• Tidak ada hasil yang ditemukan

Tabel 5-1 Sistem dan Fungsi Perkotaan di Kabupaten Kutai Kartanegara

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "Tabel 5-1 Sistem dan Fungsi Perkotaan di Kabupaten Kutai Kartanegara"

Copied!
30
0
0

Teks penuh

(1)

BAB 5

Keterpaduan Strategi Pengembangan

Kabupaten Kutai Kartanegara

5.1

Arahan Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Kutai Kartanegara

5.1.1

Arahan Pengembangan Struktur Kab. Kutai Kartanegara

Struktur ruang adalah susunan pusat-pusat permukiman dan sistem jaringan prasarana dan sarana yang berfungsi sebagai pendukung kegiatan sosial ekonomi masyarakat yang secara hierarkis memiliki hubungan fungsional.Rencana struktur ruang wilayah kabupaten adalah adalah rencana yang mencakup sistem perkotaan wilayah kabupaten yang berkaitan dengan kawasan perdesaan dalam wilayah pelayanannya dan jaringan prasarana wilayah kabupaten yang dikembangkan untuk mengintegrasikan wilayah kabupaten selain untuk melayani kegiatan skala kabupaten yang meliputi sistem jaringan transportasi, sistem jaringan energi dan kelistrikan, sistem jaringan telekomunikasi, sistem jaringan sumber daya air, termasuk seluruh daerah hulu bendungan atau waduk dari daerah aliran sungai, dan sistem jaringan prasarana lainnya.

Mengacu pada pedoman Penyusunan RTRW Kabupaten (Permen PU No 16 Tahun 2009), Pusat kegiatan di wilayah kabupaten merupakan simpul pelayanan sosial, budaya, ekonomi, dan/atau administrasi masyarakat di wilayah kabupaten, terdiri atas:

1. Pusat Kegiatan Nasional (PKN) yang berada di wilayah kabupaten; 2. Pusat Kegiatan Wilayah (PKW) yang berada di wilayah kabupaten; 3. Pusat Kegiatan Lokal (PKL) yang berada di wilayah kabupaten;

4. Pusat Kegiatan Strategis Nasional (PKSN) yang berada di wilayah kabupaten;

5. Pusat-pusat lain di dalam wilayah kabupaten yang wewenang penentuannya ada pada pemerintah daerah kabupaten, yaitu:

a. Pusat Pelayanan Kawasan (PPK) merupakan kawasan perkotaan yang berfungsi untuk melayani kegiatan skala kecamatan atau beberapa desa;

b. Pusat Pelayanan Lingkungan (PPL) merupakan pusat permukiman yang berfungsi untuk melayani kegiatan skala antar desa.

Tabel 5-1

Sistem dan Fungsi Perkotaan di Kabupaten Kutai Kartanegara

No Pusat Kegiatan Lokasi Fungsi

1 PKN Perkotaan Balikpapan – Tenggarong – Samarinda – Bontang

- Pusat pengolahan migas

- Pusat pengolahan batubara - Pusat pemerintahan kabupaten - Pusat perdagangan regional

- Pusat koleksi dan distribusi barang regional

- Pusat pengembangan perkebunan sawit dan pengolahan hasil sawit 2 PKL Kota Bangun - Sebagai pusat pendukung kegiatan

(2)

No Pusat Kegiatan Lokasi Fungsi

Muara Badak - Sebagai pusat pendukung kegiatan

PKSN Samarinda

Muara Jawa - Sebagai pusat pendukung kegiatan

PKSN Samarinda dan PKN Balikpapan Kembang Janggut - Sebagai pusat pendukung kegiatan

PKSN Long Pahangai Samboja - Pusat pelayanan perkotaan

- Pusat transportasi regional dan lokal

- Pusat pengembangan pertanian

- Pusat pelayanan pariwisata, dan

- Pusat pelayanan industri dan jasa

perdagangan terbatas Tenggarong Seberang - Pusat pelayanan perkotaan

- Pusat transportasi regional dan lokal - Pusat pengembangan pertanian

- Pusat pelayanan pariwisata, dan

- Pusat pelayanan industri dan jasa perdagangan terbatas

3 PPK Sanga-Sanga - Pusat pelayanan perkotaan

- Pusat transportasi antar kecamatan

dan/atau lokal kecamatan

- Pusat produksi dan pengolahan hasil pertanian

- Pusat kegiatan perikanan

- Pusat pengembangan industri, dan

- Pusat pelayanan jasa dan

Sumber: RTRW Kab. Kutai Kartanegara, 2012-2032

Distribusi permukiman perdesaan di Kabupaten Kutai Kartanegara menunjukkan keberagaman yang tinggi, yakni ada yang terpusat, terpencar, maupun berdekatan dengan pusat kota. Adapun rencana pengembangan kawasan perdesaan di Kabupaten Kutai Kartanegara dengan menetapkan 1 (satu) atau 3 (tiga) desa yang berpotensi sebagai pusat pertumbuhan bagi desa sekitarnya dengan fungsi pelayanan kegiatan antar lingkungan dan antar desa.

Berdasarkan pertimbangan di atas, maka Pusat Pelayanan Perdesaan yang ditetapkan di Kabupaten Kutai Kartanegara dapat dilihat pada tabel berikut.:

Tabel 5-2

Pusat Kegiatan Perdesaan di Kabupaten Kutai Kartanegara

No. Kecamatan Desa Pusat Kegiatan Perdesaan

1. Kota Bangun Desa Kota Bangun Ulu Pusat Pelayanan Lingkungan (PPL) 2. Muara Badak Desa Badak Baru Pusat Pelayanan Lingkungan (PPL)

Kawasan Minapolitan Kembang Janggut Desa Hambau

Desa Long Beleh Haloq

Pusat Pelayanan Lingkungan (PPL)

Samboja Desa Bringin Agung Desa Bukit Raya

Pusat Pelayanan Lingkungan (PPL) Kawasan Minapolitan

(3)

No. Kecamatan Desa Pusat Kegiatan Perdesaan

Loa Kulu Desa Loa Kulu Kota Desa Loh Sumber Desa Jembayan

Pusat Pelayanan Lingkungan (PPL) Kawasan Minapolitan

3. Muara Muntai Desa Perian

Desa Muara Muntai Ulu Desa Jantur Selatan

Pusat Pelayanan Lingkungan (PPL)

Sebulu Desa Sumber Sari Desa Sebulu Ulu Desa Manunggal Daya

Pusat Pelayanan Lingkungan (PPL)

Anggana Kelurahan Sungai Meriam Pusat Pelayanan Lingkungan (PPL) Kawasan Minapolitan

Marang Kayu Desa Sebuntal Desa Santan Ulu

Pusat Pelayanan Lingkungan (PPL) Kawasan Minapolitan

Muara Kaman Desa Sidomukti Desa Bunga Jadi Desa Panca Jaya

Pusat Pelayanan Lingkungan (PPL)

Kehohan Desa Tuana Tuha Desa Kahala

Pusat Pelayanan Lingkungan (PPL)

Tabang Desa Sidomulyo Pusat Pelayanan Lingkungan (PPL)

Sumber: RTRW Kabupaten Kutai Kartanegara 2012 -2032

5.1.2

Arahan Pengembangan Pola Ruang Wilayah

Rencana pola ruang wilayah kabupaten pada dasarnya merupakan rencana distribusi peruntukan ruang dalam wilayah kabupaten yang meliputi rencana peruntukan ruang untuk fungsi lindung dan rencana peruntukan ruang untuk fungsi budi daya. Rencana pola ruang wilayah Kabupaten berfungsi sebagai:

1. Sebagai alokasi ruang untuk berbagai kegiatan sosial ekonomi masyarakat dan kegiatan pelestarian lingkungan dalam wilayah kabupaten;

2. Mengatur keseimbangan dan keserasian peruntukan ruang;

3. Sebagai dasar penyusunan indikasi program utama jangka menengah lima tahunan untuk dua puluh tahun; dan

4. Sebagai dasar dalam pemberian izin pemanfaatan ruang pada wilayah kabupaten.

Tabel 5-3

Rencana Pemanfaatan Kawasan Lindung Kabupaten Kutai Kartanegara

Fungsi Kawasan Peruntukan Ruang Lokasi (Kecamatan)

Kawasan yang memberikan perlindungan kawasan bawahannya

Kawasan Hutan lindung Kembang Janggut Marang Kayu Samboja Tabang Kawasan Resapan Air Tabang Kawasan Bergambut Kenohan

Kota Bangun Muara Kaman Muara Wis Kembang Janggut Kawasan perlindungan setempat Sempadan pantai Samboja

(4)

Fungsi Kawasan Peruntukan Ruang Lokasi (Kecamatan)

Marang Kayu Sempadan sungai Anggana

Kembang Janggut Kawasan Sekitar Mata Air Seluruh kecamatan Kawasan sekitar danau atau waduk Marangkayu

Samboja Tenggarong Kawasan RTH Seluruh kecamatan Kawasan suaka alam, pelestarian

alam, dan cagar budaya

Kawasan Cagar Alam Cagar Alam Muara Kaman Sedulang (Muara Kaman)

Kawasan Taman Nasional TN Kutai (Muara Kaman) Kawasan Taman Hutan Raya (Tahura) Tahura Bukit Soeharto

(Loa Janan, Loa Kulu, Muara Jawa, Samboja) Kawasan Pantai Berhutan Bakau Samboja

Muara Jawa Muara Badak Sanga-sanga Anggana Marang Kayu Kawasan rawan bencana Kawasan Rawan Banjir Anggana

Kenohan Kawasan Rawan Longsor Kembang Janggut

(5)

Fungsi Kawasan Peruntukan Ruang Lokasi (Kecamatan)

Tenggarong

Kawasan Lindung Geologi Cagar Alam Geologi Sungai Belayan (Tabang) Cekungan Air Tanah CAT Samarinda –

Bontang CAT Sendawar CAT Loa Haur CAT Tenggarong CAT Jonggon

Sumber: RTRW Kabupaten Kutai Kartanegara, 2012 - 2032

5.2

Arahan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD)

Kabupaten Kutai Kartanegara

GERBANG RAJA merupakan Gerakan Pembangunan Rakyat Sejahtera yang menjadi pedoman pembangunan Kabupaten Kutai Kartanegara. GERBANG RAJA diartikan sebagai pintu pengantar ke arah kesejahteraan. Visi GERBANG RAJA yaitu menuju terwujudnya masyarakat Kukar yang sejahtera dan berkeadilan. Program ini merupakan kelanjutan dari program pembangunan sebelumnya yaitu GERBANG DAYAKU. Gerbangdayaku memiliki tiga program unggulan yaitu gerbang wilayah perdesaan, gerbang wilayah perkotaan dan gerbang pemberdayaan kualitas sumber daya manusia.

