PENGARUH METODE PEMBELAJARAN KOOPERATIF-STAD DENGAN SETTINGOUTDOOR MATHEMATICS
TERHADAP AKTIVITAS, MINAT, DAN PRESTASI BELAJAR SISWA DALAM PEMBELAJARAN MATEMATIKA DENGAN
POKOK BAHASAN PERBANDINGAN TRIGONOMETRI
SKRIPSI
Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat
Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
Program Studi Pendidikan Matematika
Disusun Oleh :
Rosalia Kurnia Widyaningsih NIM : 011414023
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN IPA FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA
PENGARUH METODE PEMBELAJARAN KOOPERATIF-STAD DENGAN SETTINGOUTDOOR MATHEMATICS
TERHADAP AKTIVITAS, MINAT, DAN PRESTASI BELAJAR SISWA DALAM PEMBELAJARAN MATEMATIKA DENGAN
POKOK BAHASAN PERBANDINGAN TRIGONOMETRI
SKRIPSI
Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat
Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
Program Studi Pendidikan Matematika
Disusun Oleh :
Rosalia Kurnia Widyaningsih NIM : 011414023
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN IPA FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA
Skripsi ini ku persembahkan
untuk:
Tuhan Yesusku
Bapakku
Ibuku
Kakakku
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA
Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang saya tulis ini tidak
memuat karya orang lain, kecuali yang disebutkan dalam kutipan dan daftar
pustaka, sebagaimana layaknya karya ilmiah.
Yogyakarta, 14 Juni 2007
Penulis,
ABSTRAK
ROSALIA KURNIA WIDYANINGSIH. 2007. Pengaruh Metode Pembelajaran Kooperatif-STAD dengan Setting Outdoor Mathematics terhadap Aktivitas, Minat, dan Prestasi Belajar Siswa dalam Pembelajaran Matematika dengan Pokok Bahasan Perbandingan Trigonometri. Program Studi Pendidikan Matematika, Jurusan Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tingkat keaktifan, minat, dan keberhasilan siswa dalam belajar matematika pokok bahasan perbandingan trigonometri dengan metode pembelajaran kooperatif-STAD (Student Team Achievement Divisions) dengan settingoutdoor mathematics.
Penelitian ini termasuk penelitian Pra Eksperimental, di mana dalam penelitian ini tidak digunakan kelompok kontrol. Penelitian ini dilaksanakan selama bulan November-Desember 2006. Subyek penelitian ini adalah siswa kelas XA SMA Santo Mikael Yogyakarta tahun ajaran 2006/2007 yang berjumlah 30
siswa.
Penelitian ini dilakukan dalam 6 pertemuan. Adapun tindakan yang dilakukan dalam penelitian ini mengacu pada lima komponen utama dalam pembelajaran kooperatif tipe STAD yaitu presentasi kelas, kerja tim, kuis, skor perbaikan individu, dan penghargaan kelompok. Dalam melaksanakan penelitian, peneliti mengajar menggunakan model pembelajaran kooperatif-STAD dengan setting Outdoor Mathematics dengan pokok bahasan perbandingan trigonometri. Instrumen-instrumen yang digunakan adalah (1) desain pembelajaran, (2) lembar oservasi atau pengamatan aktivitas siswa, (3) angket atau kuisioner minat, (4) lembar wawancara pendapat siswa, (5) tes prestasi yang berbentuk kuis.
ABSTRACT
ROSALIA KURNIA WIDYANINGSIH. 2007. The Influence of Cooperative-STAD Learning Method using Outdoor Mathematics Setting on the Activity, Interest, and Achievement of Students in the Mathematics Teaching and Learning on the Topic of Trigonometric Ratios. Mathematics Education Study Program, Department of Mathematics and Science Education, Faculty of Teachers Training and Education, Sanata Dharma University, Yogyakarta.
This research aims to know the level of activeness, interest, and achievement of students in the mathematics teaching and learning on the topic of trigonometric ratios using cooperative-STAD learning method conducted in Outdoor Mathematics Setting.
This research was pre-experimental research, which did not use a control group. This research was held in November-December 2006. The subjects of this research were the tenth grade (XA) of Santo Mikael Senior High School Students
that consist of 30 students in Academic Year 2006/2007.
This research was held in 6 meetings. The teaching and learning activities were based on the five main components of the cooperative learning model (STAD type), i.e. class presentation, team work, quiz, individual improvement scores, and group rewards. In the running of the study, the researcher taught the students using cooperative-STAD learning method using Outdoor Mathematics Setting on the topic of trigonometric ratios. The instruments used in this study were (1) learning design, (2) observation sheet on students’ activeness, (3) students’ interest questionnaire, (4) interview based on students’ interest sheet, (5) achievement test.
The result of this research showed that (a) the level of students’ activeness was high. This can be seen from the number of students where the activeness at the second meeting was 93.33 % and at the fourth meeting was 100 %. If we look at the frequency of students’ activities, the increase can be seen from the students who were active at the second meeting, which was 129, and at the fourth meeting was 169. (b) If we look at the students’ interest, the interest was in“interesting”
KATA PENGANTAR
Puji syukur kepada Tuhan atas cinta dan kasih-Nya, sehingga skripsi yang
bejudul ”Pengaruh Metode Pembelajaran Kooperatif-STAD dengan Setting
Outdoor Mathematics terhadap Aktivitas, Minat, dan Prestasi Belajar Siswa dalam Pembelajaran Matematika dengan Pokok Bahasan Perbandingan
Trigonometri”dapat terselesaikan.
Penyusunan skripsi ini diajukan untuk memenuhi salah satu prasyarat
dalam memperoleh gelar sarjana pendidikan pada Program Studi Pendidikan
Matematika di Universitas Sanata Dharma. Dalam proses penyusunan skripsi ini
penulis menemukan banyak hambatan dan rintangan, namun berkat bantuan dan
keterlibatan berbagai pihak penulis dapat menyelesaikannya dengan baik.
Bersama ucapan syukur ini penulis menghaturkan terima kasih kepada
semua pihak yang telah membantu dan turut ambil bagian dalam proses
penyusunan skripsi ini, terutama kepada :
1. Bapak M. Andy Rudhito, S.Pd.,M.Si. selaku Ketua Program Studi
Pendidikan Matematika yang telah memberikan bimbingan dan dorongan
kepada penulis.
2. Bapak Dr. St. Suwarsono, selaku dosen pembimbing skripsi yang telah
banyak meluangkan waktu, memberikan perhatian, bimbingan dan dorongan
kepada penulis selama proses penyusunan skripsi.
3. Bapak Drs. Subardjo Yuventius, selaku Kepala Sekolah SMA Santo Mikael
Yogyakarta yang telah mengijinkan penulis dalam mengadakan penelitian di
4. Bapak Y. Murdiyantoro, S.Pd. selaku guru matematika SMA Santo Mikael
Yogyakarta. Ibu Siti Hartini, BA. selaku guru BP SMA Santo Mikael
Yogyakarta yang telah membantu penulis dalam melaksanakan penelitian.
5. Pak Narjo dan Pak Sugeng selaku staf sekretariat JPMIPA yang telah
membantu memperlancar studi penulis di Universitas Sanata Dharma.
6. Bapakku Suwarno tercinta yang selalu menyayangi dan mencintaiku dengan
tulus penuh kasih sayang. Ibuku, Kristiana. Terima kasih atas doa serta telah
merawatku dan membesarkanku sampai sekarang.
7. Kakakku Antonius Sigit Kristiono dan Ignatius Andi Wicaksono, atas doa,
kasih, semangat, yang telah diberikan.
8. Antonius Angga Sandhy Birawa, atas doa, kasih, semangat, bantuan, dan
dukungannya selama ini.
9. Teman-teman: Marta, Tita, Oneng, Inul, Dias, Niken, Ririn, Ningrum, Dewi,
Edy, Hendro, Hendra, Andri, Lukas, Ganjar, Didit, Ika. Sahabatku
PMAT’01 khususnya Nia, Desti, dan Lusi atas dukungannya selama ini.
10. Semua orang yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini
yang tidak bisa penulis sebutkan satu persatu.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih banyak kekurangan dan
kesalahan baik dalam hal isi maupun tata bahasa. Oleh sebab itu penulis sangat
mengharapkan saran dan kritik yang membangun dari para pembaca. Akhirnya
semoga skripsi ini dapat dimanfaatkan sebaik-baiknya.
