• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGGUNAAN MEDIA ANIMASI KOMPUTER UNTUK MENINGKATKAN PEMAHAMAN LEVEL MIKROSKOPIK DAN PENGUASAAN KONSEP SISWA PADA POKOK BAHASAN KELARUTAN DAN HASIL KALI KELARUTAN.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PENGGUNAAN MEDIA ANIMASI KOMPUTER UNTUK MENINGKATKAN PEMAHAMAN LEVEL MIKROSKOPIK DAN PENGUASAAN KONSEP SISWA PADA POKOK BAHASAN KELARUTAN DAN HASIL KALI KELARUTAN."

Copied!
56
0
0

Teks penuh

(1)

DAFTAR ISI

BAB II MEDIA ANIMASI KOMPUTER LEVEL MIKROSKOPIK DAN PENGUASAAN KONSEP KELARUTAN DAN HASIL KALI KELARUTAN ………. 9

A. Media dalam Pembelajaran ……… 9

1. Fungsi dan Manfaat Media dalam Pembelajaran ………. 10

2. Media dalam Pembelajaran Kimia ……… 12

B. Teknologi Informasi dalam Pendidikan……….. 13

1. Aplikasi Teknologi Informasi dalam Pembelajaran ………. 15

2. Komputer sebagai Media Pembelajaran ……… 17

3. Pembelajaran dengan Menggunakan Animasi Komputer ………… 20

4. Pembuatan Animasi Komputer ………. 23

(2)

C. Level Mikroskopik Merupakan Bagian dari Representasi Kimia…… 24

D. Penguasaan Konsep dalam Pembelajaran ……….. 27

E. Tinjauan Materi Kelarutan dan Hasil Kali Kelarutan………. 30

1. Kelarutan ……….. 30

2. Tetapan Hasil Kali Kelarutan (Ksp) ………. 31

3. Pengaruh Ion Senama pada Kelarutan……….. 34

4. Pengaruh pH pada Kelarutan ……… 35

5. Pengaruh Suhu pada Kelarutan ……… 37

6. Memprediksi Terbentuk atau Tidak Terbentuknya Endapan …….. 39

BAB III METODE PENELITIAN ……… … 41

A. Desain Penelitian……… 41

B. Subyek Penelitian ………. 42

C. Prosedur Penelitian……… 42

D. Instrumen Penelitian ……… … 45

E. Validasi Instrumen ……….... .. 47

F. Teknik Analisis Data………. .. 53

BAB IV ANALISIS DATA, TEMUAN DAN PEMBAHASAN ……… 56

A. Analisis Data ……….. .. 56

1. Karakteristik Model Pembelajaran ………. 56

2. Penguasaan Konsep Siswa ……….. .. 60

3. Pemahaman Level Mikroskopik Siswa ………. . 65

4. Hubungan Pemahaman Level Mikroskopik Terhadap PenguasaanKonsep Siswa ……… …………. 69

5. Tanggapan Siswa Terhadap Model Pembelajaran ………. … 71

6. Tanggapan Guru Terhadap Model Pembelajaran ………. 79

(3)

B. Temuan dan Pembahasan ………. 80

1. Pembelajaran dengan Menggunakan Media Animasi Komputer … 80

2. Peningkatan Penguasaan Konsep Siswa ……… .. 83

3. Peningkatan Pemahaman Level Mikroskopik Siswa ……….. 86

4. Keterkaitan Pemahaman Level Mikroskopik dengan Penguasaan Konsep Siswa ……….. 87

5. Tanggapan Siswa dan Guru Terhadap Pembelajaran ……… 90

6. Keunggulan dan Kelemahan Model Pembelajaran ……….. 91

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ……….. 94

A. Kesimpulan ………. 94

B. Saran ……… 96

(4)

xi

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Pola Pembelajaran Dibantu Media ……… 10

Gambar 2. 2 Kerucut Pengalaman Dale ………. 22

Gambar 2.3 Tiga Tingkatan Representasi yang Digunakan dalam Kimia.. 25

Gambar 2.4 Struktur Mediator antara Gejala dan Simbol Kimia ……….. 26

Gambar 2.5 Pembelajaran Kimia Berorientasi pada Struktur …….……... 27

Gambar 2.6 Tahapan Kelarutan Garam Dapur NaCl ……….…. 30

Gambar 2.7 Larutan Jenuh Ca(OH)2 dalam Zat Padatnya….……….. 31

Gambar 2.8 Pengaruh Ion Senama pada Kelarutan ……….……… 35

Gambar 2.9 Pengaruh pH Terhadap Kelarutan CaCO3.……….….. 36

Gambar 2.10 Larutan jenuh Ca(OH)2 dalam Keadaan Panas ………... 38

Gambar 2.11 Larutan Ca(OH)2 dalam Keadaan Dingin, Padatan Ca(OH)2 Dapat Melarut dengan Baik ……….….. 38

Gambar 2.12 Peristiwa Pengendapan AgCl ………. 39

Gambar 3.1 Desain Penelitian ……… 41

Gambar 3.2 Alur Penelitian ……… 43

Gambar 4.1 Tampilan Video Kelarutan Ca(OH)2 pada Software ………. 58

Gambar 4.2 Tampilan Teks dan Visualisasi Gambar pada Software …… 59

Gambar 4.3 Tampilan Animasi Level Mikroskopik Kelarutan Ca(OH)2 .. 59

Gambar 4.4 Tampilan Pertanyaan-pertanyaan pada Software ……… 60

Gambar 4.5 Rata-rata Pretes, Postes dan N-Gain Berdasarkan Kategori Kelompok……….. 62

(5)

xii

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Tetapan Hasil Kali Kelarutan (Ksp) Beberapa Senyawa Ionik .. 33

Tabel 2.2 Kelarutan Beberapa Zat Elektrolit pada Berbagai Suhu …… 37

Tabel 3.1 Kriteria Penilaian Kemampuan Menggambarkan Level Mikroskopik ……… 46

Tabel 3.2 Klasifikasi Tingkat Kesukaran ………. 48

Tabel 3.3 Hasil Analisis Tingkat Kesukaran ……….. 48

Tabel 3.4 Klasifikasi Daya Pembeda ……….. 49

Tabel 3.5 Hasil Analisis Daya Pembeda ………. 50

Tabel 3.6 Klasifikasi Nilai Validitas ……… 51

Tabel 3.7 Klasifikasi Koefisien Reliabilitas ………. 52

Tabel 4.1 Penguasaan Konsep Kelas Kontrol dan Kelas Eksperimen …. 60

Tabel 4.2 Distribusi Sub Konsep pada Kelas Kontrol dan Kelas Eksperimen……….64

Tabel 4.3 Hasil Perhitungan Statistik Penguasaan Konsep pada Kelas Kontrol dan Kelas Eksperime………...………… 65

Table 4.4 Pemahaman Level Mikroskopik Siswa Kelas Kontrol dan Kelas Eksperimen ……… 66

Tabel 4.5 Hasil Uji Analisis Terhadap Pemahaman Level Mikroskopik… 68 Tabel 4.6 Peningkatan Pemahaman Level Mikroskopik Tiap Konsep … 69

Tabel 4.7 Kriteria Koefisien Korelasi Product Moment Pearson……….. 70

Tabel 4.8 Hasil Analisis Korelasi Bivariate Pearson ……… 70

Tabel 4.9 Hasil Analisis Korelasi Tiap Konsep ……… 71

(6)

xiii

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 ANALISIS KONSEP ……… 102

Lampiran 2 PETA KONSEP ……… 104

Lampiran 3 KISI-KISI TES ………..……… 105

Lampiran 4 SOAL TES……….. 117

Lampiran 5 RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN……….. 124

Lampiran 6 ANALISIS DATA UJI COBA INSTRUMEN ……….. 146

Lampiran 7 PENGOLAHAN DATA ……… 147

Lampiran 8 ANGKET SISWA ……….. 182

Lampiran 9 PEDOMAN WAWANCARA GURU ……… 188

Lampiran 10 PEDOMAN OBSERVASI KEGIATAN PEMBELAJARAN.. 190

Lampiran 11 FLOWCHART SOFTWARE PEMBELAJARAN ……… 192

Lampiran 12 STORYBOARD SOFTWARE PEMBELAJARAN ……… 193

Lampiran 13 FOTO-FOTO KEGIATAN PEMBELAJARAN ….…….. 209

(7)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Ilmu kimia merupakan bagian dari Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) yaitu

mempelajari gejala alam. Dalam mempelajari gejala alam, ilmu kimia

mengkhususkan pembahasannya pada struktur dan komposisi zat, perubahan materi

dan energi yang menyertai perubahan tersebut (Liliasari, 1996). Struktur zat

menggambarkan bagaimana partikel-partikel penyusun zat, seperti atom, molekul,

dan ion-ion bergabung satu sama lainnya membentuk suatu susunan yang

berukuran makro, sehingga dapat dilihat oleh mata kita. Zat yang terbentuk dari

gabungan antar partikel penyusun tersebut memiliki komposisi tertentu yang

diungkapkan dengan menggunakan simbol. Agar ilmu kimia dapat dipahami secara

utuh maka para kimiawan mengarahkan fenomena kimia pada tiga tingkat

representasi yang berbeda, yakni makroskopik, mikroskopik, dan simbolik, yang

ketiganya saling memiliki keterkaitan satu sama lain ( Johnstone dalam

Treagust et al, 2003).

