i
HUBUNGAN PROFESIONALISME GURU
DAN KEDISIPLINAN BELAJAR TERHADAP
PRESTASI BELAJAR PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
SISWA KELAS VIII di SMP N 2 TUNTANG
TAHUN PELAJARAN 2014/2015
SKRIPSI
Diajukan untuk Memperoleh Gelar
Sarjana Pendidikan Islam (S.Pd.I)
Oleh:
UMI IFQAH NAFIAH
NIM: 111 11 003
JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) SALATIGA
vi MOTTO
Berusahalah semampumu dan serahkanlah segalanya kepada Allah
niscaya kamu akan menggapai suatu keberhasilan
”… niscaya Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman diantaramu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat. Dan Allah
vii
PERSEMBAHAN Alhamdulillah, dengan izin Allah skripsi ini selesai.
Skripsi ini saya persembahkan untuk orang-orang yang telah mendorong untuk selalu memperjuangkan mimpi saya:
1. Kepada ayahku Bapak Muhroni dan Ibu Arofah yang selalu memberikan semangat dan mendoakan setiap saat kepadaku agar menjadi orang yang baik dan bermanfaat bagi Agama dan Negara. Semoga segala amal ibadahnya
mendapatkan balasan dari Allah Swt.
2. Semua saudaraku yang telah mendukungku dan menjadi penyemangat hidup
untuk bisa jadi yang terbaik dan meraih hidup yang lebih baik.
viii
KATA PENGANTAR
Assalamualaikum Wr.Wb
Dengan menyebut nama Allah yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang. Segala puji dan syukur senantiasa penulis haturkan kepada Allah Swt. Atas segala
limpahan rahmat dan hidayah-Nya, sehingga penulis dapat diberikan kemudahan dalam menyelesaikan skripsi ini. Shalawat serta salam semoga tercurah kepada Rasulullah Salallahu alaihi wasallam, keluarga, sahabat dan para pengikut setianya.
Skripsi ini disusun untuk memenuhi persyaratan guna untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Agama Islam sebagai tugas akhir di IAIN Salatiga. Dengan
selesainya skripsi ini tidak lupa penulis mengucapkan terima kasih yang sedalam-dalamnya kepada :
1. Allah Swt, yang selalu memberikan jalan kemudahan bagi hamba, sehingga
hamba bisa menyelesaikan skripsi ini dengan baik dan benar. 2. Bapak Dr. H. Rahmat Hariyadi, M.Pd, selaku Rektor IAIN Salatiga.
3. Bapak Suwardi, M.Pd, selaku Dekan Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan. 4. Ibu Hj. Siti Rukhayati, M.Ag, selaku Ketua Jurusan Pendidikan Agama Islam. 5. Bapak. Dr. H. M. Zulfa, M.Ag. sebagai dosen pembimbing skripsi yang telah
dengan ikhlas mencurahkan pikiran dan tenaganya serta pengorbanan waktunya dalam membimbing penulis untuk menyelesaikan tugas ini.
ix
7. Dosen-dosen Jurusan PAI, terima kasih telah mengalirkan ilmu dan menjadi
fasilitator serta mendorongku agar bisa berbuat yang terbaik untukku maupun bangsaku. Terima kasih jasa-jasamu takkan aku lupakan.
8. Kepala sekolah, guru dan karyawan SMP Negeri 2 Tuntang yang telah memberikan ijin serta membantu penulis dalam melakukan penelitian di sekolah tersebut.
9. Rekan-rekan seperjuangan PAI A, serta semua mahasiswa-mahasiswi PAI angkatan tahun 2011 semoga perjuangan kita selalu mendapat ridho Allah Swt.
Harapan penulis, semoga jasa dan bantuan yang telah diberikan menjadi amal baik dan mendapatkan balasan dari Allah Swt.
Akhirnya dengan tulisan ini semoga bisa bermanfaat bagi penulis khususnya dan para pembaca umumnya.
Wassalamu’alaikum Wr.Wb
Salatiga, 25 September 2015 Penulis
x ABSTRAK
Ifqah Nafiah, Umi (111 11 003). Pengaruh Profesionalisme Guru dan Kedisiplinan Belajar Terhadap Prestasi Belajar Pendidikan Agama Islam Siswa Kelas VIII di SMP N 2 Tuntang tahun pelajaran 2014/2015. Program Strata I Jurusan Pendidikan Agama Islam (IAIN) Salatiga, 2015.
Kata kunci: Profesionalisme Guru, Kedisiplinan Belajar, Prestasi Belajar Pendidikan Agama Islam.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui: 1) profesionalisme guru SMP N 2 Tuntang, 2) kedisiplinan belajar sisiwa kelas VIII SMP N 2 Tuntang, 3) prestasi belajar pendidikan agama Islam siswa kelas VIII SMP N 2 Tuntang, 4) pengaruh profesionalisme guru terhadap prestasi belajar pendidikan agama Islam siswa kelas VIII SMP N 2 Tuntang, 5) pengaruh kedisiplinan belajar terhadap prestasi belajar pendidikan agama Islam siswa kelas VIII SMP N 2 Tuntang, 6) pengaruh profesionalisme guru dan kedisiplinan belajar terhadap prestasi belajar pendidikan agama Islam siswa kelas VIII SMP N 2 Tuntang tahun pelajaran 2014/2015.
Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif yang dilaksanakan di SMP N 2 Tuntang. Jumlah sampel dalam penelitian ini sebanyak 30 siswa. Pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan angket untuk profesionalisme guru dan kedisiplinan belajar, sedangkan prestasi belajar menggunakan teknik dokumentasi, yaitu mengambil data nilai ulangan harian.
xi DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ... i
LEMBAR BERLOGO ... ii
HALAMAN PERSETUJUAN ... iii
HALAMAN PENGESAHAN ... iv
HALAMAN PERNYATAAN ... v
HALAMAN MOTTO ... vi
HALAMAN PERSEMBAHAN ... vii
KATA PENGANTAR ... viii
3. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Prestasi Belajar ... 38
D. Pendidikan Agama Islam 1. Pengertian Pendidikan Agama Islam ... 42
xii
E. Hubungan Profesionalisme Guru dan Kedisiplinan Belajar Terhadap
Prestasi Belajar Pendidikan Agama Islam Siswa ... 44
BAB III. LAPORAN PENELITIAN A. Gambaran Umum SMP N 2 Tuntang ... 47
1. Profil Sekolah ... 47
2. Visi Misi Sekolah ... 48
B. Penyajian Data ... 51
BAB IV. ANALISIS DATA A. Analisis Deskriptif ... 61
B. Pengujian Hipotesis ... 66
C. Pembahasan Hasil Uji Hipotesis ... 75
BAB V. PENUTUP A. Kesimpulan ... 77
B. Saran ... 78 DAFTAR PUSTAKA
xiii
DAFTAR TABEL
Tabel I Indikator Profesionalisme Guru ... 8
Tabel II Profil Sekolah ... 47
Tabel III Struktur Organisasi ... 48
Tabel IV Fasilitas Gedung/ Ruang ... 49
Tabel V Daftar Guru ... 49
Tabel VI Daftar Responden ... 51
Tabel VII Bobot Penilaian Angket ... 52
Tabel VIII Hasil Angket Tentang Profesionalisme Guru ... 53
Tabel IX Hasil Angket Tentang Kedisiplinan Belajar ... 55
Tabel X Daftar Prestasi Belajar Pendidikan Agama Islam ... 58
Tabel XI Rekapitulasi Profesionalisme Guru ... 63
Tabel XII Rekapitulasi Kedisiplinan Belajar ... 64
Tabel XIII Rekapitulasi Prestasi Belajar Pendidikan Agama ... 66
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah
Pendidikan menurut Undang-Undang Nomor 20/2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional merupakan usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif
mengembangkan potensi dirinya sehingga memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang
diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara (Suwarno, 2006: 21-22).
Guru adalah seorang pendidik yang berperan penting dalam lingkup sekolah
yang mempunyai berbagai tugas dan tanggung jawab. Guru sebagai salah satu komponen dalam kegiatan belajar mengajar karena memiliki posisi yang sangat menentukan keberhasilan peserta didik dalam menerima pelajaran. Bagaimana
guru bisa membina, membimbing peserta didik agar berhasil dalam pembelajaran. Guru merupakan faktor yang sangat penting dalam pendidikan formal pada umumnya, karena bagi peserta didik guru sering dijadikan tokoh teladan, oleh
karena itu guru seyogiyanya memiliki perilaku dan kompetensi yang memadai untuk mengembangkan peserta didik secara utuh.
