DAFTAR ISI
LEMBARAN PENGESAHAN ... i
LEMBARAN PERNYATAAN ... iii
BAB III METODE PENELITIAN
A. Teknik, Metode dan Pendekatan Penelitian ... 75
B. Tempat dan Sumber Data Penelitian ... 76
C. Populasi dan Sampel Penelitian ... 77
D. Definisi Operasional Variabel ... 80
E. Data dan alat Pengumpul Data ... 82
F. Uji Coba Instrumen ... 87
G. Teknik Pengumpulan Data ... 89
H. Teknik Pengolahan Data ... 90
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Deskriptif Data Penelitian ... 94
B. Pengujian Persyaratan Analisis ... 97
C. Pengujian Hipotesis ... 99
D. Analisis Data Hasil Penelitian ... 113
E. Pembahasan Hasil Penelitian ... 117
BAB V SIMPULAN DAN REKOMENDASI A. Simpulan ... 149
B. Rekomendasi ... 151
DAFTAR PUSTAKA ... 154
DAFTAR TABEL
Tabel 1 . Jumlah Populasi anak TK Kel B di Kecamatan Sindang
Kabupaten Indramayu Tahun ajaran 2008/2009 ... 78
Tabel 2 . Jumlah Sampel Murid TK Kel B di Kecamatan Sindang
Kabupaten Indramayu Tahun ajaran 2008/2009 ... 80
Tabel 3 Kisi-Kisi Instrumen Penelitian ... 83
Tabel 4 Distribusi Frekuensi Bimbingan Orang Tua ... 95
Tabel 5 Distribusi Frekuensi Bimbingan Guru ... 96
Tabel 6 Distribusi Frekuensi Perilaku Sosial Emosional
Anak Usia Dini ... 97
Tabel 7 Hasil Pengujian Normalitas X1, X2, dan Y ... 98
Tabel 8 Koefisien Korelasi antar Variabel ... 99
Tabel 9 Besaran Korelasi dan Kontribusi antara Variabel ... 112
Tabel 10 Hasil Pengujian Linieritas regresi ... 112
Tabel 11 Deskripsi Aspek-Aspek Bimbingan Orang Tua ( X1) ... 114
Tabel 12 Deskripsi Aspek-Aspek Bimbingan Guru ( X2) ... 115
Tabel 13 Deskripsi Aspek-Aspek Perilaku Soaial Emosional
Anak Usia Dini ... 116
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1 Linieritas Regresi X1 ke Y
Normal P-P Plot Regression Standardized Residual
Dependent Variabel: Perilaku Sosial Emosional Anak ... 102
Gambar 2 Linieritas Regresi X2 ke Y
Normal P-P Plot Regression Standardized Residual
Dependent Variabel: Perilaku Sosial Emosional Anak ... 106
Gambar 3 Linieritas Regresi X1 dan X2 ke Y
Normal P-P Plot Regression Standardized Residual
Dependent Variabel: Perilaku Sosial Emosional Anak ... 110
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Pendidikan merupakan hal yang sangat penting dalam pembentukan
kepribadian. Manusia adalah makhluk pedagogik yaitu makhluk Allah SWT
yang dilahirkan dengan membawa fitrah, dapat mendidik dan dapat dididik.
Kedudukan manusia dalam pendidikan bisa sebagai subjek dan atau objek
pendidikan. Penciptaan manusia dilengkapi dengan pikiran, perasaan, dan
kemampuan berbuat untuk lebih maju sehingga manusia mampu
mempertahankan martabat dan kedudukannya sebagai makhluk yang mulia.
Anak adalah amanah Allah SWT yang diberikan kepada orang tua, untuk
dididik dan dijadikan generasi penerus. Sebagai amanah, kehadiran anak
ditengah-tengah keluarga harus disyukuri. Salah satu cara mensyukuri nikmat
atas keberadaan anak adalah orang tua memiliki tanggung jawab yang besar
terhadap masa depan anak-anaknya. Apabila kedua orang tuanya menelantarkan
anak-anaknya sama dengan akan menghancurkan kehidupan anaknya di masa
yang akan datang. Orang tua (ayah dan ibu) adalah orang yang pertama kali
dikenal oleh anak dan setiap perilaku dan perlakuannya yang diberikan terhadap
anak-anaknya akan menjadi dasar yang kuat dalam pembentukan pribadinya.
Oleh karena itu tanggung jawab di dalam proses bimbingan terhadap
anak-anaknya merupakan pekerjaan yang utama untuk orang tua di lingkungan
Apabila orang tua menyia-nyiakan anak dengan tidak mendidiknya
secara baik maka anak akan menjadi fitnah baik untuk kehidupan diri anak itu
sendiri, keluarganya dan masyarakatnya. Banyak orang tua yang merasa malu
akibat perilaku anak-anak mereka yang sudah tumbuh dewasa tetapi tidak
mencerminkan akhlak yang mulia. Allah SWT mengingatkan kepada para
orang tua tentang keberadaan anak-anaknya. Allah SWT berfirman dalam
Al-Quran Surat At-Taghabun ayat 15 yang artinya “Sesungguhnya hartamu dan
anak-anakmu hanyalah cobaan (bagimu)dan di sisi Allah pahala yang besar”.
(Depag RI Al-Quran dan Terjemahnya, 1990: 942)
Manusia dilahirkan dalam keadaan fitrah, membawa potensi sebagai
bekal untuk kehidupannya, tetapi perkembangan dan pertumbuhannya sangat
dipengaruhi oleh lingkungan sekitarnya. Makna dari sebuah hadits yang
diriwayatkan oleh Bukhari Muslim bahwa “Setiap bayi dilahirkan menurut
fitrahnya, maka hanya keduaorangtuanyalah kelak yang menjadikannya
Yahudi, Nasrani atau Majusi” (Abdur Rahman, 2005: 23). Hadits tersebut
menerangkan kepada orang tua tentang peranan mereka yang sangat
menentukan kepribadian anak-anaknya di masa kehidupannya kelak.
Keluarga adalah sebagai tempat bagi anak sejak ia lahir dalam
melaksanakan tugas perkembangannya. Hal ini didukung oleh pendapat
Hurlock (1980: 132) yang menempatkan bahwa keluarga (ayah, ibu, sanak
saudara) memberikan pengaruh terhadap pola kepribadian dan perilaku sosial
anak: “Pola kepribadian yang dasarnya telah diletakkan pada masa bayi. Orang
sosial bagi anak-anak, maka bagaimana perasaan mereka kepada anak-anak dan
bagaimana perlakuan mereka merupakan faktor terpenting dalam pembentukan
konsep diri anak.”
Oleh karena itu dapat dipahami bahwa orang tua sebagai pendidik
pertama kali harus senantiasa memelihara, menyayangi, dan mendidik serta
menasihati anak-anak dengan cara yang baik. Melalui pendidikan yang baik,
putra putri kita akan menjadi generasi penerus yang berkualitas dari segi moral,
intelektual dan spiritual. Allah SWT berfirman dalam Al-Quran surat An-Nisa
ayat 9 yang artinya “Hendaklah mereka takut kepada Allah jika meninggalkan
generasi yang lemah (tidak berkualitas) di belakang mereka, yang mereka
khawatir terhadap kesejahteraannya. Oleh karena itu hendaklah mereka
bertakwa kepada Allah dan mengucapkan perkataan yang benar”. (Depag RI
Al-Quran dan Terjemahnya, 1990: 116)
Kemuliaanlah bagi seorang ibu dengan kesabaran yang dimilikinya
dalam membimbing putra putrinya dari usia dini untuk menjadi anak-anak yang
berhasil dengan memiliki kecerdasan emosional, intelektual, dan spiritual.
Menurut Mustaqim (2005: 16) menerangkan bahwa “Mendidik anak merupakan
tugas teramat mulia dalam sabda Nabi “ jika engkau mendidik anakmu dengan
pendidikan yang baik, itu lebih utama daripada engkau bersedekah satu sha’
gandum setiap hari”. Untuk itu mendidik anak membutuhkan pengetahuan yang
cukup, keterampilan yang memadai, dan kesabaran yang ekstra. Sebab
pendidikan adalah proses panjang pembentukan kepribadian anak. Orang tua
belum memasuki usia sekolah yang disebut usia prasekolah. Jika kurang
pengetahuan atau pengalaman, orang tua tidak mampu mengarahkan pendidikan
yang baik. Berbagai keterampilan dalam mengasuh anak juga perlu dikuasai
orang tua. Sikap sabar dalam menghadapi anak dengan kondisi apapun sangat
membantu keberhasilan tersebut”.
