• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengaruh metode pembelajaran kooperatif-stad dengan setting outdoor mathematics terhadap aktivitas, minat, dan prestasi belajar siswa dalam pembelajaran matematika dengan pokok bahasan perbandingan trigonometri - USD Repository

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "Pengaruh metode pembelajaran kooperatif-stad dengan setting outdoor mathematics terhadap aktivitas, minat, dan prestasi belajar siswa dalam pembelajaran matematika dengan pokok bahasan perbandingan trigonometri - USD Repository"

Copied!
198
0
0

Teks penuh

(1)

PENGARUH METODE PEMBELAJARAN KOOPERATIF-STAD DENGAN SETTINGOUTDOOR MATHEMATICS

TERHADAP AKTIVITAS, MINAT, DAN PRESTASI BELAJAR SISWA DALAM PEMBELAJARAN MATEMATIKA DENGAN

POKOK BAHASAN PERBANDINGAN TRIGONOMETRI

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat

Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Program Studi Pendidikan Matematika

Disusun Oleh :

Rosalia Kurnia Widyaningsih NIM : 011414023

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN IPA FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA

(2)

PENGARUH METODE PEMBELAJARAN KOOPERATIF-STAD DENGAN SETTINGOUTDOOR MATHEMATICS

TERHADAP AKTIVITAS, MINAT, DAN PRESTASI BELAJAR SISWA DALAM PEMBELAJARAN MATEMATIKA DENGAN

POKOK BAHASAN PERBANDINGAN TRIGONOMETRI

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat

Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Program Studi Pendidikan Matematika

Disusun Oleh :

Rosalia Kurnia Widyaningsih NIM : 011414023

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN IPA FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA

(3)
(4)
(5)

Skripsi ini ku persembahkan

untuk:

Tuhan Yesusku

Bapakku

Ibuku

Kakakku

(6)

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA

Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang saya tulis ini tidak

memuat karya orang lain, kecuali yang disebutkan dalam kutipan dan daftar

pustaka, sebagaimana layaknya karya ilmiah.

Yogyakarta, 14 Juni 2007

Penulis,

(7)

ABSTRAK

ROSALIA KURNIA WIDYANINGSIH. 2007. Pengaruh Metode Pembelajaran Kooperatif-STAD dengan Setting Outdoor Mathematics terhadap Aktivitas, Minat, dan Prestasi Belajar Siswa dalam Pembelajaran Matematika dengan Pokok Bahasan Perbandingan Trigonometri. Program Studi Pendidikan Matematika, Jurusan Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tingkat keaktifan, minat, dan keberhasilan siswa dalam belajar matematika pokok bahasan perbandingan trigonometri dengan metode pembelajaran kooperatif-STAD (Student Team Achievement Divisions) dengan settingoutdoor mathematics.

Penelitian ini termasuk penelitian Pra Eksperimental, di mana dalam penelitian ini tidak digunakan kelompok kontrol. Penelitian ini dilaksanakan selama bulan November-Desember 2006. Subyek penelitian ini adalah siswa kelas XA SMA Santo Mikael Yogyakarta tahun ajaran 2006/2007 yang berjumlah 30

siswa.

Penelitian ini dilakukan dalam 6 pertemuan. Adapun tindakan yang dilakukan dalam penelitian ini mengacu pada lima komponen utama dalam pembelajaran kooperatif tipe STAD yaitu presentasi kelas, kerja tim, kuis, skor perbaikan individu, dan penghargaan kelompok. Dalam melaksanakan penelitian, peneliti mengajar menggunakan model pembelajaran kooperatif-STAD dengan setting Outdoor Mathematics dengan pokok bahasan perbandingan trigonometri. Instrumen-instrumen yang digunakan adalah (1) desain pembelajaran, (2) lembar oservasi atau pengamatan aktivitas siswa, (3) angket atau kuisioner minat, (4) lembar wawancara pendapat siswa, (5) tes prestasi yang berbentuk kuis.

(8)

ABSTRACT

ROSALIA KURNIA WIDYANINGSIH. 2007. The Influence of Cooperative-STAD Learning Method using Outdoor Mathematics Setting on the Activity, Interest, and Achievement of Students in the Mathematics Teaching and Learning on the Topic of Trigonometric Ratios. Mathematics Education Study Program, Department of Mathematics and Science Education, Faculty of Teachers Training and Education, Sanata Dharma University, Yogyakarta.

This research aims to know the level of activeness, interest, and achievement of students in the mathematics teaching and learning on the topic of trigonometric ratios using cooperative-STAD learning method conducted in Outdoor Mathematics Setting.

This research was pre-experimental research, which did not use a control group. This research was held in November-December 2006. The subjects of this research were the tenth grade (XA) of Santo Mikael Senior High School Students

that consist of 30 students in Academic Year 2006/2007.

This research was held in 6 meetings. The teaching and learning activities were based on the five main components of the cooperative learning model (STAD type), i.e. class presentation, team work, quiz, individual improvement scores, and group rewards. In the running of the study, the researcher taught the students using cooperative-STAD learning method using Outdoor Mathematics Setting on the topic of trigonometric ratios. The instruments used in this study were (1) learning design, (2) observation sheet on students’ activeness, (3) students’ interest questionnaire, (4) interview based on students’ interest sheet, (5) achievement test.

The result of this research showed that (a) the level of students’ activeness was high. This can be seen from the number of students where the activeness at the second meeting was 93.33 % and at the fourth meeting was 100 %. If we look at the frequency of students’ activities, the increase can be seen from the students who were active at the second meeting, which was 129, and at the fourth meeting was 169. (b) If we look at the students’ interest, the interest was in“interesting”

(9)

KATA PENGANTAR

Puji syukur kepada Tuhan atas cinta dan kasih-Nya, sehingga skripsi yang

bejudul Pengaruh Metode Pembelajaran Kooperatif-STAD dengan Setting

Outdoor Mathematics terhadap Aktivitas, Minat, dan Prestasi Belajar Siswa dalam Pembelajaran Matematika dengan Pokok Bahasan Perbandingan

Trigonometridapat terselesaikan.

Penyusunan skripsi ini diajukan untuk memenuhi salah satu prasyarat

dalam memperoleh gelar sarjana pendidikan pada Program Studi Pendidikan

Matematika di Universitas Sanata Dharma. Dalam proses penyusunan skripsi ini

penulis menemukan banyak hambatan dan rintangan, namun berkat bantuan dan

keterlibatan berbagai pihak penulis dapat menyelesaikannya dengan baik.

Bersama ucapan syukur ini penulis menghaturkan terima kasih kepada

semua pihak yang telah membantu dan turut ambil bagian dalam proses

penyusunan skripsi ini, terutama kepada :

1. Bapak M. Andy Rudhito, S.Pd.,M.Si. selaku Ketua Program Studi

Pendidikan Matematika yang telah memberikan bimbingan dan dorongan

kepada penulis.

2. Bapak Dr. St. Suwarsono, selaku dosen pembimbing skripsi yang telah

banyak meluangkan waktu, memberikan perhatian, bimbingan dan dorongan

kepada penulis selama proses penyusunan skripsi.

3. Bapak Drs. Subardjo Yuventius, selaku Kepala Sekolah SMA Santo Mikael

Yogyakarta yang telah mengijinkan penulis dalam mengadakan penelitian di

(10)

4. Bapak Y. Murdiyantoro, S.Pd. selaku guru matematika SMA Santo Mikael

Yogyakarta. Ibu Siti Hartini, BA. selaku guru BP SMA Santo Mikael

Yogyakarta yang telah membantu penulis dalam melaksanakan penelitian.

5. Pak Narjo dan Pak Sugeng selaku staf sekretariat JPMIPA yang telah

membantu memperlancar studi penulis di Universitas Sanata Dharma.

6. Bapakku Suwarno tercinta yang selalu menyayangi dan mencintaiku dengan

tulus penuh kasih sayang. Ibuku, Kristiana. Terima kasih atas doa serta telah

merawatku dan membesarkanku sampai sekarang.

7. Kakakku Antonius Sigit Kristiono dan Ignatius Andi Wicaksono, atas doa,

kasih, semangat, yang telah diberikan.

8. Antonius Angga Sandhy Birawa, atas doa, kasih, semangat, bantuan, dan

dukungannya selama ini.

9. Teman-teman: Marta, Tita, Oneng, Inul, Dias, Niken, Ririn, Ningrum, Dewi,

Edy, Hendro, Hendra, Andri, Lukas, Ganjar, Didit, Ika. Sahabatku

PMAT’01 khususnya Nia, Desti, dan Lusi atas dukungannya selama ini.

10. Semua orang yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini

yang tidak bisa penulis sebutkan satu persatu.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih banyak kekurangan dan

kesalahan baik dalam hal isi maupun tata bahasa. Oleh sebab itu penulis sangat

mengharapkan saran dan kritik yang membangun dari para pembaca. Akhirnya

semoga skripsi ini dapat dimanfaatkan sebaik-baiknya.