Berdasarkan karakteristik yang dimiliki ilmu kimia, maka untuk dapat

memahami konsep kimia secara utuh seorang siswa harus memiliki kemampuan

untuk menghubungkan keterkaitan antara level makroskopik, mikroskopik, dan

simbolik. Russel et al, 1997 dan Bowen, 1998 mengemukakan bahwa pemahaman

konseptual dalam ilmu kimia membutuhkan kemampuan untuk mempresentasikan

dan menerjemahkan masalah-masalah kimia dalam bentuk representasi

(8)

didukung oleh hasil penelitian yang menunjukkan adanya peningkatan kinerja siswa

setelah pembelajaran yang mendorong siswa membuat hubungan antara tingkat

makroskopik, mikroskopik, dan simbolik, terutama melalui penekanan pada

representasi molekuler (Ardac dan Akaygun, 2004).

Dalam proses pembelajaran biasanya siswa sulit untuk memahami

konsep-konsep kimia yang bersifat abstrak. Hal ini dikarenakan ketidak mampuan guru

untuk menjelaskan materi kimia yang bersifat abstrak dan mikroskopik (Dian Finatri,

2007), sehingga konsep kimia yang disampaikan oleh guru hanya yang bersifat

makroskopik dan simbolik saja, dan akhirnya terjadi loncatan pemahaman konsep

pada siswa dari makroskopik langsung ke simbolik tanpa memahami terlebih dahulu

pemahaman konsep pada level mikroskopik.

Beberapa penelitian menunjukkan terjadi miskonsepsi pada siswa terutama

pada level mikroskopik seperti atom, molekul, dan ion dalam larutannya (Murniati,

2007), siswa tidak bisa menjelaskan fenomena kimia pada tingkat molekuler,

bahkan ketika diminta untuk berpikir dan memberikan penjelasan mengenai atom

dan molekul. Penelitian Robinson dan Mulford (2002) yang dilakukan pada siswa

sekolah menengah memperlihatkan bahwa banyak sekali miskonsepsi yang terjadi

terhadap fenomena-fenomena alam yang berhubungan dengan dunia mikroskopik.

Rebecca dan Gillian (2005) mengemukakan bahwa banyak ditemukan kesulitan

siswa dalam memahami hal-hal yang bersifat mikroskopik dan simbolik, karena

untuk memahaminya diperlukan penganalogian dan penggunaan model-model yang

tepat.

Sejumlah faktor dapat menyebabkan rendahnya pemahaman siswa

(9)

antara lain (1). Pembahasan level tersebut belum mendapat perhatian dari guru

karena lebih mengutamakan level makroskopik (pengamatan dengan indra) dan

level representasi (rumus, persamaan, grafik, dsb) sehingga siswa dibiarkan

mengembangkan imajinasi sendiri mengenai level tersebut. (2). Level mikroskopik

menjadi bagian yang dipelajari siswa, namun cara-cara pembahasannya masih

terlalu abstrak sehingga siswa mengalami kesulitan untuk memahaminya.

Gabel (dalam Russel et, al 1997) mengemukakan 3 kesulitan siswa dalam

mengembangkan pemahaman kimia :

1. Pengajaran kimia hanya memaparkan level simbolik dan penyelesaian soal untuk

menjelaskan level fenomena (makroskopik) dan partikel .

2. Jika pembelajaran kimia pada level makroskopik, mikroskopik, dan simbolik,

dapat dilaksanakan, apabila ada ketidakcocokan hubungan diantara ketiga level

tersebut, akan meninggalkan informasi yang terpisah-pisah antar satu aspek

kimia dengan aspek yang lain pada jangka waktu yang lama dalam memori

siswa.

3. Siswa mungkin gagal memahami kimia, walaupun ketiga level tersebut disajikan

dalam konteks berhubungan, jika fenomena yang disajikan tidak sesuai dengan

pengalaman siswa sehari-hari.

Salah satu cara yang paling baik untuk membantu siswa mengembangkan

kemampuan berpikir tentang proses kimia pada tingkat mikroskopik adalah

menggunakan gambar partikulat (Sanger,2000) dan memvisualisasikan atom,

molekul dan ion-ion (Sanger dan Badger, 2001). Visualisasi ini dapat dilakukan

(10)

Animasi komputer adalah rangkaian gambar visual yang memberikan ilusi

gerak pada layar komputer. Efek gerak suatu objek yang dihasilkan melalui animasi

komputer dapat dimanfaatkan untuk menunjukkan gerakan-gerakan yang

menggambarkan proses kimia pada tingkat mikroskopik. Dengan demikian,

pembelajaran yang menggunakan media animasi komputer sangat efektif untuk

membantu siswa memvisualisasikan proses kimia yang dinamis pada tingkat

molekuler (Sanger dan Badger, 2001) dan meningkatkan ingatan tentang fakta,

konsep, atau prinsip (Rieber dalam Ardac dan Akaygun, 2004). Hal ini

menunjukkan bahwa animasi komputer dapat meningkatkan produk kimia, berupa

pengetahuan tentang fakta, konsep, atau prinsip.

Selain itu, animasi komputer yang merupakan salah satu bagian dari multi

media dapat memberikan informasi yang berharga bagi guru tentang bagaimana

siswa menyimpulkan, menghubungkan, dan mengintegrasikan representasi yang

menggambarkan fenomena kimia pada tingkat makroskopik, mikroskopik, dan

simbolik (Ardac dan Akaygun, 2004). Siswa tidak akan menghasilkan suatu

kesimpulan yang tepat tentang suatu fenomena yang diamati jika tidak didukung

oleh keterampilan pengamatan, klasifikasi, prediksi, dan aplikasi.

Keterampilan-keterampilan ini merupakan bagian dari Keterampilan-keterampilan proses sains. Oleh karena itu,

pembelajaran kimia menekankan pada pemberian pengalaman belajar secara

langsung melalui penggunaan dan pengembangan keterampilan proses (Mulyasa,

2006).

Berdasarkan standar isi mata pelajaran kimia SMA, salah satu pokok

bahasan yang dipelajari adalah Kelarutan dan Hasil Kali Kelarutan. Kelarutan dapat

(11)

pelarut pada suhu tertentu. Kelarutan bergantung pada jenis zat terlarut . Dalam

larutan jenuh yang mengandung kristal zat padat sukar larut terdapat kesetimbangan

antara zat padat dengan ion-ionnya dalam larutan. Khusus untuk larutan elektrolit

(garam atau basa yang sukar larut), kesetimbangan heterogen terjadi antara zat

padat (makroskopik) dengan ion-ionnya (mikroskopik) yang disimbolkan dengan

persamaan reaksi kesetimbangan dinamis. Dengan demikian, pada pokok bahasan

kelarutan dan hasil kali kelarutan memiliki representasi kimia pada tingkat

makroskopis, mikroskopis dan simbolik.

Berdasarkan karakteristik pokok bahasan kelarutan dan hasil kali kelarutan,

maka dapat diperkirakan penggunaan media animasi komputer level mikroskopik

sebagai salah satu model pembelajaran yang berorientasi struktur dapat

meningkatkan kemampuan pemahaman level mikroskopik dan penguasaan konsep

siswa pada pokok bahasan Kelarutan dan Hasil Kali Kelarutan

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas dapat dirumuskan suatu masalah , yaitu

“Bagaimana penggunaan media animasi komputer dapat meningkatkan pemahaman

level mikroskopik dan penguasaan konsep siswa pada pokok bahasan kelarutan dan

hasil kali kelarutan?”. Untuk memfokuskan masalah tersebut, maka dijabarkan

dalam beberapa pertanyaan penelitian berikut :

1. Bagaimanakah karakteristik pembelajaran dengan menggunakan media animasi

komputer level mikroskopik pada pokok bahasan kelarutan dan hasil kali

(12)

2. Apakah penggunaan media animasi komputer level mikroskopik dapat

meningkatkan penguasaan konsep siswa pada pokok bahasan kelarutan dan

hasil kali kelarutan?

3. Apakah penggunaan media animasi komputer level mikroskopik dapat

meningkatkan pemahaman level mikroskopik siswa pada pembelajaran

kelarutan dan hasil kali kelarutan?

4. Bagaimanakah hubungan pemahaman level mikroskopik terhadap penguasaan

konsep siswa pada pokok bahasan kelarutan dan hasil kali kelarutan?

5. Bagaimanakah tanggapan siswa terhadap penggunaan media animasi komputer

pada pembelajaran kelarutan dan hasil kali kelarutan ?

6. Bagaimanakah tanggapan guru terhadap penggunaan media animasi komputer

pada pembelajaran kelarutan dan hasil kali kelarutan ?

C. Tujuan Penelitian

Bertolak dari latar belakang masalah dan rumusan masalah di atas maka

tujuan penelitian ini secara umum adalah mengembangkan pembelajaran yang

menggunakan media animasi komputer level mikroskopik untuk meningkatkan

pemahaman level mikroskopik dan penguasaan konsep siswa pada pokok bahasan

kelarutan dan hasil kali kelarutan.

Tujuan khusus penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut :

1. Memperoleh suatu media pembelajaran yang dapat meningkatkan pemahaman

level mikroskopik dan penguasaan konsep siswa pada pokok bahasan

(13)

2. Untuk mengetahui pengaruh penggunaan media animasi komputer terhadap

peningkatan pemahaman level mikroskopik dan penguasaan konsep siswa pada

pokok bahasan kelarutan dan hasil kali kelarutan.

3. Untuk mengetahui karakteristik pembelajaran kelarutan dan hasilkali kelarutan

dengan menggunakan media animasi komputer yang dapat meningkatkan

pemahaman level mikroskopik dan penguasaan konsep siswa.

D. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai berikut :

1. Memberikan alternatif pilihan kepada guru dalam mengatasi kesulitan siswa

untuk memahami level mikroskopik kelarutan dan hasil kali kelarutan.

2. Memberikan sumbangan pemikiran dalam memperbaiki Proses Belajar

Mengajar (PBM) sebagai upaya meningkatkan penguasaan konsep siswa dalam

belajar kimia.

3. Memberikan informasi kepada guru dalam mengembangkan multimedia

sebagai model pembelajaran untuk topik lain.

E. Definisi Operasional

Ada beberapa istilah yang perlu didefinisikan dalam penelitian ini yaitu :

1. Media animasi komputer merupakan suatu alat bantu multimedia yang

digunakan dalam pembelajaran yang berupa suara, gambar, dan teks yang

(14)

2. Representasi kimia adalah suatu hal yang mengacu pada konten kimia.

Representasi kimia terdiri dari level makroskopik, level mikroskopik dan level

simbolik (Wu, 2000).

3. Level makroskopik adalah level sensor dimana subjek atau materi dapat dilihat,

dipegang atau dicium dan juga meliputi beberapa perubahan warna atau massa

Dori Y. et al (2003)

4. Level mikroskopik merupakan representasi kimia yang digunakan untuk

menjelaskan fenomena level makroskopik yang berkaitan dengan

partikel-partikel seperti atom, molekul atau ion-ion (Chittleborough, 2002)

5. Level Simbolik merupakan terjemahan dari kegiatan eksperimen atau level

mikroskopik ke dalam simbol-simbol, persamaan reaksi dan rumus-rumus

(Raviolo, 2001)

6. Pemahaman level mikroskopik dapat diartikan kemampuan siswa memahami

tingkat molekuler atau tingkat partikel seperti molekul, ion-ion yang ada pada

konsep kelarutan dan hasil kali kelarutan.

7. Penguasaan konsep yaitu sekelompok perubahan tingkah laku (kemampuan)

siswa yang dipengaruhi oleh kemampuan berpikir yang meliputi jenjang: ingatan

(15)
(16)

BAB II

MEDIA ANIMASI KOMPUTER LEVEL MIKROSKOPIK DAN PENGUASAAN KONSEP KELARUTAN DAN HASILKALI KELARUTAN

A. Media dalam Pembelajaran

Media pembelajaran adalah segala sesuatu yang dapat digunakan untuk

menyampaikan pesan atau materi pelajaran dari sumber belajar ke penerima pesan

atau peserta didik sehingga dapat merangsang pikiran, perasaan, minat, serta

perhatian peserta didik sedemikian rupa sehingga dapat terjadi proses pembelajaran.

Di dalam setiap pembelajaran umumnya digunakan media pembelajaran . Hal ini

berdasarkan pandangan behaviourisme yaitu bahwa proses pembelajaran terjadi

sebagai hasil pengajaran yang disampaikan oleh guru melalui atau dengan bantuan

media. Namun dalam pandangan konstruktivisme, media digunakan sebagai sesuatu

yang memberikan kemungkinan siswa secara aktif mengkontruksi pengetahuan.

Dalam kerangka berpikir konstruktivisme tersebut, belajar dipandang sebagai suatu

aktifitas siswa mengelola sumber-sumber kognitif untuk menciptakan pengetahuan

baru dengan mengekstrak informasi dari lingkungannya dan mengintegrasikannya

dengan informasi yang telah menjadi pengetahuan yang tersimpan dibenaknya.

Pekerjaan guru adalah pekerjaan profesional. Karena itu diperlukan

kemampuan dan kewenangan. Kemampuan itu dapat dilihat pada kesanggupannya

menjalankan peranannya sebagai guru: pengajar, pembimbing, administrator, dan

sebagai pembina ilmu. Salah satu segi kemampuan ini, adalah sejauh manakah ia

(17)

didiknya, sehingga memungkinkan perkembangan mereka secara optimal sesuai

dengan tujuan pendidikan.

Dari uraian di atas, tak dapat disangkal lagi bahwa proses yang

menghantarkan peserta didik agar memiliki pengetahuan dan kemampuan baru yang

digariskan kurikulum memerlukan alat bantu atau media. Media pendidikan yang

relevan akan menjadikan proses belajar mengajar berlangsung efektif (mencapai

tujuan) dan efisien ( mudah, cepat, dan atau murah). Arifin (2000)

Pola pembelajaran yang memanfaatkan media pendidikan sebagai sumber-sumber

disamping guru dapat digambarkan sebagai berikut :

Gambar 2.1 Pola Pembelajaran dibantu media (Arifin, 2000)

1. Fungsi dan Manfaat Media dalam Pembelajaran

Salah satu pengertian dari media pendidikan yang cukup populer adalah alat,

metode, dan teknik yang digunakan dalam rangka lebih mengefektifkan komunikasi

dan interaksi antara guru dan siswa dalam proses pendidikan dan pengajaran di

sekolah. Oleh sebab itu media pendidikan adalah suatu bagian yang integral dari

proses pendidikan. Dan karena itu menjadi suatu bidang yang harus dikuasai oleh

setiap guru yang profesional. Karena bidang ini telah berkembang sedemikian rupa

berkat kemajuan ilmu dan teknologi dan perubahan sikap masyarakat, maka bidang

ini telah ditafsirkan secara lebih luas dan mempunyai fungsi yang lebih luas pula

serta memiliki nilai yang sangat penting dalam dunia pendidian di sekolah.

SISWA GURU dengan

MEDIA PENETAPAN ISI

(18)

Media pembelajaran memiliki beberapa fungsi dan nilai praktis diantaranya:

1. Media pembelajaran dapat mengatasi perbedaan pengalaman siswa

2. Media pembelajaran dapat membangkitkan semangat belajar yang baru dan

membangkitkan motivasi serta merangsang kegiatan siswa dalam belajar

3. Media pembelajaran dapat mempengaruhi abstraksi

4. Media pembelajaran dapat memperkenalkan, memperbaiki, meningkatkan, dan

memperjelas pengertian konsep dan fakta

5. Media dapat membantu mengatasi keterbatasan indera manusia

6. Media dapat mengatasi kendala keterbatasan ruang dan waktu

7. Media dapat menyajikan obyek pelajaran berupa benda atau peristiwa langka

dan berbahaya ke dalam kelas.

Pemanfaatan media pembelajaran secara tepat dan bervariasi dapat

mengatasi sikap pasif peserta didik. Dengan kata lain media yang sesuai dengan

kebutuhan akan dapat mengoptimalkan perolehan hasil belajar peserta didik

Berfungsinya suatu media dalam proses pembelajaran berarti bahwa media

itu memiliki manfaat. Sejauh mana manfaat suatu media bergantung pada sejauh

mana media itu telah berfungsi. Dale (dalam Arsyad, 2007) mengemukakan bahwa

bahan-bahan audio-visual dapat memberikan banyak manfaat asalkan guru berperan

aktif dalam pembelajaran. Hubungan guru dengan siswa tetap merupakan elemen

paling penting dalam sistem pendidikan.

Sudjana dan Rivai (dalam Arsyad, 2007) mengemukakan manfaat media

pembelajaran dalam proses belajar siswa, yaitu :

1. Pembelajaran akan lebih menarik perhatian siswa sehingga dapat menumbuhkan

(19)

2. Bahan ajar akan lebih jelas maknanya sehingga dapat lebih dipahami siswa dan

memungkinkannya menguasai dan mencapai tujuan pembelajaran.

3. Metode mengajar akan lebih bervariasi, tidak semata-mata komunikasi verbal

melalui penuturan kata-kata oleh guru, sehingga siswa tidak bosan dan guru

tidak kehabisan tenaga.

4. Siswa dapat lebih banyak melakukan kegiatan belajar sebab tidak hanya

mendengarkan uraian guru, tetapi juga aktivitas lain seperti mengamati,

melakukan, mendemonstrasikan, memerankan dan lain-lain.

2. Media dalam Pembelajaran Kimia

Media pendidikan kimia didefinisikan sebagai suatu alat peraga yang

penggunaannya diintegrasikan dengan tujuan dan isi pembelajaran yang telah

dituangkan dalam Garis Besar Program Pembelajaran (GBPP) mata pelajaran kimia

dan bertujuan untuk mempertinggi mutu kegiatan belajar mengajar.

Dalam pembelajaran pemilihan media harus disesuaikan dengan karekteristik

dan kompetensi pelajaran yang akan disampaikan. Pemilihan media pembelajaran

menjadi hal yang penting dilakukan oleh guru dalam proses pembelajaran.

Pemilihan media dalam pembelajaran kimia selain harus disesuaikan dengan

karekteristik materi pelajarannya, namun perlu mempertimbangan kecenderungan

orientasi pembelajaran, perkembangan sosial, dan perkembangan teknologi yang

dapat dimanfaatkan sebagai media pembelajaran.

Pembelajaran kimia adalah pembelajaran yang melibatkan pemahaman

tingkatan lambang, tingkatan makro (laboratorium) dan tingkatan mikro

(20)

konsep-konsep kimia. Bila hal tersebut tidak dilaksanakan maka konsep-konsep

kimia akan sulit dipahami siswa bahkan bisa menimbulkan miskonsepsi.

