• Tidak ada hasil yang ditemukan

ANALISIS PENAMPANG RESISTIVITAS DAN ANALISIS KEKAR UNTUK MENGIDENTIFIKASI SESAR DI KABUPATEN POSO.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "ANALISIS PENAMPANG RESISTIVITAS DAN ANALISIS KEKAR UNTUK MENGIDENTIFIKASI SESAR DI KABUPATEN POSO."

Copied!
18
0
0

Teks penuh

(1)

SKRIPSI

diajukan untuk memenuhi sebagian syarat untuk memperoleh

gelar Sarjana Sains Program Studi Fisika

Oleh

Wilman Hanggara Saleh

NIM 092288

PROGRAM STUDI FISIKA DEPARTEMEN PENDIDIKAN FISIKA

FAKULTAS PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA

(2)

DI KABUPATEN POSO

Oleh

Wilman Hanggara Saleh

Sebuah skripsi yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana pada Fakultas Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam

© Wilman Hanggara Saleh 2015 Universitas Pendidikan Indonesia

Januari 2015

Hak Cipta dilindungi undang-undang.

(3)
(4)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pulau Sulawesi terletak diantara tiga pertemuan lempeng besar yaitu

lempeng Eurasia, Pasifik, dan Indo-Australia serta sejumlah lempeng kecil

lainnya yang menyebabkan kondisi tektonik Pulau Sulawesi sangat komplek.

Pertemuan dari ketiga lempeng tersebut bersifat konvergen dan ketiganya

betumbukan secara relatif yang mengakibatkan daerah Sulawesi Tengah dan

sekitarnya menjadi salah satu daerah yang memiliki tingkat kegempaan yang

cukup tinggi di Indonesia. Untuk level lempeng mikro yang lebih detail dapat

dilihat adanya tumbukan antara blok Sunda bagian tenggara dan blok Sula yang

membentuk pulau Sulawesi sekarang. Tumbukan itu menyebabkan

ketidakstabilan tektonik di daerah jazirah selatan Sulawesi, akibat dari tumbukan

itu sendiri diantaranya adalah terbentuknya sesar Palu-Koro pada batas barat daya,

sesar Matano pada batas selatan, sesar Walanae di jazirah selatan, serta pemekaran

dasar laut di Selat Makasar dan Teluk Bone.

Berdasarkan citra satelit IFSAR (Interferometric Synthetic Aperture Radar),

Kabupaten Poso dilalui oleh beberapa sesar, yaitu sesar Sausu Parigi, sesar Poso,

sesar Kasiguncu, sesar Poso Kota, dan sesar Tojo (Soehaimi, 2012). Sesar yang

berada di Kabupaten Poso merupakan sesar aktif yang bergerak setiap tahunnya.

Kondisi ini menyebabkan Kabupaten ini termasuk daerah rawan bencana gempa.

Gempabumi yang sering dikarenakan oleh proses pergeseran antar sesar dalam

kerak bumi sebagai akibat dari pelepasan energi secara mendadak (Lomnitz dan

Rosenblueth, 1976).

Kabupaten Poso dan sekitarnya merupakan wilayah dengan kejadian

bencana yang cukup besar mulai dari bencana geologi, vulkanik, klimatologi,

tsunami, dan lain-lain. Kerawanan gempabumi dan tsunami daerah ini sudah

dibuktikan dengan beberapa catatan sejarah gempabumi dan tsunami yang

(5)

gempabumi dan tsunami Parigi 1938, dan juga gempabumi dan tsunami yang

terjadi di Tambu pada tahun 1968.

Melihat kondisi Kabupaten Poso yang rawan terhadap berbagai bencana

geologi tersebut, maka sudah seharusnya setiap pembangunan fisik di wilayah ini

dilakukan dengan perencanaan penataan ruang yang berbasis bencana.

Infrastruktur yang memiliki nilai strategis bagi masyarakat seperti rumah sakit,

sekolah, dan jalan harus ditempatkan pada ruang yang aman dari ancaman bahaya

bencana alam. Dengan demikian, dampak-dampak yang terjadi akibat bencana

dapat diminimalisasi sehingga kerusakan dan korban jiwa dapat dikurangi.

Undang-Undang No. 26 Tahun 2007 pasal 6 ayat 1 (a), mengatur tentang

Penataan Ruang, yang isinya menyatakan “penataan ruang harus memperhatikan

kondisi fisik negara yang rentan terhadap bencana”. Dalam undang-undang

tersebut juga dijelaskan bahwa Pemerintah Daerah Provinsi, Kabupaten/Kota

harus menyusun detail peruntukan ruang sebagai upaya meminimalisasi terjadinya

bencana oleh alam dan manusia.

