• Tidak ada hasil yang ditemukan

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI EARNINGS RESPONSE COEFFICIENT (ERC)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI EARNINGS RESPONSE COEFFICIENT (ERC)"

Copied!
20
0
0

Teks penuh

(1)

539

Subagyo Cicilia Novita Olivia

Fakultas Ekonomi Universitas Kristen Krida Wacana

Abstract

Publication of financial statements through the mass media can influ-ence an investment decision prospective investors. This is due to the informa-tion contained in financial statements is considered the latest news about the state of the company in the capital market. Reflection of the ERC depends on the “good news or” bad news “contained in the earnings. ERC showed that high earnings are able to provide information to investors in making economic decisions. Instead the low ERC suggests that earnings are less informative for investors to make economic decisions. This study will examine whether the variable leverage, growth, audit opinion, audit firm reputation, size, and earnings classification can affect earnings response coefficient (ERC). This study found that size and leverage have a negative and significant impact on earnings response coefficient. In addition, this study also found that the audit firm’s reputation has a positive and significant impact on earnings response coefficient.

Keywords: Leverage, Growth, Audit Opinion, Audit Firm Reputation, Size, Earnings Classification, Earnings Response Coefficient (ERC)

PENDAHULUAN

Investasi pada pasar modal semakin diminati oleh masyarakat awam, hal ini dapat terlihat dengan semakin banyak masyarakat yang menginvestasikan dananya pada perusahaan go public (Tiolemba dan Ekawati, 2008). Laporan keuangan yang disusun oleh pihak manajemen perusahaan merupakan salah satu sumber informasi akuntansi yang berguna bagi para investor. Publikasi laporan keuangan melalui media massa dapat mempengaruhi keputusan

(2)

ber-investasi para calon investor. Hal ini disebabkan informasi yang terkandung di dalam laporan keuangan dianggap berita terbaru mengenai keadaan perusahaan di pasar modal.

Informasi akuntansi dalam hal ini adalah informasi laba sangat diper-lukan oleh para investor untuk melakukan investasi di pasar modal. Informasi laba mampu menggambarkan bagaimana kinerja suatu perusahaan serta mem-prediksi risiko dalam investasi yang tentunya sangat berguna untuk mendukung pengambilan keputusan yang tepat dalam pemilihan perusahaan yang akan menjadi target investasi. Dari hasil penelitian yang dilakukan oleh Benston (1966), Ball dan Brown (1968) dalam Ambarwati (2008), ditemukan adanya hubungan yang signifikan antara pengumuman laba perusahaan dengan pe-rubahan harga saham.

Hasil ini diperkuat dengan studi yang dilakukan oleh Beaver et al (1979) dalam Murwaningsari (2008) yang menunjukkan bahwa laba memiliki kandun-gan informasi yang tercermin dalam harga saham. Pada saat diumumkan bahwa perusahaan dalam keadaan laba, terjadi kecenderungan kenaikan harga saham, dan sebaliknya pada saat diumumkan bahwa perusahaan mengalami kerugian maka harga saham cenderung mengalami penurunan (Ambarwati, 2008).

Selain menggunakan angka laba sebagai variabel independen dalam mengukur kualitas laba, terdapat metode lain untuk mengetahui kualitas laba yang baik, yaitu dengan menggunakan earnings response coefficient (ERC).

Earnings response coefficient (ERC) didefinisikan sebagai efek satu satuan mata uang dari laba yang diharapkan pada return saham dan menggambarkan reaksi investor terhadap pengumuman laba/rugi tersebut (Tiolemba dan Eka-wati, 2008).

Perusahaan dengan tingkat leverage yang tinggi berarti memiliki hutang yang lebih besar dibandingkan modal. Leverage adalah penggunan aset dan sumber dana oleh perusahaan yang memiliki biaya tetap (fixed cost) dengan maksud agar meningkatkan keuntungan potensial pemegang saham (Tiolemba dan Ekawati, 2008). Peningkatan keuntungan dapat mengindikasikan bahwa perusahaan mengalami pertumbuhan. Semakin tinggi kesempatan perusahaan untuk tumbuh dalam hal ini kesempatan perolehan labanya lebih besar diband-ingkan perusahaan yang tidak bertumbuh, maka semakin tinggi ERC di masa yang akan datang (Tiolemba dan Ekawati, 2008).

Pada sisi perusahaan, opini audit mampu memotivasi manajemen perus-ahaan untuk menyampaikan laporan keuangan secara tepat. Hal ini memberikan makna bahwa manajemen memandang penting opini audit sehingga sesegera

(3)

mungkin disampaikan kepada pemakai informasi tersebut. Opini yang baik mengindikasikan bahwa perusahaan mempunyai berita baik (good news). Pasar juga akan merespon secara berbeda terhadap kualitas auditor, yang diproksikan dengan auditor big 4 dan non big 4. Artinya semakin berkualitas auditor maka semakin tinggi kredibilitas angka akuntansi yang dilaporkan, dengan demikian semakin besar ERC (Murwaningsari, 2008).

