• Tidak ada hasil yang ditemukan

KONTRIBUSI BIMBINGAN ORANG TUA DAN GURU TERHADAP PERILAKU SOSIAL EMOSIONAL ANAK USIA DINI :Studi Deskriptif Analitik terhadap Perilaku Sosial-Emosional Anak Taman Kanak-Kanak Kelompok B di Kecamatan Sindang Kabupaten Indramayu Tahun ajaran 2008/2009.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "KONTRIBUSI BIMBINGAN ORANG TUA DAN GURU TERHADAP PERILAKU SOSIAL EMOSIONAL ANAK USIA DINI :Studi Deskriptif Analitik terhadap Perilaku Sosial-Emosional Anak Taman Kanak-Kanak Kelompok B di Kecamatan Sindang Kabupaten Indramayu Tahun ajaran 2008/2009."

Copied!
53
0
0

Teks penuh

(1)

DAFTAR ISI

LEMBARAN PENGESAHAN ... i

LEMBARAN PERNYATAAN ... iii

(2)

BAB III METODE PENELITIAN

A. Teknik, Metode dan Pendekatan Penelitian ... 75

B. Tempat dan Sumber Data Penelitian ... 76

C. Populasi dan Sampel Penelitian ... 77

D. Definisi Operasional Variabel ... 80

E. Data dan alat Pengumpul Data ... 82

F. Uji Coba Instrumen ... 87

G. Teknik Pengumpulan Data ... 89

H. Teknik Pengolahan Data ... 90

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Deskriptif Data Penelitian ... 94

B. Pengujian Persyaratan Analisis ... 97

C. Pengujian Hipotesis ... 99

D. Analisis Data Hasil Penelitian ... 113

E. Pembahasan Hasil Penelitian ... 117

BAB V SIMPULAN DAN REKOMENDASI A. Simpulan ... 149

B. Rekomendasi ... 151

DAFTAR PUSTAKA ... 154

(3)

DAFTAR TABEL

Tabel 1 . Jumlah Populasi anak TK Kel B di Kecamatan Sindang

Kabupaten Indramayu Tahun ajaran 2008/2009 ... 78

Tabel 2 . Jumlah Sampel Murid TK Kel B di Kecamatan Sindang

Kabupaten Indramayu Tahun ajaran 2008/2009 ... 80

Tabel 3 Kisi-Kisi Instrumen Penelitian ... 83

Tabel 4 Distribusi Frekuensi Bimbingan Orang Tua ... 95

Tabel 5 Distribusi Frekuensi Bimbingan Guru ... 96

Tabel 6 Distribusi Frekuensi Perilaku Sosial Emosional

Anak Usia Dini ... 97

Tabel 7 Hasil Pengujian Normalitas X1, X2, dan Y ... 98

Tabel 8 Koefisien Korelasi antar Variabel ... 99

Tabel 9 Besaran Korelasi dan Kontribusi antara Variabel ... 112

Tabel 10 Hasil Pengujian Linieritas regresi ... 112

Tabel 11 Deskripsi Aspek-Aspek Bimbingan Orang Tua ( X1) ... 114

Tabel 12 Deskripsi Aspek-Aspek Bimbingan Guru ( X2) ... 115

Tabel 13 Deskripsi Aspek-Aspek Perilaku Soaial Emosional

Anak Usia Dini ... 116

(4)

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1 Linieritas Regresi X1 ke Y

Normal P-P Plot Regression Standardized Residual

Dependent Variabel: Perilaku Sosial Emosional Anak ... 102

Gambar 2 Linieritas Regresi X2 ke Y

Normal P-P Plot Regression Standardized Residual

Dependent Variabel: Perilaku Sosial Emosional Anak ... 106

Gambar 3 Linieritas Regresi X1 dan X2 ke Y

Normal P-P Plot Regression Standardized Residual

Dependent Variabel: Perilaku Sosial Emosional Anak ... 110

(5)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pendidikan merupakan hal yang sangat penting dalam pembentukan

kepribadian. Manusia adalah makhluk pedagogik yaitu makhluk Allah SWT

yang dilahirkan dengan membawa fitrah, dapat mendidik dan dapat dididik.

Kedudukan manusia dalam pendidikan bisa sebagai subjek dan atau objek

pendidikan. Penciptaan manusia dilengkapi dengan pikiran, perasaan, dan

kemampuan berbuat untuk lebih maju sehingga manusia mampu

mempertahankan martabat dan kedudukannya sebagai makhluk yang mulia.

Anak adalah amanah Allah SWT yang diberikan kepada orang tua, untuk

dididik dan dijadikan generasi penerus. Sebagai amanah, kehadiran anak

ditengah-tengah keluarga harus disyukuri. Salah satu cara mensyukuri nikmat

atas keberadaan anak adalah orang tua memiliki tanggung jawab yang besar

terhadap masa depan anak-anaknya. Apabila kedua orang tuanya menelantarkan

anak-anaknya sama dengan akan menghancurkan kehidupan anaknya di masa

yang akan datang. Orang tua (ayah dan ibu) adalah orang yang pertama kali

dikenal oleh anak dan setiap perilaku dan perlakuannya yang diberikan terhadap

anak-anaknya akan menjadi dasar yang kuat dalam pembentukan pribadinya.

Oleh karena itu tanggung jawab di dalam proses bimbingan terhadap

anak-anaknya merupakan pekerjaan yang utama untuk orang tua di lingkungan

(6)

Apabila orang tua menyia-nyiakan anak dengan tidak mendidiknya

secara baik maka anak akan menjadi fitnah baik untuk kehidupan diri anak itu

sendiri, keluarganya dan masyarakatnya. Banyak orang tua yang merasa malu

akibat perilaku anak-anak mereka yang sudah tumbuh dewasa tetapi tidak

mencerminkan akhlak yang mulia. Allah SWT mengingatkan kepada para

orang tua tentang keberadaan anak-anaknya. Allah SWT berfirman dalam

Al-Quran Surat At-Taghabun ayat 15 yang artinya “Sesungguhnya hartamu dan

anak-anakmu hanyalah cobaan (bagimu)dan di sisi Allah pahala yang besar”.

(Depag RI Al-Quran dan Terjemahnya, 1990: 942)

Manusia dilahirkan dalam keadaan fitrah, membawa potensi sebagai

bekal untuk kehidupannya, tetapi perkembangan dan pertumbuhannya sangat

dipengaruhi oleh lingkungan sekitarnya. Makna dari sebuah hadits yang

diriwayatkan oleh Bukhari Muslim bahwa “Setiap bayi dilahirkan menurut

fitrahnya, maka hanya keduaorangtuanyalah kelak yang menjadikannya

Yahudi, Nasrani atau Majusi” (Abdur Rahman, 2005: 23). Hadits tersebut

menerangkan kepada orang tua tentang peranan mereka yang sangat

menentukan kepribadian anak-anaknya di masa kehidupannya kelak.

Keluarga adalah sebagai tempat bagi anak sejak ia lahir dalam

melaksanakan tugas perkembangannya. Hal ini didukung oleh pendapat

Hurlock (1980: 132) yang menempatkan bahwa keluarga (ayah, ibu, sanak

saudara) memberikan pengaruh terhadap pola kepribadian dan perilaku sosial

anak: “Pola kepribadian yang dasarnya telah diletakkan pada masa bayi. Orang

(7)

sosial bagi anak-anak, maka bagaimana perasaan mereka kepada anak-anak dan

bagaimana perlakuan mereka merupakan faktor terpenting dalam pembentukan

konsep diri anak.”

Oleh karena itu dapat dipahami bahwa orang tua sebagai pendidik

pertama kali harus senantiasa memelihara, menyayangi, dan mendidik serta

menasihati anak-anak dengan cara yang baik. Melalui pendidikan yang baik,

putra putri kita akan menjadi generasi penerus yang berkualitas dari segi moral,

intelektual dan spiritual. Allah SWT berfirman dalam Al-Quran surat An-Nisa

ayat 9 yang artinya “Hendaklah mereka takut kepada Allah jika meninggalkan

generasi yang lemah (tidak berkualitas) di belakang mereka, yang mereka

khawatir terhadap kesejahteraannya. Oleh karena itu hendaklah mereka

bertakwa kepada Allah dan mengucapkan perkataan yang benar”. (Depag RI

Al-Quran dan Terjemahnya, 1990: 116)

Kemuliaanlah bagi seorang ibu dengan kesabaran yang dimilikinya

dalam membimbing putra putrinya dari usia dini untuk menjadi anak-anak yang

berhasil dengan memiliki kecerdasan emosional, intelektual, dan spiritual.

Menurut Mustaqim (2005: 16) menerangkan bahwa “Mendidik anak merupakan

tugas teramat mulia dalam sabda Nabi “ jika engkau mendidik anakmu dengan

pendidikan yang baik, itu lebih utama daripada engkau bersedekah satu sha’

gandum setiap hari”. Untuk itu mendidik anak membutuhkan pengetahuan yang

cukup, keterampilan yang memadai, dan kesabaran yang ekstra. Sebab

pendidikan adalah proses panjang pembentukan kepribadian anak. Orang tua

(8)

belum memasuki usia sekolah yang disebut usia prasekolah. Jika kurang

pengetahuan atau pengalaman, orang tua tidak mampu mengarahkan pendidikan

yang baik. Berbagai keterampilan dalam mengasuh anak juga perlu dikuasai

orang tua. Sikap sabar dalam menghadapi anak dengan kondisi apapun sangat

membantu keberhasilan tersebut”.