DAFTAR ISI
HALAMAN
HALAMAN JUDUL ... i
HALAMAN PERSETUJUAN... ii
HALAMAN PENGESAHAN... iii
HALAMAN PERSEMBAHAN... iv
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA... v
ABSTRAK... vi
ABSTRACT... vii
KATA PENGANTAR... viii
DAFTAR ISI... x
DAFTAR TABEL... xiii
DAFTAR LAMPIRAN... xiv
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah... 1
B. Rumusan Masalah... 5
C. Pembatasan Masalah... 5
D. Tujuan Penelitian... 6
E. Manfaat Penelitian... 6
BAB II LANDASAN TEORI A. Kegiatan Belajar Kooperatif... B. Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD... C. Outdoor Mathematics... 8 13 17 1. PengertianOutdoor Mathematics... 17
2. Lingkungan Sekolah Sebagai Sumber Belajar... 18
3. Kelebihan dan Kekurangan Metode Pembelajaran Outdoor Mathematics... 19 D. Aktivitas... 20
F. Prestasi Belajar... 24
G. Trigonometri... 25
1. Pengertian Trigonometri... 25
2. Materi Perbandingan Trigonometri di SMA... 26
1) Perbandingan Trigonometri dalam segitiga siku-siku 26 2) Perbandingan Trigonometri dalam sistem koordinat Cartesius... 27 BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian... 29
B. Populasi dan Sampel Penelitian... 29
C. Treatment... 29
D. Bentuk Data... 31
E. Metode Pengumpulan Data... 31
F. Instrumen Pembelajaran (Perangkat Pembelajaran) dan Instrumen Pengumpulan Data... 32 G. Teknik Analisis Data... 38
H. Prosedur Pelaksanaan Penelitian... 46
a. Penyusunan Proposal... 46
b. Persiapan Penelitian... 46
c. Pelaksanaan Penelitian... 46
d. Analisis Data... 47
e. Penulisan Laporan... 47
BAB IV PELAKSANAAN PENELITIAN, DESKRIPSI DATA, DAN PEMBAHASAN A. Pelaksanaan Penelitian... 48
1. Sebelum penelitian... 48
2. Selama Pelaksanaan Penelitian... 50
a. Selama Pembelajaran... 50
B. Deskripsi Data... 68
1. Hasil Observasi... 68
2. Hasil Wawancara... 71
3. Hasil Kuis... 73
4. Hasil Angket Respon Siswa... 74
C. Pembahasan... 75
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan………... 82
B. Saran………... 83
DAFTAR PUSTAKA……… 85
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1 Kriteria skor peningkatan individu dalam metode pembelajaran STAD... 16
Tabel 2.2 Kriteria penghargaan kelompok dalam metode pembelajaran STAD... 17
Tabel 3.1 Instrumen observasi aktivitas siswa... 41
Tabel 3.2 Jumlah siswa yang aktif pada setiap pertemuan dan frekuensi... 42
Tabel 3.3 Distribusi aktivitas siswa pada pertemuan... 42
Tabel 3.4 Kriteria minat siswa... 43
Tabel 3.5 Kriteria minat seluruh siswa... 43
Tabel 3.6 Kriteria skor peningkatan individu... 44
Tabel 3.7 Kriteria penghargaan kelompok... 45
Tabel 3.8 Kriteria prestasi belajar pada setiap kuis... 45
Tabel 4.1 Penghargaan yang diterima kelompok... 66
Tabel 4.2 Jumlah siswa yang terlibat dan frekuensi keterlibatan pada pertemuan 2. 68 Tabel 4.3 Jumlah siswa yang terlibat dan frekuensi keterlibatan pada pertemuan 4. 70 Tabel 4.4 Hasil kuis I... 73
Tabel 4.5 Hasil kuis II... 74
Tabel 4.6 Jumlah siswa dalam kualifikasi respon... 74
Tabel 4.7 Kualifikasi respon seluruh siswa... 74
Tabel 4.8 Jumlah siswa yang aktif pada setiap pertemuan... 75
Tabel 4.9 Frekuensi siswa yang aktif pada setiap pertemuan... 75
Tabel 4.10 Jumlah siswa dalam kriteria minat belajar... 78
Tabel 4.11 Prestasi belajar siswa... 80
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran I Surat-surat yang digunakan dalam penelitian
Surat permohonan ijin penelitian...
Surat keterangan telah melaksanakan penelitian... 88
89
Lampiran II Daftar absent………
Pembagian kelompok………
90
91
Lampiran III Ketentuan pembelajaran...
Desain pembelajaran...
Rancangan pembelajaran... 92
94
101
Lampiran IV Ringkasan materi...
Lembar kegiatan di luar kelas...
115
125
Lampiran V Instrumen Yang Dipergunakan dalam Penelitian
Lembar pengamatan aktivitas siswa...
Angket minat siswa...
Pertanyaan wawancara...
Soal kuis ...
132
133
137
138
Lampiran VI Kunci Jawaban Kuis... 142
Lampiran VII Distribusi aktivitas siswa...
Hasil analisis angket siswa...
Hasil wawancara...
Lembar skor kuis dan Lembar ikhtisar tim ...
Hasil kuis siswa dan penghargaan tim...
147 150 153 157 158 Lampiran VIII
Contoh pekerjaan siswa...
Penghargaan yang diperoleh tiap kelompok...
Foto-foto kegiatan pembelajaran... 161
170
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Banyak siswa yang menganggap bahwa pelajaran matematika
merupakan mata pelajaran yang sulit dibandingkan dengan mata pelajaran
lain. Kesulitan ini dapat dilihat dari kegagalan siswa dalam menguasai
pelajaran matematika di sekolah. Berdasarkan penelitian Shoenfield dan
Taylor dalam Yuwono (2000), dilaporkan bahwa kegagalan siswa dalam
menguasai pelajaran matematika di sekolah disebabkan kurang baiknya
proses pembelajaran yang dilakukan oleh guru. Kenyataan menunjukkan
bahwa guru dominan menggunakan metode ceramah karena paling mudah
dilaksanakan. Pada metode ceramah, definisi dan rumus diberikan, contoh
soal diberikan dan dikerjakan sendiri oleh guru, serta langkah-langkah guru
diikuti oleh siswa. Mereka meniru cara kerja dan penyelesaian yang
dilakukan oleh guru. Pada sisi lain siswa merasa cemas dalam mengikuti
pelajaran, pasif, kurang bersemangat, tidak percaya diri, dan kurang aktif
terlibat dalam pemecahan masalah.
Diberitakan di Suara Merdeka (Akhmad, 2004), bahwa selama ini
kelas. Bagi sebagian besar guru, indoor learning tidak bisa ditawar-tawar. Padahal, ia memiliki banyak kelemahan, yakni sangat potensial membuat
siswa jenuh, apalagi jika pokok bahasannya kurang diminati. Matematika
misalnya. Sesungguhnya kejenuhan terhadap mata pelajaran ”berhitung” itu
tidak perlu terjadi jika diupayakan pemberian pemahaman kepada siswa
tentang esensi, urgensi, dan relevansi pelajaran yang digeluti dengan
kehidupan nyata.
Tak dipungkiri, siswa sering kesulitan ketika harus mempelajari
pokok bahasan perbandingan trigonometri. Hal ini disebabkan tidak banyak
guru yang menunjukkan relevansi pelajaran matematika tersebut dengan
konteks keseharian sehingga siswa tidak memahami kapan, mengapa, dan
bagaimana harus mengaplikasikan pokok bahasan tersebut. Untuk itu sudah
saatnya pembelajaran matematika di luar kelas atau sering disebut outdoor mathematicsdikembangkan.
Pembelajaran dengan menggunakan setting outdoor mathematics
sebenarnya bukan hal baru dalam matematika. Dengan metode ini proses
pembelajaran mengambil tempat diluar gedung atau kelas dengan
menggunakan lingkungan sebagai sumber belajar (Smith, 1969:76).
Tujuannya adalah memberikan kesempatan kepada siswa untuk
meningkatkan kemampuan mereka dalam memperoleh fakta, pengertian, dan
pemahaman secara mandiri. Metode tersebut dapat dicapai dengan
memanfaatkan metode pembelajaran kooperatif. Dalam hal ini penulis
Achievement Divisions) untuk melihat aktivitas, minat, dan prestasi belajar siswa dalam pembelajaran matematika dengan pokok bahasan perbandingan
trigonometri.
Pemilihan metode pembelajaran kooperatif tipe STAD dalam hal ini
salah satunya didasari dari saran beberapa pakar (Slavin, 2000; Arends, 2000;
Nur, 2001; Lie, 2002 dalam Suradi 2003), bahwa bagi guru yang pertama kali
akan menggunakan model pembelajaran kooperatif hendaknya menggunakan
tipe STAD. Alasan lainnya yaitu, STAD menurut peneliti merupakan metode
yang cocok bila dipadukan dengan menggunakan setting outdoor mathematics.
Metode pembelajaran kooperatif tipe STAD, siswa dikelompokkan
menjadi beberapa kelompok dengan tiap kelompoknya beranggotakan empat
sampai lima orang siswa dengan kemampuan akademik berbeda. Anggota
kelompok tersebut juga heterogen dalam hal ras, budaya, suku, dan jenis
kelamin. Dengan demikian siswa dilatih untuk mendengarkan
pendapat-pendapat orang lain dan merangkum pendapat-pendapat atau temuan-temuan dalam
bentuk tulisan.
Dalam STAD, peneliti mempresentasikan sebuah pelajaran di dalam
kelas, dalam hal ini pokok bahasan perbandingan trigonometri, kemudian
siswa bekerja di dalam kelompoknya di luar kelas untuk menyelesaikan
masalah yang diberikan oleh peneliti. Tugas kelompok tersebut dapat
memacu para siswa untuk bekerja sama, saling membantu satu sama lain
yang dimiliki dan akan sangat membantu siswa meningkatkan sikap positif
dalam membangun rasa percaya diri siswa dalam menyelesaikan
masalah-masalah matematika. Apabila siswa menginginkan kelompok mereka
mendapatkan penghargaan tim, mereka harus membantu teman satu
kelompok dalam mempelajari bahan ajar tersebut.
Langkah terakhir, seluruh siswa dikenai kuis individual tentang bahan
ajar tersebut. Meskipun siswa belajar bersama, mereka tidak boleh saling
membantu dalam mengerjakan kuis. Skor kuis siswa dibandingkan dengan
rata-rata skor mereka yang lalu, dan poin diberikan berdasarkan seberapa
jauh siswa dapat menyamai atau melampaui kinerja mereka terdahulu.
