• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENYELENGGARAAN SIARAN KERONCONG DI RADIO REPUBLIK INDONESIA (RRI) BANDUNG.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PENYELENGGARAAN SIARAN KERONCONG DI RADIO REPUBLIK INDONESIA (RRI) BANDUNG."

Copied!
40
0
0

Teks penuh

(1)

DAFTAR ISI

Hal

PERNYATAAN……… i

ABSTRAK……….... ii

KATA PENGANTAR………. iii

DAFTAR ISI……… iv

DAFTAR TABEL…….……….…. vii

DAFTAR FOTO…..….……….…. viii

DAFTAR BAGAN…...……….….. ix

DAFTAR LAMPIRAN……….. x

BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang ……….……….. 1

B. Rumusan Masalah……… 4

C. Tujuan Penelitian………..……….. 5

D. Manfaat Penelitian……….. 5

E. Asumsi Penelitian………... 7

F. Metode Penelitian……… 7

G. Lokasi dan Subjek Penelitian...………. 8

H. Sistematika Penulisan……….. 9

BAB II. LANDASAN TEORETIS A. Pengertian Manajemen ……. ………. 11

B. Manajemen Penyiaran Radio……….. 14

(2)

D. Radio Republik Indonesia (RRI)……….……… 28

E. Musik Keroncong dalam Siaran Radio………..…………. 32

F. Keberadaan Musik Keroncong di Indonesia……… 35

BAB III. METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian……… 51

B. Metode Penelitian……….. 53

C. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional ……… 57

D. Teknik Pengumpulan Data………. 60

1. Observasi………. 60

2. Wawancara……….. 62

3. Studi Dokumentasi……….. 63

E. Instrumen Penelitian……….. 63

1. Pedoman Observasi……… 63

2. Pedoman Wawancara……… 63

3. Pedoman Dokumentasi……… 63

F. Teknik Pengolahan Data……….. 63

1. Reduksi Data ……… 64

2. Sajian Data………. 65

3. Verifikasi……… 65

G. Lokasi dan Subjek Penelitian………. 68

1. Lokasi Penelitian……… 68

(3)

BAB IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Perencanaan Program Siaran Keroncong di RRI Bandung……… 70

1. Tujuan Strategis……… 70

2. Tujuan Operasional……… 72

B. Pengorganisasian Sumber Daya Manusia dalam Program Siaran Keroncong di RRI Bandung……… 81

1. Struktur Organisasi RRI Bandung…………..……….. 82

C. Pelaksanaan Pogram Acara Siaran Keroncong di RRI Bandung……… 93

1. Siaran Irama Keroncong………. 97

2. Siaran Apresiasi Keroncong………... 115

D. Analisis SWOT……… 120

BAB V. KESIMPULAN DAN REKOMENDASI A. Kesimpulan………. 122

B. Rekomendasi……….. 126

DAFTAR ISTILAH ….………... 128

DAFTAR PUSTAKA………... 133

LAMPIRAN……….. 135

(4)

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG MASALAH

Banyaknya program siaran musik yang diudarakan melalui media radio, membuat masyarakat merasa leluasa memilih frekuensi siarannya sesuai selera masing-masing. Mulai dari musik yang berjenis pop, dangdut, rock, jazzy pop, rhytm n blues, hip-hop, techno, karawitan, keroncong, dan lain-lain. Di kota Bandung sendiri terdapat lebih dari empat puluh stasiun radio FM yang tersebar sampai ke setiap penjuru kota dan stasiun radio AM yang jumlahnya hanya sekitar delapan stasiun.

Dari sekian banyak program siaran musik di radio, jenis musik keronconglah yang tidak setiap hari dapat kita nikmati alunannya. Adapun dari stasiun-stasiun radio AM yang ada di kota Bandung , hanya dua stasiun yang biasa menyajikan siaran keroncong secara rutin, yakni Pro 1 RRI Bandung AM 540 KHz dan Radio Mutiara AM 1314 KHz. Sementara di jalur FM ada satu radio yaitu Lita FM 90,9 KHz. Dari ketiga stasiun radio inipun hanya RRI lah yang secara rutin dan kontinyu sejak tahun 1980-an mengudarakan siaran keroncongnya, baik secara live Programme maupun Recorded.

(5)

(OSB), yang terdiri dari para karyawan RRI dan beranggotakan kurang lebih 20 personil. Saat itu format musik OSB tidak hanya keroncong tapi bercampur dengan jenis musik yang lain seperti pop, melayu, jazz, seriosa dan lain-lain.

Pada awal tahun 1980-an mulai muncul satu orkes keroncong yaitu Orkes Studio Lokantara yang beranggotakan para karyawan RRI, beberapa tahun kemudian masuklah orkes keroncong dari luar lingkungan RRI . Ada yang berasal dari kota Bandung, Cimahi, Garut, Sukabumi, dan Bogor. Adanya siaran keroncong di RRI tersebut, menjadikan salah satu lahan aktivitas rutin para senimannya dalam menyalurkan ekspresi dan kecintaannya terhadap musik keroncong. Berdasarkan jadwal siaran keroncong RRI yang peneliti lihat tahun 2011 ini, terdapat sekitar delapan belas orkes yang sebagian besar berasal dari kota Bandung, ditambah kota-kota lainnya di Jawa Barat. (lampiran )

(6)

musik keroncong baik lagu, penciptanya, musisi, penyanyi, maupun perkembangan musiknya. Hal yang menarik perhatian peneliti dalam kajian ini adalah:

Pertama, masyarakat awam banyak yang beranggapan bahwa musik keroncong

khususnya di kota Bandung sudah tidak terdengar gaungnya lagi. Hal ini cukup beralasan dikarenakan sangat jarangnya pertunjukan orkes keroncong baik yang langsung (live performance) maupun melalui media radio. RRI sendiri dalam menayangkan siaran keroncongnya masih memakai gelombang AM (Amplitudo Modulation) yang output audionya mono yang kedengarannya agak ‘mendem’ (kurang

jernih), sementara stasiun-stasiun radio siaran yang ada di kota Bandung hampir seluruhnya sudah menggunakan gelombang FM (Frequency Modulation) yang output audionya stereo, yang notabene suaranya lebih jernih. Selain itu semua perangkat media elektronik canggih seperti Handphone, Mp3 Player, Mp4 Player, Tablet PC, berada di jalur FM dan output audionya sudah stereo. Kedua, setelah peneliti melakukan observasi lapangan untuk mengamati para seniman beberapa orkes keroncong yang tampil di siaran RRI, ternyata mereka begitu antusias untuk dapat tampil di siaran tersebut, meskipun kesempatan untuk dapat tampil selanjutnya harus menunggu sekitar tiga bulan atau empat bulan berikutnya. Walaupun secara materi orkes yang tampil dalam siaran itu tidak mendapatkan imbalan yang ‘memadai’, tapi mereka merasa bangga dan mendapat kepuasan tersendiri bisa ikut terlibat di acara on air tersebut. Bagi seniman keroncong umumnya kepuasan batinlah yang terutama ingin

(7)

Saat ini orkes keroncong yang tampil di acara siaran keroncong RRI Bandung telah mengalami perkembangan yang signifikan, terbukti dari hanya tujuh orkes yang tercatat pada tahun 2002, kemudian meningkat menjadi 18 orkes keroncong pada tahun 2011. Ini membuktikan bahwa walaupun jenis musik keroncong ini dalam perkembangannya tersisihkan dibanding jenis musik yang lain, namun di satu sisi komunitas, aktifis, dan pecinta keroncong tidak menurun bahkan dapat dikatakan mengalami peningkatan.