Dari konsep tersebut harus kita pahami bahwa orang tua tidak

sepantasnya berlaku kasar, memaksakan kehendaknya, dan bertindak tidak

sopan dihadapan anaknya karena perilaku mereka akan ditiru oleh

anak-anak mereka. Tindakan kasar terhadap anak-anak akan mengakibatkan anak-anak menjadi

stress, kurang kreatif, pendendam, penakut dan sebagainya. Pendidikan

bukanlah tanggung jawab sekolah. Sekolah hanya membantu sebagian tanggung

jawab orang tua dalam mendidik anak. Dengan demikian anak yang

disekolahkan, bahkan disekolah yang bergengsi sekalipun, tetap membutuhkan

pendidikan yang maksimal dari pihak keluarga dan masyarakat.

Di dalam keluarga ibu memiliki kedekatan psikologis yang lebih dekat

dengan anak karena kondisi yang secara fitrah terbentuk demikian. Sembilan

bulan ibu mengandung anaknya, kemudian diteruskan selama kurang lebih dua

tahun menyusui anaknya, merawat dan mengasuhnya, dengan demikian

kedudukan seorang ibu dalam pendidikan anaknya sangat besar artinya. Adapun

seorang ayah merupakan kepala keluarga yang bertanggung jawab dalam

menentukan keberhasilan anak-anaknya. Seorang ayah berperan dalam

(9)

dan ayah memiliki peran dan kewenangan masing-masing yang saling

melengkapi demi kemajuan anak-anaknya.

Menurut Al-Ghazali (Sulaeman H, 1993: 78) mengemukakan bahwa”

Seorang anak itu harus dimuliakan dan disanjung atas perbuatan-perbuatan baik

yang dilakukannya dan budi pekerti yang disandangnya, sebagaimana

penghadiahannya perlu diberikan sebagai imbalan atas keberhasilannya, bila hal

ini mungkin dapat dilakukan dan perlu memujinya di depan orang-orang besar

dan orang-orang berkedudukan, sebagai perangsang keberaniannya”.

Sebagai seorang muslim terhadap pendidikan anak hendaklah sangat

diperhatikan karena apabila tidak melaksanakannya akan diminta

pertanggungjawabannya oleh Allah SWT. Pendidikan yang diberikan terhadap

anak harus diarahkan kepada pendidikan yang berfungsi kepada eksistensi

seorang anak sebagai manusia dimasa yang akan datang. Adapun eksistensi

manusia dalam hidupnya adalah pertama ia mampu melaksanakan tugas sebagai

pribadi yang memiliki tanggung jawab terhadap Allah SWT, kedua ia mampu

mengemban amanat untuk mengelola dan memelihara bumi dari kerusakan atau

dengan nama lain sebagai khalifah.

Pendidikan dimasa kecil menjadi dasar, penanaman moral, motivasi

intelegensi dan kedisiplinan, emosi terkendali dan penanaman sikap sosial

memberikan pengaruh terhadap kemajuan seseorang dimasa yang akan datang.

Dalam hal ini orang tua dan lingkungan terdekat sangat berperan dalam

(10)

dimasa kecil akan tertanam kuat dan menjadi dasar untuk pendidikan

selanjutnya.

Dalam ajaran Islam, amanat pendidikan sangat ditekankan terhadap

umatnya. Bahkan dalam pembentukan kepribadian, pendidikan diajarkan sejak

anak masih ada dalam kandungan sampai menjelang wafat. Hal ini

menggambarkan betapa ajaran Islam sangat memperhatikan dan menjaga

perkembangan anak sampai ia tumbuh dewasa. Sebagaimana dikemukakan oleh

Ahmad Tafsir (2006: 49) bahwa “tugas pendidikan yang lebih utama adalah

membawa nilai-nilai tertentu yang diyakininya benar”.

Pendidikan Islam adalah pendidikan komprehensif yaitu pendidikan

yang mencakup pengetahuan umum dan agama yang menekankan terhadap

nilai-nilai Islam untuk membentuk sebuah peradaban yang maju dan kuat. Oleh

karena itu orang tua muslim yang menginginkan anaknya tumbuh besar menjadi

anak yang memiliki kepribadian yang kuat harus menanamkan nilai-nilai Islam

sejak anak usia dini. Ketika anak mulai masuk pendidikan prasekolah, pada

usia ini anak mulai tertarik dengan dunia diluar keluarganya. Pada usia ini pula

anak mulai menampakan keinginan untuk bergaul di luar keluarganya.

Ketertarikan anak pada dunia di luar keluarganya, membutuhkan kemampuan

bersosialisasi yang baik, dengan istilah lain anak harus memiliki kemampuan

bersosial yang baik dan diterima oleh dunia di luar keluarganya.

Pembinaan terhadap usia dini, suatu masa yang tidak boleh disia-siakan

karena pada masa inilah merupakan usia emas (golden age), yang mana semua

(11)

emosi, sosial, maupun intelektual. Kedua orang tua atau orang dewasa lainnya

harus memahami masa ini dan berusaha untuk memanfaatkan sebaik-baiknya

pembinaan, sebagai upaya peletakan dasar pembinaan dimasa yang akan datang.

Salah satu perkembangan yang akan mempengaruhi kedudukan seseorang di

masyarakat adalah prilaku sosial-emosional sebagai wujud kesuksesan hidup.

Dalam perkembangan sosial, setiap anak akan melalui sebuah proses

panjang yang pada akhirnya nilai-nilai sosial tersebut akan menjadi bagian

dalam diri seorang anak. Menurut Sujiono (2005: 77) ada beberapa alur proses

sosialisasi pada setiap individu yaitu proses imitasi, proses identifikasi dan

proses internalisasi.

Proses imitasi adalah proses peniruan terhadap tingkah laku atau sikap

serta cara pandang orang dewasa (model) dalam aktivitas yang dilihat anak

yang secara sengaja belajar bergaul dari orang-orang terdekatnya (orang tua).

Proses Identifikasi adalah proses terjadinya pengaruh sosial pada seseorang

yang didasarkan pada orang tesebut untuk menjadi seperti individu lain yang

dikaguminya. Proses ini berlangsung terus sampai masa pubertas. Proses

internalisasi adalah proses penanaman serta penyerapan nilai-nilai, relatif

mantap dan menetapnya suatu nilai-nilai sosial pada diri seseorang. Sehingga

nilai-nilai tersebut tertanam dan menjadi milik seseorang.

Ketika anak mulai tertarik dengan dunia diluar keluarganya, maka pada

saat itu anak akan mendapatkan pengaruh-pengaruh dari luar yang akan ikut

(12)

(2004: 183) bahwa meluasnya lingkungan sosial bagi anak menyebabkan anak

menjumpai pengaruh-pengaruh yang ada diluar pengawasan orang tua.

Manusia secara hakiki merupakan makhluk sosial. Sejak ia dilahirkan

membutuhkan pergaulan dengan orang-orang lain untuk memenuhi

kebutuhan-kebutuhan biologisnya, yaitu makanan, minuman dan lain-lain. Pada usia dua

bulan hubungan dengan ibunya sudah mulai berlangsung secara psikis, tidak

hanya biologis, yaitu dengan menjawab senyuman ibunya dengan bersenyum

pula. Apabila tidak ada hubungan psikis antara ibu dan anak kecil maka

perkembangannya akan terhambat beberapa tahun lamanya. Ketika anak sudah

mulai bergaul dengan kawan-kawannya yang sebaya, ia tidak hanya menerima

kontak sosial dari orang lain tetapi juga ia akan memberikan kontak sosial.

Seorang anak akan mulai mempelajari dunia sekitar bahwa dalam

kelompok sepermainan terdapat peraturan-peraturan tertentu. Mereka harus

mampu mengikuti peraturan permainan atau mampu mengikuti aturan pergaulan

guna dapat melanjutkan hubungannya dengan kelompok tersebut dengan lancar.

Apabila seorang anak tidak mau mengikuti aturan permainan teman sebaya atau

bersikap ingin sendiri maka ia akan tersisihkan dari teman-temannya. Hal ini

tidak baik untuk perkembangan anak dimasa yang akan datang. Oleh karena itu

orang tua dan orang dewasa lainnya harus memberikan bimbingan dan

pengarahan ketika terjadi perilaku sosial yang tidak baik yang dilakukan oleh

anak terhadap lingkungan sosialnya, Hal ini dilakukan sebagai pendidikan

(13)

Dalam pengamatan keseharian anak usia dini dalam hal ini mereka yang

sudah masuk pendidikan prasekolah menunjukan perilaku-perilaku emosional

dalam bersosial yang tidak diharapkan. Anak sering menunjukan : cepat marah,

cepat tersinggung, tidak berani, menunjukan jalan keluar dengan menangis,

memukul, melawan orang tua, ingin menang sendiri, tidak mandiri, tidak

menunjukan keinginannya dengan ungkapkan dan lain sebagainya.