Dari konsep tersebut harus kita pahami bahwa orang tua tidak
sepantasnya berlaku kasar, memaksakan kehendaknya, dan bertindak tidak
sopan dihadapan anaknya karena perilaku mereka akan ditiru oleh
anak-anak mereka. Tindakan kasar terhadap anak-anak akan mengakibatkan anak-anak menjadi
stress, kurang kreatif, pendendam, penakut dan sebagainya. Pendidikan
bukanlah tanggung jawab sekolah. Sekolah hanya membantu sebagian tanggung
jawab orang tua dalam mendidik anak. Dengan demikian anak yang
disekolahkan, bahkan disekolah yang bergengsi sekalipun, tetap membutuhkan
pendidikan yang maksimal dari pihak keluarga dan masyarakat.
Di dalam keluarga ibu memiliki kedekatan psikologis yang lebih dekat
dengan anak karena kondisi yang secara fitrah terbentuk demikian. Sembilan
bulan ibu mengandung anaknya, kemudian diteruskan selama kurang lebih dua
tahun menyusui anaknya, merawat dan mengasuhnya, dengan demikian
kedudukan seorang ibu dalam pendidikan anaknya sangat besar artinya. Adapun
seorang ayah merupakan kepala keluarga yang bertanggung jawab dalam
menentukan keberhasilan anak-anaknya. Seorang ayah berperan dalam
dan ayah memiliki peran dan kewenangan masing-masing yang saling
melengkapi demi kemajuan anak-anaknya.
Menurut Al-Ghazali (Sulaeman H, 1993: 78) mengemukakan bahwa”
Seorang anak itu harus dimuliakan dan disanjung atas perbuatan-perbuatan baik
yang dilakukannya dan budi pekerti yang disandangnya, sebagaimana
penghadiahannya perlu diberikan sebagai imbalan atas keberhasilannya, bila hal
ini mungkin dapat dilakukan dan perlu memujinya di depan orang-orang besar
dan orang-orang berkedudukan, sebagai perangsang keberaniannya”.
Sebagai seorang muslim terhadap pendidikan anak hendaklah sangat
diperhatikan karena apabila tidak melaksanakannya akan diminta
pertanggungjawabannya oleh Allah SWT. Pendidikan yang diberikan terhadap
anak harus diarahkan kepada pendidikan yang berfungsi kepada eksistensi
seorang anak sebagai manusia dimasa yang akan datang. Adapun eksistensi
manusia dalam hidupnya adalah pertama ia mampu melaksanakan tugas sebagai
pribadi yang memiliki tanggung jawab terhadap Allah SWT, kedua ia mampu
mengemban amanat untuk mengelola dan memelihara bumi dari kerusakan atau
dengan nama lain sebagai khalifah.
Pendidikan dimasa kecil menjadi dasar, penanaman moral, motivasi
intelegensi dan kedisiplinan, emosi terkendali dan penanaman sikap sosial
memberikan pengaruh terhadap kemajuan seseorang dimasa yang akan datang.
Dalam hal ini orang tua dan lingkungan terdekat sangat berperan dalam
dimasa kecil akan tertanam kuat dan menjadi dasar untuk pendidikan
selanjutnya.
Dalam ajaran Islam, amanat pendidikan sangat ditekankan terhadap
umatnya. Bahkan dalam pembentukan kepribadian, pendidikan diajarkan sejak
anak masih ada dalam kandungan sampai menjelang wafat. Hal ini
menggambarkan betapa ajaran Islam sangat memperhatikan dan menjaga
perkembangan anak sampai ia tumbuh dewasa. Sebagaimana dikemukakan oleh
Ahmad Tafsir (2006: 49) bahwa “tugas pendidikan yang lebih utama adalah
membawa nilai-nilai tertentu yang diyakininya benar”.
Pendidikan Islam adalah pendidikan komprehensif yaitu pendidikan
yang mencakup pengetahuan umum dan agama yang menekankan terhadap
nilai-nilai Islam untuk membentuk sebuah peradaban yang maju dan kuat. Oleh
karena itu orang tua muslim yang menginginkan anaknya tumbuh besar menjadi
anak yang memiliki kepribadian yang kuat harus menanamkan nilai-nilai Islam
sejak anak usia dini. Ketika anak mulai masuk pendidikan prasekolah, pada
usia ini anak mulai tertarik dengan dunia diluar keluarganya. Pada usia ini pula
anak mulai menampakan keinginan untuk bergaul di luar keluarganya.
Ketertarikan anak pada dunia di luar keluarganya, membutuhkan kemampuan
bersosialisasi yang baik, dengan istilah lain anak harus memiliki kemampuan
bersosial yang baik dan diterima oleh dunia di luar keluarganya.
Pembinaan terhadap usia dini, suatu masa yang tidak boleh disia-siakan
karena pada masa inilah merupakan usia emas (golden age), yang mana semua
emosi, sosial, maupun intelektual. Kedua orang tua atau orang dewasa lainnya
harus memahami masa ini dan berusaha untuk memanfaatkan sebaik-baiknya
pembinaan, sebagai upaya peletakan dasar pembinaan dimasa yang akan datang.
Salah satu perkembangan yang akan mempengaruhi kedudukan seseorang di
masyarakat adalah prilaku sosial-emosional sebagai wujud kesuksesan hidup.
Dalam perkembangan sosial, setiap anak akan melalui sebuah proses
panjang yang pada akhirnya nilai-nilai sosial tersebut akan menjadi bagian
dalam diri seorang anak. Menurut Sujiono (2005: 77) ada beberapa alur proses
sosialisasi pada setiap individu yaitu proses imitasi, proses identifikasi dan
proses internalisasi.
Proses imitasi adalah proses peniruan terhadap tingkah laku atau sikap
serta cara pandang orang dewasa (model) dalam aktivitas yang dilihat anak
yang secara sengaja belajar bergaul dari orang-orang terdekatnya (orang tua).
Proses Identifikasi adalah proses terjadinya pengaruh sosial pada seseorang
yang didasarkan pada orang tesebut untuk menjadi seperti individu lain yang
dikaguminya. Proses ini berlangsung terus sampai masa pubertas. Proses
internalisasi adalah proses penanaman serta penyerapan nilai-nilai, relatif
mantap dan menetapnya suatu nilai-nilai sosial pada diri seseorang. Sehingga
nilai-nilai tersebut tertanam dan menjadi milik seseorang.
Ketika anak mulai tertarik dengan dunia diluar keluarganya, maka pada
saat itu anak akan mendapatkan pengaruh-pengaruh dari luar yang akan ikut
(2004: 183) bahwa meluasnya lingkungan sosial bagi anak menyebabkan anak
menjumpai pengaruh-pengaruh yang ada diluar pengawasan orang tua.
Manusia secara hakiki merupakan makhluk sosial. Sejak ia dilahirkan
membutuhkan pergaulan dengan orang-orang lain untuk memenuhi
kebutuhan-kebutuhan biologisnya, yaitu makanan, minuman dan lain-lain. Pada usia dua
bulan hubungan dengan ibunya sudah mulai berlangsung secara psikis, tidak
hanya biologis, yaitu dengan menjawab senyuman ibunya dengan bersenyum
pula. Apabila tidak ada hubungan psikis antara ibu dan anak kecil maka
perkembangannya akan terhambat beberapa tahun lamanya. Ketika anak sudah
mulai bergaul dengan kawan-kawannya yang sebaya, ia tidak hanya menerima
kontak sosial dari orang lain tetapi juga ia akan memberikan kontak sosial.
Seorang anak akan mulai mempelajari dunia sekitar bahwa dalam
kelompok sepermainan terdapat peraturan-peraturan tertentu. Mereka harus
mampu mengikuti peraturan permainan atau mampu mengikuti aturan pergaulan
guna dapat melanjutkan hubungannya dengan kelompok tersebut dengan lancar.
Apabila seorang anak tidak mau mengikuti aturan permainan teman sebaya atau
bersikap ingin sendiri maka ia akan tersisihkan dari teman-temannya. Hal ini
tidak baik untuk perkembangan anak dimasa yang akan datang. Oleh karena itu
orang tua dan orang dewasa lainnya harus memberikan bimbingan dan
pengarahan ketika terjadi perilaku sosial yang tidak baik yang dilakukan oleh
anak terhadap lingkungan sosialnya, Hal ini dilakukan sebagai pendidikan
Dalam pengamatan keseharian anak usia dini dalam hal ini mereka yang
sudah masuk pendidikan prasekolah menunjukan perilaku-perilaku emosional
dalam bersosial yang tidak diharapkan. Anak sering menunjukan : cepat marah,
cepat tersinggung, tidak berani, menunjukan jalan keluar dengan menangis,
memukul, melawan orang tua, ingin menang sendiri, tidak mandiri, tidak
menunjukan keinginannya dengan ungkapkan dan lain sebagainya.