RRI yang dalam aktivitasnya merupakan radio siaran yang diarahkan untuk menjangkau masyarakat pendengar seluas-luasnya, memiliki tiga fungsi yaitu sebagai sarana hiburan, penerangan, dan pendidikan. Jika melihat ketiga fungsi tersebut, tentunya tidak salah lagi jika kita memanfaatkan media radio ini tidak hanya sebagai sarana hiburan, tetapi bermanfaat juga dalam dunia pendidikan seni musik, contohnya belajar apresiasi musik keroncong yang dikategorikan sebagai seni budaya warisan leluhur kita. Berkaitan dengan media radio sebagai salah satu produk teknologi elektronika yang kehadirannya masih sangat dibutuhkan masyarakat, maka sudah menjadi keharusan diterapkannya manajemen yang dinamis dalam penyelengaraan siarannya.

B. RUMUSAN MASALAH

(8)

aplikasi manajemen yang telah dilaksanakan oleh RRI Bandung sebagai penyelenggaraan siaran. Untuk itu peneliti akan berusaha memecahkan masalah tersebut dengan membagi kedalam beberapa sub-masalah yang ditulis dalam kalimat pertanyaan sebagai berikut:

1. Bagaimana RRI Bandung membuat perencanaan siaran keroncong?

2. Bagaimana pengorganisasian sumber daya manusia dalam penyelenggaraan siaran keroncong di RRI Bandung?

3. Bagaimana teknis pelaksanaan siaran keroncong di RRI Bandung ?

C. TUJUAN PENELITIAN

Tujuan yang ingin dicapai dalam kegiatan penelitian ini, adalah: 1. Untuk memahami dan menganalisis perencanaan siaran keroncong .

2. Untuk memahami dan menganalisis pengorganisasian sumber daya manusia dalam pengelolaan siaran keroncong.

3. Untuk memahami dan menganalisis teknis pelaksanaan siaran keroncong.

D. MANFAAT PENELITIAN

Dari hasil penelitian ini diharapkan pula dapat memberikan manfaat baik secara teoritis maupun praktis:

1. Bagi Radio Republik Indonesia (RRI) Bandung

(9)

Recorded, sehingga di masa depan dapat lebih baik dan lebih professional dalam pengelolaannya.

2. Bagi Radio Siaran lainnya

Diharapkan dapat memancing stasiun radio siaran lainnya untuk mengikuti jejak aktivitas RRI dalam mengelola siaran musik keroncong sebagai seni musik khas bangsa Indonesia yang patut dilestarikan.

3. Bagi Lembaga Pendidikan Musik

Hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai pengetahuan baik bagi para dosen maupun mahasiswanya. Bahwa untuk melestarikan suatu bentuk kesenian seperti keroncong ini diperlukan adanya suatu pengelolaan yang professional, media publikasi, dan keterlibatan pihak/instansi lain yang mempunyai kebijakan dan pengaruh terhadap masyarakat. Juga dapat dijadikan bahan pendidikan apresiasi musik nusantara.

3. Bagi Praktisi Musik

Dapat memberikan sumbangan pemikiran praktis kepada pemusik maupun penyanyi agar lebih mencintai dan memahami musik keroncong sebagai warisan nenek moyang dan turut serta menggelorakan musik khas Indonesia ini melalui berbagai media salah satunya turut andil dalam siaran keroncong di radio.

4. Bagi Pendengar/Pecinta Siaran Keroncong

(10)

5. Bagi Peneliti

Peneliti dapat menambah wawasan dan memahami proses pengelolaan siaran keroncong baik dari segi sumber daya manusia, tujuan yang ingin dicapai, serta teknis manajerial. Dan hasil penelitian ini diharapkan juga dapat menjadi bahan acuan maupun pendukung dalam penelitian yang lebih lanjut.

E. ASUMSI PENELITIAN

Peneliti berasumsi jika pengelolaan siaran keroncong ini terus dijalankan secara baik, terarah dan berkesinambungan serta melaksanakan pengembangan disegala aspek, maka program tersebut akan semakin ajeg serta semakin diminata pendengarnya. Disamping itu pula seniman keroncong khususnya di kota Bandung baik dari musisi, penyanyi, maupun komunitasnya secara kuantitas maupun kualitas akan bertambah. Hal ini menunjukkan bahwa suatu lembaga penyiaran akan menghasilkan suatu produk siaran yang baik, jika mempunyai manajemen yang baik. Karena manajemen yang baik akan meningkatkan daya guna dan hasil guna semua potensi yang dimiliki. Seperti yang diungkapkan oleh Malayu S.P Hasibuan (2001) dalam Willy Fajar (2009), dijelaskan bahwa “Manajemen yang baik akan meningkatkan daya guna dan hasil guna semua potensi yang dimiliki, mengurangi

pemborosan-pemborosan, serta dapat mengakibatkan pencapaian tujuan secara teratur”.

F. METODE PENELITIAN

(11)

menyelenggarakan sekaligus memfasilitasi siaran keroncong. Oleh karena itu metode yang dianggap paling tepat dalam penelitian ini adalah metode Studi Kasus Mendalam (Intrinsic Case Study) dengan pendekatan kualitatif.

Studi kasus ini dilakukan untuk memahami secara lebih baik dan mendalam tentang suatu kasus tertentu. Studi atas kasus dilakukan karena alasan peneliti ingin mengetahui secara intrinsik suatu fenomena, keteraturan, dan kekhususan kasus. (Herdiansyah: 79). Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan pendekatan dari berbagai cabang ilmu, seperti ilmu manajemen yang akan membahas tentang perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan, dan evaluasi program siaran keroncong di RRI Bandung, kemudian ilmu komunikasi yang akan membahas tentang teori-teori komunikasi dan radio siaran sebagai media komunikasi massa. Juga ilmu sosiologi untuk menemukan berbagai hal yang berkenaan dengan masalah hubungan sosial antara pihak pengelola siaran keroncong programa 1 RRI Bandung, seniman keroncong, dan pendengar radio.

G. LOKASI DAN SUBJEK PENELITIAN

1. Lokasi Penelitian

(12)

(Amplitudo Modulation) dan legalitas serta kredibilitas siarannya sudah diakui oleh masyarakat. Sehingga peneliti diharapkan akan mendapatkan data-data dan sumber informasi yang dapat dipercaya dan validitasnya dapat dipertanggungjawabkan.