Perilaku-perilaku diatas menunjukan kondisi emosional yang negatif

pada diri seorang anak dalam bersosial. Dengan demikian anak menunjukan

perilaku emosional bersosialnya yang belum terbentuk. Perilaku-prilaku seperti

ini tidak bisa dibiarkan begitu saja. Ketidakmampuan anak menguasai

emosionalnya dalam berperilaku sosial akan menimbulkan kesulitan pada anak

itu sendiri untuk bergaul dengan lingkungannya. Apabila perilaku ini terus

dibiarkan maka perilaku-perilaku ini akan lebih terbentuk pada anak dan anak

akan lebih sulit lagi dalam melalui tahap-tahap perkembangan selanjutnya.

Perilaku sosial anak berkaitan erat dengan emosi yang dimilikinya.

Emosi memainkan peran yang sangat penting dalam kehidupan, Emosi akan

memberikan pengaruh terhadap penyesuaian pribadi dan sosial. Hal ini

dijelaskan oleh Hurlock (1978: 211) bahwa : ”Semua emosi, baik yang

menyenangkan maupun yang tidak menyenangkan, mendorong interaksi

sosial”. Melalui emosi anak belajar cara mengubah perilaku agar dapat

menyesuaikan diri dengan tuntutan dan ukuran sosial.

Perkembangan emosi berhubungan dengan seluruh aspek

(14)

jengkel dalam menghadapi lingkungannya sehari-hari. Pada masa kanak-kanak

emosi anak lebih rinci, bernuansa atau disebut terdiferensiasi. Berbagai faktor

yang telah menyebabkan perubahan tersebut. Kesadaran kognitifnya yang

telah meningkat memungkinkan pemahaman terhadap lingkungan berbeda dari

tahapan semula. Imajinasi atau daya khayalnya lebih berkembang.

Hal lain yang mempengaruhi perkembangan ini adalah berkembangnya

wawasan sosial anak. Umumnya mereka telah memasuki lingkungan dimana

teman sebaya mulai berpengaruh terhadap kehidupan sehari-hari. Tidak

mengherankan bahwa orang berpendapat perkembangan umumnya hidup

berlatar belakang kehidupan keluarga, sekolah dan teman sebaya. Sementara itu

perlu diketahui bahwa setiap anak usia dini menjalin kelekatan dengan

pengasuh pertamanya yang kemudian perlu diperluas hubungan tersebut

apabila dunia lingkungannya berkembang. Oleh karena itu anak- anak perlu

dibantu dalam menjalin hubungan dengan lingkungannya agar mereka secara

emosional dapat menyesuaikan diri, menemukan kepuasan dalam kehidupannya

dan sehat fisik dan moral.

Masing-masing anak menunjukan ekspresi yang berbeda sesuai dengan

suasana hati dan dipengaruhi oleh pengalaman yang diperoleh sepanjang

perkembangannya. Pada awal perkembangan anak mereka telah menjalin

hubungan timbal balik dengan orang-orang yang mengasuhnya. Kepribadian

orang yang terdekat akan mempengaruhi baik sosial maupun emosional.

Kerjasama dan hubungan dengan teman berkembang sesuai dengan bagaimana

(15)

Emosi dapat diketahui melalui gejala perilaku. Sebagaimana pendapat

Hurlock (1978: 216): ”Anak-anak bisa saja tidak memperlihatkan reaksi

emosional mereka secara langsung tetapi mereka memperlihatkannya secara

tidak langsung melalui kegelisahan, melamun, menagis, kesukaran berbicara,

dan tingkah laku yang gugup seperti menggigit kuku dan mengisap jempol”.

Perilaku–perilaku tersebut harus menjadi perhatian bagi orang tua atau

guru untuk tidak dibiarkan karena akan mengganggu kehidupan anak di masa

yang akan datang. Bimbingan orang tua berupa kasih sayang, perhatian,

memberikan motivasi anak senang belajar, memberikan hadiah, bercerita, sabar

menjawab lontaran-lontaran pertanyaan dan lain sebagainya akan

mempengaruhi perilaku sosial-emosional anak. Di sekolah guru berperan aktif

dalam proses bimbingan dengan memberikan perhatian, perlakuan yang baik,

menumbuhkan suasana belajar yang menyenangkan pada anak dan curahan

kasih sayang yang tulus akan dapat dirasakan oleh anak dan berpengaruh positif

terhadap perilaku emosi anak.

Disekolah anak akan berjumpa dan bergaul dengan teman sebayanya

dan akan bertemu dengan guru-guru, di mana guru sebagai partner orang tua

dalam membimbing anak-anak untuk dapat melaksanakan tugas

perkembangannya. Guru PAUD harus mengerahkan penguasaan akademik yang

utuh dalam pelaksanaan tugasnya. Guru bertugas memfasilitasi

pertumbuhkembangan kepribadian anak secara optimal (Ditjen Dikti: 2006).

Guru disekolah ikut bertanggungjawab dalam membentuk kepribadian

(16)

melaksanakan tahapan-tahapan perkembangannya. Dalam makalahnya

Kamsanah (2006) menyampaikan: ”Menjadi guru dan pendidik yang baik bagi

anak usia dini adalah andil yang tak ternilai pada pembangunan generasi

penerus bangsa”. Salah satu kompetensi akademik yang harus dimiliki oleh

guru PAUD adalah mengenal peserta didik secara mendalam meliputi:

perkembangan fisik, perkembangan kognitif, perkembangan bahasa,

perkembangan emosional, dan perkembangan sosial.

Dalam fenomena keseharian, tidak semua anak memiliki kestabilan

emosional dan menunjukan perilaku sosial yang diharapkan. Ada anak yang

menunjukan sikap ingin menang sendiri, sikap membangkang, cepat marah,

cepat nangis, merebut barang milik orang lain, memukul, membangkang, tidak

mampu mengungkapkan keinginannya, pelit dal lain-lain

Ketidakmampuan anak dalam mengekspresikan emosionalnya dan

berperilaku sosial yang negatif dipengaruhi oleh lingkungan yang ada

disekitarnya, terutama dalam hal berinteraksi dengan orang tua, guru, dan teman

sebaya. Menurut Hurlock (1978: 201) sumbangan orang tua pada perkembangan

anak adalah dengan bimbingan dan bantuan dalam mempelajari kecakapan

motorik, verbal, dan sosial yang diperlukan untuk penyesuaian. Pendapatnya

pula, Hurlock (1978: 372) bahwa orang yang paling penting bagi anak adalah

guru, orang tua, dan teman sebaya, dari merekalah anak mengenal sesuatu yang

baik atau tidak baik.

Berdasarkan anggapan bahwa orang tua dan guru merupakan orang yang

(17)

mengetahui bagaimana kontribusi bimbingan yang dilakukan oleh orang tua di

rumah dan guru di sekolah dapat mempengaruhi perkembangan perilaku

sosial-emosional anak. Apakah bimbingan orang tua dan guru mampu

memberikan pengaruh yang dominan pada perkembangan perilaku anak.

B. Rumusan Masalah dan Batasannya

Permasalahan yang telah dipaparkan dirumuskan sebagai berikut :

Bagaimana kontribusi bimbingan orang tua dan guru terhadap perilaku

sosial-emosional anak usia dini di lembaga pendidikan Taman Kanak-Kanak

di-Kecamatan Sindang Kabupaten Indramayu.

Rumusan masalah tersebut dibatasi dengan pertanyaan penelitian

sebagai berikut :

1. Bagaimana gambaran aktivitas bimbingan orang tua, bimbingan guru dan

perilaku sosial-emosional anak Taman Kanak-Kanak di Kecamatan Sindang

Kabupaten Indramayu?

2. Berapa besar kontribusi bimbingan orang tua terhadap perkembangan

perilaku sosial-emosional anak Taman Kanak-Kanak di Kecamatan Sindang

Kabupaten Indramayu?

3. Berapa besar kontribusi bimbingan guru terhadap perkembangan perilaku

sosial- emosional anak Taman Kanak-Kanak di Kecamatan Sindang

(18)

4. Berapa besar kontribusi bimbingan orang tua dan guru terhdap perilaku

sosial-emosional anak Taman Kanak-Kanak di Kecamatan Sindang

Kabupaten Indramayu?

Secara visual hubungan antar variable-variabel yang terkandung

dalam pertanyaan penelitian di atas dilukiskan pada bagan berikut ini

X

1

r

. x1.y

R.x1.x2.y

Y

X

2

r

.x2.y

C. Tujuan Penelitian

Secara umum maksud dari penelitian ini adalah untuk mengembangkan

program bimbingan terhadap perkembangan perilaku sosial-emosional anak

usia dini. Untuk keperluan tersebut terlebih dahulu dilakukan penelitian untuk

mendapatkan bukti empiris tentang besarnya pengaruh bimbingan orang tua dan

(19)

dan mengacu pada pertanyaan penelitian, tujuan penelitian ini adalah untuk

mendapatkan imformasi empiris tentang:

1. Bagaimana gambaran aktivitas bimbingan orangtua, bimbingan guru, dan

perilaku sosial-emosional anak Taman Kanak-Kanak di Kecamatan Sindang

Kabupaten Indramayu.

