• Tidak ada hasil yang ditemukan

ANALISIS PENGARUH KINERJA ROUTING PROTOCOL AODV DAN DSDV TERHADAP KONSUMSI ENERGI NODE PADA JARINGAN MANET

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "ANALISIS PENGARUH KINERJA ROUTING PROTOCOL AODV DAN DSDV TERHADAP KONSUMSI ENERGI NODE PADA JARINGAN MANET"

Copied!
6
0
0

Teks penuh

(1)

ANALISIS PENGARUH KINERJA ROUTING

PROTOCOL AODV DAN DSDV TERHADAP

KONSUMSI ENERGI NODE PADA JARINGAN

MANET

Nazarudin Faruk Assidiq1, Ida Nurcahyani2

Jurusan Teknik Elektro, Universitas Islam Indonesia Jl Kaliurang KM 14.5 Yogyakarta, Indonesia

1[email protected] 2[email protected]

Abstrak Mobile Ad-hoc Network (MANET) merupakan jaringan nirkabel yang tidak memiliki router terpusat dan mempunyai banyak node dimana masing-masing node memiliki fungsi sebagai host untuk terhubung ke jaringan nirkabel dan juga berfungsi sebagai mobile router yang akan melanjukan paket data yang tersedia kepada node lainnya. Masing-masing node bersifat mobile,

sehingga membutuhkan energi untuk saling

berkomunikasi. Routing merupakan suatu fungsi dari lapisan network untuk menentukan rute dari node pengirim menuju ke node penerima. MANET memiliki tiga protokol routing yaitu Table- Driven routing protocols (proactive), On- Demand routing protocols (reactive) dan Hybrid routing protocol. AODV (Ad hoc On-Demand Distance Vector) merupakan salah satu contoh routing reaktif dan DSDV (Destination Sequenced Distance Vector) merupakan contoh dari routing proaktif. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kinerja routing protocol AODV dan DSDV terhadap konsumsi energi node pada jaringan MANET. Paramater yang dianalisis adalah konsumsi energi dan energi yang tersisa. Penelitian ini menggunakan dua skenario yaitu penambahan node dan penambahan luas area. Pada hasil analisis didapatkan kesimpulan bahwa pada skenario penambahan node konsumsi energi pada AODV lebih hemat dari DSDV dengan selisih 0,887 Joules dan pada penambahan luas area konsumsi energi node pada AODV lebih hemat daripada DSDV dengan rasio perbandingan konsumsi energi sebesar 0,1%.

Kata kunci— MANET, AODV, DSDV, Konsumsi energi, Energi yang tersisa

I. PENDAHULUAN

Kemajuan teknologi yang memberikan banyak pilihan baru dimana jaringan nirkabel dapat membangun jaringan nirkabel dan mengelola sendiri. Mobile Ad-hoc Network

(MANET)merupakan jaringan nirkabel yang tidak memiliki

router terpusat dan mempunyai banyak node dimana masing-masing node memiliki fungsi sebagai host untuk terhubung ke jaringan nirkabel dan juga berfungsi sebagai mobile router

yang akan melanjutkan paket data yang tersedia kepada node

lainnya. Routing merupakan suatu fungsi dari lapisan network

untuk menentukan rute dari node pengirim menuju ke node

penerima. Peran routing protocol di MANET untuk untuk mengatasi node-node dengan sumber daya terbatas. Routing

merupakan suatu fungsi dari lapisan network untuk menentukan rute dari node pengirim menuju ke node

penerima. AODV (Ad hoc On-Demand Distance Vector)

merupakan salah satu contoh routing reaktif dan DSDV (Destination Sequenced Distance Vector) merupakan contoh dari routing proaktif.

Beberapa karakteristik pada MANET adalah node mobility, topologi yang dinamis, dan otonomi jaringan. Pada MANET node-node selalu bergerak bebas, setiap node dapat saling berkomunikasi dalam lingkup sinyal karena masing-masing node dapat memancarkan sinyal dalam radius tertentu. MANET juga memiliki sifat topologi yang dinamis karena dalam MANET tidak dibutuhkannya access point dan node-node yang selalu aktif bergerak kemana saja maka topologi jaringan pada MANET tidak dapat di prediksi. Pada MANET juga node-node dapat berperan selain sebagai router juga sebagai penerima paket data.

