• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II KAJIAN TEORI. dengan harapan dan kemauan belajar motivasi itu tumbuh dalam diri

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB II KAJIAN TEORI. dengan harapan dan kemauan belajar motivasi itu tumbuh dalam diri"

Copied!
26
0
0

Teks penuh

(1)

1. Motivasi Belajar

a. Pengertian Motivasi Belajar

Kehidupan manusia dipengaruhi oleh motivasi yang erat kaitannya dengan harapan dan kemauan belajar motivasi itu tumbuh dalam diri seseorang dapat mencapai tujuan belajar. Dalam belajar, motivasi itu tumbuh dalam diri seseorang dan dapat dirangsang dari luar. Motivasi belajar bukanlah sesuatu yang siap jadi, tetapi diperoleh dan dibentuk oleh lingkungan.

Nana Syaodih Sukmadinata (2005: 61) menjelasakan motivasi adalah kekuatan yang menjadi pendorong kegiatan individu, kondisi dalam diri individu yang mendorong atau menggerakan dalam individu untuk melakukan kegiatan untuk mencapai tujuan. Seperti halnya motivasi belajar, dorongan yang ada dalam diri siswa untuk mencapai hasil belajar yang maksimal. Siswa akan melakukan berbagai upaya untuk mendapatkan hasil yang memuaskan apabila mempunyai motivasi yang tinggi. Hal ini sependapat dengan Sumadi Suryabrata (2002: 70) yang menjelaskan motivasi adalah keadaan dalam pribadi orang yang mendorong untuk orang untuk melakukan aktivitas tertentu untuk mencapai tujuan.

(2)

Motivasi belajar dibentuk dan salah satu landasan yang mendorong manusia untuk tumbuh, berkembang, dan maju mencapai sesuatu. Motivasi belajar dapat dikatakan sebagai keseluruhan daya penggerak dalam diri siswa yang dapat timbul pada proses belajar dan menjamin kelangsungan dalam pembelajarannya. Sependapat dengan Ngalim Purwanto (2002: 71) yang mengatakan bahwa motivasi adalah sesuatu usaha yang disadari untuk mempengaruhi tingkah laku seseorang agar tergerak hatinya untuk bertindak melakukan sesuatu sehingga mencapai hasil dan tujuan tertentu.

Sardiman (2007: 75) menjelaskan motivasi belajar adalah merupakan faktor psikis yang bersifat non-intelektual dan peranannya yang khas adalah dalam hal penumbuhan gairah, merasa senang dan semangat untuk belajar. Motivasi merupakan salah satu faktor yang dapat meningkatkan kualitas pembelajaran dan hasil belajar siswa, karena siswa akan belajar dengan sungguh-sungguh apabila memiliki motivasi yang tinggi.

Motivasi menunjukkan kepada faktor-faktor yang memperkuat perilaku. Faktor-faktor tersebut berasal dari dalam (intrinsik) dan dari luar (ekstrinsik) diri seseorang. Dari proses terjadinya, motivasi yang timbul pada diri seseorang dapat dilihat dari dua macam motivasi belajar yaitu motivasi Intrinsik dan motivasi Ekstrinsik.

(3)

Motivasi belajar itu, muncul dalam diri seseorang untuk melakukan aktivitas belajar untuk mendapatkan hasil yang terbaik. Sardiman (2007: 89) berpendapat, motivasi intrinsik adalah motif-motif yang menjadi aktif atau berfungsi tidak perlu dirangsang dari luar, karena dalam diri setiap individu sudah ada dorongan untuk melakukan sesuatu. Itulah sebabnya motivasi intrinsik dapat juga dikatakan sebagai bentuk motivasi dalam aktivitas belajar dimulai dan diharuskan berdasarkan suatu dorongan dalam diri dan secara mutlak berkaitan dengan aktifitas belajarnya.

Sardiman (2007: 90) menjelaskan motivasi ekstrinsik adalah motivasi yang muncul karena adanya rangsangan atau dorongan dari luar. Rangsangan itu dapat muncul berupa benda atau dukungan dari lingkungan keluarga maupun masyarakat. Dalam belajar apabila mendapat fasilitas, pehatian orang tua dan kondisi lingkungan yang ada disekitarnya maka akan muncul motivasi untuk belajar.

Dari beberapa teori tentang pengertian motivasi diatas, dapat disimpulkan bahwa motivasi belajar merupakan suatu keadaan yang ada dalam diri individu yang mendorong siswa untuk belajar dan melakukan ativitas-aktivitas tertentu untuk mendapatkan hasil belajar dan tujuan secara maksimal.

(4)

b. Fungsi Motivasi Belajar

Motivasi akan menentukan intensitas usaha belajar bagi para siswa. Tinggi rendahnya motivasi belajar yang dimiliki siswa akan ditunjukan pada hasil belajar. Hasil belajar yang optimal apabila ada motivasi yang tinggi dalam belajar. Semakin tepat motivasi yang dimiliki semakin berhasil pula peserta didik tersebut dalam meraih hasil belajar yang diinginkan. Sependapat dengan Nana Syaodih Sukmadinata (2005: 163) yang mengatakan bahwa, “ Belajar perlu didukung oleh motivasi yang kuat dan konstan. Motivasi yang lemah serta tidak konstan akan menyababkan kurangnya usaha belajar yang pada akhirnya akan berpengaruh terhadap hasil belajar”.