Agar proses belajar mengajar yang dilaksanakan menjadi lebih efektif dan menghasilkan peserta didik yang kompeten, ada kompetensi minimal yang harus dimiliki guru yaitu menguasai materi pelajaran, metode dan sistem penilaian
2
pendidikan, kepribadian keguruan dan kemampuan lainnya, maka guru tidak akan
dapat melaksanakan tugasnya secara profesional (Suparlan, 2005: 90).
Latar belakang dalam pendidikan akan mempengaruhi keberhasilan guru
dalam mengajar dan juga akan mempengaruhi prestasi belajar siswa. Guru yang berlatar belakang pendidikan di sekolah keguruan, maka guru tersebut akan menguasai pembelajaran yang efektif. Dalam hubungannya dengan guru-guru di
SMP N 2 Tuntang, guru sebagai pengajar yang masing-masing mempunyai latar belakang yang berbeda-beda, ada yang berasal dari pendidikan keguruan dan ada
yang berasal dari non keguruan. Pendidikan yang diampu adalah pendidikan formal, maka guru dituntut kemampuannya untuk membawa siswa ke arah yang
sesuai dengan tujuan yang telah direncanakan.
Pekerjaan guru adalah profesional. Ciri khas profesi terlihat dengan adanya suatu peraturan yang mengikat jabatan itu (Roestiyah, 1986: 176). Guru harus
bertanggung jawab sebagai orang yang tahu dibidang profesinya, sehingga guru dituntut untuk mengamalkan ilmunya. Guru yang profesional adalah guru yang mampu menguasai bahan ajar, mampu mengelola program belajar mengajar,
mampu mengelola kelas, mampu menilai prestasi belajar siswa dan mengenal program pelayanan bimbingan dan penyuluhan. Dari kriteria tersebut guru dapat
menciptakan suasana dalam belajar menjadi nyaman dan optimal sehingga menumbuhkan persepsi siswa yang positif. Dengan persepsi siswa yang positif maka akan menumbuhkan motivasi siswa dalam belajarnya sehingga dapat
3
Profesionalisme guru adalah guru yang berkualitas yang memiliki
kemampuan dan keahlian khusus dalam bidang keguruannya yang dikehendaki untuk mendatangkan prestasi belajar serta mampu mempengaruhi proses belajar
mengajar siswa yang nantinya akan menghasilkan prestasi belajar siswa yang baik. Kehadiran guru profesional tentunya akan berakibat positif terhadap perkembangan siswa, baik dalam pengetahuan maupun keterampilan. Oleh sebab
itu, siswa akan antusias dengan apa yang disampaikan oleh guru yang bertindak sebagai fasilitator dalam proses kegiatan belajar mengajar. Bila hal itu terlaksana
dengan baik, maka apa yang disampaikan oleh guru akan berpengaruh terhadap motivasi belajar siswa, sehingga siswa tertarik untuk lebih meningkatkan prestasi
belajarnya.
Kedisiplinan sangatlah penting ditanamkan pada anak-anak, karena dengan adanya penanaman sikap disiplin pada anak yang sedini mungkin akan dapat
menampakkan tingkah laku yang disiplin pula. Dengan adannya sikap yang selalu disiplin baik pada diri anak didik atau pada guru, tentunya proses belajar mengajar yang berlangsung dikelas akan lebih berjalan lancar dan efektif sehingga akan
dapat menciptakan hasil yang optimal.
Seorang siswa dapat disebut disiplin apabila ia melakukan suatu pekerjaan
dengan tertib dan teratur sesuai dengan ketentuan, peraturan, norma yang berlaku dengan penuh kesadaran tanpa paksaan dari siapapun. Disiplin belajar siswa antara lain masuk kelas tepat waktu, selalu mengikuti pelajaran, memperhatikan
4
menyelesaikan tugas rumah tepat waktu, rutin belajar di rumah, bertanya mengenai
hal-hal yang belum jelas dan sebagainya.
Kedisiplinan belajar adalah ketekunan yang dilakukan oleh siswa baik dalam
hal belajar maupun yang berkaitan dengan kewajiban sebagai siswa yang menimbulkan perubahan.
Prestasi belajar pendidikan agama Islam adalah hasil yang dicapai dan
ditunjukkan oleh siswa setelah mengikuti proses belajar mengajar dalam rangka mengenal, memahami, menghayati dan mengamalkan ajaran Islam
Berangkat dari permasalahan di atas, profesionalisme guru dan kedisiplinan belajar sangat mempengaruhi proses belajar mengajar di kelas. Dengan demikian
akan sangat mempengaruhi prestasi belajar siswa. Berdasarkan pengamatan penulis, di sekolah sering kali terdapat anak yang malas, suka membolos dan sebagainya. Dalam hal demikian berarti bahwa guru tidak berhasil memberikan
motivasi yang tepat untuk mendorong agar ia bekerja dengan segenap tenaga dan pikirannya dan kurang profesional dalam mengajarnya.
Berdasarkan uraian di atas, peneliti tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul “PENGARUH PROFESIONALISME GURU DAN
KEDISIPLINAN BELAJAR TERHADAP PRESTASI BELAJAR PENDIDIKAN
5 B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana variasi profesionalisme guru kelas VIII di SMP N 2 Tuntang tahun pelajaran 2014/2015?
2. Bagaimana variasi kedisiplinan belajar siswa kelas VIII di SMP N 2 Tuntang tahun pelajaran 2014/2015?
3. Bagaimana variasi prestasi belajar Pendidikan Agama Islam siswa kelas VIII di
SMP N 2 Tuntang tahun pelajaran 2014/2015?
4. Adakah hubungan profesionalisme guru terhadap prestasi belajar pendidikan
agama Islam siswa kelas VIII di SMP N 2 Tuntang tahun pelajaran 2014/2015? 5. Adakah hubungan kedisiplinan belajar siswa terhadap prestasi belajar
pendidikan agama Islam siswa kelas VIII di SMP N 2 Tuntang tahun pelajaran 2014/2015?
6. Adakah hubungan secara bersama antara profesionalisme guru dan kedisiplinan
belajar siswa terhadap prestasi belajar Pendidikan Agama Islam siswa kelas VIII di SMP N 2 Tuntang tahun ajaran 2014/2015?
C. Tujuan Penelitian
1. Untuk mengetahui variasi profesionalisme guru kelas VIII di SMP N 2 Tuntang tahun pelajaran 2014/2015.
2. Untuk mengetahui variasi kedisiplinan belajar siswa kelas VIII di SMP N 2 Tuntang tahun pelajaran 2014/2015.
3. Untuk mengetahui variasi prestasi belajar Pendidikan Agama Islam siswa kelas
6
4. Untuk mengetahui adakah hubungan profesionalisme guru terhadap pretasi
belajar pendidikan agama Islam siswa kelas VIII di SMP N 2 Tuntang tahun pelajaran 2014/2015.
5. Untuk mengetahui adakah hubungan kedisiplinan belajar terhadap prestasi belajar pendidikan agama Islam siswa kelas VIII di SMP N 2 Tuntang tahun pelajaran 2014/2015.
6. Untuk mengetahui adakah hubungan secara bersama antara profesionalisme guru dan kedisiplinan belajar terhadap prestasi belajar Pendidikan Agama Islam
siswa kelas VIII di SMP N 2 Tuntang tahun pelajaran 2014/ 2015. D. Hipotesis Penelitian
Hipotesis adalah kebenaran sementara yang ditentukan oleh peneliti. Tetapi masih harus dibuktikan, atau ditegaskan, atau diuji kebenaranya (Arikunto, 1997: 20).
Mengacu pada masalah penelitian yang dikaitkan dengan tinjauan pustaka, maka dalam penelitian ini hipotesis yang penulis ajukan adalah ada hubungan yang signifikan antara profesionalisme guru dan kedisiplinan belajar terhadap
prestasi belajar pendidikan agama Islam siswa kelas VIII SMP N 2 Tuntang. E. Kegunaan Penelitian
Manfaat yang diharapkan dari hasil penelitian adalah: 1. Manfaat Teoretis
a. Hasil penelitian dapat digunakan sebagai pedoman dalam mengadakan
7 2. Manfaat Praktis
a. Sebagai informasi bagi para guru agar meningkatkan profesionalisme keguruan.
b. Sebagai bahan masukan bagi para guru bahwa profesionalisme harus dibentuk sedemikian rupa sehingga dapat mendorong terciptanya guru yang profesional.
F. Definisi Operasional 1. Pengaruh
Pengaruh adalah kekuatan yang ada atau timbul dari sesuatu, seperti orang, benda yang turut membentuk watak, kepercayaan atau perbuatan
seseorang ( Depdiknas, 2002: 849). 2. Profesionalisme Guru
Profesionalisme yaitu kualitas, mutu dan tindak tanduk yang merupakan
ciri suatu profesi. Profesionalisme berasal dari kata profesi yang berarti suatu jabatan atau pekerjaan tertentu yang dengan sendirinya menuntut keahlian, pengetahuan dan keterampilan tertentu pula (Hamalik, 1991: 3).