Kebanyakan pengajaran ilmu kimia terfokus pada tingkatan makro (laboratorium)

dan tingkatan simbol (lambang). Padahal siswa sering mengalami miskonsepsi di

dalam ilmu kimia karena ketidak-mampuan menggambarkan struktur dan proses

pada tingkatan mikro (molekular). Salah satu cara untuk mengatasi miskonsepsi ini

adalah dengan menggunakan media pembelajaran seperti animasi atau visualisasi ,

bisa dalam bentuk video atau program (software)”. Berdasarkan penelitian Herlianti

(2005) terungkap bahwa penggunaan multimedia dalam pembelajaran genetika

dapat meningkatkan pemahaman dan retensi siswa. Barnea & Dori (2000)

melaporkan bahwa penggunaan komputer untuk pembelajaran merupakan langkah

yang efektif dalam membantu siswa memahami konsep. Penggunaan multimedia

pada proses pembelajaran dapat meningkatkan kompetensi kognitif siswa pada

aspek psikomotorik (Damayanti, 2006).

B. Teknologi Informasi dalam Pendidikan

Dewasa ini kebutuhan akan informasi sangatlah besar. Meningkatnya

kebutuhan ini mengakibatkan pertumbuhan yang sangat pesat di bidang teknologi

informasi. Hampir diseluruh bidang kehidupan saat ini memanfaatkan teknologi

informasi termasuk diantaranya bidang pendidikan.

Menurut Turban et al.,(1999), teknologi informasi dapat diartikan sebagai

sejumlah kumpulan sistem informasi, pengguna (user), serta manajemennya yang

terorganisasi. Dalam sumber lain, teknologi informasi diartikan sebagai teknologi

(21)

informasi, serta percepatan arus informasi yang tidak mungkin lagi dibatasi oleh

ruang dan waktu (Wahyudi, 1992).

Salah satu produk dari teknologi informasi yang paling banyak digunakan

dalam dunia pendidikan adalah sistem komputer. Sistem komputer merupakan sub

sistem bagian dari teknologi informasi. Komputer yang sangat canggih akan mampu

berperan baik sebagai tutor maupun perpustakaan, menyediakan informasi dan

umpan balik kepada peserta didik secara cepat (Dryden, 2001). Melalui teknologi

“realitas maya” (virtual reality) memungkinkan setiap orang berpartisipasi dalam

berbagai pengalaman. Teknologi semacam ini memungkinkan setiap peserta didik,

dari segala umur, untuk membuat kurikulumnya sendiri dan mengikuti pelajaran.

Teknologi televisi-video-satelit-komputer dan permainan elektronik yang interaktif

mempercepat terjadinya perubahan mendasar terhadap peran guru: dari informasi ke

tranformasi

Seperti yang dikemukakan oleh Hasan dalam Suhartini (2007), bahwa dalam

proses pembelajaran tugas utama guru adalah untuk mengembangkan skill belajar

pada setiap peserta didik dan bukan untuk menyampaikan informasi. Dengan

penerapan teknologi informasi di dalam pembelajaran, diharapkan skill belajar para

peserta didik dapat berkembang. Pengembangan skill belajar tersebut harus

memungkinkan peserta didik untuk berhubungan dengan berbagi sumber informasi.

Hasan juga menyatakan bahwa melalui penerapan teknologi informasi di dalam

pembelajaran, setiap peserta didik dapat mengakses informasi sesuai dengan

kebutuhannya, sehingga peserta didik tidak perlu merasa dirugikan karena guru

(22)

1. Aplikasi Teknologi Informasi dalam Pembelajaran

Penerapan teknologi informasi diberbagai bidang saat ini harus kita akui

dapat mempermudah dan membantu kita dalam melakukan aktivitas sehari-hari

termasuk berkomunikasi dalam melaksanakan proses pembelajaran. Perkembangan

teknologi informasi di bidang pendidikan ini dapat dilihat dengan diciptakannya

berbagai media elektronik maupun software yang digunakan sebagai media

pembelajaran. Media pembelajaran elektronik dapat digunakan oleh seorang siswa

untuk membantunya belajar secara mandiri. Selain itu, media ini juga dapat

digunakan sebagai suplemen tambahan terhadap materi pelajaran yang disajikan

secara reguler di dalam kelas.

Media pembelajaran elektronik yang sering digunakan dalam pembelajaran

saat ini, salah satunya adalah komputer. Pada hakekatnya bentuk pembelajaran yang

berbantuan komputer memiliki pengertian bahwa komputer dapat digunakan sebagai

alat bantu atau media untuk mengajar. Dengan adanya perkembangan baru di dunia

komputer maka pembelajaran dapat dibedakan atas tiga kategori (Ysewijn dalam

Salmiyati 2003), yaitu :

a. Pembelajaran tanpa komputer, yaitu pengajar merupakan satu-satunya yang

melaksanakan semua kegiatan pembelajaran di kelas.

b. Pembelajaran campuran, yaitu pengajar dan komputer berbagi pekerjaan

mengajar, tetapi pengajar tetap merupakan penanggung jawab kegiatan di kelas.

c. Pembelajaran otomatik (authomatic teaching), yaitu pembelajaran yang peran

pengajarnya digantikan oleh komputer secara total

Dari ketiga kategori tersebut, pembelajaran campuran yang paling banyak digunakan

(23)

Bentuk aplikasi komputer dalam pembelajaran dapat bersifat : a) tutorial,

yaitu pembelajaran utama diberikan; b) latihan dan pengulangan, untuk membantu

peserta didik dalam mengembangkan kefasihan dalam bahan yang telah dipelajari

sebelumnya; c) permainan dan simulasi, untuk memberi kesempatan menggunakan

pengetahuan yang baru dipelajari, dan sumber data yang memungkinkan peserta

didik mengakses sendiri susunan data yang menggunakan tata cara pengaksesan data

yang ditentukan secara eksternal (Salmiyati, 2007).

Heinrich dalam Salmiyati (2007) mengemukakan beberapa keunggulan

teknologi komputer sebagai sarana dan media dalam pembelajaran. Pertama, siswa

dapat belajar sesuai dengan kemampuan dan kecepatannya masing-masing dalam

memahami pengetahuan dan informasi yang ditampilkan. Hal ini biasanya

menciptakan iklim belajar efektif bagi siswa yang lambat (slow learner), tetapi juga

dapat memacu efektivitas belajar bagi siswa yang lebih cepat (fast learner). Kedua,

aktivitas belajar siswa dapat terkontrol. Ketiga, siswa mendapat fasilitas untuk

mengulang jika diperlukan. Dalam pengulangan tersebut siswa bebas

mengembangkan kreativitasnya. Keempat, siswa dibantu untuk memperoleh umpan

balik (feed back) dengan segera, karena teknologi komputer bisa diprogram untuk

memberikan umpan balik (feed back) dan pengukuran (reinforcement) terhadap hasil

belajar siswa. Kelima, teknologi komputer dapat diprogram untuk memeriksa dan

memberikan skor hasil belajar siswa secara otomatis. Keenam, teknologi komputer

dapat menyampaikan informasi dan pengetahuan dengan tingkat realisme yang

tinggi karena memiliki kemampuan untuk mengintegrasikan komponen warna,

(24)

Disamping memiliki sejumlah kelebihan, komputer sebagai sarana dan media

dalam pembelajaran juga memiliki beberapa kelemahan, diantaranya adalah : (1)

Merancang dan memproduksi program pembelajaran yang berbasis komputer

merupakan pekerjaan yang tidak mudah. Memproduksi program komputer

merupakan kegiatan intensif yang memerlukan waktu banyak dan juga keahlian

khusus. (2) Penggunaan sebuah program komputer memerlukan perangkat keras

dengan spesifikasi yang sesuai. Perangkat lunak sebuah komputer seringkali tidak

dapat digunakan pada komputer yang spesifikasinya tidak sama terutama untuk yang

spesikasinya lebih rendah (Salmiyati, 2007). (3) Perangkat keras dan lunak yang

mahal dan cepat ketinggalan jaman.

2. Komputer sebagai Media Pembelajaran

Komputer adalah salah satu media yang dapat mentransformasi berbagai

simbol dalam informasi dari bentuk yang satu ke bentuk lainnya. Siswa dapat

mengetik teks, dan komputer yang canggih dapat mentranformasikannya ke dalam

bentuk lain, misalnya gambar bahkan suara. Komputer dapat mentransformasikan

angka-angka ke dalam bentuk grafik atau kurva. Dengan kemampuan komputer

seperti itu, saat ini komputer banyak digunakan sebagai alat bantu atau media di

dunia pendidikan. Sehubungan dengan hal tersebut, Coburn (1985) mengemukakan

bahwa pembelajaran dengan menggunakan komputer telah mendominasi

penggunaan komputer dalam pendidikan selama beberapa tahun terakhir ini.

Komputer tersebut berisi program-program yang mengandung instruksi yang

(25)

Kegiatan pembelajaran dengan bantuan komputer atau Computer-Based-

Instruction (CBI) merupakan suatu sistem pengajaran yang memanfaatkan komputer

sebagai bagian dari kegiatan pembelajaran. Beberapa istilah lainnya yang

berhubungan dan masih dalam lingkup CBI dengan penekanan pada aspek tertentu

antara lain adalah:

a. Intelligent Tutoring System (ITS), suatu sistem tutorial yang menggunakan

komputer dengan memasukkan aspek kendali siswa, umumnya menggunakan

komputasi alami.

b. Computer Assisted Instruction (CAI), prngajaran berbantuan komputer dengan

penekanan pada instruksi-instruksi yang harus dijalankan siswa.

c. Computer Assisted Learning (CAL), belajar melalui bantuan komputer dengan

penekanan pada prinsip-prinsip siswa sebagai pembelajar

d. Computer Assisted Personalized Assignment (CAPA), paket tugas perseorangan

dengan bantuan komputer.