Beberapa masalah yang sering terjadi pada jaringan MANET adalah sumber energi node yang terbatas. Karena masing-masing node yang bersifat mobile sehingga membutuhkan energi untuk saling berkomunikasi dengan

node lainnya. Karena ketika energi pada node-node habis, node-node tidak bisa melakukan komunikasi dengan node

lainnya untuk mengirim dan menerima paket data. Maka dari itu dalam pemilihan routing protocol sebaiknya mempertimbangkan konsumsi energi pada node dahulu sehingga dapat memastikan node-node dapat bertahan ketika saling berkomunikasi.

(2)

Penelitian [1] mengatakan bahwa konsumsi energi dan masa pakai routing protocol DSDV lebih baik daripada routing protocol AODV karena disebabkan oleh mobilitas

node dan jumlah paket yang diproses di setiap protokol.

Ad Hoc On -Demand Distance Vector atau AODV merupakan kombinasi dari DSR (Dynamic Source Routing) dan DSDV (Destination Sequenced Distance Vector). AODV merupakan jenis routing protocol on demand. Protokol ini menggunakan mekanisme dari DSR yaitu Route Discovery

dan Route Maintenance, kemudian melibatkan hop–by-hop routing, periodic beacon, sequenced numbers pada DSDV [2].

Penelitian ini berfokus kepada bagaimana pengaruh kinerja routing protocol AODV dan DSDV terhadap konsumsi energi pada jaringan MANET dengan menggunakan perangkat lunak Network Simulator NS-3.27. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis dan membandingkan konsumsi energi dan energi yang tersisa oleh routing protocol AODV dan DSDV pada jaringan MANET.

II. TINJAUAN PUSTAKA A. MANET (Mobile Ad-Hoc Network

Mobile Ad-hoc Network (MANET) adalah gabungan

node-node yang dapat saling berkomunikasi tanpa memerlukan infrastruktur. Masing-masing node dapat berperan sebagai host yang terhubung ke jaringan nirkabel dan juga dapat sebagai mobile router yang melanjutkan paket data yang tersedia kepada routing protocol yang digunakan.

MANET memiliki karakteristik topologi yang dinamis yang menyebabkan node-node pada MANET bergerak bebas kapan saja dan kemana saja. Gambar 2.1 menjelaskan konfigurasi pada MANET.

GAMBAR 2.1KONFIGURASI MANET

B. Routing Protocol

Routing merupakan suatu fungsi dari lapisan network

untuk menentukan rute dari node pengirim menuju ke node

penerima. Fungsi lain dari routing protocol pada MANET

adalah dapat melakukan adaptasi terhadap perubahan topologi dan trafik yang disebabkan oleh pergerakan node secara acak.

C. Routing Protocol proactive

Routing protocol proactive berupaya untuk menyediakan informasi routing yang selalu up to date di setiap node. Pada setiap node wajibkan untuk mempunyai satu atau lebih tabel untuk menyimpan informasi routing.

Destination Sequenced Distance Vector (DSDV) merupakan Routing Protocol routing proaktif atau table-driven untuk mengatasi routing loop. Pada DSDV, mengirimkan pesan ke jaringan menggunakan sequenced number. Sequenced number juga digunakan pada saat adanya perubahan dalam jaringan, hal ini terjadi karena DSDV menggunakan tablerouting yang juga merupakan sifat dari

routing proaktif yang akan selalu memperbarui informasi secara periodik. Pada saat melakukan update rute, DSDV menggunakan time-driven dan event driven.

DSDV membutuhkan konsumsi energi yang cukup besar karena sifat DSDV yang merupakan routing proaktif dimana DSDV harus selalu memperbaharui routing table secara periodik. Gambar 2.3 menjelaskan cara kerja DSDV [6].

GAMBAR 2.2CARA KERJA DSDV

Dalam Gambar 2.3 menjelaskan cara kerja dari

routing DSDV. DSDV dikenal dimana node sumber yang mengirim paket ke jalur disimpan dalam routing table dan

node lainnya melakukan pembaruan dari routing table mereka. Pada waktu pengiriman paket DSDV sangat kecil daripada routing reaktif karena pada routing reaktif node

pertama melakukan pencarian rute daripada mengirimkan paket. Pada pemeliharaan tabel dalam DSDV sangat mahal ketika ukuran jaringan yang terlalu besar [6].

D. Routing protocol reactive

Pada kelas ini, routing dibuat ketika node sumber membutuhkannya. Pada saat node sumber membutuhkan

routing ke suatu node tujuan, maka akan dilakukan proses

route discovery dalam jaringan. Setelah didapatkan rute, dilakukan proses route maintenance.