Guru merupakan pelaku yang bertanggung jawab membimbing dan membantu siswa dalam perkembangan jiwa dan pengetahuannya.
8
Untuk mengukur profesionalisme guru, maka digunakan indikator
variabel profesionalisme guru menurut Depdikbud dalam Samana (1994: 123) sebagai berikut:
TABEL I
Variabel Indikator Sub Indikator
Profesionalisme
10 3. Kedisiplinan Belajar
Disiplin belajar adalah ketaatan (kepatuhan) kepada peraturan (Sutisna,
1987: 268). Merupakan perilaku yang terkontrol karena pelatihan, ia dapat menyelesaikan pekerjaan yang berat itu karena disiplin yang baik.
Kedisiplinan belajar adalah suatu kondisi yang tercipta dan terbentuk
melalui proses dari serangkaian perilaku yang menunjukkan nilai-nilai ketaatan, kepatuhan, kesetiaan, keteraturan, dan ketertiban dalam belajar.
Indikator variabel kedisiplinan belajar, meliputi: 1. Masuk kelas tepat waktu (Djamarah, 2002: 97).
Sebagai siswa yang disiplin, ia akan berusaha masuk kelas tepat waktu yaitu sebelum tanda masuk berbunyi, dengan begitu siswa dapat mempersiapkan diri mengikuti pelajaran sebelum guru masuk kelas dengan
keadaan tenang.
2. Mendengarkan dan memperhatikan keterangan guru (Djamarah, 2002: 98). Siswa yang memiliki kedisiplinan belajar akan berusaha selalu
mendengarkan dan memperhatikan penjelasan guru. Karena dengan memperhatikan maka materi yang disampaikan guru dapat dimengerti
dengan baik dan mencatat hal-hal yang sekiranya belum paham. 3. Mengerjakan tugas dari guru (Djamarah, 2002: 90).
Dalam proses belajar siswa tidak hanya bersikap pasif sebagai
11
senantiasa mengerjakan tugas tepat waktu, baik tugas di sekolah maupun
tugas rumah.
4. Membuat ringkasan dan melengkapi kembali catatan pelajaran (Djamarah,
2002: 81).
Siswa yang disiplin, setelah sampai dirumah akan melengkapi dan meringkas kembali catatan yang baik. Karena akan memudahkan untuk
mempelajarinya.
5. Bertanya mengenai hal-hal yang belum jelas (Djamarah, 2002: 103).
Semua yang dijelaskan oleh guru belum tentu dapat dimengerti semua oleh siswa. Siswa harus sadar akan pentingnya pemahaman suatu
pengetahuan yang sempurna, maka sebagai langkah yang tepat dia tidak segan untuk bertanya kepada guru untuk meminta keterangan yang lebih jelas dari materi penjelasan.
Kedisiplinan belajar dalam proses pendidikan sangat diperlukan karena bukan hanya menjaga kondisi suasana belajar dan mengajar berjalan dengan lancar, tetapi juga untuk menciptakan pribadi yang kuat bagi setiap siswa.
4. Prestasi Belajar Pendidikan Agama Islam
Prestasi adalah hasil yang telah dicapai dari sesuatu yang telah dilakukan
atau dikerjakan (Depdiknas, 2002: 195). Prestasi yang dimaksud disini adalah nilai ulangan harian siswa, karena nilai ulangan harian merupakan benar-benar hasil belajar siswa, bukan ditambah dengan nilai sebelumnya atau nilai
12
Belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan individu, untuk
memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan sebagai hasil pengalaman individu itu sendiri dalam interaksi dengan
lingkungannya (Slameto, 1991: 2).
Dengan adanya pengertian tentang prestasi belajar diatas, maka yang dimaksud prestasi adalah hasil yang dicapai dengan melalui proses
perubahan-perubahan pada diri seseorang, perubahan-perubahan itu ke arah positif maju dan perbaikan.
Pendidikan agama Islam adalah suatu usaha yang lebih khusus ditekankan untuk mengembangkan fitrah keberagamaan dan sumber daya insani agar lebih
mampu memahami, menghayati dan mengamalkan ajaran Islam (Ahmadi, 1992: 103).
Pendidikan agama Islam adalah mata pelajaran yang dimaksudkan untuk
meningkatkan potensi spiritual dan membentuk peserta didik agar menjadi siswa yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa dan berakhlak mulia.
Dari pengertian diatas maka yang dimaksud prestasi belajar pendidikan agama Islam adalah hasil yang dicapai dan ditunjukkan oleh siswa setelah
13 G. Metode Penelitian
1. Pendekatan penelitian
Penelitian ini menggunakan pendekatan penelitian kuantitatif dan menggunakan rancangan penelitian studi korelasional, untuk mengetahui hubungan setiap variabel penelitian menggunakan analisis statistik prosentase
dan teknik analisis regresi untuk mengetahui besarnya pengaruh antar variabel. 2. Lokasi dan waktu penelitian
Lokasi penelitian dilakukan di SMP N 2 Tuntang yang beralamat: Jl.
Mertokusumo RT 1 RW 11, Candirejo, Tuntang. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Mei sampai selesai yang terbagi menjadi beberapa teknis dari proses pengumpulan data hingga proses penulisan laporan.
3. Populasi dan Sampel a. Populasi
Populasi adalah keseluruhan subjek penelitian. Penelitian populasi dilakukan apabila peneliti ingin melihat semua liku-liku yang ada di dalam
populasi (Arikunto, 1997: 115). Dalam penelitian ini populasi seluruh siswa kelas VIII SMP N 2 Tuntang tahun pelajaran 2014/2015 yang berjumlah 237
siswa. b. Sampel
Sampel adalah sebagian atau wakil populasi yang diteliti (Arikunto, 1997:
117). Penulis akan melakukan penelitian di lapangan dalam menentukan sampel sesuai dengan pendapat Suharsimi Arikunto, Bahwa apabila subyeknya kurang
14
diambil 10% - 15% atau 20% - 25% (Arikunto, 1997: 120). Pada penelitian ini
peneliti mengambil sampel 10% -15% dari jumlah populasi. Jadi sampel dalam penelitian ini adalah 30 siswa dinilai atau dianggap dapat mewakili populasi
yang ada.
H. Prosedur Pengumpulan Data a. Metode Angket
Angket adalah pernyataan tertulis yang digunakan untuk memperoleh informasi dari responden dalam arti laporan tentang pribadi atau hal-hal yang
ia ketahui (Arikunto, 2006: 151). Adapun yang menerima angket dalam pengumpulan data ini adalah seluruh siswa kelas VIII SMP N 2 Tuntang.
Jawaban diberikan dengan membubuhkan tanda tertentu atau jawaban sudah disediakan sehingga responden tinggal melingkari pilihan yang tersedia. Metode ini digunakan untuk mendapatkan data tentang profesionalisme guru
dan kedisiplinan belajar. Adapun untuk alternatif jawaban dan skornya yaitu A (selalu) skor 4, B (sering) skor 3, C (kadang-kadang) skor 2, D (Jarang sekali) skor 1 (Erawati, 2015).
b. Metode Observasi
Observasi adalah pengumpulan data dengan cara melalui pencatatan dan
15
dalam situasi yang wajar maupun dalam situasi yang dibuat-buat. Metode ini
digunakan untuk observasi awal untuk menemukan masalah penelitian c. Metode Dokumentasi
Dokumentasi adalah mencari data mengenai hal-hal atau variabel yang berupa catatan, transkip, buku, surat kabar, majalah, prasasti, notula rapat, agenda dan lain sebagainya (Arikunto, 2006: 158). Dalam penelitian ini yang
peneliti butuhkan adalah sejarah berdirinya SMP N 2 Tuntang, visi, misi dan struktur organisasi SMP N 2 Tuntang dan nilai ulangan harian tahun pelajaran
2014/2015.
I. Instrumen Penelitian
Dalam hal ini ada tiga variable yaitu:
a. Variabel 𝑋1 yaitu berupa profesionalisme guru.
b. Variabel X₂ yaitu kedisiplinan belajar.
c. Variabel Y yaitu prestasi belajar siswa.
Variabel Y merupakan variabel yang di dalamnya termuat tentang prestasi belajar Pendidikan Agama Islam siswa kelas VIII yang diwujudkan dengan nilai ulangan harian tahun pelajaran 2014/2015.
