• Tidak ada hasil yang ditemukan

IDENTIFIKASI FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERILAKU KONSUMEN SAYURAN ORGANIK DI KOTA PADANG.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "IDENTIFIKASI FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERILAKU KONSUMEN SAYURAN ORGANIK DI KOTA PADANG."

Copied!
9
0
0

Teks penuh

(1)

IDENTIFIKASI FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI

PERILAKU KONSUMEN SAYURAN ORGANIK DI KOTA

PADANG

OLEH

YUNI SAFITRA 06 114 019

FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS ANDALAS

(2)

IDENTIFIKASI FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI

PERILAKU KONSUMEN SAYURAN ORGANIK DI KOTA

PADANG

ABSTRAK

Salah satu manfaat yang ditawarkan oleh pertanian organik adalah unsur kesehatan karena produk organik yang minim bahan kimia. Selain itu, adanya gaya hidup sehat yang berkembang di masyarakat membuat konsumen beralih untuk mengkonsumsi produk hasil pertanian organik yang tentunya lebih sehat.

Penelitian dengan judul “Identifikasi Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Perilaku Konsumen Sayuran Organik di Kota Padang” ini telah dilaksanakan pada bulan Agustus sampai dengan September 2011. Tujuan penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan profil konsumen sayuran organik dan mengidentifikasi faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku konsumen sayuran organik di Kota Padang. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode survei.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa konsumen sayuran berusia antara 46 sampai dengan 55 tahun dan sebagian besar sudah menikah/berkeluarga. Sebagian

besar konsumen memiliki pendidikan terakhir di perguruan tinggi. Dalam hal pendapatan per bulan, konsumen umumnya memiliki pendapatan antara Rp 2.500.000,- sampai dengan Rp 3.500.000,-. Kebanyakan konsumen belum membeli

dan mengkonsumsi sayuran organik secara rutin. Khasiat sayuran organik menjadi alasan pembelian konsumen dan mereka menganggap harga sayuran organik sesuai/pas dengan manfaatnya. Informasi mengenai produk organik diperoleh sendiri

oleh konsumen. Adapun pihak yang menganjurkan dan menemani konsumen dalam membeli produk organik adalah dari pihak keluarga. Pengujian Cochran Q-Test

menunjukkan bahwa faktor yang mempengaruhi perilaku konsumen sayuran organik adalah nilai gizi sayuran organik, rasa sayuran organik, daya tahan sayuran organik,

manfaat mengkonsumsi sayuran organik bagi kesehatan, kemudahan akses untuk memperoleh sayuran organik, mengikuti gaya hidup sehat, dan sertifikasi/label

(3)

IDENTIFICATION OF FACTORS INFLUENCING CONSUMER BEHAVIOR OF ORGANIC VEGETABLES IN PADANG CITY

ABSTRACT

The title of the research is "Identification of Factors Influencing Consumer Behavior Organic Vegetables in Padang City" was conducted in August to September 2011. The purposes of this study are to describe the profile of consumers of organic vegetables and to identify factors that influence the consumer behavior in Padang. The method used in this study is a survey method.

(4)

I.

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Sektor pertanian mempunyai peranan yang sangat penting bagi perekonomian

Indonesia. Peran pertanian antara lain adalah (1) sektor pertanian menyumbang

sekitar 22,3 % dari Produk Domestik Bruto (PDB), (2) sektor pertanian menyediakan

sekitar 54% dari angkatan kerja yang ada, dan bahkan di provinsi tertentu

kontribusinya melebihi angka tersebut, (3) sektor pertanian mampu menyediakan

menu pangan dan karenanya sektor pertanian sangat mempengaruhi konsumsi dan

gizi masyarakat, (4) sektor pertanian mampu mendukung sektor industri, baik industri

hulu maupun hilir, (5) ekspor hasil pertanian yang semakin meningkat menyumbang

devisa yang semakin besar (Soekartawi, 2003).