Perilaku-perilaku diatas menunjukan kondisi emosional yang negatif
pada diri seorang anak dalam bersosial. Dengan demikian anak menunjukan
perilaku emosional bersosialnya yang belum terbentuk. Perilaku-prilaku seperti
ini tidak bisa dibiarkan begitu saja. Ketidakmampuan anak menguasai
emosionalnya dalam berperilaku sosial akan menimbulkan kesulitan pada anak
itu sendiri untuk bergaul dengan lingkungannya. Apabila perilaku ini terus
dibiarkan maka perilaku-perilaku ini akan lebih terbentuk pada anak dan anak
akan lebih sulit lagi dalam melalui tahap-tahap perkembangan selanjutnya.
Perilaku sosial anak berkaitan erat dengan emosi yang dimilikinya.
Emosi memainkan peran yang sangat penting dalam kehidupan, Emosi akan
memberikan pengaruh terhadap penyesuaian pribadi dan sosial. Hal ini
dijelaskan oleh Hurlock (1978: 211) bahwa : ”Semua emosi, baik yang
menyenangkan maupun yang tidak menyenangkan, mendorong interaksi
sosial”. Melalui emosi anak belajar cara mengubah perilaku agar dapat
menyesuaikan diri dengan tuntutan dan ukuran sosial.
Perkembangan emosi berhubungan dengan seluruh aspek
jengkel dalam menghadapi lingkungannya sehari-hari. Pada masa kanak-kanak
emosi anak lebih rinci, bernuansa atau disebut terdiferensiasi. Berbagai faktor
yang telah menyebabkan perubahan tersebut. Kesadaran kognitifnya yang
telah meningkat memungkinkan pemahaman terhadap lingkungan berbeda dari
tahapan semula. Imajinasi atau daya khayalnya lebih berkembang.
Hal lain yang mempengaruhi perkembangan ini adalah berkembangnya
wawasan sosial anak. Umumnya mereka telah memasuki lingkungan dimana
teman sebaya mulai berpengaruh terhadap kehidupan sehari-hari. Tidak
mengherankan bahwa orang berpendapat perkembangan umumnya hidup
berlatar belakang kehidupan keluarga, sekolah dan teman sebaya. Sementara itu
perlu diketahui bahwa setiap anak usia dini menjalin kelekatan dengan
pengasuh pertamanya yang kemudian perlu diperluas hubungan tersebut
apabila dunia lingkungannya berkembang. Oleh karena itu anak- anak perlu
dibantu dalam menjalin hubungan dengan lingkungannya agar mereka secara
emosional dapat menyesuaikan diri, menemukan kepuasan dalam kehidupannya
dan sehat fisik dan moral.
Masing-masing anak menunjukan ekspresi yang berbeda sesuai dengan
suasana hati dan dipengaruhi oleh pengalaman yang diperoleh sepanjang
perkembangannya. Pada awal perkembangan anak mereka telah menjalin
hubungan timbal balik dengan orang-orang yang mengasuhnya. Kepribadian
orang yang terdekat akan mempengaruhi baik sosial maupun emosional.
Kerjasama dan hubungan dengan teman berkembang sesuai dengan bagaimana
Emosi dapat diketahui melalui gejala perilaku. Sebagaimana pendapat
Hurlock (1978: 216): ”Anak-anak bisa saja tidak memperlihatkan reaksi
emosional mereka secara langsung tetapi mereka memperlihatkannya secara
tidak langsung melalui kegelisahan, melamun, menagis, kesukaran berbicara,
dan tingkah laku yang gugup seperti menggigit kuku dan mengisap jempol”.
Perilaku–perilaku tersebut harus menjadi perhatian bagi orang tua atau
guru untuk tidak dibiarkan karena akan mengganggu kehidupan anak di masa
yang akan datang. Bimbingan orang tua berupa kasih sayang, perhatian,
memberikan motivasi anak senang belajar, memberikan hadiah, bercerita, sabar
menjawab lontaran-lontaran pertanyaan dan lain sebagainya akan
mempengaruhi perilaku sosial-emosional anak. Di sekolah guru berperan aktif
dalam proses bimbingan dengan memberikan perhatian, perlakuan yang baik,
menumbuhkan suasana belajar yang menyenangkan pada anak dan curahan
kasih sayang yang tulus akan dapat dirasakan oleh anak dan berpengaruh positif
terhadap perilaku emosi anak.
Disekolah anak akan berjumpa dan bergaul dengan teman sebayanya
dan akan bertemu dengan guru-guru, di mana guru sebagai partner orang tua
dalam membimbing anak-anak untuk dapat melaksanakan tugas
perkembangannya. Guru PAUD harus mengerahkan penguasaan akademik yang
utuh dalam pelaksanaan tugasnya. Guru bertugas memfasilitasi
pertumbuhkembangan kepribadian anak secara optimal (Ditjen Dikti: 2006).
Guru disekolah ikut bertanggungjawab dalam membentuk kepribadian
melaksanakan tahapan-tahapan perkembangannya. Dalam makalahnya
Kamsanah (2006) menyampaikan: ”Menjadi guru dan pendidik yang baik bagi
anak usia dini adalah andil yang tak ternilai pada pembangunan generasi
penerus bangsa”. Salah satu kompetensi akademik yang harus dimiliki oleh
guru PAUD adalah mengenal peserta didik secara mendalam meliputi:
perkembangan fisik, perkembangan kognitif, perkembangan bahasa,
perkembangan emosional, dan perkembangan sosial.
Dalam fenomena keseharian, tidak semua anak memiliki kestabilan
emosional dan menunjukan perilaku sosial yang diharapkan. Ada anak yang
menunjukan sikap ingin menang sendiri, sikap membangkang, cepat marah,
cepat nangis, merebut barang milik orang lain, memukul, membangkang, tidak
mampu mengungkapkan keinginannya, pelit dal lain-lain
Ketidakmampuan anak dalam mengekspresikan emosionalnya dan
berperilaku sosial yang negatif dipengaruhi oleh lingkungan yang ada
disekitarnya, terutama dalam hal berinteraksi dengan orang tua, guru, dan teman
sebaya. Menurut Hurlock (1978: 201) sumbangan orang tua pada perkembangan
anak adalah dengan bimbingan dan bantuan dalam mempelajari kecakapan
motorik, verbal, dan sosial yang diperlukan untuk penyesuaian. Pendapatnya
pula, Hurlock (1978: 372) bahwa orang yang paling penting bagi anak adalah
guru, orang tua, dan teman sebaya, dari merekalah anak mengenal sesuatu yang
baik atau tidak baik.
Berdasarkan anggapan bahwa orang tua dan guru merupakan orang yang
mengetahui bagaimana kontribusi bimbingan yang dilakukan oleh orang tua di
rumah dan guru di sekolah dapat mempengaruhi perkembangan perilaku
sosial-emosional anak. Apakah bimbingan orang tua dan guru mampu
memberikan pengaruh yang dominan pada perkembangan perilaku anak.
B. Rumusan Masalah dan Batasannya
Permasalahan yang telah dipaparkan dirumuskan sebagai berikut :
Bagaimana kontribusi bimbingan orang tua dan guru terhadap perilaku
sosial-emosional anak usia dini di lembaga pendidikan Taman Kanak-Kanak
di-Kecamatan Sindang Kabupaten Indramayu.
Rumusan masalah tersebut dibatasi dengan pertanyaan penelitian
sebagai berikut :
1. Bagaimana gambaran aktivitas bimbingan orang tua, bimbingan guru dan
perilaku sosial-emosional anak Taman Kanak-Kanak di Kecamatan Sindang
Kabupaten Indramayu?
2. Berapa besar kontribusi bimbingan orang tua terhadap perkembangan
perilaku sosial-emosional anak Taman Kanak-Kanak di Kecamatan Sindang
Kabupaten Indramayu?
3. Berapa besar kontribusi bimbingan guru terhadap perkembangan perilaku
sosial- emosional anak Taman Kanak-Kanak di Kecamatan Sindang
4. Berapa besar kontribusi bimbingan orang tua dan guru terhdap perilaku
sosial-emosional anak Taman Kanak-Kanak di Kecamatan Sindang
Kabupaten Indramayu?
Secara visual hubungan antar variable-variabel yang terkandung
dalam pertanyaan penelitian di atas dilukiskan pada bagan berikut ini
X
1r
. x1.y
R.x1.x2.y
Y
X
2r
.x2.yC. Tujuan Penelitian
Secara umum maksud dari penelitian ini adalah untuk mengembangkan
program bimbingan terhadap perkembangan perilaku sosial-emosional anak
usia dini. Untuk keperluan tersebut terlebih dahulu dilakukan penelitian untuk
mendapatkan bukti empiris tentang besarnya pengaruh bimbingan orang tua dan
dan mengacu pada pertanyaan penelitian, tujuan penelitian ini adalah untuk
mendapatkan imformasi empiris tentang:
1. Bagaimana gambaran aktivitas bimbingan orangtua, bimbingan guru, dan
perilaku sosial-emosional anak Taman Kanak-Kanak di Kecamatan Sindang
Kabupaten Indramayu.
