/58460049/Belajar-Yg-d-Print. Diunduh tanggal 7
Agustus 2014.
Sastraningrat dan Sumarsono (1984, hlm. 6) mengatakan bahwa “salah satu
bentuk kelainan sensori yakni kelainan pada penglihatan atau biasa disebut
tunanetra”. Kata tunanetra berasal dari kata tuna dan netra yang memiliki arti
tuna adalah rusak dan netra adalah mata. Jadi tunanetra berarti rusak mata atau
rusak penglihatan.
“Penglihatan merupakan salah satu saluran informasi yang sangat penting
bagi manusia selain pendengaran, pengecap, pembau, dan perabaan.” (Sunanto,
tanpa tahun,hlm.7). Kehilangan indera penglihatan berarti kehilangan saluran
informasi visual. Sebagai akibatnya penyandang kelainan penglihatan akan
kekurangan atau kehilangan informasi yang bersifat visual.
Menurut Sunanto (tanpa tahun, hlm. 11) dalam mengajar anak dengan
kelainan penglihatan ada beberapa hal yang perlu mendapat perhatian secara
khusus yaitu (1) lingkungan fisik, (2) prosedur pengajaran, dan (3) isi dan
bahan pengajaran. Pada intinya untuk lingkungan fisik yang dimaksud dapat
berupa kondisi pencahayaan, jalan dan gedung yang mudah diakses oleh para
tunanetra, serta perlengkapan lain yang mendukung keberhasilan belajar para
Kegiatan pengajaran di sekolah adalah “bagian dari pendidikan pada
umumnya yang secara otomatis berusaha untuk membawa masyarakat (peserta
didik) menuju ke suatu keadaan yang lebih baik.” (Hasbullah, 2001,hlm. 5).
Salah satu faktor penentu kegiatan belajar mengajar adalah metode. Metode
pengajaran adalah suatu cara untuk menyajikan cara pembelajaran sehingga
pencapaian hasil pembelajaran peserta didik menjadi optimal.
Metode pembelajaran di setiap sekolah memiliki ciri khas masing-masing.
Metode pembelajaran sangat berbeda-beda tergantung dalam pembelajaran apa
yang dilaksanakan oleh peserta didik. Berdasarkan temuan di lapangan yang
jarang diperbaharui yaitu metode dalam pembelajaran bahasa asing, khususnya
bahasa Inggris. Bahasa Inggris dalam kegiatan pembelajaran yang tidak hanya
berdasarkan pemahaman teoritis akan tetapi penerapan fungsional.
Berdasarkan temuan peneliti melihat metode pembelajaran mata pelajaran
Bahasa Inggris yang berada di sekolah, maka peneliti ingin mengetahui lebih lanjut tentang permainan “Simon Says” dalam pembelajaran Bahasa Inggris bagi peserta didik tunanetra, sehingga dalam penelitian ini penulis mengambil
judul Penggunaan Permainan “Simon Says” dalam Pembelajaran Bahasa
Inggris untuk Anak Tunanetra kelas VII di SLB Negeri Cileunyi.
B. Fokus Masalah dan Pertanyaan Penelitian
Adapun yang menjadi fokus dalam penelitian ini adalah “Bagaimana
penggunaan permainan Simon Says”dalam pembelajaran Bahasa Inggris Untuk
anak Tunanetra kelas VII di SLB Negeri Cileunyi Kabupaten Bandung?”
Selanjutnya untuk mendapat data yang diperlukan, maka dibuat beberapa
pertanyaan penelitian, yaitu sebagai berikut:
1. Bagaimana perencanaan program permainan “Simon Says” dalam Bahasa
Inggris di kelas VII di SLB Negeri Cileunyi Kabupaten Bandung?
2. Bagaimana pelaksanaan permainan “Simon Says” dalam pembelajaran
Bahasa Inggris kelas VII di SLB Negeri Cileunyi Kabupaten Bandung?
3. Bagaimana hasil belajar siswa dalam pembelajaran Bahasa Inggris kelas VII
4
4. Bagaimana hambatan yang dihadapi dalam pelaksanaan “Simon Says”
dalam pembelajaran Bahasa Inggris kelas VII di SLB Negeri Cileunyi
Kabupaten Bandung?
