• Tidak ada hasil yang ditemukan

KUALITAS SEMEN SEGAR DAN ESTIMASI BREEDING UNIT PADA SAPI BALI (Bos javanicus) DENGAN JARAK PENAMPUNGAN YANG BERBEDA - UNS Institutional Repository

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "KUALITAS SEMEN SEGAR DAN ESTIMASI BREEDING UNIT PADA SAPI BALI (Bos javanicus) DENGAN JARAK PENAMPUNGAN YANG BERBEDA - UNS Institutional Repository"

Copied!
13
0
0

Teks penuh

(1)

14

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

Evaluasi Umum Kualitas Semen Segar Sapi Bali Selama Penelitian Semen segar yang digunakan dalam penelitian ini adalah semen segar hasil penampungan sebanyak 10 kali dalam 5 minggu yang berasal dari 5 ekor pejantan yang berumur 4 tahun, secara umum meliputi warna, konsistensi, volume, pH, konsentrasi, motilitas, viabilitas, abnormalitas dan keutuhan membran plasma semen segar yang dapat dilihat pada Tabel 1.

Tabel 1. Kualitas Semen Segar Sapi Bali

Parameter Semen Min Mean Max Standar

Deviasi Makroskopis

Warna - Putih susu - -

Konsistensi - Sedang - -

Volume (ml) 2,80 4,53 7,20 1,02

pH 6,40 6,50 6,80 0.12

Mikroskopis

Konsentrasi (×106 sel/ml) 647,00 1.091,00 1.461,00 190,48 Motilitas Massa (+) 2,00*) 2,00*) 2,00*) 0,00*)

Motilitas Individu (%) 35,00 67,60 75,00 6,64

Viabilitas (%) 43,00 71,00 86,00 7,30

Abnormalitas Primer (%) 0,00 1,08 2,86 0,65

Abnormalitas Sekunder (%) 0,85 3,64 7,98 1,30

Keutuhan Membran Plasma (%) 37,85 61,15 83,65 9,95 *) penilaian dipindahkan dalam angka (+ = 1, ++ = 2, +++ = 3)

(2)

Hasil penelitian menujukkan nilai rata-rata motilitas massa dan motilitas individu dari 5 pejantan tersebut adalah 2,00 ± 0,00 dan 67,60% ± 6,64%. Motilitas dari kelompok umur tersebut masih dalam kisaran normal. Sesuai dengan pendapat Stout (2012) yang menyatakan bahwa semen segar sapi pejantan saat di ejakulasi memiliki motilitas dengan rata-rata: motilitas 79,9% - 48,7%, motilitas progresif 58,4% - 34,4%, ditambahkan dengan pendapat Feradis (2010) yang menyatakan bahwa semen dinyatakan kurang baik apabila persentase motilitasnya dibawah 40%, keutuhan membran plasma 61,15 ± 9,95%, prosentase viabilitas 71,00 ± 7,30%, prosentase abnormalitas 4,72 ± 1,95%, Menurut Toelihere (1981) kualitas semen segar yang baik memiliki abnormalitas kurang dari 15%

Pengaruh Frekuensi Penampungan Semen terhadap Kualitas Semen Segar

Hasil pemeriksaan semen segar yang diamati dengan menggunakan 5 ekor pejantan Sapi Bali (Bos javanicus) dapat dilihat pada tabel 2.

Tabel 2. Pemeriksaan Semen Segar Sapi Bali dengan Frekuensi Penampungan yang Berbeda.

Parameter yang diamati Interval Penampungan Nilai P

3 4

Volume (ml) 4,39 ± 1,11 4,67 ± 1,00 0,3461

Motilitas (%) 68,20 ± 0,06 67,00 ± 0,07 0,5286

Konsentrasi(×106 ml) 1116,92 ± 193,08 1065,84 ± 188,24 0,3483 Abnormalitas Primer (%) 1,01 ± 0,01 1,12 ± 0,01 0,4371 Abnormalitas Sekunder (%) 3,53 ± 0,01 3,76 ± 0,01 0,5316 Viabilitas (%) 68,68 ± 0,08b 73,92 ± 0,06a 0,0097 Estimasi Breeding Unit 273,28 ± 56,94 265,64 ± 62,23 0,6527

a, b

superskrip berbeda pada baris yang sama menunjukkan adanya beda nyata (P < 0,05).