Pada masa orde baru, arah pembangunan pertanian ditujukan untuk memacu

peningkatan produksi pangan secara cepat agar kebutuhan pangan rakyat terpenuhi

dan impor beras yang tinggi dapat dikurangi. Menurut Esje dan Daniel (1998), untuk

mencapai tujuan tersebut, pemerintah mengadopsi kebijakan revolusi hijau dari

negara Barat. Secara sempit, revolusi hijau dapat diartikan sebagai pola pertanian

intensif dengan paket teknologi modern yang dicirikan oleh penggunaan input

eksternal yang tinggi seperti pupuk anorganik, pestisida kimia, benih varietas unggul,

pemanfaatan infrastruktur penunjang seperti sistem irigasi dan permodalan (kredit)

dalam skala besar serta penerapan mekanisasi pertanian dalam pengolahan tanah dan

penanganan pasca panen.

Pemerintah mulai memberikan subsidi yang sangat besar dalam pengadaan

pupuk dan pestisida, mendatangkan berbagai varietas benih padi unggul ke Indonesia,

mengimpor dan memproduksi berbagai alat/mesin pertanian dalam jumlah besar,

serta mengatur penyediaan dan distribusi saprotan secara sentralistik melalui berbagai

BUMN, PUSKUD, INKUD sampai ke tingkat bawah (KUD). Dalam sub-sistem

budidaya, intervensi dan pengendalian pemerintah dalam pelaksanaan revolusi hijau

dilakukan secara intensif dan sistematis. Pemerintah memperkenalkan suatu pola

(5)

2

intensifikasi. Awalnya teknologi revolusi hijau di Indonesia dapat menaikkan

tingkat produksi pangan khususnya padi. Akan tetapi, kesuksesan ini tidak bertahan

lama. Berdasarkan data BPS, terjadinya gejala penurunan produktivitas lahan

menunjukkan adanya penurunan efisiensi penggunaan pupuk di mana tingkat

kenaikan produksi per satuan pupuk yang digunakan makin menurun. Penggunaan

pupuk kimia yang berlebih dan secara terus - menerus merupakan faktor penyebab

utama merosotnya produktivitas lahan-lahan sawah. Sektor pertanian yang bertumpu

pada potensi sumber daya alam banyak mengalami pengurasan sehingga ketersediaan

dan kualitas sumber daya alam makin menurun. Akibatnya, kondisi pertanian

nasional dihadapkan pada berbagai masalah, antara lain menurunnya kesuburan dan

produktivitas lahan, berkurangnya daya dukung lingkungan, meningkatnya konversi

lahan pertanian produktif, meluasnya lahan kritis, serta meningkatnya pencemaran

dan kerusakan lingkungan (Saptana dan Ashari, 2007).

Selain kerusakan lingkungan dan ancaman kelangsungan hidup manusia,

teknologi revolusi hijau juga telah memunculkan masalah lain yaitu ketergantungan

petani diantaranya adalah ketergantungan petani terhadap input eksternal buatan

pabrik, seperti pupuk kimia, pestisida dan bahan sintetis lain. Masuknya revolusi

hijau lalu mereduksi dan menghilangkan pranata sosial-budaya masyarakat lokal

seperti: tanggung jawab sosial dalam penyediaan lapangan kerja, pengelolaan

sumberdaya alam secara kolektif misalnya lumbung desa, bank kompos, pengaturan

air, tradisi gotong-royong, serta teknologi dan pengetahuan lokal hampir tidak dikenal

lagi bahkan jika dilihat dari kerusakan lingkungan yang telah terjadi, revolusi hijau

telah mengancam kelangsungan makhluk hidup di muka bumi (Esje dan Daniel,

1998). Oleh sebab itu, maka terjadi perubahan terhadap paradigma pembangunan

pertanian.

Pembangunan pertanian harus selaras dan sejalan dengan lingkungan hidup,

yang dikenal dengan istilah pertanian berkelanjutan (sustainable agriculture).

Menurut Sudirja (2008), pertanian berkelanjutan adalah pemanfaatan sumber daya

yang dapat diperbaharui (renewable resources) dan sumberdaya tidak dapat

(6)

3

menekan dampak negatif terhadap lingkungan seminimal mungkin. Keberlanjutan

yang dimaksud meliputi penggunaan sumberdaya, kualitas dan kuantitas produksi,

serta lingkungannya. Proses produksi pertanian yang berkelanjutan akan lebih

mengarah pada penggunaan produk hayati yang ramah terhadap lingkungan.