5. Bagaimana upaya mengatasi hambatan yang dihadapi dalam pelaksanaan “Simon Says” dalam pembelajaran Bahasa Inggris kelas VII di SLB Negeri Cileunyi Kabupaten Bandung?
C. Tujuan dan Kegunaan Penelitian
1.Tujuan dan kegunaan penelitian
Tujuan dari penelitian tentang permainan “Simon Says” dalam
pembelajaran Bahasa Inggris bagi kelas VII SMPLB di SLB Negeri
Cileunyi adalah untuk memperoleh gambaran mengenai penggunaan permainan “Simon Says” dalam pembelajaran Bahasa Inggris di kelas VII SMPLBdi SLB Negeri Cileunyi. Secara khusus penelitian ini bertujuan
untuk:
a. Mengetahui bagaimana perencanaan program pelaksanaan penggunaan permainan “Simon Says” dalam pembelajaran Bahasa Inggris kelas VII di SLB Negeri Cileunyi Kabupaten Bandung.
b. Mengetahui bagaimana pelaksanaan permainan “Simon Says” dalam
pembelajaran Bahasa Inggris kelas VII di SLB Negeri Cileunyi
Kabupaten Bandung.
c. Mengetahui hasil belajar siswa dalam pembelajaran Bahasa Inggris kelas
VI di SLB Negeri Cileunyi Kabupaten Bandung.
d. Mengetahui bagaimana hambatan pelaksanaan permainan “Simon Says”
dalam pembelajaran Bahasa Inggris di kelas VII SMPLB di SLB Negeri
Cileunyi Kabupaten Bandung.
e. Mengetahui bagaimana upaya mengatasi hambatan pelaksanaan permainan “Simon Says” dalam pembelajaran Bahasa Inggris kelas VII di SLB Negeri Cileunyi Kabupaten Bandung.
a. Manfaat teoritik, hasil penelitian ini diharapkan dapat memperkaya
teori-teori pendidikan dan dapat menjadi salah satu referensi untuk
mengembangkan pembelajaran Bahasa Inggris bagi tunanetra.
b. Manfaat praktis dari penelitian ini berguna bagi beberapa pihak yang
terkait di antaranya:
1) Bagi siswa
Hasil penelitian ini diharapkan agar peserta didik mampu
memahami pembelajaran Bahasa Inggris secara mudah dan
menyenangkan.
2) Bagi sekolah
Bagi sekolah, khususnya bagi SLB Negeri Cileunyi hasil
penelitian ini dapat menjadi salah satu masukan bagi sekolah dalam
hal optimalisasi pembelajaran Bahasa Inggris di sekolah.
3) Bagi penulis
Penelitian ini akan memberi manfaat yang sangat berharga
berupa pengalaman praktis dalam penelitian ilmiah. Sekaligus dapat
dijadikan referensi ketika mengamalkan ilmu terutama di lembaga
BAB III
METODE PENELITIAN
Penelitian ini bertujuan mengetahui gambaran bagaimana penggunaan
permainan Simon Says dalam pembelajaran Bahasa Inggris untuk anak tunanetra
Kelas VII di SLB Negeri Cileunyi Kabupaten Bandung. Metode penelitian yang
digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif yaitu dengan melihat
fakta atau fenomena di lapangan untuk kemudian dianalisis dan disajikan dalam
bentuk laporan yang sistematis mengenai fakta dan data yang terjadi di lapangan.
A.Pendekatan Penelitian
Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kualitatif.
Penelitian kualitatif menurut Satori & Komariah (2010, hlm. 22) adalah penelitian
yang menekankan pada quality atau hal yang terpenting dari sifat suatu
barang/jasa. Hal terpenting dari suatu barang/jasa berupa kejadian/fenomena/gejala
sosial adalah makna dibalik kejadian tersebut yang dapat dijadikan pelajaran
berharga bagi suatu pengembangan konsep teori.
Menurut Cresswel (dalam Patilima, 2011, hlm.3) pendekatan kualitatif sebagai
sebuah proses penyelidikan untuk memahami masalah sosial atau masalah
manusia berdasarkan pada penciptaan gambar holistik yang dibentuk dengan
kata-kata, melaporkan pandangan informan secara terperinci, dan disusun dalam sebuah
latar ilmiah.
