A. Gambaran Umum Ma’had Al-Jami’ah 1. Sejarah Berdirinya Ma’had Al-Jami’ah
Ma’had Al-Jami’ah UIN Raden Intan Lampung dimulai pada masa
Rektor Prof. Dr. Noor Khozin, MA tahun 2003 dengan nama Ma’had Ali
bertempat diasrama Labuhan Ratu. Namun program ini hanya bertahan setahun,
kemudian vakum. Program ini muncul dan menguat kembali seiring dengan
hibah pendirian dua (2) unit gedung Rusunawa (Rumah Susun Sederhana Sewa)
oleh Kementerian Perumahan Rakyat di susul pembangunan satu unit gedung
Asrama Mahasiswa beserta rumah mudir (Bait Al-Mudir) dan kantin.1
Keputusan Rektor Nomor: 83 tahun 2010 tentang Pendirian atau
Pembentukan Pondok Pesantren Mahasiswa Ma’had Al-Jami’ah UIN Raden
Intan Lampung, lengkap dengan struktur dan personalia Dewan Pengurus. 2 Hal
ini agar ketiga gedung yang ada tidak hanya difungsikan sebagai tempat tinggal
semata, maka diputuskan pendidiran Ma’had Al-Jami’ah sebagai wadah
akademik (Academik Sphere) yang memberikan ruang gerak bagi perkembangan
1Profil Ma’had Al Jami’ah IAIN Raden Intan Lampung dan tata tertib Mahasantri, (Bandar Lampung: 3 September 2014), h. 1.
intelektual dan moral mahasiswa, sehingga mendukung perkembangan
intelektual (kognisi) dan keberagaman (afeksi).
Tahun akademik 2010/2011 Ma’had Al-Jami’ah UIN Raden Intan
Lampung untuk pertama kali menerima mahasantri baru. Mahasantri pertama
terdiri dari para penerima beasiswa BIDIK MISI dan beasiswa lain tanpa
memandang semester. Setahun kemudian, Ma’had Al-jami’ah memberi
kesempatan kepada mahasiswa non-beasiswa untuk menjadi mahasantri.
Diantara mahasantri ini terdapat mahasantri asing yang berasal dari Malaysia dan
Thailand yang mendapat tambahan materi pelatihan bahasa Indonesia berbasis
Crossculture.3
Sejak Januari 2013 seiring dengan perubahan Ortaker (Organisasi dan
Tata Kerja) PTAIN, Ma’had Al-Jami’ah dikukuhkan secara resmi sebagai UPT
(Unit Pelaksana Teknis) Pusat Ma’had Al-Jami’ah yang setara UPT
Perpustakaan, UPT Pusat Bahasa, dan UPT-UPT lainnya. Pada masa 3 tahun
berdirinya, eksistensi Ma’had Al-Jami’ah memang belum terlalu terlihat
signifikan. Masih banyak warga kampus (termasuk dosen, pegawai dan
mahasiswa) yang mengenal Ma’had Al-Jami’ah hanya sebagai sekedar asrama
(Rusunawa).4
Eksistensi Ma’had Al-Jami’ah UIN Raden Intan Lampung semakin nyata
seiring dengan pengalihan statusnya sebagai salah satu UPT, dan diserahkan
3Ibid, h. 3.
pengelolaan program Matrikulasi Praktik Pengalaman Ibadah (PPI) dan Pusat
Bahasa kepada Manajemen Ma’had Al-Jami’ah mulai tahun akademi
2013/2014.5
2. Visi dan Misi, Ma’had Al-Jami’ah a. Filosofi Ma’had Al-Jami’ah
Adapun filosofi Ma’had Al-Jami’ah adalah sebagai berikut:
1) Ma’had Al-Jami’ah merupakan lembaga pendidikan Islam yang menitikberatkan pada pendalaman ilmu-ilmu Agama, mewarisi
kontinuitas tradisi Islam yang di alirkan Ulama dari masa ke masa.
2) Secara historis, Ma’had Al-Jami’ah merupakan kelanjutan lembaga tradisi pesantren yangmemiliki sumber-sumber klasik. Dilihat dari
hubungan historis ini, Ma’hadAl-Jami’ah merupakan mata rantai
pendidikan Islam universal yang identik dengan model pendidikan
Islam khas Indonesia, muncul dan berkembang dari pengalaman
sosiologis masyarakat lingkungannya (indigenous).
3) Sebagai lembaga yang identik dengan model pendidikan Islam khas Indonesia, Ma’had Al-Jami’ah merupakan lembaga yang
mentransformasikan keilmuan dan pengalaman ilmu dan tradisi
ke-Islaman, mencakup aqidah, syari’ah, dan akhlak.
4) Ilmu-ilmu ke-Islaman yang diajarkan Ma’had Al-Jami’ah bermuara di Madzab Ahlussunnah wal Jama’ah, dalam pengertian yang luas,
mengandung sikap intelektual yang berpegang teguh kepada
tradisitradisi Islam yang kaya.6
5) Ma’had Al-Jami’ah juga merupakan lembaga pendidikan integrasi tradisi lokal dengan konsep-konsep epistemologis ke-Islaman, selanjutnya membentuk sub-kultur “sarjana-santri atau
santri-sarjana”dalam kehidupan masyarakat Indonesia.7
b. Visi dan Misi
Sebagai salah satu dari pilar (Rukun) Perguruan Tinggi Islam,
Ma’had Al-Jami’ah UIN Raden Intan Lampung mengusung visi: “Menjadi
pusat pemantapan aqidah, pengembangan Ilmu dan Tradisi ke-Islaman, amal
shaleh, akhlak mulia, dan terciptanya mahasiswa santri yang unggul dan
kompetitif.” Visi ini kemudian diterjemahkan dalam risalah misi sebagai
berikut:
1) Menghasilkan mahasantri yang memiliki kemampuan bacaan dan
pemaknaan Al-Qur’an dengan benar dan baik;
2) Menghasilkan mahasiswa-santri memiliki kemantapan aqidah, kedalaman
spiritual, keluhuran akhlak, dan keluasan ilmu ke-Agamaan;
3) Menciptakan tradisi pesantren yang mendukung tercapainya pemantapan
aqidah, amal saleh, dan akhlak mulia;
4) Memberikan keterampilan berbahasa Arab dan Inggris bagi mahasantri.8
3. Dasar HukumMa’had Al-jami’ah
Adapun dasar hukum pendidirian Ma’had Al-Jami’ah adalah:
a. Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan
Nasional.
b. Keputusan Senat IAIN Raden Intan Lampung Nomor 01/SENAT/IAIN/
2009 tanggal 5 Febrruari 2009 Tentang Pembentukan Pesantren
Mahasiswa IAIN Raden Intan Lampung.
c. Keputusan Rektor IAIN Raden Intan Lampung Nomor 83 Tahun 2010
tentang Pendirian/Pembentukan Pondok Pesantren Mahasiswa Ma’had
Al-Jami’ah IAIN Raden Intan Lampung.
