TUGAS AKHIR
Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Teknik
Program Studi Teknik Mesin
Disusun Oleh :
ANDRE AN M.
PROGRAM STUDI TEKNIK MESIN
FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI
AS KURNIAWNIM : 015214088
JURUSAN TEKNIK MESIN
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA
FINAL PROJECT
Presented as Partial Fulfillment of the Requirement
By :
ANDREAS KURNIAWAN M.
MECHANICAL ENGINEERING STUDI PROGRAM
to Obtain the Sarjana Teknik Degreein Mechanical Engineering
NIM : 015214088
MECHANICAL ENGINEERING DEPARTEMENT
SAINS AND TECHNOLOGY FACULTY
SANATA DHARMA UNIVERSITY
YOGYAKARTA
PERANCANGAN SISTEM PERPIPAAN HIDRAN dan
SPRINKLER di SEJAHTERA FAMILY HOTEL and
APARTMENT
OLEH :
ANDREAS KURNIAWAN M.
NIM : 015214088
Telah disetujui :
Dosen Pembimbing I
Budi Sugiharto S.T., M.T. Tanggal, 5 Oktober 2007
PERANCANGAN SISTEM PERPIPAAN HIDRAN dan
SPRINKLER di SEJAHTERA FAMILY HOTEL and
APARTMENT
Dipersiapkan dan ditulis oleh : ANDREAS KURNIAWAN M.
NIM : 0152104088
Telah dipertahankan di depan panitia penguji Pada tanggal : 3 Oktober 2007
Dan dinyatakan memenuhi syarat
Susunan panitia penguji
Ketua : Budi Setyahandana, S.T., M.T. :
Sekretaris : Ir. Rines Alapan, M.T. :
Anggota : Budi Sugiharto, S.T., M.T. :
Yogyakarta, Oktober 2007 Fakultas Sains dan Teknologi
Universitas Sanata Dharma Dekan
Ir. Greg. Heliarko, S.J., S.S., B.ST., M.A., M.Sc
Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa Tugas Akhir yang saya tulis ini tidak memuat karya orang lain atau bagian karya orang lain. kecuali yang telah disebutkan dalam kutipan dan daftar pustaka, sebagaimana layaknya sebuah karya ilmiah.
Yogyakarta, 27 September 2007
Penulis
Andreas Kurniawan M.
Tugas akhir ini saya persembahkan kepada:
• Tuhan Yesus Kristus yang selalu mendampingi dan menjadi
pegangan hidupku. Terima kasih Tuhan telah memberiku
terang dan jalan.
• Bapak dan Ibu tercinta yang telah memberikan segalanya
padaku, baik material, spiritual dan financial dengan kasih
sayang
• Kedua adik-adikku yang selalu membantuku.
• Kekasihku yang selalu menemani, mendampingi,
menyemangati dengan penuh cinta
• Sahabat dan teman-temanku yang selalu memberiku
semangat dan motivasi, terima kasih telah memberikan
perhatian dan bantuan.
•
Jenius adalah 1% inspirasi dan 99% kerja keras. Tidak
ada yang menggantikan Kerja Keras.
•
Sukses adalah hak saya, kesuksesan milik anda, milik
saya dan milik siapa saja yang benar-benar menyadari,
menginginkan dan memperjuangkan dengan sepenuh
hati.
Perancangan ini menggunakan Standar Nasional Indonesia (SNI) dengan klasifikasi hunian bahaya kebakaran ringan.
Dari perhitungan diperoleh debit total 13,05 m3/menit, layanan 20% dari layanan seluruh gedung dan head total 71,8 m. Pipa menggunakan bahan ASTM A106 Grade B dengan ukuran 10” sch 20, 6” sch 40, 4” sch 10S dan 2,5” sch 10S. Pompa yang digunakan buatan Torishima Pump MFG. Co. Ltd. Tipe 100-500 daya 30 kW.
slight-dangerous-fire living.
From this calculation got total capacity is 13.05 m3/minute, service is 20% of the whole building with total head 71,8 m. This pipe uses ASTM A106 grade B materials with measure 10” sch 20, 6” sch 40S, 4” sch 10S and 2.5” sch 10S. Uses pump produced by Torishima Pump MFG. Co. Ltd. type 100-500 with power 30 kW.
berkat dan rahmat-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas akhir dengan judul Perancangan Sistem Perpipaan Hidran dan Sprinkler di Sejahtera Family Hotel and Apartment sesuai dengan waktunya.
Tugas akhir ini disusun sebagai salah satu syarat akademis memperoleh gelar sarjana di Jurusan Teknik Mesin, Fakultas Teknik, Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta.
Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan tugas akhir ini masih banyak kekurangan dan kesalahan, untuk itu demi kesempurnaan tugas akhir ini penulis mengharapkan saran dan kritik dari para pembaca.
Akhir kata penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:
1. Romo Ir. Greg Heliarko, SJ., B.S.T., M.A., M.Sc., selaku Dekan Fakultas Teknik Universitas Sanata Dharma
2. Bapak Budi Sugiharto S.T., M.T., selaku Dosen Pembimbing Tugas Akhir dan Ketua Jurusan Teknik Mesin Universitas Sanata Dharma yang telah banyak membantu menyelesaikan tugas akhir.
3. Seluruh Dosen penguji yang telah membantu penulis dalam tugas akhir. 4. Bapak Ir. Rines Alapan M.T. selaku Dosen pembimbing akademik yang
selalu memberi semangat.
5. Mas Ratno dan segenap pimpinan dan karyawan Sejahtera Family Hotel and Apartment yang telah membantu dalam survei dan pengukuran gedung.
7. Kekasihku Wiwin yang selalu mendampingi dan menemani serta menyemangati hidupku.
8. Sahabatku: Edo, Widhi, Wawan, Cokro, Bayu, Wisnu Jati, Wisnu, Fendy, Cendra, Ari, Lilik, kalian semua yang selalu membuatku tersenyum ketika didalam kesusahan, bersama tertawa dalam kesenangan sungguh persahabatan yang sangat indah. Tanpa kalian aku bukan apa-apa sobat.
9. Bpk. Let.Kol. (Purn) Drs. Sudarmadi beserta keluarga yang sudi menampung saya ketika masa pengasingan di Palembang.
10. Rekan-rekan di CV Dinamika Citra Visitama yang telah memberikan pengalaman hidup yang berharga.
11. Anggota, pengurus, karyawan dan staf Jogjakarta Taekwondo Center, Taekwondo Atma Jaya, Taekwondo UKDW, Taekwondo Poltekkes, Taekwondo Bahtera yang selalu memberikan perhatian dan kesempatan mengabdi.
Semoga tugas akhir ini menberi manfaat bagi para pembaca. Terima kasih, Tuhan Yesus memberkati.
