• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengantar. September 2010 Sekretaris KPAN. Dr. Nafsiah Mboi, Sp.A, MPH 2

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Pengantar. September 2010 Sekretaris KPAN. Dr. Nafsiah Mboi, Sp.A, MPH 2"

Copied!
20
0
0

Teks penuh

(1)
(2)

2

Pengantar

Peta epidemi HIV secara nasional memperlihatkan dimana konsentrasi penyakit itu terjadi di Indonesia. Informasi ini dalam perencanaan strategik diperlukan untuk menetapkan muatan program dan ke wilayah mana program tersebut harus ditujukan. Strategi dan Rencana Aksi Nasional (SRAN) Penanggulangan AIDS di Indonesia 2010 – 2014

menggunakan pendekatan yang komprehensif, yaitu pencegahan, pengobatan, mitigasi dampak dan penguatan sistem kesehatan dan komunitas. Untuk dapat mencapai MDG Goal 6, maka pencegahan penularan HIV mutlak harus

ditingkatkan, sehingga peta rawan terjadinya infeksi HIV menjadi lebih penting lagi, yang menunjukkan dimana daerah konsentrasi populasi kunci. Peta ini dipakai untuk menetapkan kegiatan program yang spesifik, menetapkan di mana program tersebut akan diimplementasikan, dan menetapkan di mana pula lokasi pemantauan harus dilakukan untuk senantiasa dapat melihat apakah proses pencegahan tersebut telah terjadi.

Perlu dicermati bahwa informasi yang disajikan belum sepenuhnya bebas dari ketidak-akuratan mengingat data estimasi yang dipakai mempunyai beberapa kekurangan. Namun informasi dalam dokumen ini cukup memadai untuk dapat menetapkan kabupaten dan kota prioritas. Dalam pelaksanaannya, penanggulangan AIDS di suatu kabupaten atau kota dilengkapi dengan rencana aksi yang didahului oleh pemetaan yang lebih mendekati kenyataan untuk mengarahkan kemana, kepada siapa dan kapan kegiatan program harus dilakukan untuk benar-benar dapat menjangkau populasi sasaran.

Itulah yang menjadi tujuan pokok dibuatnya dokumen peta epidemi HIV di Indonesia ini. Kiranya dokumen ini dapat digunakan pula oleh pihak-pihak yang berkaitan, untuk kepentingan kerja sama yang erat agar dapat lebih

mengintensifkan lagi program penanggulangan AIDS di Indonesia. Dengan senang hati akan kami terima bila ada masukan bagi penyempurnaan dokumen ini, demi perbaikan program ke depan.

Terima kasih disampaikan kepada Kementerian Kesehatan RI dari mana data diperoleh mengenai estimasi populasi dewasa rawan terinfeksi HIV tahun 2009, dan kepada tim monev Sekretariat KPAN yang telah melakukan analisis lanjut dan menyusun dokumen yang penting ini di tahun 2010.

September 2010 Sekretaris KPAN

(3)

Daftar Isi

1. Pengantar

2. Daftar Isi

3. Daftar Singkatan

4. Peta Epidemi HIV di Indonesia

5. Peta distribusi jumlah WPS di Indonesia

6. Peta distribusi jumlah Penasun di Indonesia

7. Peta distribusi jumlah LSL di Indonesia

8. Peta Epidemi HIV di Indonesia

(Atas Dasar Prevalensi HIV Pada WPS dan Populasi Umum)

7. Peta Epidemi HIV di 10 Prov dan 132 kabupaten/kota di Wilayah Sumatera

8. Peta Epidemi HIV di 5 Prov dan 122 kabupaten/kota di Wilayah Jawa – Bali

9. Peta Epidemi HIV di Wilayah Sumatera, Jawa dan Bali

10. Peta Epidemi HIV di 10 Prov dan 114 k/k di Wil Kalimantan – Sulawesi

11. Peta Epidemi HIV di 6 Prov dan 70 kabupaten/kota di Wil Indonesia Timur

(4)