Grand Strategy Pembangunan Kutai Kartanegara 2010 – 2015 diarahkan pada 7 (tujuh) Misi

GERBANG RAJA (Gerakan Pambangunan Rakyat Sejahtera), yang menjadi pedoman dalam penyusunan arah kebijakan pembangunan. Berikut adalah strategi pembangunan Kabupaten Kutai Kartanegara Tahun 2011-2015:

1. Pemantapan Tata Kelola Kepemerintahan melalui Pengawasan dan Motivasi

Meningkatkan pengawasan untuk menjamin akuntablitas dan Motivasi untuk meningkatkan kinerja pelayanan birokrasi pemerintahan dalam menciptakan tata pemerintahan yang baik, bersih dan berwibawa (clean and good governance).

2. Meningkatkan Sumber Daya Manusia yang berkualitas dan berdaya saing

Meningkatkan sumber daya manusia yang produktif dan berdaya saing melalui peningkatan akses masyarakat terhadap pelayanan pendidikan dan kesehatan yang berkualitas. 3. Menumbuhkan sentra perekonomian berbasis usaha kerakyatan melalui pembangunan

investasi

Mengembangkan sentra perekonomian dalam upaya meningkatkan produktivitas dan nilia tambah yang berbasis usaha ekonomi lokal (usaha kerakyatan) dan peningkatan investasi ke arah terciptanya perluasan kesempatan kerja.

4. Mengembangkan potensi dan daya saing agribisnis, industri dan pariwisata guna meningkatkan pendapatan daerah

Mengembang sektor-sektor berbasis renewable resources untuk meningkatkan daya saing dengan mengembangkan cluster yang berbasis agribisinis, industri dan pariwisata. Dengan kinerja di tiga sektor tersebut diharapkan dapat meningkatkan pendapatan daerah dan memberikan dampak pertumbuhan ekonomi yang berkualitas.

5. Peningkatan Pembangunan Infrastruktur dalam rangka pemerataan fasilitas pelayanan publik

Pembangunan infrastruktur untuk mengintegrasikan perekonominan di Kutai Kartanegara dalam upaya pengurangan kesenjangan pelayanan dan sebagai pembuka keterisolasian antar wilayah. Sehingga setiap wilayah (kecamatan/desa) akan mempunyai kesempatan yang lebih baik untuk ikut serta dalam proses produksi dan distribusi.

(6)

Strategi ini diarahkan untuk menjaga keseimbangan kelestarian alam, keadilan sosial dan pertumbuhan ekonomi dalam pencapaian pembangunan yang berkelanjutan, disertai penguasaan dan pengelolaan risiko bencana untuk mengantisipasi perubahan iklim. 7. Pengarusutamaan Gender dan Perlindungan Anak

Mengurangi kesenjangan dan meningkatkan akses dan partisipasi perempuan dalam pembangunan serta perlindungan anak. Program gerbangraja ini sudah mencakup berbagai aspek pembangunan baik itu dari sisi pemerintah, masyarakat, sektor pembangunan dan juga pembangunan yang ada dilaksanakan dengan tetap menjaga kelestarian lingkungan. Dalam jangka waktu lima tahun kedepan yairu tahun 2010-2015, segala bentuk pembangunan di Kabupaten Kutai Kartanegara harus sesuai dengan tujuan Gerbangraja tersebut.

5.2.1

Visi dan Misi Pengembangan Kabupaten Kutai Kartanegara

Berdasarkan pada Rencana Pembangunan Jangka Menengah Kabupaten Kutai Kartanegara

tahun 2010-2015, visi pembangunan Kabupaten Kutai Kartanegara adalah “Menuju

Tewujudnya Masyarakat Kutai Kartanegara yang Sejahtera dan Berkeadilan”. Visi tersebut

kemudian dijabarkan menjadi sebagai berikut:

Sejahtera adalah, yaitu upaya mewujudkan peningkatan kualitas hidup dan kesejahteraan

masyarakat (sosial, ekonomi dan budaya) untuk mengurangi tingkat kemiskinan, kesenjangan antar wilayah, dan kesenjangan sosial antar kelompok masyarakat, melalui pemenuhan kebutuhan akses pelayanan sosial dasar beserta sarana dan prasarananya, serta memberikan kesempatan berusaha bagi seluruh lapisan masyarakat untuk menanggulangi pengangguran dengan menyeimbangkan pengembangan ekonomi skala kecil, menengah dan besar serta koperasi.

Berkeadilan adalah pembangunan yang adil dan merata serta penegakan hukum dalam rangka

menciptakan tata kelola pemerintahan yang bersih dan berwibawa serta meningkatkan peran perempuan dan perlindungan anak.

Untuk mencapai visi pembangunan tersebut, selanjutnya dijabarkan misi-misi pembangunan tahun 2010-2015 sebagai berikut:

1. Meningkatkan penyelenggaraan pemerintahan dengan menitik beratkan pada motivasi dan pengawasan pelaksanaan good governance.

2. Meningkatkan kualitas dan daya saing menuju sumber daya manusia yang unggul, beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa.

3. Menumbuhkan sentra perekonomian dan pengembangan usaha rakyat dengan tetap menjaga iklim investasi dalam kerangka penciptaan lapangan kerja.

4. Meningkatkan sumber-sumber pendapatan dan pengembangan potensi serta daya saing agribisinis, industri dan pariwisata.

5. Meningkatkan pemerataan infrastruktur pembangunan untuk menjangkau layanan fasilitas umum baik secara kualitas maupun kuantitas.

6. Menetapkan penyelenggaraan pembangunan berwawasan lingkungan dan pelestarian sumber daya alam.

7. Meningkatkan peran dan partisipasi perempuan dalam berbagai aspek kehidupan.

5.2.2

Fungsi dan Peran Kota

(7)

secara hirarkhi sesuai potensi yang dimiliki setiap pusat kegiatan atau didasarkan pada arah kebijakan pengembangan. Artinya, penetapan sesuai potensi didasarkan pada kondisi saat ini (eksisting), baik yang menyangkut sumberdaya manusia, sumberdaya alam dan sumberdaya buatan; sedang arah kebijakan pengembangan didasarkan pada tujuan yang akan dicapai melalui pengembangan suatu pusat kegiatan yang rencana pengembangan kedepan dalam kurun waktu perencanaan yaitu 20 (dua puluh) tahun mendatang.

5.2.3

Identifikasi Kawasan Strategis

Kawasan strategis kabupaten adalah wilayah yang penataan ruangnya diprioritaskan karena mempunyai pengaruh sangat penting dalam lingkup provinsi terhadap ekonomi, sosial, budaya, dan/atau lingkungan. Kawasan strategis merupakan kawasan yang di dalamnya berlangsung kegiatan yang mempunyai pengaruh besar terhadap:

 Tata ruang di wilayah sekitarnya;

 Kegiatan lain di bidang yang sejenis dan kegiatan di bidang lainnya; dan/atau

 Peningkatan kesejahteraan masyarakat.

Jenis kawasan strategis, antara lain, adalah kawasan strategis dari sudut kepentingan pertahanan dan keamanan, pertumbuhan ekonomi, sosial, budaya, pendayagunaan sumber daya alam dan/atau teknologi tinggi, serta fungsi dan daya dukung lingkungan hidup.

Kawasan strategis wilayah kabupaten ditetapkan dengan kriteria:

1) Memperhatikan faktor-faktor di dalam tatanan ruang wilayah kabupaten yang memiliki kekhususan;

2) Memperhatikan kawasan strategis nasional dan kawasan strategis wilayah provinsi yang ada di wilayah kabupaten;

3) Dapat berhimpitan dengan kawasan strategis nasional dan/atau provinsi, namun harus memiliki kepentingan/kekhususan yang berbeda serta harus ada pembagian kewenangan antara pemerintah pusat, pemerintah daerah provinsi, dan pemerintah daerah kabupaten/kota yang jelas;

4) Dapat merupakan kawasan yang memiliki nilai strategis dari sudut kepentingan ekonomi yang berpengaruh terhadap pertumbuhan ekonomi kabupaten yaitu merupakan aglomerasi berbagai kegiatan ekonomi yang memiliki:

a) Potensi ekonomi cepat tumbuh;

b) Sektor unggulan yang dapat menggerakkan pertumbuhan ekonomi;

c) Potensi ekspor;

d) Dukungan jaringan prasarana dan fasilitas penunjang kegiatan ekonomi;

e) Kegiatan ekonomi yang memanfaatkan teknologi tinggi;

f) Fungsi untuk mempertahankan tingkat produksi pangan dalam rangka mewujudkan ketahanan pangan;

g) Fungsi untuk mempertahankan tingkat produksi sumber energi dalam rangka mewujudkan ketahanan energi; atau

h) Kawasan yang dapat mempercepat pertumbuhan kawasan tertinggal di dalam wilayah kabupaten;

5) Dapat merupakan kawasan yang memiliki nilai strategis dari sudut kepentingan sosial budaya, antara lain kawasan yang merupakan:

a) Tempat pelestarian dan pengembangan adat istiadat atau budaya; b) Prioritas peningkatan kualitas sosial dan budaya;

(8)

e) Tempat yang memberikan perlindungan terhadap keanekaragaman budaya; atau f) Tempat yang memiliki potensi kerawanan terhadap konflik sosial.

6) Merupakan kawasan yang memiliki nilai strategis pendayagunaan sumber daya alam dan/atau teknologi tinggi di wilayah kabupaten, antara lain:

a) Fungsi bagi kepentingan pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi berdasarkan posisi geografis sumber daya alam strategi, pengembangan teknologi kedirgantaraan, serta tenaga atom dan nuklir;

b) Sumber daya alam strategis;

c) Fungsi sebagai pusat pengendalian dan pengembangan teknologi kedirgantaraan; d) Fungsi sebagai pusat pengendalian tenaga atom dan nuklir; atau

e) Fungsi sebagai lokasi penggunaan teknologi tinggi strategis.