2. Besarnya kontribusi bimbingan orang tua terhadap perkembangan perilaku

sosial-emosional anak Taman Kanak-Kanak di Kecamatan Sindang

Kabupaten Indramayu.

3. Besarnya kontribusi bimbingan guru terhadap perkembangan perilaku sosial-

emosional anak Taman Kanak-Kanak di Kecamatan Sindang Kabupaten

Indramayu.

4. Besarnya kontribusi bimbingan orang tua dan guru terhadap perilaku

sosial-emosional anak Taman Kanak-Kanak di Kecamatan Sindang Kabupaten

Indramayu.

D. Manfaat Penelitian

1. Manfaat teoritis

Hasil penelitian ini diharapkan dapat membuktikan secara empiris

tentang teori yang berhubungan dengan faktor-faktor yang berpengaruh

terhadap perilaku sosial-emosional anak usia dini.

2. Manfaat Praktis

Penelitian ini diharapkan memberikan beberapa manfaat praktis

(20)

a. Manfaat bagi orang tua

Hasil p enelitian ini diharapkan dapat membantu orang tua dalam

pemahaman tentang pentingnya perlakuan emosional dan sosial bagi anak, dan

pemahaman tentang bagaimana membimbing anak agar memiliki perilaku

sosial-emosional yang diharapkan.

b. Manfaat bagi guru

1. Membantu guru-guru Taman Kanak-Kanak dalam memahami perilaku

sosial-emosional anak usia dini, dan beberapa faktor yang lebih dominan

mempengaruhinya. Dengan harapan guru-guru dapat memberikan bantuan

yang berarti bagi anak.

2. Program bimbingan perilaku sosial-emosional anak Taman Kanak-Kanak

yang dihasilkan diharapkan dapat dijadikan contoh dan pegangan dalam

memberikan bimbingan kemampuan berperilaku social-emosional anak.

E. Asumsi Penelitian

Penelitian ini berdasarkan pada asumsi-asumsi dasar sebagai berikut

1. Masa kanak-kanak menjadi masa-masa bagi pembentukan kecenderungan

emosi seumur hidup. Kebiasaan-kebiasaan yang diperoleh di masa

kanak-kanak menjadi tertera pada jaringan sinaps dasar arsitektur persarafan dan

lebih sulit diubah di masa kemudian ( Goleman, 1997 : 32).

2. Kecerdasan emosional seseorang dapat dikatakan baik apabila memenuhi

syarat-syarat sebagai berikut pertama mampu memahami emosi, kedua

(21)

menggunakan emosi-emosi itu untuk membantu pikirannya. (Senduk, 2007:

9)

3. Keluarga (ayah, ibu, sanak saudara) memberikan pengaruh terhadap pola

kepribadian dan prilaku sosial anak: (Hurlock, 1980: 132)

4. Perkembangan emosi, baik yang menyenangkan maupun yang tidak

menyenangkan, memberikan pengaruh terhadap interaksi sosial. Melalui

emosi anak belajar cara mengubah perilaku agar dapat menyesuaikan diri

dengan tuntutan dan ukuran sosial. (Hurlock, 1978: 211)

5. Sumbangan orang tua pada perkembangan anak adalah dengan bimbingan

dan bantuan dalam mempelajari kecakapan motorik, verbal, dan sosial yang

diperlukan untuk penyesuaian. (Hurlock, 1978: 201).

6. Guru adalah orang tua kedua bagi anak di sekolah. Melayani anak sesuai

dengan kebutuhannya, dengan memperhatikan tumbuh kembang jasmani

maupun rohaninya, adalah salah satu fungsi ibu yang harus dijalankannya.

(Kamsanah, 2006 : 4)

F. Hipotesis

Dalam menganalisis kontribusi bimbingan orang tua dan guru terhadap

perilaku sosial-emosional anak usia dini terdapat tiga hipotesis dalam

pengujian penelitian ini yaitu :

1. Terdapat kontribusi positif yang signifikan dari bimbingan orang tua

terhadap perilaku sosial-emosional anak Taman Kanak-Kanak di Kecamatan

(22)

Hipotesis statistiknya adalah H0 :

r

xy = 0

H1 :

r

xy

> 0

2. Terdapat kontribusi positif yang signifikan dari bimbingan guru terhadap

perilaku sosial-emosional anak Taman Kanak-Kanak di Kecamatan Sindang

Kabupaten Indramayu.

Hipotesis statistiknya adalah H0 :

r

xy = 0

H1 :

r

xy

> 0

3. Terdapat kontribusi positif yang signifikan antara bimbingan orang tua dan

guru terhadap perilaku sosial-emosional anak Taman Kanak-Kanak di

Kecamatan Sindang Kabupaten Indramayu.

Hipotesis statistiknya adalah H0 :

r

xy = 0

H1 :

r

xy

> 0

G. Metodologi Penelitian

Dalam penelitian ini jenis penelitian yang dipakai adalah penelitian dengan teknik survey yaitu penelitian yang digunakan untuk mengumpulkan

data atau informasi tentang populasi yang besar dengan menggunakan sampel

yang relative kecil dengan tujuanuntuk memperoleh gambaran umum tentang

karakteristik populasi. Adapun pemilihan teknikini dipakai dengan alasan,

penulis akan mengambil suatu generalisasi dari pengamatan yang tidak

(23)

menggunakan sampel yang representative. Adapun metode yang digunakan

adalah metode deskriptif analitik, yaitu metode yang memusatkan perhatiannya

terhadap fenomena yang terjadi pada saat ini dan dalam penelitian ini

menggambarkan fenomena yang diselidiki.

Populasi pada penelitian ini adalah anak Taman Kanak-Kanak kelompok

B di Kecamatan sindang Kabupaten Indramayu sebanyak 355 anak yang

tersebar pada 12 Taman Kanak-Kanak di Kecamatan Sindang Kabupaten

Indramayu ( data terakhir Dinas Pendidikan Kabupaten Indramayu tahun

2008-2009).

Sampel yang diambil dilakukan dengan teknik simple random sampling,

yaitu cara pengumpulan sampel dengan cara acak tanpa memperhatikan strata

(tingkatan) dalam anggota populasi tersebut, karena anggota populasi dianggap

homogen. Dari populasi sebanyak 355 dengan tingkat presisi 10 %,maka jumlah

sampelnya ditetapkan sebanyak 77 anak. Adapun untuk guru karena berjumlah

20 orang maka dalam pengambilan sampelnya dengan menggunakan sampel

populasi.

(24)

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Teknik, Metode dan Pendekatan Penelitian

Penelitian ini menggunakan teknik survei, yaitu menurut Kerlinger

(1996) yang dikutif oleh Riduwan (2008: 49) bahwa penelitian survei adalah

penelitian yang dilakukan pada populasi yang besar maupun kecil, tetapi data

yang dipelajari adalah data dari sampel yang diambil dari populasi tersebut

sehingga ditemukan kejadian-kejadian relatif, distribusi, dan hubungan antar

variabel sosiologis maupun psikologis. Adapun menurut Sukmadinata ( Hayati,

2009: 89) mengemukakan bahwa penelitian survei adalah penelitian yang

digunakan untuk mengumpulkan data atau informasi tentang populasi yang

besar dengan menggunakan sampel yang relatif kecil dengan tujuan untuk

memperoleh gambaran umum tentang karakteristik populasi.

Penulis memilih penelitian survei dengan tujuan untuk mengambil suatu

generalisasi dari pengamatan yang tidak mendalam, tetapi generalisasi yang

dilakukan bisa lebih akurat bila digunakan sampel yang representatif, yaitu

memberikan gambaran tentang bimbingan yang dilakukan oleh orang tua dan

guru memb rikan kontribusi terhadap perilaku sosial emosional anak Taman

Kanak-Kanak di Kecamatan sindang Kabupaten Indramayu pada tahun ajaran

2008/2009.

Metode penelitian yang digunakan adalah metode deskriptif analitik.

(25)

(2009: 89) bahwa metode deskriptif analitik adalah metode penelitian yang

memusatkan perhatiannya pada fenomena yang sedang terjadi pada saat

penelitian dilakukan, dimana penelitian ini berusaha untuk membuat deskripsi

fenomena yang diselidiki dengan cara melukiskan fakta atau fenomena tersebut

secara cermat. Adapun pendekatan penelitian menggunakan pendekatan

kuantitatif, yaitu pendekatan yang memungkinkan dilakukan pencatatan data

hasil penelitian secara nyata dalam bentuk angka sehingga memudahkan proses

analisis data dan penafsirannya.

B. Lokasi Penelitian dan Sumber Data 1. Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Kabupaten Indramayu yaitu di lembaga

pendidikan Taman Kanak-Kanak di Kecamatan Sindang.