Berdasarkan uraian sebelumnya, maka untuk rencana tata ruang yang baik

di daerah Kabupaten Poso dibutuhkan referensi geologi dan geofisika daerah

sekitar. Informasi geologi yang dimaksudkan adalah pola sesar aktif yang berada

di Kabupaten Poso, dan untuk mengidentifikasi sesar aktif tersebut diperlukan

penelitian langsung di lapangan. Hal ini yang mendorong para ahli kebumian,

khususnya geologi dan geofisika untuk mendapatkan lebih banyak data bawah

permukaan sekitar sesar-sesar yang terdapat di Kabupaten Poso.

Untuk penelitian ini, peneliti menggunakan metode geolistrik resistivitas

dan juga pengambilan data kekar meliputi jurus (strike) dan kemiringan (dip) di

sekitar sesar. Metode tersebut dapat digunakan untuk mengindentifikasi sesar di

sekitar daerah penelitian. Metode geolistrik adalah salah satu metode dalam

geofisika yang didalamnya mempelajari sifat aliran listrik di dalam bumi.

Pendeteksian metode geolistrik di atas permukaan meliputi pengukuran potensial,

arus, dan elektromagnetik yang terjadi baik secara ilmiah maupun akibat dari

(6)

metode resistivitas konfigurasi dipole-dipole. Dengan menganalisis data hasil

pengukuran geolistrik dan didukung oleh informasi geologi (analisis kekar)

wilayah penelitian, maka karakteristik tipe dan pola sesar yang terdapat di daerah

penelitian dapat diketahui. Sehingga dengan teridentifikasinya sesar di wilayah

penelitian, dapat dijadikan sebagai data dasar pengembangan wilayah, sumber

referensi tata ruang kota dan peta mitigasi bencana wilayah Kabupaten Poso.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan permasalahan sesar yang berada di Poso Provinsi Sulawesi

Tengah, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah bagaimana jenis sesar

berdasarkan analisis kekar, penampang resistivitas 2D dan 3D konfigurasi

dipole-dipole di daerah Kabupaten Poso?

1.2 Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi jenis sesar berdasarkan

model penampang resistivitas konfigurasi dipole-dipole dan analisis kekar (Strike

and dip) di daerah Kabupaten Poso.

1.3 Manfaat Penelitian

Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan gambaran mengenai

geometri struktur, jenis batuan bawah permukaan serta posisi sesar di wilayah

Poso, sehingga informasi tersebut dapat dijadikan sebagai data dasar

pengembangan wilayah, sumber referensi untuk rencana tata ruang dan peta

mitigasi bencana bagi pemerintah daerah Kabupaten Poso.

1.4 Struktur Organisasi Skripsi

Struktur organisasi skripsi berisi tentang uurtan penulisan dari setiap bab

dan bagian dalam skripsi, mulai dari bab I hingga bab V.

Bab I berisi uraian tentang pendahuluan dan merupakan awal dari skripsi

yang terdiri dari :

1. Latar Belakang Penelitian

(7)

3. Tujuan Penelitian

4. Manfaat Penelitian

5. Struktur Organisasi Skripsi

Bab II berisi uraian tentang kajian pustaka dan hipotesis penelitian. Kajian

pustaka mempunyai peran yang sangat penting, kajian pustaka berfungsi sebagai

landasan teoritik dalam menyusun pertanyaan penelitian, tujuan, serta hipotesis,

Bab II terdiri dari :

1. Pembahasan teori-teori dan konsep dan turunannya dalam bidang yang

dikaji.

Bab III berisi penjabaran yang rinci mengenai metode penelitiaan yang

terdiri dari :

1. Lokasi Penelitian

2. Alat dan Bahan

3. Pengambilan Data

4. Pengolahan dan Interpretasi Data

Bab IV berisi tentang hasil penelitian dan pembahasan yang terdiri dari:

1. Hasil Pengolahan Data Geolistrik

2. Hasil Pengolahan Parameter Kekar

3. Analisis Struktur Geologi Kabupaten Poso

4. Analisis Struktur Sesar

Bab V menyajikan penafsiran dan pemaknaan peneliti terhadap hasil analisis

temuan penelitian. Ada dua alternatif cara penulisan simpulan, yakni dengan cara

butir demi butir atau dengan uraian pada, bab V terdiri dari :

1. Simpulan

(8)

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Lokasi Penelitian

Lokasi penelitian terletak di wilayah Kabupaten Poso, Sulawesi Tengah

yang mempunyai letak geografis 10 06’ 44” – 20 12’ 53” LS dan anatar 1200 05’

09” – 120052’ 04” BT. Penelitian ini dilakukan dalam periode antara bulan Mei -Oktober 2012.