Ad hoc On demand Distance Vector merupakan distance vector routing protocol reaktif yang menggunakan metodologi hop-to-hop. Protokol AODV hanya bekerja jika ada request suatu rute. Ketika sebuah node ingin mengetahui rute ke tujuan tertentu, maka akan tercipta permintaan route. Permintaan rute akan dilanjutkan oleh node intermediate

yang membuat rute terbalik untuk dirinya sendiri untuk tujuan.

AODV memiliki route discovery dan route maintenance. Pada Route Discovery terdapat pesan Route Request (RREQ) dan Route Reply (RREP).Route Maintenance terdapat pesan

Route Error (RRER). 3

4

1

2 5

(3)

Ketika ada permintaan pengiriman paket data, maka route request (RREQ) akan disebarkan ke node yang ada disekitarnya. Jika RREQ mencapai node dengan rute tujuan, maka selanjutnya akan diteruskan oleh Route Reply (RREP) ke node sumber. ketika node telah menerima RREP, maka

node tersebut akan mengirimkan RREP lagi ke destination sequenced number. Jika pesan benar maka akan dilanjutkan RREP [3]. Gambar 2.3 menjelaskan cara kerja dari RREQ.

GAMBAR 2.3CARA KERJA RREQ

Selama pemeliharaan rute, route error akan bekerja ketika terjadinya pemutusan rute atau rute tidak dapat terdeteksi. Maka dilakukan route maintenance. RRER akan menyebarkan kesalahan rute kepada node sumber [3]. Gambar 2.4 adalah cara kerja RREP pada AODV.

GAMBAR 2.4CARA KERJA RREP E. Network Simulator 3

NS3 adalah network simulator yang bersifat open source yang digunakan untuk mensimulasikan jaringan komputer. Dikembangkan dengan Bahasa C++, NS3 pertama kali dikenalkan pada tahun 2008 [4]. Tujuan dari adanya proyek NS3 ini adalah untuk mengembangkan, lingkungan simulasi terbuka untuk penelitian dalam bidang networking.

NS3 bukan merupakan kelanjutan dari NS2. Salah satu alasan kenapa menggunakan NS3 adalah untuk belajar bagaimana jaringan bekerja. Banyak fitur-fitur yang terdapat pada NS3

untuk mensimulasikan jaringan. Salah satu contoh adalah jaringan pada MANET. Karenanya, NS3 bersifat open source. Maka kita bisa menambah fungsi-fungsi baru core

dalam NS3. Salah satu fitur yang membedakan NS3 dengan

tools lainnya adalah NS3 beroperasi pada sistem Linux, walaupun support juga pada FreeBSD, Cygwin (untuk

windows). Untuk melihat hasil dari simulasi dengan menggunakan NS3 dapat ditampilkan berupa grafik sehingga memudahkan ketika menganalisis hasil [4].

III. METODE PENELITIAN A. Perancangan Program

Gambar 3.2 menjelaskan alur perancangan program yang dilakukan peneliti. Penelitian ini menggunakan NS-3.27. Perancangan program yang terdiri dari menjalankan perintah NS-3.27, konfigurasi parameter jaringan, pembuatan node,

menentukan jenis protokol, menentukan energi awal, lalu program dijalankan, ketika hasil simulasi keluar, kemudian lanjut ke tahap pengambilan data.

BAGAN 3.1PERANCANGAN PROGRAM

s D RREQ RREP S D

X

DATA RREP Menjalankan perintah NS-3.27 Mulai

Konfigurasi parameter program

Menentukan jenis protokol Pembuatan node

Hasil simulasi keluar ?

Selesai Menentukan energi awal

Menjalankan program

Pengambilan data dan analisis data Tidak

(4)

TABEL 3.1PARAMETER SIMULASI

Energi awal yang digunakan diasumsikan bahwa baterai pada node yang digunakan adalah Alkalin tipe AA dengan tegangan 1.5 V dan arus yang konstan sebesar 1.5 Ma dan jangka waktu hidup sekitar 170 jam [5]. Persamaan untuk menghitung energi awal yang dikeluarkan adalah sebagai berikut :

Energi (dalam Joules) = Power (dalan Watt) x waktu (dalam detik)

ENERGI (DALAM JOULES)=

(1.5𝑥15𝑥10−3)𝑊𝑎𝑡𝑡𝑥(170𝑥300)𝑑𝑒𝑡𝑖𝑘 (3.1)

ENERGI (DALAM JOULE)=1147JOULES

Energi awal yang digunakan untuk melakukan simulasi sebesar 1147 Joules Simulasi ini berjalan selama lima menit. Peneliti melakukan simulasi waktu lima menit karena dari kinerja laptop peneliti yang memiliki keterbatasan. Keterbatasan spesifikasi laptop yang digunakan oleh peneliti juga mempengaruhi simulasi yang dilakukan peneliti karena peneliti menggunakan software virtual machine untuk menjalankan dual OS dalam satu laptop sehingga RAM dan memory terbagi menjadi dua. Hal ini membuat kinerja laptop yang kurang dan membutuhkan waktu yang cukup lama untuk menjalankan simulasi.