Ngalim Purwanto (2002: 70) mengemukakan ada tiga fungsi motivasi, yaitu: 1) mendorong siswa untuk berbuat; 2) menentukan arah perbuatan; 3) menyeleksi perbuatan. Siswa mempunyai energi belajar yang tinggi dalam meraih keberhasilan dalam belajarnya. Siswa dapat menentukan perbuatan-perbuatan apa yang harus dikerjakan yang serasi mencapi tujuan, dengan menyisihkan perbuatan-perbuatan yang tidak bermanfaat bagi tujuan tersebut. Fungsi motivasi belajar dapat diartikan sebagai kekuatan atau daya gerak dalam diri siswa yang menggerakan atau menimbulkan kegiatan belajar, menjamin kegiatan belajar tetap berjalan dan mendengarkan kegiatan pada tujuan yang ingin dicapai.

(5)

Ngalim Purwanto (2002: 71) berpendapat mengenai motivasi seseorang dinyatakan dengan berbagai kata, seperti: hasrat, kehendak, maksud, minat, tekad, kemauan, dorongan, kebutuhan, kehendak, cita-cita, dan kehausan. Jadi fungsi motivasi dalam belajar dapat dikatakan sebagai keseluruhan daya penggerak dalam diri siswa yang dapat timbul pada proses belajar dan menjamin kelangsungan dalam pembelajarannya.Maka motivasi yang dimaksud dalam penelitian ini akan diukur melalui beberapa indikator. Adapun beberapa indikator tersebut adalah adanya hasrat dan keinginan berhasil, adanya dorongan dan kebutuhan dalam belajar, adanya harapan dan cita-cita masa depan, adanya penghargaan dalam belajar, adannya kegiatan yang menarik dalam belajar, adanya lingkungan belajar yang kondusif.

c. Ciri – Ciri Motivasi Belajar

Untuk mengetahui dan melengkapi mengenai makna motivasi, perlu dikemukakan adanya beberapa ciri motivasi. Menurut Sardiman (2003: 83) motivasi yang ada pada diri peserta didik memiliki ciri-ciri, yaitu tekun mengadapi tugas, ulet menghadapi kesulitan (tidak lekas putus asa), memajukan minat terhadap bermacam-macam masalah untuk orang dewasa, lebih senang bekerja mandiri, cepat bosan pada tugas-tugas rutin (hal-hal bersifat mekanis, berulang-ulang begitu saja sehingga kurang kreatif), dapat mempertahankan pendapatnya, tidak mudah melepaskan hal yang diyakini itu, senang mencari dan memecahkan masalah sosial. Siswa yang mempunyai hasrat yang tinggi untuk belajar untuk mengadakan

(6)

perubahan tingkah laku mempunyai peranan yang besar dalam keberhasilan dalam belajar.

Djaali (2007: 109) mengemukakkan siswa yang memiliki motivasi belajar yang tinggi memiliki ciri-ciri sebagai berikut: 1) menyukai situasi atau tugas yang menuntut tanggung jawab pribadi atas hasil-hasilnya; 2) memilih tujuan yang realitas tetapi menantang dari tujuan yang terlalu mudah dicapai atau terlalu besar resikonya; 3) mencari situasi dimana ia memperoleh umpan balik dengan segera; 4) senang bekerja sendiri dan bersaing untuk mengingguli orang lain; 5) tidak tergugah untuk sekedar mendapatkan imbalan melainkan mencari lambang prestasi, suatu ukuran keberhasialan. Siswa yang mempunyai karakteristik seperti diatas, maka sudah mempunyai potensi untuk memperoleh hasil belajar yang diinginkan. Ciri-ciri motivasi di atas dapat mengetahui atau dijadikan indikator siswa yang mempunyai motivasi belajar yang tinggi.

2. Lingkungan keluarga

a. Pengertian lingkungan keluarga

Anak mengenal pendidikan yang pertama kali dari lingkungan keluarga. Semua sikap dan tingkah laku dilingkungan keluarga sangat mempengaruhi perkembangan anak. Hasbullah (2009: 38) menjelaskan mengenai lingkungan keluarga yaitu, Lingkungan keluarga adalah lingkungan pendidikan anak yang pertama, karena dalam keluarga anak mendapatkan bimbingan. Lingkungan keluarga juga mempunyai peran paling utama kerena sebagian besar dari kehidupan anak adalah didalam

(7)

keluarga sehingga pendidikan yang paling banyak diterima oleh anak adalah dalam keluarga.

Lingkungan berpengaruh terhadap perkembangan seseorang. Seseorang mendapat pendidikan dan pengetahuan dari lingkungan yang akhirnya akan membentuk kepribadian untuk menentukan tujuan hidupnya. Slameto (2010: 61) menjelaskan, yaitu keluarga adalah lembaga pendidikan yang pertama dan utama, peranan keluarga didalam pendidikan anaknya sangat penting karena cara mendidik orang tua pada anaknya-anaknya sangat berpengaruh terhadap belajarnya.