HALAMAN JUDUL……… i
HALAMAN PENGESAHAN………. iii
HALAMAN PENGESAHAN UJIAN……… iv
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA……….. v
HALAMAN PERSEMBAHAN……….. vi
MOTTO………vii
INTISARI………..viii
ABSTRAK…………..………...ix
KATA PENGANTAR………. x
DAFTAR ISI……… xii
DAFTAR GAMBAR………... xv
DAFTAR TABEL……….... xvii
DAFTAR NOTASI / LAMBANG……….. xix
BAB I PENDAHULUAN……….1
1.1.Pendahuluan……...………1
1.2.Tujuan Perancangan ...……….6
1.3.Batasan Masalah ...………6
1.4.Sistematika Pembahasan ...7
BAB II PERHITUNGAN KAPASITAS SPRINKLER dan HIDRAN...……….. 9
2.1. Kondisi dan Keadaan Lokasi...……….. 9
2.2.3. Hunian Bahaya Kebakaran Sedang Kelompok II………...13
2.2.4. Hunian Bahaya Kebakaran Sedang Kelompok III………..14
2.2.5. Hunian Bahaya Kebakaran Berat………....15
2.3. Perhitungan Tekanan...………...16
2.3.1. Perhitungan Tekanan pada Sprinkler...………....….17
2.3.2. Perhitungan Tekanan pada Hidran...……..…….17
2.4. Debit Sprinkler……...………..……....18
2.5. Kecepatan Pancaran Sprinkler..………...21
2.6. Luas Area Pelayanan Sprinkler………...22
2.7. Perhitungan Kepadatan Pancaran………25
2.8. Kelas Sistem Pipa Tegak……….31
2.9. Perhitungan Kecepatan Output Hidran………....32
2.10. Perhitungan Debit Hidran………..36
2.11. Perhitungan Lintasan Pancaran Hidran……….37
BAB III PERHITUNGAN PEMIPAAN………...………44
3.1. Penempatan Sprinkler dan Hidran...………..44
3.2. Penentuan Diameter dan Jenis Pipa...…………47
3.3. Perhitungan Mitter...………....51
3.4. Penempatan Peralatan Pendukung...55
3.5. Denah Instalasi Pemipaan Sprinkler dan Hidran...56
4.1. Perhitungan Head...………...62
4.1.1. Head Tekanan………...………....….63
4.1.2. Head Kerugian Gesek……….64
4.1.3. Head Kerugian pada Belokan Pipa……….70
4.2. Pemilihan Pompa... ...……….73
BAB V KESIMPULAN DAN PENUTUP...76
5.1. Kesimpulan...76
5.2. Penutup...77 DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
Gambar 1.1.(b) Gambar Tampak Samping Sejahtera Family Hotel &
Apartment...8
Gambar 2.1. Denah Lantai Basement...………....9
Gambar 2.2. Denah Lantai 1 ...………...10
Gambar 2.3. Denah lantai 2, 3, 4 dan 5 ...………...11
Gambar 2.4. Denah Lantai 6 ………...12
Gambar 2.5. Lintasan Pancaran Sprinkler…...…………...23
Gambar 2.6. Penampang Nozel ………...33
Gambar 2.7. Lintasan Pancaran Zat Cair ...38
Gambar 3.1. Penempatan Sprinkler Lantai Basement ...…...45
Gambar 3.2. Penempatan Sprinkler Lantai 1...…...45
Gambar 3.3. Penempatan Sprinkler Lantai 2, 3, 4 dan 5 ...46
Gambar 3.4. Penempatan Sprinkler Lantai 6 ...46
Gambar 3.5. Branch Connection Nomenclature ...52
Gambar 3.6. Instalasi Peralatan Pendukung Pada Sistem Pemipaan ...56
Gambar 3.7 Denah Pemipaan Lantai Basement ...57
Gambar 3.8 Denah Pemipaan Lantai 1 ...57
Gamber 3.9 Denah Pemipaan Lantai 2, 3, 4 dan 5 ...58
Gambar 3.10. Denah Pemipaan Lantai 6 ...58
Gambar 3.11. Denah Samping Instalasi Pemipaan ...59
Tabel 2.2 Hasil Perhitungan Tekanan Sprinkler Tiap Lantai ………17
Tabel 2.3 Hasil Perhitungan Tekanan Hidran Tiap Lantai ………18
Tabel 2.4 Ukuran Nominal Lubang Kepala Sprinkler ...19
Tabel 2.5 Harga k Untuk Ukuran Lubang Sprinkler………...20
Tabel 2.6 Hasil Perhitungan Debit Pancaran ……….20
Tabel 2.7 Perhitungan Kecepatan Pancaran Sprinkler ………..22
Tabel 2.8 Jarak Ketinggian Sprinkler Dari Lantai ………....24
Tabel 2.9 Hasil Perhitungan Jarak Pancaran Sprinkler Tiap Lantai ………...25
Tabel 2.10 Kepadatan Pancaran dan Luas Daerah Kerja Maksimum Sistem Bahaya Kebakaran Berat……….28
Tabel 2.11 Hasil Perhitungan Jarak Antar Kepala Sprinkler Tiap lantai …….30
Tabel 2.12 Hasil Perhitungan Kecepatan Nozel Hidran Tiap Lantai ………...36
Tabel 2.13 Hasil Perhitungan Debit Nozel Hidran Tiap Lantai ………..37
Tabel 2.14 jarak Nozel Dengan Langit-langit ……….41
Tabel 2.15 Sudut Maksimum yang Bisa Dibentuk Untuk Mencapai Jarak Pancaran Maksimal ………...42
Tabel 2.16 Hasil Perhitungan Panjang Pancaran Hidran ………43
Tabel 3.1 Jarak Antar Sprinkler dengan Faktor Koreksi 0,75 ………....44
Tabel 3.2 Kapasitas Total Sprinkler Tiap Zone ………..47
Tabel 3.3 Harga Koefisien Y ………..49
Dengan 300 psi (20,7 bar) ………....51
Tabel 3.7 Diameter Pipa yang Digunakan dan Spesifikasinya ………..51
Tabel 3.8 Tekanan Terbesar yang Dialami Mitter ……….53
Tabel 3.9 Hasil Perhitungan Mitter ………...54
Tabel 3.10 Hasil Perhitungan Jarak Minimal Antar Span ……….61
Tabel 4.1 Sifat-sifat Air Pada Tekanan Atmosfir ………..65
Tabel 4.2 Kondisi Pipa dan Harga C (Formula Hazen-William) …………..69
Tabel 4.3 Koefisien Kerugian Pada Belokan ……….71
Tabel 4.4 Koefisien Kerugian Belokan Pipa Potongan Banyak ...72
Tabel 4.5 Hasil Perhitungan Head Total ...73
Tabel 4.6 Spesifikasi Pompa ………..74
h = ketinggian /jarak (meter) Q = kapasitas (m3/mnt) v = Kecepatan (m/s) A = luas penampang (m2)
P = kepadatan pancaran (mm/mnt) tm = tebal minimal pipa
D0 = diameter luar pipa (inchi) d = diameter dalam (inchi) Eq = faktor kualitas
th = tebal minimal pipa utama (inchi) tb = tebal minimal pipa cabang (inchi) L = jarak antar tumpuan/span (meter) H = head total (meter)
hp = head tekanan (meter) hf = head rugi-rugi (meter)
1.1. PENDAHULUAN
Musibah kebakaran adalah suatu kejadian yang tidak diharapkan dan dapat terjadi dimana dan kapan saja baik disebabkan oleh kelalaian manusia atau hal-hal lain. Musibah kebakaran sangat merugikan karena selain bangunan dan harta benda, nyawa pun kerap melayang akibat peristiwa tersebut. Kebakaran adalah suatu nyala api, baik kecil atau besar pada tempat yang tidak kita hendaki, merugikan dan pada umumnya sukar dikendalikan. Api terjadi karena persenyawaan dari (www.proyeksi.com) :
1. Sumber panas, seperti energi elektron (listrik statis atau dinamis), sinar matahari, reaksi kimia dan perubahan kimia.
2. Benda mudah terbakar, seperti bahan-bahan kimia, bahan bakar, kayu, plastik dan sebagainya.
3. Oksigen (tersedia di udara)
Apabila telah terjadi kebakaran, maka langkah yang harus dilakukan adalah memisahkan oksigen dari benda yang terbakar. Pemadaman dengan mengunakan APAR, karung goni yang basah dan pasir merupakan cara untuk mengisolasi oksigen dalam api tersebut. Bila pada pemadaman digunakan air sebagai media pemadaman maka terjadi reaksi pendinginan
panas dan isolasi oksigen dari kebakaran tersebut. Kebakaran di Indonesia dibagi menjadi 3 kelas yaitu :
1. Kelas A
Kebakaran yang disebabkan oleh benda-benda padat, misalnya kertas, kayu, plastik, karet, busa dan lain-lainnya. Media pemadaman kebakaran untuk kelas ini berupa: air, pasir, karung goni yang dibasahi, dan Alat Pemadam Kebakaran (APAR) atau racun api tepung kimia kering.
2. Kelas B
Kebakaran yang disebabkan oleh benda-benda mudah terbakar berupa cairan, misalnya bensin, solar, minyak tanah, spirtus, alkohol dan lain-lainnya. Media pemadaman kebakaran untuk kelas ini berupa: pasir dan Alat Pemadam Kebakaran (APAR) atau racun api tepung kimia kering. Dilarang memakai air untuk jenis ini karena berat jenis air lebih berat dari pada berat jenis bahan di atas sehingga bila kita menggunakan air maka kebakaran akan melebar kemana-mana
3. Kelas C
Berbagai peralatan dan sistem dibuat agar peristiwa kebakaran tidak terjadi atau dapat ditanggulangi secara cepat dan tidak menyebar ke daerah yang lain. Peralatan pencegahan kebakaran adalah :
1. APAR / Fire Extinguishers / Racun Api
Peralatan ini merupakan peralatan reaksi cepat yang multi guna karena dapat dipakai untuk jenis kebakaran A, B dan C. Peralatan ini mempunyai berbagai ukuran berat, sehingga dapat ditempatkan sesuai dengan besar-kecilnya resiko kebakaran yang mungkin timbul dari daerah tersebut. Bahan yang terdapat dalam tabung pemadam api tersebut berupa bahan kimia kering, foam / busa dan CO2, untuk Halon tidak diperkenankan dipakai di Indonesia.
2. Hidran
Ada 3 jenis hidran, yaitu hidran gedung, hydran halaman dan hydran kota, sesuai namanya hidran gedung ditempatkan dalam gedung, untuk hidran halaman ditempatkan di halaman, sedangkan hidran kota biasanya ditempatkan pada beberapa titik yang memungkinkan Unit Pemadam Kebakaran suatu kota mengambil cadangan air. Fungsi utama hidran adalah sebagai salah satu sumber air apabila terjadi kebakaran. Komponen hidran terdiri dari (SNI 03-1745-1989):
• Kotak hidran
• Pipa pemancar
• Pipa hidran
3. Detektor Asap / Smoke Detector
Peralatan yang memungkinkan secara otomatis akan memberitahukan kepada setiap orang apabila ada asap pada suatu daerah maka alat ini akan berbunyi, khusus untuk pemakaian dalam gedung.
4. Fire Alarm
Peralatan yang dipergunakan untuk memberitahukan kepada setiap orang akan adanya bahaya kebakaran pada suatu tempat
5. Sprinkler
1. Cairan praktis tak kompresibel, sedangkan gas kompresibel. 2. Cairan mengisi volume tertentu dan mempunyai
permukaan-permukaan bebas sedangkan gas dengan massa tertentu mengembang sampai mengisi seluruh bagian wadah tempatnya. Cabang mekanika terapan yang berkenaan dengan tingkah-laku fluida dalam keadaan diam dan bergerak adalah Mekanika Fluida dan Hidraulika.