7) Merupakan kawasan yang memiliki nilai strategis dari sudut kepentingan fungsi dan daya dukung lingkungan hidup seperti:

a) Tempat perlindungan keanekaragaman hayati;

b) Kawasan lindung yang ditetapkan bagi perlindungan ekosistem, flora dan/atau fauna yang hampir punah atau diperkirakan akan punah yang harus dilindungi dan/atau dilestarikan;

c) Kawasan yang memberikan perlindungan keseimbangan tata guna air yang setiap tahun berpeluang menimbulkan kerugian;

d) Kawasan yang memberikan perlindungan terhadap keseimbangan iklim makro; e) Kawasan yang menuntut prioritas tinggi peningkatan kualitas lingkungan hidup; f) Kawasan rawan bencana alam; atau

g) Kawasan yang sangat menentukan dalam perubahan rona alam dan mempunyai dampak luas terhadap kelangsungan kehidupan.

8) Merupakan kawasan yang memiliki nilai strategis lainnya yang sesuai dengan kepentingan pembangunan wilayah kabupaten;

9) Untuk mewadahi penataan ruang kawasan yang tidak bisa terakomodasi dalam rencana struktur ruang dan rencana pola ruang; dan

10) Mengikuti ketentuan pemetaan kawasan strategis kabupaten sebagai berikut:

a) Deliniasi kawasan strategis harus dipetakan pada satu lembar kertas yang menggambarkan wilayah kabupaten secara keseluruhan;

b) Pada peta kawasan strategis kabupaten juga harus digambarkan deliniasi kawasan strategis nasional dan/atau provinsi yang berada di dalam wilayah kabupaten bersangkutan;

c) Pada bagian legenda peta harus dijelaskan bidang apa yang menjadi pusat perhatian setiap deliniasi kawasan strategis kabupaten; dan

d) Penggambaran peta kawasan strategis kabupaten harus mengikuti peraturan perundangan-undangan terkait pemetaan rencana tata ruang.

Berdasarkan hal tersebut, maka direncanakan beberapa kawasan strategis kabupaten yang dilihat dari sudut kepentingan pertumbuhan ekonomi, yaitu:

1. Kawasan Segitiga KEKEMBANGAN meliputi: a) Kecamatan Kenohan;

b) Kecamatan Kembang Janggut; dan c) Kecamatan Tabang.

2. Kawasan Tenggarong dan Tenggarong Seberang meliputi: a) Kecamatan Tenggarong; dan

(9)

5.2.4

Arahan Pengembangan Penduduk dan Permukiman

Kawasan Permukiman terbagi kedalam permukiman perkotaan dan permukiman perdesaan.

1. Kawasan Permukiman Perkotaan

Kawasan permukiman perkotaan adalah kawasan yang mempunyai kegiatan utama non pertanian dengan susunan fungsi kawasan sebagai tempat permukiman perkotaan, pemusatan dan distribusi pelayanan jasa pemerintahan, pelayanan sosial, dan kegiatan ekonomi. Ciri utama wilayah ini adalah merupakan pusat pelayanan jasa pemerintahan, pelayanan sosial dan kegiatan ekonomi perkotaan, serta jumlah penduduk yang relatif padat tetapi dengan luasan lahan yang relatif kecil.

Berdasarkan UU No.26/2007 tentang Penataan Ruang, kegiatan yang menjadi ciri kawasan perkotaan meliputi tempat permukiman perkotaan serta tempat pemusatan dan pendistribusian kegiatan bukan pertanian, seperti kegiatan pelayanan jasa pemerintahan, kegiatan pelayanan sosial, dan kegiatan ekonomi. Dengan demikian, kawasan perkotaan (fungsi umum perkotaan) mencakup kegiatan :

 Pusat pemerintahan

 Pusat perdagangan dan jasa

 Pusat pelayanan sosial dan rekreasi

Kondisi permukiman perkotaan saat ini yang telah berkembang adalah di wilayah pusat-pusat kegiatan utama. Luas kawasan permukiman perkotaan di Kabupaten Kutai Kartanegara adalah ± 5.905 hektar dan berlokasi pada pusat – pusat kegiatan PKW, PKL, dan PPK.

2. Kawasan Permukiman Perdesaan

Kawasan perdesaan adalah kawasan yang mempunyai kegiatan utama pertanian termasuk pengelolaan sumber daya alam dengan susunan fungsi kawasan sebagai tempat permukiman perdesaan, pelayanan jasa sosial, dan kegiatan ekonomi. Kawasan permukiman perdesaan lokasinya menyebar dalam bentuk pusat-pusat permukiman desa.

Berdasarkan UU No.26/2007 tentang Penataan Ruang, kegiatan yang menjadi ciri kawasan perdesaan meliputi tempat permukiman perdesaan, kegiatan pertanian, kegiatan terkait pengelolaan tumbuhan alami, kegiatan pengelolaan sumber daya alam, kegiatan pemerintahan, kegiatan pelayanan sosial, dan kegiatan ekonomi. Karenanya, dalam kawasan perdesaan paling tidak terdapat kegiatan berupa :

 Pusat pelayanan jasa sosial ekonomi, seperti pasar, peribadatan, pendidikan.

 Lahan usaha pertanian, seperti sawah irigasi teknis, sawah semi irigasi teknis, tegalan, perkebunan dan kebun campuran.

(10)

 Perbaikan sistem dan mekanisme budidaya pertanian antara lain melalui perbaikan prasarana produksi, peningkatan penyuluhan bagi petani dan pemberian insentif (antara lain berupa kredit) dalam memacu produksi petani.

 Peningkatan prasarana perhubungan dan pemasaran antar desa dan kota.

Pengembangan pusat permukiman harus dikaitkan secara serasi, selaras dan saling menguatkan dengan sistem kota dan pengembangan kawasan-kawasan produksi dan prasarana wilayah. Dalam rangka memadukan perkembangan desa dan kota perlu dipilih pusat-pusat desa yang merupakan desa yang mempunyai keterkaitan dengan desa-desa lain dan pusat-pusat permukiman kota.

Luas kawasan permukiman perdesaan di Kabupaten Kutai Kartanegara adalah ± 24.880 hektar dan berlokasi pada pusat – pusat kegiatan PPL dan desa-desa lainnya.

5.2.5

Rencana Pengelolaan Kawasan Perkotaan

1. Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) Ibu Kota Kecamatan (IKK) Wilayah Tengah Kecamatan Tenggarong Seberang Kabupaten Kutai Kartanegara

Ibukota Kecamatan Tenggarong Seberang merupakan Ibukota Kecamatan Tenggarong Seberang yang termasuk dalam delieasi wilayah tengah Kabupaten Kutai Kartanegara. Berdasarkan fungsi wilayahnya, IKK Tenggarong Seberang memiliki fungsi sebagai berikut:

a) Pusat pemerintahan kecamatan; b) Pusat permukiman;

c) Pusat pelayanan pendidikan dan kesehatan kecamatan; d) Pusat perdagangan kecamatan

Rencana struktur pelayanan kegiatan diarahkan pada terbentuknya struktur ruang yang terintegrasi antara kawasan terbangun yang telah ada dengan pengembangan kawasan baru, baik secara spasial maupun fungsional. Selain itu ditujukan untuk menciptakan mekanisme kegiatan dan kehidupan kota yang lebih efisien dalam arti memberikan pelayanan yang merata bagi seluruh penduduk kota.

Rencana struktur ini diwujudkan ke dalam pembagian wilayah kota dan penetapan pusat-pusat kegiatan. IKK Tenggarong Seberang akan dibagi atas 5 BWK. Masing-masing BWK akan memiliki fungsi utama dan beberapa kegiatan fungsional yang akan mendukungnya. Pembagian BWK di Ibu Kota Kecamatan Tenggarong Seberang dapat dilihat seperti pada di bawah. Dari pembagian BWK tersebut dibuat Rencana Struktur Ruang IKK Tenggarong Seberang. Rencana Struktur Ruang ini dimaksudkan untuk mempertegas fungsi masing-masing BWK. Supaya terjadinya pemerataan pelayanan, maka di IKK Tenggarong Seberang dibentuk struktur pusat kegiatan dengan ketentuan seperti berikut:

(11)

2. Pusat pelayanan lingkungan berada di masing-masing BWK dengan kegiatan-kegiatan yang dimaksud diantaranya adalah Kantor Desa, fasilitas kesehatan, fasilitas pendidikan, fasilitas peribadatan, perdagangan dan jasa lingkungan dan sebagainya.

Lebih jelasnya dapat dilihat pada pembagian BWK Tenggarong Seberang.

Tabel 5-4

Pembagian BWK Ibukota Kecamatan Tenggarong Seberang

No BWK Fungsi Utama Zona Kegiatan Fungsional

1 BWK I

Pusat Pemerintahan, Perdagangan dan Jasa, dan Terminal

IA Pusat Pemerintahan Kantor Kelurahan Perdagangan dan Jasa Fasilitas Sosial Pendidikan

Fasilitas Sosial Kecamatan: masjid kecamatan, fasilitas sosial kecamatan lain

Terminal

IB Perumahan Kepadatan Sedang Perumahan Kepadatan Rendah

IIA Perumahan Kepadatan Sedang Perumahan Kepadatan Rendah Fasilitas Sosial

RTH

Pertanian Sawah

IIB Pusat Pengembangan Agroindustri

Fasilitas Sosial Kecamatan: stadion mini, gedung serba guna kecamatan

Perumahan Kepadatan Rendah Pertanian Sawah

3 BWK III

Perumahan IIIA Perumahan Kepadatan Sedang Fasilitas Sosial Lingkungan IIIB Perumahan Kepadatan Rendah

Ruang Terbuka Hijau Pertanian Sawah 4 BWK

IV

Perumahan IVA RTH: lapangan terbuka/lapangan kecamatan Perumahan Kepadatan Sedang

Perumahan Kepadatan Rendah Fasilitas Sosial Lingkungan IVB Perumahan Kepadatan Sedang

Perumahan Kepadatan Rendah Fasilitas Sosial Lingkungan 5 BWK

V

Perdagangan dan Jasa, Fasilitas Sosial Kecamatan

VA Perdagangan dan Jasa Fasilitas Sosial Kecamatan Pasar

Perumahan Kepadatan Rendah Perumahan Kepadatan Sedang VB Perumahan Kepadatan Rendah

Pertanian Sawah

Sumber : Hasil Analisis, Tahun 2008

2. Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) Ibu Kota Kecamatan (IKK) Wilayah Tengah Kecamatan Tenggarong Kabupaten Kutai Kartanegara

(12)

Rencana struktur ini diwujudkan ke dalam pembagian wilayah kota dan penetapan pusat-pusat kegiatan. Ibu Kota Kecamatan Tenggarong akan dibagi atas 5 Bagian Wilayah Kota (BWK). Masing-masing BWK akan memiliki fungsi utama dan beberapa kegiatan fungsional yang akan mendukungnya. Pembagian BWK di Ibu Kota Kecamatan Tenggarong dapat dilihat seperti pada Tabel 3.4. Dari pembagian BWK tersebut dibuat Rencana Struktur Ruang IKK Tenggarong.