2. Subjek Penelitian

Yang menjadi subjek dalam penelitian ini adalah pengelolaan siaran keroncong yang disiarkan oleh programa 1 RRI Bandung. Subjek penelitian tersebut sengaja peneliti ambil karena ingin memahami dan menganalisis sampai sejauh mana pihak RRI Bandung mengelola program acara siaran keroncong, mulai dari tujuan yang ingin dicapai, pemberdayaan sumber daya manusia, dan teknis pengelolaannya. Sehingga eksistensi dan kontinuitas siaran keroncong tersebut masih dapat bertahan hingga saat ini.

H. SISTEMATIKA PENULISAN

Sistematika penulisan tesis ini diawali dengan halaman judul “Siaran Keroncong di Radio Republik Indonesia (RRI) Bandung”, baris berikutnya dicantumkan maksud atau tujuan penulisan tesis, di bawahnya diberi logo UPI, kemudian nama penulis tesis beserta nomor induk mahasiswanya, di bawahnya ada program studi pasca sarjana dan tahun penulisan tesis. Halaman berikutnya adalah lembar pengesahan, yang ditanda tangani oleh dosen pembimbing satu, dibawahnya tanda tangan dosen pembimbing dua, kemudian disetujui oleh ketua prodi pasca sarjana. Halaman selanjutnya berisi tentang pernyataan keaslian karya ilmiah yang ditanda tangani oleh penulis tesis.

(13)

daftar isi, di halaman ini dicantumkan beberapa item pra bab yang penulisan halamannya menggunakan huruf romawi kecil seperti daftar foto dan daftar lampiran, kemudian judul bab satu yaitu pendahuluan yang berisikan: latar belakang, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, asumsi penelitian, metode penelitian, lokasi dan subjek penelitian, serta sistematika penulisan dengan disertai nomor halaman di sebelah pinggir kanannya. Berikutnya adalah bab dua yaitu landasan teoretis yang berisikan point-point yang akan dikemukakan, dan yang berkaitan dengan tema penelitian.

Dilanjutkan dengan bab tiga yaitu metode penelitian yang berisikan: desain penelitian, variable penelitian dan definisi operasional, instrumen penelitian, teknik pengumpulan data, prosedur dan teknik pengolahan data. Selanjutnya adalah bab empat yaitu hasil penelitian dan pembahasan yang berisikan segala sesuatu yang menjadi temuan dari selama penelitian yang disertai dengan pembahasannya. Bab terakhir adalah bab lima yaitu kesimpulan dan rekomendasi, di dalamnya berisikan rangkuman dari hasil penelitian, kemudian saran-saran dari peneliti terhadap aspek-aspek yang sekiranya dapat ditingkatkan untuk kemajuan subjek penelitian. Halaman berikutnya adalah daftar pustaka berisikan referensi-referensi baik yang berasal dari buku, jurnal ilmiah, artikel dari internet, dan sebagainya. Halaman berikutnya adalah lampiran yang berisikan dokumen-dokumen atau arsip-arsip yang berkaitan dengan tema penelitian. Dan halaman terakhir ditutup dengan riwayat hidup penulis (curriculum vitae) yang berisikan: nama lengkap, tempat tanggal lahir, alamat, riwayat pendidikan, pekerjaan, dan pengalaman/prestasi.

(14)

BAB III

METODE PENELITIAN

A. DESAIN PENELITIAN

Sebelum peneliti mengumpulkan data-data yang dibutuhkan, terlebih dahulu peneliti membuat rancangan pokok penelitian agar dapat memahami objek penelitian serta efektifitas waktu dapat berjalan sesuai dengan yang direncanakan. Adapun langkah-langkah dalam penelitian tentang pengelolaan siaran keroncong di RRI Bandung ini, secara garis besar pelaksanaannya dilakukan atas tiga tahap yaitu; tahap orientasi, eksplorasi, dan tahap seleksi.

Bagan 3.1. Tahapan Penelitian

1. Tahap Orientasi

Tahap ini merupakan tahap persiapan pengumpulan data dengan menempuh langkah-langkah sebagai berikut: Mencari informasi mengenai orkes-orkes keroncong yang ikut terlibat dalam program siaran keroncong RRI Bandung yang diudarakan secara live. Melakukan pendekatan terhadap pihak RRI untuk memperoleh ijin lokasi dan nara sumber di lingkungan RRI yang akan dimintai informasinya. Menentukan pendekatan penelitian dan metode yang akan peneliti gunakan. Menyiapkan pedoman wawancara bagi pimpinan, kasi/staf, produser siaran, pangarah acara, bagian teknik,

TAHAP ORIENTASI

Merupakan tahap persiapan pengumpulan data

TAHAP EKSPLORASI

Merupakan tahap pengumpulan data

TAHAP SELEKSI

(15)

pembawa acara/penyiar, pimpinan orkes keroncong, musisi, dan penyanyi keroncong. Menghubungi setiap nara sumber baik yang ada di lingkungan RRI maupun di lingkungan komunitas keroncong untuk mengadakan negosiasi dan mendapatkan persetujuan mengenai jadwal pelaksanaan observasi dan wawancara dalam rangka pengumpulan data. Mencari berbagai informasi mengenai keberadaan program siaran irama keroncong RRI Bandung, baik dari literatur, buku-buku, dokumen dan sebagainya.

2. Tahap Eksplorasi

Pada tahap ini merupakan tahap implementasi kegiatan pengumpulan data yang meliputi: Melakukan observasi dalam kegiatan program siaran keroncong di radio, hal ini untuk mengetahui proses persiapan maupun pelaksanaan siaran tersebut. Melakukan wawancara intensif dengan pihak RRI Bandung, dalam hal ini kabid siaran, kasi programa I, produser siaran, pengarah Acara, dan pembawa acara/penyiar. Melakukan wawancara dengan pihak orkes keroncong yang terlibat dalam program siaran irama keroncong, dalam hal ini pimpinan orkes keoncong, musisi, penyanyi keroncong, dan pendengar/penikmat musik keroncong yang hadir di studio RRI. Melakukan dokumentasi dengan mengumpulkan dokumen yang sudah ada dan melakukan perekaman baru, baik berupa audio maupun audio visual. Hal ini dilakukan untuk mengetahui gambaran tentang perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan, dan sistem pengawasan.

3. Tahap Seleksi (member check)

(16)

dijalankan oleh pihak RRI Bandung. Melakukan wawancara dengan produser siaran, pengarah Acara, dan pembawa acara/penyiar, untuk menambah dan melengkapi data yang dianggap kurang. Melakukan pengecekan kembali tentang data yang disampaikan oleh pihak RRI dengan staf pelaksana di studio. Hal ini juga dilakukan terhadap data-data yang diperoleh dari pihak orkes keroncong yang terlibat.