Daftar Singkatan

AIDS

Acquired Immuno Deficiency Syndrome

GF

Global Fund

HIV

Human Immunodeficiency Virus

HR

Harm Reduction

(pengurangan dampak buruk akibat

penggunaan napza suntik)

SSF

Single Stream of Funding

LSL

Lelaki Seks dengan Lelaki

ODHA

Orang Dengan HIV AIDS

Penasun

Pengguna Napza Suntik

PMTS

Pencegahan HIV Melalui Transmisi Seksual

SRAN 2010 – 2014

Strategi dan Rencana Aksi Nasional Penanggulangan AIDS 2010 –

2014

STHP

Surveilens Terpadu HIV dan Perilaku

WPS

Wanita Pekerja Seks

(5)

Tingkat epidemi HIV di Indonesia telah diperkirakan berdasarkan

estimasi jumlah populasi dewasa rawan terinfeksi HIV tahun 2009.

Tingkat epidemi tsb berbeda-beda antar provinsi. Umumnya Indonesia

telah berada pada epidemi terkonsentrasi (Prevalensi HIV di populasi

kunci > 5%, perkiraan di populasi umum 0,2%), sementara Papua dan

Papua Barat sudah memasuki epidemi umum (Prevalensi HIV di

populasi umum > 1%, STHP 2006 menunjukkan angka 2,4%).

Upaya pencegahan dan penanggulangan HIV dan AIDS dilakukan

berdasarkan situasi epidemi tsb di atas. Mulai pertengahan 2010,

untuk pertama kalinya Indonesia melaksanakan Program

Penanggulangan AIDS yang bersifat komprehensif dan menyeluruh

untuk 33 provinsi di 137 kab/kota, sesuai Strategi dan Rencana Aksi

Nasional 2010-2014. Dukungan dana GF dalam format SSF Grup A

diberikan untuk 12 provinsi, SSF Grup B untuk 11 provinsi, dan SSF

Grup C untuk 10 provinsi.

(6)

Peta Epidemi HIV di Indonesia

dan Distibusi Provinsi dengan Dukungan Dana GF

Estimasi jumlah ODHA 2009: 186.257 orang

Estimasi Prev. HIV pada Pend Dewasa,

2009 Estimasi Jumlah ODHA 2009 A A A A A A A A A A A A B B B B B B B B B B B C C C C C C C C C C

A = SSF Grup A: Sumut, Riau, Sumsel, Kepri, DKI, Jabar, Jateng, Jatim, Bali, Sulsel, Papua, Papua Barat B = SSF Grup B: Sumbar, Lampung, DIY, Banten, Kalbar, Kalsel, Kaltim, Sulut, NTB, NTT, Maluku C = SSF Grup C: NAD, Jambi, Bengkulu, Babel, Kalteng, Sulteng, Sultra, Sulbar, Gorontalo, Malut

Sumber data: Estimasi Populasi Dewasa Rawan Terinfeksi HIV 2009, Kemkes RI

(7)

Peta rawan infeksi HIV berdasarkan distribusi jumlah populasi kunci di

Indonesia, telah dipakai sebagai dasar untuk merancang program

pencegahan penularan HIV. Peta tersebut menggambarkan distribusi

populasi yang paling rawan terinfeksi HIV, yaitu WPS, Penasun dan LSL.

Program ‘Pencegahan HIV Melalui Transmisi Seksual’ (PMTS), suatu

program intervensi struktural yang komprehensif, telah dikembangkan

dan ditujukan pada semua kelompok populasi kunci. PMTS untuk WPS

akan dilakukan di 33 provinsi di 137 kab/kota sampai dengan tahun

2015.