J. Analisis Data
Analisis data adalah suatu metode dengan cara menganalisis data yang
16
Penulis menggunakan analisis persentase dengan rumus:
P= 𝑁𝐹× 100 %
Keterangan:
P : Angka persentase
F : Frekuensi yang sedang di cari persentasenya N : Jumlah responden
100%: Bilangan konstan
Selanjutnya untuk mengetahui pengaruh profesionalisme guru terhadap prestasi belajar siswa dan pengaruh kedisiplinan belajar terhadap prestasi belajar
siswa adalah menggunakan rumus product moment, sedangkan untuk mengetahui adakah pengaruh profesionalisme guru dan kedisiplinan belajar terhadap prestasi
belajar siswa digunakan rumus regresi ganda, karena dalam penelitian ini penulis menggunakan 3 variabel yang terbagi dalam 2 kategori meliputi variabel terikat
yaitu variabel pertama dan variabel kedua yakni profesionalisme guru (X1),
kedisiplinan belajar (X2) sementara variabel ketiga prestasi belajar (Y) merupakan
variabel bebas.
Adapun rumus product moment, berdasar ini Sugiono (2010: 255) sebagai berikut:
a) Mencari pengaruh X1 terhadap Y dengan cara sebagai berikut:
rX
1Y=
N.∑x₁y− (∑x₁)(∑y)√{N ∑ x₁2−(∑x₁)²}{N∑y²−(∑y)²}
17
rX1Y =Angka indek korelasi “r“ Product moment N = Jumlah sampel obyek yang diteliti
∑ X1Y = Jumlah hasil perkalian antara skor X1 dan Y
∑ X1 = Jumlah seluruh skor X1
∑ Y = Jumlah seluruh Y
b) Mencari pengaruh X2 terhadap Y dengan cara sebagai berikut:
rX
2Y=
N.∑x₂y− (∑x₂)(∑y)√{N∑x₂²−(∑x₂)²}{N∑y²−(∑y)²}
Keterangan:
rX2Y = Angka indek korelasi “r” Product Moment N = Jumlah sampel objek yang diteliti
∑ X2Y = Jumlah hasil perkalian antara skor X2 dan skor Y ∑ X2 = Jumlah seluruh skor X2
∑ Y = Jumlah seluruh Y c) Mencari korelasi X1 dan X2
rX
1X
2=
N.∑x1x₂− (∑x₁)(∑x₂)√{N∑x₁²−(∑x₁)²}{N∑x₂²−(∑x₂)²}
Keterangan:
rX
1X
2 = Angka indek korelasi “r” product momentN = Jumlah sampel objek yang diteliti
∑ X1X2 = Jumlah hasil perkalian antara skor X1 dan skor X2 ∑ X1 = Jumlah seluruh skor X1
∑ X2 = Jumlah seluruh skor X2
18 RX₁X₂Y=
√
r2x1y˖r2x2y−2rx1y.rx2y.rx₁x₂1−𝑟²𝑥₁𝑥₂
Keterangan:
R X1X2Y = Korelasi ganda antara X1 X2 dan Y rX1Y = Korelasi antara rX1Y
rX2Y = Korelasi antara rX2Y r X1X2 = Korelasi antara r X1X2
Analisis ini digunakan untuk mengecek diterima tidaknya hipotesa yang telah diajukan berdasarkan analisa hipotesa.
Setelah diperoleh hasil koefisien korelasi antara X dan Y atau
diperoleh nilai 𝐻𝑎(hipotesis alternative)dikonsultasikan pada tabel pada taraf 5%.
Apabila nilai 𝐻𝑜 diperoleh sama atau lebih besar dari nilai 𝐻𝑎 maka
hasilnya tidak ada signifikan, dengan demikian hipotesis dapat ditolak.
Korelasi yang dihasilkan baru berlaku untuk sampel yang diteliti.
Apakah hubungan itu dapat digeneralisasikan atau tidak, maka harus diuji signifikansinya dengan rumus sebagai berikut:
Fh = 𝑅
2/𝑘
(1−𝑅2)/(𝑛−𝑘−1)
Keterangan:
19
Hasil ini selanjutnya dikonsultasikan dengan F tabel (Ft), dengan dk
pembilang = k dan dk penyebut (n-k-1) dan taraf kesalahan 5% dan 1%. Dalam hal ini berlaku ketentuan apabila Fh lebih besar dari Ft maka koefisien
korelasi ganda yang diuji adalah signifikan, yaitu dapat diberlakukan untuk seluruh populasi. Atau bisa dikatakan Ho ditolak.
K. Sistematika Penulisan 1. Bagian awal
Berisi mengenai halaman judul, halaman nota pembimbing, halaman pengesahan skripsi, halaman motto, halaman persembahan, kata pengantar, dan daftar isi.
2. Bagian isi
Bagian ini terdiri dari beberapa bab:
BAB I: PENDAHULUAN
Pendahuluan yang memuat tentang pembahasan yang terdiri dari latarbelakang masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian,
hipotesis penelitian, kegunaan penelitian, definisi operasional, metode penelitian, dan sistematika penulisan.
BABII : LANDASAN TEORI
Dalam bab II Landasan teori ini memuat tentang teori dan konsep. Yaitu pengertian profesionalisme guru, kedisiplinan
20
Pada bab ini laporan hasil penelitian yang meliputi:
penjelasan tentang gambaran umum mengenai sejarah berdirinya, visi misi, struktur organisasi, keadaan sekolah, daftar guru dan
laporan angket data mengenai profesionalisme guru, kedisiplinan belajar dan prestasi belajar pendidikan agama Islam siswa kelas VIII SMP N 2 Tuntang.
BAB IV: ANALISIS DATA
Pada bab VI analisis data, akan dilakukan analisis terhadap
data yang terkumpul secara pentahapan, penghitungan frekuensi, klarifikasi data dan prosentase serta regresi ganda untuk menjawab
pokok-pokok masalah di atas. BAB V: PENUTUP
Pada bab penutup akan menguraikan mengenai kesimpulan
akhir dari hasil penelitian, saran-saran yang berhubungan dengan pihak-pihak terkait dari penelitian.
3. Bagian akhir
21 BAB II
LANDASAN TEORI A. Profesionalisme Guru
1. Pengertian
Keberadaan sekolah sebagai lembaga formal penyelenggaraan pendidikan
memainkan peran strategis dalam keberhasilan sistem pendidikan nasional. Guru memiliki peran yang sangat besar dalam bertanggung jawab atas mutu pendidikan,
untuk mencapai peningkatan mutu pendidikan maka dari itu guru dituntut untuk mengembangkan dirinya dengan ilmu pengetahuan dan keterampilan-keterampilan yang dibutuhkan dalam pembelajaran. Maka dari itu profesionalitas guru sangat
diperlukan.
Menurut Webstar dalam Kunandar (2011: 49) profesionalisme berasal dari
kata profesi yang artinya suatu bidang pekerjaan yang ingin atau akan ditekuni seseorang. Profesi juga diartikan sebagai suatu jabatan atau pekerjaan tertentu yang mensyaratkan pengetahuan dan ketrampilan khusus yang diperoleh
pendidikan akademis yang intensif.
Profesionalisme adalah kualitas, mutu, dan tindak tanduk yang merupakan ciri suatu profesi (Hamalik, 1991: 3). Hal ini berarti profesionalisme merupakan
suatu faham bahwa setiap pekerjaan itu harus dilakukan oleh orang yang profesional. Orang yang profesional adalah orang yang memiliki profesi. Dapat
22
diaplikasikan bagi kepentingan umum. Atas dasar pengertian ini, ternyata
pekerjaan profesional berbeda dengan pekerjaan lainnya karena suatu profesi memerlukan kemampuan dan keahlian khusus dalam melaksanakan profesinya.
Sedangkan menurut Sudjana dalam Moh. Uzer Usman (2002: 14) Profesionalisme berasal dari kata profesional, kata sifat yang berarti pencaharian dan sebagai kata benda yang berarti orang yang mempunyai keahlian seperti guru,
dokter, hakim dan sebagainya. Dengan kata lain pekerjaan yang bersifat profesional adalah pekerjaan yang hanya dapat dilakukan oleh mereka yang
khusus dipersiapkan untuk itu dan bukan pekerjaan yang dilakukan oleh mereka yang karena tidak dapat meperoleh pekerjaan lain.
Guru merupakan jabatan atau profesi yang memerlukan keahlian khusus sebagai guru (Mahanani, 2011: 10). Bukan sembarang orang yang bisa menjadi seorang guru. Untuk dapat melaksanakan tugas sebagai seorang guru dengan baik,
guru harus memiliki ilmu kecakapan keterampilan keguruan. Untuk mendapatkan ilmu dan kecakapan keterampilan keguruan itulah seorang calon guru harus menempuh pendidikan di lembaga pendidikan guru.