B. METODE PENELITIAN

Kaitannya dengan judul penelitian “ Penyelenggaraan Siaran Keroncong Di Radio Republik Indonesia (RRI) Bandung”, peneliti mengambil pendekatan Kualitatif dengan tiga alasan: Pertama, dilatarbelakangi oleh minat dan kecintaan peneliti terhadap musik keroncong, dan didukung oleh pengalaman peneliti di dunia broadcasting (radio dan televisi). Sehingga peneliti tergerak hati untuk terjun langsung ke lapangan, dan mengenal subjek penelitian secara personal dan tanpa perantara. Kedua, peneliti ingin mendapatkan gambaran menyeluruh mengenai subjek penelitian, serta melaporkan pandangan terperinci dari para nara sumber. Ketiga, peneliti ingin memperoleh pemahaman mendalam mengenai organisasi, baik pengelolaan, struktur, sarana, dan kekhususan atau pola yang khas dalam suatu kelompok partisipan.

(17)

antara peneliti dengan subjek yang diteliti harus dihilangkan atau diminimalisasi agar peneliti dapat benar-benar memahami sudut pandang dan perasaan subjek penelitian dengan optimal. Dalam penelitian ini, peneliti mengharapkan banyak informasi atau keterangan yang diperoleh dari responden untuk mencapai tujuan penelitian. Maka dari itu dalam proses pengumpulan data dengan cara wawancara, observasi, dan studi dokumentasi, selalu menjaga hubungan harmonis antara peneliti dengan responden dan lingkungan penelitian. Dengan ini diharapkan responden dapat memberikan informasi sebanyak mungkin.

Sesuai dengan permasalahan yang dikaji, dalam penelitian ini peneliti menggunakan metode studi kasus mendalam (intrinsic case study). Menurut Creswell (1998) dalam Herdiansyah (2010) dinyatakan bahwa “studi kasus (case study) adalah suatu model yang menekankan pada eksplorasi dari suatu sistem yang berbatas (bounded system) pada satu kasus atau beberapa kasus secara mendetail, disertai

dengan penggalian data secara mendalam yang melibatkan beragam sumber informasi yang kaya akan konteks”. Studi kasus mendalam merupakan salah satu bentuk studi kasus yang disesuaikan dengan tujuan penelitian dan metodologi yang mendasarinya. Menurut Stake (1995) terdapat tiga bentuk studi kasus, yakni: studi kasus mendalam (intrinsic case study), studi kasus instrumental (instrumental case study), dan studi

(18)

Bagan 3.2. Bentuk-Bentuk Studi Kasus

Dari ketiga bentuk studi kasus di atas, peneliti mengambil studi kasus intrinsik dengan alasan, bahwa studi kasus ini mempunyai tujuan untuk memahami secara lebih baik dan mendalam tentang proses penyelenggaraan program siaran keroncong, sehingga peneliti dapat mengetahui dan memahami lebih dalam mengenai pengelolaan siaran tersebut, dan bukan untuk alasan eksternal lainnya. Kasus yang peneliti angkat merupakan kasus tunggal (single case), yang mempunyai keunikan dan kekhasan tersendiri. Hal ini relevan dengan pertanyaan besar dalam rumusan masalah di bab 2 tentang ketahanan (sustaineable) suatu program siaran yang sudah berjalan sembilan tahun lebih tanpa adanya penayangan iklan. Sehingga peneliti berusaha untuk mengorek serta mengkaji lebih dalam tentang pengelolaan program siaran keroncong tersebut.

Dari hasil penelitian ini, yang akan peneliti deskripsikan umumnya berupa kata-kata dan gambar, dan bukan angka yang menunjukan kuantitas. Dengan demikian sifat kualitatif penelitian ini mengarah pada mutu dan kedalaman uraian, yakni pembahasan

Bentuk-Bentuk Studi Kasus berdasarkan tujuannya Stake

(1995)

Intrinsic Case Study

Bertujuan untuk memahami secara mendalam suatu fenomena dan kekhususan kasus. Instrumental Case Study

Kasus hanya sebagai sarana untuk memahami hal lain diluar kasus tersebut

Collective Case Study

Bertujuan untuk membuat generalisasi

(19)

mengenai manajemen siaran keroncong. Adapun langkah-langkah yang akan ditempuh dalam penelitian studi kasus ini adalah:

Bagan 3.3. Langkah-langkah penelitian studi kasus

Pertama, menentukan dan membatasi kasus. Tahapan ini adalah upaya untuk

memahami kasus, atau dengan kata lain membangun konsep tentang obyek penelitian yang diposisikan sebagai kasus. Dengan mengetahui dan memahami kasus yang akan diteliti, peneliti tidak akan salah atau tersesat di dalam menentukan kasus penelitiannya. Kedua, memilih fenomena, tema atau isu penelitian. Pada tahapan ini, peneliti

membangun pertanyaan penelitian berdasarkan konsep kasus yang diketahuinya dan latar belakang keinginannya untuk meneliti. Pertanyaan penelitian dibangun dengan sudah mengandung fenomena, tema atau isu penelitian yang dituju di dalam proses pelaksanaan penelitian. Ketiga, memilih bentuk-bentuk data yang akan dicari dan dikumpulkan. Data dan bentuk data dibutuhkan untuk mengembangkan isu di dalam penelitian. Penentuan data yang dipilih disesuaikan dengan karakteristik kasus yang diteliti. Pada umumnya bentuk pengumpulan datanya adalah wawancara baik individu maupun kelompok; pengamatan lapangan; peninggalan atau artefak, dan dokumen.

Menentukan dan membatasi Kasus Menentukan interpretasi- alternatif Memilih fenomena, tema, atau isu

(20)

Keempat, melakukan kajian triangulasi. Terhadap kunci-kunci pengamatan lapangan, dan dasar-dasar untuk melakukan interpretasi terhadap data. Tujuannya adalah agar data yang diperoleh adalah benar, tepat dan akurat. Kelima, menentukan interpretasi-interpretasi alternatif untuk diteliti. Alternatif interpretasi-interpretasi dibutuhkan untuk menentukan interpretasi yang sesuai dengan kondisi dan keadaan kasus dengan maksud dan tujuan penelitian. Setiap interpretasi dapat menggambarkan makna-makna yang terdapat di dalam kasus, yang jika diintegrasikan dapat menggambarkan keseluruhan kasus. Keenam, membangun dan menentukan hal-hal penting serta melakukan generalisasi dari hasil-hasil penelitian terhadap kasus.

C. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional

1. Variabel Penelitian

Variabel yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah variabel non-musikal, yang menitikberatkan pada manajemen siaran berupa pengelolaan siaran keroncong. Sedangkan unsur-unsur musikal yang berkaitan dengan musik keroncong akan dijadikan sebagai pelengkap atau elemen-elemen pendukung fokus penelitian.