Penggunaan komputer sebagai alat bantu dalam pembelajaran mempunyai

berbagai kelebihan yaitu dengan belajar interaktif menggunakan simulasi komputer

maka konsep-konsep yang dianggap abstrak dalam kimia dapat divisualisasikan

menjadi konsep konkret. Coburn (1985) mengemukakan bahwa komputer itu dapat

merupakan alat bantu pengajaran yang memvisualisasikan berbagai fakta,

keterampilan dan konsep. Selain itu komputer dapat juga menampilkan

gambar-gambar yang bergerak.

Pengajaran dengan bantuan komputer dikembangkan dari model belajar

terprogram (Programmed Instruction) yang berdasarkan pada konsep prilaku/

(26)

istilah umum pada sistem belajar yang berbeda untuk tingkat-tingkat berbeda pula.

Penekanannnya terletak pada perlunya respon dengan tujuan untuk pembentukan

hasil belajar melalui kontrol dari feedback atau reinforcement (Agus dan Setiadi,

2001)

Menurut Agus dan Setiadi (2001) belajar terprogram memiliki keuntungan ,

antara lain:

1. Siswa harus memberi perhatian penuh, bahwa jika program akan dilanjutkan,

jawaban harus diberikan terlebih dahulu.

2. Siswa dapat melakukan kegiatan belajar dengan kecepatan sesuai dengan

kemampuannya masing-masing.

3. Reinforcement (dari Skiner), atau feedback (Bruner), dapat diperoleh langsung.

Tidak diperlukan waktu untuk menunggu antara respon dan hasilnya.

4. Belajar berada dalam situasi yang menunjang reinforcement positif.

5. Mesin belajar dapat diset secara otomatis untuk mencatat kesalahan, sehingga

informasi ini dapat digunakan sebagai bahan diskusi kelas dengan siswa.

Ada beberapa hal yang dipandang kurang menguntungkan dari belajar

terprogram adalah :

1. Menuntut persiapan lebih banyak dalam mengontrol tingkat kesukaran antara

frame(bagian terkecil dari suatu materi) yang satu dengan frame berikutnya.

2. Kecenderungan membawa siswa pada sikap individualisme.

Faktor dasar dalam menyusun program pengajaran yang baik adalah

memperhatikan lingkup dan urutan program, model presentasi, urutan penyajian

(27)

pengetahuan awal siswa, motivasi, dan kapasitas mereka untuk bekerja secara

mandiri.

Program yang baik adalah yang sesuai dengan kondisi siswa (tidak terlalu

sulit), terbagi dalam segmen-segmen yang dapat dikuasi dalam waktu singkat,

berurutan secara logis, ditulis dalam bahasa yang dapat diikuti oleh siswa dan

dikuasainya, dan disiapkan sebagai suatu paket lengkap dan siap untuk digunakan

siswa. Pada akhirnya faktor-faktor di atas lebih bersifat sebagai psikologi

instruksional daripada psikologi belajar dan dalam pengembangan interaksi, lebih

memperhatikan stimulasi kognitif daripada kontrol prilaku. Kelemahan-kelemahan

tersebut dapat diatasi juga dengan konsep adaptive learning yang termasuk dalam

ITS.

3. Pembelajaran dengan Menggunakan Animasi Komputer

Menurut Herron (dalam Sanger, 2005) para ilmuwan dalam mempelajari dan

meneliti kimia berpikir dalam tiga tingkatan representasi, yaitu simbolik,

makroskopik, dan mikroskopik. Representasi makroskopik melibatkan observasi

atau deskripsi kualitatif yang dibuat para ilmuwan menggunakan kelima inderanya.

Representasi simbolik melibatkan penggunaan simbol-simbol untuk objek-objek

yang terlalu abstrak untuk dilihat atau disentuh. Representasi mikroskopik

menjelaskan proses-proses kimia dalam tingkatan atom, molekul dan ion serta

interaksinya. Para ahli kimia menggunakan seluruh representasi tersebut untuk

memahami fenomena ilmiah. Mereka berpindah-pindah antara representasi yang

(28)

masalah ilmiah, meramalkan fenomena tertentu dan berkomunikasi dengan ilmuwan

lainnya.

Ada beberapa kelemahan siswa dalam memahami konsep-konsep kimia

salah satunya yaitu tidak dapat memahami simbol-simbol ilmiah. Pada umumnya

mereka akan lebih memahami kimia dan menerapkannya untuk memecahkan

masalah jika mereka dapat membuat hubungan yang lebih dalam antara realitas,

dunia molekuler dan dunia rumus serta persamaan reaksi kimia. Pada proses

pembelajaran kimia tradisional cenderung mengabaikan representasi mikroskopik

sehingga siswa mengalami kesulitan dalam memikirkan proses kimia pada tingkat

molekuler (Sanger, 2005)

Proses kimia pada tingkat molekuler bersifat dinamis, mustahil untuk dapat

dilihat dan cukup sulit untuk dibayangkan. Atom, molekul dan ion bersifat statik,

tetapi bergetar, bergerak, bertumbukan dan berinteraksi satu dengan yang lainnya.

Proses dinamis ini akan lebih baik divisualisasikan dengan animasi daripada dengan

gambar statis (Thalib,2005). Dengan demikian animasi komputer dapat menjadi alat

yang sangat berguna bagi pengajaran kimia.

Menurut Burke (1998) animasi komputer merupakan rangkaian visualisasi

gambar yang bergerak dengan kecepatan tertentu. Pengajaran animasi komputer

dapat dilakukan dengan memberikan gambar visual dinamis dengan memperlihatkan

ide, konsep dan proses yang abstrak. Secara konseptual animasi komputer didesain

untuk memberikan visualisasi proses kimia tertentu. Karena animasi berupa atomik

atau molekuler dapat menolong siswa untuk memahami konsep pada level particulat

(29)

sukses dalam problem solving, dan juga merupakan aspek penting dalam

pemahaman konsep.

Pada proses pembelajaran, animasi komputer dapat dipresentasikan

bersama-sama dengan media lain seperti teks, gambar, grafik, suara, video dan lain-lain atau

yang lebih dikenal dengan multimedia (Bates, 1995. Media-media tersebut dapat

digunakan sesuai kebutuhan dalam pembelajaran.

Salah satu gambaran yang dijadikan acuan sebagai landasan teori

penggunaan animasi komputer dalam proses belajar adalah Dale’s Cone of

Experience (Kerucut Pengalaman Dale) (Sudjana, 2003).

Gambar2.2 Kerucut pengalaman Dale

Kerucut ini merupkan elaborasi yang rinci dari konsep tiga tingkatan

pengalaman yang dikemukakan oleh Bruner. Hasil belajar seseorang diperoleh mulai

dari pengalaman langsung (konkrit), kenyataan yang ada dilingkungan kehidupan

(30)

Semakin di atas puncak kerucut semakin abstrak penyampaian pesan itu. Perlu

dicatat bahwa urut-urutan ini tidak berarti proses belajar dan interaksi mengajar

belajar harus selalu dimulai dari pengalaman langsung, tetapi dimulai dengan jenis

pengalaman yang paling sesuai dengan kebutuhan dan kemampuan kelompok siswa

yang dihadapi dengan mempertimbangkan situasi belajarnya.

Dasar pengembangan kerucut di atas bukanlah tingkat kesulitan, melainkan

tingkat keabstrakan, jumlah jenis indra yang turut serta selama penerimaan isi

pengajaran atau pesan. Pengalaman langsung akan memberikan kesan paling utuh

dan paling bermakna mengenai informasi dan gagasan yang terkandung dalam

pengalaman itu , oleh karena itu melibatkan indera penglihatan, pendengaran,

perasaan, penciuman, dan peraba. Ini dikenal dengan learning by doing karena

memberi dampak langsung terhadap pemerolehan dan pertumbuhan, pengetahuan,

keterampilan, dan sikap siswa.

Hasil-hasil penelitian yang ditemukan dalam berbagai jurnal menunjukkan

bahwa penggunaan animasi komputer dan juga keterlibatan komputer dalam

kegiatan pengajaran berpengaruh positif terhadap peningkatan pemahaman konsep

siswa (Mayer dan Anderson, 1991; Rieber, 1990). Munir (2003) menuliskan

beberapa hasil penelitian yang telah menunjukkan bahwa pembelajaran ataupun

pengajaran berbantukan komputer dapat meningkatkan kecakapan para pelajar.

4. Pembuatan Media Animasi Komputer

Pembuatan animasi komputer ini menggunakan software macromedia flas 8

profesional dam bentuk software media interaktif dimana user (siswa) dapat

(31)

dibantu dengan program aplikasi lainnya seperti M.S Office, Adobe Photo Shop,

Ulead dan Swish Max.