Gambar 3.1 Peta wilayah Poso

(http://loketpeta.pu.go.id/peta/peta-infrastruktur-kabupaten-poso-2008)

3.2 Alat dan Bahan

Peralatan yang digunakan dalam akuisisi data adalah seperangkat alat

(9)

1. Supersting R8/IP

2. Switch box R8/IP

3. Laptop

4. 4 unit kabel @350 meter

5. Elektroda sebanyak 60 buah

6. Palu

7. 2 unit DC Batterai 12V/50Ah

8. Toolkit

9. Inverter DC-AC Komputer

10.GPS Navigasi

11.Kamera

12.Alat tulis

Gambar 3.2 Peralatan Supersting R8/I

3.3 Metode Penelitian

Metode penelitian yang digunakan adalah metode diskriptif analitik dari

data sekunder geolistrik resistivitas dan parameter kekar yang diperoleh dari Pusat

(10)

untuk menentukan bidang sesar, geometri struktur dan jenis batuan penyusun

yang terdapat di bawah permukaan daerah pengukuran.

3.4 Pengambilan Data

Pada penelitian ini peneliti tidak melakukan pengukuran secara langsung,

data yang digunakan merupakan data sekunder yang diperoleh dari Pusat Survei

Geologi Bandung.

Gambar 3.3 Diagram alur metode pengambilan data

1. Pengambilan data geolistrik

Sebelum melakukan pengukuran, kita dapat membuat perencanaan survey

dengan membuat comand file dengan menggunakan perangkat lunak AGI

Supersting Administrator. Comand file bertujuan untuk mengendalikan

pengukuran sesuai dengan parameter kontrol yang diinginkan seperti

metode yang akan digunakan dalam penelitian, spasi elektroda dan

kedalaman yang akan diteliti.

Pengukuran geolistrik dalam penelitian ini dilakukan di 8 (delapan) lintasan,

yaitu 5 (lima) lintasan pada sistem lajur patahan Sausu-Parigi dan 3 (tiga)

lintasan lajur patahan Pinedapa. Lintasan dibuat tegak lurus memotong lajur Mulai

Akuisisi Data

Data Resistivitas Data Longitude,

latitude dan elevasi

Pengukuran Resistivitas Pengukuran Koordinat setiap

Lintasan Geolistrik

Pengolahan Data Pengukuran Parameter Kekar

Data strike dan dips

(11)

sesar, lintasan yang memotong lajur sesar bertujuan untuk mengetahui

penampang bawah permukaan serta pola sesar yang terdapat di lajur sesar

Sausu-Parigi dan lajur sesar Pinedapa. Panjang bentangan lintasan

pengamatan antara 165 meter sampai dengan 316 meter yang disesuaikan

dengan kondisi geologi lapangan. Besarnya nilai n pada penelitian ini

dibatasi hingga n = 6.

Pada penelitian ini dipilih metode konfigurasi dipole-dipole karena metode

ini dapat mencapai kedalaman yang lebih dalam dibandingkan dengan

konfigurasi wenner, schlumberger dan square, selain itu konfigurasi ini

sangat baik untuk pengukuran CST (Constant Separation Traversing)

(Reynold. 1997). Pengukuran CST lebih dikenal sebagai metode Profiling

Horizontal yang digunakan untuk menentukan variasi tahanan jenis secara

horizontal.

(12)

Tabel 3.1 Lokasi lintasan pengukuran geolistrik

No.

Lokasi

Kode lokasi Nama daerah

Bujur (BT) Lintang

2. Pengambilan data parameter kekar

Pengukuran struktur geologi dilakukan pada batuan yang mengalami

pengkekaran. Kekar atau rekahan adalah jenis struktur yang umum dijumpai

pada batuan. Struktur kekar didefinisikan sebagai bidang rekahan atau

pecahan pada batuan yang sedikit atau tidak sama sekali mengalami

pergeseran. Berikut cara mengukur struktur geologi dengan kompas geologi:

a. Pengukuran Jurus

Bagian sisi kompas (sisi "E") ditempelkan pada bidang yang diukur.