2. Definisi Operasional

(21)

peneliti melakukan konsultasi dengan orang yang berkompeten dalam bahasa Indonesia. Menurut Dr. Vismaia, bahwa kata ‘penyelenggaraan’ dapat diartikan sebagai sistem dalam suatu rangkaian kegiatan, yang di dalamnya terkandung berbagai aspek yang saling menunjang demi terlaksananya kegiatan tersebut. Diantaranya ada aspek perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan dan pengawasan. Peneliti juga mencari arti kata tersebut di dalam thesaurus bahasa Indonesia. Dalam thesaurus, kata ‘penyelenggaraan’ berarti pengaturan, pengurusan, pengelolaan, dan pergelaran. Sedangkan bentuk katanya merupakan noun (kata benda) yang berasal dari kata ‘selenggara’ (verb ). Dari beberapa sumber di atas, peneliti dapat menarik kesimpulan bahwa kata ‘penyelenggaraan’ dikaitkan dengan program siaran radio, bisa diartikan sebagai suatu proses kegiatan yang di dalamnya mencakup unsur-unsur manajemen seperti perencanaan, pengorganisasian, dan pelaksanaan.

Arti kata ‘siaran’ menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (1988), kata “siaran” berasal dari kata siar yang artinya memberitahukan kepada umum (melalui radio, televisi, surat kabar, dsb), mengumumkan (berita dsb), menyebarkan atau mempropagandakan (pendapat, paham, agama, dsb), mengirimkan (lagu-lagu, musik, pidato, dsb) melalui radio. Sedangkan “siaran” artinya yang disiarkan. Sedangkan asal-muasal nama “keroncong” sendiri sampai saat ini memang tidak begitu jelas. Ada beragam pendapat mengenai sebutan atau istilah ‘keroncong’.meskipun pada kenyataannya sampai saat ini masih sangat kabur dikarenakan memang sangat sulit untuk menemukan literature yang membahas masalah musik keroncong. Adapun kata “keroncong” sendiri mempunyai beberapa pengertian dari berbagai pendapat dengan

(22)

ditujukan pada alat musik ukulele yang berbunyi “crong-crong-crong”. (Dieter Mack: “Sejarah Musik Jilid 4”. 1995). Dengan kata lain suatu jenis musik baru dapat dikatakan ber-genre keroncong kalau ada unsur bunyi crong-crongya. Ada hal yang menarik bahwa ukulele tersebut adalah sejenis gitar kecil yang telah mendapat paten Hawaii, sedangkan sebutan ukulele sebagai keroncong telah diakui sebagai paten Indonesia. (Salwa El-Shawan Castelo-Baranco dalam kamus The Grove’s Dictionary of Music and Musicians, “Portugal”. 2002: 197). Ada yang berpendapat nama “keroncong” itu dari nama alat musik semacam gitar kecil /ukulele dari Polynesia yang

disebut “Crouco”. Ada juga yang berpendapat nama keroncong itu dari bunyi suara gelang kaki penari ngremo dari Madura. Beberapa musikolog mempunyai pendapat yang berbeda mengenai asal-usul istilah keroncong. Peneliti sepaham bahwa kata “keroncong” berasal dari bunyi instrumen ukulele yang dimainkan secara rasguardo, atau di’slah’ atau digaruk yang menghasilkan bunyi ‘crong….crong….ken crong..’, kemudian kata tersebut berkembang menjadi keroncong. Karena seperti kebiasaan orang Indonesia yang menamakan sesuatu sering dikaitkan dengan bunyi yang dihasilkan dari medium instrumennya, seperti halnya musik dangdut, istilah “dangdut” yang diambil dari bunyi gendangnya.

Yang dimaksud ‘Siaran Keroncong’ dalam penelitian ini adalah kegiatan/aktivitas stasiun RRI Bandung dalam mengirimkan materi siar kepada pendengar radio berupa musik keroncong, baik berupa siaran live programme (Siaran Irama Keroncong) maupun siaran talkshow (Siaran Apresiasi Keroncong).

(23)

Handoko 2003:8). Orkes Keroncong (O.K), yakni sekelompok pemusik yang menggunakan beberapa alat musik dalam memainkan irama keroncong. Formasi standar terdiri dari pemain Cuk (Ukulele), Cak (Cakalele), Celo, Contrabass, Gitar, Biola, dan Flute. Stasiun RRI (Radio Republik Indonesia) merupakan stasiun radio berupa lembaga penyiaran publik milik pemerintah, yang bergerak dalam bidang penyiaran yang menggunakan frekuensi AM dan FM. Siaran Irama Keroncong merupakan suatu program siaran radio yang menampilkan orkes keroncong secara live sebagai pengisi siaran tersebut. Siaran Apresiasi Keroncong adalah siaran radio yang program acaranya berupa talkshow antara penyiar, nara sumber, dan pendengar serta diselingi dengan pemutaran lagu-lagu keroncong dari compact disk maupun kaset.

D. TEKNIK PENGUMPULAN DATA

Untuk menunjang kelancaran proses penelitian agar berjalan secara efektif dan efisien, diperlukan teknik pengumpulan data atau bahan yang relevan, akurat dan terandalkan yang bertujuan untuk menciptakan hasil penelitian yang sesuai dengan tujuan penelitian. Adapun teknik pengumpulan data yang dilakukan dalam penelitian ini adalah:

1. Observasi

(24)

bulan Januari 2010 hingga Juni 2011, dengan jadwal seminggu sekali setiap Jumat malam mulai pukul 19.30 hingga pukul 21.00 WIB. Peneliti mengamati persiapan pihak RRI (produser, penyiar, operator, pengarah acara, dan soundman) sebagai penyelenggara siaran dan persiapan orkes keroncong sebagai pengisi acaranya. Peneliti juga melakukan pengamatan terhadap aktivitas di ruang siaran RRI Bandung, saat berlangsungnya siaran Apresiasi Keroncong. Pengamatan dilakukan mulai bulan Januari 2010 hingga Juni 2011, dengan jadwal seminggu sekali setiap Minggu malam mulai pukul 19.30 hingga pukul 21.00 WIB. Peneliti juga mengamati persiapan penyiar pihak RRI (produser, penyiar, dan operator) sebagai penyelenggara siaran dan persiapan nara sumber sebagai pihak yang terlibat di dalam acara siaran tersebut. Pengamatan terhadap manajemen siaran irama keroncong di ruang kerja Kepala Seksi Siaran Programa I RRI Bandung juga peneliti lakukan dengan tujuan untuk mengamati perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan dan pengawasan siaran irama keroncong. Observasi ini dilakukan mulai bulan Januari 2011 hingga bulan Mei 2011 selama 8 kali, setiap pertemuan berdurasi kurang lebih 90 menit. Observasi ini tidak hanya dilakukan di studio RRI Bandung saja, tetapi juga pada pada saat kegiatan latihan yang dilakukan oleh salah satu orkes keroncong yang ada di kota Bandung, yaitu orkes keroncong (O.K.) Laras Anggita pimpinan Bpk. Ir. H. Soetrisno, dan O.K. Gema Awangga pimpinan Bpk. H. Ali Marjono.