d. Surat Keputusan Rektor IAIN Raden Intan Lampung Nomor 13 Tahun
2012 tentang Penyempurnaan Surat Kepeutusan Rektor IAIN Raden Intan
Lampung Nomor 83 Tahun 2010 tentang Pendirian/Pembentukan Pondok
Pesantren Mahasiswa Ma’had Al-Jami’ah IAIN Raden Intan Lampung.9
4. Struktur Kepengurusan dan Mahasantri Ma’had Al-Jami’ah UIN Raden Intan Lampung.
Struktur kepengurusan Ma’had Al-Jami’ah dipimpin oleh seorang Mudir
atau kepala pesantren mahasiswa atau asrama yang mengalami perubahan setiap
tahunnya. Masa kepemimpinan seorang Mudir atau Kepala asrama (Ma’had
Al-Jami’ah) akan berubah jika dibutuhkan artinya tidak ada ketentuan waktu dalam
pergantian direktur Ma’had. Ma’hadAl-Jami’ah UIN Raden Intan Lampung
banyak mengalami perkembangan, baik dalam bidang fisik maupun non fisik.
Dalam bidang pendidikan Mudir Ma’hadAl-Jami’ah dibantu oleh beberapa
pengurus dan melibatkan mahasantri yang akhirnya dibentuklah sebuah
kepengurusan Ma’hadAl-Jami’ah UIN Raden Intan Lampung. Dalam
membentuk kepengurusan Mudir Ma’had memberikan persyaratan yang berhak
menjadi pengurus adalah mahasantri yang telah menempuh pendidikan di
Ma’hadAl- Jami’ah minimal 2 tahun (semester 5). Hal ini dilakukan agar
mahasantri yang menjadi pengurus mengetahui kondisi serta seluk beluk Ma’had
Al-Jami’ah.10Berdasarkan Surat Keputusan Rektor UIN Raden Intan Lampung
No. 02.c Tahun 2017. Tanggal 7 Januari 2016. Tentang Pengurus Ma’had
Al-Jami’ah UIN Raden Intan Lampung masa bakti 2018 adalah sebagai berikut:
Tabel 3.1. Struktur Kepengurusan Ma’had Al-Jami’ah
NO NAMA GOL KEDUDUKAN
1. Kamran As’ad Irsyady, Lc, M.Si III/c Kepala Pusat/Mudir
2. Ust. Muhammd Nur, M.Hum III/c Sekretaris/Katib
3. Ust. Riski Gunawan, M.Pd.I - Koor. Bidang PPI
4. Ust. Mahmud Sahroni, M.Pd - Koor. Bidang Bahasa
5. Ustzh. Kurnia, S.Pd.I - Koor. Bidang Tilawah & Tahfizh
6. Ust. Juniansyah, S.Pd - Koor. Bidang Ekstra
Sumber: dokumentasi Ma’had al-Jami’ah UIN Raden Intan Lampung
Berdasarkan tabel di atas diketahui bahwa pengurus inti Ma’had
Al-Jami'ah UIN Raden Intan Lampung berjumlah 6 orang yang terdiri dari Mudir
Ust. Kamran As’ad Irsyady, Lc, M.Si (2012 hingga sekarang) sebagai Kepala
Pusat yang dibantu oleh sekertaris, syaikhah, murabbi sebagai pembina putra dan
murabbiah sebagai pembina putri.
5. Mahasantri Ma’had Al-Jami’ah UIN Raden Intan Lampung
Mahasantri Ma’had Al-Jami’ah UIN Raden Intan Lampung terdiri dari
dua kelompok yaitu mahasantri putra dan mahasantri putri. Mahasantri yang ada
terdiri dari 3 kategori yaitu mahasantri putra, mahasantri putri kamar tengah dan
mahasantri putri kamar belakang.
Tabel.3.2.Data Mahasantri Ma’had Al-Jam’ah UIN Raden Intan Lampung T.A 2017/2018
No Kategori Jumlah
1. Mahasantri Putra 49 Mahasantri
2. Mahasantri Putri Kamar Tengah 115 Mahasantri 3. Mahasantri Putri Kamar Belakang 117 Mahasantri
Jumlah 281 Mahasantri
Sumber: Dokumentasi Ma’had al-Jami’ah UIN Raden Intan Lampung
Berdasarkan tabel di atas diketahui bahwa mahasantri Ma’had
Al-Jami’ah UIN Raden Intan Lampung saat ini berjumlah281 yang terdiri dari
mahasantri putra dengan jumlah 49orang, mahasantri putri kamar tengah dengan
jumlah 115dan mahasantri putri kamar belakanh berjumlah 117orang.
Mahasantri Ma’had Al-jami’ah terdiri dari mahasiswa baru (semester I/
II), dan mahasiswa semester III/IV. Mengingat daya tampung yang terbatas
asrama (sebagai kasus UIN Malang), namun yang di wajibkan hanya mahasiswa
BIDIKMISI (selama 1 tahun pertama) dan mahasiswa baru yang berminat.
Selanjutnya, sebagai bentuk kaderisasi berjenjang, memasuki tahun ke-2 hanya
20% mahasantri (semester III/IV) yang tetap diperbolehkan tinggal di Ma’had
Al-Jami’ah dan menjadi mahasantri (dengan persyaratan tertentu antara lain:
memiliki prestasi akademik dan kemampuan non-akademik, serta tingkat
kehadiran dan keaktifan pada tahun pertama minimal 90 %, dan memiliki jejak
rekam baik dibidang pembayaran uang asrama).11
Model pendidikan yang dikembangkan di Ma’had Al-Jami’ah UIN Raden
Intan Lampung mengandung spirit pengembangan knowladge, skill, habit pada diri mahasantri, dengan pendekatan sebagai berikut:
a. Pengajaran, dimana mahasantri menadapat pelajaran mengenai
ilmu-ilmu dasar ke-Islaman seperti: Tauhid, fiqih, Tafsir, Hadist dan Akhlak.
b. Bimbingan, mahasantri dibimbing dengan sistem mentoring yang
bersifat intensif dalam praktik membaca dan menghafal Al-Qur’an, teori
dan praktik ibadah.
c. Pelatihan, mahasantri dilatih untuk memiliki kecakapan dan ketrampilan
di bidang keagamaan maupun non-keagamaan sebagai bekal hidup di
masyarakat seperti melalui program kultum, ba’da shalat, latihan pidato
setiap minggu, tilawah, kaligrafi, seni marawis, hingga pelatihan
jurnalistik dan kewirausahaan. Dimana program tersebut ada yang
bersifat harian, mingguan, bulanan atau semester.
d. Pembinaan, mahasantri dibiasakan dan diakrabkan dengan suasana khas
pesantren, serta praktik keagamaan secara umum. Seperti shalat
berjama’ah, wirid, shalawat, dan membaca Al-Qur’an.12
Model pendidikan yang dikembangkan di Ma’had Al-Jami’ah
bertujuan untuk membentuk mahasatri yang beriman dan bertakwa kepada
Allah SWT berakhlak mulia dan bermanfaat bagi masyarakat. Seperti yang
diungkapkan oleh Juniansyah musyrif Ma’had Al-Jami’ah sebagai berikut
Di Ma’had Al-Jami’ah memiliki beberapa metode pendidikan yang ada yang dilaksanakan dengan sebaik-baiknya dengan memanfaatkan fasilitas yang ada melalu kegiatan kegiatan yang ada agar kelak mahasantri memiliki ahlakul karimah dan mempunyai kemampuan dalam bidangnya yang ketika mereka tidak tinggal di Ma’had Al-Jami’ah bisa memberikan contoh dan bermaanfaat bagi yang lainya mahasiswa dan masyarakat sekitarnya.13
6. KegiatanMa’had Al-Jami’ah
Program Ma’had Al-Jami’ah diarahkan untuk mencapai visi dan misi
yang telah ditentukan. Program ini terpetakan dalam kegiatan kurikuler,
ekstrakurikuler, dan kegiatan sosial keagamaan.
a. Kegiatan Akademik (Kurikuler)
12Ibid.