(11)

DAFTAR ISI

HALAMAN

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PERSETUJUAN... ii

HALAMAN PENGESAHAN... iii

HALAMAN PERSEMBAHAN... iv

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA... v

ABSTRAK... vi

ABSTRACT... vii

KATA PENGANTAR... viii

DAFTAR ISI... x

DAFTAR TABEL... xiii

DAFTAR LAMPIRAN... xiv

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah... 1

B. Rumusan Masalah... 5

C. Pembatasan Masalah... 5

D. Tujuan Penelitian... 6

E. Manfaat Penelitian... 6

BAB II LANDASAN TEORI A. Kegiatan Belajar Kooperatif... B. Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD... C. Outdoor Mathematics... 8 13 17 1. PengertianOutdoor Mathematics... 17

2. Lingkungan Sekolah Sebagai Sumber Belajar... 18

3. Kelebihan dan Kekurangan Metode Pembelajaran Outdoor Mathematics... 19 D. Aktivitas... 20

(12)

F. Prestasi Belajar... 24

G. Trigonometri... 25

1. Pengertian Trigonometri... 25

2. Materi Perbandingan Trigonometri di SMA... 26

1) Perbandingan Trigonometri dalam segitiga siku-siku 26 2) Perbandingan Trigonometri dalam sistem koordinat Cartesius... 27 BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian... 29

B. Populasi dan Sampel Penelitian... 29

C. Treatment... 29

D. Bentuk Data... 31

E. Metode Pengumpulan Data... 31

F. Instrumen Pembelajaran (Perangkat Pembelajaran) dan Instrumen Pengumpulan Data... 32 G. Teknik Analisis Data... 38

H. Prosedur Pelaksanaan Penelitian... 46

a. Penyusunan Proposal... 46

b. Persiapan Penelitian... 46

c. Pelaksanaan Penelitian... 46

d. Analisis Data... 47

e. Penulisan Laporan... 47

BAB IV PELAKSANAAN PENELITIAN, DESKRIPSI DATA, DAN PEMBAHASAN A. Pelaksanaan Penelitian... 48

1. Sebelum penelitian... 48

2. Selama Pelaksanaan Penelitian... 50

a. Selama Pembelajaran... 50

(13)

B. Deskripsi Data... 68

1. Hasil Observasi... 68

2. Hasil Wawancara... 71

3. Hasil Kuis... 73

4. Hasil Angket Respon Siswa... 74

C. Pembahasan... 75

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan………... 82

B. Saran………... 83

DAFTAR PUSTAKA……… 85

(14)

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Kriteria skor peningkatan individu dalam metode pembelajaran STAD... 16

Tabel 2.2 Kriteria penghargaan kelompok dalam metode pembelajaran STAD... 17

Tabel 3.1 Instrumen observasi aktivitas siswa... 41

Tabel 3.2 Jumlah siswa yang aktif pada setiap pertemuan dan frekuensi... 42

Tabel 3.3 Distribusi aktivitas siswa pada pertemuan... 42

Tabel 3.4 Kriteria minat siswa... 43

Tabel 3.5 Kriteria minat seluruh siswa... 43

Tabel 3.6 Kriteria skor peningkatan individu... 44

Tabel 3.7 Kriteria penghargaan kelompok... 45

Tabel 3.8 Kriteria prestasi belajar pada setiap kuis... 45

Tabel 4.1 Penghargaan yang diterima kelompok... 66

Tabel 4.2 Jumlah siswa yang terlibat dan frekuensi keterlibatan pada pertemuan 2. 68 Tabel 4.3 Jumlah siswa yang terlibat dan frekuensi keterlibatan pada pertemuan 4. 70 Tabel 4.4 Hasil kuis I... 73

Tabel 4.5 Hasil kuis II... 74

Tabel 4.6 Jumlah siswa dalam kualifikasi respon... 74

Tabel 4.7 Kualifikasi respon seluruh siswa... 74

Tabel 4.8 Jumlah siswa yang aktif pada setiap pertemuan... 75

Tabel 4.9 Frekuensi siswa yang aktif pada setiap pertemuan... 75

Tabel 4.10 Jumlah siswa dalam kriteria minat belajar... 78

Tabel 4.11 Prestasi belajar siswa... 80

(15)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran I Surat-surat yang digunakan dalam penelitian

 Surat permohonan ijin penelitian...

 Surat keterangan telah melaksanakan penelitian... 88

89

Lampiran II  Daftar absent………

 Pembagian kelompok………

90

91

Lampiran III  Ketentuan pembelajaran...

 Desain pembelajaran...

 Rancangan pembelajaran... 92

94

101

Lampiran IV  Ringkasan materi...

 Lembar kegiatan di luar kelas...

115

125

Lampiran V Instrumen Yang Dipergunakan dalam Penelitian

 Lembar pengamatan aktivitas siswa...

 Angket minat siswa...

 Pertanyaan wawancara...

 Soal kuis ...

132

133

137

138

Lampiran VI Kunci Jawaban Kuis... 142

Lampiran VII  Distribusi aktivitas siswa...

 Hasil analisis angket siswa...

 Hasil wawancara...

 Lembar skor kuis dan Lembar ikhtisar tim ...

 Hasil kuis siswa dan penghargaan tim...

147 150 153 157 158 Lampiran VIII

 Contoh pekerjaan siswa...

 Penghargaan yang diperoleh tiap kelompok...

 Foto-foto kegiatan pembelajaran... 161

170

(16)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Banyak siswa yang menganggap bahwa pelajaran matematika

merupakan mata pelajaran yang sulit dibandingkan dengan mata pelajaran

lain. Kesulitan ini dapat dilihat dari kegagalan siswa dalam menguasai

pelajaran matematika di sekolah. Berdasarkan penelitian Shoenfield dan

Taylor dalam Yuwono (2000), dilaporkan bahwa kegagalan siswa dalam

menguasai pelajaran matematika di sekolah disebabkan kurang baiknya

proses pembelajaran yang dilakukan oleh guru. Kenyataan menunjukkan

bahwa guru dominan menggunakan metode ceramah karena paling mudah

dilaksanakan. Pada metode ceramah, definisi dan rumus diberikan, contoh

soal diberikan dan dikerjakan sendiri oleh guru, serta langkah-langkah guru

diikuti oleh siswa. Mereka meniru cara kerja dan penyelesaian yang

dilakukan oleh guru. Pada sisi lain siswa merasa cemas dalam mengikuti

pelajaran, pasif, kurang bersemangat, tidak percaya diri, dan kurang aktif

terlibat dalam pemecahan masalah.

Diberitakan di Suara Merdeka (Akhmad, 2004), bahwa selama ini

(17)

kelas. Bagi sebagian besar guru, indoor learning tidak bisa ditawar-tawar. Padahal, ia memiliki banyak kelemahan, yakni sangat potensial membuat

siswa jenuh, apalagi jika pokok bahasannya kurang diminati. Matematika

misalnya. Sesungguhnya kejenuhan terhadap mata pelajaran ”berhitung” itu

tidak perlu terjadi jika diupayakan pemberian pemahaman kepada siswa

tentang esensi, urgensi, dan relevansi pelajaran yang digeluti dengan

kehidupan nyata.

Tak dipungkiri, siswa sering kesulitan ketika harus mempelajari

pokok bahasan perbandingan trigonometri. Hal ini disebabkan tidak banyak

guru yang menunjukkan relevansi pelajaran matematika tersebut dengan

konteks keseharian sehingga siswa tidak memahami kapan, mengapa, dan

bagaimana harus mengaplikasikan pokok bahasan tersebut. Untuk itu sudah

saatnya pembelajaran matematika di luar kelas atau sering disebut outdoor mathematicsdikembangkan.

Pembelajaran dengan menggunakan setting outdoor mathematics

sebenarnya bukan hal baru dalam matematika. Dengan metode ini proses

pembelajaran mengambil tempat diluar gedung atau kelas dengan

menggunakan lingkungan sebagai sumber belajar (Smith, 1969:76).

Tujuannya adalah memberikan kesempatan kepada siswa untuk

meningkatkan kemampuan mereka dalam memperoleh fakta, pengertian, dan

pemahaman secara mandiri. Metode tersebut dapat dicapai dengan

memanfaatkan metode pembelajaran kooperatif. Dalam hal ini penulis

(18)

Achievement Divisions) untuk melihat aktivitas, minat, dan prestasi belajar siswa dalam pembelajaran matematika dengan pokok bahasan perbandingan

trigonometri.

Pemilihan metode pembelajaran kooperatif tipe STAD dalam hal ini

salah satunya didasari dari saran beberapa pakar (Slavin, 2000; Arends, 2000;

Nur, 2001; Lie, 2002 dalam Suradi 2003), bahwa bagi guru yang pertama kali

akan menggunakan model pembelajaran kooperatif hendaknya menggunakan

tipe STAD. Alasan lainnya yaitu, STAD menurut peneliti merupakan metode

yang cocok bila dipadukan dengan menggunakan setting outdoor mathematics.

Metode pembelajaran kooperatif tipe STAD, siswa dikelompokkan

menjadi beberapa kelompok dengan tiap kelompoknya beranggotakan empat

sampai lima orang siswa dengan kemampuan akademik berbeda. Anggota

kelompok tersebut juga heterogen dalam hal ras, budaya, suku, dan jenis

kelamin. Dengan demikian siswa dilatih untuk mendengarkan

pendapat-pendapat orang lain dan merangkum pendapat-pendapat atau temuan-temuan dalam

bentuk tulisan.

Dalam STAD, peneliti mempresentasikan sebuah pelajaran di dalam

kelas, dalam hal ini pokok bahasan perbandingan trigonometri, kemudian

siswa bekerja di dalam kelompoknya di luar kelas untuk menyelesaikan

masalah yang diberikan oleh peneliti. Tugas kelompok tersebut dapat

memacu para siswa untuk bekerja sama, saling membantu satu sama lain

(19)

yang dimiliki dan akan sangat membantu siswa meningkatkan sikap positif

dalam membangun rasa percaya diri siswa dalam menyelesaikan

masalah-masalah matematika. Apabila siswa menginginkan kelompok mereka

mendapatkan penghargaan tim, mereka harus membantu teman satu

kelompok dalam mempelajari bahan ajar tersebut.

Langkah terakhir, seluruh siswa dikenai kuis individual tentang bahan

ajar tersebut. Meskipun siswa belajar bersama, mereka tidak boleh saling

membantu dalam mengerjakan kuis. Skor kuis siswa dibandingkan dengan

rata-rata skor mereka yang lalu, dan poin diberikan berdasarkan seberapa

jauh siswa dapat menyamai atau melampaui kinerja mereka terdahulu.