Cerminan dari nilai ERC tergantung dari “good news atau “bad news” yang terkandung dalam laba (Tiolemba dan Ekawati, 2008). Tingginya ERC menunjukkan bahwa laba mampu memberikan informasi bagi investor dalam mengambil keputusan ekonomi. Sebaliknya rendahnya ERC menunjukkan bahwa laba kurang informatif bagi investor untuk membuat keputusan ekonomi (Ambarwati, 2008). Menurut Lev (1989) dalam Murwaningsari (2008) menun-jukkan bahwa kekuatan respon investor terhadap sinyal informasi laba (ERC) merupakan fungsi dari ketidakpastian di masa mendatang.

Berdasarkan uraian di atas, maka pada penelitian ini bertujuan untuk melakukan pengujian atas faktor-faktor yang mempengaruhi earnings response coefficient (ERC). Faktor-faktor tersebut antara lain: leverage, growth, audit opinion, audit firm reputation, size, dan earnings classification. Oleh karena itu, maka permasalahan yang akan dikaji dalam penelitian ini dirumuskan sebagai berikut:

Apakah

1. leverage berpengaruh signifikan terhadap ERC?

Apakah

2. growth berpengaruh signifikan terhadap ERC?

Apakah

3. audit opinion berpengaruh signifikan terhadap ERC? Apakah

4. audit firm reputation berpengaruh signifikan terhadap ERC? Apakah

5. size berpengaruh signifikan terhadap ERC?

Apakah

6. earnings classification berpengaruh signifikan terhadap ERC?

TINJAUAN TEORITIS

Earnings Response Coefficient (ERC)

Dasar dari pemikiran ERC didasari pada pemikiran bahwa investor memiliki perhitungan ekspektasi terhadap laba, jauh sebelum laporan diter-bitkan. Sesaat sebelum diterbitkannya laporan keuangan, investor akan banyak mendapatkan informasi yang dipergunakan sebagai analisis terhadap angka laba. Pada waktu perusahaan mengumumkan laba tahunan, bila laba aktual lebih tinggi dibandingkan dengan hasil prediksi laba yang selama ini mereka buat, maka yang terjadi adalah good news, sehingga investor akan melakukan

(4)

revisi ke atas terhadap laba dan kinerja perusahaan di masa yang datang serta memutuskan membeli saham perusahaan.

Sebaliknya, jika hasil prediksi lebih tinggi dari aktualnya, yang berarti

bad news, maka investor akan melakukan revisi ke bawah dan segera menjual saham perusahaan tersebut karena kinerja perusahaan tidak sesuai dengan yang diperkirakan. Secara teoritis, volume dan harga saham akan berubah segera setelah perusahaan mempublikasikan labanya. Kenaikan dan penurunan harga saham tersebut akan terakumulasi pada Cummulative Abnormal Return (CAR) masing-masing saham perusahaan (Ambarwati, 2008).

Cerminan dari nilai ERC tergantung dari “good news atau “bad news” yang terkandung dalam laba (Tiolemba dan Ekawati, 2008). Tingginya ERC menunjukkan bahwa laba mampu memberikan informasi bagi investor dalam mengambil keputusan ekonomi. Sebaliknya rendahnya ERC menunjukkan bahwa laba kurang informatif bagi investor untuk membuat keputusan ekonomi (Ambarwati, 2008). Menurut Lev (1989) dalam Murwaningsari (2008) menun-jukkan bahwa kekuatan respon investor terhadap sinyal informasi laba (ERC) merupakan fungsi dari ketidakpastian di masa mendatang.

Leverage dan Earnings Response Coefficient (ERC)

Menurut Dewi (2010) utang (leverage) adalah salah satu mekanisme bagi shareholder untuk meminimumkan masalah keagenan dengan manager. Semakin tinggi tingkat leverage perusahaan, semakin berat beban keuangan yang dihadapi perusahaan, ini berarti semakin tinggi risiko yang dihadapi oleh perusahaan. Semakin tinggi tingkat risiko perusahaan berarti semakin tinggi pula tingkat ketidakpastian akan kelangsungan hidup perusahaan (Dewi, 2010).

Menurut Scott (2009), perusahaan dengan tingkat leverage yang tinggi yang terkandung dalam laba sebelum beban bunganya mengandung kekuatan dan keamanan bagi pemegang obligasi perusahaan tersebut, sehingga “good news” yang terkandung dalam laba yang diumumkan lebih disukai oleh debt-holders daripada shareholders.

Mulyani et al (2007) juga berpendapat bahwa perusahaan yang tingkat

leveragenya tinggi berarti memiliki utang yang lebih besar dibandingkan modal. Dengan demikian jika terjadi peningkatan laba maka yang diuntungkan adalah

debtholders, karena debitor mempunyai keyakinan bahwa perusahaan akan mampu melakukan pembayaran atas utang. Namun hal ini akan direspon negatif oleh investor karena investor akan beranggapan bahwa perusahaan akan lebih mengutamakan pembayaran utang daripada pembayaran dividen.

(5)

Growth dan Earnings Response Coefficient (ERC)

Informasi laba yang disajikan oleh perusahaan merupakan gambaran kinerja manajemen perusahaan dalam pengelolaan sumber daya perusahaan, hal ini penting diketahui oleh para investor, karena mereka akan bereaksi ter-hadap informasi dari laba yang disajikan. Bagi investor ketika laba tahunan diumumkan mereka akan bereaksi dan akan mengekspektasikan informasi bersifat “good news” dan “bad news”. “good news” atau “bad news” dalam arus laba mungkin dapat memberikan kesan bertumbuh di masa depan bagi perusahaan (Tiolemba dan Ekawati, 2008).