Kegiatan Akademik (Kurikuler) TutorialAdalah kegiatan yang
bersifat pokok, berupa pengajaran materi-materi dasar keislaman (dirasat Islamiyyah), dalam bentuk tutorial kajian kitab kuning. Kegiatan ini bersifat klasikal (per asrama), dan dilaksanakan pada malam hari, materi yang
diberikan ialah: akidah, akhlak, tafsir, hadis, fiqih dan bahasa Arab.14
“Kegiatan ini di wujudakan dalam tutorial, satu minggu 4 kali hari Minggu, Senin, Selasa dan Rabu, setiap jam 8 malam sampai setengah 10 malam, pengajarnya adalah beberapa dosen alumni Pesantren yang mengajar di kampus, metode bandongan. Materi yang diberikan juga masih tergolong dasar, karena kebanyakan santri yang tinggal di asrama tidak semua alumni pesantren, jika di pesantren salaf biasanya menggunakan bahasa jawa beda dengan di Ma’had Al-Jami’ah, Ustadz/Guru dalam menjelaskan menggunakan bahasa Indonesia dengan tujuan agar memudahkan santri dalam memahami materi yang disamapikan”.15
Seperti yang diungkapkan Ahmad Nur Sodik musyrif Ma’had
Al-Jami’ah sebagai berikut:
Tutorial kajian kitab kuning dilaksanakan pada malam hari ba’da sholat isya, yang dilaksanakan dimasing-masing asrama, pemateri tutorial ya kalangan dosen-dosen UIN Raden Intan Lampung. Materi tutorial sudah ditentukan kapan dan siapa pematerinya dan mahasantri wajib mengikuti kegiatan tersebut, karena tutorial merupakan salah satu kegiatan pokok yang ada di Ma’had Al-Jami’ah.16
b. Kegiatan Penunjang Akademik
14Observasi penulis di MA’had Al-Jami’ah UIN Raden Intan Lampung, pada tanggal 20 mei 2018.
15Ustadz Muhamad Nur, Wawancara dengan Penulis, Sekretaris Ma’had Al-Jami’ah UIN Raden Intan Lampung. 18 Mei 2018.
1) Qiro’atul Qur’an
Qiro’atul Qur’an Adalah kegiatan yang bertujuan membangun tradisi memabaca dan menghafal Al-Qur’an secara murattal dan
sorogan, dimana setiap Mahasantri menghadap Musyrif/ah
pendampingnya, lalu membaca atau menyetorkan hafalannya, kemudian
Musyrif/ah menyimak sembari membenarkan dari aspek tajdwid, kemudian mencatat hasil setoran dibuku kontrol. Kegiatan ini
dilaksanakan setelah Maghrib dan setelah Subuh. Tradisi lain yang
dibangun adalah wiridtahfidz yang mana mahasantri membaca diluar kepala 5-10 ayat surah secara bersama-sama selama periode tertentu.
Kegiatan tahfidz dikontrol dengan pola setoran mingguan dihadapan Mushyrif/ah.17 Seperti yang diungkapkan Rihal Hadi Maulana musyrif
Ma’had Al-Jami’ah sebagai berikut:
Kegiatan Qiro’atul Qur’an bertujuan agar membentuk dan membangun mahasantri agar mampu membaca dan menghafal Al-Qur’an dengan baik dan benar sesuai kaidah-kaidah yang ada dan dapat dilakukan secara terus menerus. Kegiatan tersebut dilaksanakan setelah ba’da magrib dan isya kemudian mahasantri membentuk halaqoh lalu membaca Al-Qur’an secara bergantian,kemudian musyrif menyimak sembari membenarkan dari tajwid dan bacaanya.Sedangkan setoran hapalan dapat dilakukan setelah membaca Al-Qur’an maupun diakhir halaqoh, jika hapalan sudah selesai musrif juga menyimak dan membenarkan tajwid dan hapalanya kemudian musyrif mencatat hasil setoran di Kartu Kontrol Qira’atul Qur’an.18
17Observasi penulis di MA’had Al-Jami’ah UIN Raden Intan Lampung, pada tanggal 20 mei 2018.
Dengan adanya Keigiatan Qiro’atul Qur’an ini diharapkan
mahasantri bisa membaca Al-Qur’an dengan baik dan benar, baik dari
segi bacaan ataupun pengamalan Al-Qur’an yang bisa lebih baik dari
sebelumnya.
2) Praktek pengamalan ibadah
Praktek pengamalan ibadah (PPI)Adalah kegiatan yang bertujuan
melatih keterampilan kaagamaan dalam bentuk kewajiban shalat
berjama’ah, dan penugasan menjadi qari’ (tadarus qubail shalat) imam, bilal (Azdan, iqamah dan puji-pujian antara adzan dan iqamah), penceramahkultum, wirid/doa serta keterampilan-keterampilan sosial
keagamaan lainnya (tahlil, tajhiz al-janazah, penyembelihan hewan
qurban dan lain-lain). Kegiatan ini dilaksanakan setiap Maghrib, Isya’ dan Subuh dengan bimbingan Musyrif.19 Sebagaimana keterangan dari
Rihal Hadi Maulana sebagai berikut:
kegiatan Praktek pengamalan ibadah (PPI) merupakan kegiatan yangt wajib dilakukan mahasantri agar melatih keterampilan dalam bidang keagamaan dengan penugasan sebagai tadarus qublail sholatdilanjutkan dengan Adzan Iqamah (puji-pujian antara adzan dan
iqamah), kemudian imam, wirid/doa setelah itu kultum.20
c. Integrasi bahasa Asing (Arab dan Inggris).
19Observasi penulis di Ma’had Al-Jami’ah UIN Raden Intan Lampung, pada tanggal 20 mei 2018.