Poin-poin ini kemudian dijumlahkan untuk mendapatkan skor kelompok, dan

kelompok-kelompok yang memenuhi kriteria tertentu dapat diberi sertifikat

atau penghargaan lain.

Dengan demikian, interaksi siswa dalam pembelajaran matematika

dengan metode koopertif-STAD menjadi hal penting untuk meningkatkan

aktivitas, minat, dan prestasi belajar siswa yang baik.

Metode pembelajaran kooperatif-STAD dengan setting outdoor mathematics ini jika dijalankan dengan sempurna dapat meningkatkan pencapaian dan kemahiran koqnitif siswa, maka setiap siswa mempunyai

tanggung jawab untuk menguasai pokok bahasan perbandingan trigonometri

melalui aktivitasnya dengan berinteraksi dengan siswa lainnya.

Bertolak dari permasalahan di atas, penulis terdorong untuk

(20)

kooperatif-STAD dengan setting outdoor mathematics terhadap aktivitas, minat, dan prestasi belajar siswa dalam pembelajaran matematika dengan pokok bahasan

perbandingan trigonometri.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah maka dirumuskan masalah dalam

penelitian ini sebagai berikut:

1. Bagaimanakah tingkat keaktifan belajar siswa kelas XAsemester genap

SMA Santo Mikael Yogyakarta dalam belajar matematika pada pokok

bahasan perbandingan trigonometri dengan metode pembelajaran

kooperatif STAD dengan settingoutdoor mathematics?

2. Bagaimanakah minat siswa kelas XA semester genap SMA Santo

Mikael Yogyakarta dalam belajar matematika pada pokok bahasan

perbandingan trigonometri dengan metode pembelajaran kooperatif

STAD dengan settingoutdoor mathematics?

3. Bagaimanakah tingkat keberhasilan siswa kelas XA semester genap

SMA Santo Mikael Yogyakarta dalam belajar matematika pada pokok

bahasan perbandingan trigonometri dengan metode pembelajaran

(21)

C. Pembatasan Masalah

Dengan adanya keterbatasan penulis seperti biaya, waktu, dan tenaga,

serta kemampuan dalam mengungkap suatu permasalahan maka penulis akan

membatasi pada pembelajaran matematika dengan pokok bahasan

perbandingan trigonometri untuk konsep sinus, kosinus, dan tangen.

D. Tujuan Penelitian

Adapun yang menjadi tujuan dilakukan penelitian ini adalah untuk

mengetahui tingkat keaktifan, minat dan prestasi belajar siswa dalam belajar

matematika pada pokok bahasan perbandingan trigonometri dengan metode

pembelajaran kooperatif STAD dengan settingoutdoor mathematics.

E. Manfaat Penelitian

Dengan diketahui adanya pengaruh metode pembelajaran

kooperatif-STAD dengan setting outdoor mathematics terhadap aktivitas, minat, dan prestasi belajar siswa dalam pembelajaran matematika dengan pokok bahasan

perbandingan trigonometri maka diharapkan dapat bermanfaat bagi para

guru, calon guru, dan siswa pada umumnya. Manfaat yang diharapkan adalah

sebagai berikut:

1. Sebagai masukan bagi guru agar para guru matematika diharapkan

mengujicobakan metode pembelajaran tersebut di sekolah

masing-masing untuk mengetahui keefektifan penggabungan kedua metode

(22)

2. Sebagai bahan pertimbangan dan masukan bagi sekolah khususnya

guru tentang metode tersebut untuk meningkatkan prestasi belajar

siswa.

3. Hasil penelitian ini diharapkan agar dapat dimanfaatkan untuk

mengantisipasi masalah-masalah yang akan timbul setelah terjun

langsung ke lapangan dan berusaha memberikan dorongan kepada

siswa dalam belajar matematika.

4. Bagi rekan-rekan mahasiswa atau siapa saja yang tertarik pada bidang

penelitian.

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan pertimbangan

(23)

BAB II

LANDASAN TEORI

A. Kegiatan Belajar Kooperatif

Menurut Tim MKPBM (2001: 218) kegiatan belajar kooperatif adalah

suatu kegiatan belajar yang mencakupi suatu kelompok kecil siswa yang

bekerja sebagai sebuah tim untuk menyelesaikan sebuah masalah,

menyelesaikan suatu tugas, atau mengerjakan sesuatu untuk mencapai tujuan

bersama lainnya. Sedangkan menurut Suwarsono (Pada Perkuliahan Kapita

Selekta, 2005) kegiatan belajar kooperatif adalah suatu kegiatan belajar dalam

kelompok dimana setiap kelompok terdiri atas siswa-siswa yang heterogen

dalam hal kemampuan intelektual, proses belajar dimasa lalu, prestasi belajar

dimasa lalu, asal usul daerah atau etnis, dan sebagainya termasuk adanya

siswa putra dan putri dalam kelompok yang sama.

Heterogenitas sangat penting untuk mengoptimalkan manfaat

pembelajaran kooperatif. Jika para siswa yang mempunyai kemampuan

berbeda dimasukkan dalam satu kelompok yang sama maka akan memberikan

keuntungan bagi siswa yang mempunyai kemampuan rendah dan sedang.

Sedangkan bagi siswa yang berkemampuan tinggi, kemampuannya akan

semakin meningkat. Untuk itu gurulah yang membentuk kelompok-kelompok

tersebut. Jika siswa dibebaskan untuk memilih sendiri kelompoknya, maka

siswa cenderung akan memilih teman-teman yang disukainya, misalnya

(24)

Dengan cara ini seringkali siswa tertentu tidak masuk dalam kelompok

manapun. Karena itu cara membebaskan siswa membuat kelompok sendiri

bukan merupakan cara yang baik, kecuali guru membuat batasan-batasan

tertentu sehingga dapat menghasilkan kelompok-kelompok yang heterogen.

Pengelompokan secara acak juga dapat dilakukan, khususnya jika

pengelompokan itu terjadi pada awal tahun ajaran baru dimana guru baru

sedikit mempunyai informasi tentang siswanya.

Menurut Nur (2005:5) untuk ukuran kelompok, Slavin menyarankan untuk

menggunakan sebanyak 4 anggota dalam setiap kelompok. Dalam kelas

matematika, kelompok dengan anggota empat orang tersebut kemungkinan

akan dapat bekerja dengan baik. Mereka cukup besar dalam membangkitkan

ide-ide untuk diskusi, mengarahkan mereka untuk beraktivitas dan

menyelesaikan masalah-masalah yang diberikan.

Menurut Nur (2005: 3-5) terdapat tiga konsep yang diungkapkan dalam

Slavin yang merupakan ide utama bagi kegiatan belajar kooperatif, yaitu:

1. Penghargaan tim

Pada semua teknik pembelajaran tim siswa, tim-tim dapat diberi

sertifikat atau penghargaan tim lainnya apabila mereka mencapai atau di

atas suatu kriteria yang ditetapkan. Tim-tim tersebut tidak dalam situasi

berkompetisi untuk mendapatkan penghargaan tersebut. Semua tim, satu

tim saja, atau tidak ada satupun dari tim dapat menerima penghargaan, bila

mereka tidak dapat mencari kriteria yang ditetapkan, dalam suatu minggu

(25)

2. Tanggung jawab individual

Berarti bahwa keberhasilan tim tersebut bergantung kepada hasil

pembelajaran individual dari seluruh anggota tim. Keberhasilan ini

mendorong kegiatan anggota-anggota tim tersebut untuk saling membantu

satu sama lain dan memastikan bahwa setiap orang dalam tim tersebut siap

untuk menempuh sebuah kuis atau asesmen lain yang akan dikerjakan para

siswa tersebut tanpa bantuan teman satu timnya.

3. Kesempatan yang sama untuk berhasil

Berarti bahwa siswa menyumbang kepada tim mereka dengan

perbaikan di atas kinerja mereka yang lalu. Ini menjamin bahwa siswa

dengan hasil belajar tinggi, rata-rata, atau rendah sama-sama tertantang

untuk melakukan yang terbaik, dan kontribusi dari seluruh anggota tim

tersebut akan dinilai.

Menurut Tim MKPBM (2001: 218), ada beberapa hal yang perlu dipenuhi

dalam pembelajaran kooperatif agar lebih menjamin para siswa bekerja secara

kooperatif. Hal-hal tersebut meliputi:

1. Para siswa yang tergabung dalam suatu kelompok harus merasa bahwa

mereka adalah bagian dari sebuah tim dan mempunyai tujuan bersama

yang harus dicapai.

2. Para siswa yang tergabung pada sebuah kelompok harus menyadari bahwa

masalah yang mereka hadapi adalah masalah kelompok dan bahwa

berhasil atau tidaknya kelompok itu akan menjadi tanggung jawab

(26)

3. Untuk mencapai hasil yang maksimum, para siswa yang tergabung dalam

kelompok itu harus berbicara satu sama lain dalam mendiskusikan masalah

yang dihadapinya. Akhirnya, para siswa yang tergabung dalam suatu

kelompok harus menyadari bahwa setiap pekerjaan siswa mempunyai

akibat langsung pada keberhasilan kelompoknya.

Menurut Arends (1997:119-124) pembelajaran kooperatif mempunyai

empat variasi pendekatan dasar, yaitu:

1. Student Teams Achievement Divisions(STAD)

Dalam penerapan STAD, guru menyajikan pelajaran kemudian siswa

bekerja di dalam kelompok mereka untuk memastikan bahwa seluruh

anggota kelompok telah menguasai materi tersebut. Akhirnya, seluruh

siswa dikenai kuis dengan materi yang sama. Pada waktu kuis, mereka

tidak dapat saling membantu. Kuis tersebut dinilai untuk menentukan skor

individu maupun kelompok.