Guru adalah pelaku yang bertanggung jawab membimbing dan membantu siswa dalam perkembangan jiwa dan pengetahuannya. Profesionalisme guru
adalah guru yang berkualitas yang memiliki kemampuan dan keahlian khusus dalam bidang keguruannya yang dikehendaki untuk mendatangkan prestasi belajar serta mampu mempengaruhi proses belajar mengajar siswa yang nantinya akan
23 2. Kriteria Guru Profesional
Guru yang profesional harus memiliki kriteria sebagai berikut: a. Guru dituntut menguasai bahan ajar
Ciri khas jasa sekolah (guru) dalam mendidik siswanya adalah membantu siswa dalam memperkembangkan akalnya (bidang ilmu
pengetahuan). Guru hendaknya menguasai bahan ajar wajib, bahan ajar pengayaan dan bahan ajar penunjang dengan baik untuk keperluan
pengajarannya.
b. Guru mampu mengelola program belajar-mengajar
Guru diharap menguasai secara fungsional tentang pendekatan sistem
pengajaran, metode dan teknik pengajaran, menguasai secara mendalam serta berstruktur bahan ajar serta berstruktur bahan ajar, dan mampu merancang
penggunaan fasilitas pengajaran (guru diharap mampu membuat alat bantu atau media pengajaran).
c. Guru mampu mengelola kelas
Kelas sebagai kesatuan kelompok belajar hendaknya berkembang menjadi kelompok belajar yang penuh persahabatan serta kerjasama, yang bersemangat untuk belajar (bermotivasi, yang berkeinginan untuk mencapai
prestasi, yang memiliki cita-cita dan yang menangkap makna belajar), yang berdisiplin dalam menyelesaikan tugas-tugas, yang efektif dan efisien dalam
24
Jadi inti dari pengelolaan kelas adalah usaha untuk menciptakan situasi
sosial kelas yang kondusif untuk belajar sebaik mungkin, tentu saja kondisi serta fasilitas kelas (prasarana dan sarana pengajaran, khususnya media dan
sumber belajar) adalah hasil penting yang perlu didayagunakan sebaik mungkin oleh guru bersama siswa demi suksesnya pembelajaran siswa. d. Guru mampu menilai prestasi belajar siswa untuk kepentingan pengajaran
Salah satu cara yang perlu dipahami guru secara fungsional adalah bahwa penilaian pengajaran merupakan bagian integral dari sistem
pengajaran. Pembimbingan siswa untuk bersikap realistis terhadap diri sendiri beserta potensialitasnya, data penilaian yang akurat sangat membantu
untuk menentukan arah perkembangan diri siswa.
e. Guru mengenal program pelayanan bimbingan dan penyuluhan
Guru mampu menjadi partisipan yang baik dalam pelayanan
bimbingan konseling di sekolah. Guru membantu siswa untuk mengenali serta menerima diri beserta potensinya, membantu siswa untuk menentukan pilihan-pilihan yang tepat dalam hidupnya, membantu siswa agar berani
menghadapi masalah hidupnya secara bertanggung jawab (berani mengambil keputusan sehubungan dengan alternatif pemecahannya dan konsekuen
25 3. Peran Guru
Adapun peran guru sebagai berikut (Usman, 2002: 9-11):
1) Sebagai Pengajar
Guru hendak senantiasa menguasai bahan atau materi pelajaran yang
akan diajarkan serta senantiasa mengembangkannya dalam arti meningkatkan kemampuanya dalam hal ini akan sangat menentukan hasil belajar yang dicapai oleh siswa, dan yang diperlu perhatikan lagi ialah
bahwa guru sendiri adalah pelajar, ini berarti guru harus belajar terus menerus.
2) Sebagai Pengelola Kelas
Guru hendaknya mampu mengelola kelas karena kelas merupakan lingkungan sekolah yang perlu diorganisasi lingkungan ini diatur dan
diawasi agar kegiatan-kegiatan belajar terarah kepada tujuan-tujuan pendidikan.
Pengawasan terhadap lingkungan ini turut menentukan sejauh mana lingkungan tersebut menjadi lingkungan belajar yang baik, lingkungan yang
baik adalah yang bersifat menantang dan merangsang siswa untuk belajar, memberikan rasa aman dan kepuasan mencapai tujuan.
Keberhasilan pengajaran dalam arti tercapainya tujuan instruksional,
sangat tergantung pada kemampuan mengatur kelas. Kelas yang baik dapat menciptakan situasi yang memungkinkan anak belajar sehingga merupakan
26
rangka menyediakan kondisi yang kondusif untuk berlangsungnya proses
pembelajaran yang efektif merupakan salah satu kemampuan profesional yang harus dimiliki oleh guru.
3) Sebagai Mediator dan Fasilitator
Guru hendaknya memiliki pengetahuan dan pemahaman yang cukup tentang media pendidikan merupakan alat komunikasi guru lebih
mengefektifkan proses belajar-mengajar dan guru sebagai fasilitator hendaknya mampu menguasahakan sumber belajar yang kiranya berguna
serta dapat menunjang pencapaian tujuan proses belajar mengajar, baik yang berupa nara sumber, buku teks, majalah, ataupun surat kabar.
4) Sebagai Penilian Hasil Belajar Siswa
Guru hendaknya secara terus menerus mengikuti hasil belajar yang telah dicapai oleh siswa dari waktu-kewaktu. Informasi yang diperoleh
melalui evaluasi ini akan merupakan umpan balik (feed beck) terhadap proses belajar-mengajar. Umpan balik ini akan dijadikan titik tolak untuk memperbaiki dan meningkatkan proses belajar mengajar selanjutnya.
Dengan demikian, proses belajar mengajar akan terus menerus ditingkatkan untuk memperoleh hasil/ prestasi belajar siswa yang optimal.
Apabila diperhatikan dari kebiasaan guru mengajar sekarang ini, maka dapat dikatakan bahwa mereka melakukan kegiatan yang muatannya lebih besar ke arah kinerja yang sangat tekstual dalam segala hal, baik dalam
27
mereka, maupun dalam pembelajaran materi kepada peserta didik mereka.
Semua orang yakin bahwa guru memiliki andil yang sangat besar terhadap keberhasilan pembelajaran di sekolah. Guru sangat berperan dalam
membantu perkembangan peserta didik untuk mewujudkan tujuan hidupnya secara optimal.
B. Kedisiplinan Belajar 1. Pengertian
Istilah “disiplin” mengandung banyak arti. Good’s Dictionary of
Education menjelaskan “disiplin” sebagai berikut:
a. Proses atau hasil pengarahan atau pengendalian keinginan, dorongan, atau
kepentingan demi suatu cita-cita atau untuk mencapai tindakan yang lebih efektif.
b. Pencarian suatu cara bertindak yang terpilih dengan gigih, aktif, dan di arahkansendiri, sekalipun menghadapi rintangan.
c. Pengendalian perilaku dengan langsung dan otoriter melalui hukuman dan
hadiah.
d. Pengekangan dorongan, sering melalui cara yang tak enak, menyakitkan (Sutisna, 1987: 97).
Dari pengertian disiplin tersebut dapat disimpulkan bahwa disiplin adalah keteraturan dan sikap tanggung jawab siswa untuk mematuhi segala peraturan
28
Belajar adalah perubahan tingkah laku yang relatif tetap yang terjadi
karena latihan dan pengalaman.
Kedisiplinan belajar adalah ketekunan yang dilakukan oleh siswa baik
dalam hal belajar maupun yang berkaitan dengan kewajiban sebagai siswa yang menimbulkan perubahan.
Disiplin merupakan sesuatu yang menyatu di dalam diri seseorang.
Bahkan, disiplin itu sesuatu yang menjadi bagian dalam hidup seseorang, yang muncul dalam pola tingkah lakunya sehari-hari. Disiplin terjadi dan terbentuk
sebagi hasil dan dampak proses pembinaan cukup panjang yang dilakukan sejak dari dalam keluarga dan berlanjut dalam pendidikan di sekolah. Keluarga dan
sekolah menjadi tempat penting bagi pengembangan disiplin seseorang.
Sebelum anak mengenal adanya tata tertib maupun aturan yang harus mereka taati, mereka belum mengenal adanya sikap kedisiplinan. Mereka
tumbuh dan berkembang secara alamiah tanpa ada aturan yang mengikatnya. Setelah mereka mengenal adanya tata tertib maupun aturan, maka dengan sendirinya mereka dituntut untuk memiliki sikap disiplin tersebut. Disiplin
timbul dari jiwa karena dorongan untuk mentaati tata tertib. Sehingga dapat dipahami bahwa disiplin merupakan sikap patuh terhadap tata tertib atau aturan.
Disiplin belajar juga merupakan usaha untuk menanamkan kesadaran pada setiap personal tentang tugas dan tanggung jawabnya agar menjadi orang yang bersedia dan mampu memikul tanggung jawab atas semua pekerjaannya
29
Timbulnya sikap disiplin bukan peristiwa yang mendadak yang terjadi
seketika. Kedisiplinan pada seorang siswa tidak dapat tumbuh tanpa adanya intervensi dari pendidik dan itupun dilakukan secara bertahap sedikit demi
sedikit dan muncul karena kesadaran. Kebiasaan yang ditanamkan oleh orang tua dan orang-orang dewasa di dalam lingkungan keluarga akan terbawa oleh anak dan sekaligus akan memberikan warna terhadap perilaku kedisiplinan
anak di mana dengan disiplin akan menciptakan kemauan dalam bekerja secara teratur.