Poin-poin ini kemudian dijumlahkan untuk mendapatkan skor kelompok, dan
kelompok-kelompok yang memenuhi kriteria tertentu dapat diberi sertifikat
atau penghargaan lain.
Dengan demikian, interaksi siswa dalam pembelajaran matematika
dengan metode koopertif-STAD menjadi hal penting untuk meningkatkan
aktivitas, minat, dan prestasi belajar siswa yang baik.
Metode pembelajaran kooperatif-STAD dengan setting outdoor mathematics ini jika dijalankan dengan sempurna dapat meningkatkan pencapaian dan kemahiran koqnitif siswa, maka setiap siswa mempunyai
tanggung jawab untuk menguasai pokok bahasan perbandingan trigonometri
melalui aktivitasnya dengan berinteraksi dengan siswa lainnya.
Bertolak dari permasalahan di atas, penulis terdorong untuk
kooperatif-STAD dengan setting outdoor mathematics terhadap aktivitas, minat, dan prestasi belajar siswa dalam pembelajaran matematika dengan pokok bahasan
perbandingan trigonometri.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah maka dirumuskan masalah dalam
penelitian ini sebagai berikut:
1. Bagaimanakah tingkat keaktifan belajar siswa kelas XAsemester genap
SMA Santo Mikael Yogyakarta dalam belajar matematika pada pokok
bahasan perbandingan trigonometri dengan metode pembelajaran
kooperatif STAD dengan settingoutdoor mathematics?
2. Bagaimanakah minat siswa kelas XA semester genap SMA Santo
Mikael Yogyakarta dalam belajar matematika pada pokok bahasan
perbandingan trigonometri dengan metode pembelajaran kooperatif
STAD dengan settingoutdoor mathematics?
3. Bagaimanakah tingkat keberhasilan siswa kelas XA semester genap
SMA Santo Mikael Yogyakarta dalam belajar matematika pada pokok
bahasan perbandingan trigonometri dengan metode pembelajaran
C. Pembatasan Masalah
Dengan adanya keterbatasan penulis seperti biaya, waktu, dan tenaga,
serta kemampuan dalam mengungkap suatu permasalahan maka penulis akan
membatasi pada pembelajaran matematika dengan pokok bahasan
perbandingan trigonometri untuk konsep sinus, kosinus, dan tangen.
D. Tujuan Penelitian
Adapun yang menjadi tujuan dilakukan penelitian ini adalah untuk
mengetahui tingkat keaktifan, minat dan prestasi belajar siswa dalam belajar
matematika pada pokok bahasan perbandingan trigonometri dengan metode
pembelajaran kooperatif STAD dengan settingoutdoor mathematics.
E. Manfaat Penelitian
Dengan diketahui adanya pengaruh metode pembelajaran
kooperatif-STAD dengan setting outdoor mathematics terhadap aktivitas, minat, dan prestasi belajar siswa dalam pembelajaran matematika dengan pokok bahasan
perbandingan trigonometri maka diharapkan dapat bermanfaat bagi para
guru, calon guru, dan siswa pada umumnya. Manfaat yang diharapkan adalah
sebagai berikut:
1. Sebagai masukan bagi guru agar para guru matematika diharapkan
mengujicobakan metode pembelajaran tersebut di sekolah
masing-masing untuk mengetahui keefektifan penggabungan kedua metode
2. Sebagai bahan pertimbangan dan masukan bagi sekolah khususnya
guru tentang metode tersebut untuk meningkatkan prestasi belajar
siswa.
3. Hasil penelitian ini diharapkan agar dapat dimanfaatkan untuk
mengantisipasi masalah-masalah yang akan timbul setelah terjun
langsung ke lapangan dan berusaha memberikan dorongan kepada
siswa dalam belajar matematika.
4. Bagi rekan-rekan mahasiswa atau siapa saja yang tertarik pada bidang
penelitian.
Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan pertimbangan
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Kegiatan Belajar Kooperatif
Menurut Tim MKPBM (2001: 218) kegiatan belajar kooperatif adalah
suatu kegiatan belajar yang mencakupi suatu kelompok kecil siswa yang
bekerja sebagai sebuah tim untuk menyelesaikan sebuah masalah,
menyelesaikan suatu tugas, atau mengerjakan sesuatu untuk mencapai tujuan
bersama lainnya. Sedangkan menurut Suwarsono (Pada Perkuliahan Kapita
Selekta, 2005) kegiatan belajar kooperatif adalah suatu kegiatan belajar dalam
kelompok dimana setiap kelompok terdiri atas siswa-siswa yang heterogen
dalam hal kemampuan intelektual, proses belajar dimasa lalu, prestasi belajar
dimasa lalu, asal usul daerah atau etnis, dan sebagainya termasuk adanya
siswa putra dan putri dalam kelompok yang sama.
Heterogenitas sangat penting untuk mengoptimalkan manfaat
pembelajaran kooperatif. Jika para siswa yang mempunyai kemampuan
berbeda dimasukkan dalam satu kelompok yang sama maka akan memberikan
keuntungan bagi siswa yang mempunyai kemampuan rendah dan sedang.
Sedangkan bagi siswa yang berkemampuan tinggi, kemampuannya akan
semakin meningkat. Untuk itu gurulah yang membentuk kelompok-kelompok
tersebut. Jika siswa dibebaskan untuk memilih sendiri kelompoknya, maka
siswa cenderung akan memilih teman-teman yang disukainya, misalnya
Dengan cara ini seringkali siswa tertentu tidak masuk dalam kelompok
manapun. Karena itu cara membebaskan siswa membuat kelompok sendiri
bukan merupakan cara yang baik, kecuali guru membuat batasan-batasan
tertentu sehingga dapat menghasilkan kelompok-kelompok yang heterogen.
Pengelompokan secara acak juga dapat dilakukan, khususnya jika
pengelompokan itu terjadi pada awal tahun ajaran baru dimana guru baru
sedikit mempunyai informasi tentang siswanya.
Menurut Nur (2005:5) untuk ukuran kelompok, Slavin menyarankan untuk
menggunakan sebanyak 4 anggota dalam setiap kelompok. Dalam kelas
matematika, kelompok dengan anggota empat orang tersebut kemungkinan
akan dapat bekerja dengan baik. Mereka cukup besar dalam membangkitkan
ide-ide untuk diskusi, mengarahkan mereka untuk beraktivitas dan
menyelesaikan masalah-masalah yang diberikan.
Menurut Nur (2005: 3-5) terdapat tiga konsep yang diungkapkan dalam
Slavin yang merupakan ide utama bagi kegiatan belajar kooperatif, yaitu:
1. Penghargaan tim
Pada semua teknik pembelajaran tim siswa, tim-tim dapat diberi
sertifikat atau penghargaan tim lainnya apabila mereka mencapai atau di
atas suatu kriteria yang ditetapkan. Tim-tim tersebut tidak dalam situasi
berkompetisi untuk mendapatkan penghargaan tersebut. Semua tim, satu
tim saja, atau tidak ada satupun dari tim dapat menerima penghargaan, bila
mereka tidak dapat mencari kriteria yang ditetapkan, dalam suatu minggu
2. Tanggung jawab individual
Berarti bahwa keberhasilan tim tersebut bergantung kepada hasil
pembelajaran individual dari seluruh anggota tim. Keberhasilan ini
mendorong kegiatan anggota-anggota tim tersebut untuk saling membantu
satu sama lain dan memastikan bahwa setiap orang dalam tim tersebut siap
untuk menempuh sebuah kuis atau asesmen lain yang akan dikerjakan para
siswa tersebut tanpa bantuan teman satu timnya.
3. Kesempatan yang sama untuk berhasil
Berarti bahwa siswa menyumbang kepada tim mereka dengan
perbaikan di atas kinerja mereka yang lalu. Ini menjamin bahwa siswa
dengan hasil belajar tinggi, rata-rata, atau rendah sama-sama tertantang
untuk melakukan yang terbaik, dan kontribusi dari seluruh anggota tim
tersebut akan dinilai.
Menurut Tim MKPBM (2001: 218), ada beberapa hal yang perlu dipenuhi
dalam pembelajaran kooperatif agar lebih menjamin para siswa bekerja secara
kooperatif. Hal-hal tersebut meliputi:
1. Para siswa yang tergabung dalam suatu kelompok harus merasa bahwa
mereka adalah bagian dari sebuah tim dan mempunyai tujuan bersama
yang harus dicapai.
2. Para siswa yang tergabung pada sebuah kelompok harus menyadari bahwa
masalah yang mereka hadapi adalah masalah kelompok dan bahwa
berhasil atau tidaknya kelompok itu akan menjadi tanggung jawab
3. Untuk mencapai hasil yang maksimum, para siswa yang tergabung dalam
kelompok itu harus berbicara satu sama lain dalam mendiskusikan masalah
yang dihadapinya. Akhirnya, para siswa yang tergabung dalam suatu
kelompok harus menyadari bahwa setiap pekerjaan siswa mempunyai
akibat langsung pada keberhasilan kelompoknya.
Menurut Arends (1997:119-124) pembelajaran kooperatif mempunyai
empat variasi pendekatan dasar, yaitu:
1. Student Teams Achievement Divisions(STAD)
Dalam penerapan STAD, guru menyajikan pelajaran kemudian siswa
bekerja di dalam kelompok mereka untuk memastikan bahwa seluruh
anggota kelompok telah menguasai materi tersebut. Akhirnya, seluruh
siswa dikenai kuis dengan materi yang sama. Pada waktu kuis, mereka
tidak dapat saling membantu. Kuis tersebut dinilai untuk menentukan skor
individu maupun kelompok.