Seseorang pertama kali mendapatkan pendidikan, bimbingan, asuan, pembinaan dan latihan dari keluarga. Segala sesuatu yang didapatkan dalam kehidupan keluarganya akan terlihat dalam kehidaapan sehari-harinya. Bentuk dan cara-cara pendidikan dalam keluarga akan selalu mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan watak, budi pekerti dan kepribadian pada diri seseorang.

Tingkat kemampuan orang tua dalam merawat juga berpengaruh besar pada pertumbuhan jasmani dan rohani anak. M.Dalyono (2009: 130) mengemukakan pendidikan orang tua juga berpengaruh besar pada petumbuhan dan perkembangan rohaniah anak terutama kepribadian dan kemajuan pendidikannya. Lingkungan keluarga juga akan berpengaruh pada motivasi belajar anak untuk mendapatkan pendidikan yang nantinya akan berguna dalam menentukan tujuan hidupnya.

(8)

Dapat disimpulkan bahwa, lingkungan keluarga adalah lingkungan yang ada didalam keluarga dimana seseorang dilahirkan dan mendapat pendidikan, bimbingan dan pengetahuan yang pertama dan utama. Dilingkungan keluarga anak akan mendapat bimbingan, arahan dan motivasi dalam belajar untuk menentukan jalan hidupnya.

b. Fungsi lingkungan keluarga

Kepribadian seseorang akan terbentuk melalui lingkungan keluarga. Suasana yang ada didalam lingkungan keluarga akan mempengaruhi sikap kepribadian dan juga mempengaruhi motivasi belajar anak. Nana Syaodih Sukmadinata (2004: 164) menjelaskan iklim psikologis yang sehat diwarnai oleh rasa sayang, percaya mempercayai, keterbukaan, keakraban, rasa saling memiliki antar keluarga dan mendukung kelancaran dalam keberhasilan belajar. Suasana rumah seperti itu maka akan memberikan ketenangan, kegembiraan, rasa percaya diri, mendorong siswa untuk berprestasi. Suasana itu menciptakan motivasi belajar anak akan lebih tinggi, sehingga menghasilkan hasil belajar sesuai tujuannya.

Fuad Ihsan (2001: 18) berpendapat fungsi lingkungan keluarga yaitu: 1) merupakan pengalaman pertama bagi masa kanak-kanak; 2) menjamin kehidupan emosional anak untuk tumbuh dan berkembang; 3) keluarga akan membentuk moral pada anak; 4) keluarga akan tumbuh sikap tolong menolong; 5) Keluarga berperan dalam meletakan dasar-dasar pendidikan agama; 6) menumbuh kembangkan inisiatif,

(9)

kreatifitaas, kehendak, emosi, tanggung jawab, ketrampilan dan kegiatan lainnya yang sesuai dalam lingkungan keluarga. Fungsi keluarga sangat berperan penting terhadap keberhasilan, keluarga yang mendukung membuat siswa bersemangat dalam belajar.

Slameto (2010: 60) mempunyai pendapat bahwa ada beberapa faktor yang mempengaruhi proses belajar yang dilakukan dilingkungan keluarga. Hasil belajar yang didapat oleh siswa dapat dipengaruhi dari keluarga berupa cara orang tua mendidik, relasi antara keluarga, suasana rumah tangga, keadaan ekonomi keluarga, perhatian orang tua, latar belakang keluarga.

Cara orang tua mendidik anaknya besar pengaruhnya terhadap belajar anak. Cara mendidik yang salah akan berdampak pada kepribadian anak. Anak yang terdidik baik dan benar maka anak akan mempunyai kepribadian yang baik pula dan sebaliknya. Begitu juga halnya, orang tua yang kurang memperhatikan pendidikan anaknya dapat menyebabkan anak kurang maksimal dalam mencapai tujuan pendidikan, khususnya dalam meraih hasil belajar yang maksimal.

Relasi antara anggota keluarga yang terpenting adalah relasi orang tua dengan anaknya. Kelancaran belajar serta keberhasilan anak perlu adanya relasi yang baik dalam keluarga pada anak tersebut. Hubungan yang baik itu misalnya, hubungan yang penuh pengertian dan kasih sayang, disertai dengan bimbingan. Antar anggota yang mempunyai

(10)

hubungan yang baik, tentu mempengaruhi suana rumah lebih tenang, gembira dan saling terbuka satu sama lain.

Suasana rumah sebagai situasi atau kejadian-kejadian yang sering terjadi dalam keluarga, dimana anak itu berada dan belajar. Suasana rumah yang gaduh atau ramai, sering terjadi kericuhan, pertengkaran antar anggota keluarga akan mengakibatkan anak menjadi bosan dirumah. Hal itu juga tidak akan memberi ketenangan kepada anak yang belajar, akibatnya belajar anak menjadi kacau.

Keadaan ekonomi keluarga juga erat hubungannya dengan belajar anak. Anak yang sedang belajar membutuhkan kebutuhan pokok dan fasilitas belajar agar terpenuhi. Apabila anak hidup dalam keluarga miskin kebutuhan pokok dan fasilitas belajarnya kurang mencukupi akan menghambat dalam proses belajarnya. Sebaliknya apabila dalam keluarga mempunyai keadaan ekonomi yang berlebihan yang keluarganya sering berfoya-foya dan jalan jalan akan mengganggu anak dalam melakukan belajar.