2. Besarnya kontribusi bimbingan orang tua terhadap perkembangan perilaku
sosial-emosional anak Taman Kanak-Kanak di Kecamatan Sindang
Kabupaten Indramayu.
3. Besarnya kontribusi bimbingan guru terhadap perkembangan perilaku sosial-
emosional anak Taman Kanak-Kanak di Kecamatan Sindang Kabupaten
Indramayu.
4. Besarnya kontribusi bimbingan orang tua dan guru terhadap perilaku
sosial-emosional anak Taman Kanak-Kanak di Kecamatan Sindang Kabupaten
Indramayu.
D. Manfaat Penelitian
1. Manfaat teoritis
Hasil penelitian ini diharapkan dapat membuktikan secara empiris
tentang teori yang berhubungan dengan faktor-faktor yang berpengaruh
terhadap perilaku sosial-emosional anak usia dini.
2. Manfaat Praktis
Penelitian ini diharapkan memberikan beberapa manfaat praktis
a. Manfaat bagi orang tua
Hasil p enelitian ini diharapkan dapat membantu orang tua dalam
pemahaman tentang pentingnya perlakuan emosional dan sosial bagi anak, dan
pemahaman tentang bagaimana membimbing anak agar memiliki perilaku
sosial-emosional yang diharapkan.
b. Manfaat bagi guru
1. Membantu guru-guru Taman Kanak-Kanak dalam memahami perilaku
sosial-emosional anak usia dini, dan beberapa faktor yang lebih dominan
mempengaruhinya. Dengan harapan guru-guru dapat memberikan bantuan
yang berarti bagi anak.
2. Program bimbingan perilaku sosial-emosional anak Taman Kanak-Kanak
yang dihasilkan diharapkan dapat dijadikan contoh dan pegangan dalam
memberikan bimbingan kemampuan berperilaku social-emosional anak.
E. Asumsi Penelitian
Penelitian ini berdasarkan pada asumsi-asumsi dasar sebagai berikut
1. Masa kanak-kanak menjadi masa-masa bagi pembentukan kecenderungan
emosi seumur hidup. Kebiasaan-kebiasaan yang diperoleh di masa
kanak-kanak menjadi tertera pada jaringan sinaps dasar arsitektur persarafan dan
lebih sulit diubah di masa kemudian ( Goleman, 1997 : 32).
2. Kecerdasan emosional seseorang dapat dikatakan baik apabila memenuhi
syarat-syarat sebagai berikut pertama mampu memahami emosi, kedua
menggunakan emosi-emosi itu untuk membantu pikirannya. (Senduk, 2007:
9)
3. Keluarga (ayah, ibu, sanak saudara) memberikan pengaruh terhadap pola
kepribadian dan prilaku sosial anak: (Hurlock, 1980: 132)
4. Perkembangan emosi, baik yang menyenangkan maupun yang tidak
menyenangkan, memberikan pengaruh terhadap interaksi sosial. Melalui
emosi anak belajar cara mengubah perilaku agar dapat menyesuaikan diri
dengan tuntutan dan ukuran sosial. (Hurlock, 1978: 211)
5. Sumbangan orang tua pada perkembangan anak adalah dengan bimbingan
dan bantuan dalam mempelajari kecakapan motorik, verbal, dan sosial yang
diperlukan untuk penyesuaian. (Hurlock, 1978: 201).
6. Guru adalah orang tua kedua bagi anak di sekolah. Melayani anak sesuai
dengan kebutuhannya, dengan memperhatikan tumbuh kembang jasmani
maupun rohaninya, adalah salah satu fungsi ibu yang harus dijalankannya.
(Kamsanah, 2006 : 4)
F. Hipotesis
Dalam menganalisis kontribusi bimbingan orang tua dan guru terhadap
perilaku sosial-emosional anak usia dini terdapat tiga hipotesis dalam
pengujian penelitian ini yaitu :
1. Terdapat kontribusi positif yang signifikan dari bimbingan orang tua
terhadap perilaku sosial-emosional anak Taman Kanak-Kanak di Kecamatan
Hipotesis statistiknya adalah H0 :
r
xy = 0H1 :
r
xy> 0
2. Terdapat kontribusi positif yang signifikan dari bimbingan guru terhadap
perilaku sosial-emosional anak Taman Kanak-Kanak di Kecamatan Sindang
Kabupaten Indramayu.
Hipotesis statistiknya adalah H0 :
r
xy = 0H1 :
r
xy> 0
3. Terdapat kontribusi positif yang signifikan antara bimbingan orang tua dan
guru terhadap perilaku sosial-emosional anak Taman Kanak-Kanak di
Kecamatan Sindang Kabupaten Indramayu.
Hipotesis statistiknya adalah H0 :
r
xy = 0H1 :
r
xy> 0
G. Metodologi Penelitian
Dalam penelitian ini jenis penelitian yang dipakai adalah penelitian dengan teknik survey yaitu penelitian yang digunakan untuk mengumpulkan
data atau informasi tentang populasi yang besar dengan menggunakan sampel
yang relative kecil dengan tujuanuntuk memperoleh gambaran umum tentang
karakteristik populasi. Adapun pemilihan teknikini dipakai dengan alasan,
penulis akan mengambil suatu generalisasi dari pengamatan yang tidak
menggunakan sampel yang representative. Adapun metode yang digunakan
adalah metode deskriptif analitik, yaitu metode yang memusatkan perhatiannya
terhadap fenomena yang terjadi pada saat ini dan dalam penelitian ini
menggambarkan fenomena yang diselidiki.
Populasi pada penelitian ini adalah anak Taman Kanak-Kanak kelompok
B di Kecamatan sindang Kabupaten Indramayu sebanyak 355 anak yang
tersebar pada 12 Taman Kanak-Kanak di Kecamatan Sindang Kabupaten
Indramayu ( data terakhir Dinas Pendidikan Kabupaten Indramayu tahun
2008-2009).
Sampel yang diambil dilakukan dengan teknik simple random sampling,
yaitu cara pengumpulan sampel dengan cara acak tanpa memperhatikan strata
(tingkatan) dalam anggota populasi tersebut, karena anggota populasi dianggap
homogen. Dari populasi sebanyak 355 dengan tingkat presisi 10 %,maka jumlah
sampelnya ditetapkan sebanyak 77 anak. Adapun untuk guru karena berjumlah
20 orang maka dalam pengambilan sampelnya dengan menggunakan sampel
populasi.
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Teknik, Metode dan Pendekatan Penelitian
Penelitian ini menggunakan teknik survei, yaitu menurut Kerlinger
(1996) yang dikutif oleh Riduwan (2008: 49) bahwa penelitian survei adalah
penelitian yang dilakukan pada populasi yang besar maupun kecil, tetapi data
yang dipelajari adalah data dari sampel yang diambil dari populasi tersebut
sehingga ditemukan kejadian-kejadian relatif, distribusi, dan hubungan antar
variabel sosiologis maupun psikologis. Adapun menurut Sukmadinata ( Hayati,
2009: 89) mengemukakan bahwa penelitian survei adalah penelitian yang
digunakan untuk mengumpulkan data atau informasi tentang populasi yang
besar dengan menggunakan sampel yang relatif kecil dengan tujuan untuk
memperoleh gambaran umum tentang karakteristik populasi.
Penulis memilih penelitian survei dengan tujuan untuk mengambil suatu
generalisasi dari pengamatan yang tidak mendalam, tetapi generalisasi yang
dilakukan bisa lebih akurat bila digunakan sampel yang representatif, yaitu
memberikan gambaran tentang bimbingan yang dilakukan oleh orang tua dan
guru memb rikan kontribusi terhadap perilaku sosial emosional anak Taman
Kanak-Kanak di Kecamatan sindang Kabupaten Indramayu pada tahun ajaran
2008/2009.
Metode penelitian yang digunakan adalah metode deskriptif analitik.
(2009: 89) bahwa metode deskriptif analitik adalah metode penelitian yang
memusatkan perhatiannya pada fenomena yang sedang terjadi pada saat
penelitian dilakukan, dimana penelitian ini berusaha untuk membuat deskripsi
fenomena yang diselidiki dengan cara melukiskan fakta atau fenomena tersebut
secara cermat. Adapun pendekatan penelitian menggunakan pendekatan
kuantitatif, yaitu pendekatan yang memungkinkan dilakukan pencatatan data
hasil penelitian secara nyata dalam bentuk angka sehingga memudahkan proses
analisis data dan penafsirannya.