Tabel 5-5

Pembagian BWK di Ibukota Kecamatan Tenggarong

No BWK Fungsi Utama Zona Kegiatan Fungsional

1 BWK I Pemerintahan kecamatan,

perdagangan dan jasa I A

Pusat pelayanan fasilitas sosial kota seperti: pusat pelayanan kesehatan, pemerintahan skala kecamatan, perdagangan dan jasa, perumahan kepadatan sedang, ruang terbuka hijau.

I B

Pusat perdagangan dan jasa skala kabupaten yaitu: Pasar Tangga Arung dan pertokoan, fungsi pelayanan terminal, ruang terbuka hijau, fasilitas sosial.

2 BWK II Dermaga, perumahan,

fasilitas sosial II A

Dermaga penyeberangan wisata Pulau Kumala, ruang terbuka hijau, perumahan kepadatan sedang.

II B

Kegiatan perdagangan (pertokoan) dan jasa (perbankan, dll.) skala pelayanan kabupaten, ruang terbuka hijau

II C Perumahan kepadatan sedang dan rendah, ruang terbuka hijau, fasilitas sosial.

3 BWK III

Pusat pemerintahan dan perkantoran skala

kabupaten III A

Kantor Bupati, DPRD, perkantoran pemerintah lainnya yang memiliki skala pelayanan kabupaten, perumahan kepadatan sedang, fasilitas sosial, ruang terbuka hijau, perdagangan dan jasa.

III B

Perdagangan (pertokoan) dan jasa (perbankan, dll), fasilitas sosial, perumahan kepadatan sedang dan rendah, perkantoran swasta, ruang terbuka hijau. 4 BWK

IV

Perumahan, fasilitas

sosial skala lingkungan IV A

Universitas Kutai Kartanegara, pusat pendidikan tingkat SD sampai dengan SLTA, perumahan

Pariwisata sejarah, budaya dan pendidikan, fasilitas sosial, ruang terbuka hijau, kegiatan wisata, dermaga Tepian Pandan, perumahan kepadatan rendah dan sedang.

V B Perumahan kepadatan rendah dan sedang, fasilitas sosial, perdagangan dan jasa skala lingkungan.

Sumber: Hasil Analisis, Tahun 2008

IKK Tenggarong dibentuk struktur pusat kegiatan dengan ketentuan seperti berikut:

1. Pelayanan skala kabupaten berada pada:

a. BWK III dengan kegiatan berupa kantor pemerintahan kabupaten (Kantor Bupati dan Kantor DPRD) serta kantor-kantor instansi pemerintah lainnya, perkantoran perdagangan dan jasa.

b. BWK V dengan kegiatan berupa pariwisata sejarah dan budaya serta pendidikan, selain itu juga terdapat wisata keagamaan karena di sana terdapat Masjid Agung Tenggarong dan Masjid Lama.

(13)

2. Pelayanan skala kecamatan/kota dipusatkan di BWK I, dengan kegiatan-kegiatan yang dimaksud adalah kantor kecamatan, pasar dan terminal Tangga Arung, kawasan perdagangan dan jasa Tangga Arung ,dan kantor-kantor lainnya, serta terminal tipe C.

3. Pusat pelayanan lingkungan berada di masing-masing BWK II dan IV, dengan kegiatan-kegiatan yang dimaksud diantaranya adalah fasilitas kesehatan, fasilitas pendidikan, fasilitas peribadatan, perdagangan dan jasa lingkungan dan sebagainya.

5.2.6

Arahan Rencana Induk Sistem Sarana dan Prasarana (RIS)

Rencana sistem jaringan prasarana wilayah Kabupaten Kutai Kartanegara, terdiri atas: 1. rencana sistem prasarana utama terdiri atas:

e. rencana jaringan transportasi darat; f. rencana jaringan perkeretaapian; g. rencana jaringan transportasi laut;dan h. rencana jaringan transportasi udara

2. rencana pengembangan prasarana lainnya, meliputi : e. rencana jaringan energi;

f. rencana jaringan telekomunikasi; g. rencana jaringan sumber daya air; dan h. rencana jaringan prasarana lingkungan.

A. Sistem Jaringan Prasarana Utama

Rencana sistem jaringan prasarana utama di Kabupaten Kutai Kartanegara terdiri rencana jaringan transportasi darat, rencana jaringan perkeretaapian, rencana jaringan transportasi laut, dan rencana jaringan transportasi udara.

2. Dalam merencanakan sistem jaringan transportasi darat di Kabupaten Kutai Kartanegara, ada tiga bagian yang direncanakan yaitu jaringan lalu lintas dan angkutan jalan; dan jaringan sungai, danau, dan penyeberangan.

3. Rencana pengembangan jaringan transportasi sungai, danau dan penyeberangan di Kabupaten Kutai Kartanegara diwujudkan melalui pengembangan angkutan sungai, danau dan penyeberangan untuk menunjang kegiatan penduduk terutama yang belum terjangkau oleh transportasi darat.

4. Kereta Api merupakan salah satu alternatif transportasi darat yang ada di Kabupaten Kutai Kartanegara. Rencana jaringan perkeretaapian di Kabupaten Kutai Kartanegara terdiri dari pengembangan prasarana kereta api dan pelayanan kereta api.

5. Rencana pengembangan jaringan transportasi laut di Kabupaten Kutai Kartanegara pada daerah bagian Timur yang berbatasan dengan wilayah laut. Dalam pengembangan transportasi laut ini, dilakukan dengan pengembangan prasarana pelabuhan laut dan terminal khusus.

(14)

Kecamatan Kota Bangun, pembangunan bandar udara perintis berada di Kecamatan Kembang Janggut dan pengoptimalan bandar udara Khusus.

B. Rencana Sistem Prasarana Lainnya

Kebutuhan akan utilitas/sistem prasarana wilayah tidak pernah terlepas dari kegiatan/aktivitas yang dilakukan oleh penduduk. Kebutuhan utilitas tersebut apabila tidak diatur dan segera diterapkan akan terjadi ketimpangan wilayah (disparitas) dan ada sebagian wilayah yang tidak berjalan kegiatan perekonomian, karena sarana penunjang berupa utilitas tersebut tidak terpenuhi dengan baik (kualitas dan kapasitasnya) di suatu wilayah. Rencana pengembangan harus disesuaikan dengan penduduk dan tingkat kebutuhan. Berikut adalah recana system prasaranan lain:

1. Kabupaten Kutai Kartanegara dalam pengembangan jaringan prasarana energi di masa mendatang dilakukan dengan pengembangan jaringan pipa minyak dan gas bumi, jaringan transmiri tenaga listrik, dan jaringan tenaga listrik.

2. Rencana pengembangan sistem telekomunikasi di Kabupaten Kutai Kartanegara meliputijaringan teresterial dan jaringan nirkabel.

3. Rencana sistem jaringan sumber daya air di Kabupaten Kutai Kartanegara meliputi Sistem Wilayah Sungai (WS), Cekungan Air Tanah (CAT), Sistem jaringan irigasi, Sistem jaringan air baku untuk air bersih, Sistem air bersih ke kelompok pengguna, Sistem pengendalian banjir, erosi dan/atau longsor dan Sistem pengamanan pantai.

4. Rencana jaringan pengelolaan lingkungan di Kabupaten Kutai Kartanegara meliputi sistem jaringan persampahan, sistem jaringan air minum, sistem jaringan air limbah, sistem jaringan drainase dan jalur dan ruang evakuasi bencana alam.

5.2.7

Langkah-Langkah Penyusunan Strategi Pembangunan Perkotaan

Rencana Struktur Ruang Wilayah Kabupaten Kutai Kartanegara Tahun 2012–2032 meliputi:

1. Program pengembangan sistem pusat-pusat kegiatan pelayanan perkotaan; dan

2. Program pengembangan sistem jaringan prasarana dan sarana transportasi, sebagai jaringan utama pembentuk struktur dan penghubung antar pusat-pusat kegiatan pelayanan perkotaan.

Usulan program dalam Pusat Kegiatan Nasional (RTRW Kabupaten Kutai Kartanegara tahun 2012-2032):

1. Penyediaan rumah sakit tipe A

2. Pengembangan perdagangan dan jasa skala regional 3. Penyediaan prasarana peribadatan

4. Penyediaan kawasan olahraga 5. Penyediaan taman

6. Pengembangan koleksi dan distribusi produksi batubara dan hutan

(15)

1. Pengembangan pusat perbelanjaan dan jasa;

2. Pengembangan kantor-kantor pemerintahan skala kabupaten; 3. Penyediaan rumah sakit tipe C

4. pengembangan mesjid kabupaten;

5. Pengembangan pendidikan skala kabupaten; 6. Pengembangan taman kabupaten; dan 7. Pengembangan stadion olah raga kabupaten.