Air tidak akan keluar dari hidran atau sprinkler sesuai dengan harapan jika tidak didukung oleh sistem perpipaan yang memadai. Beberapa unsur fluida penting dalam sistem perpipaan adalah : berat, kekentalan dan kerapatan fluida, tetapi apabila ada kompresibilitas yang cukup besar maka prinsip-prinsip termodinamika harus diperhatikan.(Ranald V. Giles, 1986,1). Selain faktor-faktor tersebut diatas sistem perpipaan juga harus memperhatikan gaya statis dan dinamis yang dialami oleh pipa. Gaya statis yang terjadi pada pipa adalah (Sam kannappan, 1985, 4) :
1. Berat pipa (berat kosong dan berat isi) 2. Ekpansi termal dan effek kontraksi
3. Efek support, anchor dan terminal movements
Sedangkan gaya dinamis yang dialami pipa adalah : 1. Gaya impak (Impact forces)
2. Faktor angin (Wind loads) 3. Faktor gempa (Seismic loads) 4. Getaran (Vibration)
Selain faktor tersebut dalam perancangan sistem perpipaan harus memperhatikan aspek geografis dan geologis tanah atau dataran yang akan digunakan.
1.2. TUJUAN PERANCANGAN
Tujuan Perancangan ini adalah mengetahui hasil rancangan sistem hidran dan sprinkler Sejahtera Family Hotel and Apartment.
1.3. BATASAN MASALAH
Lokasi perancangan sistem perpipaan ini adalah di Sejahtera Family Hotel and Apartment. Struktur, panjang, diameter dan jumlah pipa serta lokasi sprinkler dan hidran dirancang sesuai bentuk arsitektur dari Sejahtera Family Hotel and Apartment Tower 2 (Gambar 1.1). Sebagai pemadam digunakan air tanah yang telah disaring dan ditempatkan pada reservoir
bawah. Dalam perancangan ini penulis hanya membatasi pada : 1. Sistem perpipaan hidran dan sprinkler
2. Perhitungan pompa dan perpipaan dari sumber air tanah sampai bak penampungan bawah tidak dibahas.
3. Perancangan Pipa dan hidran merujuk pada SNI 03-1745-2000 mengenai “Tata Cara Perencanaan dan Pemasangan Sistem Pipa Tegak dan Slang Untuk Pencegahan Bahaya Kebakaran Pada Bangunan Rumah dan Gedung”.
5. Perancangan Sprinkler merujuk pada SNI 03-3989-2000 mengenai “Tata Cara Perencanaan dan Pemasangan Sistem Sprinkler
Otomatik Untuk Pencegahan Bahaya Kebakaran Pada Bangunan gedung”.
6. Dalam perancangan ini sistem sprinkler yang digunakan sesuai Klasifikasi Hunian Bahaya Kebakaran Ringan (SNI 03-3989-2000 bab 4.1.1.)
7. Instalasi Pompa merujuk pada SNI 03-6570-2001 mengenai “Instalasi Pompa yang Dipasang Tetap Untuk Proteksi Kebakaran”.
8. Penggunaan ukuran dan bahan bagian-bagian perpipaan menurut standart yang terdapat dipasaran.
9. Pompa dan motor yang digunakan adalah produk buatan Torishima Pump MFG. Co. Ltd. Takatsuki City, Osaka, Jepang.
1.4. SISTEMATIKA PEMBAHASAN
(b) (a)
Gambar 1.1(a) Gambar Tampak Depan Sejahtera Apartment & familiy Hotel
2.1. KONDISI dan KEADAAN LOKASI
Sejahtera Family Hotel and Apartment Tower 2 mempunyai 7 lantai. Kamar-kamar yang disewakan di Tower 2 dibedakan menjadi 3 jenis yaitu :
• Two-bedroom suite
• Three-bedroom suite
• Penthouse
Penamaan lantai menggunakan sistem british. Lantai Basement digunakan untuk parkir motor karyawan, kantor engineer, kantor cleaning servis, pantri, dan Fitness Center. Denah lantai dapat dilihat pada Gambar 2.1
Gambar 2.1 Denah Lantai Basement
Lantai 1 digunakan untuk resepsionist, 1 kamar two-bedroom suite, 4 kamar three-bedroom suite. Denah ruang dapat dilihat pada Gambar 2.2
Gambar 2.2 Denah Lantai 1
Lantai 2 sampai lantai 5 digunakan untuk 4 kamar two-bedroom suite, dan 4 kamar three-bedroom suite. Denah lantai dapat dilihat pada Gambar 2.3
Lantai 6 digunakan untuk 4 kamar Penthouse. Denah lantai dapat dilihat pada Gambar 2.4
Gambar 2.4 Denah Lantai 6
2.2. KLASIFIKASI SIFAT HUNIAN
Klasifikasi sifat hunian adalah klasifikasi tingkat resiko bahaya kebakaran yang diklasifikasikan berdasarkan struktur bahan bangunan, banyaknya bahan yang disimpan di dalamnya, serta sifat kemudahan terbakarnya, juga ditentukan oleh jumlah dan sifat penghuninya. Klasifikasi sifat hunian dibedakan menjadi (SNI 03-3989-2000 bab 4.2) :
2.2.1. Hunian bahaya kebakaran ringan
Adalah hunian yang mempunyai jumlah dan kemudahan terbakar rendah dan apabila terjadi kebakaran melepaskan panas rendah, sehingga menjalarnya api lambat.
Yang termasuk hunian bahaya kebakaran ringan adalah seperti hunian:
• Tempat Ibadat
• Sarana Pendidikan
• Perpustakaan
• Museum
• Perkantoran
• Perumahan
• Restoran (ruang makan)
• Perhotelan
• Rumah Sakit
2.2.2. Hunian bahaya kebakaran sedang kelompok I
Adalah hunian yang mempunyai jumlah dan kemudahan terbakar sedang, penimbunan bahan yang mudah terbakar dengan tinggi tidak lebih dari 2,5 meter dan apabila terjadi kebakaran melepaskan panas sedang, sehingga menjalarnya api sedang.
Yang termasuk hunian kebakaran sedang kelompok I adalah seperti hunian :
• Parkir mobil dan ruang pamer
• Pabrik minuman tidak termasuk bagian pembotolan.
• Restoran daerah dapur.
• Pabrik susu
• Pabrik elekronika
• Pabrik barang gelas
• Pengalengan
2.2.3. Hunian bahaya kebakaran sedang kelompok II
Adalah hunian yang mempunyai jumlah dan kemudahan terbakar sedang, penimbunan bahan yang mudah terbakar dengan tinggi tidak lebih dari 4 meter dan apabila terjadi kebakaran melepaskan panas sedang, sehingga menjalarnya api sedang.
Yang termasuk hunian bahaya kebakaran sedang kelompok II, adalah seperti hunian :
• Pabrik tekstil
• Pabrik kimia (bahan kimia dengan kemudahan terbakar
sedang)
• Pabrik cerutu, rokok
• Bengkel mobil.
• Penggilingan produk biji-bijian.
• Penyulingan
2.2.4. Hunian bahaya kebakaran sedang kelompok III
Adalah hunian yang mempunyai jumlah dan kemudahan terbakar tinggi dan apabila terjadi kebakaran melepaskan panas tinggi, sehingga menjalarnya api cepat.
Yang termasuk hunian bahaya kebakaran sedang kelompok III adalah seperti hunian :
• Pabrik karet dan barang karet (tidak termasuk karet busa ).
• Pabrik radio dan TV.
• Pabrik pesawat terbang kecuali hanggar.
• Pabrik plastik dan barang plastik (tidak termasuk plastik busa)
• Penggergajian kayu dan pengerjaan kayu
• Pabrik kertas dan barang kertas.
• Pabrik karung (kecuali proses persiapan serat).
2.2.5. Hunian bahaya kebakaran berat
Macam hunian yang mempunyai jumlah dan kemudahan terbakar tinggi dan apabila terjadi kebakaran melepaskan panas tinggi, penyimpanan cairan yang mudah terbakar, sampah, serat, atau bahan lain yang apabila terbakar apinya cepat menjadi besar dengan melepaskan panas tinggi sehingga menjalarnya api cepat.
Yang termasuk hunian bahaya kebakaran berat adalah seperti hunian :
• Pabrik kimia (bahan kimia dengan kemudahan terbakar tinggi)
• Pengerjaan kayu yang penyelesaiannya menggunakan bahan
mudah terbakar
• Pabrik kembang api
• Pabrik karet busa atau plastik busa
• Hanggar pesawat terbang.
• Penyulingan minyak bumi
• Pabrik bahan peledak
• Pabrik karet buatan
• Pemintalan benang atau kain
• Pabrik cat
Berdasarkan klasifikasi diatas Sejahtera Family Hotel and Apartment
2.3. PERHITUNGAN TEKANAN
Tower 2 Sejahtera Family Hotel and Apartment memiliki tinggi 31,5 m dan jarak vertikal antara titik pipa tertinggi dengan terendah adalah 25,2 m hal ini mengakibatkan terjadinya tekanan di titik paling bawah cukup tinggi. Tekanan Sprinkler dan hidran pada tiap lantai diketahui dengan rumus :
0 P h
P=γ ⋅ + ………..(2.1)
Dengan :
P = Tekanan akhir tiap lantai (kg/m2)
γ = Berat Jenis (kg/m3)
h = Kedalaman/jarak pipa paling tinggi dengan pipa cabang (m) P0 = Tekanan minimum yang disarankan SNI (2,2 kg/cm2)
Kedalaman/jarak pipa paling tinggi dengan pipa cabang dapat dilihat pada Tabel 2.1.