B. Lokasi Penelitian dan Sumber Data 1. Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilakukan di Kabupaten Indramayu yaitu di lembaga
pendidikan Taman Kanak-Kanak di Kecamatan Sindang.
2. Sumber Data
Sumber data dalam penelitian ini diperoleh dari :
a) Orang tua, yaitu data tentang bagaimana bimbingan yang dilakukan
terhadap anak usia dini
b) Guru, yaitu data tentang bagaimana bimbingan yang diberikan oleh guru
terhadap anak usia dini.
c) Anak Taman Kanak-Kanak kelompok B se-Kecamatan Sindang Kabupaten
Indramayu yaitu tentang bagaimana perilaku sosial-emosional anak di
C. Populasi dan Sampel Penelitian 1. Populasi
Populasi menurut Sugiono (Riduwan, 2008: 54) adalah wilayah
generalisasi yang terdiri dari objek atau subjek yang menjadi kuantitas dan
karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneulis untuk dipelajari dan
kemudian ditarik kesimpulannya. Riduwan (2008: 55) mengemukakan bahwa
populasi merupakan objek atau subjek yang berada pada suatu wilayah dan
memenuhi syarat-syarat tertentu berkaitan dengan masalah penelitian. Sampel
menurut Arikunto (1988: 117) adalah bagian dari populasi (sebagian atau wakil
dari populasi). Sampel penelitian adalah sebagian dari populasi yang diambil
sebagai sumber data dan dapat mewakili seluruh populasi. Adapun menurut
Sugiono (Riduwan, 2008:56) sampel adalah sebagian dari jumlah dan
karakteristik populasi.
Adapun yang menjadi bahan penelitian ini adalah anak-anak kelompok
B di Kecamatan Sindang Kabupaten Indramayu. Jumlah lembaga
pendidikanTaman Kanak-Kanak di Kecamatan Sindang Kabupaten Indramayu
sebanyak 12 dan jumlah anak Taman Kanak-Kanak Kelompok B di kecamatan
Sindang sebanyak 335 orang. Adapun pengambilan sampel dari populasi yang
ada menggunakan rumus dari Taro Yamane memakai tingkat presisi sebesar
10%. Jumlah yang menjadi sampel dari populasi sebanyak 335 adalah 77.
Adapun jumlah masing-masing TK dan sampel yang akan diteliti sebagai
Tabel 1
Jumlah Populasi Murid Taman Kanak-Kanak Kelompok B di Kecamatan Sindang Kabupaten Indamayu Tahun ajaran 2008/2009
No Nama TK
Dari jumlah populasi sebesar 335 anak, selanjutnya ditetapkan
besarnya sampel dengan teknik yang digunakan adalah simple random
sampling, yaitu cara pengumpulan sampel dari anggota populasi dengan
menggunakan acak tanpa memperhatikan strata (tingkatan) dalam anggota
populasi tersebut, karena anggota populasi dianggap homogen.
2. Teknik Pengambilan Sampel
Jumlah populasi telah diketahui, maka rumus yang digunakan untuk
menentukan sampel adalah dengan menggunakan rumus dari Taro Yamane
1
Dimana n = Jumlah sampel
N = Jumlah populasi
d2 = Presisi yang ditetapkan
Berdasarkan rumus di atas, bila tingkat presisinya ditetapkan sebesar
10% maka dapat ditetapkan jumlah sampelnya sebagai berikut:
=
,
=
,=
77Kemudian dari jumlah sampel 77 orang tersebut untuk memudahkan dalam
pengumpulan data, maka akan ditentukan jumlah masing-masing sampel dari setiap
TK PUI secara proposional dengan rumus sebagai berikut:
.
Dimana ni = Jumlah sampel menurut stratum n = Jumlah sampel seluruhnya
Ni = Jumlah populasi menurut strantum N = Jumlah populasi seluruhnya
Berdasarkan rumus tersebut, maka jumlah sampel masing-masing TK
Tabel 2
Jumlah Sampel Murid TK Kelompok B di-Kecamatan Sindang di Kabupaten Indramayu Tahun ajaran 2008/2009
No Nama TK
Pemilihan ini dilakukan karena anak-anak yang kelompok B telah berusia
antara 5-6 tahun, pada usia ini sosial emosionalnya lebih mudah untuk
diarahkan, selain itu anak-anak pada kelompok ini akan melanjutkan
pendidikan sekolah dasar.
D. Definisi Operasional Variabel
1. a. Perilaku sosial merupakan aktivitas yang diperlihatkan anak dalam
hubungannya dengan orang lain baik dengan teman sebaya, guru, orang
menunjukkan perilaku sosial diantaranya adalah : a) persaingan, b) kerja
sama, c) empati, dan d) membagi ( Hurlock, 1980: 118)
b. Perilaku emosional menurut Oxford English Dictionary merupakan
aktivitas atau kegiatan pikiran, perasaan, nafsu, keadaan mental yang
hebat, Goleman (Dewi. R; 2005: 20). Perilaku emosi dapat memberikan
pengaruh terhadap penyesuaian pribadi dan sosial. Sebagaimana yang
dikemukakan Hurlock (1978: 211) bahwa : ”Semua emosi, baik yang
menyenangkan maupun yang tidak menyenangkan, mendorong interaksi
sosial”. Adapun sikap yang menunjukan perilaku emosi diantaranya
adalah a) rasa marah, b) rasa sedih, dan c) Kasih sayang (Hurlock,
1980: 116)
2. Bimbingan orang tua adalah upaya yang dilakukan oleh orang tua dalam
proses pendidikan yang dilakukan secara periodik dan berkesinambungan
(Mustaqim, 2005: 20) Untuk mengembangan perilaku sosial-emosional
anak, bimbingan orang tua terhadap anaknya diantaranya : a) Penanaman
nilai-nilai kebaikan, b) Pemberian pengetahuan, c) Perhatian dan kasih
sayang, d), Memberikan motivasi terhadap anak, e) Kontrol orang tua
terhadap anak, f) Berkomunikasi dengan anak, dan g) Keteladanan. Bentuk
bimbingan di atas merupakan modifikasi dari beberapa sumber yaitu
(Hurlock, 1978; Nasih Ulwan, 1981; Shochib, 2000; Mazhahiri, 2002;
Ekomadyo, 2005; Istadi, 2006)
3. Bimbingan guru adalah upaya bantuan yang diberikan guru di taman
masalah maupun anak yang tidak menunjukkan adanya masalah anak didik
untuk mencapai perkembangan yang optimal, Syaodih, E. (2005: 137).
Adapun dalam penerapan bimbingan menurut Shertzer & Stone (Syaodih E,
1998: 5) terdapat beberapa layanan bimbingan yaitu a) pemahaman siswa,
b) pemberian informasi, c) pemberian nasihat, d) penempatan, e) pemecahan
masalah, dan f) pembiasaan
E. Data dan Alat Pengumpul data
Dari judul penelitian yang diangkat maka data yang diperlukan adalah
pertama data tentang bimbingan orang tua, kedua data tentang bimbingan guru
dan ketiga tentang perilaku sosial-emosional anak usia dini. Untuk menggali
ketiga data tersebut, alat pengumpul data yang digunakan adalah berupa
kuisioner atau angket dan lembar observasi. Sebelum kuisioner dibuat, terlebih
dahulu penulis menyusun kisi-kisi instrumen. Berdasarkan kisi-kisi tersebut
penulis menyusun dan membuat instrumen penelitian yang dikembangkan oleh
penulis sendiri dengan mengacu pada teori-teori yang mendukung dan
penelitian terdahulu yang terkait.
Berikut ini penulis gambarkan kisi-kisi instrumen penelitian dari ketiga
variabel dalam bentuk tabel yang memuat variabel, indikator, sub indikator, no
item sebelum validasi, no item yang teropakai setelah validasi, dan no item
1 2 3 4 5 6 7
II BIMBINGAN 1. Pemahaman 1. Tentang keluarga dan kesehatan anak 11,12,61,62,63, 11 1
Instrumen penelitian untuk menggali data tentang bimbingan orang tua
dan bimbingan guru berupa kuisioner yang disusun dengan tiga alternative
jawaban yaitu “sering”, “kadang-kadang” dan “tidak pernah”. Penskoran
kuisioner tesebut, akan mengacu pada bentuk pertanyaan/pernyataan yang
diajukan, yaitu jika pertanyaan/pernyataan berorientasi positif, maka option
“sering” = 3, “kadang-kadang”=2 dan “tidak pernah = 1. Sebaliknya jika
pertanyaan/pernyataan berorientasi negative, maka penskorannya terbalik yaitu:
“sering” = 1, “kadang-kadang” = 2 dan “tidak pernah” = 3. Sedangkan
instrument untuk menggali data tentang Perilaku Sosial-emosional anak Usia
Dini berupa inventori yang disusun dengan dua altenatif jawaban yaitu “ya”
dan “tidak”. Penskoran inventori sama seperti penskoran kuisioner, yaitu
pernyataan/pertanyaan berorientasi positif maka option “ya” = 1 dan option
“tidak” = 0. Dan untuk pertanyaan/pernyataan negatif, penskorannya sebaliknya
yaitu, option “ya” = 0 dan option “tidak” = 1.