(25)

Bandung. Yang kedua adalah Non-participant Observation, kegiatan ini dilakukan ketika peneliti melakukan observasi pada proses latihan, persiapan teknis studio, siaran live dan siaran apresiasi keroncong. Peneliti juga melakukan observasi terhadap manajemen yang dipimpin oleh Kepala Seksi Siaran Programa I. Pada dasarnya pengamatan ini bertujuan untuk memperoleh data mengenai perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan dan pengendalian siaran irama keroncong.

2. Wawancara

Wawancara dilakukan melalui percakapan dengan maksud tertentu. Pada penelitian ini dilakukan oleh dua pihak, yaitu pewawancara (interviewer) yang mengajukan pertanyaan dan yang diwawancarai (interviewee) yang memberikan jawaban atas pertanyaan itu. Tujuan peneliti melakukan wawancara adalah untuk menyajikan konstruksi dalam suatu konteks mengenai pengelolaan siaran keroncong. Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini yaitu mengenai manajemen siaran irama keroncong yang diselengagarakan di studio RRI Bandung, yang meliputi bagian produksi siaran, teknik siaran, dan sumber daya manusia. Adapun yang diwawancarai antara lain: Kepala Bidang Produksi, Kepala Bidang SDM, Kepala Seksi Siaran, Produser Siaran Keroncong, Pengarah Acara, Pembawa Acara, Kepala Teknik Siaran, Operator, Pimpinan Orkes Keroncong, Musisi/Penyanyi Keroncong, dan lain-lain.

(26)

2. Dokumentasi

Dengan teknik dokumentasi, peneliti dapat mempelajari dokumen yang diharapkan dapat memberikan uraian yang berhubungan dengan materi penelitian. Diantaranya: buku-buku, foto-foto, arsip-arsip, bagan struktur organisasi, surat-surat, audio, dan visual yang dimiliki oleh pihak RRI. Teknik pengumpulan data melalui studi dokumentasi ini yaitu dengan melakukan kegiatan pengamatan terhadap dokumen-dokumen yang ada kaitannya dengan materi penelitian misalnya surat keputusan/arsip, makalah, skripsi, tesis, sertifikat, foto-foto, compact disc, kaset, video, jadwal siaran, dan lain-lain. Untuk pengambilan foto dan video, peneliti melakukannya di beberapa tempat seperti: ruang studio, ruang siaran/ penyiar, ruang operator, ruang kerja Kasi Programa I, ruang kerja Kabid Siaran, tempat latihan orkes keroncong. Hal ini dilakukan sejak observasi awal dimulai yakni bulan Desember 2010 hingga bulan Juni 2011.

E. INSTRUMEN PENELITIAN

Instrumen penelitian yang peneliti pakai untuk mengumpulkan data, berupa pedoman observasi, pedoman wawancara, dan perekaman data audio dan audio-visual terhadap segala kegiatan yang berkaitan dengan pengelolaan siaran dan aktivitas siaran di studio. Untuk contoh pedoman wawancara dapat dilihat pada halaman lampiran.

F. TEKNIK PENGOLAHAN DATA

(27)

dari penelitian di lapangan, yaitu dari wawancara, pengamatan yang sudah dituliskan dalam catatan lapangan, dokumen pribadi, dokumen resmi, gambar, foto dan sebagainya. Proses pengolahan data-data dimulai dengan mengelompokkan data yang terkumpul melalui observasi, wawancara, dokumentasi dan kajian pustaka maupun catatan yang dianggap dapat menunjang dalam penelitian ini untuk diklasifikasikan dan dianalisis berdasarkan kepentingan penelitian. Dalam penelitian ini data yang diperoleh bersifat kualitatif. Proses analisis data ditempuh melalui proses reduksi data, sajian data, penarikan kesimpulan dan verifikasi (pencocokan/pembuktian).

1. Reduksi data

(28)

2. Sajian Data (Display) Setelah data-data yang ada direduksi sesuai dengan kebutuhan pemecahan masalah

yang terdapat dalam penelitian ini, kegiatan selanjutnya adalah peneliti melakukan kegiatan penyajian data sesuai dengan urutan dan susunan data penelitian. Data yang telah didapat dari observasi, wawancara, dan dokumentasi dikategorikan, dianalisis, dalam bentuk pernyataan yang dijabarkan secara deskriptif. Adapun tahapan display dalam penelitian ini sebagai berikut: Mengkategorikan data atau informasi yang sesuai dengan rumusan masalah. Menganalisis data atau informasi yang sesuai dengan rumusan masalah.Dan membahas data atau informasi berdasarkan rumusan masalah. Penyajian data dalam hal ini dimaksudkan sebagai langkah pengumpulan informasi yang tersusun dan memberikan kemungkinan adanya penarikan kesimpulan dan pengambilan tindakan.

3. Verifikasi

Selain mereduksi dan menyajikan data, tindakan selanjutnya adalah menarik kesimpulan. Namun kesimpulan tersebut tidak mutlak, tetapi sifatnya lentur, dalam arti ada kemungkinan berubah setelah diperoleh data yang baru.

(29)

(Sumber: Miles dan Huberman, dalam Rohidi, 1992: 20)

Bagan 3.4. Proses Analisis Data

Peneliti dalam melakukan teknik pemeriksaan keabsahan data ini yakni dengan menggunakan Triangulasi, yang digunakan untuk keperluan pengecekan atau sebagai pembanding terhadap data tersebut. Pengumpulan data dalam penelitian dengan cara observasi, pencatatan dan wawancara dengan informan, oleh karena itu untuk mendapatkan data yang valid dan ada kecocokan satu sama lain, peneliti mengadakan triangulasi sumber data melalui pemerikasaan terhadap sumber lainnya yaitu membandingkan data hasil pengamatan dengan data hasil wawancara. Dengan triangulasi, peneliti akan mendapatkan bukti-bukti yang akan mendukung pada penarikan kesimpulan. Proses triangulasi tidak hanya sekedar menilai kebenaran data tetap juga menyelidiki validitas tafsiran mengenai data itu serta melengkapi kekurangan dalam informasi pertama. Adapun triangulasi yang digunakan yaitu triangulasi teknik dan triangulasi sumber.

Pengumpulan Data Penyajian Data

Reduksi Data

(30)

a. Triangulasi Teknik

Triangulasi teknik dilakukan melalui pengecekan data hasil observasi, wawancara, dan dokumentasi mengenai manajemen siaran irama keroncong. Tahapan yang dilakukan pada triangulasi teknik ini, sebagai berikut: Mengecek data hasil observasi, wawancara, dan dokumentasi mengenai perencanaan siaran irama keroncong. Mengecek data hasil observasi, wawancara, dan dokumentasi mengenai perorganisasian siaran irama keroncong. Mengecek data hasil observasi, wawancara, dan dokumentasi mengenai pelaksanaan siaran irama keroncong. Mengecek data hasil observasi, wawancara, dan dokumentasi mengenai pengendalian siaran irama keroncong.

b. Triangulasi Sumber

(31)

G. LOKASI DAN SUBJEK PENELITIAN

1. Lokasi Penelitian

Lokasi penelitian dilaksanakan di Stasiun Radio Republik Indonesia (RRI) Bandung, yang berlokasi di Jl. Diponegoro No.61 Bandung 40010. Tlp. 022-7207031, 7218075, 720996 (Hunting), Fax.7218073, 7218075. Website: www.rribdg-online.com. Terletak diantara Jl.Ir. H. Juanda (Dago) dengan Jl. Supratman, yang merupakan daerah elite di kawasan Bandung Utara. Berjarak kurang lebih 500 meter dari Gedung Sate

dan Gasibu Bandung ke arah timur. Dengan pepohonan besar dan asri disepanjang jalan Diponegoro, dan bersebelahan dengan gedung Museum Geologi dan Pusat Dakwah Islamiah (Pusdai), menjadikan gedung RRI ini terlihat megah dengan areal tanah kurang lebih seluas 5000 m2.