Menurut Denzim dan Lincol (dalam Patilima, 2011, hlm.3) penelitian kualitatif
merupakan fokus perhatian dengan beragam metode, yang mencakup pendekatan
interpretatif dan naturalistik terhadap subjek kajiannya.
Dalam penelitian ini data dan fakta yang dikumpulkan dalam situasi yang
natural akan ditafsirkan dan disajikan dalam suatu laporan yang sistematis
simon says dalam pembelajaran bahasa inggris di SMPLB kelas VII SLBN
Cileunyi.
B.Lokasi dan Tempat Penelitian
1. Lokasi Penelitian
Lokasi penelitian adalah SMPLB kelas VII SLBN Cileunyi, Jl Pandan
Wangi Kompl Cibiru Indah III, Cileunyi, Jawa Barat.
a. Keadaan Fasilitas Sivitas Akademika Sekolah
Nama Sekolah : SLB Negeri Cileunyi Kabupaten Bandung
Satuan Pendidikan : SDLB-SMPLB
Status Sekolah : Negeri
NSS : 101026006032
NPSN : 20-25-96-13
Alamat Sekolah : Jl. Pandanwangi Cibiru Indah III Desa/Kel
Cibiru Wetan, Kec. Cileunyi Kabupaten Bandung KP. 40393 Telp.
022-7830355 , E-mail: slb_015jabar@yahoo.com
Tahun Berdiri : 1997
Izin Operasional : 107/O/197
Status Akreditasi : A
Waktu Penyelenggaraan : Pagi
Nama Kepala Sekolah : Dra. Hj. Kartika
b. Visi dan Misi.
Visi : Beriman, berilmu, terampil, mandiri dan berbudi pekerti luhur
Misi:
1. Mengembangkan lembaga Pendidikan Luar Biasa yang religius dan
berkualitas.
2. Menggali dan mengembangkan potensi anak luar biasa secara optimal
melalui layanan pendidikan individual.
3. Mengembangkan kreativitas anak luar biasa sesuai dengan potensinya.
20
5. Menanamkan budi pekerti yang luhur dalam bertindak berlandaskan
agama dan budaya.
c. Program Unggulan:
1. Keterampilan produktif.
2. Pendidikan berbasis lingkungan hidup
2. Keadaan Peserta Didik
Keadaan peserta didik pada SLBN Cileunyi Kabupaten Bandung dapat
[image:10.612.120.526.319.577.2]digambarkan sebagai berikut:
Tabel 3.1
No Sat
Pen
d.
Jenis Kelainan
Jumlah
A B C C1 D D1 G Autis
L P L P L P L P L P L P L P L P L P L+P
8 Kls
7 2 1 3 3 2 1 6
1
1 5 18
Jml
semua
2 1 3 3 2 1 6 1
3. Keadaan Pendidik dan Tenaga Kependidikan
Keadaan Pendidikan dan tenaga Kependidikan pada SLBN Cileunyi dapat
[image:11.612.123.527.214.548.2]digambarkan sebagai berikut:
Tabel 3.2
No Pendidik/Tenag a Kependidikan
Jumla
h
Status Pendidikan Terakhir
1 2 3 4 5 1 2 3 4 5 6 7 8
1 Kepala Sekolah 1 1 1
2 Guru 23 23 18 6
3 Pustakawan -
4 Tenaga
Administrasi/TU 4 4
5 Penjaga Sekolah 3 3
6 Tenaga Lainnya -
Jumlah 31 24 18 7 4 3
Ket. Status Kepegawaian:
1. Negeri,
2. Guru Bantu,
3. THL,
4. Swasta,
5. Honor/ Sukwan.
22
1 = S3
2 = S2
3 = S1/D4
4 = SGPLB/D3/ SARMUD/POLITEKNIK
5 = SMA/SMK/MA/MAK
6 = SMP/ MTs
7 = SD/MI 8 = Lain-lain.
C. Subjek Penelitian
Dalam penelitian kualitatif subjek penelitian atau sumber data memiliki
posisi yang sama dengan peneliti. Data dapat dikumpulkan dari peristiwa,
aktivitas atau perilaku sumber data yang memiliki kaitan dengan fokus
penelitian. Dalam hal ini yang menjadi subjek penelitian adalah guru bahasa
inggris dan siswa kelas VII di SLB Negeri Cileunyi.