2. Jigsaw
Dalam penerapan jigsaw, siswa dibagi dalam kelompok kecil yang
heterogen dengan menggunakan pola kelompok “asal” dan kelompok
“ahli”. Setiap anggota kelompok “asal” diberi tugas untuk mempelajari
bagian tertentu yang berbeda dari bahan yang diberikan. Kemudian setiap
siswa yang mempelajari topik yang sama tetapi dari kelompok-kelompok
yang berbeda saling bertemu dan membentuk kelompok ”ahli” untuk
bertukar pendapat dan informasi. Setelah itu mereka kembali ke kelompok
siswa dikenai kuis secara individu. Penilaian dan penghargaan kelompok
yang digunakan pada jigsaw sama dengan STAD.
3. Group Investigation(GI)
Group Investigation (investigasi kelompok) adalah metode pembelajaran kooperatif dimana setiap siswa bekerja di dalam kelompok-kelompok kecil
untuk menyelidiki topik tertentu yang telah dipilih. Tipe ini merupakan
pendekatan pembelajaran kooperatif yang paling kompleks dan paling sulit
untuk diterapkan. Setelah memilih topik, setiap kelompok membuat
rencana kegiatan pembelajaran dan kemudian melaksanakannya.
Akhirnya, setiap kelompok mempresentasikan hasilnya. Dalam teknik ini,
hadiah tidak diberikan.
4. Structural approach(pendekatan struktural)
Setelah guru menyajikan materi pelajaran, setiap kelompok mengerjakan
lembar kerja siswa, saling mengajukan pertanyaan dan belajar bersama
untuk persiapan menghadapi suatu pertandingan yang biasanya
diselenggarakan satu kali dalam sepekan. Ada dua macam pendekatan
struktural yang dikembangkan untuk meningkatkan hasil belajar siswa,
yaitu:
a. Think-pair-share(TPS)
Think-pair-share merupakan suatu pendekatan yang bertujuan untuk memberi siswa waktu lebih banyak untuk berpikir, menjawab, dan
tahapan utama, yaitu Thinking (berpikir), Pairing (berpasangan), dan
Share(berbagi).
b. Numberel Heads Together(NHT)
Numberel Heads Together adalah suatu pendekatan yang melibatkan banyak siswa dalam menelaah materi pelajaran. Pendekatan ini
bertujuan untuk mengecek pemahaman mereka terhadap isi pelajaran
tersebut. Pendekatan Numberel Heads Together terdiri atas empat langkah utama, yaitu penomoran, mengajukan pertanyaan, berpikir
bersama, dan menjawab.
Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa pembelajaran kooperatif
adalah suatu model pembelajaran yang menekankan adanya kerjasama tim
dalam menyelesaikan tugas yang diberikan guru tanpa memandang latar
belakang dan kondisi yang berbeda.
B. Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD
Menurut Nur (2005: 6) STAD yang diungkapkan dalam Slavin dapat
diterapkan dalam berbagai macam mata pelajaran dan jenjang pendidikan
yaitu mulai dari siswa kelas 2 SD sampai dengan perguruan tinggi. STAD
lebih cocok digunakan untuk mengajarkan materi yang mempunyai satu
jawaban benar, seperti perhitungan dan penerapan yang bercirikan
matematika.
STAD digunakan untuk memotivasi siswa untuk saling memberi semangat
guru. Mereka harus membantu teman satu tim dalam mempelajari bahan ajar
tersebut. Siswa bekerjasama setelah guru mempresentasikan pelajaran.
Menurut Nur (2005: 20-22) pembelajaran kooperatif STAD yang
diungkapkan dalam Slavin terdiri dari lima komponen utama yaitu:
1. Presentasi kelas
Bahan ajar dalam STAD mula-mula diperkenalkan melalui presentasi
kelas. Presentasi ini paling sering menggunakan pengajaran langsung atau
suatu ceramah-diskusi yang dilakukan oleh guru, namun presentasi dapat
meliputi presentasi audio-visual atau kegiatan penemuan kelompok. Pada
kegiatan ini siswa bekerja lebih dulu untuk menemukan informasi atau
mempelajari konsep-konsep atas upaya mereka sendiri sebelum pengajaran
guru. Presentasi kelas dalam STAD berbeda dari pengajaran biasa hanya
pada presentasi tersebut harus jelas-jelas memfokus pada unit STAD
tersebut. Dengan cara ini, siswa menyadari bahwa mereka harus
sungguh-sungguh memperhatikan presentasi kelas tersebut, karena dengan begitu
akan membantu mereka mengerjakan kuis dengan baik, dan skor kuis
mereka menentukan skor timnya.
2. Kerja Tim
Tim tersusun dari empat atau lima siswa yang mewakili heterogenitas
kelas dalam kinerja akademik, jenis kelamin, dan suku. Fungsi utama tim
adalah menyiapkan anggotanya agar berhasil menghadapi kuis. Setelah
guru mempresentasikan bahan ajar, tim tersebut berkumpul untuk
dari hasil penelitian dan pengembangan sebuah pusat, lembaga, atau
proyek yang telah punya Lembar kerja siap pakai atau dapat dibuat sendiri
oleh guru. Ketika siswa mendiskusikan masalah bersama dan
membandingkan jawaban, kerja tim yang paling sering dilakukan adalah
membetulkan setiap kekeliruan atau miskonsepsi apabila teman sesama
tim membuat kesalahan.
Kerja tim tersebut merupakan ciri terpenting STAD. Pada setiap saat,
penekanan diberikan pada anggota tim agar melakukan yang terbaik untuk
timnya, dan pada tim sendiri agar melakukan yang terbaik untuk
membantu anggotanya. Tim tersebut menyediakan dukungan teman
sebaya untuk kinerja akademik yang memiliki pengaruh berarti pada
hasil-hasil belajar, seperti hubungan antar kelompok, harga diri, dan peneriman
terhadap kebanyakan siswa.
3. Kuis
Setelah satu sampai dua periode presentasi guru dan satu sampai dua
periode latihan tim, para siswa tersebut dikenai kuis individual. Siswa
tidak dibenarkan saling membantu selama kuis berlangsung. Hal ini
menjamin agar siswa secara individual bertanggung jawab untuk
memahami bahan ajar tersebut.
4. Skor perbaikan individu
Setiap siswa dapat menyumbang poin maksimum kepada timnya dalam
sistem penskoran, namun tidak seorang siswa pun dapat melakukan seperti
diberikan sebuah skor dasar, yang dihitung dari kinerja rata-rata siswa
pada kuis serupa sebelumnya. Kemudian siswa memperoleh poin untuk
timnya didasarkan pada berapa banyak skor kuis mereka melampaui skor
dasar mereka. Selain itu, skor peningkatan individu bertujuan untuk
memberikan rasa percaya diri pada setiap siswa bahwa dengan berusaha
dan bekerja keras dalam mengerjakan soal kuis akan memperoleh hasil
maksimal. Adapun aturan pemberian skor peningkatan individu adalah
sebagai berikut:
Tabel 2.1
Kriteria Skor Peningkatan Individu dalam Metode Pembelajaran STAD
(Nur 2005: 34)
Skor kuis Skor peningkatan
Lebih dari 10 angka dibawah skor dasar 5
10 sampai 1 angka di bawah skor dasar 10
Skor dasar sampai 10 angka di atas skor dasar 20
Lebih dari 10 angka di atas skor dasar 30
Pekerjaan sempurna (tanpa memperhatikan skor dasar) 30
5. Penghargaan tim
Tim dapat memperoleh sertifikat atau penghargaan lain apabila skor
rata-rata mereka melampaui kriteria tertentu. Oleh karena itu, apabila suatu
kelompok telah mendapat penghargaan maka hal tersebut sebagai indikasi
anggota. Ada tiga jenis penghargaan kelompok yang diberikan
berdasarkan rata-rata skor kelompok, seperti yang ditunjukkan pada Tabel
2.2.
Tabel 2.2
Kriteria Penghargaan Kelompok dalam Metode Pembelajaran STAD
(Nur 2005: 36)
Rata-rata skor kelompok Penghargaan kelompok
15≤rata-rata skor < 20 Kelompok baik (good team)
20≤rata-rata skor < 25 Kelompok hebat (great team)
25≤rata-rata skor≤30 Kelompok super (super team)
C. Outdoor Mathematics
1. PengertianOutdoor Mathematics
Menurut Didik Sugeng (2003), metode pembelajaran outdoor mathematics atau sering disebut metode pembelajaran matematika di luar kelas sebenarnya bukan hal baru dalam matematika. Metode ini diadopsi
dari istilah Field Study sehingga disebut juga sebagai kegiatan lapangan dalam pembelajaran matematika. Dengan metode ini, guru membimbing
siswa belajar matematika di luar kelas dengan memanfaatkan lingkungan
sebagai media dan sumber belajar.
Tujuan dari metode pembelajaran outdoor mathematics adalah (a) merangsang siswa dalam mempelajari matematika, (b) agar siswa
(c) agar siswa mampu menerapkan matematika dalam memecahkan
masalah dalam kehidupan sehari-hari (Tim PKG, 1986; Suherman, 1992;
dan Pambudi, 2002; dalam Pambudi 2003). Selain itu bertujuan juga
memberikan kesempatan kepada siswa untuk meningkatkan kemampuan
mereka dalam memperoleh fakta, pengertian, dan pemahaman secara
mandiri.