2. Pentingnya Disiplin
Disiplin diperlukan oleh siapapun dan dimana pun. Hal itu disebabkan di
manapun seseorang berada, di sana selalu ada peraturan atau tata tertib. Jadi, manusia mustahil hidup tanpa disiplin. Manusia memerlukan disiplin dalam hidupnya di mana pun berada. Apabila manusia mengabaikan disiplin, akan
menghadapi banyak masalah dalam kehidupan sehari-hari. Oleh karena itu, perilaku hidupnya tidak sesuai dengan peraturan yang berlaku di tempat manusia berada dan yang menjadi harapan.
Tanpa adanya kedisiplinan maka akan kehilangan daya dorong untuk melakukan aktivitas belajar, sehingga akan sulit tumbuh dari hati anak semangat
untuk maju dalam kegiatan belajar mengajar. Anak tidak lagi memiliki semangat yang kuat. Dengan tidak adanya semangat belajar tersebut maka sulit diharapkan siswa dapat mengikuti proses belajar mengajar dengan baik maka akan sulit pula
30
Disiplin berperan penting dalam membentuk individu yang berciri
keunggulan. Berdasarkan pengalaman disiplin itu penting karena alasan berikut ini:
1.Dengan disiplin yang muncul karena kesadaran diri, siswa berhasil dalam belajarnya. Sebaliknya, siswa yang kerap kali melanggar ketentuan sekolah pada umumnya terhambat optimalisasi potensi dan prestasinya.
2.Tanpa disiplin yang baik, suasana sekolah dan juga kelas, menjadi kurang kondusif bagi kegiatan pembelajaran. Secara positif, disiplin memberi
dukungan lingkungan yang tenang dan tertib bagi proses pembelajaran.
3. Orang tua senantiasa berharap di sekolah anak-anak dibiasakan dengan
norma-norma, nilai kehidupan dan disiplin. Dengan demikian, anak-anak dapat menjadi individu yang tertib, teratur dan disiplin.
4. Disiplin merupakan jalan bagi siswa untuk sukses dalam belajar dan kelak
ketika bekerja. Kesadaran pentingnya norma, aturan, kepatuhan dan ketaatan merupakan prasyarat kesuksesan seseorang (Tu’u, 2004: 37).
Untuk dapat menegakkan kedisiplinan tidak selalu melibatkan orang lain,
bahkan hanya melibatkan diri sendiri sebenarnya bisa dilakukan. Bahkan dengan melibatkan diri sendiri itulah yang lebih penting karena disiplin yang timbul
31
Berdisiplin selain akan membuat seseorang memiliki kecakapan mengenai
cara belajar yang baik, juga merupakan suatu proses kearah pembentukan watak yang baik pula (Gie, 1997: 51). Manfaat kedisiplinan adalah membuat siswa
menjadi lebih tertib dan teratur dalam menjalankan kehidupannya, kehidupan aman dan teratur, mencegah hidup sembarangan, menghargai kepentingan orang lain, membiasakan hidup tertib di sekolah.
Siswa juga dapat mengerti bahwa kedisiplinan itu amat sangat penting bagi masa depannya kelak, karena dapat membangun kepribadian siswa yang kokoh
dan bisa diharapkan berguna bagi semua pihak.
Dalam hal kedisiplinan dalam belajar baik itu di sekolah atau di rumah yang
terjadi diperlukan, akan tetapi anjuran yang terlalu banyak akan membuat anak bosan, perlu sekali adanya campur tangan dari orang dewasa terutama dari orang tua atau guru.
Peran guru sebagai pembimbing dan pengasuh agar selalu mengarahkan anak didik pada sikap berbudi pekerti yang baik, berilmu, dan terampil. Sedang peran orang tua dalam menanamkan sikap disiplin belajar pada anaknya harus
ditanamakan sejak kecil. Kita harus ingat bahwa tuntunan yang berupa contoh-contoh dari orang tua kata-katanya akan lebih berkesan bila disertai dengan
perbuatan. Namun bukan berarti anjuran tidak diperlukan, akan tetapi anjuran terlalu banyak akan membuat anak bosan.
Untuk dapat mewujudkan harapan pada orang tua dalam mendidik anak,
32
dengan menciptakan suasana belajar yang menyenangkan bagi anak, maka anak
akan senang dan semangat dalam belajar.
3. Pembentukan Disiplin
Ada beberapa faktor yang dapat berpengaruh pada pembentukan disiplin individu, antara lain teladan, lingkungan berdisiplin dan latihan berdisiplin (Tu’u,
2004: 49).
1.Teladan
Perbuatan dan tindakan kerap kali lebih besar pengaruhnya
dibandingkan dengan kata-kata. Karena itu, contoh dan teladan disiplin atasan, kepala sekolah dan guru-guru serta penata usaha sangat berpengaruh
terhadap disiplin para siswa. Mereka lebih mudah meniru apa yang mereka lihat, dibanding apa yang mereka dengar. Lagi pula, hidup manusia banyak dipengaruhi peniruan-peniruan terhadap apa dianggap baik dan patut ditiru. Di
sini faktor teladan disiplin sangat penting bagi disiplin siswa. 2.Lingkungan berdisiplin
Seseorang dapat juga dipengaruhi oleh lingkungan. Bila berada di
lingkungan berdisiplin, seseorang dapat terbawa oleh lingkungan tersebut. Salah satu ciri manusia adalah kemampuannya beradaptasi dengan
lingkungan. Dengan potensi adaptasi ini, ia dapat mempertahankan hidupnya. 3. Latihan berdisiplin
Disiplin dapat dicapai dan dibentuk melalui proses latihan dan
33
membiasakannya dalam praktik-praktik disiplin sehari-hari. Dengan latihan
dan membiasakan diri, disiplin akan terbentuk dalam diri siswa. Disiplin telah menjadi kebiasaannya.
Pembiasaan disiplin di sekolah akan mempunyai pengaruh yang positif bagi kehidupan siswa di masa datang. Pada mulanya disiplin memang dirasakan sebagi sesuatu yang mengekang kebebasan. Akan tetapi, bila aturan
ini dirasakan sebagai sesuatu yang memang seharusnya dipatuhi secara sadar untuk kebaikan dirinya dan sesama, lama kelamaan akan menjadi suatu
kebiasaan yang baik menuju arah disiplin diri. Disiplin tidak lagi merupakan aturan yang datang dari luar yang memberikan keterbatasan tertentu, tetapi
disiplin merupakan aturan yang datang dari dirinya sendiri, suatu hal yang wajar dilakukan dalam kehidupan sehari-hari.
C. Prestasi Belajar 1. Pengertian
Prestasi adalah hasil yang dicapai seseorang ketika mengerjakan tugas atau kegiatan tertentu (Tu’u, 2004: 75).
Prestasi adalah hasil dari suatu kegiatan yang telah dikerjakan, diciptakan baik secara individu maupun kelompok. Prestasi tidak akan pernah dihasilkan
selama seseorang tidak pernah melakukan sesuatu kegiatan. Pencapaian prestasi tidaklah mudah, akan tetapi kita harus menghadapi berbagai rintangan dan
34
Belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan individu, untuk
memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan sebagai hasil pengalaman individu itu sendiri dalam interaksi dengan
lingkungannya ( Slameto, 1991: 2).
Belajar adalah sebagai proses perubahan tingkah laku pada individu berkat adanya interaksi antara individu dan individu, individu dan lingkungannya
(Usman, 2002: 5). Pada umumnya belajar dapat diartikan kegiatan-kegiatan fisik dan psikis, kedua aspek itu saling melengkapi dan bertalian satu sama lain.
Kegiatan manusia dalam pembuatannya selalu menuntut kegiatan jasmani dan rohani.
Dengan kata lain bahwa belajar adalah proses perubahan dalam diri seseorang yang berupa tingkah laku baru, sebagai akibat dari pengalaman dan latihan yang diusahakan secara sadar. Belajar bukan hanya sekedar pengalaman
melainkan proses dari belum tahu menjadi tahu, belajar merupakan proses dasar dari perkembangan hidup manusia. Dimana belajar itu membawa perubahan dan dari perubahan tersebut mendapatkan suatu kecakapan dan keterampilan
baru dengan usaha yang disengaja.