2. Sumber Data

Sumber data dalam penelitian ini diperoleh dari :

a) Orang tua, yaitu data tentang bagaimana bimbingan yang dilakukan

terhadap anak usia dini

b) Guru, yaitu data tentang bagaimana bimbingan yang diberikan oleh guru

terhadap anak usia dini.

c) Anak Taman Kanak-Kanak kelompok B se-Kecamatan Sindang Kabupaten

Indramayu yaitu tentang bagaimana perilaku sosial-emosional anak di

(26)

C. Populasi dan Sampel Penelitian 1. Populasi

Populasi menurut Sugiono (Riduwan, 2008: 54) adalah wilayah

generalisasi yang terdiri dari objek atau subjek yang menjadi kuantitas dan

karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneulis untuk dipelajari dan

kemudian ditarik kesimpulannya. Riduwan (2008: 55) mengemukakan bahwa

populasi merupakan objek atau subjek yang berada pada suatu wilayah dan

memenuhi syarat-syarat tertentu berkaitan dengan masalah penelitian. Sampel

menurut Arikunto (1988: 117) adalah bagian dari populasi (sebagian atau wakil

dari populasi). Sampel penelitian adalah sebagian dari populasi yang diambil

sebagai sumber data dan dapat mewakili seluruh populasi. Adapun menurut

Sugiono (Riduwan, 2008:56) sampel adalah sebagian dari jumlah dan

karakteristik populasi.

Adapun yang menjadi bahan penelitian ini adalah anak-anak kelompok

B di Kecamatan Sindang Kabupaten Indramayu. Jumlah lembaga

pendidikanTaman Kanak-Kanak di Kecamatan Sindang Kabupaten Indramayu

sebanyak 12 dan jumlah anak Taman Kanak-Kanak Kelompok B di kecamatan

Sindang sebanyak 335 orang. Adapun pengambilan sampel dari populasi yang

ada menggunakan rumus dari Taro Yamane memakai tingkat presisi sebesar

10%. Jumlah yang menjadi sampel dari populasi sebanyak 335 adalah 77.

Adapun jumlah masing-masing TK dan sampel yang akan diteliti sebagai

(27)

Tabel 1

Jumlah Populasi Murid Taman Kanak-Kanak Kelompok B di Kecamatan Sindang Kabupaten Indamayu Tahun ajaran 2008/2009

No Nama TK

Dari jumlah populasi sebesar 335 anak, selanjutnya ditetapkan

besarnya sampel dengan teknik yang digunakan adalah simple random

sampling, yaitu cara pengumpulan sampel dari anggota populasi dengan

menggunakan acak tanpa memperhatikan strata (tingkatan) dalam anggota

populasi tersebut, karena anggota populasi dianggap homogen.

2. Teknik Pengambilan Sampel

Jumlah populasi telah diketahui, maka rumus yang digunakan untuk

menentukan sampel adalah dengan menggunakan rumus dari Taro Yamane

(28)

1

Dimana n = Jumlah sampel

N = Jumlah populasi

d2 = Presisi yang ditetapkan

Berdasarkan rumus di atas, bila tingkat presisinya ditetapkan sebesar

10% maka dapat ditetapkan jumlah sampelnya sebagai berikut:

=

,

=

,

=

77

Kemudian dari jumlah sampel 77 orang tersebut untuk memudahkan dalam

pengumpulan data, maka akan ditentukan jumlah masing-masing sampel dari setiap

TK PUI secara proposional dengan rumus sebagai berikut:

.

Dimana ni = Jumlah sampel menurut stratum n = Jumlah sampel seluruhnya

Ni = Jumlah populasi menurut strantum N = Jumlah populasi seluruhnya

Berdasarkan rumus tersebut, maka jumlah sampel masing-masing TK

(29)

Tabel 2

Jumlah Sampel Murid TK Kelompok B di-Kecamatan Sindang di Kabupaten Indramayu Tahun ajaran 2008/2009

No Nama TK

Pemilihan ini dilakukan karena anak-anak yang kelompok B telah berusia

antara 5-6 tahun, pada usia ini sosial emosionalnya lebih mudah untuk

diarahkan, selain itu anak-anak pada kelompok ini akan melanjutkan

pendidikan sekolah dasar.

D. Definisi Operasional Variabel

1. a. Perilaku sosial merupakan aktivitas yang diperlihatkan anak dalam

hubungannya dengan orang lain baik dengan teman sebaya, guru, orang

(30)

menunjukkan perilaku sosial diantaranya adalah : a) persaingan, b) kerja

sama, c) empati, dan d) membagi ( Hurlock, 1980: 118)

b. Perilaku emosional menurut Oxford English Dictionary merupakan

aktivitas atau kegiatan pikiran, perasaan, nafsu, keadaan mental yang

hebat, Goleman (Dewi. R; 2005: 20). Perilaku emosi dapat memberikan

pengaruh terhadap penyesuaian pribadi dan sosial. Sebagaimana yang

dikemukakan Hurlock (1978: 211) bahwa : ”Semua emosi, baik yang

menyenangkan maupun yang tidak menyenangkan, mendorong interaksi

sosial”. Adapun sikap yang menunjukan perilaku emosi diantaranya

adalah a) rasa marah, b) rasa sedih, dan c) Kasih sayang (Hurlock,

1980: 116)

2. Bimbingan orang tua adalah upaya yang dilakukan oleh orang tua dalam

proses pendidikan yang dilakukan secara periodik dan berkesinambungan

(Mustaqim, 2005: 20) Untuk mengembangan perilaku sosial-emosional

anak, bimbingan orang tua terhadap anaknya diantaranya : a) Penanaman

nilai-nilai kebaikan, b) Pemberian pengetahuan, c) Perhatian dan kasih

sayang, d), Memberikan motivasi terhadap anak, e) Kontrol orang tua

terhadap anak, f) Berkomunikasi dengan anak, dan g) Keteladanan. Bentuk

bimbingan di atas merupakan modifikasi dari beberapa sumber yaitu

(Hurlock, 1978; Nasih Ulwan, 1981; Shochib, 2000; Mazhahiri, 2002;

Ekomadyo, 2005; Istadi, 2006)

3. Bimbingan guru adalah upaya bantuan yang diberikan guru di taman

(31)

masalah maupun anak yang tidak menunjukkan adanya masalah anak didik

untuk mencapai perkembangan yang optimal, Syaodih, E. (2005: 137).

Adapun dalam penerapan bimbingan menurut Shertzer & Stone (Syaodih E,

1998: 5) terdapat beberapa layanan bimbingan yaitu a) pemahaman siswa,

b) pemberian informasi, c) pemberian nasihat, d) penempatan, e) pemecahan

masalah, dan f) pembiasaan

E. Data dan Alat Pengumpul data

Dari judul penelitian yang diangkat maka data yang diperlukan adalah

pertama data tentang bimbingan orang tua, kedua data tentang bimbingan guru

dan ketiga tentang perilaku sosial-emosional anak usia dini. Untuk menggali

ketiga data tersebut, alat pengumpul data yang digunakan adalah berupa

kuisioner atau angket dan lembar observasi. Sebelum kuisioner dibuat, terlebih

dahulu penulis menyusun kisi-kisi instrumen. Berdasarkan kisi-kisi tersebut

penulis menyusun dan membuat instrumen penelitian yang dikembangkan oleh

penulis sendiri dengan mengacu pada teori-teori yang mendukung dan

penelitian terdahulu yang terkait.

Berikut ini penulis gambarkan kisi-kisi instrumen penelitian dari ketiga

variabel dalam bentuk tabel yang memuat variabel, indikator, sub indikator, no

item sebelum validasi, no item yang teropakai setelah validasi, dan no item

(32)
(33)

1 2 3 4 5 6 7

II BIMBINGAN 1. Pemahaman 1. Tentang keluarga dan kesehatan anak 11,12,61,62,63, 11 1

(34)
(35)

Instrumen penelitian untuk menggali data tentang bimbingan orang tua

dan bimbingan guru berupa kuisioner yang disusun dengan tiga alternative

jawaban yaitu “sering”, “kadang-kadang” dan “tidak pernah”. Penskoran

kuisioner tesebut, akan mengacu pada bentuk pertanyaan/pernyataan yang

diajukan, yaitu jika pertanyaan/pernyataan berorientasi positif, maka option

“sering” = 3, “kadang-kadang”=2 dan “tidak pernah = 1. Sebaliknya jika

pertanyaan/pernyataan berorientasi negative, maka penskorannya terbalik yaitu:

“sering” = 1, “kadang-kadang” = 2 dan “tidak pernah” = 3. Sedangkan

instrument untuk menggali data tentang Perilaku Sosial-emosional anak Usia

Dini berupa inventori yang disusun dengan dua altenatif jawaban yaitu “ya”

dan “tidak”. Penskoran inventori sama seperti penskoran kuisioner, yaitu

pernyataan/pertanyaan berorientasi positif maka option “ya” = 1 dan option

“tidak” = 0. Dan untuk pertanyaan/pernyataan negatif, penskorannya sebaliknya

yaitu, option “ya” = 0 dan option “tidak” = 1.