2. Lingkungan Sekolah Sebagai Sumber Belajar
Menurut Karjawati dalam Ninik Widayanti (2007), metode outdoor study adalah metode dimana guru mengajak siswa belajar di luar kelas untuk melihat peristiwa langsung di lapangan dengan tujuan untuk
mengakrabkan siswa dengan lingkungan. Melalui outdoor study, lingkungan di luar kelas dapat digunakan sebagai sumber belajar.
Pemilihan lingkungan di luar kelas sebagai sumber belajar
hendaknya disesuaikan dengan materi pelajarannya. Bentuk tugas yang
diberikan disesuaikan dengan kemampuan anak didik pada batas frekuensi
yang tetap menggairahkan mereka sehingga tidak menimbulkan kebosanan
dan kejenuhan (Ninik Widayanti, 2007).
Di dalam undang-undang No. 2 Tahun 1989 tentang Sistem
Pendidikan Nasional Pasal 35 ditegaskan bahwa pendidikan tidak mungkin
terselenggara dengan baik bila para peserta didik maupun pendidik tidak di
dukung oleh sumber belajar yang diperlukan untuk penyelenggaraan
Sumber belajar harus ada dalam penyelenggaraan pendidikan di
dalam maupun di luar kelas. Sumber belajar di sekolah adalah lingkungan
di sekitar siswa atau segala sesuatu di luar kelas. Dengan lingkungan yang
ada di luar kelas dapat dimanfaatkan sebagai sumber belajar matematika
pada pokok bahasan tertentu. Contoh pembelajaran di luar kelas menurut
Didik Sugeng (2003) adalah siswa dibimbing untuk mengukur tinggi tiang
bendera atau pohon atau menara dengan menerapkan konsep trogonometri.
Pokok bahasan statistika dapat lebih menarik bagi siswa apabila mereka
diikutsertakan dalam menghitung jumlah kendaraan yang melintas di suatu
perempatan dalam satu jam, atau mengadakan survei usia anak sekolah di
suatu pedesaan yang putus sekolah karena krisis ekonomi. Konsep
kesebangunan dapat diterapkan untuk mengukur lebar sungai.
3. Kelebihan dan Kekurangan PembelajaranOutdoor Mathematics a. Kelebihan PembelajaranOutdoor Mathematics
1) Menciptakan kondisi yang tidak terlalu ”formal” yang membuat
suasana belajar menjadi menarik dan menyenangkan.
2) Siswa lebih bersemangat dalam belajar karena rasa bosan sewaktu
belajar di dalam kelas dapat terobati
3) Membuat daya pikir siswa lebih berkembang dan membuat siswa
lebih aktif.
4) Melatih siswa lebih berani dalam mengemukakan pendapat.
b. Kekurangan PembelajaranOutdoor Mathematics
1) Membutuhkan waktu yang lama.
2) Membutuhkan ketrampilan dalam mengendalikan kegiatan siswa.
3) Membutuhkan lingkungan dan alat peraga yang sesuai dengan
materi pembelajaran, yang tidak selalu mudah di dapatkan.
D. Aktivitas
Menurut Bonwell dan J. Eison (1991) aktivitas belajar adalah segala
sesuatu yang meningkatkan kemampuan siswa untuk melakukan sesuatu dan
berpikir tentang apa yang mereka lakukan.
Aktivitas belajar terjadi ketika siswa berpartisipasi dengan aktivitas tangan
(hands-on activities) yang dapat mengembangkan ketrampilan berpikir kritis dan memperluas wawasan; terjadi ketika belajar yang dilakukan tidak hanya
sekedar mengingat. Ini akan berhubungan dengan bertambahnya pengetahuan
baru dari pengetahuan yang sudah dimiliki dan mendiskusikan pemahaman
tersebut dengan orang lain (Bonwell dan J Eison: 1991).
Menurut Sardiman (2000: 93) aktivitas diperlukan dalam belajar karena
pada prinsipnya belajar adalah berbuat, berbuat untuk mengubah tingkah laku,
jadi melakukan kegiatan. Itulah sebabnya aktivitas merupakan prinsip atau
asas yang sangat penting di dalam interaksi belajar-mengajar. Sardiman
(2000:99) menyatakan bahwa kegiatan siswa dapat digolongkan sebagai
1. Visual activities, yang termasuk didalamnya misalnya membaca, memperhatikan gambar, demonstrasi, percobaan, dan pekerjaan orang lain.
2. Oral activities, seperti menyatakan, merumuskan, bertanya, memberi saran, mengeluarkan pendapat, mengadakan wawancara, diskusi, dan
interupsi.
3. Listening activities, sebagai contoh mendengarkan: uraian, percakapan, diskusi, musik, dan pidato.
4. Writing activities, seperti menulis cerita, karangan, laporan, angket, dan menyalin.
5. Drawing activities, misalnya menggambar, membuat garis, membuat grafik, peta, dan diagram.
6. Motor activities, seperti melakukan percobaan, membuat konstruksi, model, mereparasi, bermain, berkebun, dan beternak.
7. Mental activities, seperti menanggap, mengingat, memecahkan soal, menganalisa, melihat hubungan, dan mengambil keputusan.
8. Emotional activities, seperti menaruh minat, merasa bosan, gembira, bersemangat, bergairah, berani, tenang, dan gugup.
Klasifikasi belajar di atas menunjukkan bahwa aktivitas dalam
pembelajaran cukup bervariasi. Aktivitasnya tidak terbatas pada aktivitas
jasmani saja tetapi juga meliputi aktivitas rohani.
Keaktifan siswa tersebut tidak lepas dari peranan guru sebagai
pembimbing dan fasilitator agar siswa menjadi lebih aktif dan kreatif dalam
menciptakan situasi, dimana siswa dapat belajar sendiri daripada memberikan
suatu paket yang berisi informasi atau pelajaran kepada siswa.
Untuk itu, Bruner menyarankan siswa harus belajar melalui kegiatan
mereka sendiri dengan memasukkan konsep-konsep dan prinsip-prinsip,
dimana mereka harus didorong untuk mempunyai pengalaman dan melakukan
eksperimen-eksperimen dan membiarkan mereka untuk menemukan
prinsip-prinsip bagi mereka sendiri.
Dari beberapa pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa aktivitas siswa
merupakan syarat mutlak bagi berlangsungnya kegiatan pembelajaran. Proses
perubahan tingkah laku melalui pendidikan yang dapat dinyatakan dalam
bentuk penguasaan, penggunaan, dan penilaian terhadap sikap, nilai-nilai
pengetahuan, dan kecakapan, bergantung pada aktivitas individu itu sendiri.
Untuk dapat lebih cepat berhasil dalam belajar perlu keaktifan yang tinggi,
sehingga dengan sedikit petunjuk dan bantuan yang diperlukan dari guru,
siswa dapat menyelesaikan masalah dan selebihnya berusaha dengan
menggunakan akal budi dan pengalamannya sendiri.
Keaktifan siswa merupakan kunci utama dalam penerapan pembelajaran
kooperatif-STAD dengan settingoutdoor mathematics. Keaktifan siswa yang dimaksud meliputi keaktifan siswa mengikuti pembelajaran matematika,
keaktifan siswa berinteraksi dengan guru, keaktifan siswa berinteraksi dengan
siswa lain dalam timnya, keaktifan siswa mengerjakan soal latihan dalam
E. Minat Belajar Siswa
Minat diartikan sebagai kecenderungan subyek yang menetap, untuk
merasa tertarik pada bidang studi atau pokok bahasan tertentu dan merasa
senang mempelajari materi itu. (Winkel 1989: 105).
Berdasarkan definisi tersebut, maka minat siswa dalam belajar matematika
dengan metode pembelajaran kooperatif-STAD dengan setting outdoor mathematics dapat dinyatakan sebagai kecenderungan subyek yang menetap, untuk merasa tertarik dan merasa senang dalam belajar matematika dengan
menggunakan metode pembelajaran kooperatif-STAD dengan settingoutdoor mathematics.
Minat dan perasaan senang mempunyai hubungan timbal balik, sehingga
bila siswa mempunyai perasaan tidak senang, maka siswa akan menjadi
kurang berminat, dan sebaliknya. Untuk itu, guru harus mengusahakan supaya
siswa mempunyai perasaan senang dalam belajar, misalnya dengan cara
sebagai berikut (Winkel 1989: 105) :
1. Membina hubungan akrab dengan siswa.
2. Menyajikan bahan pelajaran yang terlalu di atas daya tangkap siswa,
namun juga tidak jauh di bawahnya.
3. Menggunakan media pengajaran yang sesuai.
4. Bervariasi dalam prosedur mengajar, namun tidak berganti prosedur, yang
belum dikenal siswa, dengan tiba-tiba.
Rasa senang yang ada dalam diri siswa akan menimbulkan minat terhadap
matematika. Perasaan senang yang timbul dari diri siswa akan diekspresikan
melalui aktivitasnya dengan berpartisipasi dalam proses belajar dengan
menggunakan metode pembelajaran kooperatif-STAD dengan settingoutdoor mathematics. Dengan metode pembelajaran kooperatif-STAD dengan setting
outdoor mathematics diharapkan siswa menjadi berminat dalam pembelajaran matematika.