Seperti yang kita ketahui bahwa pesantren sangat lekat hubunganya
dengan bahasa asing (Arab dan Inggris). Penggunaan kedua bahasa asing
sebagai bahasa resmi pergaulan sehari-hari seperti ini merupakan kelebihan
yang patut disyukuri saat tinggal di Ma’had Al-Jami’ah yang tidak semua
orang dapat merasakanya. Kegiatan Integrasi bahasa Asing dikemas dalam
tiga modus:
1) Pembelajaran, dilaksanakan pada hari tertentu ba’da subuh dengan sistem small group, dibimbing oleh musyrif dan memuat materi kegiatan sebagai berikut: Liqaq al-mufradat, latihan muhadatsah, dan setoran hafalan mufrodat.
2) Praktek komunikasi dengan bahsa asing, dikemas dalam bentuk kewajiban melakukan komunikasi dan percakapan sehari-hari
dengan menggunakan bahasa asing, sesuai dengan penjadwalan
Ayyam’Arabiyyah (Hari Wajib Bahasa Arab) dan English Days
(Hari Wajib Bahasa Inggris) terlebih lagi mulai terhitung dari tahun
2017 semester ganjil sudah mulai dibentuk Cluster Bahasa Arab dan Inggris yang menjadi contoh dari cluster umum untuk dapat menjalankan bahasa sebagaimana mestinya. Namum pada semester
ini fokus bahasa yang menjadi program Ma’had Al-jami’ah adalah
pada Bahasa Inggris, seluruh santri wajib berbahasa Inggris dalam
3) Kontes bahasa asing, yaitu kompetisi kemampuan berbahasa asing yang dikemas dalam bentuk lomba-lomba keterampilan berbahasa
baik perorangan maupun kelompok antara lain: pidato, debat,
drama, iklan puisi dan language games (Said Chain, Srable,Sing Song, Cook Competition) kegiatan ini dilaksanakan dalam kemasan PORSENI (Pekan Olahraga dan Seni) Mahasantri.21
Ahmad Nur Sodik mengungkapkan seabagai berikut:
Integrasi bahasa Asing merupakan program Ma’had Al-jami’ah bertujuan untuk meningkatkan berbahsa asing, yang dikemas dalam bentuk kewajiban melakukan komunikasi dan percakapan sehari-hari. Menerapkan penjadwalan Hari Wajib berbahasa agar seluruh mahasantri wajib berbahasa Inggris dalam kegiatan sehari-hari dilingkungan Ma’had Al-jami’ah.22
d. Muhadharah
Adalah kegiatan latihan ceramah/pidato atau public speaking yang dibumbui dengan unjuk kesenian sebagai selingan (hiburan). Kegiatan ini
bertujuan melatih gagasan-gagasan dakwah keagamaannya kepada
masyarakat. Bahasa pengantar yang digunakan adalah bahasa daerah,
bahasa Indonesia, bahasa Arab, dan bahasa Inggris dengan klasifikasi
pembagian jadwal dan penentuan petugas dibawah bimbingan Musyrif/ah.
21Observasi penulis di MA’had Al-Jami’ah UIN Raden Intan Lampung, pada tanggal 20 mei 2018.
Seperti yang ungkapkan oleh Fadli Alamsyah selaku musyrif Ma’had
Al-Jami’ah sebagai berikut:
Kegiatan muhadharah ini dilaksanakan masing-masing asrama pada hari Kamis malam Jumat setiap minggunya, keculi (gabungan) dalam bentuk Muhadharah Kubra atau Pentas Seni dan Pidato 3 bahasa yang diisi oleh penampil terbaik masing-masing kategori dan asrama.23
e. Kegiatan Pengembangan Minat dan Bakat (Ekstra Kurikuler)
Kegiatan ekstra kurikulerAdalah kegiatan yang bertujuan
mengembangkan keterampilan non-akademik mahasantri sesuai dengan
minat dan bakat mahasantri. Kegiatan ini dilaksanakan mingguan yakni
pada hari Sabtu dan Minggu, dipandu oleh instruktur yang berpengalaman
dibidangnya baik unsur pengurus maupun non pengurus.24Fadli Alamsyah
mengungkapkan seabagai berikut:
Salah satu wadah pembinaan mahasantri yaitu melalui kegiatan ekstrakulikuler sesuai dengan minat bakat mahasantri yang dilakukan setiap hari sabtu dan minggu seperti jurnalistik, kaligrafi, hadroh, tilawatul qur’an, dan mawalan. Ada juga kegiatan yang digelar persemester, seperti pelatihan baca kitab kuning, terjemah, pelatihan kepengurusan jenazah, pelatihan penentuan tahun Hijriyah, pelatihan penyembelihan hewan kurban25
23Fadli Alamsyah, MusyrifMa’had Al-jami’ah, wawancara , dicatat pada tanggal 26 Mei 2018.
24Observasi penulis di MA’had Al-Jami’ah UIN Raden Intan Lampung, pada tanggal 20 mei 2018.
Dengan adanya kegiatan ekstra kurikuler diharapkan mahasantri
dapat menyalurkan bakat serta minatnya, agar dapat mengembangkan
potensi yang dimiliki mahasantri.
B. Pembinaan Dalam Meningkatkan Kualitas Akhlak Mahasantri
Pembinaan bagi manusia adalah salah satu upaya untuk menjauhkan dirinya
dari apa saja yang akan memberikan kerugian dalam kehidupan ini. Hampir semua
pendidikan mengajarkan dan memberikan pembinaan tentang moral, serta berusaha
memperbaiki yang kurang dan mengurangi yang dianggapberlebihan dalam hal
pengembangan keterampilan hidup didalam lingkungan.
Berkaitan dengan pembina, hal ini merupakan satu kesatuan yang tidak bisa
dipisahkan antara pembina dan orang yang mau dibina, karena pembina mempunyai
kewajiban yang penting untuk mengajarkan tata carapembinaan akhlak yang baik
dan benar, sesuai yang diajarkan oleh Rasulullah, tidak bisa dipungkiri bahwa setiap
aspek pembinaan akhlak yang diajarkan, hal itu akan mendapat sedikit halangan dan
rintangan atau kesulitan untukmenerapkan ilmu yang diperoleh sebelumnya. Untuk
menjelaskan seperti apapenerapan metode atau cara yang diberikan.
Menyikapi berbagai persoalan yang terjadi khususnya para mahasantri
sehingga mereka terhindar dari bentuk penyimpangan moral,maka Ma’had
Al-Jamia’ah UIN Raden Intan Lampung sebagai salah satu lembaga pendidikanpondok
peserta didik (Mahasantri)nya. Adapun upaya pembinaan akhlak peserta didik
(santri) antara lain:
1. Melalui Muhadharah
Adalah kegiatan latihan ceramah/pidato atau public speaking yang dibumbui dengan unjuk kesenian sebagai selingan (hiburan). Kegiatan ini
bertujuan melatih gagasan-gagasan dakwah keagamaannya kepada masyarakat.