2. Jigsaw

Dalam penerapan jigsaw, siswa dibagi dalam kelompok kecil yang

heterogen dengan menggunakan pola kelompok “asal” dan kelompok

“ahli”. Setiap anggota kelompok “asal” diberi tugas untuk mempelajari

bagian tertentu yang berbeda dari bahan yang diberikan. Kemudian setiap

siswa yang mempelajari topik yang sama tetapi dari kelompok-kelompok

yang berbeda saling bertemu dan membentuk kelompok ”ahli” untuk

bertukar pendapat dan informasi. Setelah itu mereka kembali ke kelompok

(27)

siswa dikenai kuis secara individu. Penilaian dan penghargaan kelompok

yang digunakan pada jigsaw sama dengan STAD.

3. Group Investigation(GI)

Group Investigation (investigasi kelompok) adalah metode pembelajaran kooperatif dimana setiap siswa bekerja di dalam kelompok-kelompok kecil

untuk menyelidiki topik tertentu yang telah dipilih. Tipe ini merupakan

pendekatan pembelajaran kooperatif yang paling kompleks dan paling sulit

untuk diterapkan. Setelah memilih topik, setiap kelompok membuat

rencana kegiatan pembelajaran dan kemudian melaksanakannya.

Akhirnya, setiap kelompok mempresentasikan hasilnya. Dalam teknik ini,

hadiah tidak diberikan.

4. Structural approach(pendekatan struktural)

Setelah guru menyajikan materi pelajaran, setiap kelompok mengerjakan

lembar kerja siswa, saling mengajukan pertanyaan dan belajar bersama

untuk persiapan menghadapi suatu pertandingan yang biasanya

diselenggarakan satu kali dalam sepekan. Ada dua macam pendekatan

struktural yang dikembangkan untuk meningkatkan hasil belajar siswa,

yaitu:

a. Think-pair-share(TPS)

Think-pair-share merupakan suatu pendekatan yang bertujuan untuk memberi siswa waktu lebih banyak untuk berpikir, menjawab, dan

(28)

tahapan utama, yaitu Thinking (berpikir), Pairing (berpasangan), dan

Share(berbagi).

b. Numberel Heads Together(NHT)

Numberel Heads Together adalah suatu pendekatan yang melibatkan banyak siswa dalam menelaah materi pelajaran. Pendekatan ini

bertujuan untuk mengecek pemahaman mereka terhadap isi pelajaran

tersebut. Pendekatan Numberel Heads Together terdiri atas empat langkah utama, yaitu penomoran, mengajukan pertanyaan, berpikir

bersama, dan menjawab.

Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa pembelajaran kooperatif

adalah suatu model pembelajaran yang menekankan adanya kerjasama tim

dalam menyelesaikan tugas yang diberikan guru tanpa memandang latar

belakang dan kondisi yang berbeda.

B. Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD

Menurut Nur (2005: 6) STAD yang diungkapkan dalam Slavin dapat

diterapkan dalam berbagai macam mata pelajaran dan jenjang pendidikan

yaitu mulai dari siswa kelas 2 SD sampai dengan perguruan tinggi. STAD

lebih cocok digunakan untuk mengajarkan materi yang mempunyai satu

jawaban benar, seperti perhitungan dan penerapan yang bercirikan

matematika.

STAD digunakan untuk memotivasi siswa untuk saling memberi semangat

(29)

guru. Mereka harus membantu teman satu tim dalam mempelajari bahan ajar

tersebut. Siswa bekerjasama setelah guru mempresentasikan pelajaran.

Menurut Nur (2005: 20-22) pembelajaran kooperatif STAD yang

diungkapkan dalam Slavin terdiri dari lima komponen utama yaitu:

1. Presentasi kelas

Bahan ajar dalam STAD mula-mula diperkenalkan melalui presentasi

kelas. Presentasi ini paling sering menggunakan pengajaran langsung atau

suatu ceramah-diskusi yang dilakukan oleh guru, namun presentasi dapat

meliputi presentasi audio-visual atau kegiatan penemuan kelompok. Pada

kegiatan ini siswa bekerja lebih dulu untuk menemukan informasi atau

mempelajari konsep-konsep atas upaya mereka sendiri sebelum pengajaran

guru. Presentasi kelas dalam STAD berbeda dari pengajaran biasa hanya

pada presentasi tersebut harus jelas-jelas memfokus pada unit STAD

tersebut. Dengan cara ini, siswa menyadari bahwa mereka harus

sungguh-sungguh memperhatikan presentasi kelas tersebut, karena dengan begitu

akan membantu mereka mengerjakan kuis dengan baik, dan skor kuis

mereka menentukan skor timnya.

2. Kerja Tim

Tim tersusun dari empat atau lima siswa yang mewakili heterogenitas

kelas dalam kinerja akademik, jenis kelamin, dan suku. Fungsi utama tim

adalah menyiapkan anggotanya agar berhasil menghadapi kuis. Setelah

guru mempresentasikan bahan ajar, tim tersebut berkumpul untuk

(30)

dari hasil penelitian dan pengembangan sebuah pusat, lembaga, atau

proyek yang telah punya Lembar kerja siap pakai atau dapat dibuat sendiri

oleh guru. Ketika siswa mendiskusikan masalah bersama dan

membandingkan jawaban, kerja tim yang paling sering dilakukan adalah

membetulkan setiap kekeliruan atau miskonsepsi apabila teman sesama

tim membuat kesalahan.

Kerja tim tersebut merupakan ciri terpenting STAD. Pada setiap saat,

penekanan diberikan pada anggota tim agar melakukan yang terbaik untuk

timnya, dan pada tim sendiri agar melakukan yang terbaik untuk

membantu anggotanya. Tim tersebut menyediakan dukungan teman

sebaya untuk kinerja akademik yang memiliki pengaruh berarti pada

hasil-hasil belajar, seperti hubungan antar kelompok, harga diri, dan peneriman

terhadap kebanyakan siswa.

3. Kuis

Setelah satu sampai dua periode presentasi guru dan satu sampai dua

periode latihan tim, para siswa tersebut dikenai kuis individual. Siswa

tidak dibenarkan saling membantu selama kuis berlangsung. Hal ini

menjamin agar siswa secara individual bertanggung jawab untuk

memahami bahan ajar tersebut.

4. Skor perbaikan individu

Setiap siswa dapat menyumbang poin maksimum kepada timnya dalam

sistem penskoran, namun tidak seorang siswa pun dapat melakukan seperti

(31)

diberikan sebuah skor dasar, yang dihitung dari kinerja rata-rata siswa

pada kuis serupa sebelumnya. Kemudian siswa memperoleh poin untuk

timnya didasarkan pada berapa banyak skor kuis mereka melampaui skor

dasar mereka. Selain itu, skor peningkatan individu bertujuan untuk

memberikan rasa percaya diri pada setiap siswa bahwa dengan berusaha

dan bekerja keras dalam mengerjakan soal kuis akan memperoleh hasil

maksimal. Adapun aturan pemberian skor peningkatan individu adalah

sebagai berikut:

Tabel 2.1

Kriteria Skor Peningkatan Individu dalam Metode Pembelajaran STAD

(Nur 2005: 34)

Skor kuis Skor peningkatan

Lebih dari 10 angka dibawah skor dasar 5

10 sampai 1 angka di bawah skor dasar 10

Skor dasar sampai 10 angka di atas skor dasar 20

Lebih dari 10 angka di atas skor dasar 30

Pekerjaan sempurna (tanpa memperhatikan skor dasar) 30

5. Penghargaan tim

Tim dapat memperoleh sertifikat atau penghargaan lain apabila skor

rata-rata mereka melampaui kriteria tertentu. Oleh karena itu, apabila suatu

kelompok telah mendapat penghargaan maka hal tersebut sebagai indikasi

(32)

anggota. Ada tiga jenis penghargaan kelompok yang diberikan

berdasarkan rata-rata skor kelompok, seperti yang ditunjukkan pada Tabel

2.2.

Tabel 2.2

Kriteria Penghargaan Kelompok dalam Metode Pembelajaran STAD

(Nur 2005: 36)

Rata-rata skor kelompok Penghargaan kelompok

15≤rata-rata skor < 20 Kelompok baik (good team)

20≤rata-rata skor < 25 Kelompok hebat (great team)

25≤rata-rata skor≤30 Kelompok super (super team)

C. Outdoor Mathematics

1. PengertianOutdoor Mathematics

Menurut Didik Sugeng (2003), metode pembelajaran outdoor mathematics atau sering disebut metode pembelajaran matematika di luar kelas sebenarnya bukan hal baru dalam matematika. Metode ini diadopsi

dari istilah Field Study sehingga disebut juga sebagai kegiatan lapangan dalam pembelajaran matematika. Dengan metode ini, guru membimbing

siswa belajar matematika di luar kelas dengan memanfaatkan lingkungan

sebagai media dan sumber belajar.

Tujuan dari metode pembelajaran outdoor mathematics adalah (a) merangsang siswa dalam mempelajari matematika, (b) agar siswa

(33)

(c) agar siswa mampu menerapkan matematika dalam memecahkan

masalah dalam kehidupan sehari-hari (Tim PKG, 1986; Suherman, 1992;

dan Pambudi, 2002; dalam Pambudi 2003). Selain itu bertujuan juga

memberikan kesempatan kepada siswa untuk meningkatkan kemampuan

mereka dalam memperoleh fakta, pengertian, dan pemahaman secara

mandiri.

2. Lingkungan Sekolah Sebagai Sumber Belajar

Menurut Karjawati dalam Ninik Widayanti (2007), metode outdoor study adalah metode dimana guru mengajak siswa belajar di luar kelas untuk melihat peristiwa langsung di lapangan dengan tujuan untuk

mengakrabkan siswa dengan lingkungan. Melalui outdoor study, lingkungan di luar kelas dapat digunakan sebagai sumber belajar.