Usulan program dalam Pusat Pelayanan Kawasan (RTRW Kabupaten Kutai Kartanegara tahun 2012-2032):

1. Penyediaan fasilitas pasar kecamatan; dan 2. Penyediaan puskesmas

Usulan program dalam Pusat Pelayanan Lingkungan (RTRW Kabupaten Kutai Kartanegara tahun 2012-2034):

1. Penyediaan pasar desa; dan 2. Penyediaan puskesmas pembantu

5.3

Skenario Pengembangan Bidang PU/Cipta Karya

5.3.1

Rencana Induk Sistem Sarana dan Prasarana (RIS)/Masterplan Infrastruktur

Rencana sistem prasarana wilayah mencakup pengairan, telekomunikasi, energi listrik dan persampahan. Selanjutnya diuraikan pula rencana kebutuhan sarana sosial ekonomi yang terdiri dari sarana pendidikan, kesehatan dan peribadatan.

5.3.1.1 Rencana Sistem Prasarana Pengairan

Rencana sistem prasarana pengairan mencakup:

a. Sistem Prasarana Penyediaan Air Bersih, baik untuk permukiman maupun untuk keperluan industri dan kegiatan lainnya

b. Sistem Prasarana Irigasi Pertanian

Rencana Pengembangan Penyediaan Air Bersih Bagi Permukiman

Tujuan pengembangan prasarana penyediaan air bersih adalah:

a. Melayani wilayah perkotaan dan produksi tinggi.

b. Menciptakan tarikan perkembangan wilayah.

c. Melayani wilayah-wilayah dengan ketersediaan air yang terbatas (tidak mencukupi kebutuhan).

Syarat-syarat yang harus dipenuhi dalam penyediaan air bersih bagi masyarakat dan aktivitas sosial ekonomi adalah sebagai berikut:

1. Harus dapat memenuhi persyaratan kualitas sebagai air minum, baik secara fisik, kimia dan

(16)

terutama pada jam puncak. Secara kualitas penyediaan air bersih harus memenuhi persyaratan fisik, kimiawi dan biologis, yaitu tidak berasa, tidak berbau, tidak mengandung zat-zat kimia dalam jumlah berlebih serta tidak mengandung bakteri yang dapat membahayakan kesehatan. Secara kuantitatif, kapasitas sumber air harus dapat menjamin kontinuitas suplai air dan cadangan yang cukup terutama pada jam puncak dan hari maksimum serta cadangan air bagi kebutuhan pemadam kebakaran dan keperluan khusus lainnya.

2. Pendistribusian air dari instalasi dan reservoir ke daerah pelayanan harus dapat terjamin kontinuitasnya dengan tekanan yang cukup.

Dengan mempertimbangkan pesatnya perkembangan jumlah penduduk dan aktivitas yang ada, maka dalam rencana penyediaan sistem air bersih di Kabupaten Kutai Kartanegara dikembangkan pada wilayah permukiman perkotaan dan perdesaan.

Rencana penyediaan air bersih untuk Kabupaten Kutai Kartanegara adalah sebagai berikut:

1. Sistem sambungan langsung dengan sumber dari PDAM direncanakan melayani kawasan

perkotaan, pusat kegiatan komersil, industri maupun pusat pemerintahan. Daerah-daerah ini merupakan daerah yang menjadi kawasan perkotaan yang tersebar di setiap kecamatan di Kabupaten Kutai Kartanegara.

2. Sistem sambungan halaman (kran/hidran umum) dengan sumber dari PDAM, direncanakan

melayani daerah diluar kawasan perkotaan. Daerah ini meliputi daerah-daerah yang tidak termasuk dalam kawasan perkotaan Kabupaten Kutai Kartanegara. Untuk pengelolaannya dapat dilakukan oleh PDAM sendiri atau di serahkan kepada masyarakat dengan membentuk kelompok pemakai air.

3. Sistem penyediaan air dengan swadaya murni dari masyarakat, sistem ini direncanakan

untuk wilayah yang belum mendapat pelayanan dari PDAM.

Rencana Pengembangan Penyediaan Air Baku Bagi Pertanian

Berdasarkan analisis produksi ekonomi wilayah, dimana dapat disimpulkan konsentrasi perkembangan produksi pertanian tanaman pangannya cukup tinggi (basis) meliputi Kecamatan Sanga-sanga, Kecamatan Kota Bangun, Kecamatan Loa Janan, Kecamatan Tengarong Seberang, Anggana dan Kecamatan Marang Kayu. Sehingga wilayah ini merupakan wilayah prioritas pelayanan prasarana irigasi. Untuk melayani aktivitas wilayah dalam rangka mendorong produksi pertanian, maka diperlukan upaya membentuk dan menambah jaringan prasarana irigasi, pada setiap kecamatan potensial produksi tinggi tersebut.

Wilayah prospektif, yaitu wilayah dengan potensi pertanian yang hanya dapat memenuhi kebutuhan wilayahnya sendiri sehingga dibutuhkan intervensi dan pengelolaannya agar dapat melayani kebutuhan ekspor. Yang termasuk wilayah prospektif pengembangan pertanian meliputi Kecamatan Loa Kulu, Muara Wis, Tenggarong, Sebulu dan Muara Badak, sehingga wilayah ini, merupakan wilayah prioritas pelayanan irigasi, dalam rangka menciptakan tarikan perkembangan pada wilayah (atau kecamatan) prospektif pertanian.

(17)

akibat banjir dan kekeringan serta mendukung pemanfaatan areal pertanian baru dan penyediaan air bagi masyarakat.

Rencana penyediaan air baku bagi pertanian adalah sebagai berikut:

1 Penambahan jaringan prasarana irigasi di Kecamatan Tenggarong Seberang dan Loa Kulu

dengan karakteristik wilayah yang dilayani adalah wilayah yang memiliki potensial produksi pertanian tinggi.

2 Pengendalian terhadap pemanfaatan air baku yang dilayani oleh prasarana irigasi bagi

kegiatan pertanian dilakukan dengan cara: a) inventarisai lahan, dan pemilik pertanian setra potensial kebutuhan air baku bagi kegiatannya; b) Menentukkan kapasitas air yang dapat digunakan oleh setiap pemilik pertanian dengan berdasarkan pada prinsip kesepakatan dan rasa adil bagi seluruh stakeholders; c) Memberikan sanksi bagi pemilik pertanian yang pemanfaatan air bakunya tidak sesuai dengan point b, sanksi diberikan sesuai dengan tingkat pelanggarannya dari teguran, disinsentif hingga hukuman pidana dan atau perdata.

3 Bagi kegiatan pertanian yang belum terlayani oleh prasarana irigasi akan tetapi potensial

produksi tinggi, maka kebutuhan air bakunya dapat dilayani oleh pembuatan sungai-sungai kecil yang dapat mengaliri lahannya.

4 Pembangunan sungai-sungai kecil terkait dengan poin 3 dilakukan dengan ketentuan: a)

berdasarkan pada kesepakatan seluruh pemilik lahan yang terkait dengan pembangunan sungai; b) memperhatikan ketersedian air, dan dapat bersumber dari sungai utama dan atau mata air; c) memperhatikan kondisi topografi dan sifat air.

Rencana Pengembangan Penyediaan Air Baku Bagi Industri

Berdasarkan hasil Analisis dimana pada akhir tahun Tahun 2017 diperlukan pengembangan industri dalam rangka menciptakan stabilitas ekonomi. Sementara itu, industri yang baru terlayani air baku adalah kawasan industri yang terletak di Tenggarong Seberang, Muara Jawa, Samboja, Sanga-Sanga, Sebulu dan Marang Kayu, karena mengembangkan sistem pengelolaan prasarana secara terpadu. Kondisi ini menunjukkan kurangnya pelayanan prasarana air baku bagi industri dibandingkan dengan kebutuhannya.

Rencana penyediaan air baku bagi industri adalah sebagai berikut:

1. Penambahan jaringan perpipaan oleh pemerintah untuk kepentingan industri.

2 Bagi kegiatan industri yang belum terlayani oleh prasarana perpipaan akan tetapi potensial produksi tinggi, maka kebutuhan air bakunya dapat dilayani oleh pembuatan sumur/pompa.

3. Pembangunan sumur dan atau pompa terkait dengan poin b dilakukan dengan kententuan;

(18)

4. Pengendalian terhadap pemanfaatan air baku yang dilayani oleh sumur dan atau pompa bagi kegiatan industri dilakukan dengan cara; a) inventarisasi unit industri, dan pemilik industri setra potensial kebutuhan air baku bagi kegiatannya; b) menentukkan kapaitas air yang dapat digunakan oleh setiap unit industri dengan berdasarkan pada prinsip kesepakatan dan rasa adil bagi seluruh stakeholders; c) memberikan sanksi bagi pemilik industri yang pemanfaatan air bakunya tidak sesuai dengan point 2, sanksi diberikan sesuai dengan tingkat pelanggarannya dari teguran, disinsentif hingga hukuman pidana dan atau perdata.

5.3.1.2 Rencana Sistem Prasarana Telekomunikasi

Konsentrasi perkembangan produksi tinggi (kegiatan perkotaan) di Kabupaten Kutai Kartanegara terdapat di kecamatan Tenggarong, Kota Bangun, Samboja, Muara Badak dan Muara Jawa, sehingga wilayah ini merupakan wilayah prioritas pelayanan prasarana telekomunikasi. Terkait dengan hal tersebut, maka diperlukan upaya membentuk dan menambah jaringan prasarana telekomunikasi untuk menunjang aktivitas di wilayah tersebut di seluruh kecamatan.

Wilayah prospektif (semi urban) meliputi Kecamatan Loa Kulu, Loa Janan, Sanga-Sanga, Anggana, Muara Wis, Muara Muntai, Muara Kaman dan Sebulu sehingga wilayah ini merupakan wilayah prioritas pelayanan telekomunikasi. Maka diperlukan upaya membentuk dan menambah jaringan prasarana telekomunikasi dalam rangka menciptakan tarikan perkembangan pada wilayah semi urban.