Anak belajar perlu sekali dorongan dan pengertian orang tua. Orang tua wajib memberi pengertian dan mendorongnya, membantu sebisa mungkin kesulitan-kesulitan yang dihadapi pada anak. Orang tua perlu tahu perkembangan anaknya dan jangan memberikan sepenuhnya kepada pihak sekolah dalam perkembangan anak.

(11)

Latar belakang kebudayaan keluarga juga akan mempengaruhi sikap anak dalam belajar. Tingkat pendidikan atau kebiasaan di dalam keluarga akan mempengaruhi sikap dalam melakukan proses belajar. Orang tua perlu menanamkan kebiasaan-kebiasaan yang baik, agar mendorong semangat untuk belajar.

Dari pernyataan diatas, lingkungan keluarga dalam menentukan keberhasilan anak ada beberapa hal, dengan cara orang tua mendidik anak akan membentuk kepribadian dan intelegensi anak. Selain itu lingkungan keluarga sangat berfungsi untuk memberi motivasi anak dalam melakuan belajar. Apabila motivasi belajar anak tinggi tentu akan mempengaruhi hasil belajar dan mepengaruhi tercapainya tujuan pendidikan.

Berdasarkan pendapat mengenai Lingkungan keluarga diatas maka lingkungan keluarga seperti yang dimaksud dalam penelitian ini akan diukur melalui beberapa indikator. Adapun beberapa indikator tersebut adalah cara orang tua mendidik, relasi antar keluarga, suasana anggota keluarga, suasana rumah, keadaan ekonomi keluarga, pengertian orang tua, dan latar belakang kebudayaannya.

(12)

3. Belajar

a. Pengertian Belajar

Dalam proses pendidikan di sekolah, kegiatan belajar merupakan kegiatan paling pokok untuk mencapai tujuan pendidikan. Berhasil atau tidaknya pencapaian tujuan pendidikan, banyak bergantung pada proses belajar yang dilakukan oleh siswa atau peserta didik. Slameto (2010: 2) berpendapat belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan oleh seseorang untuk memperoleh sesuatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungan. Seseorang yang mempunyai tujuan untuk memperoleh perubahan tingkah lakusecara keseluruhan dari pengalamannya sendiri, dalam melakukan interaksi keseharian dengan lingkungannya.

Hamalik dalam Jihad (2008:2) menyajikan dua pengertian belajar, yaitu “1) Belajar adalah modifikasi atau memperteguhkan kelakuan melalui pengalaman, 2) Belajar adalah suatu proses perubahan tingkah laku individu melalui interaksi dengan lingkungan”. Aktivitas atau rangkaian kegiatan yang dilakukan secara sadar oleh seseorang yang akan mengakibatkan perubahan tingkah laku dalam dirinya untuk hal positif. Senada dengan Sardiman (2007: 39) yang menjelaskan bahwa belajar sebagai proses perilaku atau kegiatan untuk mengubah tingkah laku pada seseorang atau pada siswa.

(13)

Ngalim Purwanto (2002: 85) mengemukakan bahwa: 1) belajar merupakan suatu perubahan dalam tingkah laku; 2) belajar merupakan suatu perubahan yang terjadi melaluo latihan atau pengalaman; 3) untuk dapat disebut belajar, maka perubahan itu relatif mantab;4) tingkah laku yang mengalami perubahan. Belajar sebagai kegiatan penting yang harus dilakukan setiap orang secara maksimal untuk mendapat dan memperoleh sesuatu.

Siswa mendapat materi dan pengetahuan dari guru dikelas yang mengakibatkan siswa itu sadar kalau harus menghormati orang yang lebih tua, hal itu merupakan perubahan dalam arti belajar. Jadi dapat disimpulkan dari beberapa pendapat diatas, belajar adalah seseorang yang mengalami perubahan tingkah laku secara sadar untuk menjadi terarah, bersifat kontinu (tidak bersifat sementara) dan bersifat positif.

b. Pengertian Hasil Belajar

Salah satu tugas pokok seorang guru adalah mengevaluasi taraf keberhasilan rencana dan pelaksanaan kegiatan belajar mengajar. Untuk melihat sejauh mana taraf keberhasilan mengajar guru dan belajar peserta didik secara tepat dan dapat dipercaya, kita memerlukan informasi yang didukung oleh data obyektif dan memadai tentang indikator-indikator perubahan perilaku dan pribadi peserta didik. Hal tersebut dapat dirumuskan dalam hasil belajar siswa.

Dimyati dan moedjiono (2002: 3) berpendapat, “ hasil belajar adalah hasil dari suatu interaksi tindak belajar dan mengajar”. Hasil

(14)

belajar adalah kebulatan pola tingkah laku. Tingkah laku itu mengandung pengetahuan, pemahaman, ketrampilan, sikap dan sebagainya. Tabrani Rusyan (1994: 78) menjelaskan pola tingkah laku dapat diukur dari penampilan (behavioral performance), penampilan ini dapat berupa kemampuan menjelaskan, menyebutkan dan melakukan sesuatu kegiatan atau perbuatan. Hal ini, siswa yang merubah pola tingkah laku dan mampu menjelaskan, menyebutkan dan melakuan dalam mengadapi permasalahan, siswa ini sudah mendapat hasil belajarnya yang dilakukan selama kegiatan disekolah maupun dimasyarakat.