Pemilihan lingkungan di luar kelas sebagai sumber belajar

hendaknya disesuaikan dengan materi pelajarannya. Bentuk tugas yang

diberikan disesuaikan dengan kemampuan anak didik pada batas frekuensi

yang tetap menggairahkan mereka sehingga tidak menimbulkan kebosanan

dan kejenuhan (Ninik Widayanti, 2007).

Di dalam undang-undang No. 2 Tahun 1989 tentang Sistem

Pendidikan Nasional Pasal 35 ditegaskan bahwa pendidikan tidak mungkin

terselenggara dengan baik bila para peserta didik maupun pendidik tidak di

dukung oleh sumber belajar yang diperlukan untuk penyelenggaraan

(34)

Sumber belajar harus ada dalam penyelenggaraan pendidikan di

dalam maupun di luar kelas. Sumber belajar di sekolah adalah lingkungan

di sekitar siswa atau segala sesuatu di luar kelas. Dengan lingkungan yang

ada di luar kelas dapat dimanfaatkan sebagai sumber belajar matematika

pada pokok bahasan tertentu. Contoh pembelajaran di luar kelas menurut

Didik Sugeng (2003) adalah siswa dibimbing untuk mengukur tinggi tiang

bendera atau pohon atau menara dengan menerapkan konsep trogonometri.

Pokok bahasan statistika dapat lebih menarik bagi siswa apabila mereka

diikutsertakan dalam menghitung jumlah kendaraan yang melintas di suatu

perempatan dalam satu jam, atau mengadakan survei usia anak sekolah di

suatu pedesaan yang putus sekolah karena krisis ekonomi. Konsep

kesebangunan dapat diterapkan untuk mengukur lebar sungai.

3. Kelebihan dan Kekurangan PembelajaranOutdoor Mathematics a. Kelebihan PembelajaranOutdoor Mathematics

1) Menciptakan kondisi yang tidak terlalu ”formal” yang membuat

suasana belajar menjadi menarik dan menyenangkan.

2) Siswa lebih bersemangat dalam belajar karena rasa bosan sewaktu

belajar di dalam kelas dapat terobati

3) Membuat daya pikir siswa lebih berkembang dan membuat siswa

lebih aktif.

4) Melatih siswa lebih berani dalam mengemukakan pendapat.

(35)

b. Kekurangan PembelajaranOutdoor Mathematics

1) Membutuhkan waktu yang lama.

2) Membutuhkan ketrampilan dalam mengendalikan kegiatan siswa.

3) Membutuhkan lingkungan dan alat peraga yang sesuai dengan

materi pembelajaran, yang tidak selalu mudah di dapatkan.

D. Aktivitas

Menurut Bonwell dan J. Eison (1991) aktivitas belajar adalah segala

sesuatu yang meningkatkan kemampuan siswa untuk melakukan sesuatu dan

berpikir tentang apa yang mereka lakukan.

Aktivitas belajar terjadi ketika siswa berpartisipasi dengan aktivitas tangan

(hands-on activities) yang dapat mengembangkan ketrampilan berpikir kritis dan memperluas wawasan; terjadi ketika belajar yang dilakukan tidak hanya

sekedar mengingat. Ini akan berhubungan dengan bertambahnya pengetahuan

baru dari pengetahuan yang sudah dimiliki dan mendiskusikan pemahaman

tersebut dengan orang lain (Bonwell dan J Eison: 1991).

Menurut Sardiman (2000: 93) aktivitas diperlukan dalam belajar karena

pada prinsipnya belajar adalah berbuat, berbuat untuk mengubah tingkah laku,

jadi melakukan kegiatan. Itulah sebabnya aktivitas merupakan prinsip atau

asas yang sangat penting di dalam interaksi belajar-mengajar. Sardiman

(2000:99) menyatakan bahwa kegiatan siswa dapat digolongkan sebagai

(36)

1. Visual activities, yang termasuk didalamnya misalnya membaca, memperhatikan gambar, demonstrasi, percobaan, dan pekerjaan orang lain.

2. Oral activities, seperti menyatakan, merumuskan, bertanya, memberi saran, mengeluarkan pendapat, mengadakan wawancara, diskusi, dan

interupsi.

3. Listening activities, sebagai contoh mendengarkan: uraian, percakapan, diskusi, musik, dan pidato.

4. Writing activities, seperti menulis cerita, karangan, laporan, angket, dan menyalin.

5. Drawing activities, misalnya menggambar, membuat garis, membuat grafik, peta, dan diagram.

6. Motor activities, seperti melakukan percobaan, membuat konstruksi, model, mereparasi, bermain, berkebun, dan beternak.

7. Mental activities, seperti menanggap, mengingat, memecahkan soal, menganalisa, melihat hubungan, dan mengambil keputusan.

8. Emotional activities, seperti menaruh minat, merasa bosan, gembira, bersemangat, bergairah, berani, tenang, dan gugup.

Klasifikasi belajar di atas menunjukkan bahwa aktivitas dalam

pembelajaran cukup bervariasi. Aktivitasnya tidak terbatas pada aktivitas

jasmani saja tetapi juga meliputi aktivitas rohani.

Keaktifan siswa tersebut tidak lepas dari peranan guru sebagai

pembimbing dan fasilitator agar siswa menjadi lebih aktif dan kreatif dalam

(37)

menciptakan situasi, dimana siswa dapat belajar sendiri daripada memberikan

suatu paket yang berisi informasi atau pelajaran kepada siswa.

Untuk itu, Bruner menyarankan siswa harus belajar melalui kegiatan

mereka sendiri dengan memasukkan konsep-konsep dan prinsip-prinsip,

dimana mereka harus didorong untuk mempunyai pengalaman dan melakukan

eksperimen-eksperimen dan membiarkan mereka untuk menemukan

prinsip-prinsip bagi mereka sendiri.

Dari beberapa pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa aktivitas siswa

merupakan syarat mutlak bagi berlangsungnya kegiatan pembelajaran. Proses

perubahan tingkah laku melalui pendidikan yang dapat dinyatakan dalam

bentuk penguasaan, penggunaan, dan penilaian terhadap sikap, nilai-nilai

pengetahuan, dan kecakapan, bergantung pada aktivitas individu itu sendiri.

Untuk dapat lebih cepat berhasil dalam belajar perlu keaktifan yang tinggi,

sehingga dengan sedikit petunjuk dan bantuan yang diperlukan dari guru,

siswa dapat menyelesaikan masalah dan selebihnya berusaha dengan

menggunakan akal budi dan pengalamannya sendiri.

Keaktifan siswa merupakan kunci utama dalam penerapan pembelajaran

kooperatif-STAD dengan settingoutdoor mathematics. Keaktifan siswa yang dimaksud meliputi keaktifan siswa mengikuti pembelajaran matematika,

keaktifan siswa berinteraksi dengan guru, keaktifan siswa berinteraksi dengan

siswa lain dalam timnya, keaktifan siswa mengerjakan soal latihan dalam

(38)

E. Minat Belajar Siswa

Minat diartikan sebagai kecenderungan subyek yang menetap, untuk

merasa tertarik pada bidang studi atau pokok bahasan tertentu dan merasa

senang mempelajari materi itu. (Winkel 1989: 105).

Berdasarkan definisi tersebut, maka minat siswa dalam belajar matematika

dengan metode pembelajaran kooperatif-STAD dengan setting outdoor mathematics dapat dinyatakan sebagai kecenderungan subyek yang menetap, untuk merasa tertarik dan merasa senang dalam belajar matematika dengan

menggunakan metode pembelajaran kooperatif-STAD dengan settingoutdoor mathematics.

Minat dan perasaan senang mempunyai hubungan timbal balik, sehingga

bila siswa mempunyai perasaan tidak senang, maka siswa akan menjadi

kurang berminat, dan sebaliknya. Untuk itu, guru harus mengusahakan supaya

siswa mempunyai perasaan senang dalam belajar, misalnya dengan cara

sebagai berikut (Winkel 1989: 105) :

1. Membina hubungan akrab dengan siswa.

2. Menyajikan bahan pelajaran yang terlalu di atas daya tangkap siswa,

namun juga tidak jauh di bawahnya.

3. Menggunakan media pengajaran yang sesuai.

4. Bervariasi dalam prosedur mengajar, namun tidak berganti prosedur, yang

belum dikenal siswa, dengan tiba-tiba.

(39)

Rasa senang yang ada dalam diri siswa akan menimbulkan minat terhadap

matematika. Perasaan senang yang timbul dari diri siswa akan diekspresikan

melalui aktivitasnya dengan berpartisipasi dalam proses belajar dengan

menggunakan metode pembelajaran kooperatif-STAD dengan settingoutdoor mathematics. Dengan metode pembelajaran kooperatif-STAD dengan setting

outdoor mathematics diharapkan siswa menjadi berminat dalam pembelajaran matematika.

F. Prestasi Belajar

Prestasi adalah hasil yang telah dicapai (Kamus Lengkap Bahasa Indonesia

Modern). Belajar menurut Winkel (1989: 36) adalah suatu aktivitas mental

atau psikis, yang berlangsung dalam interaksi aktif dengan lingkungan, yang

menghasilkan perubahan-perubahan dalam pengetahuan-pemahaman,

ketrampilan dan nilai-sikap.

Menurut Betha (2004), prestasi belajar merupakan suatu gambaran dari

penguasaan kemampuan para peserta didik sebagaimana telah ditetapkan

untuk suatu pelajaran tertentu. Setiap usaha yang dilakukan dalam kegiatan

pembelajaran baik oleh guru sebagai pengajar maupun oleh peserta didik

sebagai pelajar bertujuan untuk mencapai prestasi yang setinggi-tingginya.