B. Menentukan node

Pada tahap ini, node digunakan sebanyak 50, 100 node

pada masing-masing routing protocol. Penambahan node

pada setiap percobaan berfungsi untuk menganalisis konsumsi energi dan energi yang tersisa pada protokol

routing AODV dan DSDV pada jaringan MANET. Jenis

node yang digunakan adalah random waypoints.

Random waypoints adalah salah satu jenis node yang paling umum digunakan dalam komunitas riset. Node-node

akan bergerak secara acak untuk memilih tujuannya sendiri dengan kecepatan secara acak [6]. Gambar 3.3 adalah model dari random waypoints.

BAGAN 3.2MODEL RANDOM WAYPPOINTS

C. Menentukan protokol

Pada tahap menentukan protokol, peneliti menggunakan jenis protokol UDP (User Datagram Protocol). Pada NS3 terdapat protokol TCP dan UDP, tetapi peneliti hanya menggunakan protokol UDP.

D. Menentukan jenis jaringan

Pada proses jenis jaringan, peneliti menggunakan jaringan WLAN dengan standar 802.11b dengan datarate

sebesar 11Mbps dan frekuensi 2.4 GHz hingga jangkauan 300 meter dengan lingkungan outdoor.

E. Konsumsi energi node

Konsumsi energi node adalah energi yang digunakan oleh node untuk saling berkomunikasi. Ketika simulasi berjalan, node-node pada jaringan MANET berkomunikasi dengan node lainnya untuk mengirim dan menerima paket data.

F. Energi yang tersisa

Energi yang tersisa adalah energi yang belum digunakan oleh node-node pada saat simulasi telah berakhir. Ketika simulasi berjalan, node-node akan bergerak untuk saling berkomunikasi mengirim data dan menerima data. Pada saat itulah peran konsumsi energi bekerja pada masing-masing node dan ketika simulasi berakhir, energi yang belum digunakan node-node adalah yang dinamakan energi yang tersisa. Persamaan untuk menghitung energi yang tersisa adalah sebagai berikut:

𝑅𝑒𝑚𝑎𝑖𝑛𝑖𝑛𝑔𝑒𝑛𝑒𝑟𝑔𝑦=𝐼𝑛𝑖𝑡𝑖𝑎𝑙𝑒𝑛𝑒𝑟𝑔𝑦–𝑒𝑛𝑒𝑟𝑔𝑦𝑐𝑜𝑛𝑠𝑢𝑚𝑒𝑑(3. 2)

Parameter Simulasi Nilai

Jumlah node 50,100

Bandwidth 11Mbps

Simulasi area 100x100 m, 300x300 m

Jenis node Random way point

Jenis protokol UDP

Routing protocol AODV, DSDV

Sistem komunikasi MAC/IEEE 802.11b Maximum packet size 1024

Energi awal 1147 Joules

Parameter jaringan Konsumsi energi dan energi yang tersisa 9 5 2 6 4 10 7 3 1 8

(5)

IV. HASIL DAN ANALISIS A. Skenario pertama

Skenario yang pertama adalah penambahan node 50 dan 100 dengan luas area 100x100 meter.

GRAFIK 4.1KONSUMSI ENERGI DENGAN 50NODE

Grafik 4.1 menunjukan energi yang dikonsumsi oleh

routing AODV lebih rendah daripada DSDV dengan selisih energi sebesar 0.68 Joules.

GRAFIK 4.2KONSUMSI ENERGI DENGAN 100NODE

Grafik 4.2 menunjukan konsumsi energi pada routing protocol AODV lebih hemat daripada DSDV. Hal tersebut karena ketika simulasi berhenti pada menit kelima, total konsumsi energi yang digunakan oleh AODV sebesar 245.485 Joules. Sedangkan total konsumsi energi yang digunakan pada DSDV ketika simulasi berhenti sebesar 246.372 Joules dengan selisih sebesar 0.887 Joules lebih besar daripada AODV.