Penerapan pertanian organik merupakan salah satu dari pendekatan dalam

pertanian berkelanjutan. Badan Standardisasi Nasional menyatakan pengertian

pertanian organik adalah sistem manajemen produksi holistik yang meningkatkan dan

mengembangkan kesehatan agro-ekosistem, termasuk keragaman hayati, siklus

biologi, dan aktivitas biologi tanah. Pertanian organik memprioritaskan pemanfaatan

bahan-bahan yang tersedia di lokasi setempat (Badan Standardisasi Nasional, 2010).

Besarnya potensi Sumatera Barat dalam pengembangan pertanian organik

didukung oleh kondisi lahan pertanian Sumatera Barat yang sangat cocok dengan

sistem pertanian organik. Hasil survey Dinas Pertanian Tanaman Pangan Sumatera

Barat bekerjasama dengan PT AFTA Agro Consultant mendapatkan banyak daerah

yang cocok untuk pengembangan sistim pertanian yang ramah lingkungan ini

(Dinas Pertanian Tanaman Pangan Sumbar, 2009).

Keuntungan pengembangan pertanian organik dapat dilihat dalam aspek luas

dan multi dimensi. Dari dimensi ekonomi misalnya dapat membantu dalam

mensejahterakan petani. Hal ini dilihat dari adanya tekanan biaya yang dapat

dirasakan bila menggunakan faktor-faktor produksi organik yang dapat diperoleh di

sekitar petani. Dari dimensi sosial pertanian organik membangun semangat bergotong

royong. Sedangkan dari sisi dimensi budaya, membuat petani dapat berlaku lebih arif

karena dalam pelaksanaan usahatani organik tidak ada makhluk hidup yang teraniaya,

misalnya dengan hama yang biasa dibasmi dengan menggunakan pestisida, pada

pertanian organik tidak dilakukan. Jika dilihat dari dimensi politik, pertanian organik

dapat membuat petani lebih mandiri, misalnya dalam hal pengadaan faktor produksi

pupuk kompos. Petani dapat membuat pupuk kompos dengan menggunakan

bahan-bahan yang ada di sekitar petani. Apabila hal ini berjalan dengan baik, maka

pertanian organik akan membuat petani menjadi lebih mandiri (Dinas Pertanian

(7)

4

Keuntungan dan manfaat pertanian organik juga dapat dirasakan oleh

konsumen yang mengkonsumsi produk pertanian organik yang sudah sangat minim

kandungan bahan-bahan kimia yang dapat membahayakan kesehatan. Produk

makanan organik jauh lebih menyehatkan karena tidak ada racun yang menempel

sehingga vitamin dan mineral dapat diserap tubuh secara optimal (Jaker, 2009).

Berdasarkan uraian di atas, diketahui bahwa banyaknya manfaat dan

keuntungan yang diperoleh dengan mengkonsumsi produk pertanian organik. Hal ini

menyebabkan adanya perubahan sikap masyarakat daerah perkotaan yang memiliki

akses untuk memperoleh informasi lebih baik dari masyarakat di pedesaan, yang

sebelumnya mengkonsumsi produk pertanian biasa (konvensional) berubah menjadi

mengkonsumsi produk pertanian organik. Dengan adanya suatu alternatif sikap atau

perilaku masyarakat kota dalam mengkonsumsi bahan makanan yang lebih sehat,

yang dalam hal ini adalah sayuran organik, membuat penelitian tentang analisa

perilaku konsumen sayuran organik penting untuk dilakukan.

1.2 Perumusan Masalah

Kota Padang sebagai ibukota Provinsi Sumatera Barat merupakan salah satu

daerah kota terbesar di wilayah Sumatera Barat (Lampiran 1). Selain itu, Kota Padang

memiliki jumlah penduduk terbanyak untuk wilayah kota di Provinsi Sumatera Barat

(Lampiran 2), sehingga sangat potensial dalam pengembangan pemasaran produk

pertanian organik.

