DAFTAR ISI ABSTRAK... KATA PENGANTAR... i ii UCAPAN TERIMAKASIH... DAFTAR ISI... iv vii DAFTAR TABEL... DAFTAR DIAGRAM... x xii DAFTAR GAMBAR... DAFTAR LAMPIRAN... xiii xiv
BAB I PENDAHULUAN... 1
A. Latar Belakang Masalah... 1
B. Rumusan Masalah... 8
C. Tujuan Penelitian... 8
D. Manfaat Penelitian... 9
E. Asumsi... 10
BAB II KAJIAN TEORITIS MENINGKATKAN KECERDASAN SPASIAL ANAK USIA DINI MELALUI PEMBELAJARAN SENI TARI... 12
A. Konsep Kecerdasan Spasial...
1. Pengertian Kecerdasan... 2. Pengertian Kecerdasan Spasial... 3. Jenis-jenis Kecerdasan spasial...
12
12
15
17
B. Pembelajaran Seni Tari untuk Anak Usia Dini...
1. Konsep Tari... 2. Hubungan Kecerdasan Spasial dengan Pembelajaran Seni Tari.... 3. Tari yang dapat Meningkatkan Kecerdasan Spasial...
19
19
25
C. Penelitian Terdahulu yang Relevan... 29
BAB III METODE PENELITIAN... 31
A. Rancangan Penelitian... 31
B. Lokasi dan Subjek Penelitian... 34
C. Devinisi Operasional Variabel... 34
D. Instrumen Penelitian... 37
E. Studi Dokumentasi... 51
F. Observasi... 52
G. Wawancara... 52
H. Prosesdur Penelitian... 56
I. Teknik Analisis Data... 58
J. Validitas Data... 59
BAB IV ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN... 60
A. Profil dan Proses Pembelajaran di PAUD Nurul Hikmah...
1. Keadaan Guru... 2. Keadaan Anak... 3. Kurikulum... 4. Metode dan Proses Pembelajaran... 5. Kegiatan Guru PAUD Nurul Hikmah dalam Meningkatkan
Kecerdasan Spasial... 60
60
61
63
64
67
B. Hasil Penelitian...
1. Kondisi Objektif / Gambaran Kecerdasan Spasial Anak Sebelum Diterapkan Pembelajaran Seni Tari... 2. Langkah-langkah Pembelajaran Seni Tari dalam Meningkatkan
Kecerdasan Spasial Anak Usia Dini di PAUD Nurul Hikmah... 3. Peningkatan Kecerdasan Spasial Anak Setelah diterapkannya
Pembelajaran Seni Tari pada Pendidikan Anak Usia Dini Nurul 68
68
Hikmah... 150
C. Pembahasan...
1. Kondisi Objektif / Gambaran Kecerdasan Spasial pada Pendidikan Anak Usia Dini Nurul Hikmah... 2. Penerapan Pembelajaran Seni Tari untuk Meningkatkan
Kecerdasan Spasial Anak usia Dini Nurul hikmah... 3. Peningkatan Kecerdasan Spasial Anak Setelah diterapkannya
Pembelajaran Seni Tari pada Pendidikan Anak Usia Dini Nurul Hikmah...
159
159
163
169
BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI... 171
A. Kesimpulan... 171
B. Rekomendasi... 175
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
DAFTAR TABEL
Tabel 3.1 Kisi-kisi Instrumen Kecerdasan Spasial... 38
Tabel 3.2 Pedoman Observasi... 46
Tabel 3.3 Format Wawancara Sebelum Tindakan... 53
Tabel 3.4 Format Wawancara Setelah Tindakan... 54
Tabel 4.1 Data Guru/Pengajar PAUD Nurul Hikmah... 61
Tabel 4.2 Data Anak PAUD Nurul Hikmah... 61
Tabel 4.3 Ringkasan Penilaian Anak Sebelum Tindakan (Pra Siklus)... 70
Tabel 4.4 Penilaian Presentasi Per Anak Pada Kegiatan Pra Siklus... 75
Tabel 4.5 Tahapan Gerakan Tari pada Siklus I Tindakan I... 83
Tabel 4.6 Tabel Refleksi Kegiatan Siklus I Tindakan I... 87
Tabel 4.7 Penilaian Kecerdasan Spasial Anak Secara Umum Pada Siklus I Tindakan 1... 88
Tabel 4.8 Tahapan Gerakan Tari pada Siklus I Tindakan II... 96
Tabel 4.9 Tabel Refleksi Kegiatan Siklus I Tindakan II... 102
Tabel 4.10 Penilaian Kecerdasan Spasial Anak Secara Umum Pada Siklus I tindakan II... 103
Tabel 4.11 Ringkasan Penilaian Anak Siklus I... 107
Tabel 4.12 Penilaian Presentasi Per Anak Pada Kegiatan Siklus I... 113
Tabel 4.13 Penilaian Presentasi Per Anak Pada Kegiatan Pra Siklus dan Siklus I... 114
Tabel 4.15 Penilaian Kecerdasan Spasial Anak Secara Umum
Pada Siklus II Tindakan 1... 125
Tabel 4.16 Tahapan Gerakan Tari pada Siklus II Tindakan I... 133
Tabel 4.17 Penilaian Kecerdasan Spasial Anak Secara Umum
Pada Siklus II Tindakan II... 139
Tabel 4.18 Ringkasan Penilaian Anak Siklus II... 142
Tabel 4.19 Penilaian Presentasi Per Anak Pada Kegiatan
Siklus II... 146
Tabel 4.20 Penilaian Presentasi Per Anak Pada Kegiatan
Siklus I dan Siklus II... 147
Tabel 4.21 Esensi Perbedaan Kegiatan Siklus I dan Siklus II... 150
Tabel 4.22 Hasil Penelitian Pra Siklus, Siklus I, Siklus II
Kecerdasan Spasial Anak PAUD Nurul Hikmah
Berdasarkan Hasil Observasi... 152
Tabel 4.22 Penilaian Presentasi per Anak pada Kegiatan
Pra Siklus, Siklus I dan Siklus II... 157
DAFTAR DIAGRAM
Diagram 4.1 Penilaian Presentasi Per Anak Pada Kegiatan
Pra Siklus (Sebelum Tindakan)... 75
Diagram 4.2 Penilaian Presentasi Per Anak Pada Kegiatan
Siklus I... 115
Diagram 4.3 Penilaian Presentasi Per Anak Pada Kegiatan
Siklus II... 149
Diagram 4.4 Presentasi Pra Siklus, Siklus I dan Siklus II
Kecerdasan Spasial Anak PAUD Nurul Hikmah
DAFTAR GAMBAR
DAFTAR LAMPIRAN
1. Surat Permohonan Ijin Mengadakan Penelitian 2. Surat Keputusan Dekan Fakultas Ilmu Pendidikan 3. Surat Pengantar Judgement
4. Lembar Validasi Instrumen
5. Surat Penelitian PAUD Nurul Hikmah 6. Kartu Bimbingan Skripsi Pembimbing I 7. Kartu Bimbingan Skripsi Pembimbing II 8. Lembar Perbaikan Skripsi
9. Pedoman Pengecekan Dokumen 10.Format Wawancara Sebelum Tindakan 11.Format Wawancara Setelah Tindakan
12.Daftar Cek List Pedoman Observasi Aktivitas Guru pada Kegiatan Pembelajaran Seni Tari
13.Rencana Kegiatan Harian
14.Pedoman Pengecekan Dokumen PAUD Nurul Hikmah 15.Jawaban Format Wawancara Sebelum Tindakan 16.Jawaban Format Wawancara Setelah Tindakan 17.Data Observasi Pra Siklus
18.Data Observasi Siklus I 19.Data Observasi Siklus II
20.Lampiran Foto Kegiatan Siklus I 21.Lampiran Foto Kegiatan Siklus II
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Pendidikan anak usia dini (PAUD) merupakan pendidikan awal yang akan sangat berpengaruh terhadap pendidikan selanjutnya, tujuan dari pendidikan anak usia dini adalah untuk memfasilitasi perkembangan anak agar berkembang secara optimal. Berikut pernyataan tentang pendidikan anak usia dini yang dinyatakan dalam UU No. 20 Tahun 2003 tetang Sistem Pendidikan Nasional (SPN) Pasal 1 butir 14, bahwa :
Pendidikan adalah upaya pembinaan yang ditujukan kepada anak sejak lahir sampai dengan usia enam tahun yang dilakukan melalui pemberian rangsangan pendidikan untuk membantu pertumbuhan dan perkembangan jasmani dan rohani agar memiliki kesiapan dalam memasuki pendidikan lebih lanjut.