Peluang pertumbuhan dari informasi akuntansi dilihat dari berhasilnya perusahaan menghasilkan laba sekarang. Rate of return yang normal adalah tingkat return yang sama dengan investasi yang berisiko di dalam industri yang kompetitif sedangkan pertumbuhan (growth) adalah tingkat pertumbuhan di atas rate of return yang normal (Ambarwati, 2008).

Opini Audit dan Earnings Response Coefficient (ERC)

Publikasi laporan keuangan melalui media massa akan mempengaruhi keputusan berinvestasi para calon investor. Hal ini disebabkan informasi yang terkandung di dalam laporan keuangan dianggap berita terbaru mengenai keadaan perusahaan di pasar modal. Opini audit dapat memotivasi manajemen perusahaan untuk menyampaikan laporan keuangan secara tepat. Opini yang baik mengindikasikan bahwa perusahaan mempunyai good news (Murwan-ingsari, 2008).

Audit Firm Reputation dan Earnings Response Coefficient (ERC) Arens, Elder and Beasley (2006) dalam Rosnidah (2010) mengkategori-kan 4 ukuran mengkategori-kantor akuntan publik (KAP), yaitu: “The big four international firms, national firms, regional and large local firms, and small local firms”. Empat besar KAP internasional adalah Deloitte & Touche, Ernst & Young, PricewaterhouseCoopers, dan KPMG. Sebutan Big Four didasarkan dari jum-lah net revenue yang mencapai milyaran dollar, ribuan jumlah partners, dan puluhan ribu jumlah tenaga profesional dengan kantor-kantor yang tersebar di seluruh Amerika Serikat dan seluruh dunia. KAP yang termasuk KAP nasional adalah KAP yang memiliki cabang-cabang di hampir seluruh kota besar pada suatu negara. KAP regional memiliki pekerja profesional lebih dari 50 orang. Sedangkan KAP lokal hanya memiliki satu kantor dengan tenaga profesional kurang dari 25 orang.

(6)

Suryono (2002) dalam Mulyani et al (2007) menyatakan bahwa audi-tor sebagai suatu profesi sangat berkepentingan dengan kualitas jasa yang diberikan agar jasa yang diberikan tersebut dapat diterima dan dipercaya oleh masyarakat. Laporan keuangan auditan yang berkualitas, relevan dan dapat dipercaya dihasilkan dari audit yang dilakukan secara efektif oleh auditor yang berkualitas. Pemakai laporan keuangan lebih percaya pada laporan keuangan auditan yang diaudit oleh auditor yang dianggap berkualitas tinggi karena mereka menganggap bahwa untuk mempertahankan kredibilitasnya, auditor akan lebih berhati-hati dalam melakukan proses audit untuk mendeteksi salah saji atau kecurangan (Mulyani et al, 2007).

Size dan Earnings Response Coefficient (ERC)

Perusahaan besar lebih konsistensi untuk tepat waktu dibanding perusa-haan kecil dalam menginformasikan laporan keuangannya, karena perusaperusa-haan besar banyak disorot oleh masyarakat (Dyer dan Hugh, 1975 dalam ingsari, 2008). Kemudian menurut Schwartz dan Soo (1966) dalam Murwan-ingsari (2008) bahwa perusahaan besar mempunyai pengetahuan lebih tentang peraturan yang ada. Hal ini semakin diperkuat oleh pernyataan Tiolemba dan Ekawati (2008) bahwa perusahaan besar dianggap mempunyai informasi yang lebih banyak dibandingkan dengan perusahaan kecil. Oleh karena itu, jika terdapat inovasi baru, maka inovasi tersebut besar pengaruhnya terhadap laba perusahaan berskala kecil dibanding dengan perusahaan besar.

PENELITIAN TERDAHULU DAN PENGEMBANGAN

HIPOTESIS

Tingkat Leverage terhadap Earnings Response Coefficient

Murwaningsari (2008) membuktikan bahwa leverage berpengaruh negatif terhadap earnings response coefficient (ERC). Semakin tinggi tingkat

leverage perusahaan, semakin berat beban keuangan yang dihadapi perusahaan, ini berarti semakin tinggi risiko yang dihadapi oleh perusahaan. Menurut Dewi (2010) bahwa semakin tinggi tingkat risiko perusahaan berarti semakin tinggi pula tingkat ketidakpastian akan kelangsungan hidup perusahaan. Berdasarkan analisis dan penelitian terdahulu, maka hipotesis dinyatakan sebagai berikut. H1: Tingkat leverage berpengaruh negatif terhadap ERC.