Tabel 2.1 Jarak Pipa Teratas Dengan Pipa Cabang
SPRINKLER HIDRAN
Lantai
m m
6 0 2,7
5 3,45 6,20
4 6,90 9,70
3 10,40 13,20
2 13,90 16,70
1 17,40 20,20
Tekanan minimum P0 yang disarankan oleh SNI 03-3989-2000 bab 5.2.1 adalah sebesar 2,2 kg/cm2.
2.3.1. Perhitungan Tekanan Pada Sprinkler
Perhitungan tekanan pada sprinkler dihitung dengan rumus (2.1).
Harga γ = 1000 kg/m3, P0 = 2,2 kg/cm2 = 22000 kg/m2, harga h dapat dilihat pada Tabel 2.1.
Hasil perhitungan ditampilkan dalam Tabel 2.2
Tabel 2.2 Hasil Perhitungan Tekanan Sprinkler Tiap Lantai
Kedalaman Berat Jenis Air Tekanan Minimal Tekanan Akhir
Lantai m kg/m3
kg/m2 kg/m2
6 0 1000 22000 22000
5 3,45 1000 22000 55844,5
4 6,90 1000 22000 89689
3 10,40 1000 22000 124024
2 13,90 1000 22000 158359
1 17,40 1000 22000 192694
B 21,90 1000 22000 236839
2.3.2. Perhitungan Tekanan Pada Hidran
Perhitungan tekanan pada hidran dihitung dengan rumus (2.1). Harga
γ = 1000 kg/m2, P0 = 2,2 kg/cm2 = 22000 kg/m2, harga h dapat dilihat pada
Hasil perhitungan tekanan hidran pada setiap lantainya dapat dilihat pada Tabel 2.3. Untuk mempermudah perhitungan selanjutnya, ditampilkan pula harga tekanan kg/cm2.
Tabel 2.3 Hasil Perhitungan Tekanan Hidran Tiap Lantai
Kedalaman Berat Jenis Tekanan Akhir Tekanan Akhir
Lantai m kg/m3
kg/m2 kg/cm2
6 2,7 1000 48487 4,85
5 6,20 1000 82822 8,28
4 9,70 1000 117157 11,72
3 13,20 1000 151492 15,15
2 16,70 1000 185827 18,58
1 20,20 1000 220162 22,02
B 24,7 1000 264307 26,43
2.4. DEBIT SPRINKLER
Untuk menghitung kapasitas pancaran air kepala sprinkler, berlaku rumus (SNI 03-3989-2000 Bab. 7.15.4) :
P k
Q = ⋅ ……….………(2.2)
Dengan
k = konstanta yang ditentukan oleh ukuran nominal lubang sprinkler
P = tekanan air di kepala sprinkler (kg/cm2)
Ukuran lubang sprinkler yang dibenarkan untuk masing-masing sistem bahaya kebakaran ditunjukkan dengan Tabel 2.4. Klasifikasi bahaya kebakaran menggunakan sistem bahaya kebakaran ringan :
Tabel 2.4 Ukuran Nominal Lubang Kepala Sprinkler (mm)
No. Klasifikasi bahaya kebakaran
Ukuran nominal lubang kepala springkler ( mm )
1 Sistem bahaya kebakaran ringan. 10 2 Sistem bahaya kebakaran sedang. 15 3 Sistem bahaya kebakaran berat 20
Sumber : SNI-03-3989-2000 Bab 7.15.4
Tabel 2.5 Harga k Untuk Ukuran Lubang Sprinkler
No.
Ukuran nominal lubang kepala springkler ( mm ).
Konstanta “k”
1 10 57 ± 5%
2 15 80 ± 5%
3 20 115 ± 5%
Sumber : SNI 03-3989-2000 Bab 7.15.4
Tekanan sprinkler tiap lantai dapat dilihat pada Tabel 2.3.
Dengan persamaan (2.2) hasil yang diperoleh dapat dilihat pada Tabel 2.6. Untuk mempermudah perhitungan selanjutnya maka debit juga dikonversi menjadi m3/mnt.
Tabel 2.6 Hasil Perhitungan Debit Pancaran
Debit Pancaran
(Q)
Debit Pancaran (Q)
Debit pancaran (Q) Lantai
l/mnt l/s m3/mnt
6 84,54 1,41 0,08
5 135,49 2,26 0,13
4 171,95 2,87 0,17
3 202,33 3,37 0,2
2 228,71 3,81 0,23
1 252,35 4,21 0,25
2.5. KECEPATAN PANCARAN SPRINKLER
Kecepatan pancaran sprinkler dapat dihitung dengan rumus :
A Q v
⋅ =
60 ………..(2.3)
Dengan :
v = kecepatan sprinkler (m/s)
Q = debit pancaran sprinkler (m3/mnt) A = luas lubang kepala sprinkler (m2)
Diameter kepala sprinkler yang digunakan adalah 10 mm (SNI 03-3989-2000 bab. 7.15.4) adalah :
(
)
2 5 2 3 2 m 10 85 , 7 10 10 4 1 4 1 A − − ⋅ = ⋅ ⋅ ⋅ = ⋅ ⋅ = π π DTabel 2.7 Perhitungan Kecepatan Pancaran Sprinkler
Debit pancaran
Kecepatan Pancaran
Sprinkler Lantai
m3/mnt m/s
6 0,08 16,98
5 0,13 27,6
4 0,17 36,09
3 0,2 42,46
2 0,23 48,83
1 0,25 53,07
B 0,28 59,45
2.6. LUAS AREA PELAYANAN SPRINKLER
Untuk pemancarkan menggunakan prinsip air yang di tembakkan ke plat diam. Dengan system ini maka air yang dipancarkan oleh kepala sprinkler akan mengalir di atas plat dalam segala arah. Dalam arah tegak lurus permukaan plat, kecepatan aliran menjadi nol dan momentum tegak lurus pada plat akan dihancurkan. Pancaran maksimum didapat dengan asumsi air mengalami lenting sempurna saat bertumbukan dengan plat.
V
A
B
C
4,
1
0
"
Gambar 2.5 Lintasan Pancaran Sprinkler
Asumsi air yang terpancar maksimal dipancarkan secara horizontal. Dalam kenyataannya air akan memancar dari titik 0 sampai jarak d (Gambar 2.5). ini disebabkan karena sifat air yang tidak solid (liquid) sehingga dalam pancaran terjadi tumbukan antara partikel-partikel air yang besarnya berbeda-beda.
Waktu yang diperlukan untuk menempuh AB sama dengan waktu yang ditempuh AC Gambar 2.5 :
g h t
t
t = AC = AB = 2
……….(2.4) Jarak yang ditempuh dapat dihitung dengan mengalikan kecepatan pancaran dengan waktu tempuh
g h v d = ⋅ 2
Dengan :
t = waktu (s)
h = ketinggian sprinkler dengan lantai (m) g = percepatan gravitasi (m/s2)
v = kecepatan pancaran (m/s)
Ketinggian tiap lantai dapat dilihat pada tabel 2.8
Tabel 2.8 Tabel Jarak Ketinggian Sprinkler Dari Lantai
Jarak Sprinkler Dengan Lantai
Lantai
m
6 3,20
5 3,25
4 3,30
3 3,30
2 3,30
1 4,30
Basement 3,10
Jarak pancaran sprinkler tiap lantai dihitung dengan rumus (2.5) dengan harga :
ρ = 1000 kg/m3
g = 9,81 m/s2
Dengan persamaan (2.5) hasil yang diperoleh untuk tiap lantainya dapat dilihat pada Tabel 2.9.
Tabel 2.9 Hasil Perhitungan Jarak Pancaran Sprinkler Tiap Lantai
Jarak Sprinkler
Dengan Lantai
Kecepatan
Pancaran Sprinkler Jarak Pancaran
Lantai
m m/s m
6 3,20 16,98 13,71
5 3,25 27,6 22,47
4 3,30 36,09 29,6
3 3,30 42,46 34,83
2 3,30 48,83 40,05
1 4,30 53,07 49,69
Basement 3,10 59,45 47,26
2.7. PERHITUNGAN KEPADATAN PANCARAN
Kepadatan pancaran yang direncanakaan dan daerah kerja maksimum yang diperkirakan untuk ketiga klasifikasi tersebut diatas tercantum dibawah ini :
a). Sistem bahaya kebakaran ringan.
Kepadatan pancaran yang direncanakan 2,25 mm/menit. Daerah kerja maksimum yang diperkirakan : 84 m2. Catatan :
Tambahan kepadatan sebesar 5 mm/menit diberikan untuk daerah tertentu pada hunian bahaya kebakaran ringan, seperti : ruang atap, ruang besmen, ruang ketel uap, dapur, ruang binatu, ruang penyimpanan, ruang kerja bengkel dan lain-lain dengan penentuan jarak kepala springkler yang lebih dekat.
b). Sistem bahaya kebakaran sedang.
Kepadatan pancaran yang direncanakan 5 mm/menit. Daerah kerja maksimum yang diperkirakan 72 ~ 360 m2. Catatan :
Sistem bahaya kebakaran sedang terdiri dari 3 (tiga) kelompok berdasarkan daerah kerja maksimum yang diperkirakan, yaitu :
• kelompok I dengan luas 72 m2,
• kelompok II, dengan luas 144 m2,
Apabila kemungkinan terjadi penyalaan serentak, misalnya yang mungkin terjadi pada proses persiapan di pabrik tekstil, maka luas maksimumnya 360 m2.
c). Sistem bahaya kebakaran berat 1). Bahaya proses
Kepadatan pancaran yang direncanakan 7,5 ~ 12,5 mm/men.