Salah satu Indikator suatu wilayah tertinggal adalah belum terjangkaunya prasarana telekomunikasi atau telepon. Sementara itu, wilayah kecamatan di Kabupaten Kutai Kartanegara yang terlingkup dalam wilayah yang terisolasi meliputi sebagian Kecamatan Kenohan, Kembang Janggut dan Tabang. Dalam rangka pemerataan pembangunan, maka prasarana telekomunikasi merupakan kebutuhan yang harus dapat terpenuhi pada wilayah ini. Pemenuhan kebutuhan prasarana telekomunikasi dapat dilakukan dengan cara membentuk dan menambah jaringan prasarana telekomunikasi pada wilayah tersebut, sehingga akan menciptakan tarikan perkembangan yang dapat menunjang aktivitas sosial-ekonomi wilayah tersebut.

Pembangunan SST didalam upaya mewujudkan pelayanan telekomunikasi, dipengaruhi oleh faktor ketersediaan pembiayaan dan atau investasi, kemampuan masyarakat untuk membayar dari pelayanan fasilitas tersebut dan ketersediaan fasilitas penunjang lainnya yang mendukung pembangunan prasarana telekomunikasi tersebut seperti; jaringan jalan, pusat permukiman, dll. Tingkat pendapatan per kapita setiap kecamatan yang ada menunjukkan keragaman dan nilai yang berbeda.

Berdasarkan pertimbangan di atas, maka target pelayanan disetiap wilayah kecamatan perlu disesuaikan dengan kondisi yang ada, yaitu potensi serta kendalanya. Target pelayanan pembangunan SST hingga tahun 2017 adalah:

1. Kawasan perkotaan (urban) dengan target pembangunan SST adalah 70-90%. Kecamatan dengan tipologi kawasan perkotaan pada tahun tahun 2017 adalah Samboja, Muara Jawa, Kota Bangun, Tenggarong Seberang dan Muara Badak.

(19)

Berdasarkan permasalah yang terjadi, maka rencana pengembangan prasarana telekomunikasi adalah sebagai berikut:

1. Penambahan Jaringan telepon rumah di wilayah yang termasuk kawasan perkotaan. 2. Penambahan telepon umum dan wartel di pusat permukiman perdesaan, baik dengan

jaringan kabel dan nirkabel.

3. Pembangunan stasiun-stasiun komunikasi nirkabel di wilayah-wilayah tertinggal/terisolasi.

5.3.1.3 Rencana Sistem Prasarana Energi

Sejalan dengan peningkatan pertumbuhan kebutuhan tenaga listrik diperlukan penambahan kapasitas pembangkit. Penentuan lokasi pembangunan pembangkit harus mempertimbangkan lokasi sumber bahan bakar/penggerak, lokasi gardu induk dan jaringan transmisi serta lokasi beban. Pertimbangan yang tidak kalah pentingnya saat ini adalah aspek lingkungan, apakah pembangkit yang akan beroperasi tersebut memberikan kontribusi yang besar terhadap tingkat pencemaran serta apakah kontribusi tersebut masih dapat ditoleransi apabila lokasi pembangkit tersebut berada di pusat beban, atau kawasan berpenduduk padat. Arahan untuk mengatasi "krisis listrik" dilakukan melalui beberapa cara, yaitu:

1. Membangun pembangkit baru

2. Membeli ekses daya dari pembangkit captive

3. Melaksanakan rehabilitasi dan mengaktifkan kembali secara terseleksi pembangkit yang rusak dan RSH (Reserve Shutdown)

A. Perencanaan Pembangkit Sistem Mahakam

Rencana penambahan pembangkit di Sistem Mahakam di samping untuk memenuhi kebutuhan pertumbuhan beban juga untuk memenuhi tambahan beban akibat perluasan area layanan sehubungan dengan dieselization of isolated system (perluasan jaringan transmisi).

Rencana pembangunan pembangkit dalam kurun waktu sampai dengan 10 tahun yang akan datang antara lain perluasan PLTGU Tanjung Batu Tanjung Batu 40 MW, Pembangunan PLTGU Cita Contract di Tanjung Batu 20 MW oleh Pemerintah Provinsi Kalimantan Timur yang direncanakan tahun 2006 dan 40 MW tahun 2008. Dengan penambahan pembangkit ini diharapkan sampai 10 tahun ke depan wilayah kerja Sistem Mahakam dapat terlayani.

B. Perencanaan Pembangkit Sistem Kota Bangun

Untuk mengantisipasi keterbatasan kapasitas pembangkit pada sistem Kota Bangun yang merupakan sistem isolated direncanakan penambahan pembangkit dengan beberapa rencana yaitu:

1. Mengembangkan pembangkit tanpa penambahan grid.

2. Perencanaan pengembangan pembangkit harus disesuaikan dengan penggabungan

beberapa ULD ke sistem Kota Bangun. Pembangkit yang ada di ULD di tiga kecamatan yaitu ULD Muara Muntai, ULD Kahala, ULD Genting Tanah dihapus. Kapasitas terpasang pembangkit di beberapa ULD tersebut adalah 1,664 MW.

(20)

tersebut agar segera dibuat Feasibility Study dan dilanjutkan dengan pembangunan secara bertahap apabila ternyata proyek ini layak secara ekonomis, teknis dan lingkungan.

5.3.1.4 Rencana Sistem Prasarana Persampahan

Penduduk Kabupaten Kutai Kartanegara pada Tahun 2017 diperkirakan 820.904 jiwa. Implikasi perkembangan penduduk ini adalah bertambahnya jumlah timbulan sampah. Agar dapat melayani pelayanan sampah pada tahun 2017, maka diperlukan penambahan sarana dan prasarana pengelolaan persampahan yang antara lain meliputi alat angkut sampah, kontainer/TPS, sistem transfer depo dan TPA. Sementara itu wilayah dengan konsentrasi perkembangan produksi tinggi (kawasan perkotaan) meliputi Kecamatan Tenggarong, Samboja, Tenggarong Seberang, Kota Bangun, Muara Jawa dan Muara Badak merupakan wilayah potensial produksi sampah sehingga menjadi prioritas pelayanan prasarana persampahan.

Penanganan persampahan direncanakan dikelola perkota atau kecamatan. Timbunan sampah di Kabupaten Kutai Kartanegara sampai dengan akhir tahun perencanaan akan mengalami peningkatan yang cukup pesat. Arahan recana sistem pengelolaan persampahan disesuaikan dengan sistem perwilayah yang ada.

Merujuk pada Standar Nasional Indonesia (SNI) dalam penentuan lokasi TPA hal-hal atau faktor-faktor yang perlu diperhatikan dalam penentuan lokasi TPA antara lain:

1. Tercakup dalam perencanaan tata ruang kabupaten dan daerah 2. Jenis tanah kedap air

3. Daerah yang tidak produktif untuk pertanian 4. Dapat dipakai minimal untuk 5 – 10 tahun

5. Tidak membahayakan atau mencemari sumber air 6. Jarak dari pusat pelayanan +/- 10 km

7. Merupakan daerah yang bebas banjir.

Selain pertimbangan SNI, pertimbangan lainnya dalam menentukan lokasi dan jenis TPA adalah:

1. Pencapaian keseimbangan pelayanan dari berbagai sudut lokasi/wilayah 2. Dapat memperkecil dampak negatif terhadap lingkungan

3. Memunculkan “nilai ekonomis sampah” yang secara tidak langsung diharapkan dapat meningkatkan pendapatan masyarakat dan mengurangi terjadinya pencemaran lingkungan akibat sampah

4. TPA yang dikembangkan adalah TPA dengan kualifikasi antara lain:  Tidak menimbulkan bau

 Dapat minimalkan bahaya terhadap kesehatan, karena insect (lalat) dan roden tidak dapat berkembang biak

 Terhindar dari bahaya terhadap kemungkinan terjadinya kebakaran kecil  Kebutuhkan lahan relatif kecil

(21)

Berdasarkan pertimbangan di atas, maka rencana pengelolaan persampahan adalah sebagai berikut:

1. Pembangunan TPA di Kecamatan Muara Kaman, Muara Wis, Muara Jawa da Muara Badak 10 Ha untuk melayani setiap Wilayah Pembangunan.

2. Penambahan jumlah TPS, dan perluasan jangkauan pelayanan terutama di Kecamatan-kecamatan yang memungkinkan.

3. Pengembangan usaha daur ulang sampah, kertas dan plastik (sampah kering).

4. Sistem pengelolaan TPA yang dikembangkan adalah Controlled Landfill dan open dummping. 5. Peningkatan kesadaran (peranserta) masyarakat dalam menjaga kebersihan lingkungan. 6. Pengefektifan fungsi pemulung dengan pembangkitan kegiatan daur ulang sampah menjadi

produk-produk yang berdayaguna.

7. Penambahan sarana pengangkutan dan petugas persampahan, terutama diwilayah perkotaan.

8. Pengomposan sampah-sampah organik dan pembangunan fasilitas tempat pemisahan jenis sampah organik dan anorganik yang dilakukan oleh masyarakat mulai dari rumah-rumah sampai tempat-tempat umum, dimana pemerintah menyediakan sarana tong sampah untuk memilah-milah sampah tersebut.

9. Re-design Tempat/Lahan Pembuangan Akhir yang ada untuk mencegah akibat yang ditimbulkan kedepan.

10. Pemerintah mengeluarkan aturan-aturan yang diperlukan dan yang lebih tegas mengenai pembuangan sampah ini, antara lain memberikan denda kepada pihak yang membuang sampah sembarangan, sistem restribusi sampah, tarif pengelolaan dan lain-lain.

11. Frekwensi pelayanan dibagi menjadi beberapa kondisi sebagai berikut :

 Wilayah dengan pelayanan intensif adalah daerah di jalan protokol, pusat Kabupaten, kawasan permukiman perkotaan tidak teratur dan daerah komersil.

 Wilayah dengan pelayanan menengah adalah kawasan permukiman teratur.  Wilayah dengan pelayanan rendah adalah daerah pinggiran Kabupaten.

5.3.1.5 Rencana Pengembangan Fasilitas Sosial Ekonomi

Rencana pengembangan sarana dan prasarana telah mengacu pada kaidah stándar pelayanan minimun sarana pelayanan umum. Dasar perhitungan rencana kebutuhan sarana dan prasarana adalah proyeksi jumlah penduduk dan standar tingkat pelayanan minimum dari masing-masing fasilitas dan prasarana dasar wilayah.