pendidikan anak usia dini banyak memberikan kegiatan-kegiatan yang menstimulasi kecerdasan anak agar kecerdasannya dapat selalu terasah dan berkembang dengan optimal, walaupun setiap anak memiliki kecerdasan yang berbeda-beda. Aspek-aspek perkembangan anak yang harus dikembangkan adalah aspek perkembangan kognitif, fisik motorik, bahasa, moral agama, sosial emosional, kemandirian dan seni.
Howard Gardner (2003) mengemukakan delapan jenis kecerdasan yang berbeda sebagai satu cara untuk mengukur potensi kecerdasan manusia, kanak-kanak dan dewasa. Kecerdasan-kecerdasan yang dikenal pasti adalah sebagai berikut: kecerdasan linguistik, kecerdasan naturalis, kecerdasan matematik, kecerdasan spasial, kecerdasan musikal, kecerdasan kinestetik, kecerdasan intrapersonal dan kecerdasan interpersonal. Kecerdasan pada setiap anak tidak sama dan anak mempunyai kecerdasan serta keunikan masing-masing, dalam penelitian ini akan difokuskan pada kecerdasan spasial yang berarti pada keruangan karena hubungannya dengan pembelajaran seni tari.
Kedelapan kecerdasan yang dicetuskan oleh Howard Gardner sering disebut kecerdasan jamak atau kecerdasan majemuk (Quantum Teaching, 2003: 96), berikut adalah penjelasan mengenai kecerdasan jamak tersebut :
Untuk mengingat semua jenis kecerdasan secara mudah, yaitu SLIM-n-BIL. Penjelasan mengenai SLIM-n-BIL akan dijelaskan sebagai berikut;
1. Spasial, berfikir dalam citra dan gambar. 2. Linguistik-Verbal, berfikir dalam kata-kata
3. Interpersonal, berfikir lewat berkomunikasi dengan orang lain. Ini mengacu pada “keterampilan manusia”-dapat dengan mudah membaca, berkomunikasi, dan berinteraksi dengan orang lain.
4. Musik-Ritmik, berfikir dalam irama dan melodi. 5. Naturalis, berfikir dalam acuan alam.
6. Badan-Kinestetik, berfikir dalam sensasi dan gerakan fisik
7. Interpersonal, berfikir secara reflektif. Ini mengacu pada kesadaran mengenai perasaan dan proses pemikiran diri sendiri.
8. Logis-Matematis, berfikir dengan penalaran.
Kedelapan jenis kecerdasan tersebut sebenarnya telah ada pada seseorang, namun kecerdasan manakah yang paling menonjol pada seorang anak, bahkan ada seorang anak yang memiliki dua kecerdasan yang menonjol secara bersamaan. Oleh karena itu tingkat kecerdasan pada setiap anak tidaklah sama.
Kecerdasan spasial ini sangat erat kaitannya dengan aspek kognitif, sebagaimana yang tertulis dalam Bagus (2011), menyatakan bahwa:
Menurut pendapat diatas, Kecerdasan spasial cukup erat kaitannya dengan aspek kognitif karena kemampuan yang ada pada kecerdasan spasial ini mengasah kemampuan berfikir dan konsentrasi, seperti dalam konsep tilikan ruang saat menggunting pola, mencari jejak, menari, mengenal arah dan lain sebagainya.
Penelitian tentang cara meningkatkan kecerdasan spasial anak melalui pembelajaran seni tari ini diakukan atas dasar permasalahan yang muncul di PAUD Nurul Hikmah, yaitu pada umumnya anak-anak memiliki kecerdasan spasial yang rendah. Kesimpulan tersebut dapat diambil dari hasil pengamatan / observasi di kelas dalam kegiatan belajar mengajar. Penelitian dilakukan pada anak kelompok A.
Pembelajaran seni tari dapat melatih kecerdasan anak, seperti yang diungkapkan oleh Dina Agustina (2010:25) bahwa, menari ialah bentukan dari intelegensi artistik kinestetik. Umumnya anak mengekspresikan diri diawali dengan gerakan tubuh seperti mimik wajah, bahasa tubuh. Diawali dengan arah (kanan-kiri) merupakan konsep dasar koordinasi tubuh seiring perkembangannya anak belajar bergerak ke atas – bawah dan ke depan – belakang yang merupakan gerakan tiga dimensi desebut kinesphere. Selain itu, pembelajaran seni tari memiliki peranan untuk menanamkan nilai-nilai pendidikan pada peserta didik seni untuk dapat lebih mengekspresikan kreativitas dengan lebih bebas dan terbuka (Dina Agustina, 2010:25).
Pembelajaran seni tari dapat menjadi salah satu alternatif untuk meningkatkan kecerdasan dan kemampuan otak kanan, berikut adalah pernyataan Kepala Dinas Pendidikan Dasar dan Psikolog Anak, Sylviana Murni (Dina Agustina, 2010: 29) menurutnya, “meski perkembangan otak
secara keseluruhan juga penting, orang tua hendaknya memberikan stimulasi yang mengembangkan fungsi otak kanan antara lain melalui kegiatan seni khususnya seni tari”.
keberadaan teman atau benda lain saat kegiatan permainan maze atau mencari jejak.
Permasalahan-permasalahan tersebut akan berdampak kurang baik jika dibiarkan terutama pada masa anak setelah anak dewasa. Guru yang melihat permasalahan tersebut harus banyak memberikan stimulasi agar permasalahan tersebut dapat diatasi sejak dini.