Tabel2.10 Kepadatan Pancaran dan Luas Daerah Kerja Maksimum Sistem Bahaya Kebakaran Berat
Klasifikasi Hunian
Kepadatan yang direncanakan
(mm/men)
Luas daerah kerja maksimum, yang
diperkirakan (m2)
Hanggar pesawat terbang 7,5
Daerah perlindungan (sistem pancaran serentak).
Pabrik selulosa 12,5 260
Pabrik korek api 10,0 260
Pabrik petasan 10,0
Lengkap dengan pancaran serentak untuk setiap gedung Pabrik pembuatan busa dan karet, 10,0 260
Pabrik cat, zat pewarna dan Vernis.
7,5 260
Pabrik pelapis lantai dan sebangsa kertas minyak.
7,5 260
Pekerjaan dengan damar, terpentin dan sulang minyak.
7,5 260
Pabrik karet subtitusi 7,5 260
Pabrik kayu, wool. 7,5 260
Setelah kapasitas pancaran diketahui lalu dihitung jarak antar
sprinkler agar terpenuhi kepadatan pancaran (P) = 2,25 mm/menit sesuai SNI 03-3839-2000 bab. 4.1.3.a. Kepadatan pancaran adalah jumlah debit air (l/mnt) yang dikeluarkan oleh 4 kepala sprinkler yang berdekatan dan terletak di empat sudut bujur sangkar, persegi panjang atau jajaran genjang (kepala sprinkler dipasang selang-seling) dibagi oleh 4 kali luas bujur sangkar, persegi panjang atau jajaran genjang tersebut di atas (m2) (SNI 03-3989-2000 Bab 3.2). Kepadatan pancaran dinyatakan dengan mm/menit.
Tambahan kepadatan sebesar 5 mm/menit diberikan untuk daerah tertentu pada hunian bahaya kebakaran ringan, seperti : ruang atap, ruang besmen, ruang ketel uap, dapur, ruang binatu, ruang penyimpanan, ruang kerja bengkel dan lain-lain dengan penentuan jarak kepala springkler yang lebih dekat. Kepadatan pancaran (p) di lantai Basement menggunakan nilai 7,25 mm/mnt.
Untuk menghitung kepadatan pancaran digunakan digunakan rumus :
a s
Q (p)
pancaran kepadatan
⋅
= ………..(2.6)
s dan a adalah jarak antar sprinkler, diasumsikan s = a , maka
2 s
Q
p =
………..(2.7)
P Q
Dengan :
P = kepadatan pancaran (mm/mnt) s = jarak antar sprinkler (m)
Q = debit pancaran sprinkler tiap lantai (l/mnt)
Dengan persamaan 2.8 hasil yang diperoleh untuk tiap lantainya dapat dilihat pada tabel 2.11.
Tabel 2.11 Hasil Perhitungan Jarak Antar Kepala Sprinkler Tiap Lantai
Debit Pancaran (Q)
Jarak Antar
Sprinkler (s) Lantai
l/mnt m
6 84,54 6,13
5 135,49 7,76
4 171,95 8,74
3 202,33 9,48
2 228,71 10,08
1 252,35 10,59
2.8. KELAS SISTEM PIPA TEGAK
Kelas Sistem pipa tegak dibedakan menjadi 3 yaitu 2.7.1. Sistem kelas I.
Sistem harus menyediakan sambungan slang ukuran 63,5 mm (2½ inci) untuk pasokan air yang digunakan oleh petugas pemadam kebakaran dan mereka yang terlatih.
2.7.2. Sistem kelas II.
Sistem harus menyediakan kotak slang ukuran 38,1 mm (1½ inci) untuk memasok air yang digunakan terutama oleh penghuni bangunan atau oleh petugas pemadam kebakaran selama tindakan awal.
Pengecualian :
Slang dengan ukuran minimum 25.4 mm ( 1 inci ) diizinkan digunakan untuk kotak slang pada tingkat kebakaran ringan dengan persetujuan dari instansi yang berwenang.
2.7.3. Sistem kelas III.
Pengecualian No.1 :
Slang ukuran minimum 25,4 mm (1 inci) diperkenankan digunakan untuk kotak slang pada pemakaian tingkat kebakaran ringan dengan persetujuan dari instansi yang berwenang.
Pengecualian No. 2 :
Apabila seluruh bangunan diproteksi dengan sistem
springkler otomatis yang disetujui, kotak slang yang digunakan oleh penghuni bangunan tidak dipersyaratkan . Hal tersebut tergantung pada persetujuan instansi yang berwenang.
Dalam sistem ini digunakan sistem pipa tegak kelas II
2.9. PERHITUNGAN KECEPATAN OUTPUT HIDRAN
Jarak pancaran hidran dihasilkan dari tekanan yang terjadi pada tiap lantai yang dialirkan dari sisstem pipa, selang lalu dipancarkan oleh nozel. Selang yang digunakan berdiameter 2,5” (63,5 mm) sesuai dengan ketentuan SNI 03-1745-2000 Bab5.3.2. Sedangkan untuk nozel diameter
input menyesuaikan selang 2,5” dengan lubang output 0,75” (19,05 mm). Untuk mempermudah perhitungan kecepatan pancaran maka dalam perhitungan nozel diarahkan datar, dengan kerugian gesekan dalam nozel
2,
0
5"
0,
69"
D
1D
1
1
2
= 0
2
Gambar 2.6 Penampang Nozel
Dengan persamaan Bernuolli pada ujung-ujung nozel dengan mengabaikan kehilangan tenaga didapat rumus :
g v p z g v p z ⋅ + + = ⋅ + + 2 2 2 2 2 2 2 1 1
1 γ γ ………(2.9)
Elevasi titik 1 dan 2 adalah sama (z1 = z2) dan tekanan di titik 2 adalah
atmosfer ( 2 =0
γ
p
), sehingga :
g v g v p 2 2 2 2 2 1 = +
γ ……….(2.10)
Pada persamaan kontinuitas didapatkan rumus
2 2 1
1 v A v
A ⋅ = ⋅ ……….(2.11)
1 2 2 1 A v A
Dari persamaan (2.12) disubsitusikan ke persamaan (2.11) g v g A v A p 2 2 2 2 2 1 2 2 = ⎟ ⎠ ⎞ ⎜ ⎝ ⎛ ⋅ +
γ ….……….(2.13)
g v g A v A p 2 2 2 2 2 1 2 2 2 2 = ⋅ ⋅ +
γ ……….….(2.14)
g A v A g v p 2 2 12
2 2 2 2 2 2 ⋅ ⋅ − =
γ ……….(2.15)
Disamakan penyebutnya
(
A g)
g v A g v g A p 2 2 2 2 2 1 2 2 2 2 2 2 2 1 ⋅ ⋅ ⋅ ⋅ − ⋅ ⋅ =
γ ……….(2.16)
2 2 2 1 2 2 2 1
2g A v A A p ⋅ ⎟⎟ ⎠ ⎞ ⎜⎜ ⎝ ⎛ ⋅ − =
γ ……….(2.17)
Dimisalkan 2 1 2 2 2 1 2g A
A A k
⋅ −
Didapat rumus k p v ⋅ = γ
2 ………..(2.19)
Dengan :
v2 = kecepatan pancaran nozel (m/s) p = tekanan nozel (kg/m2)
γ = berat jenis (kg/m3)
A1 = luas lubang masuk nozel (m2) A2 = luas lubang keluaran nozel (m2)
Dengan diameter input (d2) 1,5” = 38,1 mm maka didapat luas lubang
nozel :
(
)
2 3 2 3 2 1 1 m 10 165 , 3 10 5 , 63 4 1 4 1 − − ⋅ = ⋅ ⋅ ⋅ = ⋅ ⋅ = π π d ADengan diameter output (d2) 0,75” = 19,05 mm maka didapat luas lubang nozel :
Harga k dihitung dengan persamaan 2.18 :
(
) (
(
)
)
2 2 2 3 2 4 2 3 2 1 2 2 2 1 m 10 056 , 5 10 165 , 3 81 , 9 2 10 85 , 2 10 165 , 3 2 s k A g A A k − − − − ⋅ = ⋅ ⋅ ⋅ ⋅ − ⋅ = ⋅ − =Dengan persamaan 2.19 didapat hasil perhitungan kecepatan pancaran
nozel tiap lantainya. Hasil perhitungan dapat dilihat pada Tabel 2.12.
Tabel 2.12 Hasil Perhitungan Kecepatan Nozel Hidran Tiap lantai
Tekanan γ k v2
Lantai
kg/m2 kg/m3 m/s2 m/s
6 48487 1000 0,0478 30,97
5 82822 1000 0,0478 40,47
4 117157 1000 0,0478 48,14
3 151492 1000 0,0478 54,74
2 185827 1000 0,0478 60,62
1 220162 1000 0,0478 65,99
B 264307 1000 0,0478 72,30
2.10. PERHITUNGAN DEBIT HIDRAN
Debit hidran diperoleh dari perkalian kecepatan pada lubang keluar nozel dengan luas lubang keluar nozel
……….(2.20)
Dengan :
Qh = Debit nozel (m3/s)
v2 = kecepatan pancaran nozel (m/s) A2 = luas lubang nozel (m2)
Dengan persamaan 2.20 didapat hasil perhitungan debit pancaran
nozel hidran tiap lantainya. Hasil perhitungan dapat dilihat pada Tabel 2.13. Ditampilkan pula dengan satuan lain untuk mempermudah perhitungan selanjutnya.