Pertama, Guru Bahasa Inggris kelas VII di SLB Negeri Cileunyi akan
memberikan informasi mengenai penggunaan metode simon says dalam
pembelajaran Bahasa Inggris, Teknik yang digunakan, Media yang digunakan,
dan evaluasi yang dilakukan dalam penggunaan metode simon says di mata
pelajaran Bahasa Inggris.
Kedua, Siswa kelas VII di SLB Negeri Cileunyi dalam hal ini aktivitas,
peristiwa dan perilaku siswa dalam mata pelajaran Bahasa Inggris yang
menggunakan metode simon Says akan menjadi sumber data bagi peneliti
untuk mengetahui secara utuh pengunaan metode simon says bagi siswa
tunanetra kelas VII di SLB Negeri Cileunyi.
D. Instrumen Penelitian
Instrumen dalam penelitian kualitatif adalah peneliti itu sendiri. Lincoln dan
dapat bersikap fleksibel dan adaptif, serta dapat menggunakan keseluruhan alat
indera yang dimiliki untuk memahami sesuatu.
Peneliti sebagai instrument menurut Nasution (dalam Satori & Komariah ,
2010, hlm. 63) memiliki ciri-ciri sebagai berikut:
1. Peneliti sebagai alat peka dan dapat bereaksi terhadap segala stimulus
lingkungan yang harus diperkirakannya bermakna atau tidak bagi penelitian.
2. Peneliti sebagai alat dapat menyesuaikan diri terhadap semua aspek keadaan
dan dapat mengumpulkan aneka ragam data sekaligus.
3. Tiap situasi merupakan keseluruhan. Tidak ada suatu instrument berupa test
atau angket yang dapat menangkat keseluruhan situasi, kecuali manusia.
4. Suatu situasi yang melibatkan interaksi manusia, tidak dapat difahami
dengan pengetahuan semata. Untuk memahaminya kita perlu sering
merasakannya, menyelaminya berdasarkan pengetahuan kita.
5. Peneliti sebagai instrument dapat segera menganalisis data yang diperoleh.
Ia dapat menafsirkannya, melahirkan hipotesis dengan segera untuk
menentukan arah pengamatan, untuk mentest hipotesis yang timbul seketika.
6. Hanya manusia sebagai insrument dapat mengambil kesimpulan berdasarkan
data yang dikumpulkan pada suatu saat dan menggunakan segera sebagai
balikan untuk memperoleh penegasan, perubahan, dan perbaikan.
Dalam penelitian ini peneliti sebagai instrument membuat pedoman
observasi dan pedoman wawancara untuk memberikan arah terhadap
24
KISI-KISI INSTRUMEN
PENGGUNAAN PERMAINAN “SIMON SAYS” DALAM PEMBELAJARAN
[image:14.612.123.521.213.706.2]BAHASA INGGRIS UNTUK ANAK TUNANETRA
Tabel 3.3 No . Pertanyaan Penelitian Aspek yang
diungkap Narasumber
Teknik Pengumpulan
data
1. Bagaimana
perencanaan
program
permainan “Simon Says” dalam Bahasa
Inggris di
kelas VII
SMPLB di
SLB Negeri
Cileunyi
Kabupaten
Bandung?
1. Persiapan RPP
pembelajaran Bahasa Inggris dengan permainan “Simon Says” 2. Persiapan pelaksanaan pembelajaran Bahasa Inggris dengan permainan “Simon Says” 3. Waktu pelaksanaan pembelajaran Bahasa Inggris dengan permainan “Simon Says” Guru Bahasa Inggris Observasi Wawancara
2. Bagaimana
pelaksanaan
permainan “Simon Says” dalam pembelajaran
Bahasa
Inggris di
kelas VII
SMPLB di
SLB Negeri
Cileunyi Kabupaten Bandung? 1. Tahapan pelaksanaan permainan “Simon Says” dalam pembelajaran Bahasa Inggris 2. Sarana pendukung yang digunakan dalam pelaksanaan permainan “Simon Says” dalam pembelajaran Bahasa Inggris 3. Penilaian pelaksanaan permainan “Simon Says” dalam pembelajaran Bahasa Inggris Guru Bahasa Inggris Observasi
3 Bagaimana
hasil belajar
siswa dalam
pembelajaran Bahasa 1. Hasil sebelum mendapatka n permainan
26
Inggris di
kelas VII
SMPLB di
SLB Negeri
Cileunyi
Kab.