Faktor penyebab permasalahan tersebut yang peneliti lihat bahwa dampak dari kurangnya rangsangan atau kegiatan yang dapat meningkatkan kecerdasan spasial pada saat pembelajaran di PAUD Nurul Hikmah, misalnya kurangnya penerapan permainan “hadap mana”, mencari jejak, mengenal arah,
dan permainan yang mengenalkan tentang konsep kanan kiri. Adapun pembelajaran seni tari yang dilakukan di PAUD Nurul Hikmah pada biasanya tidak melakukan perencanaan tematik terlebih dahulu, namun langsung fokus pada mengajarkan gerakan tari yang sudah guru buat tanpa menjelaskan makna dari gerakan tersebut. Biasanya belajar menari diberikan guru untuk kegiatan pentas seni dan olah raga saja. Sedangkan pembelajaran seni tari yang akan peneliti terapkan, berbeda dengan kegiatan menari biasanya karena melakukan metode bercerita terlebih dahulu, kemudian anak mengeksplorasi gerakan-gerakan tari dari cerita sesuai tema yang sebelumnya guru berikan.
membangkitkan daya fikir, atau semangat, atau pendorong kegiatan. Rangsang bagi komposisi tari dapat berupa auditif, visual, gagasan, rabaan atau kinestetika”. Stimulus atau rangsang visual, yang berbentuk objek alam,
berupa lingkungan alam seperti memperagakan gerakan pohon tertiup angin kencang, memperagakan gerakan hewan, seperti angsa terbang, bebek berenang, dan lain-lain. Seperti yang dikemukakan oleh Smith (Masunah dan Narawati, 2003: 254) bahwa “...Rangsang visual diperoleh melalui indera
penglihatan yang dapat timbul dari gambar, patung, objek alam, topeng-topengan dan sebagainya yang kemudian divisualisasikan kedalam gerak-gerak tari yang diperoleh”.
Tujuan mempelajari seni tari bagi anak diharapkan dapat meningkatkan kemampuan spasial dengan menumbuhkan kepekaan unsur-unsur tari, yaitu: volume, level dan pola lantai. Dalam Desfina (2005:6), volume adalah besar atau kecilnya gerakan yang berhubungan dengan jangkauan gerak seorang penari (luas atau sempit), level adalah tinggi rendahnya tubuh penari di atas pentas contoh adalah gerakan duduk, setengah duduk dan berdiri (rendah, sedang, tinggi), Pola lantai adalah garis yang dilalui oleh penari untuk posisi yang tepat dalam melakukan gerak tari, misalnya pola lantai zig zag, circle, lurus, maju, mundur, ke kanan, ke kiri, diagonal, horizontal dan vertikal.
memfokuskan kajian untuk “Meningkatkan kecerdasan spasial siswa kelompok A PAUD Nurul Hikmah melalui pembelajaran seni tari”.
B. Rumusan Masalah
Rumusan masalah dalam penelitian ini dituangkan kedalam pertanyaan penelitian sebagai berikut :
1. Bagaimana kondisi objektif / gambaran awal kecerdasan spasial anak sebelum diterapkan pembelajaran seni tari pada kelompok A PAUD Nurul Hikmah ajaran tahun 2012-2013?
2. Bagaimana penerapan pembelajaran seni tari untuk meningkatkan kecerdasan spasial pada kelompok A PAUD Nurul Hikmah Tahun ajaran 2012-2013?
3. Bagaimana peningkatan kecerdasan spasial anak setelah diterapkan pembelajaran seni tari pada kelompok A PAUD Nurul Hikmah Tahun ajaran 2012-2013?
C. Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Untuk mengetahui kondisi objektif / gambaran awal kecerdasan spasial anak sebelum diterapkan pembelajaran seni tari pada kelompok A di PAUD Nurul Hikmah Tahun ajaran 2012-2013.
3. Untuk mengetahui peningkatan tingkat kecerdasan spasial anak setelah diterapkan pembelajaran seni tari pada kelompok A PAUD Nurul Hikmah Tahun ajaran 2012-2013.
D. Manfaat Penelitian
Manfaat penelitian ini adalah adalah sebagai berikut : 1. Untuk Anak Pendidikan Anak Usia Dini
a. Anak dapat meningkatkan kecerdasan spasial sejak dini, melalui pembelajaran seni tari yang menarik bagi anak dan bermakna. b. Agar anak dapat bergerak spotan dan ekspresif melalui tarian yang
dapat mengembangkan kecerdasan spasial.
c. Anak diberikan pembelajaran yang bermakna melalui rangsang visual dan ide melalui cerita apersepsi mengenal tema secara mendalam sebelum menari.
2. Untuk Guru Pendidikan Anak Usia Dini
a. Menambah wawasan kepada guru yang berkaitan dengan metode, cara dan strategi pembelajaran yang baru untuk meningkatkan kecerdasan spasial anak.
c. Memberikan pembelajaran yang menarik dan bermakna bagi anak dengan memberikan cerita apersepsi dan rangsang visual serta ide sesuai tema sebelum pembelarajaran, sehingga dapat meningkatkan kecerdasan anak khususnya kecerdasan spasial.
3. Untuk Pendidikan Anak Usia Dini
a. Memberikan suatu cara metode dan strategi pembelajaran yang baru bagi Pendidikan Anak Usia Dini untuk berkembang
b. Lembaga Pendidikan Anak Usia Dini sebagai alat untuk memfasilitasi perkembangan dan kecerdasan anak, mendapat konstribusi yang dapat meningkatkan dan mengembangkan program pembelajaran khususnya dalam meningkatkan kecerdasan spasial pada anak di Pendidikan Anak Usia Dini.
c. Mengaplikasikan ilmu demi meningkatkan kualitas pendidikan anak usia dini khususnya dalam meningkatkan kecerdasan spasial anak.
E. Asumsi
Asumsi yang menjadi acuan dan pedoman dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
bentuk 3 dimensi yang kompleks dan memvisualisasikan dalam bentuk baru (Campbell, 1996: 97).
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Rancangan Penelitian
1. Metode Penelitian
Metode penelitian yang penulis terapkan adalah Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Penelitian tindakan (action research) merupakan penelitian yang diarahkan pada mengadakan pemecahan masalah atau perbaikan. Guru-guru mengadakan pemecahan terhadap masalah-masalah yang dihadapi dalam kelas, kepala sekolah mengadakan perbaikan terhadap manajemen di sekolahnya. Penelitian ini difokuskan kepada perbaikan proses maupun peningkatan hasil kegiatan. Penelitian tindakan demikian diklasifikasikan sebagai penelitian tindakan kolaboratif atau collaborative action research (Oja & Sumarjan, 1989, stinger, 1996). Pengertian lain yang diungkapkan oleh David Hopkins (Indri Indriyani, 2011: 40) PTK adalah suatu tindakan yang dilakukan oleh guru atau kelompok guru untuk menguji anggapan-anggapan dari suatu teori pendidikan dalam praktik, atau sebagai arti dari evaluasi dan melaksanakan seluruh prioritas program sekolah.
“dicoba sambil jalan” dalam mendeteksi dan memecahkan masalah. Dalam
prosesnya, pihak-pihak yang terlibat dalam kegiatan tersebut dapat saling mendukung satu sama lain (Suharsimi Arikunto, 2010:129).
Menurut penjelasan-penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa PTK adalah dilakukan untuk meningkatkan efektifitas, metode mengajar, pemberian tugas, penilain, evaluasi dan sebagainya. Peneliti telah mempersiapkan rancangan penelitian sambil melakukan pengamatan, kemudian melaksanakan refleksi, peneliti dapat bersama-sama dengan guru dan kepala sekolah sehingga dapat melakukan pengamatan dan melaksanakan refleksi/evaluasi dalam bentuk diskusi bersama.