Tabel 2.13 Hasil Perhitungan Debit Nozel Hidran Tiap Lantai
V2 Debit
Lantai
m/s m3/s m3/mnt
6 30,97 0,008826 0,529549
5 40,47 0,011535 0,692095
4 48,14 0,013719 0,823147
3 54,74 0,0156 0,936026
2 60,62 0,017278 1,036687
1 65,99 0,018807 1,128403
B 72,30 0,020606 1,236367
2.11. PERHITUNGAN LINTASAN PANCARAN HIDRAN
menggunakan persamaan bernuoli akan dapat ditentukan lintasan pancaran zat cair. Oleh karena tekanan pada pancaran adalah tekanan atmosfer maka tinggi tekanan pada setiap titik dalam lintasan adalah sama dengan tinggi kecepatan ditambah tinggi elevasi. Garis tenaga akan berupa garis horizontal pada jarak v2/2g di atas nozel, dengan v adalah kecepatan pancaran nozel.
Dipandang suatu pancaran air yang keluar dari nozel ke udara dengan
kecepatan v0 dan kemiringan θ terhadap garis horizontal seperti yang
ditunjukkan pada gambar 2.8. garis horizontal yang melalui nozel dianggap sebagai garis referensi. Kecepatan pancaran pada nozel dapat diuraikan menjadi komponen horisontal v0x dan vertikal v0y.
Oleh karena itu tidak ada percepatan dalam arah x, maka kecepatan horisontal vx di sepanjang lintasan adalah konstan. Komponen kecepatan vertikal vy akan berkurang karena adanya pengaruh gravitasi dan menjadi
nol pada titik lintasan tertinggi. Dari titik tertinggi lintasan akan berubah arah dan kecepatan vertikal akan diperbesar karena adanya kecepatan gravitasi.
Jarak horizontal yang dilalui oleh partikel pada waktu t setelah memancar dari nozel adalah :
t v
x = 0x⋅ ……….………(2.21)
Sedang jarak vertikal adalah :
2 0 t 12 g t v
y = y⋅ − ⋅ ⋅ ….………(2.22)
Komponen kecepatan vertikal vy pada waktu t adalah :
t g v
vy = 0y − ⋅ ……….(2.23)
Kecepatan pancaran pada setiap titik dalam arah lintasan adalah
2 2
y x v
v
v = + ……….(2.24)
Apabila nilai t dari persamaan (2.21) disubsitusikan ke dalam persamaan (2.22) maka akan di dapat bentuk persamaan lintasan seperti berikut ini :
2 2 0 0
0
2 v x g x v v y x x y ⋅ −
= ………(2.25)
Persamaan tersebut merupakan bentuk parabola dengan puncak pada :
g v v
x = 0y⋅ ox ………(2.26)
Jarak pancaran hidran (l) dapat dihitung dengan rumus :
g v v
l =2⋅ 0y⋅ ox ……….(2.28)
Dengan :
l = jarak pancaran hidran (m)
v0y = kecepatan arah y = v0⋅sinθ
v0x = kecepatan arah x = v0⋅cosθ
Agar pancaran dapat mencapai jarak maksimal, maka pancaran air tidak mengenai atap. Diasumsikan orang memegang nozel hidran pada ketinggian 0,5 m maka jarak maksimum nozel keatap (y) dihitung dengan mengurangkan ketinggian ruang dengan 0,5 m. Sedangkan sudut maksimum yang dapat dibentuk dihitung dengan rumus :
(
)
g v y ⋅ ⋅ = 2 sin 2 0 θ ………..(2.29)(
v0 ⋅sinθ)
2 = y⋅2⋅g ………..(2.30)0 2 sin
v g y⋅ ⋅
=
θ ………..(2.31)
⎟ ⎟ ⎠ ⎞ ⎜ ⎜ ⎝ ⎛ ⋅ ⋅ = − 0 1 2 sin v g y
Tabel 2.14 Jarak Nozel Dengan Langit-Langit (y)
Ketinggian Ruang
Jarak Nozel ke
Langit-Langit
Kecepatan
Pancaran Hidran Lantai
m m m/s
6 3,2 2,7 30,97
5 3,25 2,75 40,47
4 3,3 2,8 48,14
3 3,3 2,8 54,74
2 3,3 2,8 60,62
1 4,3 3,8 65,99
B 3,1 2,6 72,30
Tabel 2.15 Sudut Maksimal yang Bisa Dibentuk Untuk Mencapai Jarak Pancaran Maksimal
Harga
sin θ θ
Lantai
°
6 0,718865 0,23
5 0,554103 0,278
4 0,469752 0,153
3 0,412935 0,135
2 0,372745 0,122
1 0,39887 0,13
B 0,301075 0,098
Setelah sudut maksimum nozle telah ditentukan maka tahap selanjutnya adalah menghitung jarak pancaran nozle hidran (l) dengan persamaan (2.28) :
Dengan :
l = jarak pancaran hidran (m) v0y = kecepatan arah y = v0⋅sinθ
Hasil perhitungan dapat dilihat pada Tabel 2.16
Tabel 2.16 Hasil Perhitungan Panjang Pancaran Hidran
v0
Sudut
Pancaran
Panjang Pancaran
Hidran Lantai
m/s ° m
6 30,97 0,23 43,4
5 40,47 0,278 88,11
4 48,14 0,153 71,16
3 54,74 0,135 81,47
2 60,62 0,122 90,49
1 65,99 0,13 114,1
3.1.Penempatan Sprinkler dan Hidran
Dalam perancangan ini direncanakan kapasitas maksimum sistem pemadaman ini adalah jika semua sprinkler di satu zone A atau B, zone
jalan di satu lantai dan semua hidran di semua lantai menyala. Tiap lantai di
bagi menjadi 2 zone yang membagi 2 daerah sama besar, kecuali basement ditentukan lain. Zone jalan adalah zone umum yang terdapat diluar kamar.
Setelah mengetahui jarak pancaran sprinkler dan hidran maka dapat ditentukan penempatan sprinkler dan hidran, serta panjang selang hidran. Penempatan sprinkler menyesuaikan arsitektur gedung. Hidran ditempatkan di posisi yang sama tiap lantainya.
Untuk menghindari selisih akibat pembulatan, penetapan asumsi dan faktor-faktor lain yang menyebabkan jarak pancaran tidak sesuai yang direncanakan, maka digunakan faktor koreksi 0,75. Hasil perhitungan jarak antar sprinkler pada bab 2 dikalikan dengan faktor koreksi 0,75. Hasil perhitungan dapat dilihat pada tabel 3.1.
Tabel 3.1 Jarak Antar Sprinkler dengan Faktor Koreksi 0,75
Jarak Antar Sprinkler (s)
Jarak Antar Sprinkler dengan Faktor Koreksi 0,75 Lantai
m m
6 6,13 4,60
5 7,76 5,82
4 8,74 6,56
3 9,48 7,11
2 10,08 7,56
1 10,59 7,94
B 6,21 4,66
Penempatan sprinkler dan hidran pada lantai basement dapat dilihat pada Gambar 3.1.
Gambar 3.1 Penempatan Sprinkler Lantai Basement
Penempatan sprinkler dan hidran pada lantai 1 dapat dilihat pada Gambar 3.2.
Penempatan sprinkler dan hidran pada lantai 2, 3, 4 dan 5 dibuat identik dengan menggunakan jarak maksimum antar sprinkler yang paling rendah (5,82 m), dapat dilihat pada Gambar 3.3.
Gambar 3.3 Penempatan Sprinkler Lantai 2, 3, 4 dan 5
Penempatan sprinkler dan hidran pada lantai 6 dapat dilihat pada Gambar 3.4.
Dari Gambar 3.1, 3.2, 3.3 dan 3.4 maka dapat diketahui jumlah
sprinkler tiap lantai. Kapasitas total sprinkler dapat dilihat pada Tabel 3.2 dan hidran tiap lantainya dapat dilihat pada Tabel 2.13. Penomoran pipa dapat dilihat pada lampiran.
Tabel 3.2 Kapasitas Total Sprinkler Tiap Zone
hidran sprinkler Jumlah
Sprinkler
Nomor pipa Debit Total
Sprinkler Lantai
m3/mnt m3/mnt Zona Jumlah dari sampai m3/mnt
A 18 6/D-1 6/D-32 1,44
B 18 6/D-33 6/D-64 1,44
6 0,53 0,08
Jalan 1 6/D-65 0,08
A 22 2,86
B 22 2,86
5 0,69 0,13
Jalan 7 0,91
A 22 3,74
B 22 3,74
4 0,82 0,17
Jalan 7 1,19
A 22 4,4
B 22 4,4
3 0,94 0,2
Jalan 7 1,4
A 22 2/D-1 2/D-40 5,06
B 22 2/D-41 2/D-80 5,06
2 1,04 0,23
Jalan 7 2/D-81 2/D-88 1,61
A 17 1/D-1 1/D-31 4,25
B 17 1/D-32 1/D-62 4,25
1 1,13 0,25
Jalan 8 1/D-63 1/D-68 2
A 13 B/D-1 B/D-18 3,64
Basement 1,24 0,28
B 14 B/D-19 B/D-35 3,92
Debit sprinkler yang paling besar adalah debit sprinkler lantai 2, jadi debit total yang harus dipenuhi sistem pemadam kebakaran dihitung dengan menambahkan debit sprinkler lantai 2 Zone A atau B (5,06 m3/mnt) dengan debit zone jalan (1,61 m3/mnt) dan debit total hidran (6,38 m3/mnt) = 13,05 m3/mnt
3.2. Penentuan Diameter dan Jenis Pipa
adalah diameter nominal 10”. Sedangkan diameter pembagi utama menggunakan pipa dengan diameter 6”. Pipa pembagi 1 menggunakan pipa dengan diameter nominal 4”. Pipa pembagi 2 menggunakan pipa dengan
diameter nominal 2,5”. Direncanakan sistem dapat bekerja pada suhu 900°F.