Sebelum melaksanakan penelitian terhadap responden yang terdapat di

TK di Kecamatan Sindang Kabupaten Indramayu, penulis terlebih dahulu

mengajukan kepada dua orang ahli untuk me-judgement (menimbang)

instrumen yang telah dipersiapkan dengan tujuan agar instrumen tersebut

memadai untuk dijadikan alat ukur mengambil data. Setelah dijudgement oleh

dua orang ahli dan setelah dilakukannya perbaikan atas usulan para ahli maka

langkah selanjutnya peneliti melakukan uji coba instrumen yang telah

(36)

Kualitas instrumen sebagai alat ukur pada umumnya harus memenuhi

dua syarat utama, yaitu valid atau sahih dan reliabel atau ajeg. Validitas dalam

suatu penelitian merupakan aspek yang sangat penting. Oleh karena itu

membuat instrument yang valid harus mendapat perhatian setiap peneliti. Suatu

alat ukur dapat dikatakan valid apabila alat ukur itu dapat mengukur apa yang

harus di ukur oleh alat tersebut. untuk menguji validitas alat ukur yaitu dengan

cara mengkorelasikan setiap butir alat ukur dengan skor totalnya. Adapun untuk

menguji reliabilitas instrumen yaitu menggunakan teknik belah dua kemudian

mengkorelasikannya serta pengolahannya menggunakan SPSS 15,0 for

windows.

F. Hasil Uji Coba Instrumen

Penulis melakukan validitas instrumen kepada 30 responden di TK

Mutiara yang terletak di Jl Pahlawan Kecamatan Indramayu pada tanggal 15

April 2009. Adapun proses pengambilan data sampai data terkumpul sebanyak

20, penulis memerlukan waktu 10 hari yaitu dari tanggal 15 sampai 25 april

2009. Kemudian data yang terkumpul jawabannya di inventarisasi dan diolah

menggunakan SPSS 15,0 for windows. Untuk mengetahui tingkat validitas

setiap item, maka angka koefisien korelasi yang diperoleh merupakan korelasi

antara skor item dengan skor total item (nilai r hitung) dibandingkan dengan

nilai r tabel pada taraf signifikansi tertentu.kaidah pengujiannya adalah : jika

(37)

Sebaliknya apabila nilai r hitung < r tabel , maka item tersebut dinyatakan tidak

valid dan tidak dapat dipakai.

Setelah melakukan validitas instrumen, maka dilanjutkan dengan

melakukan reliabilitas atau tingkat keajegan instrumen. Dalam melakukan uji

reliabilitas instrumen tetap menggunakan SPSS 15,0 for windows yaitu

memakai Split Half Method (Metode Belah Dua) dengan cara pembelahan

ganjil genap. Adapun kaidah signifikansinya adalah apabila r hitung> r tabel

,

maka instrumen tersebut reliabel. Sebaliknya apabila r hitung < r tabel maka

instrumen tersebut tidak reliabel.

Adapun hasil dari validitas dan reliabilitas instrumen sebagai berikut:

1. Berdasarkan tabel instrumen Perilaku Sosial Emosional Anak, dari 93 item

instrumen Perilaku Sosial-Emosional Anak, pernyataan yang valid dan bisa

dipakai sebanyak 40 instrumen dan pernyataan yang valid dan tidak bisa

dipakai sebanyak 53 instrumen. Adapun hasil pengujian reliabilitas dengan

menggunakan SPSS 15,0 for window memakai Spilt Half Method dengan

cara pembelahan ganjil genap diperoleh hasil tingkat reliabilitas perilaku

sosial-emosional anak sebesar 0,673. hal ini berarti korelasi berada pada

kategori kuat karena r hitung lebih besar dibandingkan dengan r tabel yaitu 0,673 >

0,444. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa perilaku sosial emosional

anak usia dini reliabel.

2. Berdasarkan tabel instrumen bimbingan orang tua di atas, dari 98 item

instrumen bimbingan orang tua, pernyataan yang valid dan bisa dipakai

(38)

sebanyak 58 instrumen. Adapun hasil pengujian reliabilitas dengan

menggunakan SPSS 15,0 for window memakai Spilt Half Method dengan

cara pembelahan ganjil genap diperoleh hasil tingkat reliabilitas bimbingan

orang tua sebesar 0,897. hal ini berarti korelasi berada pada kategori sangat

kuat karena r hitung lebih besar dibandingkan dengan r tabel yaitu 0,897 > 0,444.

Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa bimbingan orang tua reliabel.

3. Berdasarkan tabel instrumen bimbingan guru di atas, dari 95 item instrumen

bimbingan guru, pernyataan yang valid dan bisa dipakai sebanyak 43 instrumen

dan pernyataan yang tidak valid dan tidak bisa dipakai sebanyak 52 instrumen.

Adapun hasil pengujian reliabilitas dengan menggunakan SPSS 15,0 for

window memakai Spilt Half Method dengan cara pembelahan ganjil genap

diperoleh hasil tingkat reliabilitas bimbingan guru sebesar 0,956. hal ini berarti

korelasi berada pada kategori sangat kuat karena r hitung lebih besar

dibandingkan dengan r tabel yaitu 0,956 > 0,444. Dengan demikian dapat

disimpulkan bahwa bimbingan guru reliabel.

G. Teknik Pengumpulan Data

Pengumpulan data dalam penelitiuan ini dilakukan dengan

menggunakan angket, wawancara, observasi dan studi dokumentasi,

Angket adalah daftar pertanyaan atau pernyataan yang diberikan kepada orang

lain (responden) dengan tujuan mencari informasi yang lengkap mengenai

(39)

Wawancara adalah cara pengumpulan data yang digunakan untuk memperoleh

informasi langsung dari sumbernya.

Observasi adalah melakukan pengamatan secara langsung ke objek penelitian

untuk melihat dari dekat kegiatan yang dilakukan.

Studi dokumentasi adalah ditujukan untuk memperoleh data langsung dari

tempat penelitian, meliputi buku-buku yang relevan, laporan kegiatan, foto-foto

dan sebagainya.

H.Teknik Pengolahan Data

Setelah semua data terkumpul (data bimbingan orang tua,guru dan

perilaku anak), maka data tersebut diolah dan dianalisis yaitu meliputi:

1. Menguji normalitas distribusi, signifikansi regresi dan linieritas regresi serta

anova.

Menggambarkan secara umum peran bimbingan orang tua, bimbingan guru,

dan perilaku sosial emosional anak usia dini dengan menggunakan teknik

persentase, rata-rata dan simpangan baku. Semua perhitungan dilakukan dengan

program SPSS 15,0 for window. Adapun untuk mendeskripsikan dan

menafsirkan gambaran secara umum tentang Bimbingan Orang Tua,

Bimbingan Guru, dan Perilaku Sosial Emosional Anak Usia Dini,

menggunakan pedoman yang dikemukakan oleh Arikunto (2002: 245) sebagai

(40)

a. > 80 %

= sangat kurang / Sangat rendah

sis, dengan menggunakan teknik statistik regr

korelasi sederhana dan korelasi ganda, m

umus sebagai berikut:

amaan Regesi Sederhana Ŷ = a + bx

amaan Regesi Ganda Ŷ = a + b₁₁₁₁x₁₁₁₁ + b₂₂₂₂x₂₂₂₂ Korelasi sederhana (Pearson Product Moment)

a adalah menentukan Koefisien Determ

pa besar kontribusi bimbingan orang tua dan

osional anak usia dini yaitu dengan rumus:

KP = r2 x 100%

Dimana : KP = Nilai Koefisien determinan

(41)

r = Nilai Koefisien korelasi

Pengujian selanjutnya adalah uji signifikansi yang berfungsi untuk

mengetahui makna hubungan antara variabel X1 terhadap variabel Y, dan

variabel X2 terhadap variabel Y, dengan rumus:

- r√n / 2 √n / r²

Berikutnya adalah analisis korelasi berganda untuk menguji hipotesis

ke-3, yaitu apakah terdapat hubungan positif yang signifikan antara

bimbingan orang tua (X1) dan bimbingan guru (X2) terhadap perilaku

sosial-emosional anak usia dini (Y), dengan rumus:

2

34356

=

7

Adapun untuk mengetahui signifikansi korelasi berganda dicari dulu

Fhitung kemudian dibandingkan dengan Ftabel dengan rumus :

Fhitung =

Dimana: R= Nilai Koefisien Korelasi Berganda

k= Jumlah Variabel Bebas

(42)

Fhitung = Nilai F yang dihitung

Kaidah pengujian signifikansinya adalah jika Fhitung lebih besar atau

sama dengan harga Ftabel, maka Hipotesis nol (H0) ditolak, artinya signifikan.

Sebaliknya apabila Fhitung lebih kecil dari harga Ftabel, maka hipotesis nol (H0)

(43)

BAB V

SIMPULAN DAN REKOMENDASI

A. Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah digambarkan

pada uraian terdahulu, maka dapat ditarik simpulan sebagai berikut:

1. Temuan hasil penelitian bahwa bimbingan orang tua dalam membentuk

perilaku sosial emosional anak Taman Kanak-Kanak di Kecamatan

Sindang Kabupaten Indramayu telah diupayakan dengan baik melalui

aspek-aspek bimbingan seperti penanaman nilai-nilai kebaikan, pemberian

pengetahuan, perhatian dan kasih sayang, memberikan motivasi pada anak,

kontrol orang tua terhadap anak, komunikasi dengan anak dan

keteladanan.