Berdasarkan hasil proyeksi penduduk yang dilakukan, maka diperoleh prediksi jumlah penduduk tahun 2005 adalah 531.039 jiwa, 2011 adalah 677.035 jiwa dan pada akhir tahun perencanaan (2017) adalah 820.904 jiwa.

A. Rencana Pengembangan Fasilitas Pendidikan

Pemenuhan sarana dan prasarana pendidikan di Kabupaten Kutai Kartanegara tidak terlepas dari usaha pencapaian tujuan pendidikan nasional yaitu mencerdaskan kehidupan bangsa serta strategi Strategi pokok yang terkait dengan peningkatan kapasitas dan kualitas pelayanan publik dengan meningkatkan mutu dan jumlah sarana dan prasarana dalam rangka meningkatkan kualitas pelayanan publik.

(22)

Berdasarkan hasil yang diperoleh, maka rencana pengembangan sarana pendidikan adalah sebagai berikut:

1. Pengembangan sarana pendidikan tetap dilakukan, terutama di wilayah pengembangan

perumahan baru dan daerah yang belum terjangkau pelayanannya dengan skala pelayanan yang disesuaikan dengan kebutuhan.

2. Adapun jenis sarana pendidikan yang dikembangkan terutama di daerah permukiman baru meliputi pendidikan Taman Kanak-Kanak (TK), Sekolah Dasar (SD), Sekolah Menengah Pertama (SMP), Sekolah Menengah Umum (SMU) dan Perguruan Tinggi (PT). Selain itu juga akan dikembangkan dengan pembangunan Sekolah Kejuruan Pertanian, Perikanan dan Peternakan. Untuk sarana pendidikan diarahkan juga dengan penambahan tenaga pengajar untuk semua tingkatan.

3. Sarana pendidikan TK akan diarahkan pembangunannya pada semua wilayah yang

disesuaikan dengan tingkat kebutuhan, peletakan akan dilakukan pada pusat lingkungan sebagai pengikat. Pengembangan sarana pendidikan yang berupa Taman Kanak-Kanak (TK) akan dikembangkan di seluruh wilayah perencanaan. Kebutuhan TK berdasarkan jumlah pada kondisi eksisiting dan proyeksi pada Tahun 2017 mencapai 826 unit dengan total lahan 104.4 Ha.

4. Sarana pendidikan SD dan diarahkan pembangunannya sesuai dengan kebutuhan.

Berdasarkan hasil prediksi, maka pengembangan sarana pendidikan pada akhir tahun perencanaan Tahun 2017 adalah sejumlah 707 unit dengan kebutuhan lahan seluas 254.52 Ha.

5. Sarana pendidikan SMP, SMA/SMK akan diarahkan pembangunannya sesuai dengan

kebutuhan dan pembangunannya diarahkan di kota kecamatan dan pusat pertumbuhan. Pengembangan sarana pendidikan SMP sampai dengan SMU/SMK sebanyak 171 unit dan 170 unit dengan kebutuhan ruang masing-masing seluas 82.08 Ha dan 81.6 Ha.

6. Sarana pendidikan perguruan tinggi/universitas diarahkan pembangunannya sesuai kebutuhan dan diarahkan pembangunannya di kabupaten. Adapun hasil prediksi kebutuhan perguruan tinggi/universitas di Kabupaten Kutai Kartanegara sebanyak 12 unit dengan kebutuhan ruang sebesar 120 Ha.

B. Rencana Pengembangan Fasilitas Kesehatan

Sarana dan prasarana kesehatan merupakan sarana dan prasarana penting untuk menunjang kehidupan penduduk. Selain pemenuhan kebutuhan pelayanan, perlu diperhatikan pula mengenai distribusi dan alokasi penyebaran sarana kesehatan di wilayah perencanaan. Hal ini disebabkan sarana tersebut harus dapat dicapai dengan cepat dan mudah dari setiap lingkungan perumahan supaya pertolongan untuk pengobatan dapat dilakukan segera mungkin.

(23)

1. Rencana Pengembangan sarana kesehatan berupa Rumah Sakit terdapat penambahan sebanyak 2 unit, dimana dalam hasil prediksi 2 unit tersebut di tempatkan di Kecamatan Kembang Janggut dan Loa Janan. Secara keseluruhan luas kebutuhan ruang untuk sarana kesehatan Rumah Sakit adalah sebesar 34.56 Ha.

2. Rencana pengembangan sarana kesehatan berupa puskesmas dan puskesmas pembantu tidak mengalami perubahan, dikarenakan kondisi yang ada masih mencukup untuk kebutuhan masyarakat. Hanya saja dilakukan peningkatan kualitas dan kuantitasnya. Kebutuhan ruang untuk Puskesmas dan Puskesmas Pembantu adalah 10,8 Ha dan 25,4 Ha.

C. Rencana Pengembangan Fasilitas Peribadatan

Pola pengembangan sarana peribadatan mengacu pada kondisi eksisting yang telah ada, dengan penambahan pada pengembangan daerah baru. Rencana sarana peribadatan dapat dijelaskan sebagai berikut:

1. Untuk sarana peribadatan yang berskala lokal seperti mushola dan mesjid lingkungan, gereja, vihara maupun kelenteng untuk kebutuhan yang akan datang lokasinya tidak ditentukan, hal ini disebabkan sarana peribadatan tidak memberikan pengaruh terhadap perubahan struktur ruang secara keseluruhan.

2. Kebutuhan sarana peribadatan yang akan dikembangkan akan disesuaikan dengan peraturan dan deregulasi yang berlaku pada masing-masing daerah.

3. Untuk Masjid kebutuhan sampai akhir tahun perencanaan 2017 dibutuhkan sebanyak 533 unit dengan luas 15.99 Ha.

4. Untuk Gereja Katholik dan Protestan, Klenteng dan Vihara pengembangannya akan diarahkan sesuai dengan kebutuhan dan prosedur yang berlaku.

Untuk mengetahui beberapa sarana yang dibutuhkan dan dikembangkan serta indikator programnya. dapat dilihat pada tabel berikut.

Tabel 5-6

Longlist Kebutuhan Pembangunan Sarana di Kabupaten Kutai Kartanegara

No Kawasan Permasalahan Kebutuhan

Sarana Indikator Program

1 Seluruh pendidikan sesuai hasil proyeksi kebutuhan

 Rehabilitasi sarana pendidikan Beberapa fasilitas yang mengalami

kerusakan pendidikan sesuai hasil proyeksi kebutuhan  Rehabilitasi sarana

kesehatan Beberapa fasilitas yang mengalami

kerusakan Beberapa fasilitas yang mengalami

(24)

No Kawasan Permasalahan Kebutuhan

Sarana Indikator Program

4

Masih belum terarahnya tujuan pengembangan dan fasilitas

Sumber: RTRW Kabupaten Kutai Kartanegara 2012 (Diolah)

5.3.2

Identifikasi Kebutuhan Investasi Pembangunan Infrastruktur

Pembangunan infrastruktur adalah bagian integral dari pembangunan kota dan merupakan salah satu penggerak pertumbuhan ekonomi daerah. Kondisi infrastruktur seperti jaringan jalan, jaringan transportasi, jaringan drainase, persampahan, sumber daya air dan pelayanan air bersih, jaringan air limbah serta sarana prasarana lainnya masih belum mengimbangi perkembangan dinamika masyarakat terutama diwilayah pengembangan. Berkurangnya kualitas infrastruktur dan tertundanya pembangunan infrastruktur akan memperlambat perekonomian daerah.

Kebijakan pembangunan sarana prasarana dilakukan dengan pendekatan pembangunan berbasis kewilayahan atau komunitas. Diharapkan akan tercipta Kabupaten Kutai Kartanegara yang bersih, sehat, indah dan nyaman yang dimulai dari lingkungan wilayah/desa. Melalui pendekatan ini, maka partisipasi masyarakat menjadi faktor penting dalam menentukan keberhasilannya. Penyediaan sarana prasarana air bersih perpipaan, drainase, jalan dan transportasi, menajemen pengelolaan sampah, optimalisasi Instalasi Pengolah Air Limbah (IPAL) dan penataan ruang perkotaan, akan menjadi kunci penting lima tahun mendatang. Pengembangan sistem transportasi juga merupakan kebutuhan mendesak untuk jangka waktu lima tahun mendatang.

5.3.2.1 Kebutuhan Sarana dan Prasarana di Wilayah Pesisir Kabupaten Kutai Kartanegara

Kebutuhan sarana dan prasarana di kecamatan wilayah pesisir (Samboja, Muara Jawa, Sanga-Sanga, Anggana, Muara Badak dan Marangkayu) Kabupaten Kutai Kartanegara akan diuraikan per desa/kelurahan di masing-masing kecamatan dan dengan segmentasi lima tahunan disesuaikan dengan periodisasi Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD). Acuan yang dipakai dalam penentuan jumlah kebutuhan masing-masing sarana per-lima tahun ini adalah Pedoman Penentuan Standar Pelayanan Minimal Keputusan Menteri Permukiman dan

Prasarana Wilayah No. 534/KPTS/M/2001.

1. Kebutuhan Prasarana Listrik

Listrik merupakan sumber tenaga dan penerangan yang mempunyai peranan sangat penting bagi kehidupan manusia, bahkan tidak terbatas hanya untuk penerangan dan sumber tenaga, namun sekaligus dapat menunjang kemajuan sosial, ekonomi dan budaya penduduk.

(25)

b. Kebutuhan Listrik non-rumah tangga adalah 41,5 % yang terbagi untuk:

- Penerangan jalan : 1,5 %

- Komersial : 15 %

- Pemerintah dan pelayanan umum : 15 %

- Cadangan : 10 %

2. Kebutuhan Prasarana Air Bersih

Kebutuhan air bersih merupakan faktor penting yang harus dipenuhi. Perencanaan yang baik yang didasarkan pada proyeksi kebutuhan yang tepat merupakan hal yang mutlak diperlukan. Hal ini mengingat bahwa air sebagai salah satu kebutuhan dasar setiap manusia.

Berdasarkan hasil analisis yang telah dilakukan, pada akhir tahun proyeksi (Tahun 2028) kebutuhan air bersih yang diperlukan di Wilayah Pesisir adalah sebesar 42.750.699 liter/hari yang terdiri dari kebutuhan air bersih domestik sebanyak 20.357.476 liter/hari dan kebutuhan air non-domestik sebanyak 4.071.495 liter/hari dengan cakupan pelayanan 80 % dari jumlah penduduk keseluruhan.