Bahasa pengantar yang digunakan adalah bahasa daerah, bahasa Indonesia,
bahasa Arab, dan bahasa Inggris dengan klasifikasi pembagian jadwal dan
penentuan petugas dibawah bimbingan Musyrif/ah.26
Kegiatan muhadharah yang dilaksanakan di Ma,had Al-Jami,ah
berlangsung 1 kali dalam seminggu yaitu muhadarah sugra pada kamis malam
jum’at, sedangkan kegiatan muhadharah kubro dilaksanakan 1 kali dalam
sebulan, kegiatan muhadharahsangat penting bagi seluruh mahasantri.Kegiatan
ini bertujuan melatih gagasan-gagasan dakwah keagamaannya kepada
mahasantri. Bahasa pengantar yang digunakan adalah bahasa daerah, bahasa
Indonesia, bahasa Arab, dan bahasa Inggris dengan klasifikasi pembagian jadwal
dan penentuan petugas dibawah bimbingan Musyrif/ah.27
Seperti yang ungkapkan oleh Fadli Alamsyah selaku musyrif Ma’had
Al-Jami’ah sebagai berikut:
26Laporan Pertanggungjawaban Kegiatan Muhadharah Ma’had Al-Jami’ah UIN Raden Intan Lampung, (Bandar Lampung: 2017), h. 31.
Dengan adanya kegiatan muhadarah dapat melatih keberanian dan rasa percaya diri untuk berbicara didepan banyak orang, dan mahasantri bisa mencontoh dan meniru setiap peserta yang tampil, melalui apa yang disampaikan oleh peserta yang tampil yaitu dengan cara mengucapkan kata-kata dan melalui penampilan, yang mana sekaligus bisa mendidik mahasantri agar berbicara, berperilaku dan berpakaian yang baik.28
Muhadarah sering diartikan sebagai kegiatan latihan pidato semata,
namun di Ma’had Al-Jami’ah, kegiatan muhadhoroh dikembangkan menjadi
beberapa hal yang lebih sepesifik dan aplikatif dalam memepersiapkan para
mahasantri ketika kelak terjun dimasyarakat.
2. Melalui Halaqoh.
Halaqah adalah sistem pengajaran dengan jalan kiyai membaca suatu
kitab dalam waktu tertentu dan santri dengan membawa kitab yang sama
mendengarkan dan menyimak bacaan kiyai. dalam sistem pengajaran yang
semacam itu tidak dikenal absensinya. Santri boleh datang boleh tidak, juga tidak
ada ujian. Meskipun pada pesantren tidak mengenal evaluasi secara formal,
namun dengan pengajaran secara halaqah ini dapat diketahui kemampuan para
santri tersebut. Kegiatan halaqoh yang ada di Ma’had Al-Jami’ah merupakan
kegiatan sistem pengajaran musyrif dengan mahasantri dilakukan setelah sholat
magribdan subuh setiap halaqoh memiliki satu musyrif dan mahasantri berjumlah
10 hingga 13 mahasantri, yang mana setiap pengajaran didalam halaqoh memiliki
metode tersendiri yang dimiliki masing-masing musyrif. Seperti yang
diungkapkan oleh Rihal Hadi Maulana yaitu sebagai berikut:
Halaqoh memiliki dua waktu, yang pertama halaqoh magrib dan yang kedua yaitu halaqoh subuh untuh halaqoh magrib setiap harinya berbeda jadwalnya, begitu juga dihalaqoh subuh jadi setiap harinya beda ada Tahsin, Tajwid, bahasa inggris jadi setiap halaqoh ada jadwalnya seandainya jadwalnya mengenai bahasa inggris yang pertama seperti biasa pembukaan kemudian sekedar mengabsen siapa nggak hadir dicek lagi apabila belum ada suruh hadir, membaca Al-Quran kemudian shareing-shareng dulu mengenai materi baru masuk kemateri intinyadengan sesuai jadwal masing masing.29
Materi halaqoh sudah dijadwalkan sesuai dengan harinya, pada dasarnya
fungsi halaqoh sangatlah penting, karena pembinaan mahasantri salah satunya
melalui halaqoh yang dimana komunikasi persuasif terjalin antara musyrif dan
mahasantri. Seperti yang diungkapkan oleh Rihal Hadi Maulana:
Disaat halaqoh kita saling shaering mengenai materi, kemudian mengajarkan tetapi fokus kita ke yang belum bisa yang masih dibawah standar, kalau yang sudah bisa misalnya sudah lancar membaca Al-Qur’an kita minta tolong agar mengajarkan kemahasantri yang belum bisa membaca Al-Qur’an. Selepas itu ya kita saling tanya jawab, shareing, jadi tak hanya membaca Al-Qur’an, sebenarnya banyak hal yang dilakukan didalam halaqoh itu, begitu pun di luar halaqoh kita sebagi seorang pengurus atau kakak tingkat mereka kita juga harus bisa menjadi pendengar dan pemberi solusi apalagi ketika mahasantri ada yang curhat dan cerita, selepas itu diluar halaqoh setiap aktifitas mahasantri merupakan tanggung jawab kami. Jadi kami ditutntut untuk bisa menjadi semuanya. 30
Seperti yang diunggkapkan oleh Ahmad Nur Sodikmengenai halaqoh
seabagai berikut:
29Rihal Hadi Maulana, MusyrifMa’had Al-jami’ah, wawancara , dicatat pada tanggal 26 Mei 2018.
Dalam meningkatkan kualiatas akhlak mahasantri melalui materi yang disampaikan disaat halaqoh, kemudian dengan komunikasi melaui pendekatan dengan ajakan agar memiliki berakhlak yang baik, apa bila memiliki akhlak yang buruk maka tugas musyrif adalah mengingatkan bisa berupa teguran dengan bahasa yang baik, apa bila hal tersebut berulang maka akan berlaku point punishment. 31
Dengan adanya halaqoh diharapkan dapat membantu mempermudah mahasantri dalam menuntut ilmu di Ma’had Al-Ja’miah melalui musyrif, karena musyrif memiliki peran yang sangat fital dan tanggung jawab yang besar dalam mendidik mahasantri yang didalam atau diluar di halaqohnya.
3. Melalui Tutorial
TutorialAdalah kegiatan yang bersifat pokok, berupa pengajaran
materi-materi dasar keislaman (dirasat Islamiyyah), dalam bentuk tutorial kajian kitab kuning. Kegiatan ini bersifat klasikal (per asrama), dan dilaksanakan pada malam
hari, materi yang diberikan ialah: akidah, akhlak, tafsir, hadis, fiqih dan bahasa
Arab.32
“Kegiatan ini di wujudakan dalam tutorial, satu minggu 4 kali hari Minggu, Senin, Selasa dan Rabu, setiap jam 8 malam sampai setengah 10 malam, pengajarnya adalah beberapa dosen alumni Pesantren yang mengajar di kampus, metode bandongan. Materi yang diberikan juga masih tergolong dasar, karena kebanyakan santri yang tinggal di asrama tidak semua alumni pesantren, jika di pesantren salaf biasanya menggunakan bahasa jawa beda dengan di Ma’had Al-Jami’ah, Ustadz/Guru dalam menjelaskan menggunakan bahasa Indonesia
31Ahmad Nur Sodik , Musyrif Ma’had aAl-jami’ah, wawancara, dicatat pada tanggal 12 Mei 2018.