Nana Syaodih Sukmadinata (2004: 102) menyatakan, prestasi atau hasil belajar (achievement) diartikan sebagai realisasi atau pemakaran dari kecakapan-kecakapan potensial atau kapasitas yang dimiliki seseorang. Sedangkan Sumadi Suryabrata (2005: 297) menjelaskan, hasil belajar yaitu nilai yang merupakan perumusan terakhir yang diberikan oleh guru mengenai kemajuan atau prestasi belajar siswa selama masa tertentu. Keberhasilan hasil belajar oleh seseorang dilihat dari perilakunya, baik perilaku dalam bentuk bentuk penguasaan pengetahuan, keterampilan berfikir maupun keterampilan motorik. Di sekolah, hasil belajar dapat dilihat dari penguasaaan materi selama interaksi belajar mengajar yang dilakukan siswa.

Hasil belajar dapat dikatakan hasil yang diperoleh siswa, dari interaksi belajar mengajar yang akan mengakibatkan perubahan pola tingkah laku peserta didik, yang diukur dari bentuk perubahan

(15)

pengetahuan, sikap dan ketrampilan. Siswa yang mampu menjelaskan, menyebutkan dan melakukan sesuatu yang dihadapinya merupakan hasil belajar siswa yang melalui pengalaman belajarnya. Siswa mempunyai intelegensi untuk bediskusi, perpendapat, bertanya, mengerjakan pada saat pembelajaran, hal ini merupakan hasil selama pengalaman belajar.

Sugihartono dkk (2007: 130) menjelaskan bahwa pengukuran yang dilakukan oleh guru dapat berupa tes sebagai alat ukur dan hasil pengukuran tersebut berwujud angka ataupun pernyataan yang mencerminkan tingkat penguasaan materi pelajaran bagi para siswa. Tolak ukur hasil belajar siswa mengacu pada daya serap siswa terhadap bahan ajar yang telah disampaikan oleh guru, dalam tinggi rendahnya nilai angka yang dihasilkan siswa tertuang pada hasil ulangan dan nilai rapor tiap semester. Nilai rapor dan hasil ulangan mempunyai acuan untuk mengubah perilaku siswa dalam hal yang lebih baik.

Jadi dapat disimpulkan dari beberapa teori, hasil belajar merupakan sebagai hasil dari pencapaian usaha seseorang dalam melakukan perubahan pola tingkah laku seseorang lebih kearah yang positif yang didapat dari pengalamanya sedangkan hasil belajar siswa dapat ditunjukan dengan angka-angka.

(16)

c. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Hasil Belajar

Faktor-faktor yang mempengaruhi belajar merupakan faktor yang mempengaruhi pencapaian hasil belajar yang berasal dari dalam diri orang dan dari luar dirinya. Nana Syaodih (2005: 162) mengemukakan dua faktor yang mempengaruhi usaha dan keberhasilan belajar, yaitu faktor dari dalam individu dan faktor dari luar individu.

Faktor dari dalam individu ini sebagai berikut: 1) aspek jasmani mencakup kondisi dan kesehatan jasmani dari individu; 2) aspek psikis atau rohaniah menyangkut kondisi kesehatan psikis, kemampuan-kemampuan intelektual (menyangkut tingkat kecerdasan dan bakat-bakat), sosial (Menyangkut hubungan individu dengan orang lain, baik guru, temanya, orang tuanya maupun orang-orang yang lainya), psikomotor (motivasi siswa), serta kondisi afektif dan kognitif dari individu.

Faktor dari luar individu yaitu keluarga: 1) faktor fisik, mencakup keadaan rumah dan ruangan tempat belajar, sarana dan prasaran yang ada, suasana dalam rumah, juga suasana lingkungan sekitar rumah 2) kondisi dan suasana sosial psikologis dalam keluarga menyangkut keutuhan keluarga, iklim psikologis, iklim belajar dan hubungan antar anggota keluarga.

Kartini Kartono (1985: 1) menyatakan, faktor yang mempengaruhi keberhasilan belajar siswa yaitu: 1) Faktor yang berasal dari dalam diri siswa, yaitu: kecerdasan, bakat, minat dan perhatian, motif, kesehatan

(17)

jasmani dan cara belajar; 2) Faktor yang berasal dari luar siswa adalah: lingkungan belajar, sekolah dan peralatan sekolah.

Berdasarkan beberapa pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa, hasil belajar dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu: 1) faktor dari dalam diri peserta didik, yang meliputi: faktor psikologis, fisiologis, kondisi sosial, motivasi, mint, ketrampilan; 2) faktor dari luar peserta didik, yang meliputi: lingkungan keluarga, lingkungan sekolah dan lingkungan masyarakat.