Perubahan perilaku seksual berisiko dipantau melalui survei cepat

setahun sekali, dengan indikator perubahan perilaku yang terjadi pada

WPS. Terdapat 13 kab/kota sebagai lokasi pemantauan WPS yang

(8)

8

Peta distribusi jumlah WPS di Indonesia

dan kab/kota lokasi pemantauan perubahan perilaku

(9)

Peta rawan infeksi HIV berdasarkan distribusi jumlah Penasun di

Indonesia, telah dipakai sebagai dasar untuk merancang program

pencegahan penularan HIV yang terjadi melalui pertukaran alat

suntik. Program tsb adalah Pengurangan Dampak Buruk

Penggunaan Napza Suntik (lebih dikenal sebagai HR –

Harm

Reduction

). Program HR yang dijalankan bersifat komprehensif di 20

provinsi (DKI, Jatim, Jabar, Jateng, Sumut, Banten, Bali, Sumsel,

Sulsel, Kalbar, Sulut, NTB, Kepri, Riau, DIY, Jambi, Lampung, Sumbar,

NTT, Kaltim).

Perubahan perilaku Penasun dipantau melalui survei cepat setahun

sekali. Terdapat 9 kota sebagai lokasi pemantauan yang diharapkan

dapat menggambarkan situasi Indonesia.

(10)

10

Peta distribusi jumlah Penasun di Indonesia

dan kota lokasi pemantauan perubahan perilaku

(11)

Peta rawan infeksi HIV berdasarkan distribusi jumlah LSL di

Indonesia juga dibuat sebagai dasar merancang program

pencegahan. Sebagai penjabaran SRAN 2010-2014, telah

dikembangkan program komprehensif bagi kalangan Gay, Waria dan

LSL lainnya.

Perubahan perilaku LSL direncanakan dipantau melalui survei cepat

setahun sekali di 10 lokasi terpilih (Medan, Batam, Pekanbaru,

Jakbar, Bandung, Yogyakarta, Surabaya, Denpasar, Balikpapan dan

Makassar) yang diharapkan dapat menggambarkan situasi

(12)

Peta distribusi jumlah LSL di Indonesia

serta kota lokasi program dan pemantauan perubahan perilaku

Estimasi jumlah LSL: 695.026 orang

Estimasi jumlah LSL 2009

Sumber data: Estimasi Populasi Dewasa Rawan Terinfeksi HIV 2009, Kemkes RI

Pemetaan dilakukan oleh KPAN, 2010. Catatan: Pemetaan dilakukan untuk 33 provinsi dan 440 kabupaten/kota

(13)

Lebih lanjut peta epidemi HIV dapat dibuat berdasarkan prevalensi

HIV pada WPS dan prevalensi HIV pada populasi umum. Melalui

peta ini dapat dikaji lebih lanjut hubungan geografis antar kab/kota

di seluruh Indonesia yang dinamikanya sangat beragam. Keeratan

hubungan ini antara lain dapat dipengaruhi oleh arus transportasi

darat antara Bali dan NAD, transportasi laut seputar Kalbar dan

Kepri serta transportasi laut di kawasan Indonesia Timur. Begitu

pula agaknya mobilitas WPS serta pelanggannya di Kalimantan dan

provinsi lainnya berkaitan dengan dinamika pekerjaan

(14)

Peta Epidemi HIV di Indonesia

(Atas Dasar Prevalensi HIV Pada WPS dan Populasi Umum)

Prev HIV pada WPS < 5%

Prev HIV pada WPS >= 5 % & pada populasi umum (15 +) < 1% Prev HIV pada WPS >= 5% & atau pada populasi umum (15 +) >= 1%

Keterangan

Sumber data: Estimasi Populasi Dewasa Rawan Terinfeksi HIV 2009, Kemkes RI

Pemetaan dilakukan oleh KPAN, 2010. Catatan: Pemetaan dilakukan untuk 33 provinsi dan 440 kabupaten/kota

(15)