(7)

Growth terhadap Earnings response Coefficient

Bagi investor ketika laba tahunan diumumkan mereka akan bereaksi dan akan mengekspektasikan informasi bersifat “good news”dan “bad news”. “good news” atau “bad news” dalam arus laba mungkin dapat memberikan kesan bertumbuh di masa depan bagi perusahaan. Tiolemba dan Ekawati (2008) menyatakan adanya hubungan positif antara pertumbuhan laba dengan earnings response coefficient (ERC). Penelitian tentang pertumbuhan laba yang menilai prospek pertumbuhan perusahaan di masa mendatang yang telah dikembangkan oleh para peneliti sebelumnya merupakan dasar informasi untuk melakukan pengambilan keputusan. Semakin tinggi kesempatan perusahaan untuk tumbuh dalam hal ini kesempatan perolehan labanya lebih besar dibandingkan dengan perusahaan yang tidak bertumbuh, maka semakin tinggi earnings response co-efficient (ERC) di masa yang akan datang. Berdasarkan analisis dan penelitian terdahulu, maka hipotesis dinyatakan sebagai berikut:

H2: Growth berpengaruh positif terhadap ERC. Audit Opinion terhadap Earnings Response Coefficient

Publikasi laporan keuangan melalui media massa akan mempengaruhi keputusan berinvestasi para calon investor. Hal ini disebabkan informasi yang terkandung di dalam laporan keuangan dianggap berita terbaru mengenai keadaan perusahaan di pasar modal. Akuntan publik sebagai pihak yang ahli dan independen pada akhir pemeriksaannya akan memberikan pendapat (opini) mengenai kewajaran posisi keuangan, hasil usaha, perubahan ekuitas, dan lapo-ran arus kas. Opini yang baik mengindikasikan bahwa perusahaan mempunyai

good news (Murwaningsari, 2008). Namun seringkali para pengguna laporan keuangan terlalu fokus pada hasil dari laporan keuangan saja, sehingga hal-hal lain seperti opini audit menjadi kurang diperhatikan. Berdasarkan analisis dan penelitian terdahulu, maka hipotesis dinyatakan sebagai berikut.

H3: Audit opinion berpengaruh positif terhadap ERC.

Audit Firm Reputation terhadap Earnings Response Coefficient

Arens, Elder and Beasley (2006) dalam Rosnidah (2010) mengkategori-kan 4 ukuran mengkategori-kantor akuntan publik (KAP), yaitu: “The big four international firms, national firms, regional and large local firms, and small local firms”. Adanya indikasi bahwa KAP Big 4 mempunyai kualitas yang bagus, sehingga

(8)

mampu menilai serta memberikan opini atas audit yang dilakukannya dengan secara profesional dibandingkan dengan KAP Non Big 4. Tetapi banyak dari para investor tidak terlalu memperhatikan perusahaan tujuan investasinya, dalam pemilihan auditor yang akan memeriksa laporan keuangannya. Para investor lebih terpusat pada bagaimana perusahaan mampu memberikan pengembalian yang tinggi bagi para investornya. Berdasarkan analisis dan penelitian terdahulu, maka hipotesis dinyatakan sebagai berikut:

H4: Audit firm reputation berpengaruh negatif terhadap ERC. Size terhadap Earnings Response Coefficient

Besaran perusahaan merupakan proksi dari keinformatifan harga saham. Collins dan Kothari (1989) dalam Murwaningsari (2008), menemukan bahwa besaran perusahaan berhubungan negatif dengan ERC. Hubungan negatif karena banyaknya informasi yang tersedia sepanjang tahun pada perusahaan, saat pengumuman laba pasar kurang bereaksi. Penelitian ini diperkuat dengan penelitian yang dilakukan oleh Dewi (2010) yang menunjukkan bahwa besaran perusahaan dengan ERC memiliki hubungan yang negatif. Penelitian ini dapat diterima karena sejalan dengan teori bahwa semakin besar ukuran perusahaan, semakin banyak informasi yang dapat diperoleh investor sepanjang tahun dari banyak sumber, sehingga semakin kecil earnings response coefficientnya (ERC). Berdasarkan analisis dan penelitian terdahulu, maka hipotesis dinya-takan sebagai berikut.

H5: Size berpengaruh negatif terhadap ERC.

Earnings Classification terhadap Earnings Response Coefficient

Laba positif dapat diindikasikan bahwa perusahaan dalam kondisi un-tung (profit) atau menghasilkan keuntungan selama periode berjalan. Sehingga dapat diindikasikan bahwa perusahaan mampu memberikan pengembalian atas investasi yang ditanamkan para investornya, sehingga harga saham cenderung naik. Laba negatif mengindikasikan bahwa perusahaan dalam kondisi rugi (losses) atau dalam keadaan performa yang menurun selama periode berjalan. Seringkali dalam kondisi rugi, harga saham perusahaan cenderung mengalami penurunan dan para investor pun lebih senang untuk menjual sahamnya pada kondisi rugi untuk mengantisipasi kerugian yang semakin besar. Berdasarkan analisis dan penelitian terdahulu, maka hipotesis dinyatakan sebagai berikut.

(9)

H6: Earnings classification berpengaruh positif terhadap ERC.

METODOLOGI PENELITIAN

Data dan sampel penelitian

Data yang akan dianalisis dalam penelitian iniadalah data sekunder yang diperoleh dari Laporan Keuangan (Annual Report) perusahaan-perusahaan non keuangan yang termasuk dalam indeks LQ-45 periode Februari-Juli 2009 dan Februari-Juli 2010. Data laporan keuangan yang digunakan adalah laporan keuangan tahun 2008 dan 2009.

Populasi dalam penelitian ini meliputi perusahaan-perusahaan non keuan-gan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) sampai akhir tahun 2009. Dengan periodisasi penelitian mencakup data tahun 2008 dan 2009. Obyek penelitian pada penelitian ini adalah perusahaan-perusahaan non keuangan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI), dan yang selalu masuk dalam indeks LQ-45 untuk periode Februari-Juli 2009 dan 2010.