3. Kebutuhan Prasarana Air Limbah

Pembangunan prasarana air limbah dinilai penting terutama untuk masyarakat di Wilayah Pesisir Kabupaten Kutai Kartanegara. Kondisi eksisting prasarana air limbah yang ada di Wilayah Pesisir tidak dikelola dengan baik. Masyarakat lebih suka melakukan pembuangan air limbah rumah tangga ke atas badan air (sungai, anak sungai). Kondisi ini diperburuk dengan kondisi kurangnya fasilitas air bersih, sehingga yang terjadi adalah pencemaran sungai.

4. Kebutuhan Prasarana Drainase

Jaringan drainase adalah sistem penyaluran air permukaan yang penyalurannya dapat menggunakan saluran alam (seperti: sungai) atau saluran buatan. Fungsi dari penempatan saluran drainase adalah untuk menyalurkan air permukaan baik yang diakibatkan oleh pemotongan garis topografis maupun yang diakibatkan oleh limpasan air hujan (run-off) hingga ke wilayah yang lebih rendah (laut, sungai yang lebih besar). Dengan adanya limpasan air hujan inilah maka perlu perencanaan sistem drainase yang lebih optimal.

5. Kebutuhan Prasarana Persampahan

Kebutuhan pelayanan persampahan dihitung dengan mengukur perkiraan jumlah produksi sampah di 6 (enam) kecamatan wilayah pesisir Kabupaten Kutai Kartanegara, dengan menggunakan standar sebagai berikut:

a. 1 KK terdiri dari 5 jiwa;

b. Produksi sampah rumah tangga per orang/hari adalah 2,5 liter/orang/hari;

c. Untuk sampah non-rumah tangga sebesar 20 % dari jumlah sampah rumah tangga.

5.3.3

Kebutuhan Sarana dan Prasarana di Kecamatan Wilayah Tengah Kabupaten

Kutai Kartanegara

(26)

1. Kebutuhan Prasarana Sistem Jaringan Transportasi

Dalam pengembangan suatu wilayah, transportasi merupakan salah satu aspek yang memegang peranan penting untuk mempermudah interaksi antar dan inter wilayah. Dengan mudahnya interaksi tersebut, maka akan memperoleh manfaat ekonomi, sosial dalam konstelasi lokal maupun regional.

a. Pengembangan Jaringan Jalan

Pengembangan jaringan jalan dimaksudkan untuk meningkatkan intensitas pelayanan, mengantisipasi perkembangan serta membentuk sistem jaringan jalan yang teratur dan berhirarki. Di samping itu pengembangan ini untuk melayani aktivitas pergerakan dari dan ke kawasan atau internal dalam wilayah agar lebih teratur.

b. Pengembangan Terminal Penumpang

Terminal penumpang merupakan prasarana transportasi yang memiliki peranan penting terkait dengan fungsinya sebagai pengaturan lalu-lintas kendaraan umum. Kinerja terminal sangat bergantung pada seberapa besar kapasitas yang dapat disediakan untuk dapat menampung kendaraan umum

c. Penyediaan Angkutan Umum

Penyediaan angkutan umum perkotaan bertujuan untuk dapat mempermudah pergerakan penduduk dari satu tempat ke tempat lain. Keberadaan angkutan umum perkotaan juga merupakan sarana pendukung dalam sektor perdagangan dan jasa, pariwisata, pelayanan umum dan sosial lainnya.

2. Kebutuhan Prasarana Sistem Jaringan Utilitas

a. Pengembangan Sistem Jaringan Air Bersih

Pengembangan teknik pengolahan air bersih untuk menjaga dan mengembangkan kualitas serta produksi air bersih perlu dilakukan sebagai upaya antisipasi peningkatan jumlah sambungan rumah dan jumlah penduduk yang dilayani. Hal ini juga dilakukan untuk antisipasi perubahan kualitas air Sungai Mahakam. Kebutuhan akan air bersih terus meningkat setiap tahunnya. Maka dari itu pengembangan jaringan air bersih dilakukan sebagai upaya pemenuhan kebutuhan air bersih pada masa sekarang dan akan datang.

b. Pengembangan Sistem Jaringan Air Limbah

Rencana pengembangan pelayanan pengelolaan air limbah didasarkan pada prediksi volume air limbah yang dihasilkan. Berdasarkan perhitungan dengan menggunakan asumsi produksi air limbah orang per hari sebanyak 85-175 liter/orang/hari, maka di tahun 2029 prediksi volume air kotor domestik adalah sebanyak 9.972.550 liter/orang/hari.

(27)

drainase primer dan sekunder. Rencana pengembangan prasarana air kotor sebagai upaya meningkatkan pelayanan sanitasi lingkungan yang tentunya akan berpengaruh terhadap kesehatan lingkungan dan masyarakat.

c. Rencana Sistem Jaringan Drainase

Rencana penataan jaringan drainase air hujan dibangun dengan prinsip agar pengaliran air hujan di atas permukaan tanah (surface run off) dapat secepatnya dialirkan menuju ke sungai/saluran pembuangan, agar tidak terjadi genangan air hujan dan pengikisan terhadap badan jalan.

d. Rencana Jaringan Persampahan

Di kawasan perencanaan saat ini belum terdapat pelayanan pengelolaan sampah ke rumah-rumah penduduk. Timbulan sampah yang terjadi biasanya dikelola sendiri oleh masyarakat seperti dibakar, ditimbun. Mengingat jumlah timbulan sampah di kawasan perencanaan terus meningkat, maka dari itu diperlukannya rencana pengelolaan persampahan yang tepat.

Tingkat pelayanan pengelolaan sampah seperti di IKK Tenggarong sampai tahun 2008 hanya mencakup pengelolaan sampah pasar. Hal ini menunjukkan pelayanan pengelolaan sampah masih berada jauh dibawah Standar Pelayanan Minimal sampah yang ditetapkan yaitu 80 %. Perkiraan jumlah total timbulan sampah dengan menggunakan asumsi produksi sampah 2,5 – 3,5 liter/orang/hari sampai tahun 2029 ialah 142.465 liter/orang/hari. Mengingat jumlah timbulan sampah di kawasan perencanaan terus meningkat, dibutuhkan usaha pengelolaan terpadu agar lingkungan di sekitar kawasan perencanaan tetap terjaga dengan baik.

e. Rencana Sistem Jaringan Listrik

Sejalan dengan peningkatan pertumbuhan kebutuhan tenaga listrik diperlukan penambahan kapasitas pembangkit. Penentuan lokasi pembangunan pembangkit harus mempertimbangkan lokasi sumber bahan bakar/penggerak, lokasi gardu induk dan jaringan transmisi serta lokasi beban.

Pelayanan listrik seperti di Kecamatan Tenggarong seluruhnya sudah terlayani oleh PLN. Tetapi untuk menjaga pasokan listrik, masih ada beberapa masyarakat yang menggunakan tenaga diesel jika sewaktu-waktu terjadi pemadaman listrik oleh PLN.

f. Rencana Sistem Jaringan Telekomunikasi

Dalam rangka pemerataan pembangunan, prasarana telekomunikasi merupakan salah satu kebutuhan yang harus dapat terpenuhi. Pemenuhan kebutuhan prasarana telekomunikasi dapat dilakukan dengan cara membentuk dan menambah jaringan prasarana telekomunikasi pada suatu wilayah, sehingga akan menciptakan tarikan perkembangan yang dapat menunjang aktivitas sosial-ekonomi wilayah tersebut.

5.3.4

Logical Framework: Keterkaitan Rencana Pengembangan Wilayah dan

Rencana Pembangunan Infrastruktur (Masterplan Infrastruktur)

(28)

terhadap masalah yang dihadapi oleh kota dan prioritas dapat dilihat pada tabel matriks logical

framework.

5.3.5

Prioritas Pembangunan Infrastruktur Kab. Kutai Kartanegara

(29)

Tabel 5-7

Strategi Pembangunan Kebijakan Program

Ruang Lingkup

Penyediaan perumahan Pengembangan rumah murah

Penataan permukiman Peningkatan prasarana dan

(30)

No.

Strategi Pembangunan Kebijakan Program

Ruang Lingkup pelayanan air minum

Gambar

Tabel 5-1
Tabel 5-2
Tabel 5-3 Rencana Pemanfaatan Kawasan Lindung Kabupaten Kutai Kartanegara
Tabel 5-4 Pembagian BWK Ibukota Kecamatan Tenggarong Seberang
+3

Referensi

Dokumen terkait

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pemahaman konsep matematika siswa menggunakan penerapan pendekatan brain based learning dengan metode pembelajaran

Fungsi–fungsi manajemen ini telah diterapkan pada bimbingan manasik haji dan umrah yang diselenggarakan oleh Kelompok Bimbingan Ibadah Haji (KBIH) As-Shofa kota Blora

Peneliti ingin memahami bagaimana pengalaman spiritualitas kaum waria menyangkut penghayatan dan perwujudan yang berhubungan simbol, keyakinan, nilai dan perilaku

 Untuk angkutan udara domestik, jumlah pesawat yang berangkat dari bandara Ngurah Rai pada bulan Januari 2016 sebanyak 3.303 unit penerbangan, atau turun 2,05 persen

Program sukarela – Dana Pensiun : Dari semua dana pensiun yang menyelenggarakan program yang manfaatnya pasti, rata-rata menjanjikan manfaat pensiun sebesar 1.5 x penghasilan

Euthanasia agresif, disebut juga eutanasia aktif, adalah suatu tindakan secara sengaja yang dilakukan oleh dokter atau tenaga kesehatan lainnya untuk mempersingkat

Distribusi Frekuensi berdasarkan Skala nyeri disminore sesudah pemberian minuman kunir asam pada kelompok kontrol di Desa Mijen Kecamatan Kaliwungu Kabupaten

Analisis statistik menunjukkan nilai deteksi vaskularisasi dengan CEUS sesuai dengan ukuran tumor dan kedalaman tumor pada 118 nodul dengan densitas tinggi pada fase arterial fase