Kedudukan kompas dihorisontalkan, ditunjukkan oleh posisi level dari

(13)

jarum utara kompas adalah jurus jurus bidang yang diukur. Buatlah tanda

garis pada bidang tersebut sesuai dengan arah jurusnya.

b. Pengukuran Kemiringan

Kompas pada posisi tegak, tempelkan sisi 'W' kompas pada bidang yang

diukur dengan posisi yang tegak lurus jurus pada garis jurus yang telah

dibuat pada butir (a). Kemudian Dinometer diatur sehingga gelembung

udaranya tepat berada ditengah (Posisi Level). Nilai yang ditunjukkan

oleh penunjuk pada skala klinometer adalah besarnya sudut kemiringan

dari bidang yang diukur.

c. Pengukuran Arah Kemiringan

Tempelkan sisi "S" kompas pada bidang yang diukur. Posisikan kompas,

sehingga. horizontal (nivo "mata lembu" level), baca angka yang ditunjuk

oleh jarum utara kompas. Nilai ini merupakan arah kemiringan (dip

direction) dari bidang yang diukur.

(14)

3.5 Pengolahan dan Interpretasi Data

1. Pengolahan Data

Untuk mengolah data hasil pengukuran di lapangan, data pengukuran yang

tersimpan di memori alat kemudian dicopy atau dipindahkan dengan cara

mendownload data dari alat ke komputer. Alat Supersting R8/IP

dihubungkan dengan kabel koneksi ke komputer, dengan menggunakan

perangkat lunak AGI Administrator maka data akan dicopy atau

dipindahkan ke komputer. Proses download dilakukan di lapangan dan

dibuat backupnya di flashdisk. Setelah data tersebut berhasil dipindahkan,

maka langkah selanjutnya adalah mengkonversi data dengan format .stg ke

format .dat menggunakan perangkat lunak AGI Supersting Administrator.

Format data .dat kemudian di olah menggunakan perangkat lunak

Res2Dinv. Untuk model 3D digunakan perangkat lunak RockWorks 15,

sedangkan untuk pengolahan data jurus (strike) dan kemiringan (dip)

menggunakan perangkat lunak Dips 5.

2. Pemilahan Data Geolistrik, GPS dan Struktur Geologi

Setelah semua data diperoleh, maka proses selanjutnya adalah pemilihan

data lapangan. Pemilahan data geolistrik bisa dilakukan menggunakan

perangkat lunak Res2Dinv sedangkan untuk data struktur geologi

dikelompokan dengan data yang hampir identik. Proses yang dilakukan

adalah membaca file dan mengedit data dengan mempertimbangkan

kualitas dari data itu sendiri. Dari data yang diperoleh tersebut, kemudian

mengkelompokan berdasarkan wilayah pengukuran sesuai dengan

koordinat-koordinat pada GPS.

3. Pemodelan 2D

Pemodelan 2D memberikan informasi berupa penampang sebaran nilai

resistivitas bawah permukaan secara horizontal. Untuk memodelkan

informasi tersebut digunakan perangkat lunak Res2Dinv, dari hasil

pengolahan data akan diperoleh penampang 2D yang menunjukan nilai

(15)

gambaran kondisi bawah permukaan berdasarkan nilai resistivitas semu

yang terukur dan terhitung.

Langkah pertama pengolahan data geolistrik adalah mengatur parameter

awal untuk forwad modeling dan resistivity inversi. Selanjutnya,

melakukan edit data elektroda yang dianggap sebagai noise pada tiap

lintasan supaya hasil penampang resistivitasnya baik. Kemudian inversi

data geolistrik untuk mendapatkan model penampang resistivitas 2D.

Apabila model yang dihasilkan kurang baik dan besarnya RMS kurang

baik, maka dilakukan kembali ke edit data dan kemudian inversi kembali

sehingga didapatkan model penampang resistivitas yang baik.

Simpatmodel penampang 2D dalam format “.jpg”.

4. Pemodelan 3D

Model penampang 2D kurang memberikan gambaran nyata yang dapat

diinterpretasikan, karena kenyataannya adalah bumi merupakan bentuk

3D. Dengan demikian model 3D digunakan untuk membantu

menginterpretasi model 2D itu sendiri, meskipun model 3D ini masih

kasar karena data yang digunakan adalah data resistivitas yang teknik

pengukurannya menggunakan tenkik pengukururan 2D. Pemodelan 3D

menggunakan perangkat lunak RockWork 15 dengan input data dari hasil

inversi resistivitas model 2D berdasarkan kedalaman dan

koordinat-koordinat tiap elektroda.

5. Pengolahan Data Kekar

Pada perangkat lunak Dips 5 akan dibuat model beachball. Input yang

dapat dimasukan kedalam perangkat lunak ini berupa nilai dari strike dan

dip sekitar lintasan pengukuran geolistrik. Model ini dibuat dengan tujuan

sebagai data pendukung bagi identifikasi sesar yang diteliti menggunakan

metode geolistrik.