2. Temuan hasil penelitian bahwa bimbingan guru dalam membentuk

perilaku sosial emosional anak Taman Kanak-Kanak di Kecamatan

Sindang Kabupaten Indramayu telah diupayakan dengan baik melalui

layanan bimbingan seperti pemahaman tentang anak, pemberian

informasi, penempatan, pemberian nasihat, pembiasaan, dan bantuan

pemecahan masalah.

3. Temuan hasil penelitian tentang perilaku sosial emosional anak Taman

Kanak-Kanak di Kecamatan Sindang Kabupaten Indramayu secara umum

(44)

sosial emosionalnya. Adapun aspek sosial dan emosional dalam hal ini

ditunjukan melalui persaingan, kerja sama, empati, berbagi, menahan rasa

marah, mengatasi rasa sedih dan sikap kasih sayang.

4. Hubungan antara bimbingan orang tua dengan perilaku sosial emosional

anak Taman Kanak-Kanak di Kecamatan Sindang Kabupaten Indramayu

dilihat dari hasil penelitian terdapat hubungan yang kuat. Adanya

kontribusi positif yang signifikan antara bimbingan orang tua dengan

perilaku sosial emosional anak Taman Kanak-Kanak di Kecamatan

Sindang Kabupaten Indramayu.

5. Hubungan antara bimbingan guru dengan perilaku sosial emosional anak

Taman Kanak-Kanak di Kecamatan Sindang Kabupaten Indramayu dilihat

dari hasil penelitian terdapat hubungan yang cukup kuat, kondisi ini

ditunjukan dengan koefisien korelasi sebesar 0,555. Adapun besaran

kontribusi atau sumbangan bimbingan, menggambarkan terdapat

kontribusi positif yang signifikan antara bimbingan guru dengan perilaku

sosial emosional anak taman Kanak-Kanak di Kecamatan Sindang

Kabupaten Indramayu.

6. Dari hasil penelitian menunjukan bahwa bimbingan orang tua dan guru

secara bersama-bersama berkorelasi positif signifikan dengan perilaku

sosial emosional anak, hal ini ditunjukan dengan angka koefisien tersebut

menggambarkan adanya kontribusi positif yang signifikan antara

bimbingan orang tua dan guru terhadap perilaku sosial emosional anak

(45)

B. Rekomendasi

Berdasarkan temuan hasil penelitian di atas, penulis menyampaikan

beberapa rekomendasi untuk orang tua dan guru-guru TK di Kecamatan

Sindang Kabupaten Indramayu sebagai berikut:

1. Untuk orang tua anak Taman Kanak-Kanak

a. Temuan hasil penelitian menunjukan bahwa bimbingan orang tua dalam

membentuk perilaku sosial emosional anak berkorelasi cukup kuat dan

signifikan. Dengan bimbingan intensif yang dilakukan oleh orang tua, maka

anak dapat memperoleh pengalaman yang berharga bagaimana anak dalam

berperilaku yang baik. Oleh karena itu orang tua diharapkan

mempertahankan upaya bimbingan melalui aspek-aspek bimbingan yang

telah dilakukannya dan membimbing anak lebih intensif lagi tertutama

aspek pengawasan terhadap anak dan komunikasi dengan anak

b. Temuan hasil penelitian menunjukan bahwa secara keseluruhan dari

aspek-aspek bimbingan orang tua, telah mencapai kategori baik, dilihat dari

rata-rata 84%. Dilihat dari persentase semua aspek bimbingan orang tua,

aspek kontrol yang hendaknya lebih ditingkatkan walaupun sudah

mencapai kategori baik. Persentase aspek kontrol orang tua terhadap anak

mencapai 80,5%. Adapun aspek yang bisa dipertahankan adalah aspek

keteladanan karena dari semua aspek, aspek keteladanan mencapai nilai

(46)

2. Untuk guru-guru TK

1. Temuan dari hasil penelitian ditemukan bahwa bimbingan guru berkorelasi

cukup kuat dan signifikan dalam membentuk perilaku sosial emosional

anak, sekolah merupakan tempat kedua anak-anak mendapatkan

bimbingan yang tidak dapat dilakukan oleh keluarga. Maka dari itu

diharapkan guru-guru terus mempertahankan upaya bimbingan yang telah

dilakukannya seperti pemahaman tentang anak, pemberian informasi,

penempatan, pemberian nasihat, pembiasaan dan bantuan pemecahan

masalah agar perilaku sosial emosional anak dapat diarahkan.

2. Temuan hasil penelitian menunjukan bahwa secara keseluruhan dari

aspek-aspek bimbingan guru, telah dilakukan dengan baik, hal ini terbukti

secara keseluruhan aspek-aspek bimbingan guru rata-rata 85,75%. Dilihat

dari persentase semua aspek bimbingan orang tua, aspek bantuan

pemecahan masalah dan pemberian nasihat seyogyanya lebih ditingkatkan

lagi walaupun sudah mencapai kategori baik. Persentase aspek aspek

bantuan pemecahan masalah kmencapai 80,97%. Guru hendaknya

meningkatkan kopetensinya dalam menangani masalah-masalah anak baik

masalah fisik, psikis dan belajar anak.

3. Temuan hasil penelitian aspek bimbingan guru berupa pemahaman tentang

anak perlu dipertahankan, Aspek pemahaman tentang anak mencapai nilai

persentase 90,3%. Pemahaman tentang anak yang menyeluruh disamping

pemahaman tentang latar belakang keluarga, kondisi kesehatan anak, yang

(47)

sehingga akan memberikan gambaran kepada guru untuk memberikan

program pengajaran yang tepat bagi anak.

4. Kerja sama antara guru dengan orang tua hendaknya dibangun karena

hubungan harmonis antara keluarga dan sekolah akan berdampak positif

terhadap anak, dalam upaya membentuk perilaku sosial emosional anak,

sekolah dan keluarga dapat saling melengkapi, saling mendukung dan

(48)

DAFTAR PUSTAKA

Abduhak, I. (2007). Pengantar Pendidikan. Jakarta: Universitas Terbuka.

Abdur Rahman, Jamal. (2005). Tahapan Mendidik Anak. Bandung: Irsyad Baitus Salam.

Anggoro, T. (2007). Metode Penelitian. Jakarta: Universitas Terbuka Departemen Pendidikan Nasional.

Alilkhan, S. (2005) Filsafat Pendidikan Al-Gozali. Bandung : Pustaka Setia.

Burhanudin, Y.(2005.) Administrasi Pendidikan. Bandung : Pustaka Setia.

Boyd, J. (1989). Equality Issues In Primary School. London: Paul Chapman Publising.

Brewer, J.A (2007). Introkduction to Early Clildhood Education Preschool

Thrugh Primary Grades. USA: Persen Allyn and Bacon.

Dimas, M. 2R. (2008). 25 Kiat Mempengaruhi Jiwa dan Akalanak. Bandung: Arkan Publising.

Daradjat, Z. (1993). Ilmu Jiwa Agama. Bandung: Bulan Bintang.

Dewi, R. (2005). Berbagai Masalah Anak Taman Kanak-Kanak. Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional Direktorat Pembinaan Pendidikan Tenaga Kependidikan dan Ketenagaan Perguruan Tinggi.

Djamarah, S.B. (2005). Guru dan Anak Didik dalam Interaksi Edukatif suatu

(49)

Djamarah, S.B. (2002). Psikologi Belajar. Jakarta: Rineka Cipta.

Dryden, G. (1999). Revolusi Cara Belajar terjemahan dari The Lerning

Revolution. Selandia Baru: The Learning Web.Usaha Nasional.

Dockett, S. (1999). Play and Pedagogy in Early Chilhood Bending The rules. Australia: Harcourt.

Darmawan, D. (2008). Menjelajah Metodologi Riset. Bandung: Arum Mandiri Press

Darmansyah. (1986). Ilmu Sosial Dasar. Surabaya:

Departemen Pendidikan Nasional, Dirjen PLSP. (2003). Undang-Undang RI

No 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional. Semarang:

Aneka Ilmu

Essa, E.L. (2003). Introduction to Early Clildhood Education. USA: A division of Thomshon Learning.

Ekomadyo. (2005). Prinsip Komunikasi Efektif untuk Meningkatkan Minat

Belajar Anak. Bandung: Remaja Rosda Karya.

Garalian, (2007). Memahami Gejolak Emosi Anak. Jakarta: Cahaya

Gerungan. (2004). Psikologi Sosial. Bandung: Refika Aditama.

Gottman, J. (2003). Kiat-Kiat Membesarkan Anak yang Memiliki Kecerdasan

Emosional, Terjemahan dari The Heart of Parenting. Jakarta:

Gramedia Pustaka Utama.