Ketebalan minimal pipa (tm) yang digunakan dapat dihitung dengan
rumus (3.1) :
(
)
AY P E S
D P t
q
m ⋅ ⋅ + ⋅ +
⋅ =
2
0 ...(3.1)
0
D d
d Y
+
= jika t ≥ d/6 ...(3.2)
Dengan :
tm = Tebal minimal pipa yang diijinkan (inchi)
P = Tekanan internal (psig)
D0 = Diameter luar pipa (inchi)
S = Stress yang terjadi akibat panas/hot stress (psi)
A = Tebal pipa akibat adanya pengerjaan panas, korosi, erosi
dan akibat manufaktur (manufacturing tolerance/MT)
Y = koefisien properti material dan temperatur desain. Untuk
t<d/6, harga Y diberikan pada Tabel 3.3 atau dihitung dengan rumus (3.2). Untuk temperatur sampai dengan
900°F, dapat menggunakan asumsi Y = 0,4
d = diameter dalam = D0-2t
Tabel 3.3 Harga Koefisien Y
Tekanan terbesar yang terjadi pada pipa dapat dihitung dengan rumus (3.3) :
0 m h P
P =γ ⋅ + ………...(3.3)
Dengan :
Pm = Tekanan terbesar yang terjadi pada pipa (kg/cm2)
γ = Berat jenis air (1000 kg/m3)
h = Jarak pipa tertinggi dengan pipa paling rendah (25,2 m)
P0 = Tekanan minimum yang disarankan SNI (2200 kg/m2)
psi 13 , 67 kg/m
47200
22000 25,2
1000 P
2 m
= =
+ ⋅ =
Dari rumus (3.3) maka didapat hasil perhitungan tekanan terbesar yang terjadi pada pipa dapat dilihat pada tabel
Tabel 3.4 Tekanan Terbesar yang Diterima Oleh Pipa
Ukuran
Nominal h
Berat Jenis Air
Tekanan Minimal
Tekanan Maksimal
Tekanan Maksimal
m kg/m3 kg/m2 kg/m2 psi
10" 25,2 1000 22000 47200 67,13 6" 24,4 1000 22000 46400 66,00 4" 22,1 1000 22000 44100 62,72 2,5" 22,1 1000 22000 44100 62,72
Dari persamaan (3.1) dan dengan harga :
Y = 0,4
S = Sh = Tekanan yang terjadi pada temperatur perancangan 900°F
= 6500 psi (Tabel ) Eq = 1 (untuk seamless pipe)
Maka didapat hasil perhitungan yang ditampilkan pada Tabel 3.5
Tabel 3.5 Tebal Minimal Pipa
Ukuran Nominal
Diameter Luar (Tabel )
Tekanan
Maksimal Tebal Minimal
inchi psi inchi
10" 10,75 67,13 0,06318
6" 6,625 66,00 0,03215
4" 4,5 62,72 0,02197
2,5" 2,875 62,72 0,00577
Tabel 3.6 Syarat tebal Dinding Minimum Untuk Tekanan Sampai Dengan 300 psi (20,7 bar)
Ukuran Nominal Pipa
Tebal / Schedule
< 5” Schedule 10
6” 3,40 mm (0,134”)
8” dan 10” 4,78 mm (0,188”)
Sumber : SNI 03-1745-2000 bab 4.2.2
Dari ketentuan SNI dan membandingan tabel 3.5 dan tabel 3.6 maka untuk masing–masing diameter pipa digunakan schedule seperti yang ditampilkan pada Tabel 3.7.
Tabel 3.7 Diameter Pipa yang Digunakan dan Spesifikasinya
Nama Bagian Ukuran
Nominal Pilihan Schedule Tebal Schedule Diameter Luar (Tabel )
Diameter Dalam
Syarat t < d/6 inchi inchi inchi
Pipa Tegak 10" 20 0,219 10,75 10,250 1,708
Pipa Pembagi
Utama 6" 40S 0,245 6,625 6,065 1,010
Pipa Pembagi 1 4" 10S 0,105 4,5 4,260 0,71
Pipa Pembagi 2 2,5” 10S 0,105 2,875 2,635 0,439
3.3. Perhitungan Mitter
Perhitungan mitter dimaksudkan untuk mengetahui apakah mitter
memerlukan tambahan penguat agar dapat bekerja sesuai dengan yang
direncanakan. Mitter dibuat dengan penyambungan las. Persyaratan agar
mitter aman untuk digunakan adalah jika :
)
( 2 3 4
1 A A A
A ≤ + + ...(3.4)
Dengan :
) (
) 2
( 2 1
2 d d T t c
) sin 2 ( ) ( 1
1 = t ⋅d ⋅ ⋅ β
A h ...(3.6)
(
)
β sin 2 4 3 c t T LA = ⋅ b − b −
...(3.7)
2 w 4 =2⋅t
A ...(3.8)
) ( 2
1 D T c
d = b − ⋅ b − ...(3.9)
(
) (
)
besar paling yang dipilih d d atau 2 1 2 1 2 = + − + −= T c T c d
d b h
..(3.10
)
(
)
...(3.11)(
)
dipilih yangpalingkecil 5 , 2 atau T 2,5 jalan pipa diluar penguat Tinggi h 4 c T c L b − ⋅ = − ⋅ = =Dengan harga :
β = 90°
c = 0,01 inchi untuk pipa 1,5” = 0,001 inchi
Tw = 0,166 inchi (asumsi)
Bagian-bagian luasan dapat dilihat pada Gambar 3.5
Gambar 3.5 Branch Connection Nomenclature (ANSI/ASME
Dalam perhitungan ini hanya dihitung mitter yang mengalami tekanan paling besar. Macam-macam mitter dan tekanan yang dialami dapat dilihat pada Tabel 3.8.
Tabel 3.8 Tekanan Terbesar yang Dialami Mitter
Jenis Diameter pipa Tinggi Diameter
Luar Pipa Utama Diameter Luar Pipa Cabang Tebal Pipa Utama Tebal Pipa Cabang Tekanan Maksimal Tekanan Maksimal
m inchi inchi inchi inchi kg/m2 psi
Cabang 3 10"-10"-10" 21,9 10,75 10,75 0,219 0,219 43900 61,46 cabang 3 10"-6"-10" 19,7 10,75 6,625 0,219 0,245 41700 58,38 Cabang 3 6"-4"-4" 22,1 6,625 4,5 0,245 0,105 44100 61,74 Cabang 3 4"-2,5"-2,5" 22,1 4,5 2,875 0,105 0,105 44100 61,74 Cabang 4 4"-2,5"-2,5"-4" 22,1 4,5 2,875 0,105 0,105 44100 61,74 Cabang 3 2,5"-2,5"-2,5" 22,1 2,875 2,875 0,105 0,105 44100 61,74 Cabang 4 2,5"-2,5"-2,5"-2,5" 22,1 2,875 2,875 0,105 0,105 44100 61,74
Tebal minimal yang diijinkan untuk diameter masing-masing pipa utama dan cabang. Perhitungan tebal minimal yang diijinkan dihitung dengan persamaan (3.12) dan (3.13) :
(
S E P Y)
D P t
q b
h ⋅ + ⋅
⋅ =
2 ...(3.12)
(
S E P Y)
D P t q b b ⋅ + ⋅ ⋅ =
2 ...(3.13)
Dengan :
th = Tebal minimal yang diijinkan untuk pipa utama
tb = Tebal minimal yang diijinkan untuk pipa cabang
P = Tekanan yang dialami mitter (psi)
Dh = Diameter luar pipa utama
Db = Diameter luar pipa cabang
S = Tekanan yang terjadi pada temperatur desain 900°F
Eq = Faktor kualitas (1)
Y = 0,4
Setelah tebal minimal yang diijinkan diketahui maka dihitung sisa ketebalan. Sisa ketebalan dihitung dengan persamaan (3.14)
h b
b T t
T = −
___
...(3.14)
Dengan :
Tb = Tebal sisa (excess)
___ b
T = Tebal pipa yang digunakan
Dari persamaan (3.12, 3.13, dan 3.14) maka didapatkan hasil perhitungan yang ditampilkan pada Tabel 3.9
Tabel 3.9 Hasil Perhitungan Mitter
Jenis Diameter pipa Sh th tb Tb d1 A1
psi inchi Inchi inchi Inchi inchi2
Cabang 3 10"-10"-10" 6500 0,0506312 0,0506312 0,209 10,332 0,523122 cabang 3 10"-6"-10" 6500 0,048103 0,0296448 0,235 6,155 0,296074 Cabang 3 6"-4"-4" 6500 0,0313446 0,0212906 0,095 4,31 0,135095 Cabang 3 4"-2,5"-2,5" 6500 0,0212906 0,0136024 0,095 2,685 0,057165 Cabang 4 4"-2,5"-2,5"-4" 6500 0,0212906 0,0136024 0,095 2,685 0,057165 Cabang 3 2,5"-2,5"-2,5" 6500 0,0136024 0,0136024 0,104 2,667 0,036277 Cabang 4 2,5"-2,5"-2,5"-2,5" 6500 0,0136024 0,0136024 0,104 2,667 0,036277
Jenis Diameter pipa d2 A2 L4 L4 A3 A4 A2+A3+A4
inchi inchi2 inchi inchi inchi2 inchi2 inchi2
Dari Tabel 3.9 di tunjukkan bahwa A1 ≤(A2 +A3 + A4)maka tidak dibutuhkan ring penguat.