6. Interpretasi Data

Pada tahapan ini akan dijelaskan mengenai informasi dari masing-masing

penampang resistivitas yang telah dibuat dengan menggunakan perangkat

(16)

menggunakan perangat lunak Dips 5. Gambaran lapisan batuan bawah

permukaan dapat diperoleh dari hasil intepretasi data yang dilakukan

dengan melihat nilai reisitivitas yang mengacu pada nilai reistivitas acuan

atau standar yang ada (Telford, dkk. 1990: 285, 290), data geologi yaitu

peta geologi. Selanjutnya dari hasil interpretasi tersebut dapat diketahui

(17)

Gambar 3.6 Diagram alur metode pengolahan data

Data kekar (strike & dip)

(18)

BAB V

SIMPULAN DAN SARAN

5.1 Simpulan

Berdasarkan hasil pengolahan dan analisis data penelitian dugaan sesar di

dua lajur patahan yaitu lajur Sausu-Parigi dan lajur Pinedapa dengan

menggunakan Metode Resistivitas Konfigurasi Dipole-dipole, dapat disimplkan

sebagai berikut:

Diskontinuitas batuan secara umum terdapat di kedalaman 16 meter dan 12

meter dari permukaan setiap penampang resistivitas hasil pengolahan perangkat

lunak Res2Dinv. Berdasarkan interpretasi analisis kekar, jenis sesar yang terdapat

di lajur Sausu-Parigi merupakan jenis sesar oblique dengan komponen geser

menganan, sedangkan untuk lajur sesar Pinedapa sesar yang terdeteksi berjenis

sesar geser dengan komponen geser menganan (dextral). Model 3D dibuat untuk

memudahkan dalam visualisasi sesar geser yang terdapat di lajur Sausu-Parigi dan

lajur Pinedapa, dalam model tersebut dapat dilihat letak posisi sesar beserta posisi

dari hanging wall. Bidang yang menempati bagian timur merupakan hanging wall

dari sesar Sausu-Parigi, karena bidang tersebut relatif bergerak naik. Sedangkan

untuk lintasan Sausu 2, bidang yang relatif bergerak naik berada di sebelah barat

laut dari model 3D.

5.2 Saran

1. Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, maka saran yang diberikan

untuk penelitian selanjutnya yaitu sebaiknya dilakukan akuisisi data

geolistrik 3D atau memperbanyak lintasan pengukuran di sepanjang lajur

sesar untuk mendapatkan hasil data pengukuran yang lebih optimal.

2. Analisis kekar sebaiknya dilengkapi dengan parameter kekar lainnya yaitu

Gambar

Gambar 3.1 Peta wilayah Poso (http://loketpeta.pu.go.id/peta/peta-
Gambar 3.2 Peralatan Supersting R8/I
Gambar 3.3 Diagram alur metode pengambilan data
Gambar 3.4 Lokasi lintasan pengukuran geolistrik di Poso
+4

Referensi

Dokumen terkait

Tujuan dari penelitian ini adalah mengidentifikasi kesesuaian lahan tebu dengan menggunakan metode geolistrik resistivitas 2D konfigurasi Wenner di Afdeling Talang

Tujuan dari penelitian ini yaitu untuk mendeteksi struktur bawah permukaan pada daerah gumuk dalam 2 dimensi dengan menggunakan metode geolistrik resistivitas konfigurasi

Setela# melakukan pengamilan data sekunder, dilakukan pengamilan data*data  primer dengan (ara pengamilan data se(ara langsung $ang terdapat pada lokasi penelitian

Satuan batuan yang terpotong oleh struktur geologi tersebut adalah Satuan Batuan Metamorf yang ditunjukkan dengan adanya kekar gerus yang intensif dan kelurusan intrusi

Data resistivitas dari penampang resistivitas 2-D yang diperoleh dari pengukuran lintasan 1 sampai dengan pengukuran lintasan 4 di lapangan yaitu zona lapisan

Berdasarkan hasil penelitian menggunakan metode geolistrik yang didukung dengan data geologi berupa peta geologi lembar Kediri, area Sumber Air Panas Songgoriti pada lintasan

Satuan batuan yang terpotong oleh struktur geologi tersebut adalah Satuan Batuan Metamorf yang ditunjukkan dengan adanya kekar gerus yang intensif dan kelurusan intrusi

Data resistivitas dari penampang resistivitas 2-D yang diperoleh dari pengukuran lintasan 1 sampai dengan pengukuran lintasan 4 di lapangan yaitu zona lapisan