Gracinia,G & Mulyani, Y. (2005). Belajar di Rumah untuk Anak Usia Pra

Sekolah, Panduan Praktis bagi Orang Tua untuk Mendidik Anak-anak di Rumah. Jakarta: Gramedia

Gunawan Adi. (2007). Born To Be a Genius But Conditioned To Be An Idiot tersedia di http ;//www.Pembelajaran. com.

Heryanto, (2007). Statistika Dasar. Jakarta: Universitas Terbuka.

Hurlock, E.B. (1980). Psikologi Perkembangan terjemahan Develovmental

Psycology. Jakarta: Erlangga.

(50)

Hurlock, E.B. (1978). Perkembangan Anak Jilid 2. Jakarta: Erlangga.

Huston.(1984).Perkembangan dan Kepribadian Anak. Jakarta: Erlangga.

Istadi, I. (2006). Melipatgandakan Kecerdasan Emosi Anak. Bekasi:Pustaka Inti.

Jassam, N. (2006). Anaku Mari Belajar tentang Seks. Jakarta: Mirkot Publising.

Kamsanah. (2007). Etika Pendidik Sebagai Modal Dasar dalam Mermbagun

Keterampilan Komunikasi & Interaksi Sosial Guru. Artikel.

Kelompok Ibu dan Generasi. (2009). Pentingnya Pendidikan Anak Usia Dini Tersedia di www el_D. comina_com.mht.

Lembaga Pondok Ibu. (2008 ). Pendidikan bagi Anak Usia Dini bukan

Sekedar Pilihan tersedia di URL bolg.

www.kbkthnya.wordpress.com

Mazhariri Husain. (2003). Pintar Mendidik Anak. Jakarta: Lentera.

Moeodeslihatun. (2004). Metode Pengajaran di Taman Kanak- Kanak.

Jakarta: Bineka Cipta.

Muhyidin M. ( 2006). Mendidik Anak sholeh dan sholehah. Jogjakarta: Dive Press.

Ma’ruf Farid. (2007). Ibuku Guruku ( Metode Home Schooling Group.

Mahfuzh, (2005). Psikologi Anak dan Remaja Muslim. Jakarta: Pustaka Al-Kautsar.

Mazhariri Husain. (2003). Pintar Mendidik Anak. Jakarta: Lentera.

Monks, (2004). Psikologi Perkembangan Pengantar dalam berbagai

bagiannya.Jogyakarta: Gadjahmada University Press.

Muhammad, (2007). Bagaimana Mendidik Putra-Putri Kita dan Apa saja

Kewajiban Orang Tua dan Anak. Jogjakarta: Al-Ilmu.

Muhyidin M. ( 2006). Mendidik Anak sholeh dan sholehah. Jogjakarta: Dive Press.

(51)

Nurihsan,A.J. (2006). Bimbingan dan Konseling dalam berbagai Latar

Kehidupan. Bandung: Rafika Aditama.

Nurihsan,A.J. (2007). Modul Perkembangan Peserta Didik. Bandung: UPI.

Patmonodewo S. (2003). Pendidikan Anak Prasekolah. Jakarta: Rineka Cipta.

Pasya,H.S.(2007). Bimbingan Mendidik Anak Sejak Kecil Hingga Dewasa. Bandung: Raksa Dinika Pustaka.

Prayitno, (2004). Dasar-dasar Bimbingan dan Konseling. Jakarta: Rineka Cipta.

Priyatna, C. (2006). Mengatasi Saudara Kandung pada anak-Anak. Jakarta: Gramedia.

Rahayu, H. S. ( 2004). Psikologi Perkembangan. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.

Readon, M. (2002). Quantum Teaching. Bandung: Kaifa.

Sasongko, D. (2008). 72% Anak Usia Dini Tak Terlayani Pendidikan tersedia I dhanang @yahoo.com Jakarta.

Sartono, (2001). Bimbingan dan Penyuluhan. Bandung: Pustaka Setia.

Satori, (2007). Profesi Keguruan. Jakarta: Universitas Terbuka.

Sanjaya, W. (2006). Pembelajaran dalam Implementasi Kurikulum Bajaran

dalam Implementasi Kurikulum Berbasis Kompetensi. Jakarta:

Kencana.

Syaodih, N & Sumantri,M. (2007). Perkembangan Peserta Didik. Jakarta: Universtias Terbuka.

Syaodih, E. (2005). Bimbingan di Taman Kanak-Kanak. Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional.

Sa’ud, U.S. (2007). Modul Metodologi Penelitian Pendidikan Dasar. Bandung: UPI.

Setiabudhi,T. (2002). Anak Unggul Berotak Prima. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.

Suharto, N & Sururi (2007). Belajar SPSS For Windowa untuk Mengelola

(52)

Soemanto Wasty. (2006). Psikologi Pendidikan. Jakarta: Rineka Cipta.

Shochib, M. (2000). Pola Asuh Orang Tua dalam Membantu anak

Mengembangkan disiplin Diri. Jakarta: Rineka Cipta.

Soo. Hyang Cho. (2005). Pendidikan Anak Usia Dini dan Kebijakan

Keluarga tersedia di http :

portal.unisco.org/education/en/ev.phd-URI. www.Unisco.or.id. Work shop UNISCO Jakarta.

Sujanto, A. (1996). Psikologi Perkembangan. Jakarta: Rineka Cipta

Sujiono,B. ( 2005). Mencerdaskan Perilaku Anak Usia Dini. Jakarta: Alex Media Koputindo.

Sukaimi. (2007). Anak Cerdas, Anak Mulia, Anak Indah Metode Mendidik

Anak sesuai Fitrah. Jakarta: Arga Publising.

Surya, S. (2007). Melejitkan Multiple Intellgence Anak Sejak Usia Dini. Yogyakarta: Andi Opset

Teguh, (2004). Cara Mudah Melakukan Analisa Statisti dengan SPSS studi

Kasus, Pembahasan dan Teknik Membaca output. Yogyakarta: Gafa

Media.

Triono, (2005). Pintu-Pintu Pendidikan Usia Dini. Jakarta: Departemen Pendidikan NAsional

______, (2007) Proses Pendidikan Anak Usia Dini, Antara Wacana dan Pelaksanaan tersedia di: http://www.surya.co.id/web

Ulwan, A.N. (1995). Pendidikan Anak Dalam Islam. Jakarta: Pustaka Amani

Wisudo Bambang. (2005). Pendidikan Dalam Keluarga ( Tidak ada resep tunggal dalam mendidik anak) artikel

Wortham, Sue C. (2005). Assesment in Early Childhood Education, Fourth Edition, Ohio: Person Merril Prentice Hall

Yusuf,S. (2005). Psikologi Belajar Agama. Bandung: Pustaka Bani Quraisy.

Yusuf,S. (2007). Psikologi kembangan Anak dan Remaja. Bandung: Rosda Karya.

(53)

______, (2003). Jendela Anak Indonesia, Yayasan Kesejahteraan Anak Indonesia.

______, (2002). Masyarakat belum sadari Pentingnya Pendidikan bagi

PAUD, KCM copy rige harian kompas

______Kiat Menumbuhkan Membaca pada Anak, (Parent who love reading, kids who don’t) Movy leanhart, Grasindo Jakarta

______, (2005). PADU. Pembelajaran Kholistik, Jurnal Anak Usia Dini. Jakarta: PLS Ditjen Departen Pendidikan Nasional.

______, (2007). PADU. Kapita Selekta, Jurnal Anak Usia Dini. Jakarta: PLS Ditjen Departen Pendidikan Nasional

______ Membiasakan Membaca pada Anak, tersedia di http; // www.bacacompas.co.id

______, Pendidikan Usia Dini tersedia dihttp:

//www.depdiknas.go.id.php?a=1&to=f667

Gambar

Tabel 1
Tabel 2
Tabel 3 KISI-KISI INSTRUMEN PENELITIAN

Referensi

Dokumen terkait

[r]

unsur tari yaitu wirahma, yang dimana selaras dengan pola irama musik tari. Ketepatan gerak terhadap pola irama musik ini memiliki korelasi

Dalam hal tidak terjadi perbedaan waktu yang signifikan antara penetapan kewajiban (pengakuan beban) dan pengeluaran kas serta masih dalam periode pelaporan, maka

Desain yang berbasis sustainable memungkinkan perancangan pasar kuliner dan hotel. tersebut dapat bertahan hingga beberapa puluh

Kendala dalam pembelajaran Bahasa Indonesia secara online yang juga dialami oleh siswa ialah terkait ketersediaan fasilitas belajar.. Pembelajaran secara online

Al ) Dan Na Pada Debu Erupsi Gunung Sinabung Dan Tanah Sebelum Erupsi Dengan Menggunakan Alat Inductively Coupled Plasma (ICP).. Dampak Debu Vulkanik Letusan Gunung

Peraturan KPPU Nomor 10 Tahun 2011 tentang Perubahan atas Peraturan Komisi Pengawas Persaingan Usaha Nomor 13 Tahun 2010 tentang Pedoman Pelaksanaan tentang Penggabungan

Berdasarkan hasil analisis dan kesimpulan yang didapat maka dirumuskan beberapa saran implikasi kebijakan, yaitu: Untuk meningkatkan dayasaing komoditas bawang merah