3.4.Penempatan Peralatan Pendukung
Peralatan pendukung yang digunakan agar perancangan ini dapat berfungsi sesuai harapan adalah :
1. Pressure Valve
Pressure valve berfungsi untuk menjaga agar tekanan yang terjadi pada sistem sprinkler tidak melebihi tekanan yang direncanakan.
2. Pressure Switch
Pressure switch berfungsi untuk menghidupkan pompa secara otomatis begitu terjadi kehilangan tekanan akibat sprinkler
atau hidran yang menyala.
3. Throttle
Throttle berfungsi untuk membatasi atau menutup aliran ke
sistem. Throttle digunakan untuk mempermudah saat
pemasangan, pengesetan dan perbaikan sistem.
4. Pressure Gauge
Pressure gauge berfungsi untuk mengetahui tekanan yang terjadi pada sistem. Digunakan terutama pada saat pengesetan
pressure valve agar berfungsi seperti yang direncanakan.
Gambar 3.6 Instalasi Peralatan Pendukung Pada Sistem
Pemipaan
3.5. Denah Instalasi Pemipaan Sprinkler dan Hidran
Setelah posisi sprinkler dan hidran, serta jenis dan ukuran pipa maka jalur pemipaan dapat ditentukan. Instalasi pemipaan pada lantai 2, 3, 4 dan 5
dibuat indentik, maka pada Gambar hanya ditampilkan lantai basement,
Gambar 3.7 Denah Pemipaan Lantai Basement
Gambar 3.9 Denah Pemipaan Lantai 2, 3, 4 dan 5
Gambar 3.11 Denah Samping Instalasi Pemipaan
3.6. Perhitungan Span
Perhitungan span tergantung dari asumsi dari ujung pipa. Dapat
diasumsikan ujung pipa dijepit anchor atau dapat bergerak searah dengan sumbu pipa.
Untuk pipa yang dijepit anchor dapat digunakan persamaan :
w S Z L = 0,4⋅ ⋅ h
Berdasar pada batas tegangan ..(3.15)
w I E L
⋅ ⋅ ⋅ Δ =
5 ,
13 Berdasar pada batas defleksi ...(3.16)
Hasil persamaan (3.15) dan (3.16) dipilih hasil yang paling kecil.
w S Z L = 0,33⋅ ⋅ h
Berdasar pada batas tegangan ..(3.17)
4 0,4
w S Z
L = ⋅ ⋅ h
Berdasar pada batas tegangan ..(3.18)
Hasil persamaan (3.17) dan (3.18) dipilih hasil yang paling kecil.
Dengan :
L = Jarak minimal span yang diijinkan (feet)
Z = Modulus of section (inchi3)
Sh = Tensile stress yang diijinkan sesuai dengan temperature
perancangan. (psi)
w = Total berat (berat pipa dan air didalam pipa) (lb/ft)
Δ = Defleksi yang terjadi (Asumsi (5/8 inchi)
I = Moment inersia pipa (inchi4)
E = Modulus Elastisitas (psi)
Dalam perhitungan ini digunakan asumsi bahwa pipa dapat bergerak
searah sumbu pipa. Dari Lampiran Tabel 1, 2 dan 3 didapat harga untuk
masing-masing jenis pipa material baja karbon ASTM A106 Grade B pada
suhu 900°F adalah : Pipa 10 ” Scedule 20
Z = 21,2 inchi3
Sh = 6,5 x 103 psi
wpipa = 28 lb/ft
wair = 35 lb/ft
E = 18,5 x 106
I = 114 inchi4
Pipa 6” Schedule 40S
Z = 8,5 inchi3
wpipa = 19 lb/ft
wair = 12,5 lb/ft
E = 18,5 x 106
I = 28,1 inchi4
Pipa 4” Schedule 10S
Z = 1,76 inchi3
Sh = 6,5 x 103 psi
wpipa = 5,61 lb/ft
wair = 6,17 lb/ft
E = 18,5 x 106
I = 3,96 inchi4
Pipa 2,5” Schedule 10S
Z = 0,687 inchi3
Sh = 6,5 x 103 psi
wpipa = 3,53 lb/ft
wair = 2,36 lb/ft
E = 18,5 x 106
I = 0,988 inchi4
Hasil perhitungan jarak minimal antar span dapat dilihat pada Tabel 3.10
Tabel 3.10 Hasil Perhitungan Jarak Minimal Antar Span
Jenis
Pipa Z Sh Wpipa Wair E I L1 L2 L meter
Inchi3 psi lb/ft lb/ft Psi inchi4 feet feet meter
4.1.Penghitungan Head
Perhitungan head digunakan untuk mengetahui head total pompa yang harus disediakan untuk mengalirkan sejumlah air sesuai dengan kondisi instalasi pemipaan. Head total dihitung dengan rumus :
g v h h h
H d
l
a p
2 2
+ + Δ +
= ………....(4.1)
Dimana ;
H = head total pompa (m) ha = head statis total (m)
Head ini adalah perbedaan tinggi antara muka air di sisi keluar dan di sisi isap; tanda positif (+) dipakai apabila muka air di sisi keluar lebih tinggi dari paada sisi isap. Dalam perhitungan ini digunakan ha= 22,5 m untuk lantai basement, 1 , 2, 3, 4, dan 5, sedangkan lantai 6 menggunakan ha = 25,2 m.
Δhp = Perbedaan head tekanan yang bekerja pada kedua
permukaan air (m)
hl = berbagai kerugian head di pipa, katub, belokan, sambungan, dll (m)
ls ld
l h h
h = +
g vd
⋅
2 2
= head kecepatan keluar (m). = 0 (Asumsi kecepatan masuk
pompa = kecepatan keluar) g = percepatan gravitasi (m/s2)
4.1.1. Head Tekanan
Head tekanan dapat dihitung dengan persamaan :
1 2 p p
p h h
h = −
Δ
………(4.2)
γ
p
hp =10⋅ ………(4.3)
Dimana
hp = head tekanan (m) p = tekanan (kgf/cm2)
γ = berat per satuan volume zat cair yang dipompa (kgf/l)
Apabila tekanan diberikan dalam kPa, dapat dipakai persamaan berikut
ρ
` 8 , 9
1 p
hp = ⋅
………..(4.4) Dimana
p` = tekanan (Pa)
Dengan rumus persamaan (4.4), maka dapat dihitung tekanan hp-1 yaitu tekanan di reservoir bawah, dalam perhitungan ini diasumsikan
tekanan udara luar (p) 1 atm = 1,033 kg/cm2 dan γ = 1 kg/l. jadi hp-1 :
m p hp 33 , 10 1 033 , 1 10 10 1 = ⋅ = ⋅ = − γ
Sedangkan hp-2 digunakan tekanan (p) =27.400 kg/m2 = 2,74 kg/cm2
dan γ = 1 kg/l. jadi hp-2 ;
m p hp 4 , 27 1 74 , 2 10 10 2 = ⋅ = ⋅ = − γ
Jadi total head tekanan yang terjadi :
m h h
hp p p
07 , 17 33 , 10 4 , 27 1 2 = − = − = Δ
4.1.2. Head Kerugian Gesek
Untuk menentukan head kerugian gesek pipa, diperlukan dahulu jenis aliran. Jenis aliran dapat ditentukan dengan bilangan Reynolds (Re). Re dapat dihitung dengan rumus :
υ
D v⋅ =
Re
………....(4.5)
Dimana ;
Re = Bilangan Reynolds
v = Kecepatan rata-rata aliran di dalam pipa (m/s) D = Diameter dalam pipa (m)
υ = viskositas kinematik zat cair (m2/s)
Pada Re < 2000, aliran bersifat laminar
Pada Re > 4000, aliran bersifat turbulen
Pada Re = 2300 s/d 4000 terdapat daerah transisi, dimana aliran dapat bersifat laminar atau turbulen tergantung pada kondisi pipa dan aliran.
Untuk menghitung kerugian gesek di dalam pipa dapat dipakai salah satu dari persamaan berikut ini
Untuk aliran laminar
q p
S R C
v = ⋅ ⋅ ………..………..(4.6)
g v D L hf 2 2 ⋅ =λ ………(4.7) Dimana :
v = kecepatan rata-rata aliran di dalam pipa (m/s) C,p,q = koefisien-koefisien
R = jari-jari hidrolik (m)
(m) dibasahi yang saluran atau dalam diameter pipa Keliling ) (m aliran lurus tegak pipa, penampang Luas 3 = R
S = gradient hidrolik
L h
S = f
Dimana :
hf = head kerugian gesek dalam pipa (m)
λ = koefisien kerugian gesek
Gambar
Dokumen terkait
Menentukan jenis dan material pipa, katup dan flensa yang digunakan pada perancangan sesuai dengan tekanan kerja dalam pipa.. 1.3