Prestasi belajar adalah hasil belajar yang dicapai siswa ketika mengikuti
35 3. Prinsip-Prinsip Belajar
Prinsip belajar dapat dilaksanakan dalam situasi dan kondisi yang berbeda, dan oleh setiap siswa secara individu. Adapun prinsip-prinsip belajar
itu sebagai berikut:
a. Dalam belajar setiap siswa harus diusahakan partisipasi aktif, meningkatkan minat, dan membimbing untuk mencapai tujuan instruksional.
b. Belajar bersifat keseluruhan dan materi itu harus memiliki struktur penyajian yang sederhana, sehingga siswa mudah menangkap pengertiannya.
c. Belajar harus tidak menimbulkan reinforcement dan inovasi yang kuat pada siswa untuk mencapai tujuan instruksional.
d. belajar itu proses kontinue, maka ia harus tahap demi tahap menurut perkembangannya.
e. Belajar adalah proses instruksional yang harus dicapai.
f. Belajar memerlukan sarana yang cukup, sehingga anak dapat belajar dengan tenang.
g. Belajar perlu lingkungan yang menantang di mana anak dapat
mengembangkan kemampuannya dan belajar dengan efektif. h. Belajar perlu ada interaksi anak dengan lingkungan.
i. Belajar adalah kontinuitas.
36
3. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Prestasi Belajar
Secara global, faktor-faktor yang mempengaruhi belajar siswa dapat dibedakan menjadi tiga macam, yakni:
1) Faktor internal (faktor dari dalam diri siswa), yakni keadaan/ kondisi jasmani dan rohani siswa.
2) Faktor eksternal (faktor dari luar siswa), yakni kondisi lingkungan disekitar
siswa.
3) Faktor pendekatan belajar, yakni jenis upaya belajar siswa yang meliputi
strategi dan metode yang digunakan siswa untuk melakukan kegiatan pembelajaran materi-materi pembelajaran (Syah, 2010: 145-146).
1. Faktor internal a. Faktor fisiologis
Kondisi umum jasmani seseorang pada umumnya dapat dikatakan
melatarbelakangi semangat dalam mengikuti pelajaran. Keadaan jasmani yang sehat akan lain pengaruhnya dibandingkan jasmani yang kurang sehat. Hal ini akan berpengaruh terhadap kegiatan belajar seseorang.
Untuk itu agar tetap sehat, maka kondisi makanan harus diperhatikan pula dan didukung dengan kegiatan olahraga. Dalam hal ini panca indera juga
37 b. Faktor Psikologis
Salah satu faktor psikologis yang berpengaruh dalam belajar seseorang
adalah adanya motivasi, adapun motivasi itu sebagaimana yang dikemukakan oleh Muhibbin Syah yaitu keadaan internal organisme, baik
manusia atau hewan yang mendorongnya untuk berbuat sesuatu, dalam hal ini motivasi berarti pemasok daya untuk bertingkah laku secara terarah. Motivasi disini dibedakan menjadi 2 macam yaitu:
1. Motivasi intrinsik adalah hal dan keadaan yang berasal dari dalam diri siswa sendiri yang dapat mendorongnya melakukan tindakan belajar.
Misalnya, perasaan menyenangi materi dan kebutuhannya terhadap materi tersebut untuk kehidupan masa depan siswa yang bersangkutan. 2. Motivasi ekstrinsik adalah hal dan keadaan yang datang dari luar
individu siswa yang juga mendorongnya untuk melakukan kegiatan belajar. Misalnya, pujian dan hadiah dapat menolong siswa untuk
belajar. 2. Faktor eksternal
a. Lingkungan sosial
Faktor-faktor lingkungan sosial adalah faktor manusia itu sendiri,
38 b. Lingkungan non sosial
Faktor-faktor yang termasuk lingkungan non sosial ialah gedung sekolah dan letaknya, rumah tempat tinggal keluarga siswa dan letaknya,
alat-alat belajar, keadaan cuaca dan waktu belajar yang digunakan siswa. Faktor-faktor ini dipandang turut menentukan tingkat keberhasilan belajar siswa.
3. Faktor pendekatan belajar
Faktor pendekatan belajar seperti yang telah diuraikan diatas, dapat
dipahami sebagai segala cara atau strategi yang digunakan siswa dalam menunjang keefektifan dan efisiensi proses pembelajaran materi tertentu.
Strategi dalam hal ini berarti seperangkat langkah operasional yang direkayasa sedemikian rupa untuk memecahkan masalah atau mencapai tujuan belajar tertentu.
Akibat terjadinya proses belajar pada diri seseorang adalah terjadinya perubahan perilaku yang dapat mencakup kawasan kognitif, afektif maupun psikomotorik.
Perubahan perilaku sebagai akibat terjadinya proses belajar disebut hasil belajar atau prestasi belajar. Hasil belajar tidak hanya satu macam saja,
akan tetapi ada bermacam-macam.
Belajar akan membawa perubahan bila orang yang belajar bebas menentukan bahan pelajaran dan cara yang dipakai untuk mempelajarinya.
39
untuk memilih bahan pelajaran dan cara mempelajarinya sesuai dengan
minat dan kemampuannya. Tentu saja kebebasan yang dimaksud tidak keluar dari kerangka belajar.
D. Pendidikan Agama Islam a. Pengertian
Achmadi menjelaskan pendidikan agama Islam adalah usaha yang khusus ditekankan untuk mengembangkan fitrah keberagamaan dan sumber daya insani
lainnya agar lebih mampu memahami, menghayati dan mengamalkan ajaran Islam (Achmadi, 1992: 103).
Dalam GBPP di sekolah umum, dijelaskan bahwa pendidikan agama
Islam adalah usaha sadar untuk menyiapkan siswa dalam meyakini, memahami, mengahayati, dan mengamalkan agama Islam melalui kegiatan bimbingan
pengajaran dan /atau latihan dengan memperhatikan tuntutan untuk menghormati agama lain dalam hubungan kerukunan antar umat beragama
dalam masyarakat untuk mewujudkan persatuan nasional (Muhaimin, 2008: 75-76).
Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam pembelajaran pendidikan
agama Islam yaitu:
1. Pendidikan agama Islam sebagai usaha sadar, yakni suatu kegiatan
40
2. Peserta didik yang hendak disipakan untuk mencapai tujuan, dalam arti ada
yang dibimbing, diajari dan latihan dalam peningkatan keyakinan pemahaman, penghayatan dan pengamalan terhadap ajaran agama Islam.
3. Pendidikan atau Guru Pendidikan Agama Islam (GPPAI) yang melakukan kegiatan bimbingan, pengajaran dan/ latihan secara sadar terhadap peserta didiknya untuk mencapai tujuan pendidikan agama Islam.
4. Kegiatan (pembelajaran) pendidikan agama Islam diarahkan untuk meningkatkan keyakinan, pemahaman, penghayatan dan pengamalan ajaran
agama Islam dari peserta didik, disamping untuk membentuk kesalehan atau kualitas pribadi, juga untuk membentuk kesalehan sosial (Muhaimin, 2002:
76).
Dapat disimpulkan bahwa pendidikan agama Islam adalah suatu bidang studi yang berisi tentang ajaran Islam yang harus disampaikan guru pada murid dengan
melalui bimbingan dan pembinaan dengan tujuan agar siswa dapat memahami, meyakini dan mengamalkan dalam kehidupan individu, bermasyarakat serta berbangsa dan bernegara.
b. Tujuan Pendidikan Agama Islam
Pendidikan agama Islam bertujuan untuk meningkatkan keimanan,
pemahaman, penghayatan, dan pengamalan peserta didik tentang ajaran Islam, sehingga menjadi manusia muslim yang beriman dan bertaqwa kepada Allah SWT serta berakhlak mulia dalam kehidupan pribadi, masyarakat, berbangsa
41
Penyempurnaan tujuan pendidikan agama Islam mengandung pengertian
bahwa proses PAI yang dialami siswa mengalami beberapa tahap, antara lain: a. Tahap kognisi, yakni pengetahuan dan pemahaman siswa terhadap ajaran
dan nilai-nilai yang terkandung dalam ajaran agama Islam.
b. Tahap afeksi, yakni terjadinya proses internalisasi ajaran dan nilai agama dalam hati, dalam arti menghayati dan meyakini, tahap afeksi ini terkait erat
dengan tahap kognisi, dalam arti penghayatan dan keyakinan siswa menjadi kokoh jika dilandasi oleh pengetahuan dan pemahamannya terhadap ajaran
dan nilai ajaran agama Islam.
c. Tahap psikomotorik, tahap ini siswa bergerak untuk mengamalkan ajaran
yang telah diyakini, sehingga terbentuk manusia muslim yang beriman, bertaqwa dan berakhlak mulia (Muhaimin, 2008:79).