Bandung
Simon Says
2. Hasil setelah
mendapatka n permainan Simon Says baik nilai UTS maupun UAS
4. Bagaimana
hambatan yang dihadapi dalam pelaksanaan permainan “Simon Says” dalam pembelajaran
Bahasa
Inggris di
kelas VII
SMPLB di
SLB Negeri
Cileunyi Kabupaten Bandung? 1. Kesulitan siswa dalam proses pelaksanaan permainan “Simon Says” dalam pembelajaran Bahasa Inggris
2. Kesulitan guru
dalam pelaksanaan permainan “Simon Says” dalam pembelajaran Bahasa Inggris Guru Bahasa Inggris Observasi Wawancara
Studi Dokumentasi
5. Bagaimana
upaya
mengatasi
1. Upaya yang
hambatan
yang
dihadapi
dalam
pelaksanaan
permainan “Simon Says” dalam pembelajaran
Bahasa
Inggris di
kelas VII
SMPLBdi
SLB Negeri
Cileunyi
Kabupaten
Bandung?
mengatasi
hambatan
dalam proses
pelaksanaan
permainan “Simon Says” dalam
pembelajaran
Bahasa Inggris
2. Upaya yang
dilakukan
untuk
mengatasi
hambatan guru
saat pelaksanaan
permainan “Simon Says” dalam
pembelajaran
Bahasa Inggris
1. Persiapan
a. Persiapan dalam penyusunan RPP meliputi :
1) Menentukan tujuan pembelajaran sesuai dengan standar kompetensi,
Indikator dantujuan yang sesuai dengan kurikulum
2) Memilih bahan ajar atau materi pelajaran yang sesuai dengan tujuan yang
28
3) Memilih srtategi atau metode pembelajaran yang disesuaikan dengan
tujuan pembelajaran, menentukan langkah-langkah pemelajaran
disesuaikan dengan kemampuan siswa.
4) Menentukan media dan alat pembelajaran yang disesuaikan dengan kondisi
siswa sesuai dengan hasil asesmen, tempat dan kemampuan guru.
5) Menentukan waktu pembelajaran
2. Pelaksaan
Pelaksanaan pemelajaran dengan menggunakan permaian simon says
disuaikan dengan RPP yang sudah dibuat meliputi kegiatan awal atau
apersepsi yang meliputi ekplorasi, elaborasi dan konfirmasi, kemudian
kegiatan inti atau kegiatan pemberian materi dan kegiatan akhir memberikan
evaluasi. Evaluasi yang diberikan kepada siswa meliputi : Keaktifan siswa
pada proses pembelajaran , kemampuan motorik dan kemampuan penguasaan
kosa kata baru.
3. Hasil belajar siswa
Sebelum memdapatkan intervensi penggunaan permain Simon Says siswa
tersebut medapatkan nilai dibawah KKM disetiap ulangan ,dikarnakan mereka
tidak memiliki motivasi untuk belajar. Dan setelah mendapatkan intervensi
permainan Simon Says mereka bisa dan memiliki motivasi untuk belajar dan
akhirnya mereka mendapatkan nilai diatas KKM.
4. Hambatan
Hambatan yang dialami siswa meliputi : sulitnya menghafalkan kosa kata baru
yang diberikan guru dan sulitnya menyentuh benda yang di instruksikan guru
karena mengalami hambatan penglihatan.
5. Mengatasi Hambatan
Untuk mengatasi hambatan dalam hal penguasan kosa kata baru guru
memberikan penugasan untuk menghafal kosa kata baru dirumah
PEDOMAN OBSERVASI
PELAKSANAAN PERMAINAN “SIMON SAYS” DALAM PEMBELAJARAN BAHASA INGGRIS
Tabel 3.4
NO. ASPEK HASIL OBSERVASI
PELAKSANAAN
1. Tahapan pelaksanaan
2. Proses Pembelajaran
3. Penilaian
4. Waktu Pelaksanaan
5. Sarana pendukung yang digunakan
HAMBATAN
6. Hambatan pada siswa
7. Hambatan pada guru
8. Hambatan dari lingkungan pembelajaran
UPAYA MENGATASI HAMBATAN
9. Upaya mengatasi hambatan pada siswa
10. Upaya mengatasi hambatan pada guru
11.