Adapun PTK dalam kajian ini yaitu melalui pembelajaran seni tari untuk meningkatkan kecerdasan spasial, dan bertujuan untuk meningkatkan hasil dan proses pembelajaran di dalam kelas khususnya untuk meningkatkan kecerdasan spasial anak.
2. Desain Penelitian Tindakan Kelas
Menurut Hopkins (Masnur Muslich, 2009: 8) PTK adalah suatu bentuk kajian yang bersifat reflektif yang dilakukan oleh pelaku tindakan untuk meningkatkan kemantapan rasional dari tindakan-tindakannya dalam melaksanakan tugas dan memperdalam pemahaman terhadap kondisi dalam praktik pembelajaran.
pelaksanaan penelitian, observasi, dan refleksi. Tahap-tahap tersebut membentuk spiral. Tindakan penelitian yang bersifat spiral itu dengan jelas digambarkan oleh Hopkins (1985) sebagai berikut :
plan
Reflective
Action/observation
Revised plan
Reflective
Action/observation
Revised plan
Reflective
Action/observation
Pendekatan yang penulis gunakan adalah pendekatan kualtitatif, pendekatan kualtitatif adalah suatu penelitian yang ditujukan untuk mendeskripsikan dan menganalisis fenomena, peristiwa,aktivitas sosial, sikap, kepercayaan, persepsi, pemikiran orang secara individual maupun kelompok (Nana Syaodih Sukmadinata, 2008:60).
Loncoln (Nana Syaodih Sukmadinata, 2008:60), melihat penelitian kualitatif sebagai penelitian yang bersifat naturalistik. Penelitian ini bertolak dari
paradigma naturalistik, bahwa “kenyataan itu berdimensi jamak, peneliti dan yang
diteliti bersifat interaktif, tidak bisa dipisahkan. Para peneliti mencoba memahami bagaimana individu mempersepsi makna dari dunia sekitarnya. Melalui pengalaman kita mengkonstruksi pandangan kita tentang dunia sekitar, dan hal ini menentukan bagaimana kita berbuat.
B. Lokasi dan Subjek Penelitian
Penelitian ini akan dilakukan di Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) Nurul Hikmah yang berlokasi di Jln. Cikutra terusan citra Green Garden No. 20 RT. 03 RW. 05 Kelurahan Neglasari Kecamatan Cibeunying kaler Kota Bandung 40124. Dengan subjek penelitian siswa Kelompok A sebanyak 16 orang anak.
C. Definisi Operasional Variabel
Kecerdasan Spasial dan (2) Pembelajaran Seni Tari, berikut ini adalah devinisi operasional tersebut:
1. Kecerdasan spasial
Adalah kemampuan seorang anak untuk memahami secara lebih mendalam mengenai hubungan antara objek dan ruang, juga dalam kecerdasan ini anak mampu mengubah bentuk suatu objek menjadi bentuk 3 dimensi yang kompleks dan memvisualisasikan dalam bentuk baru (Campbell, 1996: 97). Sedangkan, menurut Indra (Musfiroh, 2004:67) kecerdasan spasial adalah anak mampu memperkirakan jarak dengan benda dalam spasial yang masih terbatas.
Menurut Hamzah B. Uno dan Masri Kuadrat (2009:39) keterampilan kerja dari kecerdasan spasial, diantaranya adalah; melukis, menggambar, membayangkan, menciptakan penyajian visual, merancang, berkhayal, membuat penemuan, memberi ilustrasi, mewarnai, menggambar mesin, membuat grafik, membuat peta, berkecimpung dalam fotografi, membuat dekorasi, membuat film.
ketepatan mata dan insting yang dapat ditingkatkan melalui pembelajaran seni tari.
2. Pembelajaran Seni Tari
Seorang pakar pendidikan seni tari Indonesia, Soedarsono (Desfina, 2005:4) menyatakan bahwa tari adalah ekspresi jiwa manusia melalui gerakan-gerakan tari yang ritmis dan indah. Sedangkan menurut Enoch Atmadibrata (Desfina, 2005:4), mengemukakan bahwa tari adalah susunan sikap tubuh di dalam ruang yang berlandaskan ritme dan gerak. Menurut Hawkins dalam Setiawati (Wiwiek Waqiah,2011:24) mengungkapkan bahwa tari adalah ekspresi jiwa manusia yang di ubah oleh imajinasi dan diberi bentuk gerak yang simbolisasinya sebagai ungkapan yang menciptakan gerak. Menurut Heni Komalasari (2011:468) mengungkapkan bahwa tari adalah salah satu ekspresi manusia yang diungkapkan melalui gerak-gerak yang indah dan memiliki makna tertentu.
Dalam penelitian ini yang dimaksud dengan pembelajaran seni tari adalah penerapan pembelajaran dengan cara mengekspresikan jiwa yang dapat meningkatkan kecerdasan spasial dengan menumbuhkan kepekaan unsur gerak tari, yaitu:
a. Volume, yaitu luas atau sempitnya jangkauan ruang penari. misalnya; jalan luas atau jalan sempit.
b. Level, yaitu tinggi, sedang dan rendahnya sikap penari. Misalnya; berdiri, berjingjit, dan berjongkok.
c. Pola lantai, yaitu lintasan yang dibentuk saat penari melakukan gerak. Misalnya; pola zig zag, vertikal, horizontal, maju, mundur, berputar ke kanan, berputar ke kiri, ke arah kanan dan ke arah kiri.
D. Instrumen Penelitian
Sebuah penelitian membutuhkan alat ukur yang baik, sehingga dalam penelitian dibutuhkan instrumen sebagai alat ukur tersebut. Menurut Suharsimi Arikunto (2010:203) Instrumen penelitian adalah alat atau fasilitas yang digunakan oleh peneliti dalam mengumpulkan data agar pekerjaannya lebih mudah dan hasilnya lebih baik, dalam arti lebih lengkap, lebih cermat, sistematis sehingga lebih mudah diolah.
1. Perencanaan; meliputi perumusan tujuan, menentukan variabel, kategorisasi variabel. Untuk tes, langkah ini meliputi perumusan tujuan dan pembuatan tabel spesifikasi.
2. Penulisan butir soal; atau item kuesioner, penyusunan skala, penyusunan pedoman wawancara.
3. Penyuntingan; yaitu melengkapi instrumen dengan pedoman mengerjakan surat pengantar, kunci jawaban, dan lain-lain yang perlu. 4. Uji coba; baik dalam skala kecil maupun besar.
5. Penganalisaan hasil; analisis item, melihat pola jawaban peninjauan saran-saran, dan sebagainya.
6. Mengadakan rivisi; terhadap item-item yang dirasa kurang baik, dan mendasarkan dari pada data yang diperoleh sewaktu uji coba.
Instrumen tes bersifat mengukur, karena berisi pertanyaan atau pernyataan yang alternatif jawabannya memiliki standar jawaban tertentu, benar-skala ataupun skala jawaban. Instrumen yang berisi jawaban benar-salah, dapat berbentuk tes pilihan jamak (multiple choice), benar-salah (true false), menjodohkan (matching choice), jawaban singkat (short answer) ataupun tes isian (completion test).