4. Hakikat IPS

a. Pengertian IPS

Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) merupakan salah satu mata pelajaran yang diberikan SMP/MTs/SMPLB yang mempelajari dari berbagai cabang displin ilmu. Trianto (2010: 17) menjelaskan IPS atau studi sosial merupakan bagian dari kurikulum yang diturunkan dari isi materi cabang-cabang ilmu sosial : sosiologi, sejarah, geografi, ekonomi, politik, antropologi, filsafat, dan psikologi sosial Ilmu sosial pada dasarnya merupakan ilmu yang mempelajari perilaku dan aktivitas manusia dalam kehidupan bersama. Ilmu Pengetahuan Sosial terpadu dapat dirumuskan atas dasar realitas dan fenomena sosial yang mewujudkan satu pendekatan interdisipliner dari aspek dan cabang-cabang ilmu sosial (sosiologi, sejarah, geografi, ekonomi, politik, hukum, dan budaya).

(18)

Supardi (2011: 21) menjelaskan, Ilmu sosial adalah ilmu yang mempelajari bagaimana hubungan manusia dengan manusia dan bagaimana hubungan manusia dengan lingkungan, yang mempelajari multidisplin ilmu yang mengkaji tentang kehidupan manusia dalam melakukan prosos sosial. IPS mengkaji seperangkat peristiwa, fakta, konsep, dan generalisasi yang berkaitan dengan isu sosial. Siswa diharapkan akan mendapat solusi yang akan membuat siswa menjadi warga negara yang baik. Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa, IPS adalah gabungan atau integrasi dari berbagai ilmu sosial yang disederhanakan dengan tujuan untuk membentuk warga negara yang baik dan dapat memecahkan masalah-masalah sosial.

Masalah sosial sering terjadi di Bangsa Indonesia, sebagai contoh fenomena yang sering terjadi seperti bencana banjir, tsunami, korupsi dan berbagai masalah sosial lainya. Dari fenomena tersebut tentu dapat dikaji melalui pendekatan Ilmu Pengetahuan Sosial. Bencana banjir, banjir terjadi karena tanah tidak lagi mampu meresap air hujan. Tanah yang tidak mampu lagi menahan karena hutan gundul dan tidak ada lagi tumbuh-tumbuhan yang membantu peresapan air hujan. Hal itu karena orang yang tidak bertanggung jawab telah menebangi pohon secara liar. Pernyataan sebagai berikut maka timbulah pertanyaan, mengapa orang tersebut menebagai pohon? Jawabnya, karena terjadi degradasi moral dan tuntutan ekonomi untuk memenuhi kebutuhan. Bencana banjir bukan

(19)

sekedar bencana fenomena alam tetapi antara alam dan manusia mempunyai hubungan erat dalam kehidupan di muka bumi.

b. Tujuan IPS

Mata pelajaran IPS disusun secara sistematis, komprehensif, dan terpadu dalam proses pembelajaran menuju kedewasaan dan keberhasilan dalam kehidupan di masyarakat. Dengan pendekatan tersebut diharapkan peserta didik akan memperoleh pemahaman yang lebih luas dan mendalam pada bidang ilmu yang berkaitan.

Depdiknas (2006: 113) menulis dibuku kurikulum 2006 mata pelajaran IPS bertujuan agar peserta didik memiliki kemampuan sebagai berikut: 1) Mengenal konsep-konsep yang berkaitan dengan kehidupan masyarakat dan lingkungannya; 2) Memiliki kemampuan dasar untuk berpikir logis dan kritis, rasa ingin tahu, inkuiri, memecahkan masalah, dan keterampilan dalam kehidupan sosial; 3) Memiliki komitmen dan kesadaran terhadap nilai-nilai sosial dan kemanusiaan; 4) Memiliki kemampuan berkomunikasi, bekerjasama dan berkompetisi dalam masyarakat yang majemuk, di tingkat lokal, nasional, dan global. Tujuan ini sejalan dengan tujuan pendidikan nasional. Pembelajaran IPS yang mempunyai tujuan untuk mengembangkan potensi siswa dalam menghadapi kehidupan sosialnya.

Supardi (2011: 186) menjelaskan, tujuan IPS adalah memberikan pengetahuan untuk menjadikan siswa sebagai warga negara yang baik, mengembangkan kemampuan berfikir kritis, melatif belajar mandiri,

(20)

melatih siswa menghayati nilai-nilai masyarakat, mengembangkan kesadaran, mengembangkan kepedulian terhadap masyarakat mengembangkan kepedulian lingkungan, mengembangkan kecerdasan, dan mengembangkan ketrampilan sosial. Dengan tujuan IPS yang terapkan di SMP maka pembelajarannya dirancang untuk melatih perubahan siswa kearah yang lebih baik. Jadi dapat disimpulkan bahwa, IPS mempunyai tujuan untuk melatih siswa untuk memecahkan masalah sosial secara kritis dan membentuk warga negara yang baik.