Prestasi belajar dinyatakan dengan skor hasil tes atau angka yang

diberikan guru berdasarkan pengamatannya belaka atau keduanya yaitu hasil

tes serta pengamatan guru pada waktu peserta didik melakukan diskusi

(40)

Sukmana (2004) mengatakan bahwa hasil ulangan atau ujian merupakan

prestasi belajar selama mengikuti kegiatan belajar-mengajar selama satu

semester. Satu hal yang harus dihindari pelajar selama ujian, yaitu perbuatan

mencontek. Karena nilai hasil mencontek tidak menggambarkan kemampuan

belajar yang sebenarnya.

Jadi untuk mencapai prestasi belajar yang baik, pelajar dituntut melakukan

berbagai kegiatan belajar. Selama melaksanakan kegiatan belajar tersebut,

harus dibarengi dengan sikap rajin, tekun, dan motivasi belajar yang tinggi.

Oleh karena itu, prestasi belajar dapat dicapai dengan perjuangan yang tidak

mengenal lelah dan putus asa. Sesuai dengan ungkapan, ”Tidak ada sesuatu

yang dapat dicapai tanpa kerja keras”.

G. Trigonometri

1. Pengertian Trigonometri

Trigonometri berasal dari gabungan dua kata Yunani yaitutrigonon

dan metro. Trigonon berarti tiga sudut dan metro berarti mengukur (Sumber dari www.wikipedia.com) Jadi trigonometri berarti sebuah

cabang matematika yang berhadapan dengan sudut segitiga dan fungsi

trigonometrik seperti sinus, kosinus, dan tangen. Trigonometri memiliki

hubungan dengan geometri, meskipun ada ketidaksetujuan tentang apa

hubungannya; bagi beberapa orang, trigonometri adalah bagian dari

geometri. Trigonometri diterapkan dalam survey navigasi, perhitungan

(41)

2. Materi Perbandingan Trigonometri di SMA

Fungsi trigonometri mula-mula didefinisikan sebagai fungsi dari

sudut pada suatu segitiga siku-siku dan kemudian diperluas ke sudut

secara umum. Untuk mengikuti pendekatan ini, kita akan meninjau ulang

dengan singkat beberapa fakta tentang segitiga. Dalam suatu segitiga, kita

menggunakan pelabelan standart, dengan panjang sisi (dalam satuan

panjang) di hadapan sudut A adalah a, panjang sisi di hadapan sudut B

adalah b, dan panjang sisi di hadapan sudut C adalah c.

1) Perbandingan trigonometri dalam segitiga siku-siku

Perhatikan segitiga siku-siku ABC dengan titik sudut siku-siku di C

pada Gambar di atas. Panjang sisi (dalam satuan panjang) di hadapan

sudut A adalah a, panjang sisi di hadapan sudut B adalah b, dan

panjang sisi di hadapan sudut C adalah c. A

B

C a

b c

A C

B

b

a c

(42)

Terhadap sudut A:

Sisi a disebut sisi yang berhadapan dengan sudut A

Sisi b disebut sisi yang berdekatan dengan sudut A, dan

Sisi c disebut hipotenusa.

Perbandingan trigonometrinya didefinisikan sebagai berikut:

Sin a°=

c a hipotenusa a sudut hadapan di siku siku sisi  

Cos a°=

c b hipotenusa a sudut samping di siku siku sisi  

Tan a°=

b a a sudut samping di siku siku sisi a sudut hadapan di siku siku sisi  

2) Perbandingan trigonometri dalam sistem koordinat Cartesius

Ruas garis OA dapat diputar atau dirotasi terhadap titik asal O,

sehingga XOA dapat bernilai 0° sampai dengan 360°. Ketika XOA

 = a°, hanya ada satu kemungkinan kedudukan bagi ruas garis

OA. Kemudian pada ruas garis OA itu ditempatkan titik P(x,y)

(43)

Dengan menggunakan gambar di atas. Perbandingan trigonometri

sudut a° dapat didefinisikan sebagai fungsi dari absis x, ordinat y,

dan jarak r sebagai berikut:

Sinus a° =

r y O ke A jarak

A titik ordinat

Kosinus a° =

r x O ke A jarak

A titik absis

Tangens a° =

x y A titik absis

(44)

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis penelitian

Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian

pra eksperimental, yaitu penelitian menggunakan metode pembelajaran

kooperatif-STAD dengan setting outdoor mathematics terhadap aktivitas, minat, dan prestasi belajar siswa tanpa menggunakan kelas kontrol.

B. Populasi dan Sampel Penelitian

1. Populasi pada penelitian ini adalah himpunan semua siswa kelas X SMA

Santo Mikael Yogyakarta yang terdiri dari 2 kelas yaitu XAdan XB.

2. Sampel yang diambil sebanyak 30 siswa kelas XA SMA Santo Mikael

Yogyakarta. Tidak ada faktor tertentu dalam pemilihan siswa kelas XA

untuk diadakannya penelitian. Penelitian ini merupakan penelitian sampel

karena tidak melibatkan seluruh subyek peneliti yang ada dalam populasi,

melainkan hanya mengambil sebagian subyek penelitian yang sudah

dianggap mewakili dari seluruh populasi.

C. Treatment

Treatment yang dilakukan pada sampel adalah dengan melibatkan

(45)

Untuk langkah-langkah yang dilakukan adalah sebagai berikut:

I.

1. Sampel dibentuk dalam beberapa kelompok.

Pembagian kelompok dikonsultasikan dengan guru matematika yang

mengajar di kelas XA dengan memperhatikan heterogenitas siswa

dalam hal kemampuan intelektual, prestasi belajar, asal usul daerah

atau etnis, dan sebagainya termasuk adanya siswa putra dan putri.

2. Sampel diberi penjelasan bahwa proses pembelajaran akan

dilaksanakan di luar kelas.

3. Sampel diberi penjelasan mengenai STAD.

4. Sampel diberi lembar kerja yang sudah disusun dengan

menggunakan metode kooperatif-STAD dengan setting outdoor mathematics.

II. Peneliti mulai mempresentasikan pokok bahasan perbandingan

trigonometri yang sesuai dengan desain pembelajaran dan rancangan

pembelajaran dengan menggunakan metode kooperatif-STAD dengan

settingoutdoor mathematics. III.

1. Sampel menyelesaikan masalah yang ada pada lembar kerja yang

berupa tugas menyelesaikan masalah di luar kelas (outdoor).

2. Sampel dalam kelompok masing-masing mempresentasikan hasil

(46)

3. Sampel diberi kuis.

4. Sampel diberi penghargaan tim.

D. Bentuk Data

Dalam penelitian ini data yang digunakan adalah data keterlibatan

siswa (aktivitas siswa), data minat siswa, dan data prestasi.

E. Metode Pengumpulan Data

Peneliti menggunakan 3 macam data yaitu:

a. Data keterlibatan siswa (aktivitas siswa). Data ini dikumpulkan melalui:

 Observasi

Observasi digunakan sebagai alat pengumpul data yang dilakukan

dengan mengamati aktivitas siswa dalam proses pembelajaran.

Selain itu untuk membantu proses pengamatan digunakan kamera

yang menghasilkan data deskriptif untuk mengamati aktivitas siswa

di luar kelas dengan model pembelajaran kooperatif tipe STAD

 Wawancara

Wawancara dilakukan terhadap siswa dan dilakukan di luar jam

(47)

b. Data minat siswa. Data ini dikumpulkan melalui:

 Angket atau kuisioner

Angket yang digunakan adalah angket tertutup yang berisi

pertanyaan-pertanyaan yang disertai sejumlah alternatif jawaban yang

disediakan.

 Wawancara

c. Data prestasi belajar siswa. Data ini diambil melalui hasil kuis.

F. Instrumen Pembelajaran (Perangkat Pembelajaran) dan Instrumen Pengumpulan Data

Dalam penelitian ini ada dua macam instrumen yang digunakan yaitu

instrumen untuk melakukan kegiatan pembelajaran dan instrumen

pengumpulan data. Instrumen untuk kegiatan pembelajarannya adalah desain

pembelajaran dan rancangan pembelajaran pada pokok bahasan perbandingan

trigonometri dengan menggunakan metode pembelajaran kooperatif-STAD

dengan setting outdoor mathematics serta lembar kerja dan alat-alat yang digunakan selama kegiatan berlangsung. Instrumen untuk mengumpulkan

data berupa : (1) lembar observasi atau pengamatan untuk mengamati

keaktifan siswa dalam pembelajaran matematika dengan pokok bahasan

perbandingan trigonometri dengan metode pembelajaran kooperatif-STAD

dengan setting outdoor mathematics, (2) lembar wawancara yang berisi pertanyaan tentang pelaksanaan metode pembelajaran kooperatif-STAD

(48)

mengukur minat siswa, (4) tes prestasi belajar yang berupa soal yang

berbentuk kuis yang dilaksanakan setelah satu atau dua kali pertemuan untuk

mengukur hasil belajar siswa dengan menggunakan metode pembelajaran

kooperatif-STAD dengan setting outdoor mathematics. Di bawah ini akan diuraikan mengenai instrumen-instrumen tersebut:

1. Desain Pengajaran

Desain pengajaran berupa desain pembelajaran dan rancangan

pembelajaran yang meliputi: tujuan pembelajaran, kegiatan pembelajaran

dengan menggunakan metode pembelajaran kooperatif-STAD dengan

setting outdoor mathematics, serta lembar kegiatan untuk siswa yang berisi permasalahan-permasalahan yang telah disusun dengan

menggunakan metode pembelajaran kooperatif-STAD dengan setting

outdoor mathematics.