Adapun tahapan-tahapan yang dilakukan adalah :

1. Menganalisa konsep yang akan diberikan kepada siswa (dapat dilihat pada

lampiran 1)

2. Mentransformasikan konsep (baik teks, gambar, suara, video dan animasi)

yang akan dikembangkan ke dalam bentuk presentasi sesuai dengan tuntutan

presentasi setiap konsep untuk meningkatkan pemahaman level mikroskopik

dan pennguasaan konsep siswa, semua tahapan ini terangkum dalam bentuk

story board. (dapat dilihat pada lampiran 13)

3. Mengumpulkan dan membuat gambar dan animasi yang berhubungan dengan

konsep kelarutan dan hasilkalikelarutan

C. Level Mikroskopik Merupakan Bagian dari Representasi Kimia

Kimia merupakan ilmu pengetahuan yang mempelajari tentang struktur

materi, sifat materi, perubahan materi dan energi yang menyertai perubahan materi

tersebut (Liliasari, 1996). Secara sederhana, ilmu kimia merupakan ilmu tentang

materi. Materi terdiri partikel-partikel. Partikel-partikel ini dapat berupa atom,

molekul atau ion-ion. Sifat materi tergantung pada partikel penyusunnya dan cara

bagaimana partikel-partikel itu tersusun dalam materi tersebut . Dengan kata lain,

kimia berdasarkan pada dasar pemikiran bahwa materi adalah memiliki sifat

partikulat (dalam Williamson, et. All, 2004)

Fenomena kimia dapat direpresentasikan dalam tiga tingkat, yaitu

(32)

Tingkat makroskopik merupakan fenomena kimia yang dapat diamati. Fenomena ini

tidak sebatas pada gejala yang diamati di laboratorium pada waktu melakukan

praktikum, tetapi juga dapat berupa pengalaman dari kehidupan siswa sehari-hari,

seperti perubahan warna, munculnya asap akibat kebakaran hutan, dan sebagainya.

Fenomena makroskopik dapat dikomunikasikan dengan menggunakan representasi

simbolik , seperti gambar , grafik, persamaan reaksi, struktur, dan model. Tingkat

mikroskopik digunakan untuk menjelaskan fenomena makroskopik yang berkaitan

dengan partikel-partikel, seperti atom, molekul dan ion-ion. Partikel-partikel ini

sangat kecil untuk di amati, sehingga ahli kimia menerangkan karakteristik dan

sifat-sifatnya dengan menggunakan representasi simbolik. Dengan demikian, ketiga

tingkat representasi dalam kimia, yaitu makroskopik, simbolik, dan mikroskopik

saling berhubungan. Hubungan ini digambarkan oleh Johnstone dalam bentuk

segitiga, sehingga dikenal dengan nama segitiga Johnstone.

Makroskopik

Simbolik Sub-mikroskopik

Gambar 2.3. Tiga tingkatan representasi yang digunakan dalam kimia (Johnstone, 1982)

Berdasarkan segitiga Johnstone, kendala utama dalam memahami kimia

bukan terletak pada keberadaan ketiga representasi (makroskopik, simbolik, dan

mikroskopik), tetapi pengajaran kimia yang dilakukan didominasi oleh tingkat yang

(33)

Barke (dalam Barke dan Wirbs, 2002), menyarankan ketiga tingkat

representasi diajarkan satu persatu, yaitu pertama yang diajarkan adalah tingkat

makroskopik, kemudian tingkat mikroskopik, dan yang terakhir tingkat simbolik.

Urutan pembelajarannya dapat dilihat pada tabel berikut :

Gejala Makro

Gambar 2.4 Struktur-mediator antara gejala dan simbol kimia (Barke dan Wirb, 2002)

Tingkat mikroskopik dapat dijelaskan dengan model struktur. Model struktur dapat

dianggap sebagai mediator antara fenomena kimia dan simbol kimia, sehingga dapat

mengurangi dominasi tingkat yang paling abstrak, yaitu tingkat simbolik.

Berdasarkan tabel di atas, proses belajar mengajar kimia dapat diawali

dengan melaksanakan kegiatan praktikum. Kegiatan ini bertujuan untuk memberikan

kesempatan pada siswa mengamati fenomena kimia pada level makroskopik.

Selanjutnya, fenomena kimia pada level mikroskopik dijelaskan dengan

menggunakan model struktur zat. Setelah itu baru memperkenalkan simbol kimia

yang berkaitan dengan fenomena tersebut. Cara ini akan memberikan kesempatan

pada siswa untuk melihat kaitan yang jelas antara bentuk simbol yang sangat abstrak

dengan fenomena kimia yang bisa ditangkap dengan indranya (Sopandi, 2006).

(34)

Gambar 2.5 Pembelajaran kimia berorientasi pada struktur (Sopandi, 2006)

Beberapa keuntungan dari penjelasan struktur zat pada saat mempelajari

kimia diantaranya mempermudah pemahaman baik itu terhadap fenomena yang

diamati, sifat yang dimiliki suatu zat maupun pemahaman akan simbol kimia dan

representasi dari peristiwa kimia tersebut (dalam Sopandi, 2006). Demikian pula

banyak penjelasan sifat-sifat fisik zat yang dijelaskan dengan menggunakan struktur

kimia zat (dalam Liliasari, 1996)

Struktur zat yang merupakan level mikroskopik dapat direpresentasikan

dengan gambar patikulat. Partikulat materi sering diajarkan menggunakan gambar

dua atau tiga dimensi dari titik dan lingkaran untuk mempresentasikan atom,

molekul, dan ion. Sejalan dengan perkembangan teknologi, maka untuk

mempresentasikan atom, molekul, dan ion-ion digunakan media animasi komputer .

Menurut Williamson dan Abraham, kualitas dinamis animasi komputer lebih baik

dibandingkan dengan visual statis, seperti transfaransi atau gambar di papan tulis

( dalam Ardac dan Akaygun, 2004).

D. Penguasaan Konsep dalam Pembelajaran

Dari proses pembelajaran yang berlangsung, diharapkan siswa dapat

memperoleh dan menguasai konsep-konsep dari materi pelajaran yang sedang

Fenomena Kimia

Struktur Zat

(35)

dipelajarinya. Dalam hal ini penguasaan konsep sangat penting dimiliki siswa yang

telah mengalami proses pembelajaran. Penguasaan konsep yang dimaksud disini

tidak terbatas hanya mengenal konsep itu, tetapi siswa harus dapat menghubungkan

antara konsep yang satu dengan konsep yang lain yang masih ada kaitannya.

Berkaitan hal ini Novak dan Gowin (1984), menyatakan bahwa penguasaan konsep

tidak didasarkan pada kemampuan siswa untuk mengetahui seluruh konsep yang

diajarkan saja, tetapi lebih merupakan perkembangan hubungan proposional antara

konsep yang menjadi pusat perhatian dan konsep lain yang dihubungkan. Dengan

demikian dapat dinyatakan bahwa penguasaan konsep identik dengan pemahaman

konsep, yaitu sekelompok perubahan tingkah laku (kemampuan) siswa yang

dipengaruhi oleh kemampuan berpikir yang meliputi jenjang: ingatan (C1), pemahaman(C2), aplikasi (C3), analisa (C4), evaluasi (C5), dan kreatif (C6) (Bloom

dalam anderson dan Krathwohl,2001).

Belajar dengan memahami adalah belajar yang memberikan tekanan pada

dikuasainya materi pelajaran secara menyeluruh (insightful) karena memahami

hubungan satu materi dengan yang lain. Dalam berbagai tingkah laku belajar anak,

mereka yang belajar dengan memahami akan mendapatkan hasil belajar yang lebih

baik daripada mereka yang belajar dengan menghafal. Hal itu disebabkan karena

belajar dengan memahami membuat anak memiliki hubungan yang utuh dari sebuah

konsep. Keutuhan pemahaman itu memungkinkan anak belajar lebih bermakna

daripada sekedar menghafal berulang-ulang tanpa makna.

Ilmu Kimia tumbuh dan berkembang berdasarkan eksperimen-eksperimen,

dengan demikian dapat dikatakan sebagai ilmu eksperimental. Dari

(36)

Menurut Rosser (Dahar,1989), konsep merupakan suatu abtraksi yang mewakili satu

kelas obyek-obyek, kejadian-kejadian, kegiatan-kegiatan, atau hubungan-hubungan

yang mempunyai atribut yang sama. Sedangkan Herron (Liliasari, 1996)

menyatakan bahwa konsep sama dengan ide, ide sebagai contoh dari konsep.

Konsep-konsep akan dikembangkan dalam pembelajaran perlu dianalisis

yang meliputi label konsep, definisi konsep, atribut konsep, hirarki konsep, contoh

dan non contoh (Herron dalam Liliasari, 1996). Analisis konsep tersebut dapat

mengarahkan guru untuk memilih strategi dalam mengajarkan konsep yang

bersangkutan. Menurut Herron (Liliasari, 1996) konsep- konsep kimia berdasarkan

atribut-atributnya dikelompokkan menjadi 6 kelompok yaitu:

a) Konsep konkrit, yaitu konsep yang contohnya dapat dilihat, misalnya tabung

reaksi, gelas kimia, warna.

b) Konsep abstrak, yaitu konsep yang contohnya tak dapat dilihat, misalnya atom,

molekul, inti atom, ion .

c) Konsep dengan atribut kritis yang abstrak tetapi contohnya dapat dilihat,

misalnya unsur, senyawa.

d) Konsep berdasarkan suatu prinsip, misalnya nol, campuran, larutan.

e) Konsep yang melibatkan penggambaran simbol. Misalnya lambang unsur,

rumus kimia, persamaan reaksi, dll.

f) Konsep yang menyatakan suatu sifat, misalnya elektropositif, elektronegatif

(37)

E. Tinjauan Materi Kelarutan dan Hasil Kali Kelarutan 1. Kelarutan

Larutan merupakan campuran yang bersifat homogen, dimana zat terlarut

dengan pelarutnya tidak dapat dibedakan lagi batasnya. Bila kita melarutkan zat

padat atau zat cair yang mudah larut ke dalam pelarut tertentu maka kita melihat

bahwa zat padat atau zat cair tersebut seolah-olah dapat melarut terus tanpa ada

batasnya. Proses melarutnya suatu zat sebetulnya tergantung pada kelarutan zat

terlarut dalam suatu pelarut tertentu dan suhu tertentu.