Upaya mengatasi hambatan
dari lingkungan
[image:19.612.137.506.149.643.2]30
E.Teknik Pengumpulan Data
Sebagaimana telah diungkapkan bahwa sumber data dalam penelitian
kualitatif dapat berupa suatu peristiwa, tingkah laku, benda, dokumen dan
sebagaimananya maka teknik pengumpulan data dalam penelitian ini adalah
wawancara, observasi dan studi dokumentasi.
Menurut Sutopo (2006, hlm. 69) wawancara dalam penelitian kualitatif pada
umumnya tidak dilakukan secara terstruktur ketat dan dengan pertanyaan
tertutup, tetapi dilakukan secara tidak terstruktur sebagai teknik wawancara
mendalam, karena peneliti merasa tidak tahu mengenai apa yang terjadi
sebenarnya dan ingin menggali informasinya secara mendalam dan lengkap dari
narasumbernya.
Observasi menurut Sutopo (2006, hlm. 75) digunakan untuk menggali data
dari sumber data yang berupa peristiwa, aktivitas, perilaku, tempat atau lokasi,
dan benda serta rekaman gambar. Observasi dapat dilakukan baik secara
langsung maupun tidak langsung. Pada observasi langsung dapat dilakukan
oleh pengumpul data dengan mengambil peran atau tak berperan.
Menurut Yin (dalam Sutopo,2006, hlm. 81) teknik mencatat dokumen yang
juga disebut sebagai content analysis, sebagai cara untuk menemukan beragam
hal sesuai dengan kebutuhan dan tujuan penelitian. Dalam melakukan teknik ini
perlu disadari bahwa peneliti bukan sekedar mencatat isi penting yang tersurat
dalam dokumen atau arsip, tetapi juga tentang maknanya yang tersirat.
F. Pengujian Keabsahan Data
Uji keabsahan data dalam setiap penelitian penting untuk dilakukan untuk
memastikan data yang dikumpulkan dan akan dilaporkan terpercaya atau valid.
Berbeda dengan penelitian kuantitatif, dalam penelitian kualitatif uji keabsahan
data dilakukan lebih kepada peneliti itu sendiri. Meski demikian terdapat
Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan tiga cara dalam menguji keabsahan
data yaitu perpanjangan pengamatan, triangulasi teknik dan member chek.
Pertama, uji keabsahan data dengan perpanjangan pengamatan. Hal ini
dilakukan dengan tujuan peneliti dapat membangun relasi yang baik dengan
sumber data sehingga ketika hubungan peneliti dengan sumber data telah
terjalin dengan baik bahkan akrab maka kredibilitas data yang diperoleh
semakin meningkat.
Menurut Sugiyono (2009, hlm. 370) dalam perpanjangan pengamatan untuk
menguji kredibilitas data penelitian sebaiknya difokuskan pada pengujian
terhadap data yang diperoleh, apakah data yang diperoleh itu setelah dicek
kembali ke lapangan benar atau tidak, berubah atau tidak. Bila setelah dicek
kembali ke lapangan data sudah benar berarti kredibel, maka waktu
perpanjangan pengamatan dapat diakhiri.
Cara kedua, triangulasi teknik. Menurut Sugiyono (2009, hlm. 373)
triangulasi teknik untuk menguji kredibilitas data dilakukan dengan cara
mengecek data kepada sumber yang sama dengan teknik yang berbeda.
Misalnya data diperoleh dengan wawancara, lalu dicek dengan observasi,
dokumentasi, atau kuesioner.