TABLE 4.1RASIO KONSUMSI ENERGI

Tabel 4.1 menunjukan rasio konsumsi energi dengan skenario pertama penambahan 50 dan 100 node pada luas area 100x100 meter. Dapat dilihat bahwa perbandingan rasio konsumsi energi pada 50 node sebesar 0,07% dimana konsumsi energi node pada AODV lebih sedikit dari DSDV. Perbandingan rasio konsumsi energi pada 100 node sebesar 0,09% dimana pada AODV lebih sedikit daripada DSDV.

B. Skenario kedua

Skenario yang kedua adalah penambahan luas area 300x300 meter dan menggunakan 50, dan 100 node. Gambar 4.5 menunjukan perbandingan konsumsi energi dengan menggunakan 50 node. Selanjutnya pada Gambar 4.6 menunjukan perbandingan konsumsi energi dengan menggunakan 100 node. Pada Gambar 4.7 menganalisis perbandingan energi yang tersisa dengan 50 node. Pada Gambar 4.8 menunjukan energi yang tersisa dengan 100

node.

GRAFIK 4.5KONSUMSI ENERGI DENGAN 50NODE

Grafik 4.5 menunjukan perbandingan konsumsi energi dengan luas area 300x300m dan menggunakan 50

node. Setelah diamati dari simulasi berjalan pada menit pertama hingga menit kelima, didapatkan kesimpulan bahwa konsumsi energi pada routing protocol AODV lebih hemat

Routing protocol Node Energi yang tersisa Rasio konsumsi energi (%) AODV 50 901,275 24,52% DSDV 50 901,046 24,59% AODV 100 901,515 24,54% DSDV 100 900,628 24,63% 49.2917 98.491 147.692 196.892 245.275 49.656 98.9326 148.234 197.524 245.954 0 200 1 2 3 4 5 ENERGI (JOULES) W A KT U (ME N IT ) DSDV AODV 49.34 98.57 147.819 197.064 245.485 50.199 99.67 149.08 198.493 246.372 0 50 100 150 200 250 300 1 2 3 4 5 Joules Wa kt u (m en it) DSDV AODV 49.287 98.456 147.658 196.858 245.241 49.438 99.101 148.246 197.544 245.995 0 50 100 150 200 250 300 1 2 3 4 5 Joules Wa kt u (m en it) DSDV AODV

(6)

daripada DSDV. Hal tersebut karena ketika simulasi berhenti pada menit kelima, total konsumsi energi yang digunakan oleh AODV sebesar 245.241 Joules.

Sedangkan total konsumsi energi yang digunakan pada DSDV ketika simulasi berhenti sebesar 245.995 Joules

dengan selisih sebesar 0.754 Joules lebih besar daripada AODV.

GRAFIK 4.6KONSUMSI ENERGI DENGAN 100NODE

Grafik 4.6 adalah menunjukan perbandingan konsumsi energi dengan luas area 300x300 m dan menggunakan 100 node. Setelah diamati dari simulasi berjalan pada menit pertama hingga menit kelima, didapatkan kesimpulan bahwa konsumsi energi pada routing protocol

AODV lebih hemat daripada DSDV. Hal tersebut karena ketika simulasi berhenti pada menit kelima, total konsumsi energi yang digunakan oleh AODV sebesar 245.44 Joules. Sedangkan total konsumsi energi yang digunakan pada DSDV ketika simulasi berhenti sebesar 246.48 Joules dengan selisih sebesar 1.04 Joules lebih besar daripada AODV.

TABEL 4.2RASO KONSUMSI ENERGI Routing protocol Node Energi yang tersisa Rasio konsumsi energi (%) AODV 50 901,757 24,52% DSDV 50 901,005 24,59% AODV 100 901,56 24,54% DSDV 100 900,518 24,64%

Tabel 4.2 menunjukan rasio konsumsi energi pada skenario kedua yaitu penambahan luas area. Dapat dilihat bahwa pada saat percobaan pertama dengan menggunakan 50

node, rasio perbandingan konsumsi energi antara AODV dan DSDV sebesar 0,07%. Pada percobaan kedua dengan menggunakan 100 node, rasio perbandingan konsumsi energi antara AODV dan DSDV sebesar 0,01%.