Sebelum melaksanakan penelitian terhadap responden yang terdapat di
TK di Kecamatan Sindang Kabupaten Indramayu, penulis terlebih dahulu
mengajukan kepada dua orang ahli untuk me-judgement (menimbang)
instrumen yang telah dipersiapkan dengan tujuan agar instrumen tersebut
memadai untuk dijadikan alat ukur mengambil data. Setelah dijudgement oleh
dua orang ahli dan setelah dilakukannya perbaikan atas usulan para ahli maka
langkah selanjutnya peneliti melakukan uji coba instrumen yang telah
Kualitas instrumen sebagai alat ukur pada umumnya harus memenuhi
dua syarat utama, yaitu valid atau sahih dan reliabel atau ajeg. Validitas dalam
suatu penelitian merupakan aspek yang sangat penting. Oleh karena itu
membuat instrument yang valid harus mendapat perhatian setiap peneliti. Suatu
alat ukur dapat dikatakan valid apabila alat ukur itu dapat mengukur apa yang
harus di ukur oleh alat tersebut. untuk menguji validitas alat ukur yaitu dengan
cara mengkorelasikan setiap butir alat ukur dengan skor totalnya. Adapun untuk
menguji reliabilitas instrumen yaitu menggunakan teknik belah dua kemudian
mengkorelasikannya serta pengolahannya menggunakan SPSS 15,0 for
windows.
F. Hasil Uji Coba Instrumen
Penulis melakukan validitas instrumen kepada 30 responden di TK
Mutiara yang terletak di Jl Pahlawan Kecamatan Indramayu pada tanggal 15
April 2009. Adapun proses pengambilan data sampai data terkumpul sebanyak
20, penulis memerlukan waktu 10 hari yaitu dari tanggal 15 sampai 25 april
2009. Kemudian data yang terkumpul jawabannya di inventarisasi dan diolah
menggunakan SPSS 15,0 for windows. Untuk mengetahui tingkat validitas
setiap item, maka angka koefisien korelasi yang diperoleh merupakan korelasi
antara skor item dengan skor total item (nilai r hitung) dibandingkan dengan
nilai r tabel pada taraf signifikansi tertentu.kaidah pengujiannya adalah : jika
Sebaliknya apabila nilai r hitung < r tabel , maka item tersebut dinyatakan tidak
valid dan tidak dapat dipakai.
Setelah melakukan validitas instrumen, maka dilanjutkan dengan
melakukan reliabilitas atau tingkat keajegan instrumen. Dalam melakukan uji
reliabilitas instrumen tetap menggunakan SPSS 15,0 for windows yaitu
memakai Split Half Method (Metode Belah Dua) dengan cara pembelahan
ganjil genap. Adapun kaidah signifikansinya adalah apabila r hitung> r tabel
,
maka instrumen tersebut reliabel. Sebaliknya apabila r hitung < r tabel maka
instrumen tersebut tidak reliabel.
Adapun hasil dari validitas dan reliabilitas instrumen sebagai berikut:
1. Berdasarkan tabel instrumen Perilaku Sosial Emosional Anak, dari 93 item
instrumen Perilaku Sosial-Emosional Anak, pernyataan yang valid dan bisa
dipakai sebanyak 40 instrumen dan pernyataan yang valid dan tidak bisa
dipakai sebanyak 53 instrumen. Adapun hasil pengujian reliabilitas dengan
menggunakan SPSS 15,0 for window memakai Spilt Half Method dengan
cara pembelahan ganjil genap diperoleh hasil tingkat reliabilitas perilaku
sosial-emosional anak sebesar 0,673. hal ini berarti korelasi berada pada
kategori kuat karena r hitung lebih besar dibandingkan dengan r tabel yaitu 0,673 >
0,444. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa perilaku sosial emosional
anak usia dini reliabel.
2. Berdasarkan tabel instrumen bimbingan orang tua di atas, dari 98 item
instrumen bimbingan orang tua, pernyataan yang valid dan bisa dipakai
sebanyak 58 instrumen. Adapun hasil pengujian reliabilitas dengan
menggunakan SPSS 15,0 for window memakai Spilt Half Method dengan
cara pembelahan ganjil genap diperoleh hasil tingkat reliabilitas bimbingan
orang tua sebesar 0,897. hal ini berarti korelasi berada pada kategori sangat
kuat karena r hitung lebih besar dibandingkan dengan r tabel yaitu 0,897 > 0,444.
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa bimbingan orang tua reliabel.
3. Berdasarkan tabel instrumen bimbingan guru di atas, dari 95 item instrumen
bimbingan guru, pernyataan yang valid dan bisa dipakai sebanyak 43 instrumen
dan pernyataan yang tidak valid dan tidak bisa dipakai sebanyak 52 instrumen.
Adapun hasil pengujian reliabilitas dengan menggunakan SPSS 15,0 for
window memakai Spilt Half Method dengan cara pembelahan ganjil genap
diperoleh hasil tingkat reliabilitas bimbingan guru sebesar 0,956. hal ini berarti
korelasi berada pada kategori sangat kuat karena r hitung lebih besar
dibandingkan dengan r tabel yaitu 0,956 > 0,444. Dengan demikian dapat
disimpulkan bahwa bimbingan guru reliabel.
G. Teknik Pengumpulan Data
Pengumpulan data dalam penelitiuan ini dilakukan dengan
menggunakan angket, wawancara, observasi dan studi dokumentasi,
Angket adalah daftar pertanyaan atau pernyataan yang diberikan kepada orang
lain (responden) dengan tujuan mencari informasi yang lengkap mengenai
Wawancara adalah cara pengumpulan data yang digunakan untuk memperoleh
informasi langsung dari sumbernya.
Observasi adalah melakukan pengamatan secara langsung ke objek penelitian
untuk melihat dari dekat kegiatan yang dilakukan.
Studi dokumentasi adalah ditujukan untuk memperoleh data langsung dari
tempat penelitian, meliputi buku-buku yang relevan, laporan kegiatan, foto-foto
dan sebagainya.
H.Teknik Pengolahan Data
Setelah semua data terkumpul (data bimbingan orang tua,guru dan
perilaku anak), maka data tersebut diolah dan dianalisis yaitu meliputi:
1. Menguji normalitas distribusi, signifikansi regresi dan linieritas regresi serta
anova.
Menggambarkan secara umum peran bimbingan orang tua, bimbingan guru,
dan perilaku sosial emosional anak usia dini dengan menggunakan teknik
persentase, rata-rata dan simpangan baku. Semua perhitungan dilakukan dengan
program SPSS 15,0 for window. Adapun untuk mendeskripsikan dan
menafsirkan gambaran secara umum tentang Bimbingan Orang Tua,
Bimbingan Guru, dan Perilaku Sosial Emosional Anak Usia Dini,
menggunakan pedoman yang dikemukakan oleh Arikunto (2002: 245) sebagai
a. > 80 %
= sangat kurang / Sangat rendah
sis, dengan menggunakan teknik statistik regr
korelasi sederhana dan korelasi ganda, m
umus sebagai berikut:
amaan Regesi Sederhana Ŷ = a + bx
amaan Regesi Ganda Ŷ = a + b₁₁₁₁x₁₁₁₁ + b₂₂₂₂x₂₂₂₂ Korelasi sederhana (Pearson Product Moment)
a adalah menentukan Koefisien Determ
pa besar kontribusi bimbingan orang tua dan
osional anak usia dini yaitu dengan rumus:
KP = r2 x 100%
Dimana : KP = Nilai Koefisien determinan
r = Nilai Koefisien korelasi
Pengujian selanjutnya adalah uji signifikansi yang berfungsi untuk
mengetahui makna hubungan antara variabel X1 terhadap variabel Y, dan
variabel X2 terhadap variabel Y, dengan rumus:
- r√n / 2 √n / r²
Berikutnya adalah analisis korelasi berganda untuk menguji hipotesis
ke-3, yaitu apakah terdapat hubungan positif yang signifikan antara
bimbingan orang tua (X1) dan bimbingan guru (X2) terhadap perilaku
sosial-emosional anak usia dini (Y), dengan rumus:
2
34356=
7Adapun untuk mengetahui signifikansi korelasi berganda dicari dulu
Fhitung kemudian dibandingkan dengan Ftabel dengan rumus :
Fhitung =
Dimana: R= Nilai Koefisien Korelasi Berganda
k= Jumlah Variabel Bebas
Fhitung = Nilai F yang dihitung
Kaidah pengujian signifikansinya adalah jika Fhitung lebih besar atau
sama dengan harga Ftabel, maka Hipotesis nol (H0) ditolak, artinya signifikan.