Berikut ini adalah kisi-kisi instrumen penelitian kecerdasan spasial yang digunakan dari saat observasi sebelum tindakan (pra siklus), siklus I dan siklus II:
Tabel 3.1
Kisi-kisi Instrumen Penelitian Kecerdasan Spasial
Dimensi
(Variabel Kecerdasan
Spasial)
Indikator Pernyataan Item Pernyataan
1. Kemampuan untuk mengamati hubungan posisi
a. Anak memiliki persepsi tentang arah suatu tempat,
1) Anak dapat menunjuk dan memberi
keterangan yang
a) Anak dapat menunjuk dan memberi
objek dalam ruang (spasial relation)
pola lantai, suatu objek atau simbol.
berhubungan dengan arah, yaitu: kanan dan kiri.
berhubungan dengan kanan. b) Anak dapat
menunjuk dan memberi
keterangan yang berhubungan dengan kiri. 2) Anak dapat
melakukan gerakan angsa sesuai pola lantai
(yaitu;melingkar berputar ke kanan atau ke kiri, bergerak ke kanan dan ke kiri, maju atau mundur)
c) Anak dapat melakukan gerakan angsa terbang sesuai pola lantai berputar ke kanan.
d) Anak dapat melakukan gerakan angsa terbang sesuai pola lantai berputar ke kiri
e) Anak dapat melakukan gerakan angsa terbang sesuai pola lantai bergerak ke kanan.
kiri.
g) Angsa dapat melakukan gerakan angsa terbang sesuai pola lantai ke depan (maju)
h) Anak dapat melakukan gerakan angsa terbang sesuai pola lantai ke belakang (mundur)
i) Anak dapat melakukan gerakan angsa berjalan sesuai pola lantai
berputar ke kanan. j) Anak dapat
melakukan gerakan angsa berjalan sesuai pola lantai berputar ke kiri k) Anak dapat
melakukan gerakan angsa berjalan sesuai pola lantai
l) Anak dapat melakukan gerakan angsa berjalan sesuai pola lantai bergerak ke kiri. m)Anak dapat
melakukan gerakan angsa berjalan sesuai pola lantai ke depan (maju) n) Anak dapat
melakukan gerakan angsa berjalan sesuai pola lantai ke belakang (mundur) o) Anak dapat
melakukan gerakan angsa makan sesuai pola lantai berputar ke kanan.
p) Anak dapat melakukan gerakan angsa makan sesuai pola lantai berputar ke kiri.
melakukan gerakan angsa makan sesuai pola lantai bergerak ke kanan.
r) Anak dapat melakukan gerakan angsa makan sesuai pola lantai bergerak ke kiri
s) Anak dapat melakukan gerakan angsa makan sesuai pola lantai ke depan (maju)
t) Anak dapat melakukan gerakan angsa makan sesuai pola lantai ke arah belakang (mundur).
a. Anak dapat
[image:31.595.51.576.111.749.2]memahami gambar berdasarkan bentuk dan ukuran (besar, sedang/kecil
1) Anak dapat membedakan gambar angsa kecil, sedang atau besar.
u) Anak dapat membedakan gambar angsa yang berukuran kecil.
dan panjang / pendek)
gambar angsa yang berukuran sedang.
w)Anak dapat membedakan gambar angsa yang berukuran besar.
2) Anak dapat membedakan gambar angsa dengan leher lebih panjang atau lebih pendek.
x) Anak dapat membedakan gambar angsa dengan leher lebih panjang.
y) Anak dapat membedakan gambar angsa dengan leher lebih pendek.
b. Anak dapat membedakan volume gerak
yang luas dan sempit.
Anak dapat melakukan volume gerak yang luas
dan sempit.
z) Anak dapat
melakukan volume gerak yang luas gerakan angsa terbang aa)Anak dapat
melakukan volume gerak yang sempit gerakan angsa terbang bb)Anak dapat
melakukan volume gerak yang sempit gerakan angsa berjalan b. Kemampuan
membedakan suatu objek dari objek yang lainnya (diskriminasi visual)
c. Anak dapat membedakan gerakan dengan level tinggi, sedang dan rendah, yaitu :berjingjit, berdiri, dan membungkuk.
Anak dapat melakukan gerakan dengan level tinggi, sedang dan rendah, yaitu :berjingjit, berdiri, dan membungkuk.
dd)Anak dapat
melakukan gerakan angsa terbang dengan level tinggi (berjingjit)
ee)Anak dapat
melakukan gerakan angsa terbang dengan level sedang (berdiri) ff) Anak dapat
melakukan gerakan angsa terbang dengan level rendah
(membungkuk) gg)Anak dapat
melakukan gerakan angsa berjalan dengan level tinggi (berjingjit)
hh)Anak dapat
melakukan gerakan angsa berjalan dengan level rendah
(membungkuk) jj) Anak dapat
melakukan gerakan angsa makan dengan level tinggi (berjingjit)
kk)Anak dapat
melakukan gerakan angsa makan dengan level sedang (berdiri) ll) Anak dapat
melakukan gerakan angsa makan dengan level rendah
(membungkuk) Sumber : di adaptasi dari Apriany, dalam Watiah(2011:62) dan BSNP permen
standar PAUD Formal dan Nonformal UU No. 58 tahun 2009 tentang Standar
Pendidikan Anak Usia Dini, disesuaikan dengan penelitian.
Keterangan :
BB : Berkembang Baik (mampu melakukan sendiri)
PS : Perlu Stimulus (tidak mampu melakukan sendiri dan harus dibantu)
[image:35.595.107.581.221.751.2]Dibawah ini adalah daftar pedoman observasi yang merupakan penjabaran dari kisi-kisi instrumen di atas yang digunakan dari saat observasi sebelum tindakan (pra siklus), siklus I dan siklus II:
Tabel 3.2
Pedoman Observasi
No. Pernyataan Item Pernyataan Nama Anak
BB DP PS
A. Anak dapat menunjuk dan memberi keterangan yang berhubungan dengan arah, yaitu: kanan dan kiri.
1. Anak dapat menunjuk dan memberi
keterangan yang berhubungan dengan kanan.
2. Anak dapat menunjuk dan memberi
keterangan yang berhubungan dengan kiri.
B. Anak dapat melakukan gerakan a ngsa sesuai pola lantai (yaitu; melingkar berputar ke kanan atau ke kiri, bergerak ke kanan, bergerak ke kiri, maju atau mundur)
3. Anak dapat melakukan gerakan angsa terbang sesuai pola lantai berputar ke kanan. 4. Anak dapat melakukan
gerakan angsa terbang sesuai pola lantai berputar ke kiri
sesuai pola lantai bergerak ke kanan. 6. Anak dapat melakukan gerakan angsa terbang sesuai pola lantai bergerak ke kiri.