2. Lembar observasi atau pengamatan aktivitas siswa

Lembar pengamatan memuat aspek-aspek perilaku siswa dalam

kegiatan pembelajaran perbandingan trigonometri dengan metode

kooperatif-STAD dengan setting outdoor mathematics. Untuk mengamati aktivitas siswa dalam diskusi kelompok peneliti dibantu oleh

tiga orang pengamat. Aspek-aspek perilaku siswa yang merupakan aspek

(49)

a. Kehendak siswa untuk menjelaskan kepada teman, yaitu kemauan

siswa untuk menjelaskan kepada teman lain dalam kelompoknya bila

ada yang belum paham tentang materi yang dipelajari dengan

caranya sendiri.

b. Kemauan siswa untuk mengemukakan pendapat dalam kelompok

dengan menggunakan suara yang lirih, yaitu kemauan siswa untuk

bekerja secara sungguh-sungguh atau serius dalam mengikuti

kegiatan pembelajaran agar hasil diskusinya tidak terdengar oleh

kelompok lain.

c. Kemauan siswa mencoba-coba, yaitu kemauan siswa untuk

mencobakan idenya dengan melakukan kegiatan berdasarkan

pengalaman yang didapat sebelumnya.

d. Kemauan siswa dalam mengajukan pendapat, yaitu kemauan siswa

untuk berusaha mengungkapkan idenya sendiri dengan berusaha

menemukan sendiri jawaban dari pertanyaan yang diberikan.

e. Kemauan siswa untuk bekerjasama, yaitu kemauan siswa untuk

bersedia menerima pendapat dari teman dalam kelompoknya

sehingga kebersamaan dalam kelompok dapat terjalin.

f. Kemauan siswa untuk menjawab pertanyaan, yaitu kemauan siswa

untuk menjelaskan kepada teman apabila ada teman lain dalam satu

kelompok kurang jelas mengenai materi yang dipelajari.

g. Kemauan siswa untuk mengajukan pertanyaan, yaitu kemauan siswa

(50)

sehingga timbul keinginan untuk mengajukan pertanyaan kepada

peneliti bila menemukan kesulitan.

3. Lembar wawancara

Lembar wawancara berbentuk pertanyaan uraian yang berisi

pertanyaan tentang pelaksanaan metode kooperatif-STAD dengan setting

outdoor mathematics. Wawancara hanya dilakukan pada beberapa siswa saja karena keterbatasan peneliti. Wawancara dilakukan setelah

pembelajaran tentang perbandingan trigonometri dilakukan. Pertanyaan

wawancara tersebut sebagai berikut:

a. Bagaimana perasaan anda ketika pembelajaran diadakan di luar

kelas? Mengapa?

b. Apakah anda ikut mengeluarkan pendapat dalam kelompok saat

pembelajaran diadakan di luar kelas?

c. Apakah anda menghargai teman satu kelompokmu dengan cara

mendengarkan pendapat atau ide temanmu saat pembelajaran

diadakan di luar kelas?

d. Apakah anda antusias melakukan kegiatan belajar dalam kelompok

yang diadakan di luar kelas?

e. Apakah anda sering bertanya kepada peneliti tentang permasalahan

yang anda tidak mengerti saat pembelajaran diadakan di luar kelas?

f. Jika kelompok anda mendapat penghargaan karena merupakan

kelompok unggulan, apakah dengan penghargaan tersebut dapat

(51)

g. Apakah anda merasa terbantu dalam mempelajari pokok bahasan

perbandingan trigonometri dengan metode kooperatif-STAD

dengan settingoutdoor mathematics? Mengapa? 4. Angket atau kuisioner

Angket yang digunakan dalam penelitian ini adalah angket minat

siswa untuk mengetahui sejauh mana minat siswa dalam mengikuti

pembelajaran matematika pada pokok bahasan perbandingan

trigonometri dengan metode kooperatif-STAD dengan setting outdoor mathematics.

Angket minat dalam mengikuti pembelajaran matematika pokok bahasan

perbandingan trigonometri dengan metode kooperatif-STAD dengan

setting outdoor mathematics ini terdiri dari 24 butir soal. Pada 24 butir soal terdapat 1 butir soal yang pilihan jawabannya sangat tertarik,

tertarik, kurang tertarik, dan tidak tertarik; 10 butir soal yang pilihan

jawabannya sangat sering terjadi, sering terjadi, jarang terjadi, dan tidak

pernah terjadi; 9 butir soal yang pilihan jawabannya sangat setuju, setuju,

kurang setuju, dan tidak setuju; 1 butir soal yang pilihan jawabannya

sangat menyenangkan, menyenangkan, kurang menyenangkan, dan tidak

menyenangkan; 3 butir soal yang pilihan jawabannya selalu dilakukan,

sering dilakukan, kadang dilakukan, dan tidak perlu dilakukan. Untuk

tiap-tiap butir soal terdiri dari empat alternatif jawaban dimana siswa

memilih satu jawaban. Untuk pernyataan positif, pilihan jawaban “sangat

(52)

skor 2, dan ”tidak tertarik” diberi skor 1. Sedang untuk pilihan jawaban

”sangat sering terjadi” diberi skor 4, ”sering terjadi” diberi skor 3,

”jarang terjadi” diberi skor 2, dan ”tidak pernah terjadi” diberi skor 1.

Untuk pilihan jawaban ”sangat setuju” diberi skor 4, ”setuju” diberi skor

3, ”kurang setuju” diberi skor 2, dan ”tidak setuju” diberi skor 1. Untuk

pilihan jawaban ”sangat menyenangkan” diberi skor 4, ”menyenangkan”

diberi skor 3, ”kurang menyenangkan” diberi skor 2 , dan ”tidak

menyenangkan” diberi skor 1. Untuk pilihan jawaban ”selalu dilakukan”

diberi skor 4, ”sering dilakukan” diberi skor 3, ”kadang dilakukan” diberi

skor 2, dan ”tidak perlu dilakukan” diberi skor 1. Sedangkan untuk

pernyataan negatif, pilihan jawaban ”sangat sering terjadi” diberi skor 1,

”sering terjadi” diberi skor 2, ”jarang terjadi” diberi skor 3, dan ”tidak

pernah terjadi” diberi skor 4. Semakin tinggi skor yang dicapai siswa

maka semakin tinggi pula rasa ketertarikan siswa pada pembelajaran

dengan metode kooperatif-STAD dengan settingoutdoor mathematics.

Angket dibagikan kepada semua siswa. Data dari angket digunakan

untuk memperkuat data yang diperoleh berdasarkan lembar observasi

terutama mengenai minat siswa terhadap pembelajaran matematika pada

pokok bahasan perbandingan trigonometri dengan metode

(53)

5. Tes

Tes berupa soal yang disusun peneliti sesuai dengan materi yang

diberikan dalam hal ini berbentuk kuis yang dilaksanakan setelah satu

atau dua kali pertemuan.

G. Teknik Analisis Data

1. Analisis hasil observasi atau pengamatan aktivitas siswa

Untuk mengetahui keterlibatan siswa dalam mengikuti kegiatan

belajar dengan menggunakan metode pembelajaran kooperatif-STAD

dengan settingoutdoor mathematicsdilakukan penskoran. Penskorannya dilakukan dengan cara sebagai berikut:

1) Menjelaskan kepada teman satu kelompoknya, penskorannya adalah

sebagai berikut:

a. Menjelaskan lebih dari 1 pertanyaan teman lain dalam

kelompoknya bila ada yang belum paham tentang materi yang

dipelajari diberi skor 2.

b. Menjelaskan 1 pertanyaan kepada teman lain dalam

kelompoknya bila ada yang belum paham tentang materi yang

dipelajari diberi skor 1.

c. Tidak menjelaskan kepada teman lain dalam kelompoknya bila

ada yang belum paham tentang materi yang dipelajari diberi skor

(54)

2) Menggunakan suara yang lirih dalam mengemukakan pendapat

dalam kelompok, penskorannya adalah sebagai berikut:

a. Menggunakan suara yang lirih dalam mengemukakan pendapat

dalam kelompok diberi skor 2.

b. Menggunakan suara keras dalam mengemukakan pendapat dalam

kelompok diberi skor 1.

c. Tidak serius dalam mengikuti kegiatan pembelajaran dengan cara

tidak mengemukakan pendapat dalam kelompok (hanya diam

saja) diberi skor 0.

3) Siswa mau mencoba-coba, penskorannya adalah sebagai berikut:

a. Melakukan kegiatan percobaan dengan menuangkan idenya

sendiri diberi skor 2.

b. Melakukan kegiatan percobaan dengan menuangkan idenya

tetapi sebelumnya berkonsultasi dengan peneliti diberi skor 1.

c. Tidak melakukan kegiatan percobaan sama sekali diberi skor 0.

4) Mengajukan pendapat dalam kerja kelompok, penskorannya adalah

sebagai berikut:

a. Mengajukan pendapat dalam kerja kelompok lebih dari 2 kali

diberi skor 2.

b. Mengajukan pendapat 1 kali dalam kerja kelompok diberi skor 1.

(55)

5) Menghargai pendapat dari teman, penskorannya adalah sebagai

berikut:

a. Menghargai pendapat dari teman dan pendapat tersebut diterima

sebagai masukan diberi skor 2.

b. Menghargai pendapat dari teman tetapi hanya sebatas

didengarkan saja diberi skor 1.

c. Tidak menghargai pendapat dari teman dan tidak peduli dengan

kegiatan pembelajaran diberi skor 0.

6) Memberikan jawaban pada teman yang bertanya, penskorannya

adalah sebagai berikut:

a. Memberikan jawaban benar kepada teman satu kelompok yang

bertanya diberi skor 2.

b. Memberikan jawaban asal-asalan kepada teman satu kelompok

yang bertanya diberi skor 1.

c. Tidak memberikan jawaban kepada teman satu kelompok yang

bertanya diberi skor 0.

7) Aktif bertanya atas kemauan sendiri kepada peneliti, penskorannya

adalah sebagai berikut:

a. Mengajukan lebih dari 2 pertanyaan diberi skor 2.

b. Mengajukan 1 sampai 2 pertanyaan diberi skor 1.