Jika kita melarutkan garam dapur (NaCl) ke dalam sejumlah air, pada

awalnya garam dapur tersebut akan melarut sempurna, dan mengalami proses

disosiasi sebagai berikut :

NaCl (s) Na+ (aq) + Cl- (aq)

bila kita tambahkan lagi kristal garam tersebut lama kelamaan tercapai suatu

keadaan di mana air tidak mampu lagi melarutkan NaCl yang ditambahkan, hal ini

disebabkan kelarutan NaCl sudah mencapai kondisi jenuh. Bila ke dalam larutan

jenuh tersebut ditambahkan sedikit saja kristal NaCl, NaCl yang ditambahkan tidak

akan melarut.

Larutan NaCl Larutan jenuh NaCl campuran zat padat dengan larutan jenuh NaCl

(38)

Keterangan :

= ion Cl- = ion Na+ = molekul air

Dari contoh tersebut dapat disimpulkan bahwa kelarutan yang disimbolkan

dengan s (s dari solubility = kelarutan) adalah jumlah maksimum zat terlarut yang

dapat larut dalam sejumlah pelarut tertentu pada suhu tertentu, membentuk larutan

jenuhnya. Kelarutan (s) dapat dinyatakan dalam mol/L, atau mg/L.

2. Tetapan Hasil Kali Kelarutan (Ksp)

Dalam larutan jenuh yang mengandung kristal zat padat tak larut dari zat

elektrolit yang sukar larut seperti halnya pada proses pelarutan basa Ca(OH)2, jika

ditambahkan sedikit saja padatan basa itu ke dalam larutan jenuh Ca(OH)2 tersebut kemudian diaduk, maka akan terlihat bahwa sebagian besar zat yang ditambahkan

tersebut tidak larut karena larutan Ca(OH)2 sudah jenuh. Saat larutan sudah jenuh

proses melarut masih tetap berjalan tetapi pada saat yang sama terjadi pula proses

pengendapan dengan laju yang sama. Dengan kata lain, dalam keadaan jenuh

terdapat kesetimbangan antara zat padat tak larut dengan ion-ionnya yang ada dalam

larutan.

larutan

padatan

Gambar 2.7 Larutan jenuh Ca(OH)2 dengan zat padatnya

- - -

- - -

(39)

Keterangan : = ion Ca2+ = ion OH- = molekul air

Pada gambar di atas menunjukkan sebagian Ca(OH)2 larut dalam air.

Sebagian Ca(OH)2 yang larut akan mengalami ionisasi dan membentuk sistem kesetimbangan heterogen dengan zat padatnya menurut reaksi

Ca(OH)2(s) Ca2+(aq) + 2 OH- (aq)

Kita dapat menuliskan tetapan kesetimbangan Ca(OH)2 sebagai berikut :

[Ca2+] [OH-]2 K Ca(OH)2 =

[ Ca(OH)2]

Konsentrasi Ca(OH)2 yang berada dalam padatannya dianggap satu ( dalam hal ini akan lebih tepat jika tidak dinyatakan dengan konsentrasi melainkan dengan

aktivitas, sehingga aktivitas padatan Ca(OH)2 adalah satu) sehingga dikalikan

dengan K Ca(OH)2, hasilnya adalah tetap konstanta.

K Ca(OH)2 x [ Ca(OH)2] = [Ca2+] [OH-]2

Maka tetapan kesetimbangan untuk larutan jenuh Ca(OH)2 adalah :

K Ca(OH)2 = [Ca2+] [OH-]2

Karena tetapan kestimbangan yang terjadi untuk larutan jenuh merupakan

hasil kali konsentrasi ion-ion positif dan negatif dalam larutan jenuh suatu senyawa

ion dipangkatkan koefisien reaksinya masing-masing dalam larutan jenuhnya, maka

nama untuk tetapan kesetimbangannya adalah Tetapan Hasil Kali Kelarutan, yang

diberi simbol Ksp (Constans Solubility Product), sehingga

(40)

Pada larutan jenuh senyawa ion AxBy di dalam larutan akan menghasilkan reaksi kesetimbangan ,

AxBy (s) xAy+ (aq) + yBx- (aq) Harga hasil kali kelarutannya dinyatakan dengan rumusan,

Ksp AxBy = [Ay+]x[Bx-]y

Tabel 2.1 Tetapan Hasi Kali Kelarutan (Ksp) Beberapa Senyawa Ionik (Brady, 1998)

Senyawa ionik Rumus Kimia Ksp

Alumunium Hidroksida Al(OH)3 2,0 x 10

-33

Besi (III) Hidroksida Fe(OH)3 1,1 x 10

-34

Kalsium Karbonat CaCO3 9,0 x 10-9

Kalsium Sulfat CaSO4 2,0 x 10

-4

Kalsium Hidroksida Ca(OH)2 6,5 x 10

-4

Magnesium Hidroksida Mg(OH)2 7,1 x 10

-12

Merkuri (I) Klorida Hg2Cl2 2,0 x 10

-18

Nikel (II) Hidroksida Ni(OH)2 1,6 x 10

-14

Perak Bromida AgBr 5,0 x 10-13

Perak Klorida AgCl 1,7 x 10-10

Perak Iodida AgI 8,5 x 10-17

Stronsium Karbonat SrCO3 9,3 x 10

-10

Stronsium Sulfat SrSO4 3,2 x 10

-7

Tembaga (II) Hidroksida Cu(OH)2 4,8 x 10

-20

Pada larutan jenuh senyawa ion AxBy, konsentrasi zat di dalam larutan sama dengan harga kelarutannya dalam mol/L. Senyawa AxBy yang terlarut akan mengalami ionisasi dalam sistem kesetimbangan,

(41)

Jika harga kelarutan dari senyawa AxBy sebesar s mol/L, maka di dalam reaksi kesetimbangan tersebut konsentrasi ion-ion Ax+ dan ion-ion By- sebagai berikut.

AxBy (s) xAy+ (aq) + yBx- (aq) s mol/L xs mol/L ys mol/L

sehingga harga hasil kali kelarutannya adalah,

Ksp AxBy = [Ay+]x[Bx-]y

= (xs)x(ys)y = xxsxyysy = xxyy s(x+y)

Dari rumus tersebut dapat ditentukan harga kelarutannya sebagai berikut.

s =

Besarnya Ksp suatu zat bersifat tetap pada suhu tetap. Bila terjadi perubahan suhu

maka harga Ksp zat tersebut akan mengalami perubahan.

3. Pengaruh Ion Senama Pada Kelarutan

Dalam larutan jenuh Ca(OH)2 ion-ion yang larut berkesetimbangan dengan

padatannya, menurut reaksi :

Ca(OH)2(s) Ca2+(aq) + 2 OH- (aq)

Jika ke dalam larutan jenuh Ca(OH)2 tersebut ditambahkan konsentrasi ion

Ca2+ atau ion OH- , misalnya dari larutan CaCl2 atau NaOH maka kesetimbangan akan bergeser ke arah kiri , sehingga Ca(OH)2 yang larut semakin sedikit dan

(42)

Sesuai dengan azas Le Chatelier, adanya ion sejenis (common ion effect)

akan menyebabkan kesetimbangan bergeser ke arah pembentukan padatan elektrolit

sehingga memperkecil kelarutan suatu elektrolit. Secara mikroskopik dapat

digambarkan sebagai berikut :

+

Larutan jenuh Ca(OH)2 Larutan NaOH Larutan JenuhCa(OH)2 dengan zat padatnya

Gambar 2.8 Pengaruh Ion Senama pada Kelarutan

Keterangan : = ion Ca2+ = ion Na+ = ion OH- = molekul H2O

4. Pengaruh pH terhadap Kelarutan

Jika ke dalam larutan yang mengandung anion dari asam lemah ditambahkan

H+ dari asam kuat, maka anion dari asam lemah tersebut akan bereaksi dengan ion

H+ yang ditambahkan. Hal ini terjadi karena anion dari asam lemah merupakan basa konjugasi yang kuat. Akibatnya, anion dari asam lemah tersebut bereaksi dengan H+,

maka kelarutan dari senyawa tersebut bertambah. Hal ini dapat diterangkan dengan

azas Le Chatelier. Contoh dari fenomena ini adalah penambahan asam ke dalam

larutan jenuh CaCO3. Dalam larutan jenuh CaCO3 terdapat kesetimbangan

CaCO3 (s) Ca2+ (aq) + CO32- (aq)

Ketika ke dalam larutan jenuh CaCO3 ditambahkan H+ dari asam kuat, maka

(43)

ditambahkan membentuk H2CO3. Asam karbonat, H2CO3 tersebut akan terurai menjadi H2O dan CO2. Karena H2CO3 yang terbentuk terurai menjadi H2O dan CO2

maka konsentrasi CO32- yang terdapat dalam larutan berkurang, sehingga arah kesetimbangan bergeser ke arah pembentukan ion-ionnya. Akibatnya kelarutan

CaCO3 bertambah. Sesuai dengan reaksi :

CaCO3 (s) Ca2+ (aq) + CO32- (aq) CO32- (aq) + 2H+(aq) H2O (l) + CO2 (g)

+

Larutan jenuh CaCO3 Larutan HCl Kelarutan CaCO3 bertambah dengan zat padatnya

Gambar 2.9 Pengaruh pH terhadap kelarutan CaCO3

Keterangan :

= ion CO32- = ion Ca2+ = ion Cl- = ion H+

= molekul H2O = molekul CO2

Tetapi apabila ke dalam larutan jenuh garam yang mengandung anion dari

asam kuat ditambahkan H+ dari asam kuat, maka anion dari asam kuat tersebut tidak akan bereaksi dengan H+ yang ditambahkan. Hal ini terjadi karena basa konjugasi

(44)

Contoh dari garam yang mengandung anion dari asam kuat adalah CaSO4. Reaksi kesetimbangan untuk larutan jenuh CaSO4 adalah :

CaSO4 (s) Ca2+ (aq) + SO42- (aq)

Ketika larutan jenuh CaSO4 ditambahkan asam kuat (asam kuat selain

H2SO4), maka ion SO42- yang merupakan basa konjugasi dari asam kuat akan tetap ada dalam larutannya bersama dengan H+ yang ditambahkan. Ion SO42- tidak akan meninggalkan sistem, sehingga pada kesetimbangan tidak akan terjadi pergeseran.