Awalnya di Kota Padang terdapat outlet khusus penjualan produk organik,

yakni pada outlet pertanian organik AFTA (Alumni Fakultas Pertanian) Agro Bisnis

yang terletak di daerah Lapai, Kota Padang. Outlet ini menyediakan produk organik

seperti beras, sayuran, dan buah-buahan. Berdasarkan hasil penelitian Latifah (2010),

semenjak outlet ini didirikan, komoditi yang paling diminati oleh konsumen adalah

beras organik, sedangkan sayuran dan buah-buahan kurang begitu diminati. Hal ini

menyebabkan terjadinya pengurangan permintaan komoditi terhadap sayuran dan

buah-buahan. Tetapi lama kelamaan karena penurunan permintaan yang drastis,

(8)

5

Berdasarkan hasil pra survey yang telah dilakukan, khusus untuk sayuran,

konsumen tidak terlalu memperhatikan apakah sayuran yang mereka beli organik atau

tidak. Mereka cenderung memilih sayuran dengan harga yang lebih murah. Oleh

karena itu, produsen sayuran organik, terlebih lagi yang belum mendapatkan

sertifikasi dan label organik, belum mampu menjual produknya dengan standar harga

produk organik yang biasanya lebih tinggi dibandingkan harga produk pertanian

konvensional. Hal ini menjadi kurang adil bagi petani atau produsen yang telah

menjalankan usahatani organik yang harusnya bisa meraih keuntungan yang lebih

besar dalam penjualan produknya.

Permasalahan yang sama juga terjadi di lapangan berdasarkan informasi dari

pihak toko sayuran organik. Saat ini, satu-satunya toko yang menyediakan sayuran

organik berlabel di Kota Padang adalah Foodmart Basko Plaza. Akan tetapi,

berdasarkan hasil wawancara dan pra survey, konsumen umumnya cenderung lebih

memilih sayuran anorganik. Hal ini terkait dengan harga sayuran organik yang dua

atau bahkan tiga kali lebih tinggi dibandingkan harga sayuran biasa (anorganik).

Sebagai contoh, bayam organik seberat 150 gram dijual seharga Rp 11.500,-

sementara bayam anorganik dijual seharga Rp 8.500,- per satu ikat.

Konsumen memiliki pertimbangan dan alasan tersendiri dalam membeli dan

mengkonsumsi sayuran organik. Adanya perilaku yang berbeda pada tiap konsumen

dalam mengkonsumsi sayuran organik, membuat analisis perilaku konsumen sayuran

organik di Kota Padang penting untuk dilakukan.

Berdasarkan permasalahan di atas, maka dirasa perlu dilakukan suatu

penelitian tentang faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku konsumen sayuran

organik di Kota Padang. Oleh karena itu timbul pertanyaan penelitian sebagai berikut:

1. Bagaimana profil konsumen sayuran organik di Kota Padang ?

2. Faktor-faktor apakah yang mempengaruhi konsumen dalam melakukan

(9)

6

1.3 Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Mendeskripsikan profil konsumen sayuran organik di Kota Padang.

2. Mengidentifikasi faktor-faktor yang mempengaruhi konsumen dalam

melakukan pembelian sayuran organik di Kota Padang.

1.4 Manfaat Penelitian

1. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan solusi bagi para produsen serta

pelaku bisnis produk pertanian organik, khususnya sayuran organik, dalam

pengembangan usaha produk pertanian organiknya, serta memberikan

gambaran tentang konsumsi sayuran organik masyarakat Kota Padang.

2. Penelitian ini juga diharapkan mampu menjadi informasi serta acuan untuk

Referensi

Dokumen terkait

[r]

TelkomCloud Backup as a Service (BaaS) merupakan layanan solusi terbaik dari teknologi backup, data center, dan teknologi virtual, yang menjamin penyimpanan dan pemulihan data

Data yang diperoleh dari penelitian tentang hasil jadi motif menggunakan teknik airbrush pada bahan denim dengan perbandingan air dan cat tekstil yaitu 1:0,5; 1:1;

Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah Anava Tunggal hal ini untuk mengetahui perbedaan hasil jadi lekapan aplikasi bunga pleats menggunakan tiga

(3) Observasi, meliputi : Pada penelitian siklus II, pengamatan dilakukan oleh Nini Edny, S.Th sebagai observer yang dilakukan keoada peneliti yang melaksanakan

Jenis data yang digunakan dalam penelitian skripsi ini menggunakan jenis penelitian kepustakaan (library research) yaitu penelitian yang bertujuan untuk mengumpulkan data

Dendrogram karakter morfologi menunjukkan terdapat 3 kelompok yaitu potensi hasil (PH), jumlah gabah isi (JGI), jumlah gabah total (JGT), dan umur berbunga (UB) sebagai

2. Pancasila sebagai ideologi bangsa Indonesia memiliki perbedaan dengan sistem kapitalisme-liberal maupun sosialisme-komunis. Pancasila mengakui dan melindungi baik