F. Prestasi Belajar
Prestasi adalah hasil yang telah dicapai (Kamus Lengkap Bahasa Indonesia
Modern). Belajar menurut Winkel (1989: 36) adalah suatu aktivitas mental
atau psikis, yang berlangsung dalam interaksi aktif dengan lingkungan, yang
menghasilkan perubahan-perubahan dalam pengetahuan-pemahaman,
ketrampilan dan nilai-sikap.
Menurut Betha (2004), prestasi belajar merupakan suatu gambaran dari
penguasaan kemampuan para peserta didik sebagaimana telah ditetapkan
untuk suatu pelajaran tertentu. Setiap usaha yang dilakukan dalam kegiatan
pembelajaran baik oleh guru sebagai pengajar maupun oleh peserta didik
sebagai pelajar bertujuan untuk mencapai prestasi yang setinggi-tingginya.
Prestasi belajar dinyatakan dengan skor hasil tes atau angka yang
diberikan guru berdasarkan pengamatannya belaka atau keduanya yaitu hasil
tes serta pengamatan guru pada waktu peserta didik melakukan diskusi
Sukmana (2004) mengatakan bahwa hasil ulangan atau ujian merupakan
prestasi belajar selama mengikuti kegiatan belajar-mengajar selama satu
semester. Satu hal yang harus dihindari pelajar selama ujian, yaitu perbuatan
mencontek. Karena nilai hasil mencontek tidak menggambarkan kemampuan
belajar yang sebenarnya.
Jadi untuk mencapai prestasi belajar yang baik, pelajar dituntut melakukan
berbagai kegiatan belajar. Selama melaksanakan kegiatan belajar tersebut,
harus dibarengi dengan sikap rajin, tekun, dan motivasi belajar yang tinggi.
Oleh karena itu, prestasi belajar dapat dicapai dengan perjuangan yang tidak
mengenal lelah dan putus asa. Sesuai dengan ungkapan, ”Tidak ada sesuatu
yang dapat dicapai tanpa kerja keras”.
G. Trigonometri
1. Pengertian Trigonometri
Trigonometri berasal dari gabungan dua kata Yunani yaitutrigonon
dan metro. Trigonon berarti tiga sudut dan metro berarti mengukur (Sumber dari www.wikipedia.com) Jadi trigonometri berarti sebuah
cabang matematika yang berhadapan dengan sudut segitiga dan fungsi
trigonometrik seperti sinus, kosinus, dan tangen. Trigonometri memiliki
hubungan dengan geometri, meskipun ada ketidaksetujuan tentang apa
hubungannya; bagi beberapa orang, trigonometri adalah bagian dari
geometri. Trigonometri diterapkan dalam survey navigasi, perhitungan
2. Materi Perbandingan Trigonometri di SMA
Fungsi trigonometri mula-mula didefinisikan sebagai fungsi dari
sudut pada suatu segitiga siku-siku dan kemudian diperluas ke sudut
secara umum. Untuk mengikuti pendekatan ini, kita akan meninjau ulang
dengan singkat beberapa fakta tentang segitiga. Dalam suatu segitiga, kita
menggunakan pelabelan standart, dengan panjang sisi (dalam satuan
panjang) di hadapan sudut A adalah a, panjang sisi di hadapan sudut B
adalah b, dan panjang sisi di hadapan sudut C adalah c.
1) Perbandingan trigonometri dalam segitiga siku-siku
Perhatikan segitiga siku-siku ABC dengan titik sudut siku-siku di C
pada Gambar di atas. Panjang sisi (dalam satuan panjang) di hadapan
sudut A adalah a, panjang sisi di hadapan sudut B adalah b, dan
panjang sisi di hadapan sudut C adalah c. A
B
C a
b c
A C
B
b
a c
Terhadap sudut A:
Sisi a disebut sisi yang berhadapan dengan sudut A
Sisi b disebut sisi yang berdekatan dengan sudut A, dan
Sisi c disebut hipotenusa.
Perbandingan trigonometrinya didefinisikan sebagai berikut:
Sin a°=
c a hipotenusa a sudut hadapan di siku siku sisi
Cos a°=
c b hipotenusa a sudut samping di siku siku sisi
Tan a°=
b a a sudut samping di siku siku sisi a sudut hadapan di siku siku sisi
2) Perbandingan trigonometri dalam sistem koordinat Cartesius
Ruas garis OA dapat diputar atau dirotasi terhadap titik asal O,
sehingga XOA dapat bernilai 0° sampai dengan 360°. Ketika XOA
= a°, hanya ada satu kemungkinan kedudukan bagi ruas garis
OA. Kemudian pada ruas garis OA itu ditempatkan titik P(x,y)
Dengan menggunakan gambar di atas. Perbandingan trigonometri
sudut a° dapat didefinisikan sebagai fungsi dari absis x, ordinat y,
dan jarak r sebagai berikut:
Sinus a° =
r y O ke A jarak
A titik ordinat
Kosinus a° =
r x O ke A jarak
A titik absis
Tangens a° =
x y A titik absis
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Jenis penelitian
Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian
pra eksperimental, yaitu penelitian menggunakan metode pembelajaran
kooperatif-STAD dengan setting outdoor mathematics terhadap aktivitas, minat, dan prestasi belajar siswa tanpa menggunakan kelas kontrol.
B. Populasi dan Sampel Penelitian
1. Populasi pada penelitian ini adalah himpunan semua siswa kelas X SMA
Santo Mikael Yogyakarta yang terdiri dari 2 kelas yaitu XAdan XB.
2. Sampel yang diambil sebanyak 30 siswa kelas XA SMA Santo Mikael
Yogyakarta. Tidak ada faktor tertentu dalam pemilihan siswa kelas XA
untuk diadakannya penelitian. Penelitian ini merupakan penelitian sampel
karena tidak melibatkan seluruh subyek peneliti yang ada dalam populasi,
melainkan hanya mengambil sebagian subyek penelitian yang sudah
dianggap mewakili dari seluruh populasi.
C. Treatment
Treatment yang dilakukan pada sampel adalah dengan melibatkan
Untuk langkah-langkah yang dilakukan adalah sebagai berikut:
I.
1. Sampel dibentuk dalam beberapa kelompok.
Pembagian kelompok dikonsultasikan dengan guru matematika yang
mengajar di kelas XA dengan memperhatikan heterogenitas siswa
dalam hal kemampuan intelektual, prestasi belajar, asal usul daerah
atau etnis, dan sebagainya termasuk adanya siswa putra dan putri.
2. Sampel diberi penjelasan bahwa proses pembelajaran akan
dilaksanakan di luar kelas.
3. Sampel diberi penjelasan mengenai STAD.
4. Sampel diberi lembar kerja yang sudah disusun dengan
menggunakan metode kooperatif-STAD dengan setting outdoor mathematics.
II. Peneliti mulai mempresentasikan pokok bahasan perbandingan
trigonometri yang sesuai dengan desain pembelajaran dan rancangan
pembelajaran dengan menggunakan metode kooperatif-STAD dengan
settingoutdoor mathematics. III.
1. Sampel menyelesaikan masalah yang ada pada lembar kerja yang
berupa tugas menyelesaikan masalah di luar kelas (outdoor).
2. Sampel dalam kelompok masing-masing mempresentasikan hasil
3. Sampel diberi kuis.
4. Sampel diberi penghargaan tim.
D. Bentuk Data
Dalam penelitian ini data yang digunakan adalah data keterlibatan
siswa (aktivitas siswa), data minat siswa, dan data prestasi.
E. Metode Pengumpulan Data
Peneliti menggunakan 3 macam data yaitu:
a. Data keterlibatan siswa (aktivitas siswa). Data ini dikumpulkan melalui:
Observasi
Observasi digunakan sebagai alat pengumpul data yang dilakukan
dengan mengamati aktivitas siswa dalam proses pembelajaran.
Selain itu untuk membantu proses pengamatan digunakan kamera
yang menghasilkan data deskriptif untuk mengamati aktivitas siswa
di luar kelas dengan model pembelajaran kooperatif tipe STAD
Wawancara
Wawancara dilakukan terhadap siswa dan dilakukan di luar jam
b. Data minat siswa. Data ini dikumpulkan melalui:
Angket atau kuisioner
Angket yang digunakan adalah angket tertutup yang berisi
pertanyaan-pertanyaan yang disertai sejumlah alternatif jawaban yang
disediakan.
Wawancara
c. Data prestasi belajar siswa. Data ini diambil melalui hasil kuis.
F. Instrumen Pembelajaran (Perangkat Pembelajaran) dan Instrumen Pengumpulan Data
Dalam penelitian ini ada dua macam instrumen yang digunakan yaitu
instrumen untuk melakukan kegiatan pembelajaran dan instrumen
pengumpulan data. Instrumen untuk kegiatan pembelajarannya adalah desain
pembelajaran dan rancangan pembelajaran pada pokok bahasan perbandingan
trigonometri dengan menggunakan metode pembelajaran kooperatif-STAD
dengan setting outdoor mathematics serta lembar kerja dan alat-alat yang digunakan selama kegiatan berlangsung. Instrumen untuk mengumpulkan
data berupa : (1) lembar observasi atau pengamatan untuk mengamati
keaktifan siswa dalam pembelajaran matematika dengan pokok bahasan
perbandingan trigonometri dengan metode pembelajaran kooperatif-STAD
dengan setting outdoor mathematics, (2) lembar wawancara yang berisi pertanyaan tentang pelaksanaan metode pembelajaran kooperatif-STAD
mengukur minat siswa, (4) tes prestasi belajar yang berupa soal yang
berbentuk kuis yang dilaksanakan setelah satu atau dua kali pertemuan untuk
mengukur hasil belajar siswa dengan menggunakan metode pembelajaran
kooperatif-STAD dengan setting outdoor mathematics. Di bawah ini akan diuraikan mengenai instrumen-instrumen tersebut:
1. Desain Pengajaran
Desain pengajaran berupa desain pembelajaran dan rancangan
pembelajaran yang meliputi: tujuan pembelajaran, kegiatan pembelajaran
dengan menggunakan metode pembelajaran kooperatif-STAD dengan
setting outdoor mathematics, serta lembar kegiatan untuk siswa yang berisi permasalahan-permasalahan yang telah disusun dengan
menggunakan metode pembelajaran kooperatif-STAD dengan setting
outdoor mathematics.