Sebaliknya apabila Fhitung lebih kecil dari harga Ftabel, maka hipotesis nol (H0)
BAB V
SIMPULAN DAN REKOMENDASI
A. Simpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah digambarkan
pada uraian terdahulu, maka dapat ditarik simpulan sebagai berikut:
1. Temuan hasil penelitian bahwa bimbingan orang tua dalam membentuk
perilaku sosial emosional anak Taman Kanak-Kanak di Kecamatan
Sindang Kabupaten Indramayu telah diupayakan dengan baik melalui
aspek-aspek bimbingan seperti penanaman nilai-nilai kebaikan, pemberian
pengetahuan, perhatian dan kasih sayang, memberikan motivasi pada anak,
kontrol orang tua terhadap anak, komunikasi dengan anak dan
keteladanan.
2. Temuan hasil penelitian bahwa bimbingan guru dalam membentuk
perilaku sosial emosional anak Taman Kanak-Kanak di Kecamatan
Sindang Kabupaten Indramayu telah diupayakan dengan baik melalui
layanan bimbingan seperti pemahaman tentang anak, pemberian
informasi, penempatan, pemberian nasihat, pembiasaan, dan bantuan
pemecahan masalah.
3. Temuan hasil penelitian tentang perilaku sosial emosional anak Taman
Kanak-Kanak di Kecamatan Sindang Kabupaten Indramayu secara umum
sosial emosionalnya. Adapun aspek sosial dan emosional dalam hal ini
ditunjukan melalui persaingan, kerja sama, empati, berbagi, menahan rasa
marah, mengatasi rasa sedih dan sikap kasih sayang.
4. Hubungan antara bimbingan orang tua dengan perilaku sosial emosional
anak Taman Kanak-Kanak di Kecamatan Sindang Kabupaten Indramayu
dilihat dari hasil penelitian terdapat hubungan yang kuat. Adanya
kontribusi positif yang signifikan antara bimbingan orang tua dengan
perilaku sosial emosional anak Taman Kanak-Kanak di Kecamatan
Sindang Kabupaten Indramayu.
5. Hubungan antara bimbingan guru dengan perilaku sosial emosional anak
Taman Kanak-Kanak di Kecamatan Sindang Kabupaten Indramayu dilihat
dari hasil penelitian terdapat hubungan yang cukup kuat, kondisi ini
ditunjukan dengan koefisien korelasi sebesar 0,555. Adapun besaran
kontribusi atau sumbangan bimbingan, menggambarkan terdapat
kontribusi positif yang signifikan antara bimbingan guru dengan perilaku
sosial emosional anak taman Kanak-Kanak di Kecamatan Sindang
Kabupaten Indramayu.
6. Dari hasil penelitian menunjukan bahwa bimbingan orang tua dan guru
secara bersama-bersama berkorelasi positif signifikan dengan perilaku
sosial emosional anak, hal ini ditunjukan dengan angka koefisien tersebut
menggambarkan adanya kontribusi positif yang signifikan antara
bimbingan orang tua dan guru terhadap perilaku sosial emosional anak
B. Rekomendasi
Berdasarkan temuan hasil penelitian di atas, penulis menyampaikan
beberapa rekomendasi untuk orang tua dan guru-guru TK di Kecamatan
Sindang Kabupaten Indramayu sebagai berikut:
1. Untuk orang tua anak Taman Kanak-Kanak
a. Temuan hasil penelitian menunjukan bahwa bimbingan orang tua dalam
membentuk perilaku sosial emosional anak berkorelasi cukup kuat dan
signifikan. Dengan bimbingan intensif yang dilakukan oleh orang tua, maka
anak dapat memperoleh pengalaman yang berharga bagaimana anak dalam
berperilaku yang baik. Oleh karena itu orang tua diharapkan
mempertahankan upaya bimbingan melalui aspek-aspek bimbingan yang
telah dilakukannya dan membimbing anak lebih intensif lagi tertutama
aspek pengawasan terhadap anak dan komunikasi dengan anak
b. Temuan hasil penelitian menunjukan bahwa secara keseluruhan dari
aspek-aspek bimbingan orang tua, telah mencapai kategori baik, dilihat dari
rata-rata 84%. Dilihat dari persentase semua aspek bimbingan orang tua,
aspek kontrol yang hendaknya lebih ditingkatkan walaupun sudah
mencapai kategori baik. Persentase aspek kontrol orang tua terhadap anak
mencapai 80,5%. Adapun aspek yang bisa dipertahankan adalah aspek
keteladanan karena dari semua aspek, aspek keteladanan mencapai nilai
2. Untuk guru-guru TK
1. Temuan dari hasil penelitian ditemukan bahwa bimbingan guru berkorelasi
cukup kuat dan signifikan dalam membentuk perilaku sosial emosional
anak, sekolah merupakan tempat kedua anak-anak mendapatkan
bimbingan yang tidak dapat dilakukan oleh keluarga. Maka dari itu
diharapkan guru-guru terus mempertahankan upaya bimbingan yang telah
dilakukannya seperti pemahaman tentang anak, pemberian informasi,
penempatan, pemberian nasihat, pembiasaan dan bantuan pemecahan
masalah agar perilaku sosial emosional anak dapat diarahkan.
2. Temuan hasil penelitian menunjukan bahwa secara keseluruhan dari
aspek-aspek bimbingan guru, telah dilakukan dengan baik, hal ini terbukti
secara keseluruhan aspek-aspek bimbingan guru rata-rata 85,75%. Dilihat
dari persentase semua aspek bimbingan orang tua, aspek bantuan
pemecahan masalah dan pemberian nasihat seyogyanya lebih ditingkatkan
lagi walaupun sudah mencapai kategori baik. Persentase aspek aspek
bantuan pemecahan masalah kmencapai 80,97%. Guru hendaknya
meningkatkan kopetensinya dalam menangani masalah-masalah anak baik
masalah fisik, psikis dan belajar anak.
3. Temuan hasil penelitian aspek bimbingan guru berupa pemahaman tentang
anak perlu dipertahankan, Aspek pemahaman tentang anak mencapai nilai
persentase 90,3%. Pemahaman tentang anak yang menyeluruh disamping
pemahaman tentang latar belakang keluarga, kondisi kesehatan anak, yang
sehingga akan memberikan gambaran kepada guru untuk memberikan
program pengajaran yang tepat bagi anak.
4. Kerja sama antara guru dengan orang tua hendaknya dibangun karena
hubungan harmonis antara keluarga dan sekolah akan berdampak positif
terhadap anak, dalam upaya membentuk perilaku sosial emosional anak,
sekolah dan keluarga dapat saling melengkapi, saling mendukung dan
DAFTAR PUSTAKA
Abduhak, I. (2007). Pengantar Pendidikan. Jakarta: Universitas Terbuka.
Abdur Rahman, Jamal. (2005). Tahapan Mendidik Anak. Bandung: Irsyad Baitus Salam.
Anggoro, T. (2007). Metode Penelitian. Jakarta: Universitas Terbuka Departemen Pendidikan Nasional.
Alilkhan, S. (2005) Filsafat Pendidikan Al-Gozali. Bandung : Pustaka Setia.
Burhanudin, Y.(2005.) Administrasi Pendidikan. Bandung : Pustaka Setia.
Boyd, J. (1989). Equality Issues In Primary School. London: Paul Chapman Publising.
Brewer, J.A (2007). Introkduction to Early Clildhood Education Preschool
Thrugh Primary Grades. USA: Persen Allyn and Bacon.
Dimas, M. 2R. (2008). 25 Kiat Mempengaruhi Jiwa dan Akalanak. Bandung: Arkan Publising.
Daradjat, Z. (1993). Ilmu Jiwa Agama. Bandung: Bulan Bintang.
Dewi, R. (2005). Berbagai Masalah Anak Taman Kanak-Kanak. Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional Direktorat Pembinaan Pendidikan Tenaga Kependidikan dan Ketenagaan Perguruan Tinggi.
Djamarah, S.B. (2005). Guru dan Anak Didik dalam Interaksi Edukatif suatu
Djamarah, S.B. (2002). Psikologi Belajar. Jakarta: Rineka Cipta.
Dryden, G. (1999). Revolusi Cara Belajar terjemahan dari The Lerning
Revolution. Selandia Baru: The Learning Web.Usaha Nasional.
Dockett, S. (1999). Play and Pedagogy in Early Chilhood Bending The rules. Australia: Harcourt.