(56)

Bentuk lembar observasi atau pengamatannya adalah sebagai berikut:

Tabel 3.1

Instrumen Observasi Aktivitas Siswa

Siswa

1 2 3 4 5 No Hal yang diamati

Kode

Jumlah

Siswa Frekuensi

1 Menjelaskan kepada teman satu

kelompoknya. 2 Menggunakan suara

yang lirih dalam mengemukakan pendapat dalam kelompok.

3 Siswa mau mencoba-coba.

4 Mengajukan pendapat dalam kerja kelompok. 5 Menghargai pendapat

dari teman.

6 Memberikan jawaban pada teman yang bertanya.

7 Aktif bertanya atas kemauan sendiri kepada peneliti.

Aktivitas siswa dalam pembelajaran ini dianalisis dari hasil pengamatan

selama proses pembelajaran. Dari masing-masing data akan diungkapkan

jumlah maupun frekuensi menurut jenis aktivitas pada setiap pertemuan.

(57)

Tabel 3.2

Jumlah siswa yang aktif pada setiap pertemuan dan frekuensi

Siswa yang aktif No Kode Jenis Aktivitas

Jumlah % Frekuensi

1 A Menjelaskan kepada teman satu kelompoknya.

2 B

Menggunakan suara yang lirih dalam mengemukakan pendapat dalam kelompok. 3 C Siswa mau mencoba-coba.

4 D Mengajukan pendapat dalam kerja kelompok.

5 E Menghargai pendapat dari teman.

6 F Memberikan jawaban pada teman yang bertanya.

7 G Aktif bertanya atas kemauan sendiri kepada peneliti.

Tabel 3.3

Distribusi aktivitas siswa pada pertemuan (Kartika Budi, 2001:53)

Kode Siswa

Yang

Aktif Jenis Aktivitas Aktivitas A B C D E F G Jenis Frekuensi Jumlah

2. Analisis hasil Angket Siswa

Data dari angket tersebut diperoleh dengan menghitung skor yang

diperoleh masing-masing siswa. Karena terdapat 24 butir soal, maka skor

terendah yang mungkin dicapai siswa adalah 24 dan skor tertinggi yang

dicapai siswa adalah 96.

Skor yang yang diperoleh siswa dalam bentuk prosentase, yang

(58)

Tabel 3.4

Kriteria Minat Siswa (Kartika Budi, 2001:55)

Skor (%) Kriteria

≤20 Tidak Berminat (TM) 21 - 40 Kurang Berminat (KM)

41 - 60 Cukup Berminat (CM)

61 – 80 Berminat (M)

81 - 100 Sangat Berminat (SM)

Sedangkan minat siswa secara keseluruhan digunakan kriteria sebagai

berikut:

Tabel 3.5

Kriteria Minat Seluruh Siswa

Jumlah Yang Termotivasi

SM SM + M SM + M + CM SM + M + CM + KM SM + M + CM + KM + TM Motivasi

≥75% Sangat

Berminat

≥75% Berminat

≥65% Cukup

Berminat

≥65% Kurang

Berminat

65% Tidak Berminat

3. Analisis hasil wawancara

Hasil dari wawancara akan dianalisis secara deskriptif. Wawancara

sebagai teknik pengumpulan data berfungsi sebagai instrumen untuk

menggali informasi dari subyek dalam mengevaluasi dan merefleksikan

(59)

4. Analisis prestasi belajar siswa

Hasil kuis yang diperoleh siswa merupakan hasil prestasi belajar

siswa secara individu. Skor kuis siswa dibandingkan dengan rata-rata

skor mereka yang lalu, dan poin diberikan berdasarkan seberapa jauh

siswa dapat menyamai atau melampaui kinerja mereka terdahulu.

Pon-poin ini kemudian dijumlahkan untuk mendapatkan skor kelompok, dan

kelompok-kelompok yang memenuhi kriteria tertentu dapat diberi

sertifikat atau penghargaan lain. Langkah-langkahnya yaitu:

a. Skor peningkatan nilai individu menurut Nur (2005:33-34) yang

diungkapkan dalam Slavin didasarkan pada berapa banyak skor kuis

mereka melampaui skor dasar yang bisa diambil dari nilai tes, kuis

atau nilai ulangan sebelumnya.

Adapun aturan pemberian skor peningkatan individu adalah sebagai

berikut:

Tabel 3.6

Kriteria Skor Peningkatan Individu

Skor kuis Skor

peningkatan

Lebih dari 10 angka dibawah skor dasar 5

10 sampai 1 angka di bawah skor dasar 10

Skor dasar sampai 10 angka di atas skor dasar 20

Lebih dari 10 angka di atas skor dasar 30

Pekerjaan sempurna (tanpa memperhatikan skor

(60)

b. Skor kelompok ditentukan dengan mencari rata-rata skor peningkatan

anggota kelompok. Tim dapat memperoleh sertifikat atau

penghargaan lain apabila skor rata-rata mereka melampaui kriteria

tertentu. Kriteria menurut Nur (2005:36-37) yang diungkapkan dalam

Slavin dalam penentuan penghargaan kelompok adalah sebagai

berikut:

Tabel 3.7

Kriteria Penghargaan Kelompok

Rata-rata skor kelompok Penghargaan kelompok

15≤rata-rata skor < 20 Kelompok baik (good team)

20≤rata-rata skor < 25 Kelompok hebat (great team)

25≤rata-rata skor≤30 Kelompok super (super team)

Untuk mengetahui prestasi belajar siswa, diperoleh dari skor kuis.

Kriteria penilaian dibuat berdasarkan aturan penilaian acuan patokan

dengan rentang nilai 0-100.

Tabel 3.8

Kriteria Prestasi Belajar pada Setiap Kuis

No Kriteria Prestasi Interval Nilai Jumlah Siswa Prosentase

1 Sangat baik 81-100

2 Baik 66-80

3 Cukup 56-65

4 Kurang 46-55

(61)

H. Prosedur Pelaksanaan Penelitian a. Penyusunan Proposal

b. Persiapan Penelitian

Setelah proposal diterima, peneliti membuat persiapan penelitian.

Persiapan yang dilakukan meliputi:

1. Perijinan

Meminta surat pengantar dari Universitas untuk dapat melaksanakan

penelitian di SMA Santo Mikael Yogyakarta kemudian menyerahkan

ke Kepala Sekolah yang barsangkutan.

2. Pembuatan Instrumen-instrumen Penelitian

c. Pelaksanaan Penelitian

a. Peneliti memberikan sedikit presentasi materi.

b. Siswa diberi kesempatan untuk bergabung ke dalam kelompok

masing-masing untuk mengerjakan lembar kerja dari peneliti untuk dikerjakan

di luar kelas.

c. Pengamatan keterlibatan (aktivitas siswa) dengan menggunakan

lembar observasi.

d. Pelaksanaan kuis.

e. Pemberian penghargaan tim.

f. Pengisian angket respon oleh siswa.

(62)

d. Analisis Data

Setelah data terkumpul kemudian data dianalisis sesuai dengan

metodologi penelitian yang diuraikan pada proposal penelitian.

e. Penulisan Laporan

Setelah data terkumpul dan dianalisis kemudian peneliti mulai

(63)

BAB IV

PELAKSANAAN PENELITIAN, DESKRIPSI DATA, DAN PEMBAHASAN

Pada Bab IV ini akan dibahas mengenai pelaksanaan penelitian, deskripsi

data, dan pembahasan tentang kegiatan pembelajaran dengan menggunakan

metode pembelajaran kooperatif-STAD dengan settingoutdoor mathematics.

A. Pelaksanaan Penelitian

Uraian dalam pelaksanaan penelitian terdiri dari tiga subbab yaitu

sebelum penelitian, selama penelitian, dan sesudah penelitian. Pada subbab

selama penelitian meliputi selama proses kegiatan belajar mengajar dengan

menggunakan metode pembelajaran kooperatif-STAD dengan setting outdoor mathematics, dan sesudah kegiatan belajar mengajar dengan menggunakan metode pembelajaran kooperatif-STAD dengan settingoutdoor mathematics.

1. Sebelum Penelitian

Persiapan yang dilakukan oleh peneliti yaitu mempers

Gambar

Tabel 2.1Kriteria Skor Peningkatan Individu dalam Metode Pembelajaran STAD
Tabel 2.2
Tabel 3.1Instrumen Observasi Aktivitas Siswa
Tabel 3.2Jumlah siswa yang aktif pada setiap pertemuan dan frekuensi
+7

Referensi

Dokumen terkait

Buku Kalender Pendidikan ini disusun sebagai pedoman dalam menyusun rencana dan program bagi sekolah TK, TKLB, SD, SDLB, SMP, SMPLB, SMA, SMALB, SMK dan PNFI di lingkungan

Namun, setelah mengimplementasikan teknologi finansial, Bank X memunculkan produk/layanan baru berbasis digital yang dapat mempermudah nasabah dalam bertransaksi dan

Dari pemaparan yang telah peneliti paparkan di atas, peneliti memiliki argumentasi utama yaitu terdapat suatu hal kuat yang mendasari Indonesia sehingga membuatnya

Sehubungan dengan telah dilakukannya evaluasi administrasi, evaluasi teknis, evaluasi harga dan evaluasi kualifikasi serta formulir isian Dokumen Kualifikasi untuk

Apabila saudara tidak memenuhi undangan sesuai waktu yang ditentukan dianggap mengundurkan diri dan digugurkan/jika ditemukan hal-hal yang tidak wajar dan/atau tidak

Proses selanjutnya adalah seperti yang telah anda lakukan pada IIR low pass filter, anda seting pada build option, kompilasi, download program dan dilanjutkan

Pengadaan Pakaian Olaraga Beserta Perlengkapannya Kegiatan Penyedian Pakaian Khusus hari-hari tertentu.

Mulai dari deterjen, sabun, sampo, pemutih, bahan pewangi, pembasmi serangga sampai pada bahan makanan dan bumbu masak yang kita komsumsi, hampir semuanya