B. Kajian hasil penelitian yang relevan

Penelitian ini juga melihat hasil penelitian yang relevan sebagai acuan, diantaranya:

1. Penelitian yang dilakukan oleh Tyas Arya Kusuma (2011) yang berjudul “Pengaruh kemandirian belajar dan lingkungan keluarga terhadap prestasi belajar akuntasi siswa XI kompetensi ahli akuntasi SMK Negeri 1 Wonosari tahun ajaran 2010/2011” yang menyatakan adanya pengaruh positif dan signifikan lingkungan keluarga terhadap prestasi belajar akuntasi siswa XI kompetensi keahlian akutansi SMK Negeri 1 wonosari tahun ajaran 2010/2011, hal tersebut ditunjukan dengan r x2y sebesar

(0,458), koefisien determinasi (r2x2y) sebesar 0,210 dan thitung lebih besar

dari tabel tabel (5,285>1,985) sehingga hipotesis kedua diterima.

Persamaan dengan penelitian ini yang dilakukan oleh Tyas Arya Kusuma adalah sama-sama meneliti tentang lingkungan keluarga terhadap presitasi belajar. Perbedaannya dengan penelitian yang dilakukan oleh Tyas Arya

(21)

Kusuma adalah peneliti mengganti satu variabel bebas dalam penelitian ini yaitu variabel motivasi belajar.

2. Penelitian yang dilakukan oleh Afriyanti Lestari (2011) yang berjudul “Pengaruh lingkungan Keluarga dan Motivasi Belajar Terhadap Hasil Belajar Siswa Program Keahlian administrasi Perkantoran SMK 17 Bantul”menyimpulkan sebagai berikut:1) Terdapat pengaruh positif dan signifikan lingkungan keluarga terhadap hasil belajar Siswa Program Keahlian administrasi Perkantoran SMK 17 Bantul, hal tersebut ditunjukan dengan persamaan regresi Y = 57,423=0,183X1 dengan

koefisien korelasi (rx1y)= 0,301; koefisin determinan (r2)= 0,091 dan thitung

= 2,301 serta p value = 0,025. 2) Terdapat Pengaruh Positif Dan Signifikan Motivasi Terhadap Hasil Belajar Siswa Program Keahlian Administrasi Perkantoran SMK 17 Bantul, hal tersebut ditunjukan dengan persamaan regresi Y = 52,932=0,301X2 dengan koefisien korelasi (rx1y)=

0,555; koefisin determinan (r2)= 0,307 dan thitung = 4,851 serta p value =

0,000. 3) Terdapat pengaruh positif dan signifikan lingkungan keluarga dan motivasi belajar terhadap hasil belajar Siswa Program Keahlian Administrasi Perkantoran SMK 17 Bantul, hal tersebut ditunjukan dengan persamaan regresi Y = 0,124X1 + 0,280 X2 + 46,432 dengan Ry(1,2) =

0,590; R2y(1,2) = 0,348 dan thitung = 13,961 serta p value = 0,000. Nilai

tersebut berarti 3,4% perubahan hasil belajar siwa (Y) dapat diterangkan oleh lingkungan keluarga(X1) dan motivasi belajar (X2) sedangkan 65,2% dijelaskan oleh variabel lain yang tidak deteliti dalam penelitian.

(22)

Persamaan dengan penelitian ini yang dilakukan oleh Afriyanti Lestari adalah sama-sama meneliti tentang lingkungan keluarga dan motivasi siswa terhadap hasil belajar. Perbedaannya dengan penelitian yang dilakukan oleh Afriyanti Lestari adalah, peneliti mengganti tempat penelitian dalam penelitian ini dilakukan di SMP N 2 Srandakan.

C. Kerangka Pikir

Salah satu bentuk keseriusan dalam belajar adalah adanya motivasi siswa pada saat mengikuti proses belajar mengajar. Motivasi merupakan salah satu faktor yang penting bagi siswa agar siswa, dapat memahami materi yang disampaikan oleh guru didepan kelas. Motivasi itu dapat tumbuh akibat adanya dorongan yang berasal dari dalam dirinya untuk belajar bersungguh-sungguh. Disamping itu, motivasi siswa juga berasal dari luar diri siswa, seperti halnya motivasi dari guru, keluarga atau temannya. Oleh karena itu, diduga tumbuhnya motivasi siswa yang besar akan mempengaruhi pada hasil belajar IPS.

Lingkungan keluarga juga sangat mempengaruhi dalam proses belajar pada siswa. Kebanyakan orang tua membimbing anaknya selepas sekolah dasar, dalam proses belajar diserahkan sepenuhnya pada pihak sekolah. Orang tua beranggapan bahwa, masalah pendidikan anak adalah tanggung jawab sekolah. Orang tua yang lupa akan pentingnya lingkungan keluarga terhadap perkembangan anaknya, seperti kurang memfasilitasi dalam belajar, relasi antar keluarga kurang harmonis dan perhatian orang tua kurang akan mempengaruhi dalam belajar. Dari lingkungan keluarga, keluarga akan

(23)

berdampak terhadap kegiatan belajar dan tentunya pada hasil belajar siswa. Oleh karena itu, diduga lingkungan keluarga akan berpengaruh pada hasil belajar IPS pada siswa.

Motivasi belajar siswa yang tinggi dan keadaan lingkungan keluarga peserta didik memiliki pengaruh pada tingkat keberhasilan siswa. Jika peserta didik sudah memiliki motivasi untuk belajar, maka siswa akan tetap belajar tanpa dipaksa, diberi imbalan hadiah, ataupun hukuman. Jadi, apabila siswa memiliki motivasi belajar yang tinggi, akan memberikan dampak positif dalam motivasi belajar siswa.