Volume

(3)

yang relatif sama tidak menyebabkan perbedaan volume semen yang dihasilkan, karena perbedaan perlakuan sangat kecil pengaruhnya. Sumeidiana et al (2007) menyatakan bahwa metode koleksi dan frekuensi ejakulasi pejantan yang relatif sama tidak menyebabkan perbedaan volume semen yang dihasilkan, ejakulasi 2 kali sehari setiap 2 - 4 hari mampu menghasilkan volume semen yang optimal.

Motilitas

Rata-rata motilitas yang diperoleh pada penampungan 3 hari sebesar 68,2 ± 0,06% dan 4 hari sebesar 67,0 ± 0,07%, hal ini menjelaskan bahwa motilitas spermatozoa masih dalam kisaran normal. Dari hasil ini dapat diartikan bahwa pengaruh antara interval koleksi 3 hari dengan koleksi 4 hari sangat kecil, sehingga hasil yang diperoleh yaitu tidak berbeda nyata (P>0,05). Tidak adanya perbedaan dari hasil evaluasi ini kemungkinan karena perlakuan memiliki perngaruh yang sangat kecil pada saat proses spermatogenesis, sehingga interval koleksi tidak memiliki pengaruh terhadap motilitas spermatozoa. Hal ini sesuai dengan pendapat Toelihere (1981) yang menyatakan bahwa motilitas sperma lebih banyak dipengaruhi oleh proses metabolisme didalam ekor sperma, yang berasal dari pemecahan fruktosa sebagai sumber energi.

Konsentrasi

(4)

dipengaruhi oleh frekuensi ejakulasi, secara teoritik seharusnya tidak ada batas pemakaian pejantan.

Viabilitas dan Abnormalitas

Rata-rata nilai viabilitas pada pengamatan semen sega Sapi Bali (Bos javanicus) dengan jarak penampungan 3 hari sebesar 68,68 ± 0,08% dan

penampungan 4 hari sebesar 73,92 ± 0,06%. Hasil analisa statistik viabilitas pada pengamatan dengan perlakuan jarak penampungan yang berbeda menunjukkan perbedaan yang nyata (P<0,05), hal ini dipengaruhi oleh faktor penanganan terlalu lamanya proses evaluasi dengan jarak setelah semen diejakulasikan, karena pada dasarnya daya hidup sperma diluar tubuh hanya bisa bertahan beberapa jam, hal ini sesuai dengan pendapat Sugiarti et al. (2004), yang menyatakan bahwa seiring dengan bertambahnya waktu akan terjadi penurunan jumlah substrat, penurunan pH, pertumbuhan bakteri, yang akan menimbulkan efek mematikan terhadap sperma.

Rata-rata abnormalitas primer pada pengamatan semen segar Sapi Bali (Bos javanicus) dengan jarak penampungan 3 hari sebesar 1,01 ± 0,01% dan penampungan 4 hari sebesar 1,12 ± 0,01%. Abnormalitas sekunder dengan penampungan 3 hari memiliki rata-rata 3,53 ± 0,01% dan penampungan 4 hari sebesar 3,76 ± 0,01%. Hasil analisa statistik abnormalitas primer dan abnormalitas sekunder pada pengamatan dengan perlakuan jarak penampungan yang berbeda tidak menjukkan perbedaan yang nyata (P>0,05). Abnormalitas sperma lebih banyak dipengaruhi oleh kondisi dan proses spermatogenesis pada masing-masing individu, hal lain yang menyebabkan abnormalitas sekunder sebagian besar disebabkan oleh kesalahan preparasi sehingga menyebabkan tingginya prosentase (Arifiantini et al., 2006). Jumlah spermatozoa yang abnormal pada spermatozoa Sapi Bali ini termasuk sedikit, hal ini disebabkan ternak yang digunakan merupakan sapi yang telah terlatih untuk ditampung semennya, selain itu juga sistem manajemen pakan dan handling terhadap spermatozoa sudah baik.

(5)
(6)

19

V. KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Kesimpulan yang dapat diambil dari penelitian ini adalah interval koleksi 3 hari dengan interval 4 hari secara umum dapat meningkatkan viabilitas spermatozoa pada semen segar Sapi Bali.

B. Saran

(7)

20

DAFTAR PUSTAKA

Affandhy, L., A Rasyid, dan N. H Krishna. 2010. Pengaruh Perbaikan Manajemen Pemeliharaan Pedet Sapi Potong Terhadap Kinerja Reproduksi Induk Pasca beranak (Studi Kasus Pada Sapi Induk PO Di Usaha Ternak Rakyat Kabupaten Pati Jawa Tengah) (Effect of Improved Management on Ongole

Grade Calves Rearing on.” Seminar Nasional Tekhnologi Peternakan dan

Veteriner: 40–46.