Gedung RRI di Jl. Diponegoro No.61 Bandung

(32)

Alasan peneliti mengambil lokasi penelitian ini dikarenakan selain RRI Bandung merupakan studio milik pemerintah yang sudah lama berdiri, juga konsisten dengan materi siarannya yang berpayung pada undang-undang penyiaran serta berpijak pada visi dan misi RRI.

2. Subjek Penelitian

(33)

BAB V

KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

A. KESIMPULAN

Dari hasil penelitian tentang pengelolaan siaran keroncong di Radio Republik Indonesia (RRI) Bandung, peneliti dapat menarik kesimpulan: Bahwa manajemen memegang peranan penting dalam proses penyelenggaraan siaran keroncong di RRI Bandung, karena banyak aspek-aspek di dalamnya yang memerlukan pengaturan dan penanganan khusus yang disesuaikan dengan situasi , kondisi, dan potensi yang ada. Terdapat tiga tahapan pokok yang menjadi landasan dalam penyelenggaraan siaran keroncong, yakni: adanya tujuan baik yang bersifat strategis seperti: pedoman penyiaran, undang-undang siaran, visi dan misi RRI maupun tujuan yang bersifat operasional seperti pedoman penyelenggaraan siaran, pengorganisasian sumber daya manusia, dan teknis pelaksanaannya. Pada tahap awal, perencanaan program siaran keroncong dirancang dengan maksud dan tujuan tertentu yaitu untuk memberikan informasi, apresiasi sekaligus hiburan kepada pendengar dan pecinta keroncong sehingga eksistensi radio dan program siarannya dapat tetap terjaga dan melekat dihati pendengarnya.

(34)

perencanaan siaran keroncong adalah seksi perencanaan dan evaluasi programa (sie PEP) yang berkoordinasi dengan bidang/seksi lain. Seksi ini bertugas menyusun jadwal siaran, biaya/anggaran yang dibutuhkan, dan mengevaluasi program yang sudah dilaksanakan untuk dilaporkan ke kabid programa siaran, yang akan diteruskan laporannya ke kepala stasiun RRI. Dari seluruh bidang/seksi tersebut yang berkaitan langsung dalam kegiatan penyiaran program siaran keroncong di Pro 1 RRI Bandung ada lima, yang merupakan satu tim pelaksana siaran yaitu: produser eksekutif (kasie siaran), produser pelaksana, pengarah acara, presenter, dan operator. Penggalian potensi sumber daya manusia yang berkaitan langsung dengan program siaran keroncong, dilakukan dengan melihat latar belakang keterampilan dan keakhlian karyawannya. Seperti kasie programa 1 berlatar pendidikan ilmu komunikasi, produser pelaksana berlatar belakang dari seorang musisi (pemain flute) pada salah satu orkes keroncong, pengarah acara maupun presenter yang sebelumnya punya pengalaman di beberapa radio swasta di Bandung. Disamping itu pula mereka aktif dalam situs jejaring sosial seperti facebook yang secara tidak langsung turut mempromosikan program siaran keroncong baik tentang jadwal siaran orkes yang bakal tampil maupun menginformasikan hal-hal yang berhubungan dengan siaran keroncong.

(35)

Teknis pelaksanaan siaran irama keroncong berupa penampilan live orkes keroncong di studio RRI Bandung, dilaksanakan tepat pukul 19.30 hingga 21.00 WIB setiap hari Jumat. Untuk persiapan sebelum acara dimulai, dibutuhkan waktu kurang lebih satu jam dengan 15 menit pertama untuk melakukan soundcheck para pemain musik, dan dilanjutkan kemudian dengan gladi resik sampai pukul 19.25. Lima menit sebelum siaran dimulai, pemain musik sudah standbye di panggung, dan para penyanyi sudah siap menunggu di depan panggung untuk dipanggil berdasarkan rundown acara. Tepat pukul 19.30 pembawa acara membuka siaran, dan dilanjutkan dengan memanggil penyanyi pertama sekaligus menyebutkan judul lagu yang akan dibawakannya. Setiap selesai satu lagu, pembawa acara kemudian memanggil penyanyi berikutnya, demikian seterusnya hingga acara bergulir selama satu setengah jam. Lima menit sebelum acara ditutup, pembawa acara pamitan kepada pendengar radio dan menyampaikan lagu terakhir/penutup yang biasanya diakhiri dengan penampilan seluruh penyanyi untuk bernyanyi bersama. Sedangkan untuk siaran apresiasi keroncong, dilaksanakan tepat pukul 19.30 hingga 21.00 WIB setiap hari Minggu. Untuk persiapan sebelum acara dimulai, dibutuhkan waktu kurang lebih satu jam dengan pertama kali melakukan recheck kepada nara sumber via telepon untuk mengingatkan kembali dan bersiap-siap

melakukan wawancara. Tepat pukul 19.30 penyiar/presenter membuka acara, dilanjutkan kemudian dengan memutar sebuah lagu keroncong sebelum wawancara dengan nara sumber dimulai. Disamping wawancara dengan nara sumber, juga presenter melibatkan pendengar yang ingin terlibat dalam wawancara, dan mempersilakan pendengar yang ingin merequest lagu keroncong.

(36)

lancar, baik dari pihak RRI sebagai penyelenggara siaran maupun pihak pengisi acara (komunitas/orkes keroncong dan nara sumber). Hanya ada sedikit kendala yakni dari pihak pengisi acara, ada beberapa orkes keroncong yang kurang memperhatikan jatah waktu siaran yang telah ditentukan, sehingga ada beberapa anggota penyanyinya yang terpaksa tidak kebagian tampil dikarenakan waktu siarannya sudah habis.

(37)

B. REKOMENDASI

RRI sebagai Lembaga Penyiaran Publik yang telah berkiprah puluhan tahun di dunia penyiaran (broadcasting), tentunya sudah paham betul apa yang menjadi cita-cita para broadcaster, angkasawan, dewan direksi, kepala bidang, kepala seksi, dan segenap jajaran fungsional lainnya agar RRI tumbuh dan berkembang pesat ditengah arus persaingan bisnis penyiaran dengan radio-radio swasta yang tumbuh subur sampai ke pelosok-pelosok daerah. Barangkali Brand Image RRI dimata sebagian masyarakat yang masih beranggapan bahwa RRI merupakan corong pemerintah, harus dihapuskan. Sehingga segala informasi yang muncul disiarkan sudah tidak ‘berbau’ propaganda pemerintah lagi.