7. Angsa dapat melakukan gerakan angsa terbang sesuai . pola lantai ke depan (maju)
8. Anak dapat melakukan gerakan angsa terbang sesuai pola lantai ke belakang (mundur) 9. Anak dapat melakukan
gerakan angsa berjalan sesuai pola lantai berputar ke kanan. 10. Anak dapat melakukan
gerakan angsa berjalan sesuai pola lantai berputar ke kiri
11. Anak dapat melakukan gerakan angsa berjalan sesuai pola lantai bergerak ke kanan. 12.Anak dapat melakukan
13. Anak dapat melakukan gerakan angsa berjalan sesuai pola lantai ke depan (maju)
14. Anak dapat melakukan gerakan angsa berjalan sesuai pola lantai ke belakang (mundur) 15. Anak dapat melakukan
gerakan angsa makan sesuai pola lantai berputar ke kanan. 16. Anak dapat melakukan
gerakan angsa makan sesuai pola lantai berputar ke kiri. 17.Anak dapat melakukan
gerakan angsa makan sesuai pola lantai bergerak ke kanan. 18.Anak dapat melakukan
gerakan angsa makan sesuai pola lantai bergerak ke kiri. 19.Anak dapat melakukan
gerakan angsa makan sesuai pola lantai ke depan (maju) 20. Anak dapat
angsa makan sesuai pola lantai ke arah belakang (mundur). C. Anak dapat membedakan
gambar angsa kecil, sedang atau besar.
21. Anak dapat
membedakan gambar angsa yang berukuran kecil.
22.Anak dapat
membedakan gambar angsa yang berukuran sedang.
23.Anak dapat
membedakan gambar angsa yang berukuran besar.
D. Anak dapat membedakan gambar angsa dengan leher lebih panjang atau lebih pendek.
24.Anak dapat
membedakan gambar angsa dengan leher lebih panjang. 25.Anak dapat
membedakan gambar angsa dengan leher lebih pendek. E. Anak dapat melakukan
volume gerak yang luas
dan sempit.
26. Anak dapat melakukan volume gerak yang luas
gerakan angsa terbang 27.Anak dapat melakukan
volume gerak yang
28.Anak dapat melakukan volume gerak yang luas
gerakan angsa berjalan 29.Anak dapat melakukan
volume gerak yang
sempit gerakan angsa berjalan
F. Anak dapat melakukan gerakan dengan level tinggi, sedang dan rendah, yaitu :berjingjit, berdiri, dan
membungkuk
30.Anak dapat melakukan gerakan angsa terbang dengan level tinggi (berjingjit)
31.Anak dapat melakukan gerakan angsa terbang dengan level sedang (berdiri)
32.Anak dapat melakukan gerakan angsa terbang dengan level rendah (membungkuk)
33.Anak dapat melakukan gerakan angsa berjalan dengan level tinggi (berjingjit)
34.Anak dapat melakukan gerakan angsa berjalan dengan level sedang (berdiri)
(membungkuk)
36.Anak dapat melakukan gerakan angsa makan dengan level tinggi (berjingjit)
37.Anak dapat melakukan gerakan angsa makan dengan level sedang (berdiri)
38.Anak dapat melakukan gerakan angsa makan dengan level rendah (membungkuk) Keterangan :
BB : Berkembang Baik (mampu melakukan sendiri)
DP : Dalam Proses (mampu melakukan sendiri dengan bantuan guru)
PS : Perlu Stimulus (tidak mampu melakukan sendiri dan harus dibantu)
E. Studi dokumentasi
Dokumentasi berasal dari kata dokumen, yang artinya barang-barang tertulis. Di dalam melaksanakan dokumentasi, peneliti menyelidiki benda-benda tertulis seperti buku-buku, majalah, dokumen, peraturan-peraturan, catatan harian dan lain sebagainya.
F. Observasi
Observasi adalah teknik pengambilan data yang mengoptimalkan kemampuan peneliti dari segi motif kepercayaan, perhatian, perilaku tidak sadar, kebiasaan, dan sebagainya.
Lembar observasi sebagai alat observasi yang digunakan untuk memperoleh data tentang aktivitas anak selama penelitian berlangsung, serta sebagai fasilitas dan sumber belajar yang mendukung dalam penerapan
pembelajaran seni tari dengan membubuhkan tanda checklist (√) pada lembar
observasi yang telah disiapkan. Jenis observasi yang dilakukan dalam penelitian tindakan kelas ini adalah observasi nonpartisipatif yang hanya mengamati dan mencatat semua perilaku anak dan guru dalam proses pembelajaran dengan menggunakan pembelajaran seni tari untuk meningkatkan kecerdasan spasial.
G. Wawancara
Wawancara di lakukan kepada responden seperti kepala sekolah dan guru untuk mengetahui kondisi guru serta sekolah, latar belakang siswa dan bagaimana kemampuan visual spasial anak, program yang digunakan dalam merangsang kemampuan visual spasial anak, kendala dan upaya yang dihadapi guru dalam meningkatkan kemampuan visual spasial anak.
Wawancara digunakan untuk mempertegas dan melengkapi data yang diperoleh melalui observasi dan dokumentasi, melalui wawancara diharapkan data yang diperoleh benar-benar menggambarkan kejadian sesuai dengan keadaan sebenarnya. Harapan lainnya melalui wawancara ini adalah diperolehnya data yang masih dirasakan kurang lengkap / belum terjaring melalui observasi dan dokumentasi.
[image:42.595.104.520.233.758.2]Adapun format wawancara sebelum dan sesudah tindakan adalah sebagai berikut :
Tabel 3.3
Format wawancara sebelum tindakan
No Variabel Sub Variabel Pertanyaan
1 Meningkatkan kecerdasan spasial anak melalui pembelajaran seni tari
Menurut ibu pembelajaran yang seperti apa yang dapat meningkatkan
kecerdasan spasial? Menurut ibu apa yang dimaksud dengan pembelajaran seni tari? Menurut ibu apakah pembelajaran seni tari dapat meningkatkan kecerdasan spasial? Strategi Strategi apa yang ibu
gunakan untuk meningkatkan
kecerdasan spasial anak dalam kegiatan
pembelajaran? Menurut ibu, apakah anak senang dengan strategi yang digunakan selama ini?
[image:43.595.106.521.109.668.2]Tercapaikah tujuan ibu dengan menggunakan strategi yang ibu gunakan selama ini?
Tabel 3.4
Format wawancara setelah tindakan
No. Variabel Sub Variabel Pertanyaan
kecerdasan spasial anak melalui pembelajaran seni tari?
terhadap kegiatan pembelajaran melalui pembelajaran seni tari
memberikan
pembelajaran seni tari seperti ini sebelumnya? Bagaimana tanggapan ibu terhadap
pembelajaran seni tari untuk meningkatkan kecerdasan spasial anak yang baru dilakukan? Menurut ibu adakah kendala-kendala yang ibu hadapi dalam meningkatkan
kecerdasan spasial anak melalui pembelajaran seni tari yang baru dilakukan?
Menurut ibu adakah keunggulan dan kelemahan dari pembelajaran seni tari yang baru dilakukan? Saran terhadap
pembelajaran seni tari
Bagaimana saran ibu terhadap meningkatkan kecerdasan spasial anak melalui pembelajaran seni tari?
sekolah dan guru kelas kelompok A, dengan tujuan untuk mengetahui pendapat, tanggapan dan kesan dari pihak pengajar di PAUD Nurul Hikmah tersebut mengenai penerapan pembelajaran seni tari untuk meningkatkan kecerdasan spasial anak.