Pada penelitian ini metode penentuan sampel dengan cara purposive sampling dengan kriteria sebagai berikut:

Perusahaan yang masuk dalam dua periode indeks LQ-45, yaitu untuk 1.

periode Februari-Juli 2009 dan Februari-Juli 2010.

Perusahaan sektor non keuangan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia 2.

(BEI), dan yang selalu masuk dalam indeks LQ-45 untuk periode Februari-Juli 2009 dan Februari-Februari-Juli 2010.

Sampel yang dipilih berdasarkan kelengkapan data yang dimiliki oleh 3.

setiap perusahaan.

Data yang dipakai untuk penelitian ini dibatasi hanya selama tahun 2008 4.

dan 2009.

Data laporan keuangan yang digunakan adalah yang telah diaudit oleh 5.

Kantor Akuntan Publik (KAP).

Berdasarkan kriteria penentuan sampel tersebut di atas, maka perusahaan yang memenuhi semua kriteria adalah sebanyak 25 perusahaan. Selanjutnya, ke-25 perusahaan tersebut akan dijadikan sampel pada penelitian ini.

Model Penelitian

Berikut persamaan regresi antara variabel dependen dengan variabel independen yang dipakai dalam pengujian hipotesis :

(10)

Terdiri dari:

CAR = Return abnormal kumulatif perusahaan i selama periode jendela ±5 hari dari publikasi laporan keuangan

UEit = Unexpected EPS

Rit = Return tahunan perusahaan i periode t = Komponen error perisahaan i pada periode

Komponen error yang dihasilkan pada model persamaan 1 diguna-kan dengan sebagai variabel dependen model persamaan 2, sehingga secara matematis model persamaan 2 adalah:

Terdiri dari:

ERCit = koefisien respon laba perusahaan i pada periode t Lit = leverage perusahaan i pada periode t

Git = pertumbuhan laba perusahaan i pada periode t AOit = opini auditor perusahaan i pada periode t

ARit = audit firm reputation perusahaan i pada periode t Sizeit = ukuran perusahaan i pada periode t

ECit = laba perusahaan i pada periode t

= komponen error perusahaan i pada periode t Variabel Operasional

Variabel operasional pada penelitian ini dirangkum secara jelas pada tabel berikut ini:

(11)

TABEL 1

OPERASIONAL VARIABEL

Variabel Definisi Dimensi Indikator Pengukuran Skala Sumber Data Instrumen

1. Variabel Dependen ERC Efek re-turn saham dan reaksi investor CARit = α0 + α1 UEit + α2 Rit + εi CAR dan

UE Rasio Sekunder keuanganLaporan

2. Variabel Independen Leverage Pembi-ayaan aktiva dengan utang Debt to

equity ratio Total utang dan modal Rasio Sekunder keuanganLaporan

Growth Prospek pertum-buhan di masa men-datang Market - to - book ratio Market- Capitaliza-tion dan BookVal-ueOfEquity

Rasio Sekunder keuanganLaporan

Audit opinion Opini au-ditor atas kewajaran laporan keuangan Unqualified opinion diberi nilai 4, Unquali-fied opinion with explanatory language diberi nilai 3, Qualified opinion diberi nilai 2, Adverse opinion diberi nilai 1, Disclaimer opinion diberi nilai 0 Opini

audi-tor Skala ordinal Sekunder

Laporan auditor in-dependen

(12)

Audit firm reputa-tion KAP big4 dianggap memiliki reputasi yang lebih baik 1 = KAP Big 4, 0 = KAP non Big 4

KAP Skala Nomi-nal Sekunder auditor in-Laporan dependen Size Proksi dari keinfor-matifan harga saham Ln Total

asset Total asset Rasio Sekunder keuanganLaporan

Earnings classifica-tion Laba positif dan laba negatif 1 = laba positif, 0 =

laba negatif laba bersih

Skala

Nomi-nal Sekunder keuanganLaporan

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Pengujian Hipotesis

Dalam penelitian ini, pengujian hipotesis dilakukan dengan uji regresi berganda. Pada tabel 2, pengujian terhadap model dapat dilihat dari nilai F dan determinasi data. Probabilitas nilai F menunjukan bahwa model yang digunakan dalam penelitian ini terbukti signifikan. Artinya secara bersama-sama varia-bel independen yang digunakan (leverage, growth, audit opinion, audit firm reputation, size, dan earnings classification) berpengaruh terhadap variabel dependennya (ERC). Hasil pengujian terhadap determinasi data menunjukkan bahwa variabel independen yang digunakan mempengaruhi variabel dependen sebesar 27,96% dan yang benar-benar berpengaruh terhadap variabel depen-dennya sebesar 17,91%. Artinya masih ada 72,04% variabel independen lain yang belum tertangkap dalam penelitian ini.

(13)

TABEL 2

HASIL UJI DETERMINASI DAN UJI F

Keterangan Nilai

R-squared 0,2796

Adjusted R-squared 0,1791

F-statistic 2,7820

Prob (F-statistic) 0,0224

Hasil pengujian dengan menggunakan regresi, digunakan untuk men-jawab hipotesis yang telah dibuat. Dapat dilihat pada tabel 3, hasil uji regresi menunjukkan bahwa hipotesis pertama (H1) dan hipotesis kelima (H5) yang dapat diterima secara statistik. Artinya levegare dan size berpengaruh secara signifikan terhadap earnings response coefficient (ERC) serta hasil yang ditun-jukkan sesuai dengan hipotesis penelitian.