Lingkungan keluarga yang kondisif sangat diperlukan oleh anak dalam mengarahkan, membimbing dan mengatur proses belajarnya dirumah, karena faktor tersebut memiliki peran yang sangat penting dalah membina suksesnya belajar siswa. Lingkungan yang mendukung proses belajar anak, akan menumbuhkan motivasi anak untuk belajar dalam meraih hasil belajar yang maksimal. Siswa yang sudah memahami motivasi belajar yang tinggi dan lingkungan keluarga yang mendukung, kemungkinan akan memberikan dampak yang lebih besar terhadap peningkatan hasil belajar siswa.

(24)

Uraian tersebut dapat yang digambarkan pada diagram alur sebagai berikut:

Keterangan :

: garis yang mempengaruhi

Gambar 1.

Skema Pengaruh Motivasi Belajar dan Lingkungan Keluarga terhadap Hasil Belajar IPS

 Hasrat dan keinginan berhasil.  Adanya dorongan dan kebutuhan dalam belajar.  Adanya harapan dan cita-cita masa depan.  Adanya penghargaan dalam belajar.  Adannya kegiatan yang menarik dalam belajar.  Cara mendidik.  Relasi antar keluarga.  Ekonomi.  Suasana rumah.  Pengertian orang tua (lingkungan keluarga). HASIL BELAJAR IPS MOTIVASI SISWA LINGKUNGAN KELUARGA PROSES BELAJAR SISWA

(25)

Semakin tinggi motivasi belajar siswa dan lingkungan keluarga yang mendukung, maka hasil belajar IPS akan meningkat. Berdasarkan uraian di atas, diduga terdapat pengaruh positif motivasi belajar siswa dan lingkungan keluarga terhadap hasil belajar IPS baik sendiri-sendiri maupun bersama-sama.

D. Hipotesis Penelitian

Berdasarkan deskripsi teori dan kerangka pikir yang telah dikemukakan, maka dapat dirumuskan hipotesis sebagai berikut:

1. Hipotesis Pertama

H0 : Tidak terdapat pengaruh yang positif dan signifikan antara motivasi

belajar terhadap hasil belajar IPS siswa SMP Negeri 2 Srandakan tahun ajaran 2012/2013.

Ha : Terdapat pengaruh yang positif dan signifikan antara motivasi

belajar terhadap hasil belajar IPS siswa SMP Negeri 2 Srandakan tahun ajaran 2012/2013.

2. Hipotesis Kedua

H0 : Tidak terdapat pengaruh yang positif dan signifikan antara

lingkungan keluarga terhadap hasil belajar IPS siswa kelas 2 Srandakan tahun ajaran 2012/2013.

Ha : Terdapat pengaruh yang positif dan signifikan antara lingkungan

keluarga terhadap hasil belajar IPS siswa SMP Negeri 2 Srandakan tahun ajaran 2012/2013.

(26)

3. Hipotesis Ketiga

H0 : Tidak terdapat pengaruh yang positif dan signifikan antara motivasi

belajar dan lingkungan keluarga secara bersama-sama terhadap hasil belajar IPS siswa SMP Negeri 2 Srandakan tahun ajaran 2012/2013.

Ha : Terdapat pengaruh yang positif dan signifikan antara motivasi

belajar dan lingkungan keluarga secara bersama-sama terhadap hasil belajar IPS siswa SMP Negeri 2 Srandakan tahun ajaran 2012/2013.

Referensi

Dokumen terkait

1) Kecerdasan (IQ) adalah faktor terpenting yang mempengaruhi keberhasilan belajar. 2) Bakat adalah kemampuan yang dapat berkembang apabila mendapat rangsangan

- Faktor Psikologis, meliputi: minat, kecerdasan, bakat, motivasi dan kemampuan kognitif. Faktor psikologis sangat mempengaruhi kondisi siswa dalam proses pembelajaran. Siswa

1) Kecerdasan (IQ) adalah faktor terpenting yang mempengaruhi keberhasilan belajar. 2) Bakat adalah kemampuan yang dapat berkembang apabila mendapat rangsangan

Berdasarkan pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi hasil belajar siswa adalah faktor internal yang berasal dari dalam individu itu sendiri

Minat, berarti kecenderungan dan kegairahan yang tinggi atau keinginan yang besar terhadap sesuatu. Minat dapat mempengaruhi kualitas pencapaian hail belajar siswa.

Terdapat tujuh faktor psikologis yang mempengaruhi belajar seorang siswa. Faktor-faktor tersebut adalah: intelgensi, perhatian, minat, bakat, motif, kematangan dan kelelahan.

terdiri dari faktor fisiologis yaitu kondisi fisik yang sehat atau tidak sehat dan faktor psikologis misalnya bakat, minat, motivasi dan kecerdasan. Sebagaimana

Yaitu faktor yang dapat mempengaruhi keberhasilan siswa dalam belajar yang berasal dari luar individu siswa. 11) faktor eksternal meliputi faktor lingkungan keluarga,