V. KESIMPULAN

Setelah melakukan penelitian ini, maka dapat diambil kesimpulan bahwa pada skenario penambahan node dan penambahan luas area, konsumsi energi routing protocol

AODV lebih hemat daripada DSDV pada jaringan MANET. AODV merupakan routing protocol reaktif dimana ketika luas area yang digunakan semakin kecil, maka konsumsi energi yang digunakan semakin rendah karena hop yang digunakan semakin pendek. Sedangkan DSDV merupakan

routing protocol proaktif dimana DSDV terlihat lebih boros karena sifat DSDV yang akan selalu memperbaharui routing table secara periodik.

DAFTAR PUSTAKA

[1] H. Oudani, S. Krit, L. El Maimouni, and J. Laassiri, “Energy Consumption in Wireless Sensor Network : Simulation and Compartative Study of Flat and Hierarchical Routing,IADIS Int. J. Comput. Sci. Inf. Syst., vol. 12, no. 1, pp. 109–125, 2017.

[2] P. S. Karadge and S. V Sankpal, “A Performance Comparison of Energy Efficient AODV Protocols in Mobile Ad hoc Networks,” Int. J. Adv. Res. Comput. Commun. Eng., vol. 2, no. 1, pp. 1000–1004, 2013. [3] D. U. Purba, R. Primananda, and K. Amron,

“Analisis Kinerja Protokol Ad Hoc On-Demand Distance Vector ( AODV ) dan Fisheye State Routing

( FSR ) pada Mobile Ad Hoc Network,” Pengemb. Teknol. Inf. dn Ilmu Komput., vol. 2, no. 7, pp. 2626– 2634, 2018.

[4] D. Irawan, “Simulasi Model Jaringan Mobile Ad-Hoc ( Manet ) Dengan Ns-3,” Badan Pengkaj. dan Penerapan Teknol. Jakarta. J. Konf. Nas. Sist. dan Inform. 2011; Bali, Novemb. 12, 2011., pp. 335–339, 2011.

[5] R. M. Hutabarat, V. Suryani, and N. D. W. Cahyani, “Analisis Perbandingan Performansi Routing Protokol Destination Sequenced Distance Vector ( Dsdv ) Dan Zone Routing Protocol ( Zrp ) Pada Jaringan Hybrid Ad-Hoc Wireless,” 2011.

[6] N. Mehta and M. Shah, “Performance Evaluation of Efficient Routing Protocols in Delay Tolerant Network under Different Human Mobility Models,

vol. 8, no. 1, pp. 169–178, 2015. 49.259 98.529 147.776 197.019 245.44 49.989 99.686 149.183 198.589 246.482 0 50 100 150 200 250 300 1 2 3 4 5 Joules Wa kt u (m en it) DSDV AODV

Gambar

Gambar  3.2  menjelaskan  alur  perancangan  program  yang dilakukan peneliti. Penelitian ini menggunakan NS-3.27
Tabel 4.1 menunjukan rasio konsumsi energi  dengan  skenario  pertama  penambahan  50  dan  100  node  pada  luas  area 100x100 meter
Tabel  4.2  menunjukan  rasio  konsumsi  energi  pada  skenario  kedua  yaitu  penambahan  luas  area

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan latar belakang di atas, peneliti menyusun sebuah penelitian tindakan bimbingan konseling dengan judul “Peningkatan Kepercayaan Diri dalam Presentasi

Hasil penelitian ini menunjukkan substrat pasir sangat halus memiliki tingkat kekasaran, kekerasan dan ukuran diameter fraksi lebih besar dari pada substrat pasir berlumpur..

Sesuai dengan pokok permasalahan yang telah diuraikan, maka tujuan penelitian ini adalah untuk mengatahui pengaruh perekrutan terhadap kinerja karyawan pada PT Perkebunan

• Animasi Sel (seluloid) • Animasi Frame • Animasi Sprite • Animasi Lintasan • Animasi Spline • Animasi Vektor • Animasi Karakter • Animasi Komputasional • Morphing 5

penelitian ini dapat menjadi acuan pembuatan kapal yang baik dan dengan menggunakan standar dan metode yang telah dianjurkan dan sebagai pertimbangan faktor

e) Apabila di kabupaten yang bersangkutan tidak dimobilisasi FM HID dikarenakan hanya menangani 1 (satu) desa sasaran HID , maka FK selain bertanggungjawab dalam proses perencanaan

Pembahasan ini dibagi menjadi tiga bagian, yakni bagian tahapan menjalankan aplikasi untuk analisis, penjelasan mengenai hasil analisis website dengan menggunakan

Perolehan kadar asam lemak tidak jenuh dari hasil penelitian (Tabel 14) yang telah dilakukan untuk berbagai variabel waktu dan penambahan air terhadap buah sawit sisa sortiran