H. Prosedur Penelitian
Terdapat beberapa tahapan yang dilakukan dalam pelaksanaan penelitian tindakan kelas ini, yaitu:
1. Perencanaan Tindakan (plan)
a. Membuat skenario pembelajaran dengan membuat perencanaan tertulis untuk kegiatan pembelajaran selama penelitian yang berupa Rencana Kegiatan Harian (RKH) dan Rancangan Perencanaan Pembelajaran (RPP) pembelajaran seni tari untuk meningkatkan kecerdasan spasial anak;
b. Mempersiapkan rangsang visual yang bersumber dari alam, yaitu gerakan hewan angsa dan rangsang visual melalui gambar yang bisa dilihat anak, anak akan diberikan gambar angsa yang kecil, sedang dan besar, selain itu melalui rangsang gagasan atau ide yang diberikan
berupa cerita bergambar “angsa buruk rupa” sebagai apresiasi cerita
c. Mempersiapkan kisi-kisi instrumen, merekam dan menganalisis data dari hasil proses dan hasil pelaksanaan;
d. Membuat pedoman observasi untuk mengamati proses dan hasil tindakan, lembar wawancara untuk Kepala TK dan guru;
e. Melakukan stimulasi gerakan dan tarian angsa terhadap ke tiga unsur ruang seni tari yaitu; volume, pola lantai dan level untuk meningkatkan kecerdasan spasial anak.
2. Pelaksanaan Tindakan / Observasi (action/observation)
Pelaksanaan tindakan meliputi skenario tindakan yang telah direncanakan, dilaksanakan dalam situasi yang aktual. Pada saat yang bersamaan, kegiatan ini juga disertai dengan kegiatan observasi. Pelaksanaan meliputi:
a. Melaksanakan kegiatan pembelajaran seni tari untuk meningkatkan kecerdasan spasial anak.
b. Peneliti mengobservasi selama proses pembelajaran berlangsung.
3. Observasi
serta yang terpenting adalah observasi ini diharapkan dapat mengenali dan merekam dengan lengkap gejala-gejala yang direncanakan ataupun tidak direncanakan baik itu mendukung maupun menghambat efektifitas tindakan.
4. Refkeksi (Reflective)
Refleksi merupakan kegiatan mengkaji semua informasi yang diperoleh dari penelitian. Kegiatan refleksi dilaksanakan secara koloboratif antara peneliti dengan guru untuk mendiskusikan hasil dari kegiatan yang sudah dilakukan. Pada bagian refleksi dilakukan analisis data mengenai proses, masalah dan hambatan yang dijumpai dan dilanjutkan dengan refleksi terhadap dampak pelaksanaan tindakan yang dilaksanakan.
I. Teknik Analisis Data
Analisis data merupakan usaha (proses) memilih, memilah, membuang dan menggolongkan data. Teknis data dalam penelitian ini berlangsung dari awal penelitian yaitu mulai dari saat melakukan observasi, perencanaan tindakan, pelaksanaan tindakan, sampai refleksi terhadap tindakan. Kegiatan pengumpulan dan analisis data yang benar serta tepat merupakan jantungnya penelitian.
Analisis dan interpretasi data diperlukan untuk merangkumkan apa yang telah diperoleh, menilai apakah data tersebut berbasis kenyataan, teliti, ajeg, dan benar. Analisis data juga diberikan untuk memberikan jawaban terhadap pertanyaan-pertanyaan yang diajukan.
J. Validitas Data
Validitas merupakan salah satu syarat penting dalam pelaksanaan seluruh jenis penelitian termasuk dalam penelitian tindakan kelas. Sebuah instrumen dikatakan valid apabila mampu mengukur apa yang diinginkan. Sebuh instrumen dikatakan valid apabila dapat mengungkap data dari variabelyang diteliti secara tepat Partical validity yaitu validitas praktis yang bersyaratkan seluruh anggota kelompok penelitian tindakan meyakini dan mengakui alat yang digunakan dalam penelitian tindakan kelas layak digunakan. Hasil dari analisis penelitian data penelitian divalidasi melalui tekhnik triangulasi dan member – check.
1. Teknik triangulasi yaitu dengan menggunakan berbagai sumber data untuk mencek kebenaran data yang dianalisis oleh peneliti.
BAB V
KESIMPULAN DAN REKOMENDASI
A. Kesimpulan
Berdasarkan penelitian, diperoleh berbagai temuan di PAUD Nurul Hikmah yang dapat dijadikan sebagai dasar untuk menarik kesimpulan, maka dari itu penulis dapat mengambil beberapa kesimpulan penelitian yaitu sebagai berikut:
itu melalui lembar kerja siswa (LKS) dalam kegiatan mencari jejak (bukan melalui permainan) dan menyambungkan garis serta menghubungkan garis putus-putus pada gambar dan tulisan. Namun sebaiknya pembelajaran untuk merangsang kecerdasan spasial anak harus lebih banyak menggunakan praktik dari pada teori, misalnya melalui permainan, bergerak, menari dan lain sebagainya.
2. Penerapan Pembelajarn seni tari pada anak usia dini harus menyenangkan dan sesuai dengan karakter anak, dalam hal ini pemeblajaraan seni tari dapat dijadikan suatu pengalaman yang menyenangkan bagi anak, dapat mengekspresikan dirinya secara bebas, misalnya dalam tari mengetahui bagaimana ia bergerak, memanfaatkan gerak, dan menemukan kekuatannya sebagai alat komunikasi dan dapat bermanfaat bagi anak dalam memaknai kehidupannya. Belajar menari khususnya pada anak jangan terpatok pada tarian yang sudah jadi dengan tahapan-tahapan bakunya, namun kegiatan menari dijadikan suatu kegiatan berekspresi dan bereksplorasi melalui pengalaman gerak yang kegiatannya mengarah atau berpusat pada anak (Heni Komalasari, 2011: 466). Pembelajaran Seni tari pada Anak Usia Dini sebaiknya menggunakan metode rangsang atau stimulus. Ben Sunarto (1985) dalam Heni Komalasari (2011:469) “Suatu rangsang dapat didefinisikan sebagai suatu yang
Rangsang bagi komposisi tari dapat berupa auditif, visual, gagasan, rabaan atau kinestetika”. Stimulus atau rangsang visual, yang
berbentuk objek alam, berupa lingkungan alam seperti memperagakan gerakan pohon tertiup angin kencang, memperagakan gerakan hewan, seperti angsa terbang, bebek berenang, dan lain-lain.
Langkah-langkah pembelajaran seni tari untuk meningkatkan kecerdasan spasial anak pada PAUD Nurul Hikmah, dalam penelitian ini dilaksanakan melalui dua siklus dan setiap siklus terdapat dua tindakan. Pelaksanaan kegiatan pembelajaran seni tari membantu anak untuk meningkatkan pengetahuan dan kemampuannya menjadi lebih luas. Pengetahuan dan kemampuan anak menjadi lebih berarti dan kegiatan belajar mengajar (KBM) akan berjalan lebih menarik, karena pengetahuan yang anak miliki akan lebih bermanfaat baginya untuk lebih meningkatkan kecerdasan spasial, serta memecahkan masalah yang dihadapi dalam kehidupan sehari-hari.