dengan tujuan agar memudahkan santri dalam memahami materi yang disamapikan”.33
Seperti yang diungkapkan oleh M Syaifullah:
Saya dan temen-temen menganggap dulu pas masih di SMA pemahaman agamas kami tentang agama paling tinggi, ternyata setelah masuk Ma’had ilmu kita itu tidak apa-apanya merasa ketinggalan dan nggak sebanding dengan teman-teman dari pondok, namun dengan setelah saya masuk Ma’had tentunya ada perubahan dalam bidang agama, tentunya melalu kegiatan tutorial malam disitu kami belajar mengkaji kitab bersama dengan teman-teman yang dari pondok yang awalnya nggak faham kitab kuning sekrang faham sediki8t demi sedikit dalambidang agama.34
4. Melalui Dialog dan Kultum
Metode ini termasuk cara dalam melakukan pembinaan akhlak terhadap
mahasantri Ma’had Al-jami’ah dimana digunakan untuk menyampaikan
materi-materi baik itu pelajaran di kampus maupun materi-materi ceramah rohani melalui
Ustadz, Musyrif, dan Mahasantri dengan waktu setelah shalat Maghrib.
Metode kultum ini sangat membantu dan memotivasi mahasantri untuk
bisa tampil memberanikan diri dalam menyalurkan kemampuan meraka didepan
mahasantri lainya, diharapkan adanya kegiatan ini(mahasantri) mampu dan dapat
berceramah, berkhutbah serta dapat berbicara di forum-forum ilmiah.Rihal Hadi
Maulanamengungkapkan bahwa:
33Ustadz Muhamad Nur, Wawancara dengan Penulis, Sekretaris Ma’had Al-Jami’ah UIN Raden Intan Lampung. 18 Mei 2018.
Metode kultumyang dilakukan Ustad dan musyrif sangat membantu dalam meningkatkan pemahaman terhadap nilai-nilai ajaran agama Islam sehingga mereka lebih mengetahui hal-hal yang bertentangan dengan ajaran Islam.. Kemudian metode kultum yang dilakukan oleh mahasantri sesuai yang dijadwalkan diharapkan mahasantri mampu dan dapat menyampaikan didepan mahasantri apa yang ia ketahui tentang pemahaman keagamaan.35
Metode ini merupakan salah satu cara yang efektif dalam pembinaan
akhlak mahasantri sehingga para mahasantri lebih memahami ajaran agamanya
dan mengamalkan dalam kehidupan sehari-hari,dengan adanya metode kultum
diharapkan mahasantri berani dan mampu berbicara didepan umum dan memiliki
ilmu tentang ke Islaman.
5. Melalui Pembiasaan
Dalam kegiatansehari-hari di Ma’had Al-Jami’ah banyak kebiasaan yang
berlangsung, baik dalam bertutur kata ataupun bertingkah laku,
kebiasaan-kebiasaan tersebut ada yang mengarah kepada perbuatan yang sesuai dengan
nilai-nilai moral. Ahmad Nur Sodik mengungkapkan seabagai berikut:
Dengan motode pembiasaan, sangat membantu bagi perkembangan mahasantri dan pembiasaan yang dilakukan dalam kegiatan sehari-hari memiliki pengaruh yang sangat kuat dalam tidak melakukan berbagai bentuk pelanggaran atau penyimpangan terhadap nilai-nilai ajaran agama, seperti membiasakan untuk sholat sunah dan puasa sunnah dan tepat waktu dalam mengikuti kegiatan, ketika dengan membiasakan untuk menjalankan sholat dan puasa sunnah agar menahan hawa nafsu kita kemudian apabila tepat waktu maka secara tidak langsung melatih kedisiplinan dalam segala hal.36
35Rihal Hadi Maulana, MusyrifMa’had Al-jami’ah, wawancara , dicatat pada tanggal 26 Mei 2018.
Dengan metode pembiasaan diharapkan mahasantri terbiasa dengan
segala aktifitas dan disiplin segala kegiatan yang ada di Ma’had Al-Jami’ah
seperti yang disampaikan oleh Rihal Hadi Maulana bahwa:
Pembiasaan disisni merupakan suatu hal yang harus dibiasakan contoh seperti sholat berjamaah mahasantri harus dibiasakan datang ke mushola tepat waktu dan tidak hanya itu mahasantri harus diwajibkan memakai pakaian yang rapih menggunakan sarung dan peci, begitu juga dengan kegiatan yang lainya mahasantri wajib membiasakan untuk mengikuti setiap kegiatan yang ada di Ma’had Al-Jami’ah, karena bisa terbiasa 37
Seperti yang diungkapkan oleh Khairul Dani:
Jadi di Ma’had membuat saya terbiasa terutama dalam bidang agama dan akhlak, dalam bidang agama dulu sebelum di Ma’had saya suka bolong sholat subuh dan asyar, namun setelah Jadi di Ma’had dengan pembiasaan dan dibantu melalui peraturan di Ma’had insyallah nggak bolong lagi, iya kalau ahalak dulu jika saya disuruh orang tua agak males ngelaksanainnya, namun sekarang orang tua nyuruh apa langsung laksanakan.38
Metode ini merupakan salah satu cara yang sangat efektif terutama dalam
pembinaan akhlak terhadap mahasantriMa’had Al-Jami’ah. Salah satu bentuk
pembiasaan yang di lakukan oleh setiap musyrif dalam segala hal, sebelum
memulai aktivitas halaqoh adalah pada saat halaqoh mahasantri mengucapkan
salam kemudian bersalaman terhadap musyrif dan membaca doa sebelum belajar
dengan saksama.Pembiasaan yang diterapkan kepada mahasantri diharapkan
dapat menjadi terbiasa dengan kegiatan Ma’had Al-Jami’ah39
37Rihal Hadi Maulana, MusyrifMa’had Al-jami’ah, wawancara, dicatat pada tanggal 26 Mei 2018.
38Khairul Dani, mahasantri Ma’had aAl-jami’ah, wawancara, dicatat pada tanggal 15 Mei 2018.