Darmawan, D. (2008). Menjelajah Metodologi Riset. Bandung: Arum Mandiri Press
Darmansyah. (1986). Ilmu Sosial Dasar. Surabaya:
Departemen Pendidikan Nasional, Dirjen PLSP. (2003). Undang-Undang RI
No 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional. Semarang:
Aneka Ilmu
Essa, E.L. (2003). Introduction to Early Clildhood Education. USA: A division of Thomshon Learning.
Ekomadyo. (2005). Prinsip Komunikasi Efektif untuk Meningkatkan Minat
Belajar Anak. Bandung: Remaja Rosda Karya.
Garalian, (2007). Memahami Gejolak Emosi Anak. Jakarta: Cahaya
Gerungan. (2004). Psikologi Sosial. Bandung: Refika Aditama.
Gottman, J. (2003). Kiat-Kiat Membesarkan Anak yang Memiliki Kecerdasan
Emosional, Terjemahan dari The Heart of Parenting. Jakarta:
Gramedia Pustaka Utama.
Gracinia,G & Mulyani, Y. (2005). Belajar di Rumah untuk Anak Usia Pra
Sekolah, Panduan Praktis bagi Orang Tua untuk Mendidik Anak-anak di Rumah. Jakarta: Gramedia
Gunawan Adi. (2007). Born To Be a Genius But Conditioned To Be An Idiot tersedia di http ;//www.Pembelajaran. com.
Heryanto, (2007). Statistika Dasar. Jakarta: Universitas Terbuka.
Hurlock, E.B. (1980). Psikologi Perkembangan terjemahan Develovmental
Psycology. Jakarta: Erlangga.
Hurlock, E.B. (1978). Perkembangan Anak Jilid 2. Jakarta: Erlangga.
Huston.(1984).Perkembangan dan Kepribadian Anak. Jakarta: Erlangga.
Istadi, I. (2006). Melipatgandakan Kecerdasan Emosi Anak. Bekasi:Pustaka Inti.
Jassam, N. (2006). Anaku Mari Belajar tentang Seks. Jakarta: Mirkot Publising.
Kamsanah. (2007). Etika Pendidik Sebagai Modal Dasar dalam Mermbagun
Keterampilan Komunikasi & Interaksi Sosial Guru. Artikel.
Kelompok Ibu dan Generasi. (2009). Pentingnya Pendidikan Anak Usia Dini Tersedia di www el_D. comina_com.mht.
Lembaga Pondok Ibu. (2008 ). Pendidikan bagi Anak Usia Dini bukan
Sekedar Pilihan tersedia di URL bolg.
www.kbkthnya.wordpress.com
Mazhariri Husain. (2003). Pintar Mendidik Anak. Jakarta: Lentera.
Moeodeslihatun. (2004). Metode Pengajaran di Taman Kanak- Kanak.
Jakarta: Bineka Cipta.
Muhyidin M. ( 2006). Mendidik Anak sholeh dan sholehah. Jogjakarta: Dive Press.
Ma’ruf Farid. (2007). Ibuku Guruku ( Metode Home Schooling Group.
Mahfuzh, (2005). Psikologi Anak dan Remaja Muslim. Jakarta: Pustaka Al-Kautsar.
Mazhariri Husain. (2003). Pintar Mendidik Anak. Jakarta: Lentera.
Monks, (2004). Psikologi Perkembangan Pengantar dalam berbagai
bagiannya.Jogyakarta: Gadjahmada University Press.
Muhammad, (2007). Bagaimana Mendidik Putra-Putri Kita dan Apa saja
Kewajiban Orang Tua dan Anak. Jogjakarta: Al-Ilmu.
Muhyidin M. ( 2006). Mendidik Anak sholeh dan sholehah. Jogjakarta: Dive Press.
Nurihsan,A.J. (2006). Bimbingan dan Konseling dalam berbagai Latar
Kehidupan. Bandung: Rafika Aditama.
Nurihsan,A.J. (2007). Modul Perkembangan Peserta Didik. Bandung: UPI.
Patmonodewo S. (2003). Pendidikan Anak Prasekolah. Jakarta: Rineka Cipta.
Pasya,H.S.(2007). Bimbingan Mendidik Anak Sejak Kecil Hingga Dewasa. Bandung: Raksa Dinika Pustaka.
Prayitno, (2004). Dasar-dasar Bimbingan dan Konseling. Jakarta: Rineka Cipta.
Priyatna, C. (2006). Mengatasi Saudara Kandung pada anak-Anak. Jakarta: Gramedia.
Rahayu, H. S. ( 2004). Psikologi Perkembangan. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.
Readon, M. (2002). Quantum Teaching. Bandung: Kaifa.
Sasongko, D. (2008). 72% Anak Usia Dini Tak Terlayani Pendidikan tersedia I dhanang @yahoo.com Jakarta.
Sartono, (2001). Bimbingan dan Penyuluhan. Bandung: Pustaka Setia.
Satori, (2007). Profesi Keguruan. Jakarta: Universitas Terbuka.
Sanjaya, W. (2006). Pembelajaran dalam Implementasi Kurikulum Bajaran
dalam Implementasi Kurikulum Berbasis Kompetensi. Jakarta:
Kencana.
Syaodih, N & Sumantri,M. (2007). Perkembangan Peserta Didik. Jakarta: Universtias Terbuka.
Syaodih, E. (2005). Bimbingan di Taman Kanak-Kanak. Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional.
Sa’ud, U.S. (2007). Modul Metodologi Penelitian Pendidikan Dasar. Bandung: UPI.
Setiabudhi,T. (2002). Anak Unggul Berotak Prima. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.
Suharto, N & Sururi (2007). Belajar SPSS For Windowa untuk Mengelola
Soemanto Wasty. (2006). Psikologi Pendidikan. Jakarta: Rineka Cipta.
Shochib, M. (2000). Pola Asuh Orang Tua dalam Membantu anak
Mengembangkan disiplin Diri. Jakarta: Rineka Cipta.
Soo. Hyang Cho. (2005). Pendidikan Anak Usia Dini dan Kebijakan
Keluarga tersedia di http :
portal.unisco.org/education/en/ev.phd-URI. www.Unisco.or.id. Work shop UNISCO Jakarta.
Sujanto, A. (1996). Psikologi Perkembangan. Jakarta: Rineka Cipta
Sujiono,B. ( 2005). Mencerdaskan Perilaku Anak Usia Dini. Jakarta: Alex Media Koputindo.
Sukaimi. (2007). Anak Cerdas, Anak Mulia, Anak Indah Metode Mendidik
Anak sesuai Fitrah. Jakarta: Arga Publising.
Surya, S. (2007). Melejitkan Multiple Intellgence Anak Sejak Usia Dini. Yogyakarta: Andi Opset
Teguh, (2004). Cara Mudah Melakukan Analisa Statisti dengan SPSS studi
Kasus, Pembahasan dan Teknik Membaca output. Yogyakarta: Gafa
Media.
Triono, (2005). Pintu-Pintu Pendidikan Usia Dini. Jakarta: Departemen Pendidikan NAsional
______, (2007) Proses Pendidikan Anak Usia Dini, Antara Wacana dan Pelaksanaan tersedia di: http://www.surya.co.id/web
Ulwan, A.N. (1995). Pendidikan Anak Dalam Islam. Jakarta: Pustaka Amani
Wisudo Bambang. (2005). Pendidikan Dalam Keluarga ( Tidak ada resep tunggal dalam mendidik anak) artikel
Wortham, Sue C. (2005). Assesment in Early Childhood Education, Fourth Edition, Ohio: Person Merril Prentice Hall
Yusuf,S. (2005). Psikologi Belajar Agama. Bandung: Pustaka Bani Quraisy.
Yusuf,S. (2007). Psikologi kembangan Anak dan Remaja. Bandung: Rosda Karya.
______, (2003). Jendela Anak Indonesia, Yayasan Kesejahteraan Anak Indonesia.
______, (2002). Masyarakat belum sadari Pentingnya Pendidikan bagi
PAUD, KCM copy rige harian kompas
______Kiat Menumbuhkan Membaca pada Anak, (Parent who love reading, kids who don’t) Movy leanhart, Grasindo Jakarta
______, (2005). PADU. Pembelajaran Kholistik, Jurnal Anak Usia Dini. Jakarta: PLS Ditjen Departen Pendidikan Nasional.
______, (2007). PADU. Kapita Selekta, Jurnal Anak Usia Dini. Jakarta: PLS Ditjen Departen Pendidikan Nasional
______ Membiasakan Membaca pada Anak, tersedia di http; // www.bacacompas.co.id
______, Pendidikan Usia Dini tersedia dihttp:
//www.depdiknas.go.id.php?a=1&to=f667