5. Pengaruh Suhu terhadap Kelarutan

Pada umumnya, meskipun tidak semua, kelarutan zat padatan meningkat

dengan meningkatnya suhu. Hal tersebut terjadi karena dengan adanya pemanasan

akan mengakibatkan renggangnya jarak antar partikel dalam kristal dan menjadikan

kekuatan gaya antar partikel tersebut menjadi lemah sehingga mudah lepas dan

tertarik oleh gaya tarik molekul-molekul air.

Namun, tidak semua zat padat jika dipanaskan akan meningkatkan

kelarutannya dalam air seperti pada Ca(OH)2 yang dilarutkan dalam air kemudian

dipanaskan maka akan terjadi endapan. Hal ini menunjukkan bahwa kelarutan

Ca(OH)2 dalam air jika dipanaskan akan berkurang. Berikut data yang menunjukkan kelarutan beberapa zat elektrolit diberbagai suhu

Tabel 2.2 Kelarutan beberapa zat elektrolit pada berbagai suhu (Leon, N.D, 2007)

Senyawa Kelarutan (g /100 mL) pada Suhu

(45)

Berdasarkan tabel di atas terdapat perbedaan antara kelaruan Ca(OH)2 dalam keadaan dingin dan dalam keadaan panas, seperti yang terlihat pada gambar berikut :

larutan

padatan

Gambar 2.10 Larutan jenuh Ca(OH)2 dengan endapannya pada suhu 25oC

Pada saat larutan Ca(OH)2 dalam keadaan panas tidak semua padatan Ca(OH)2 larut dengan baik, bahkan mempunyai kecenderungan untuk mengendap,

dan kesetimbangan bergeser kearah terbentuknya endapan.

Ca(OH)2(s) Ca2+ (aq) + 2OH- (aq) Terbentuk endapan Ca(OH)2

Namun, lain halnya jika Ca(OH)2 dilarutkan dalam keadaan dingin. Fenomena keadaan partikel sebagai berikut :

larutan

Gambar 2.11 Larutan Ca(OH)2 dalam keadaan dingin

Padatan Ca(OH)2 dapat melarut dengan lebih baik

Ca(OH)2 (s) Ca2+ (aq) + 2 OH- (aq)

Kesetimbangan bergeser ke kanan (larut)

- - -

- - -

- - -

- - - - - -

(46)

7. Memprediksi Terbentuk atau Tidak Terbentuknya Endapan

Salah satu contoh reaksi kimia adalah reaksi pengendapan yang cirinya

adalah terdapat produk yang tak larut atau endapan, Jika dalam suatu larutan

ditambahkan dengan larutan lain maka akan terjadi proses pengendapan sebagai salah

satu hasil dari reaksi kimia yang terjadi. Contohnya AgNO3 dan NaCl dilarutkan dalam air kedua senyawa ini larut baik dalam air, artinya dalam larutan AgNO3 terdapat ion Ag+ dan NO3- dan dalam larutan NaCl terdapat ion Na+ dan Cl-. Ketika

kedua larutan ini dicampurkan, akan terbentuk larutan natrium nitrat dan endapan

perak klorida.

Harga Ksp suatu elektrolit dapat digunakan untuk memperkirakan apakah

elektrolit itu dapat larut atau mengendap dalam suatu larutan. Jika hasil kali

konsentrasi ion-ion yang ada dalam larutan di pangkatkan koefisiennya lebih kecil

(47)

sama dengan harga Ksp, akan terbentuk larutan tepat jenuh. Sedangkan, jika hasil

kali lebih besar dari Ksp, maka akan terbentuk endapan atau bila tidak terbentuk

endapan berarti telah terbentuk larutan lewat jenuh. Secara matematis,

pernyataan-pernyataan tersebut dapat dituliskan sebagai berikut :

AxBy (s) xAy+ (aq) + yBx- (aq)

[Ay+]x[Bx-]y < Ksp AxBy ; larut atau larutan belum jenuh

(48)
(49)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil analisis data, permasalahan penelitian, temuan dan

pembahasan sebagaimana telah dikemukakan pada bab sebelumnya, maka dapat

ditarik kesimpulan sebagai berikut :

1. Karakteristik pembelajaran :

Konsep-konsep yang dikembangkan dalam bahan kajian Kelarutan dan Hasil

Kali Kelarutan terdiri dari konsep yang berdasarkan prinsip dan konsep abstrak

dengan contoh konkrit. Berdasarkan karateristik konsep tersebut proses

pembelajaran pada pokok bahasan Kelarutan dan Hasil Kali Kelarutan akan lebih

efektif jika menerapkan model pembelajaran berorientasi struktur dengan

menggunakan media animasi komputer.

Model pembelajaran yang dituangkan dalam software pembelajaran ini

menampilkan video demontrasi atau praktikum untuk mengamati fenomena

makroskopik yang dapat ditangkap oleh indera siswa secara langsung dan tampilan

animasi level mikroskopik yang mengambarkan tingkat partikel atau molekuler pada

konsep Kelarutan dan Hasil Kali Kelarutan.

Pemahaman level mikroskopik yang dikembangkan pada pembelajaran ini

adalah kemampuan siswa dalam mengambarkan tingkat partikel atau molekuler

(50)

2. Pembelajaran dengan menggunakan media animasi komputer level mikroskopik

dapat meningkatkan penguasaan konsep siswa dengan rata-rata persentase

N-Gain kategori sedang. Di kelas eksperimen konsep yang mengalami peningkatan

tertinggi adalah pengaruh suhu pada kelarutan, sedangkan konsep yang

mengalami peningkatan terendah adalah hasil kali kelarutan (Ksp). Pembelajaran

dengan menggunakan media animasi komputer lebih efektif terhadap siswa

kelompok atas karena memberikan peningkatan penguasaan konsep yang lebih

tinggi dibanding terhadap kelompok bawah.

3. Pembelajaran dengan menggunakan media animasi komputer level mikroskopik

dapat meningkatkan pemahaman level mikroskopik siswa dengan rata-rata

persentase N-Gain kategori tinggi. Di kelas eksperimen konsep yang mengalami

peningkatan tertinggi adalah reaksi pengendapan dan peningkatan yang paling

rendah adalah pengaruh ion senama pada kelarutan.

4. Terdapat hubungan yang kuat dan positif antar pemahaman level mikroskopik

dengan penguasaan konsep siswa, artinya siswa akan menguasai konsep-konsep

kelarutan dan hasil kali kelarutan dengan baik apabila pemahaman level

mikroskopik kelarutan dan hasil kali kelarutan dapat dipahami terlebih dahulu

oleh siswa dengan baik.

5. Model pembelajaran ini mendapat respon positif dari siswa, karena dapat

meningkatkan motivasi belajar siswa, meningkatkan aktivitas siswa dan

membantu siswa untuk menguasai konsep –konsep kimia. Melalui pembelajaran

ini siswa lebih tertarik pada mata pelajaran kimia.

6. Model pembelajaran ini mendapat respon yang positif dari guru, karena model

Gambar

Gambar 2.1   Pola Pembelajaran dibantu media (Arifin, 2000)
gambar yang bergerak.
gambar statis (Thalib,2005). Dengan demikian animasi komputer dapat menjadi alat
Gambar 2.3. Tiga tingkatan representasi yang digunakan dalam kimia (Johnstone, 1982)
+7

Referensi

Dokumen terkait

Tujuan Tugas Tujuan tugas adalah agar mahasiswa dapat mengidentifikasi dan menilai risiko bawaan sehingga pada akhirnya mahasiswa memahami jenis-jenis risiko yang dapat

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh ukuran perusahaan, prediktabilitas laba, dan risiko kegagalan perusahaan terhadap tingkat konservatisma

Mengetahui proses dan type difusi yang terjadi pada usaha industri batik.. di

Sarjana Pada Program Strata Satu (S1) Jurusan Ekonomi Pembangunan. Fakultas Ekonomi Universitas Sebelas

l ' Online Job Market (BKO) needs to socialize to public because it is the main job vacancy advertisement especially for job applicant who looks for a job by.. Deparftnent of

tentang: “ PERBEDAAN HASIL BELAJAR PRAKTIKUM SISTEMATIKA HEWAN VERTEBRATA (SHV) ANTARA MENGGUNAKAN MEDIA VIDEO DAN POWER POINT PADA ASISTENSI MAHASISWA PENDIDIKAN

Biaya Peralatan Usahatani Padi Sawah di Kecamatan Padang Bolak : Pompa Air (Metode Garis Lurus)... Jumlah Biaya Penyusutan Alat Usahatani Padi Sawah di Kecamatan Padang Bolak

SUATU KAJIAN TENTANG KESADARAN POLITIK PEMUDA PANTAI UTARA (PANTURA) Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu.. Daftar Pustaka