Seperti yang diungkapkan oleh Muhammad Agid Syafei:
Dengan melaui pembiasaan di Ma’had Al-jami’ah, saya merasa di ma’had itu lebih terjaga kak, soalnya selalu dibiasakan untuk melakukan kegiatan, ibadah dan banyak yang mengingatkan jadi yang awalnya tidak terbiasa menjai terbiasa.40
6. Melalui Kegiatan Pengembangan Minat dan Bakat (Ekstra Kurikuler)
Kegiatan ekstrakurikuler termasuk salah satu wadah dalam membina
peserta mahasantri agar berperilaku baik, serta tempat menyalurkan segala
kreativitas dan potensi yang ada dalam diri mahasantri sehingga mereka mampu
berpotensi dan dapat terhindar dari segala hal-hal yang bersifat negatif.41Fadli
Alamsyah mengungkapkan seabagai berikut:
Ekatra Kulikuler Adalah kegiatan yang bertujuan mengembangkan keterampilan non-akademik mahasantri sesuai dengan minat dan bakat mahasantri. Kegiatan ini dilaksanakan mingguan yakni pada hari Sabtu dan minggu, dipandu oleh instruktur yang berpengalaman dibidangnya baik unsur pengurus maupun non pengurus.42 Adapun kegiatan ekstrakurikuler yang dikembangkan antara lain:
a. Hadroh (seni musik islam)
Hadroh merupakan musik yang bernafaskan Islami dengan melatunkan Sholawat nabi diiringi dengan tabuhan dengan alat tertentu, pada kegiatan hadroh mahaantri diajarkan cara memukul hadroh, ketukan, kunci pukulan, kunci pukulan dasar, ketukan bass dsb.43
40Muhammad Agid Syafei, mahasantri Ma’had aAl-jami’ah, wawancara, dicatat pada tanggal 15 Mei 2018.
41Observasi, di Ma’had Al-jami’ah,pada tanggal 17 maret 2018.
42Fadli Alamsyah, Musyrif Ma’had aAl-jami’ah, wawancara, dicatat pada tanggal 12 Mei 2018.
Hadroh merupakan salah satu kegiatan ekstrakulikuler di Ma,had
Al-jam’ah, yang diadakan setiap sabtu dan minggu sore, diharapkan dengan
kegiatan ini mahasantri mampu dan memahami serta mempraktikan
pukulan-pukulan hadroh berserta lagu, dan dapat mengajarkan ilmunya
kepada orang lain.
b. Seni Tilawatul Qur’an
Tilawatil qur'an merupakan kegiatan membaca al-qur'an dengan lantunan yang indah tanpa mengabaikan aturan dan ketentuan membaca al-qur'an seperti tajwid dan adab membacanya, kegiatan tersebut dilakukan seminggu sekali pada hari sabtu. 44
Seni Tilawatul Qur’an salah satu kegiatan ekstrakulikuler di Ma,had
Al-jam’ah,dengan adanya kegiatan tersebut mahasantri diharapkan santri
membaca Al-Qur’an dengan tartil, dan mengikuti hukum bacaan dan sesuai
adab membacanya, dan mampu membenarkan bacaan Al-Qur’an yang salah.
c. Kaligrafi
Kaligrafi merupakan suatu seni artistik tulisan tangan, yang menggunakan media berupa rotan, kayu, pena hero (yang sudah dibentuk ujungnya) dan diterapkan atau di lukiskan ke kanvas atau dasar berupa kertas HVS, manila karton. dimana mahasantri akan diajarkan beberapa tahapan yaitu tahapan pelemasan tahapan pembiasaan tahapan tahsin dan tahapan ibda.45
Dengan adanya kegiatan tersebut diharapkan dapat mengembangkan
kemampuan keterampilan mahasantri melalui penelaahan jenis,bentuk, dan
44Ibid.
sifat fungsi, alat, bahan proses dan tehnik dalam membuat karya seni
kaligrafi.
d. Jurnalistik
Jurnalistik merupakan sebuah kegiatan maha santri dalam mencari, mengolah, danmenyebarluaskanberitakepadakhalayakmelalui media massa. Padakegiatan ini mahasantriakandiajarkanteknikmencari, menulis, dan menyunting berita, design grafis danbagaimana pula berita tersebut didistribusikan malalui berbagai media baik cetak maupun elektronik. Para maha santri bisa memilih untuk mendalami jurnalistik sesuai dengan pilihan medianya.46
Jurnalistik merupakan kegiatan mahasantri belajar untuk mencari
menulis dan menyebarluaskan berita, dengan adanya kegiatan ini agar
membentuk skill mahasantri dalam bidang menulis dan menyebarluaskan
berita.
Serta pelatihan-pelatihan softskill lain dibidang keagamaan yang digelar periodik persemester, seperti pelatihan baca kitab kuning, terjemah, pelatihan kepengurusan jenazah, pelatihan penentuan tahun Hijriyah, pelatihan penyembelihan hewan kurban.47
Seperti yang ungkapkan oleh Danni Ardilas selaku musyrif Ma’had
Al-Jami’ah sebagai berikut:
Melalui Kegiatan ini sangat membantu dalam memberikan motivasi dan dorongan kepada mahasantri untuk bisa mengembangkan bakatnya sehingga potensi-potensi yang dimiliki peserta didik (santri) dapat tersalurkan kearah yang
46Nur Rohmatul Aini, Musyrifah Ma’had Al-jami’ah, wawancara , dicatat pada tanggal 26 Mei 2018.
lebih baik dalam artian dapat memberikan nilai-nilai positif baik bagi mahasantri itu tersendiri maupun bagi lingkungan masyarakat.48
Seperti yang ungkapkan oleh Khairul Dani:
ketika dulu di SMA sehabis sekolah kegiatanya organisasi namun sekarang Ma’had dengan adanya kegiatan tersebut mengasah kemampuan saya dan teman, jadi di Ma’had kita tak hanya belajar tentang agama namun kita belajar juga dengan kegiatan yang lain.49
7. Melalui Keteladanan
Dalam dunia pendidikan seorang pendidik adalah sosok yang memiliki
tanggung jawab besar tesrhadap peserta didiknya, artinya harus mampu
membangun lingkungan sekolah sebagai wadah untuk menciptakan peserta didik
(mahasantri) yang berakhlakul karimah.
Seperti yang ungkapkan oleh Ahmad Nur Sodik selaku musyrif Ma’had
Al-Jami’ah sebagai berikut:
Peranya musyrif sangatlah penting karena apa yang kita contohkan apa yang kita berikan terhadap mahasantri menjadi teladan bagi mereka, kita disini sebagai musrif selaku pembimbing mereka apalagi hubungan antara mahasantri dengan musyrif sangat lah dekat apa-apa yang terjadi dengan mahasantri terkait akhlaknya tingkah lakunya adalah tanggung jawab musyrif, apabila mereka tidak tinggal di ma’had al-jami’ah bisa memberikan contoh bagi yang lain mahasiswa dan masyarakat sekitarnya.Salah satu tata tertib yang diberlakukan di Ma’had Al-jami’ah yakni wajib menikuti segala peraturan dan kegiatan yang ada di Ma’had Al-jami’ah, kemudian setiap sholat berjamaah dan kegiatan yang lainya mahasantri diwajibkan berpakaian rapi memakai baju muslim, sarung dan peci, bagi mahasantri yang melanggar peraturan akan mendapatkan sanksi.50
48Danni Ardilas, MusyrifMa’had Al-jami’ah, wawancara , dicatat pada tanggal 26 Mei 2018.
Bukan hanya mahasantri, tetapi musyrif dituntut untuk menjadi contoh
yang baik bagi mahasantri (teladan), artinya adanya persamaan antara mahasantri
dengan musyrif sehingga terjadi keharmonisan yang baik, dan ini merupakan
salah satu bentuk keteladanan utamanya dalam pembinaan akhlak mahasantri.