Berdasarkan tabel 3 dapat dilihat bahwa hipotesis pertama diterima, dimana leverage berpengaruh negatif sebesar -0,0126 dan signifikan pada tingkat 10%, yaitu sebesar 6,8% terhadap earnings response coefficient (ERC). Hipotesis kedua ditolak, dimana growth berpengaruh positif sebesar 0,0032 dan tidak signifikan, yaitu pada tingkat signifikan sebesar 44,72% terhadap ERC.

TABEL 3

HASIL UJI REGRESI DAN UJI HIPOTESIS

Variabel Hipotesis Hasil Uji Keterangan

Coefficient Prob. Leverage H1 (-) -0,0126 0,0680* H1 diterima Growth H2 (+) 0,0032 0,4472 H2 ditolak Opinion H3 (+) -0,0096 0,3337 H3 ditolak Reputation H4 (-) 0,0621 0,0562* H4 ditolak Size H5 (-) -0,0463 0,0057*** H5 diterima EC H6 (+) 0,0135 0,4077 H6 ditolak

(14)

Hipotesis ketiga ditolak, dimana audit opinion berpengaruh negatif sebesar -0,0096 dan tidak signifikan, yaitu pada tingkat signifikan sebesar 33,37% terhadap ERC. Hipotesis keempat ditolak, dimana audit firm reputa-tion berpengaruh positif sebesar 0,0621 dan signifikan pada tingkat 10%, yaitu sebesar 5,62% terhadap ERC. Hipotesis kelima diterima, dimana size berpen-garuh negatif sebesar -0,0463 dan signifikan pada tingkat 1%, yaitu sebesar 0,57% terhadap ERC. Hipotesis keenam ditolak, dimana earnings classification

berpengaruh positif sebesar 0,0135 dan tidak signifikan, yaitu pada tingkat signifikan sebesar 40,77% terhadap ERC.

PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN

Pengaruh Leverage Terhadap ERC

Hasil dari pengujian menunjukkan bahwa variabel pertama (leverage) merupakan faktor yang memberikan pengaruh negatif terhadap earnings re-sponse coefficient (ERC) secara signifikan. Arah dari pengujian ini sesuai dengan hipotesis pertama, yaitu dinyatakan secara negatif. Penelitian ini sesuai dengan hasil penelitian dari Dewi (2010), Murwaningsari (2008), Tiolemba dan Ekawati (2008), serta Mulyani et al (2007). Perusahaan yang tingkat leveragenya tinggi berarti memiliki utang yang lebih besar dibandingkan modal. Dengan demikian jika terjadi peningkatan laba maka yang diuntungkan adalah debtholders, kar-ena debitor mempunyai keyakinan bahwa perusahaan akan mampu melakukan pembayaran atas hutang. Namun hal ini akan direspon negatif oleh investor karena investor akan beranggapan bahwa perusahan akan lebih mengutamakan pembayaran hutang daripada pembayaran dividen (Mulyani et al, 2007).

Hasil pada penelitian ini menunjukkan kesesuaian dengan teori yang menyatakan bahwa semakin tinggi tingkat leverage perusahaan, semakin berat beban keuangan yang dihadapi perusahaan, ini berarti semakin tinggi risiko yang dihadapi oleh perusahaan. Jadi, semakin tinggi tingkat risiko perusahaan berarti semakin tinggi pula tingkat ketidakpastian akan kelangsungan hidup perusahaan, sehingga semakin kecil earnings response coefficient (ERC). Pengaruh Growth Terhadap ERC

Hasil dari pengujian terhadap variabel kedua (growth) menunjukkan bahwa growth memiliki pengaruh yang positif terhadap earnings response coefficient (ERC) namun tidak secara signifikan. Penelitian ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Murwaningsari (2008). Hasil penelitian ini

(15)

se-suai dengan teori bahwa semakin tinggi kesempatan perusahaan untuk tumbuh dalam hal ini kesempatan perolehan labanya lebih besar dibandingkan dengan perusahaan yang tidak bertumbuh, maka semakin tinggi earnings response coefficient (ERC) di masa yang akan datang.

Pengaruh Audit Opinion Terhadap ERC

Hasil dari pengujian terhadap variabel ketiga (audit opinion) menunjuk-kan bahwa audit opinion memiliki pengaruh yang negatif terhadap earnings response coefficient (ERC) namun tidak secara signifikan. Pengaruh yang negatif menunjukkan bahwa investor kurang memberikan respon pada lapo-ran auditor independen yang tersaji bersama dengan lapolapo-ran keuangan. Hal ini disebabkan oleh investor yang lebih terfokus pada laba yang tersaji dalam laporan keuangan.

Pengaruh yang negatif menunjukkan bahwa pada saat investor menerima hasil audit dengan opini yang baik (good news), maka belum tentu investor akan dengan segera merespon hasil tersebut. Namun sebaliknya, jika investor menerima hasil audit dengan opini yang buruk (bad news), maka investor akan segera merespon atas hasil tersebut.