Pelaksanaan pembelajaran yang berlangsung pada siklus II berjalan sesuai dengan rencana, penjelasan guru lebih jelas dan lebih ekspresif, sehingga anak lebih mudah mengerti. Respon anak dalam siklus II ini lebih baik dari siklus I dan anak lebih antusias mengikuti kegiatan pembelajaran seni tari untuk meningkatkan kecerdasan spasial sesuai dengan tujuan yang diharapkan sebelumnya. Secara keseluruhan, pada siklus II ini semua berjalan dengan baik dan lancar sehingga tidak perlu ada perbaikan lagi. Perbaikan yang dilakukan oleh guru mulai dari siklus I sampai siklus II mengenai peningkatan kecerdasan anak usia dini melalui pembelajaran seni tari dinilai sangat efektif. Perbandingan antara sebelum tindakan dengan setelah tindakan melalui pembelajaran seni tari sangat terlihat.
[image:52.595.124.511.216.537.2]tersebut dapat diketahui dari hasil penelitian berdasarkan kriteria penilaian anak berkembang baik (BB) sebesar 73,92 %. Perkembangan tersebut dirasa sudah cukup baik jika dibandingkan dengan sebelum diterapkannya pembelajaran seni tari.
Berdasarkan penjabaran diatas, dengan adanya kemajuan dari setiap siklus dan beberapa tindakan, dapat disimpulkan bahwa penerapan pembelajaran seni tari dapat meningkatkan kecerdasan spasial anak.
B. Rekomendasi
Mengacu pada hasil temuan penelitian, peneliti akan mengemukakan beberapa rekomendasi yang diharapkan dapat dijadikan masukan bagi pihak-pihak yang terkait dengan pendidikan anak usia dini khusunya di PAUD Nurul Hikmah. Adapun rekomendasi tersebut antara lain ditujukan:
1. Bagi Anak
a. Anak dapat meningkatkan kecerdasan spasial sejak dini, melalui pembelajaran seni tari yang menarik bagi anak dan bermakna.
b. Agar anak dapat bergerak spotan dan ekspresif melalui tarian yang dapat mengembangkan kecerdasan spasial.
2. Bagi Guru PAUD
a. Menambah wawasan kepada guru yang berkaitan dengan metode, cara dan strategi pembelajaran yang baru untuk meningkatkan kecerdasan spasial anak.
b. Membuat guru lebih kreatif dalam memberikan pembelajaran tematik melalui pembelajaran seni tari tarian binatang untuk anak di Pendidikan Anak Usia Dini agar pembelajaran tidak monoton.
c. Memberikan pembelajaran yang menarik dan bermakna bagi anak dengan memberikan cerita apersepsi dan rangsang visual serta ide sesuai tema sebelum pembelarajaran, sehingga dapat meningkatkan kecerdasan anak khususnya kecerdasan spasial.
3. Bagi Pihak Sekolah
a. Memberikan suatu cara metode dan strategi pembelajaran yang baru bagi Pendidikan Anak Usia Dini untuk berkembang
b. Lembaga Pendidikan Anak Usia Dini sebagai alat untuk memfasilitasi perkembangan dan kecerdasan anak, mendapat konstribusi yang dapat meningkatkan dan mengembangkan program pembelajaran khususnya dalam meningkatkan kecerdasan spasial pada anak di Pendidikan Anak Usia Dini.
4. Bagi Peneliti Selanjutnya
DAFTAR PUSTAKA
Agustina, Dina. (2010). Pendidikan Seni Tari Melalui Rangsang Gambar Terhadap Perkembangan Kreativitas Gerak Pada Anak Usia Taman Kanak-kanak di TK Dewi Sastika Buah Batu Bandung. Skripsi Sarjana pada FPBS UPI Bandung : Tidak diterbitkan.
De Porter, Bobbi, Rearder, Mark and Nourie, Sarah Singer. (2000). Quantum Teaching. Bandung : PT Mizan Pustaka.
Desfina. (2005). Belajar Seni Tari untuk Anak Usia TK. FIP UPI Bandung : Tidak diterbitkan.
Fahmus. (2011). Kecerdasan Spasial. [Online]. Artikel. Tersedia: http://fahmoes.multiply.com/journal /item/9kecerdasan-spasial.html (5 Oktober 2011)
Gardner, Howard. (2003). Multiple Intelligences. Batam : Inter Aksara.
Hanna, Judith Lynne.(1999). Partering Dance And Education. America : Printed in the United States of America.
Indriyani, Indri. (2011). Meningkatkan Kemampuan Visual Spasial Anak Melalui Penggunaan Media Realia. Skripsi Sarjana Pada FIP UPI Bandung : Tidak diterbitkan.
Joyce, Mary. (1991). First Steps in Teaching Creative Dance to Children Third Edition. California : Mayfield Publishing Companny.
Program Studi PGPAUD Jurusan Pedagogik Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Pendidikan Indonesia.
Mariyana, Rita. (2008). Pengelolaan Lingkungan Belajar. [Online]. Artikel. Tersedia: http://ritaupi.wordpress.com/ (14 Januari 2013)
Maslihuddin.2009.Kiat Sukses Melakukan Penelitian Kelas (Panduan Praktis untuk Guru dan Tenaga Kependidikan. Bandung : RIZQI PRESS.
Masunah, Narawati. (2003). Seni dan Pendidikan Seni. Bandung. Pusat Penelitian dan PengembangannSeni Tradisional (P4ST) UPI.
Nurmalasari, Endah. (2010). Meningkatkan Kecerdasan Interpersonal Anak Taman Kanak-kanak Melalui Penerapan Metode Proyek. Skripsi Sarjana Pada FIP UPI Bandung : Tidak diterbitkan.
Octaria, Dina. (2012). Teori Belajar Bermakna dari David Ausubel. [Online]. Artikel. Tersedia: http://dinaoctaria.wordpress.com/2012/10/15/teori-belajar-bermakna-dari-david-p-ausubel/ (14 Januari 2013)
Rena W.K., Widya. (2011). Meningkatkan Kecerdasan Naturalis Anak Usia Dini Melalui Penggunaan Metode Proyek.Skripsi Sarjana Pada FIP UPI Bandung : Tidak diterbitkan.
Rusliana, Iyus. (2008). Artikel Ilmiah : Tari Anak-anak dan Permasalahannya. Bandung : Sunan Sumbu STSI Press.
Solehudin, M.1997.Konsep Dasar Pendidikan Prasekolah. Bandung : IKIP Bandung.
Suharno. (2008). Artikel Ilmiah : Tari Anak-anak dan Permasalahannya. Bandung : Sunan Sumbu STSI Press.
Syaodih Sukmadinata, Nana. (2008). Metode Penelitian Pendidikan. Bandung : PT Remaja Rosdakarya.
Uno, Hamzah B. dan Masri Kuadrat.2009.Mengelola Kecerdasan dalam Pembelajaran. Jakarta : Bumi Aksara.
Watiah. (2011). Upaya Peningkatan Kemampuan Visual-spasial Melalui Kegiatan Membentuk dengan Teknik Kolase. Skripsi Sarjana Pada FIP UPI Bandung : Tidak diterbitkan.
Yohandi. (2011). Mengenal 8 Kecerdasan Manusia. [Online]. Artikel. Tersedia:
http://Yohandi99.blogspot.com/2011/05/mengenal-8-kecerdasan-manusia.html (5 Oktober 2011)
____ . (2012) Pengertian Bermain. [Online]. Artikel. Tersedia: carapedia.com/pengertian_definisi_bermain_info2105.html (14 Januari 2013)