Ketiga, member chek. Member chek. Member chek menurut Sugiyono (2009,
hlm. 372) merupakan proses pengecekan data yang diperoleh peneliti kepada
pemberi data. Apabila data yang ditemukan disepakati oleh pemberi data berarti
data tersebut valid, tetapi apabila data yang diberikan oleh peneliti tidak
disepakati oleh pemberi data maka peneliti perlu melakukan diskusi dengan
pemberi data dan apabila perbedaannya tajam, maka peneliti harus merubah
temuannya dan harus menyesuaikan dengan apa yang diberikan oleh pemberi
32
G.TEKNIK ANALISIS DATA
Analisis data dalam penelitian kualitatif dilaksanakan secara terus-menerus
selama pengumpulan data di lapangan. Sebagaimana diungkapkan Suharsaputra
(2012, hlm. 217) dalam penelitian kualitatif proses penelitian bersifat siklikal
dan yang digunakan adalah metode berfikir induktif yang bertitik tolak dari “khusus ke umum” bukan dari “umum ke khusus” sebagaimana logika deduktif verifikatif. Konseptualisasi, kategorisasi, dan deskripsi dikembangkan atas
dasar kejadian yang diperoleh ketika kegiatan lapangan berlangsung.
Teknik analisis data dilakukan dengan tahapan yang terstruktur. Janice
McDrury dalam Moleong (2011, hlm. 248) menyebutkan tahapan analisis data
kualitatif sebagai berikut:
1. Membaca atau mempelajari data, menandai kata-kata kunci dan gagasan
yang ada dalam data.
2. Mempelajari kata-kata kunci itu, berupaya menemukan tema-tema yang
berasal dari data.
3. Menuliskan „model‟ yang ditemukan.
4. Koding yang telah dilakukan.
Teknik analisis data menurut Moleong ( dalam Suharsaputra, 2012, hlm.
216) meliputi mereduksi data, menyajikan data, display data, menarik
kesimpulan dan melaksanakan verifikasi. Dalam penelitian ini teknik analisis
data dilakukan dengan reduksi data, display data dan menarik kesimpulan dan
verifikasi.
Reduksi data menurut Sugiyono (2009, hlm. 338) berarti merangkum,
memilih hal-hal yang pokok, memfokuskan pada hal-hal yang penting, dicari
tema dan polanya dan membuang yang tidak perlu. Dengan demikian data yang
telah direduksi akan memberikan gambaran yang lebih jelas, dan
mempermudah peneliti untuk melakukan pengumpulan data selanjutnya, dan
Setelah melakukan reduksi terhadap data yang dikumpulkan langkah
berikutnya dalam analisis data kualitatif adalah penyajian data atau display
data. Menurut Sugiyono (2009, hlm. 341) dengan mendisplaykan data, maka
akan memudahkan untuk memahami apa yang terjadi, merencanakan kerja
selanjtnya berdasarkan apa yang telah difahami tersebut.
Menurut Suharsaputra (2012,hlm. 218) pada tahap ini peneliti melakukan
proses mengolah data dari lapangan dengan memilah dan memilih, dan
menyederhanakan data dengan merangkum yang penting-penting sesuai dengan
fokus penelitian. Reduksi data dilakukan setelah peneliti melakukan observasi
dan wawancara. Reduksi data dilakukan dengan cara menulis semua data
lapangan kemudian data dirangkum sesuai dengan hal-hal pokok untuk mencari
polanya.
Langkah terakhir dalam analisis data yang dilakukan dalam penelitian ini
adalah menarik kesimpulan dan verifikasi. Sebagaimana diungkapkan Sugiyono
(2009, hlm. 345) kesimpulan awal yang dikemukakan masih bersifat sementara,
dan akan berubah bila tidak ditemukan bukti-bukti yang kuat yang mendukung
pada tahap pengumpulan data berikutnya. Dengan demikian kesimpulan dalam
penelitian kualitatif mungkin dapat menjawab rumusan masalah yang
dirumuskan sejak awal, tetapi mungkin juga tidak.
Kesimpulan dalam penelitian kualitatif menurut Sugiyono (2009, hlm. 345)
diharapkan adalah temuan baru yang sebelumnya belum pernah ada. Temuan
dapat berupa deskripsi atau gambaran suatu objek yang sebelumnya masih
remang-remang atau gelap sehingga setelah diteliti menjadi jelas, dapat berupa
34
Analisis data kualitatif model interaktif digambarkan oleh Sugiyono (2009,
hlm. 338) adalah sebagai berikut:
Data collection Display Data
Data Reduksi
Conclusions:d rawing/verifyi