Pengaruh Audit Firm Reputation Terhadap ERC

Hasil dari pengujian terhadap variabel keempat (audit firm reputation) menunjukkan bahwa audit firm reputation memiliki pengaruh yang positif terhadap earnings response coefficient (ERC) secara signifikan. Pengaruh yang positif menunjukkan bahwa perusahaan yang menggunakan jasa KAP big 4 memiliki ERC yang lebih tinggi dibandingkan dengan perusahaan yang meng-gunakan jasa KAP non big 4. Hasil penelitian ini tidak sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Mulyani et al (2007). Mulyani et al (2007) menyatakan bahwa tujuan investor dalam membaca atau menggunakan laporan keuangan adalah untuk menilai kinerja perusahaan, jadi peran auditor dalam hal ini ada-lah menilai kewajaran penyajian laporan keuangan yang sesuai dengan prinsip akuntansi berlaku umum. Perbedaan hasil penelitian disebabkan karena dalam penelitian ini lebih banyak sampel data perusahaan yang menggunakan jasa KAP big 4, yaitu sebanyak 42 data sampel. Sedangkan sampel data perusahaan yang menggunakan jasa KAP non big 4 adalah sebanyak 8 data sampel.

Namun hasil ini mendukung dugaan peneliti bahwa KAP Big 4 mem-punyai kualitas yang bagus, sehingga mampu menilai serta memberikan opini atas audit yang dilakukannya dengan secara profesional dibandingkan dengan KAP Non Big 4.

(16)

Pengaruh Size Terhadap ERC

Hasil dari pengujian terhadap variabel kelima (size) menunjukkan bahwa

size memberikan pengaruh negatif signifikan terhadap earnings response co-efficient (ERC). Penelitian ini sesuai dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Dewi (2010), Murwaningsari (2008), serta Tiolemba dan Ekawati (2008). Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Collins dan Kothari (1989) dalam Murwaningsari (2008), menemukan bahwa besaran perusahaan berhubungan negatif dengan ERC. Hubungan negatif karena banyaknya informasi yang tersedia sepanjang tahun pada perusahaan, sehingga saat pengumuman laba pasar kurang bereaksi.

Pengaruh Earnings Classification Terhadap ERC

Hasil dari pengujian terhadap variabel keenam (earnings classification-EC) menunjukkan bahwa EC memberikan pengaruh positif namun tidak secara signifikan terhadap earnings response coefficient (ERC). Hasil ini sesuai dengan teori bahwa laba positif (profit) merupakan good news bagi para pemegang saham, maka perusahaan dengan laba positif diindikasikan mampu memberi-kan pengembalian atas investasi yang ditanammemberi-kan para investornya, sehingga harga saham cenderung naik. Sedangkan laba negatif mengindikasikan bahwa perusahaan dalam kondisi rugi (losses) atau dalam keadaan performa yang menurun selama periode berjalan. Seringkali dalam kondisi rugi, harga saham perusahaan cenderung mengalami penurunan dan para investor pun lebih senang untuk menjual sahamnya pada kondisi rugi untuk mengantisipasi kerugian yang semakin besar. Penelitian ini sesuai dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Suaryana (2008), namun berbeda dalam hal signifikansi. Suaryana (2008) menyatakan bahwa perusahaan yang mempunyai laba negatif umumnya mem-punyai ERC lebih rendah daripada perusahaan yang memmem-punyai laba positif.

KESIMPULAN DAN IMPLIKASI

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, maka kesimpulan dari penelitian ini adalah sebagai berikut:

Leverage

1. berpengaruh negatif (-0,0126) dan signifikan (0,0680) terhadap

earnings response coefficient (ERC), hasil ini mendukung hipotesis per-tama sehingga H1 diterima. Hasil penelitian ini konsisten dengan hasil dari penelitian yang dilakukan oleh Murwaningsari (2008) serta Tiolemba dan Ekawati (2008).

(17)

Growth

2. berpengaruh positif (0,0032) dan tidak signifikan (0,4472) terh-adap earnings response coefficient (ERC), hasil ini sesuai dengan hipotesis namun tidak signifikan sehingga H2 ditolak. Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian Murwaningsari (2008), bahwa growth memiliki pengaruh positif terhadap ERC.

Audit Opinion

3. berpengaruh negatif (-0,0096) dan tidak signifikan (0,3337) terhadap earnings response coefficient (ERC), hasil ini tidak mendukung hipotesis ketiga sehingga H3 ditolak. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa investor lebih merespon bad news yang terkandung dalam opini auditor independen.

Audit Firm Reputation

4. memiliki pengaruh positif (0,0621) dan signifikan (0,0562) terhadap earnings response coefficient (ERC), hasil ini tidak se-suai dengan hipotesis keempat sehingga H4 ditolak. Hal ini menunjukkan bahwa KAP big 4 dianggap memiliki hasil kualitas audit yang lebih baik daripada KAP non big 4. Hasil penelitian ini tidak sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Mulyani et al (2007).

Size

5. berpengaruh negatif (-0,0463) dan signifikan (0,0057) terhadap earn-ings response coefficient (ERC), hasil ini sesuai dengan hipotesis kelima sehingga H5 diterima. Hal ini menunjukkan bahwa semakin besar ukuran suatu perusahaan, maka semakin banyak informasi yang lebih dari peru-sahaan yang kecil. Hasil penelitian ini konsisten dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Dewi (2010), Murwaningsari (2008), serta Tiolemba dan Ekawati (2008).