Musyrif laksana seorang da’i artinya sebelum dia memerintahkan untuk
melaksanakan sesuatu terlebih dahulu dia harus melaksanakannya. Begitupula
seharusnya figur seorang musyrif. Namun demikian akhlak yang baik tidak dapat
dibentuk hanya dengan pelajaran atas intruksi saja, akan tetapi memerlukan
praktek yang nyata. Upaya pembinaan akhlak peserta didik (santri) antara lain:
Penerapan kedisiplinan terhadap mahasantri itu sendiri, baik dalam proses kegiatan keagamaan berlangsung maupun dalam tataran pergaulan di luar hal tersebut agar menjadi kebiasaan.Aktif mengadakan kegiatan keagamaan pada setiap hari senin sampai jumat stelah magrib, isya dan subuh. Dan hari-hari besar Islam yang tak terlepas pada materi keagamaan, akhlak, dsb dari berbagai kyai dan ustad. Kemudian mengadakan kegiatan-kegiatan keagamaan (PPI) dengan jadwal yang telah ditentukan, seperti imam, kultum, adzan dan lain sebagainya, yang mana dilakukan oleh mahasantri Ma’had Al-jami’ah.51
Seperti yang diungkapkan oleh Muhammad Agid Syafei:
Sesama mahasantri kita slalu mengingatkan mana yang benar mana yang salah, kemudian apabila melihat sesama mahasantri bisa melakukan suatuhal, nah disitu saya ikut termotivasi, seperti rajin sholat sunnah, puasa sunah, sopan, penampilannya menutupi aurat, ditambah melihat kakak-kakak kita (musyrif) mempunyai kepribadian dan akhlak yang baik jadi secara tidak langsung mengikutinya.52
50Fadli Alamsyah, MusyrifMa’had Al-jami’ah, wawancara , dicatat pada tanggal 26 Mei 2018.
51Fadli Alamsyah, MusyrifMa’had Al-jami’ah, wawancara , dicatat pada tanggal 27 Mei 2018.
8. Melalui Nasehat
Nasehat adalah salah satu langkah dalam membina akhlak mahasantri di
Ma’had Al-jami’ah bila mahasantri terlihat ada kelakuannya yang kurang baik
maka musyrif akan segera menasehati mahasantri tersebut.Sebagaimana yang di
ungkapkan oleh Fadli Alamsyah bahwa:
Mahasantri bila terlihat melakukan hal yang tidak sesuai dengan peraturan yang ada maka musyrif segera memanggil mahasantri tersebut kemudian menasehati dengan cara yang bijak, tapi bila mahasantri tersebut masih di dapati melanggar maka akan di berikan hukuman.53
Dalam pembinaan mahasantri apabila mahasantri melanggar
taksertamerta diberi hukuman namun melalui beberapa langkah yang harus
dilakukan yang pertama dengan memanggil dan menasehati kemudian didapati
masih melanggar di berikan peringatan apabila masih melanggar maka akan
diberi hukuman.
Seperti yang diungkapkan oleh Abdul Manan:
Setiap kegiatan halaqoh maupun kegiatan yang lainya terkadang apabila kami melakukan kesalahan kami selalu di nasehati yahh menasehati dengan ucapan yang baik seperti teman sendiri, jadi membuat kami termotifasi agar tidak melakukan kesalahan yang sama.54
53Ibid.
9. Melalui Reward dan Punisment (Penghargaan dan hukuman)
Program ini di laksanakan sebagai salah satu upaya untuk mendisiplinkan
santri. Sebagai permulaain setiap dari santri putra diberikan poin sebesar 100.
Sebagaimana yang di ungkapkan oleh Ahmad Subarka bahwa:
Poin ini dapat berkurang dan dapat pula bertambah dengan syarat tertentu. Yakni poin bertambah jika santri melaksanakan atifitas positif yang sesuai dengan kritereria (Melaksanakan Shalat Sunah yang diwajibkan di Ma’had, Menjadi Petugas Imam. Dan sebaliknya poin berkurang jika ada kegiatan atau tingkah laku santri yang negatif masuk dalam kreteria pengurangan poin, seperti terlambat kembali ke asrama, tidak shalat berjamaah, tidak mengikutikegiatan pembelajaran tanpa keterangan, dan sebagainya yang tercantum pada lampiran).55
Mahasantri akan diberikan poin sebesar 100 poin apa bila poin dapat
berkurang dan dapat bertambah dengan ketentuan tertentu apabila mahasantri
melanggar maka akan di dikenakan pengurangan poin, dan sebaliknya apabila
mahasantri melaksanakan kegiatan yang positif maka akan dikenakan
penembahan poin, metode poin juga dapat mengukur tingkat keaktifan mahasntri
dalam melaksanakan segala aktifitas di Ma’had Al-Jami’ah.
Seperti yang diungkapkan oleh Muhammad Agid Syafei:
Dengan adanya Reward dan Punismentjadi secara tidak langsung saya termotifasi agar tidak melanggar hukuman dan selalu melaksanakan kegiatan yang ada tapi sebenarnya sudah terbiasa dengan kegiatan yang ada di Ma’had Al-jami’ah.56
55Ahmad Subarka, MusyrifMa’had Al-jami’ah, wawancara , dicatat pada tanggal 27 Mei 2018.
10. Melalui Pengawasan
Untuk membangun dan menjamin kedisiplinan dalam melaksanakan
kegiatan, diterapkan mekanisme berbasis portofolio (absen kegiatan),
disamping pengawasan etis terkait perilaku yang diatur dalam tata tertib, jika
Mahasantri melanggar suatu peraturan maka diberikan teguran hingga
pengurangan poin dan sampai juga pada punishment/iqob atau yang dalam bahasa Indonesia disebut dengan hukuman penegakan peraturan/hukum atas
pelanggran yang dilakukan oleh mahasantri sebagai konsekuensi pengawasan
dilakukan secara periodik dengan pola berjenjang, mulai pada tingkat Musyrif/
ah kemudian Murabbi/ah dan sampai pada Mudir, dengan menggunakan
metode pendekatan yang berjenjang pula57
Penegakan peraturan atau hukum atas pelanggaran yang dilakukan sebagai konsekuensi pengawasan dilakukan secara periodik dengan pola berjenjang, mulai tingkat Musyrif atau Musyrifah, kemudian naik ke Murabbi, lalu ke Mudir atau Syaikhul Ma’had dengan metode dan pendekatan yang berjenjang pula.58
Pengawasan dapat menggunakan portofolio (absen kegiatan) dan sistem
poin, dalam hal ini musyrif dapat mlihat atau mengawasi keaktifan mahasantri
dengan absensi. Seperti setiap kegiatan ibadah dan sebagainya maka akan
diberlakukan absen dan apabila mahasantri tidak aktif melaksanakanya maka
akan ditanda silang dan dikenakan pengurangan poin.
57Laporan Pertanggungjawaban Pelaksanaan Kegiatan Program Ma’had tahun 2017. (Bandar Lampung: Juli 2017). h 43.