2. Lembar observasi atau pengamatan aktivitas siswa
Lembar pengamatan memuat aspek-aspek perilaku siswa dalam
kegiatan pembelajaran perbandingan trigonometri dengan metode
kooperatif-STAD dengan setting outdoor mathematics. Untuk mengamati aktivitas siswa dalam diskusi kelompok peneliti dibantu oleh
tiga orang pengamat. Aspek-aspek perilaku siswa yang merupakan aspek
a. Kehendak siswa untuk menjelaskan kepada teman, yaitu kemauan
siswa untuk menjelaskan kepada teman lain dalam kelompoknya bila
ada yang belum paham tentang materi yang dipelajari dengan
caranya sendiri.
b. Kemauan siswa untuk mengemukakan pendapat dalam kelompok
dengan menggunakan suara yang lirih, yaitu kemauan siswa untuk
bekerja secara sungguh-sungguh atau serius dalam mengikuti
kegiatan pembelajaran agar hasil diskusinya tidak terdengar oleh
kelompok lain.
c. Kemauan siswa mencoba-coba, yaitu kemauan siswa untuk
mencobakan idenya dengan melakukan kegiatan berdasarkan
pengalaman yang didapat sebelumnya.
d. Kemauan siswa dalam mengajukan pendapat, yaitu kemauan siswa
untuk berusaha mengungkapkan idenya sendiri dengan berusaha
menemukan sendiri jawaban dari pertanyaan yang diberikan.
e. Kemauan siswa untuk bekerjasama, yaitu kemauan siswa untuk
bersedia menerima pendapat dari teman dalam kelompoknya
sehingga kebersamaan dalam kelompok dapat terjalin.
f. Kemauan siswa untuk menjawab pertanyaan, yaitu kemauan siswa
untuk menjelaskan kepada teman apabila ada teman lain dalam satu
kelompok kurang jelas mengenai materi yang dipelajari.
g. Kemauan siswa untuk mengajukan pertanyaan, yaitu kemauan siswa
sehingga timbul keinginan untuk mengajukan pertanyaan kepada
peneliti bila menemukan kesulitan.
3. Lembar wawancara
Lembar wawancara berbentuk pertanyaan uraian yang berisi
pertanyaan tentang pelaksanaan metode kooperatif-STAD dengan setting
outdoor mathematics. Wawancara hanya dilakukan pada beberapa siswa saja karena keterbatasan peneliti. Wawancara dilakukan setelah
pembelajaran tentang perbandingan trigonometri dilakukan. Pertanyaan
wawancara tersebut sebagai berikut:
a. Bagaimana perasaan anda ketika pembelajaran diadakan di luar
kelas? Mengapa?
b. Apakah anda ikut mengeluarkan pendapat dalam kelompok saat
pembelajaran diadakan di luar kelas?
c. Apakah anda menghargai teman satu kelompokmu dengan cara
mendengarkan pendapat atau ide temanmu saat pembelajaran
diadakan di luar kelas?
d. Apakah anda antusias melakukan kegiatan belajar dalam kelompok
yang diadakan di luar kelas?
e. Apakah anda sering bertanya kepada peneliti tentang permasalahan
yang anda tidak mengerti saat pembelajaran diadakan di luar kelas?
f. Jika kelompok anda mendapat penghargaan karena merupakan
kelompok unggulan, apakah dengan penghargaan tersebut dapat
g. Apakah anda merasa terbantu dalam mempelajari pokok bahasan
perbandingan trigonometri dengan metode kooperatif-STAD
dengan settingoutdoor mathematics? Mengapa? 4. Angket atau kuisioner
Angket yang digunakan dalam penelitian ini adalah angket minat
siswa untuk mengetahui sejauh mana minat siswa dalam mengikuti
pembelajaran matematika pada pokok bahasan perbandingan
trigonometri dengan metode kooperatif-STAD dengan setting outdoor mathematics.
Angket minat dalam mengikuti pembelajaran matematika pokok bahasan
perbandingan trigonometri dengan metode kooperatif-STAD dengan
setting outdoor mathematics ini terdiri dari 24 butir soal. Pada 24 butir soal terdapat 1 butir soal yang pilihan jawabannya sangat tertarik,
tertarik, kurang tertarik, dan tidak tertarik; 10 butir soal yang pilihan
jawabannya sangat sering terjadi, sering terjadi, jarang terjadi, dan tidak
pernah terjadi; 9 butir soal yang pilihan jawabannya sangat setuju, setuju,
kurang setuju, dan tidak setuju; 1 butir soal yang pilihan jawabannya
sangat menyenangkan, menyenangkan, kurang menyenangkan, dan tidak
menyenangkan; 3 butir soal yang pilihan jawabannya selalu dilakukan,
sering dilakukan, kadang dilakukan, dan tidak perlu dilakukan. Untuk
tiap-tiap butir soal terdiri dari empat alternatif jawaban dimana siswa
memilih satu jawaban. Untuk pernyataan positif, pilihan jawaban “sangat
skor 2, dan ”tidak tertarik” diberi skor 1. Sedang untuk pilihan jawaban
”sangat sering terjadi” diberi skor 4, ”sering terjadi” diberi skor 3,
”jarang terjadi” diberi skor 2, dan ”tidak pernah terjadi” diberi skor 1.
Untuk pilihan jawaban ”sangat setuju” diberi skor 4, ”setuju” diberi skor
3, ”kurang setuju” diberi skor 2, dan ”tidak setuju” diberi skor 1. Untuk
pilihan jawaban ”sangat menyenangkan” diberi skor 4, ”menyenangkan”
diberi skor 3, ”kurang menyenangkan” diberi skor 2 , dan ”tidak
menyenangkan” diberi skor 1. Untuk pilihan jawaban ”selalu dilakukan”
diberi skor 4, ”sering dilakukan” diberi skor 3, ”kadang dilakukan” diberi
skor 2, dan ”tidak perlu dilakukan” diberi skor 1. Sedangkan untuk
pernyataan negatif, pilihan jawaban ”sangat sering terjadi” diberi skor 1,
”sering terjadi” diberi skor 2, ”jarang terjadi” diberi skor 3, dan ”tidak
pernah terjadi” diberi skor 4. Semakin tinggi skor yang dicapai siswa
maka semakin tinggi pula rasa ketertarikan siswa pada pembelajaran
dengan metode kooperatif-STAD dengan settingoutdoor mathematics.
Angket dibagikan kepada semua siswa. Data dari angket digunakan
untuk memperkuat data yang diperoleh berdasarkan lembar observasi
terutama mengenai minat siswa terhadap pembelajaran matematika pada
pokok bahasan perbandingan trigonometri dengan metode
5. Tes
Tes berupa soal yang disusun peneliti sesuai dengan materi yang
diberikan dalam hal ini berbentuk kuis yang dilaksanakan setelah satu
atau dua kali pertemuan.
G. Teknik Analisis Data
1. Analisis hasil observasi atau pengamatan aktivitas siswa
Untuk mengetahui keterlibatan siswa dalam mengikuti kegiatan
belajar dengan menggunakan metode pembelajaran kooperatif-STAD
dengan settingoutdoor mathematicsdilakukan penskoran. Penskorannya dilakukan dengan cara sebagai berikut:
1) Menjelaskan kepada teman satu kelompoknya, penskorannya adalah
sebagai berikut:
a. Menjelaskan lebih dari 1 pertanyaan teman lain dalam
kelompoknya bila ada yang belum paham tentang materi yang
dipelajari diberi skor 2.
b. Menjelaskan 1 pertanyaan kepada teman lain dalam
kelompoknya bila ada yang belum paham tentang materi yang
dipelajari diberi skor 1.
c. Tidak menjelaskan kepada teman lain dalam kelompoknya bila
ada yang belum paham tentang materi yang dipelajari diberi skor
2) Menggunakan suara yang lirih dalam mengemukakan pendapat
dalam kelompok, penskorannya adalah sebagai berikut:
a. Menggunakan suara yang lirih dalam mengemukakan pendapat
dalam kelompok diberi skor 2.
b. Menggunakan suara keras dalam mengemukakan pendapat dalam
kelompok diberi skor 1.
c. Tidak serius dalam mengikuti kegiatan pembelajaran dengan cara
tidak mengemukakan pendapat dalam kelompok (hanya diam
saja) diberi skor 0.
3) Siswa mau mencoba-coba, penskorannya adalah sebagai berikut:
a. Melakukan kegiatan percobaan dengan menuangkan idenya
sendiri diberi skor 2.
b. Melakukan kegiatan percobaan dengan menuangkan idenya
tetapi sebelumnya berkonsultasi dengan peneliti diberi skor 1.
c. Tidak melakukan kegiatan percobaan sama sekali diberi skor 0.