Earnings Classification

6. memiliki pengaruh yang positif (0,0135) dan tidak signifikan (0,4077) terhadap earnings response coefficient (ERC), hasil ini sesuai dengan hipotesis namun tidak signifikan sehingga H6 ditolak. Hasil ini menunjukkan bahwa perusahaan yang mempunyai laba negatif umumnya mempunyai ERC lebih rendah daripada perusahaan yang mem-punyai laba positif. Hasil penelitian ini sesuai dengan hasil penelitian yang dilakukan Suaryana (2008).

(18)

DAFTAR PUSTAKA

Agoes, Sukrisno. (2004). Auditing (Pemeriksaan Akuntan) Oleh Kantor Akuntan Publik. Edisi Ketiga. Jilid I. Jakarta: Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia.

Ambarwati, Sri. (2008). Earnings Response Coefficient. Akuntabilitas (volume 7, no. 2). Page: 128-134.

Dewi, Syanti. (2010). Pengaruh Ukuran Perusahaan, Tingkat Leverage, Komite Audit Dan Disclosure Terhadap Earnings Response Coefficient Pada Perusahaan Publik yang Terdaftar Di BEI. Jurnal Akuntansi (tahun XIV, no. 1). Page: 75-87.

Elder, Randal J et al. (2008). Auditing and Assurance (An Integrated Approach) 12th edition. USA: Prentice Hall.

Gitman, Lawrence J. (2009). Principles of Managerial Finance 12th edition. USA: Prentice Hall.

Gujarati, Damodar N & Porter, Dawn C. (2003). Basic Econometrics 4th edition. Singapore: The McGraw Hill Companies.

Gujarati, Damodar N. (2004). Basic Econometrics 4th edition. E-Book. The McGraw Hill Companies.

Jaswadi. (2004). Dampak Earnings Reporting Lags terhadap Koefisien Re-spon Laba. Jurnal Riset Akuntansi Indonesia (volume 7, no. 3). Page: 295-315.

Ikatan Akuntan Indonesia. (2009). Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan

No.1 (revisi 2009). Jakarta: Ikatan Akuntan Indonesia.

Mulyani, Sri et al. (2007). Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Earnings Response Coefficient Pada Perusahaan yang Terdaftar di Bursa Efek Jakarta. Jurnal Akuntansi dan Auditing Indonesia (volume 11, no. 1). Page: 35-45.

(19)

Murwaningsari, Etty. (2008). Pengujian Simultan: Beberapa Faktor yang Mempengaruhi Earnings Response Coefficient (ERC).

Nuryani, Nunung. (2010). Pengaruh Restatement Laporan Keuangan Dan Manajemen Laba Terhadap Kualitas Laba Dengan Kualitas Audit Sebagai Variabel Pemoderasi. Jurnal Akuntansi (tahun XIV, no. 11). Page: 25-37.

Rosnidah, Ida. (2010). Pengaruh Tingkat Pendidikan Auditor, Besarnya KAP Dan Penggunaan Teknologi Informasi Terhadap Kepuasan Kerja Auditor Dan Implikasinya Pada Kualitas Audit (Survei pada KAP di Jakarta).

Jurnal Akuntansi (tahun XIV, no. 1). Page: 1-10.

Schroeder, Richard G et al. (2009). Financial Accounting Theory and Analysis:

Text and Cases 9th edition. USA: John Wiley & Sons, Inc.

Scott, William R. (2009). Financial Accounting Theory 5th edition. Toronto: Prentice Hall.

Tiolemba, Noviyanti & Ekawati, Erni. (2008). Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Koefisien Respon Laba Pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di BEJ. Jurnal Riset Akuntansi dan Keuangan (volume 4, no. 2). Page: 100-115.

Weston, J. Fred & Copeland, Thomas E. (1997). Manajemen Keuangan. Edisi 9. Buku 1. Jakarta: Binarupa Aksara.

Wild, John J et al. (2005). Financial Statement Analysis. Edisi 8. Buku 1. Jakarta: Salemba Empat.

http://finance.yahoo.com http://www.idx.co.id

(20)

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan hasil penelitian sebelumnya yang memberikan hasil yang berbeda maka peneliti mencoba meneliti kembali faktor-faktor yang mempengaruhi Earnings Response

Namun, hasil analisis sensitivitas menggunakan mendasar Model pulang menunjukkan bahwa sukarela tingkat pengungkapan perusahaan yang dipublikasikan dalam laporan

Hasil penelitian ini memberikan bukti tambahan mengenai hubungan berbagai karakteristik perusahaan (ukuran perusahaan, leverage , kepemilikan manajemen, ukuran

Penelitian yang dilakukan Gelb dan Zarowin (2002) menunjukkan bahwa semakin tinggi tingkat informasi yang diungkapkan oleh perusahaan, maka dapat meningkatkan

Hal ini dikarenakan dalam uji regresi berganda bahwa semakin rendah tingkat leverage yang dimiliki perusahaan maka nilai earnings response coefficient akan semakin

Dengan demikian, hipotesis 6b dalam penelitian ini yang menyatakan bahwa ‘Semakin tinggi tingkat leverage pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI, maka

Semakin tinggi rasio leverage maka semakin banyak aktiva yang didanai hutang oleh pihak kreditor, sehingga menunjukan resiko perusahaan dalam pelunasannya, hal ini

Dengan demikian hipotesa yang terbentuk adalah: H1 : Pengungkapan tanggung jawab sosial perusahaan meningkatkan Earning Response Coefficient Selain itu, tingkat utang leverage yang