Prev HIV pada WPS < 5%

Prev HIV pada WPS >= 5 % & pada populasi umum (15 +) < 1%

Keterangan

Peta Epidemi HIV di 10 Prov dan 132 kab/kota di Wil Sumatera

(16)

Peta Epidemi HIV di 5 prov dan 122 kab/kota di Wil Jawa – Bali

(Atas Dasar Prevalensi HIV Pada WPS dan Populasi Umum

)

Prev HIV pada WPS < 5%

Prev HIV pada WPS >= 5 % & pada populasi umum (15 +) < 1% Prev HIV pada WPS >= 5% & atau pada populasi umum (15 +) >= 1%

Keterangan

Jakarta Pusat

Sumber data: Estimasi Populasi Dewasa Rawan Terinfeksi HIV 2009, Kemkes RI

Pemetaan dilakukan oleh KPAN, 2010. Catatan: Pemetaan dilakukan untuk 33 provinsi dan 440 kabupaten/kota

(17)

Peta Epidemi HIV di Wil Sumatera, Jawa dan Bali

(Dilengkapi dengan jalur transportasi darat dan lokasi pelabuhan laut,

serta kabupaten/kota dukungan GF)

Prev HIV pada WPS < 5%

Prev HIV pada WPS >= 5 % & pada populasi umum (15 +) < 1% Prev HIV pada WPS >= 5% & atau pada populasi umum (15 +) >= 1%

(18)

Prev HIV pada WPS < 5%

Prev HIV pada WPS >= 5 % & pada populasi umum (15 +) < 1%

Keterangan

Peta Epidemi HIV di 10 Prov dan 114 kab/kota di Wil Kalimantan – Sulawesi

(Atas Dasar Prevalensi HIV Pada WPS dan Populasi Umum

)

Sumber data: Estimasi Populasi Dewasa Rawan Terinfeksi HIV 2009, Kemkes RI

Pemetaan dilakukan oleh KPAN, 2010. Catatan: Pemetaan dilakukan untuk 33 provinsi dan 440 kabupaten/kota

18

(19)

Prev HIV pada WPS < 5%

Prev HIV pada WPS >= 5 % & pada populasi umum (15 +) < 1% Prev HIV pada WPS >= 5% & atau pada populasi umum (15 +) >= 1%

Keterangan

Peta Epidemi HIV di 6 Prov dan 70 kab/kota di Wil Indonesia Timur

(20)

Referensi

Dokumen terkait

The cegis procedure depends on an inductive synthesizer to generate candidate implementations from a small set of inputs, and a validation procedure to produce counterexam- ple

Pra Produksi merupakan elemen kerja terpenting dalam pembuatan Film Dokumenter, karna pada proses inilah yang menentukan sukses atau tidaknya produksi film

 %ika peserta didik menjawab namun kurang jelas atau tepat sesuai dengan kajian teori pada buku pembelajaran. Sk)r  %ika peserta didik menjawab tidak sesuai dengan kajian

- Menimbang, bahwa selanjutnya dalam mempertimbangkan suatu perbuatan pidana, sebelum menjatuhkan pidana terhadap diri Para Terdakwa, maka dalam hukum pidana terdapat dua hal

Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa pembelajaran dengan metode praktikum pembuatan nata de pina dapat diterapkan pada materi bioteknologi yang

banyak 500 biji hanya menghasilkan 32,04 gr, sedangkan biji yang masih utuh menghasilkan berat biji 52,2 gr. Dari hasil menunjukkan bahwa berat biji yang utuh nilai

peneroka itu barkahwin lebih dari eeorang, iateri yang berhak manari•a harta aapencarian ialah, die meati maauk ke rancangan. rELDA bereama dengan euaminya

Nilai p &lt; 0,05 dapat diinterpretasikan secara statistik bahwa ada hubungan yang signifikan antara kadar magnesium dalam air dengan kejadian batu saluran kemih, sehingga