Dengan sumber daya manusia (team work) yang cukup memadai, peneliti menyarankan agar inovasi penyiaran terus dikembangkan mengikuti trend dan ritme yang terus bergulir untuk selalu tampil prima agar dapat memenangkan persaingan di dunia penyiaran dengan mengacu pada prinsip radio publik.

Beberapa hal penting yang perlu dilakukan para broadcaster RRI untuk menumbuhkan magnitude baru adalah dengan memiliki pemahaman yang sama tentang filosofi “Power, Estetika, dan Rotasi Musik”. Tiga aspek ini adalah satu mata rantai yang tidak boleh dipisahkan untuk memperoleh kekuatan program. Tim pelaksana siaran keroncong Pro 1 Bdg perlu memperhatikan filosofi tersebut dalam mengolah siarannya. Hal-hal yang juga perlu diperhatikan yakni: efsiensi penggunaan kata-kata dalam siaran, harus lebih atraktif dalam perpaduan antara musik dan bicara.

(38)

tugas produser dan pengarah acara untuk memberitahukan kepada pimpinan orkes yang akan tampil di studio RRI dalam hal penyusunan urutan lagu, agar berkesan klimaks.

(39)

DAFTAR PUSTAKA

Alwasilah, A. C. (2009). Pokoknya Kualitatif. Jakarta: PT. Dunia Pustaka Jaya.

Any, A. (1983). Keroncong Musik Nusantara, dalam Perjalanan Musik Di Indonesia. Jakarta: Pensi.

Arikunto, S. (1996). Prosedur Penelitian, Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta: PT. Rineka Cipta.

Denzin, N. K. (2009). Handbook Qualitative Research. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Dinas Pendidikan Nasional Republik Indonesia (2008). Kamus Besar Bahasa

Indonesia. [Online]. Tersedia:

http://kamusbahasaindonesia.org/massal.php#ixzz1T7bzLtn9 . [10 Juni 2011]

Djamal, Hidajanto, dkk. (2011). Dasar-Dasar Penyiaran. Jakarta: Kencana Prenada Media Group.

Direktorat Jenderal Radio Televisi dan Film Departemen Penerangan Republik Indonesia 40 Tahun Indonesia Merdeka (11 September 1945 sampai dengan 11 September 1985).[Online]. Tersedia:

http://id.wikipedia.org/wiki/Sejarah_Radio_Republik_Indonesia

[20 April 2011]

Harmunah. (1996). Musik Keroncong. Jogjakarta: PML

Heene, Aime, dkk. (2010). Manajemen Strategik Keorganisasian Publik. Bandung: PT. Refika Aditama.

LPP, RRI. (2006). Peraturan Dewan Direksi Lembaga Penyiaran Publik: Struktur Organisasi dan Tata Kerja Stasiun Penyiaran Radio republik Indonesia. Jakarta.

Mufid, M. (2007). Komunikasi dan Regulasi Penyiaran. Jakarta: Kencana Prenada Media Group.

Mack, D. (1995). Sejarah Musik jilid 4. Yogyakarta: Pml.

Maricar, Ari. (2008). Kualitas Wajib, Kepuasan Pendengar Penting. [Online].

Tersedia: http://radiojatim.or.id/gelombang/detail.php?id=24/Artikel. [5 Desember 2010]

Poerwanto. (2000). Kebudayaan dan Lingkungan dalam Perspektif Antropologi. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

(40)

Soedarsono, R.M. (2003). Seni Pertunjukan: Dari Perseptif Politik, Sosial, dan Ekonomi. Jogjakarta: Gadjah Mada University Press.

Siswanto. (2006). Pengantar Manajemen. Jakarta: PT. Bumi Aksara. Singarimbun, Masri. (1989). Metode Penelitian Survai. Jakarta: LP3S.

Supanggah, R. (1995). Etnomusikologi. Yogyakarta: Yayasan Bentang Budaya. Romli, A. S. (2009). Dasar-Dasar Siaran Radio. Bandung: Nuansa.

Romli, A. S. (2007). Jurnalistik Radio. [Online]. Tersedia: http://romeltea.co.nr. [10 Desember 2010]

Triartanto, Y. (2010). Broadcasting Radio: Panduan Teori dan Praktek. Yogyakarta: Pustaka Book Publisher.

Vardiansyah, Dani. (2004). Pengantar Ilmu Komunikasi. Bogor: Galia Indonesia.

DAFTAR INFORMAN

1. Bpk. Drs. Sulaeman (Kepala Bidang Siaran RRI Bandung )

2. Ibu Dra. Riana Soewarno, M.Si. (Kepala Seksi Programa 1 RRI Bandung) 3. Bpk. H. Margono (Produser Pelaksana siaran keroncong RRI Bandung) 4. Bpk. Puja Kusumah (Eks. Produser Pelaksana siaran keroncong RRI Bdg.) 5. Bpk. Dedi Riantama (Pengarah Acara/ Penyiar)

6. Ibu Dewi Priatni (Staf Perencanaan dan Evaluasi Program) 7. Ibu Etty (Kasubag Sumber Daya Manusia)

8. Bpk. Wahyu (Operator siaran)

Referensi

Dokumen terkait

Dengan demikian secara sederhana dapat penulis berikan interpretasi terhadap rxy tersebut, yaitu bahwa terdapat pengaruh positif yang signifikan antara variabel X (penggunaan

Adapun penggunaan CT- Scan yang biasa digunakan dalam bidang kedokteran gigi yaitu digunakan pada rongga mulut dan regio maksilofasial termasuk di dalamnya untuk

Sebab, model pendidikan multikultural diyakini mampu memberi alternatif strategi pendidikan yang berbasis pada pemantapan keragaman dan kemajemukan masyarakat, khusus nya pada

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui komposisi jenis, kerapatan, keanekaragaman, dan pola sebaran lamun (seagrass) yang terdapat di perairan Teluk Tomini

Penelitian yang menguji pengaruh penetapan tujuan terhadap kinerja individu dengan pemberian skema insentif quota menyatakan bahwa penetapan tujuan berpengaruh terhadap kinerja

Kanggo nambah item menyang pesen, pencet mudhun tombol navigasi, gulung kanthi mencet tombol navigasi ngiwa utawa nengen, banjur pilih item.. 3 Yen sampeyan milih nggunakake

Tujuan khusus, setelah dilakukan 4 kali kunjungan diharapkan klien mampu mengenal masalah (identifikasi pengaruh terapi dzikir), keluarga mampu mengambil keputusan

sehingga perlu untuk membuat Peraturan perundang-undangan yang diperintahkan oleh UUPA yang sesuai dengan jiwa dan asas UUPA, kedua, dan tidak hanya sampai disitu saja,