4) Mengajukan pendapat dalam kerja kelompok, penskorannya adalah
sebagai berikut:
a. Mengajukan pendapat dalam kerja kelompok lebih dari 2 kali
diberi skor 2.
b. Mengajukan pendapat 1 kali dalam kerja kelompok diberi skor 1.
5) Menghargai pendapat dari teman, penskorannya adalah sebagai
berikut:
a. Menghargai pendapat dari teman dan pendapat tersebut diterima
sebagai masukan diberi skor 2.
b. Menghargai pendapat dari teman tetapi hanya sebatas
didengarkan saja diberi skor 1.
c. Tidak menghargai pendapat dari teman dan tidak peduli dengan
kegiatan pembelajaran diberi skor 0.
6) Memberikan jawaban pada teman yang bertanya, penskorannya
adalah sebagai berikut:
a. Memberikan jawaban benar kepada teman satu kelompok yang
bertanya diberi skor 2.
b. Memberikan jawaban asal-asalan kepada teman satu kelompok
yang bertanya diberi skor 1.
c. Tidak memberikan jawaban kepada teman satu kelompok yang
bertanya diberi skor 0.
7) Aktif bertanya atas kemauan sendiri kepada peneliti, penskorannya
adalah sebagai berikut:
a. Mengajukan lebih dari 2 pertanyaan diberi skor 2.
b. Mengajukan 1 sampai 2 pertanyaan diberi skor 1.
Bentuk lembar observasi atau pengamatannya adalah sebagai berikut:
Tabel 3.1
Instrumen Observasi Aktivitas Siswa
Siswa
1 2 3 4 5 No Hal yang diamati
Kode
Jumlah
Siswa Frekuensi
1 Menjelaskan kepada teman satu
kelompoknya. 2 Menggunakan suara
yang lirih dalam mengemukakan pendapat dalam kelompok.
3 Siswa mau mencoba-coba.
4 Mengajukan pendapat dalam kerja kelompok. 5 Menghargai pendapat
dari teman.
6 Memberikan jawaban pada teman yang bertanya.
7 Aktif bertanya atas kemauan sendiri kepada peneliti.
Aktivitas siswa dalam pembelajaran ini dianalisis dari hasil pengamatan
selama proses pembelajaran. Dari masing-masing data akan diungkapkan
jumlah maupun frekuensi menurut jenis aktivitas pada setiap pertemuan.
Tabel 3.2
Jumlah siswa yang aktif pada setiap pertemuan dan frekuensi
Siswa yang aktif No Kode Jenis Aktivitas
Jumlah % Frekuensi
1 A Menjelaskan kepada teman satu kelompoknya.
2 B
Menggunakan suara yang lirih dalam mengemukakan pendapat dalam kelompok. 3 C Siswa mau mencoba-coba.
4 D Mengajukan pendapat dalam kerja kelompok.
5 E Menghargai pendapat dari teman.
6 F Memberikan jawaban pada teman yang bertanya.
7 G Aktif bertanya atas kemauan sendiri kepada peneliti.
Tabel 3.3
Distribusi aktivitas siswa pada pertemuan (Kartika Budi, 2001:53)
Kode Siswa
Yang
Aktif Jenis Aktivitas Aktivitas A B C D E F G Jenis Frekuensi Jumlah
2. Analisis hasil Angket Siswa
Data dari angket tersebut diperoleh dengan menghitung skor yang
diperoleh masing-masing siswa. Karena terdapat 24 butir soal, maka skor
terendah yang mungkin dicapai siswa adalah 24 dan skor tertinggi yang
dicapai siswa adalah 96.
Skor yang yang diperoleh siswa dalam bentuk prosentase, yang
Tabel 3.4
Kriteria Minat Siswa (Kartika Budi, 2001:55)
Skor (%) Kriteria
≤20 Tidak Berminat (TM) 21 - 40 Kurang Berminat (KM)
41 - 60 Cukup Berminat (CM)
61 – 80 Berminat (M)
81 - 100 Sangat Berminat (SM)
Sedangkan minat siswa secara keseluruhan digunakan kriteria sebagai
berikut:
Tabel 3.5
Kriteria Minat Seluruh Siswa
Jumlah Yang Termotivasi
SM SM + M SM + M + CM SM + M + CM + KM SM + M + CM + KM + TM Motivasi
≥75% Sangat
Berminat
≥75% Berminat
≥65% Cukup
Berminat
≥65% Kurang
Berminat
65% Tidak Berminat
3. Analisis hasil wawancara
Hasil dari wawancara akan dianalisis secara deskriptif. Wawancara
sebagai teknik pengumpulan data berfungsi sebagai instrumen untuk
menggali informasi dari subyek dalam mengevaluasi dan merefleksikan
4. Analisis prestasi belajar siswa
Hasil kuis yang diperoleh siswa merupakan hasil prestasi belajar
siswa secara individu. Skor kuis siswa dibandingkan dengan rata-rata
skor mereka yang lalu, dan poin diberikan berdasarkan seberapa jauh
siswa dapat menyamai atau melampaui kinerja mereka terdahulu.
Pon-poin ini kemudian dijumlahkan untuk mendapatkan skor kelompok, dan
kelompok-kelompok yang memenuhi kriteria tertentu dapat diberi
sertifikat atau penghargaan lain. Langkah-langkahnya yaitu:
a. Skor peningkatan nilai individu menurut Nur (2005:33-34) yang
diungkapkan dalam Slavin didasarkan pada berapa banyak skor kuis
mereka melampaui skor dasar yang bisa diambil dari nilai tes, kuis
atau nilai ulangan sebelumnya.
Adapun aturan pemberian skor peningkatan individu adalah sebagai
berikut:
Tabel 3.6
Kriteria Skor Peningkatan Individu
Skor kuis Skor
peningkatan
Lebih dari 10 angka dibawah skor dasar 5
10 sampai 1 angka di bawah skor dasar 10
Skor dasar sampai 10 angka di atas skor dasar 20
Lebih dari 10 angka di atas skor dasar 30
Pekerjaan sempurna (tanpa memperhatikan skor
b. Skor kelompok ditentukan dengan mencari rata-rata skor peningkatan
anggota kelompok. Tim dapat memperoleh sertifikat atau
penghargaan lain apabila skor rata-rata mereka melampaui kriteria
tertentu. Kriteria menurut Nur (2005:36-37) yang diungkapkan dalam
Slavin dalam penentuan penghargaan kelompok adalah sebagai
berikut:
Tabel 3.7
Kriteria Penghargaan Kelompok
Rata-rata skor kelompok Penghargaan kelompok
15≤rata-rata skor < 20 Kelompok baik (good team)
20≤rata-rata skor < 25 Kelompok hebat (great team)
25≤rata-rata skor≤30 Kelompok super (super team)
Untuk mengetahui prestasi belajar siswa, diperoleh dari skor kuis.
Kriteria penilaian dibuat berdasarkan aturan penilaian acuan patokan
dengan rentang nilai 0-100.
Tabel 3.8
Kriteria Prestasi Belajar pada Setiap Kuis
No Kriteria Prestasi Interval Nilai Jumlah Siswa Prosentase
1 Sangat baik 81-100
2 Baik 66-80
3 Cukup 56-65
4 Kurang 46-55
H. Prosedur Pelaksanaan Penelitian a. Penyusunan Proposal
b. Persiapan Penelitian
Setelah proposal diterima, peneliti membuat persiapan penelitian.
Persiapan yang dilakukan meliputi:
1. Perijinan
Meminta surat pengantar dari Universitas untuk dapat melaksanakan
penelitian di SMA Santo Mikael Yogyakarta kemudian menyerahkan
ke Kepala Sekolah yang barsangkutan.
2. Pembuatan Instrumen-instrumen Penelitian
c. Pelaksanaan Penelitian
a. Peneliti memberikan sedikit presentasi materi.
b. Siswa diberi kesempatan untuk bergabung ke dalam kelompok
masing-masing untuk mengerjakan lembar kerja dari peneliti untuk dikerjakan
di luar kelas.
c. Pengamatan keterlibatan (aktivitas siswa) dengan menggunakan
lembar observasi.
d. Pelaksanaan kuis.
e. Pemberian penghargaan tim.
f. Pengisian angket respon oleh siswa.
d. Analisis Data
Setelah data terkumpul kemudian data dianalisis sesuai dengan
metodologi penelitian yang diuraikan pada proposal penelitian.
e. Penulisan Laporan
Setelah data terkumpul dan dianalisis kemudian peneliti mulai
BAB IV
PELAKSANAAN PENELITIAN, DESKRIPSI DATA, DAN PEMBAHASAN
Pada Bab IV ini akan dibahas mengenai pelaksanaan penelitian, deskripsi
data, dan pembahasan tentang kegiatan pembelajaran dengan menggunakan
metode pembelajaran kooperatif-STAD dengan settingoutdoor mathematics.
A. Pelaksanaan Penelitian
Uraian dalam pelaksanaan penelitian terdiri dari tiga subbab yaitu
sebelum penelitian, selama penelitian, dan sesudah penelitian. Pada subbab
selama penelitian meliputi selama proses kegiatan belajar mengajar dengan
menggunakan metode pembelajaran kooperatif-STAD dengan setting outdoor mathematics, dan sesudah kegiatan belajar mengajar dengan menggunakan metode pembelajaran kooperatif-STAD dengan settingoutdoor mathematics.
1. Sebelum Penelitian
Persiapan yang dilakukan oleh peneliti yaitu mempers