Afianti, F., Herdis dan S. Syahruddin. 2013. Pembibitan Ternak dengan Inseminasi Buatan. Penebar Swadaya. Jakarta.

Ahmed, K.U., M.R. Islam. M.K.U. Talukder. Z. Rahman. M.M. Hossain and M.M.U. Bhuiyan. 2014. Influence of breed, age and collection interval on semen quality of a dairy bulls in Bangladesh. Bangladesh Research Publications Journal. 10: 275 - 282

Aminasari, P. D. 2009. Pengaruh Umur Pejantan Terhadap Kualitas Semen Beku Sapi Limousin. Universitas Brawijaya, Malang.

Annisa. N., T. Susilawati., dan N. Isnaini. 2015. Kualitas Semen Segar dan Produksi Semen Beku Sapi Simmental pada Umur yang Berbeda. Bagian Produksi Ternak, Fakultas Peternakan Universitas Brawijaya. Malang. Ari, U. C., C. L. Necdet. Y. Savas. K. Recai and O. Yavuz. 2011. Effects of

semen collection interval on fresh and frozen semen parameters in tushin rams. Bulletin of the Veterinary Institute in Pulawy. 55: 67 - 70.

Arifiantini, R. I., T. Wresdiyati dan E.F. Retnani. 2006. Pengujian morfologi spermatozoa sapi Bali (Bos sondaicus) menggunakan pewarnaan williams. Jurnal Pengembangan Peternakan Tropis. 31: 105–110.

Campbell, J. R. dan J. F. Lasey. 1985. The Science of Animals That Serve Humanity. 3rd ed. McGraw Hill Book Company, New York.

Feradis. 2010. Bioteknologi Reproduksi pada Ternak. Alfabeta. Bandung.

Graha, N. 2005. Recovery Rate dan Longivitas Pasca Thawing Semen Beku Sapi FH (Frisian Holstein) Menggunakan Berbagai Bahan Pengencer. Skripsi. Fakultas Kedokteran Hewan. Institut Pertanian Bogor. Bogor.

Guntoro, S. 2002. Membudidayakan Sapi Bali. Penerbit Kanisius. Yogyakarta. Gunawan., D. Pamungkas dan L. Affandy. 1998. Sapi Bali Potensi, Produktivitas

dan Nilai Ekonomi. Kanisius. Yogyakarta.

Gunawan, M., F. Afiati, E.M. Kaiin, S. Said dan B. Tappa. 2004. Pengaruh media pengencer terhadap kualitas spermatozoa beku sapi PO. Dalam: Prosiding Seminar Nasional Peternakan dan veteriner. hal. 61–66.

(8)

21

Hawk, P. B., B. L. Oscar and W. H. Summer Son. 1965. Practical Phisiologycal Chemistry. Mc. Graw Hill Book Compagni. New York. Toronto London. pp. 1077-1103.

Ismaya. 2014. Boteknologi Inseminasi Buatan pada Sapi dan Kerbau. Gadjah Mada University Press. Yogyakarta.

Kusnadi, U. 2008. Inovasi Teknologi Peternakan dalam Sistem Integrasi Tanaman Ternak untuk Menunjang Swasembada Daging Sapi. Pengembangan Inovasi Pertanian 1(3): 189–205.

Mahmud, A. T. B. A. 2014. Evaluasi Kemurnian Genetik Sapi Bali di Kabupaten Barru Menggunakan DNA Penciri Mikrosatelit Lokus Inra035.

Melita, D., Adam dan D. Mulyadi. 2014. Pengaruh umur pejantan dan frekuensi ejakulasi terhadap kualitas spermatozoa Sapi Aceh. Jurnal Medika Veterinaria. 8: 15–19.

Mukminat, A., S. Suharyatib., Siswanto. 2011. Pengaruh Penambahan Berbagai Sumber Karbohidrat pada Pengencer Skim Kuning Telur Terhadap Kualitas Semen Beku Sapi Bali: 87–92.

Narato. 2009. Teknik Pengawetan dan Pewarnaan Sperma. Jakarta.

Partodihardjo. 1992. Ilmu Reproduksi Hewan. Penerbit Mutiara Sumber Widya. Jakarta.

Priyanto. L., R. I. Arifiantini., T. L. Yusuf. 2015. Deteksi Kerusakan DNA Spermatozoa Semen Segar dan Semen Beku Sapi Menggunakan Pewarnaan Toluidine Blue. 16 (1) : 48–55.

Rice, V. A. 1956. Breeding and Improvement of Animals. McGraw – Hill Book Company, New York.

Salisbury, G. W. dan N. L. VanDemark. 1985. Fisiologi Reproduksi dan Inseminasi Buatan pada Sapi. Gadjah Mada University Press. Yogyakarta. Shukla, M. K. 2011. Applied Veterinary Andrology and Frozen Semen

Technology. New India Publishing Agency. New Delhi, India.

Srigandono, B. 1996. Kamus Istilah Peternakan. Gadjah Mada University Press. Yogyakarta.

Stout. Michael A. 2004. Comparison of Epididymal and Ejaculated Sperm Collected the Same Holstein Bulls. Desertation. University of Louisiana Lafayette.

(9)

22

Sumeidiana, I., S. Wuwuh, dan E. Mawarti. 2007. Volume Semen dan Konsentrasi Sperma Sapi Simmental, Limousin dan Brahman di Balai Inseminasi Buatan Ungaran. Universitas Diponegoro Semarang.

Susilawati, T. 2013. Pedoman Inseminasi Buatan pada Ternak. Universitas Brawijaya Press. Malang.

Talib, C. K. Entwistle., A. Siregar., S. Budiarti-Turner and D. Lindsay. 1991. Survey of population and production dynamics of bali cattle and existing breeding programs in indonesia. ACIAR Proceedings No. 110 (printed version published in 2003.

Talib, C. 2002. Sapi Bali di Daerah Sumber Bibit Dan Peluang Pengembangannya. Bogor. Wartazoa 12 (3): 100–107.

(10)

23

23 Lampiran 1. Identitas Ternak dan foto ternak.

Nama Pejantan

Kode Pejantan

Tanggal lahir Bobot Badan (kg)

Lingkar Skrotum

(cm)

Body Condition

Score (BCS) Bedugul 11293 31 Desember 2012 656 29,5 4,25

Grogak 11292 22 Desember 2012 618 27,25 4,25

Penebel 11291 12 Juni 2012 655 27,25 4,25

Sapta 11288 16 Mei 2012 698 25,5 4,25

Tanjung 11289 1 Juni 2012 572 27,25 4,25

Nama Pejantan Foto

Bedugul

Grogak

(11)

24

Sapta

(12)

25

Lampiran 2. Abnormalitas Spermatozoa

Abnormalitas Foto

Abnormalitas Sekunder / Abnormalitas pada ekor

(13)

26

Lampiran 3. Viabilitas Spermatozoa

Viabilitas Foto

Sperma Hidup

Gambar

Tabel 1. Kualitas Semen Segar Sapi Bali
Tabel 2. Pemeriksaan Semen Segar Sapi Bali dengan Frekuensi Penampungan yang Berbeda.

Referensi

Dokumen terkait

diketengahkan oleh cendekiawan Islam di Malaysia yang mengenal pasti bahawa kelemahan umat Islam dewasa kini adalah disebabkan kelemahan dalam sistem pendidikan

Intervensi keperawatan yang disusun adalah dengan manajemen energi dimana dalam NIC : Energy management : Energy Management : kaji aktivitas pasien sehari- hari,

Melalui perjuangan tokoh-tokoh yang ada di dalam novel Perawan Remaja dalam Cengkeraman Militer karya Pramoedya Ananta Toer, khususnya tokoh-tokoh perempuan, dapat

Sudah terdapat beberapa penelitian yang meniliti tentang faktor-faktor yang mempengaruhi audit judgment seperti Wijayatri (2010) yang menunjukkan bahwa kompleksitas

Berdasarkan hasil pengamatan yang dilakukan pada tanggal 1 Maret 2008, konsentrasi oksigen terlarut secara umum cenderung mengalami penurunan seiring dengan bertambahnya

Nggandhul adalah persoalan garap dalam karawitan berkaitan dengan sèlèh, teknik, dan waktu, baik tabuhan atau sajian vokal yang penyajiannya tidak tepat pada nada

Untuk setiap rancakan dibutuhkan dua pasang, pengeret besar yang nantinya merupakan panjang dari rancakan tersebut dan dua pasang pengeret kecil yang

Allah, yang memanggil kamu kepada persekutuan dengan Anak-Nya Yesus Kristus, Tuhan kita, adalah setia.. Tetapi aku menasihatkan kamu, saudara- saudara, demi nama