E. Hubungan Profesionalisme guru dan Kedisiplinan Belajar Terhadap Prestasi Belajar Pendidikan Agama Islam Siswa
Ada dua hal yang menjadi alasan bahwa ada hubungannya antara profesionalisme guru dan prestasi belajar pendidikan agama islam, yaitu pertama,
keberadaan guru dalam kelas adalah sebagai manager bidang studi, yaitu orang yang merencanakan, melaksanakan dan mengevaluasi hasil pembelajaran siswa
di sekolah. Kedua, guru di sekolah menentukan keberhasilan siswa, oleh karena itu apabila siswa belum berhasil maka guru perlu mengadakan remedial atau bimbingan belajar. Guru yang mampu merencanakan, melaksanakan dan
42
Hubungan profesionalisme guru yang dilaksanakan dengan baik akan
mendorong prestasi belajar siswa. Dengan semakin baiknya profesionalisme guru yang dimiliki oleh seorang guru, maka semakin tinggi pula tingkat prestasi siswa
serta keaktifan siswa dalam proses belajar mengajar.
Pada hubungan kedisiplinan belajar terhadap prestasi belajar yaitu, ada hubungan positif kedisiplinan belajar terhadap keteraturan siswa dalam belajar
sehingga meningkatkan prestasi belajar pendidikan agama Islam pada siswa kelas VIII SMP N 2 Tuntang tahun ajaran 2014/2015. Siswa yang disiplin dalam
belajar akan lebih tertib dan kontinyu dalam belajar, sehingga memiliki intensitas belajar yang lebih banyak. Hal ini akan membantu siswa dalam memperkuat
pemahamannya. Dalam disiplin belajar tidak dapat dipisahkan dari siswa, karena tanpa disiplin belajar yang kuat siswa tidak akan berhasil dalam studinya, atau dengan kata lain siswa yang memiliki disiplin belajar yang rendah maka prestasi
belajar akan rendah pula. Dalam menumbuhkan disiplin belajar bagi para siswanya, seorang guru dapat berpegang dari beberapa peraturan, antara lain bahwa untuk menumbuhkan disiplin pada individu, terlebih dahulu harus
diketahui latar belakang kehidupan kebiasaan individu. Dengan demikian diharapkan akan memberi hasil yang maksimum. Dengan adanya disiplin yang
43
Terdapat berbagai macam faktor yang mempengaruhi prestasi belajar
dalam hal ini adalah prestasi belajar pendidikan agama Islam. Dari ini dapat dijelaskan bahwa kedisiplinan belajar mempunyai hubungan yang kuat terhadap
prestasi belajar pendidikan agama Islam, profesionalisme guru juga akan berhubungan terhadap prestasi belajar pendidikan agama Islam. Sehingga secara langsung maupun tidak langsung kedisiplinan belajar dan profesionalisme guru
44 BAB III
LAPORAN PENELITIAN
A. Gambaran Umum SMP N 2 Tuntang
Penelitian ini dilakukan di SMP N 2 Tuntang berlokasi di Jalan Mertokusumo desa Candirejo Kecamatan Tuntang Kabupaten Semarang. Sekolah
ini didirikan pada tahun 1984 . Bangunan SMP didirikan di atas tanah pemerintah daerah seluas sekitar 17775 m². Adapun gambaran umum SMP N 2 Tuntang
adalah sebagai berikut:
TABEL II
PROFIL SMP N 2 TUNTANG
Profil Sekolah
Nama Dusun Candi Indah
Desa/ Kelurahan Candirejo
Kode Pos 50773
Kecamatan Tuntang
Kabupaten Semarang
Tanggal Pendirian 20 November 1984 Status Kepemilikan Pemerintah Daerah Luas Tanah Milik 17775 m2
Akreditasi A
Tanggal Akreditasi 18 Februari 2014
Email Smp2tuntang@gmail.com
45 VISI MISI SMP N 2 Tuntang
VISI SMP N 2 Tuntang:
“Luhur dalam budi pekerti, prestasi tiada henti” MISI SMP N 2 Tuntang:
1. Melaksanakan pembinaan iman dan taqwa serta meningkatkan penghayatan dan pengamalan agama yang dianut.
2. Mengefektifkan pelaksanaan proses pembelajaran, memberi pelayanan dan menyediakan sumber yang diperlukan.
3. Melaksanakan pembinaan dan bimbingan secara efektif dalam peningkatan olahraga.
4. Melaksanakan pembinaan dan bimbingan secara efektif dalam peningkatan kesenian.
TABEL III
STRUKTUR ORGANISASI SMP N 2 TUNTANG
Nama Jabatan
Nur Salim Kepala Sekolah
Antonia Indarti Wakil Kepala Sekolah
Hari Latiana Kurikulum
Yubaidi Kesiswaan
Catur Rusmiyanto Kepala Tatau Usaha
Budiarti Kepala Perpustakaan
Edij K. Sarana Prasarana
46
Adapun fasilitas gedung/ ruang yang tersedia di SMP N 2 Tuntang adalah
sebagai berikut:
TABEL IV
FASILITAS GEDUNG/ RUANG SMP N 2 TUNTANG
Ruang Jumlah
DAFTAR GURU SMP N 2 TUNTANG TAHUN PELAJARAN 2014/2015
No NAMA NIP Ijazah
7 Antonia Indarti 19620705 198403 2 009 S1 Kesenian
47 15 Dinar Efisanti 19661112 198803 2 007 S1 B. Indonesia
16 Sri Rahayu 19660721 199702 2 001 S1 PAI
17 Andri Irawati 19680929 199003 2 003 S1 Matematika 18 Siti Khaeroh 19581211 199003 2 001 S1 B. Indonesia
27 L. Sulistyowati 19760522 200801 2 004 S1 Ekonomi
48 B. Penyajian Data
Setelah melalui penyebaran angket, pengumpulan data melalui data observasi, dan dokumentasi di lapangan, terlebih dahulu disajikan bentuk data
guna memperlancar langkah suatu penelitian.
Berikut ini penulis lampirkan data responden dari hasil penelitian di SMP N 2 Tuntang tahun pelajaran 2014/2015:
1. Daftar Responden
Dalam daftar responden berikut berisi nama-nama orang yang dijadikan
49
18 Putri Nur Isnaini VIII D
19 Rizki Ari VIII D
20 Fani Nur Indah VIII E
21 M. Nur Huda VIII E
22 M. Rofiq VIII F
23 Nadya VIII F
24 Sherina Nurhaeni VIII F
25 Febri Aryani VIII G
26 M. Bayhaki VIII G
27 Nur Azizah VIII G
28 Prihantika VIII G
29 Supriyanto VIII G
30 Vivi Luviana VIII G
2. Data hasil angket
a. Data hasil angket tentang profesionalisme guru dan kedisiplinan belajar terhadap prestasi belajar siswa
Untuk memperoleh data tentang pengaruh profesionalisme guru dan kedisiplinan belajar terhadap prestasi belajar siswa kelas VIII SMP N 2 Tuntang menggunakan angket yang berisi indikator profesionalisme guru 10
pertanyaan, kedisiplinan belajar 10 pertanyaan dan prestasi belajar menggunakan nilai ulangan harian siswa tahun pelajaran 2014/2015. Adapun
angket yang berisi indikator profesionalisme guru dan kedisiplinan belajar dengan pilihan jawaban a, b, c, d kepada siswa kelas VIII SMP N 2 Tuntang yang setiap item pertanyaan terdapat 4 alternatif jawaban yaitu A, B, C dan D
50
TABEL VII
BOBOT PENILAIAN ANGKET
Alternatif Jawaban Bobot Penilaian
A 4
B 3
C 2
D 1
Adapun hasil angket yang diberikan kepada responden dapat dilihat pada tabel berikut:
TABEL VIII
HASIL ANGKET TENTANG PROFESIONALISME GURU SMP N 2 TUNTANG
No Resp
Klasifikasi Jumlah Jawaban
Jumlah Skor Tiap Item Skor Nominasi
51
Nominasi tersebut didasarkan pada jumlah nilai yang didapat dari masing-masing responden kemudian nilai itu diklasifikasikan pada kategori tinggi, sedang
52 i
=
(𝑋𝑡−𝑋𝑟)+ 1𝐾𝑖
=
(35−24)+ 13
=
11+ 13
=
123
= 4
Setelah diketahui lebar interval, maka ditetapkan klarifikasi dalam kategori sebagai berikut:
1) Nominasi A adalah nilai 32 - 35 intensitas tinggi. 2) Nominasi B adalah nilai 28 - 31 intensitas sedang.
3) Nominasi C adalah nilai 24 - 27 intensitas rendah.
Dari data tersebut di atas profesionalisme guru dapat dikategorikan menjadi 3, sesuai dengan intervalnya:
1) Profesionalisme guru tinggi ada 7 responden. 2) Profesionalisme guru sedang ada 17 responden.
53 TABEL IX
HASIL ANGKET KEDISIPILAN BELAJAR SISWA KELAS VIII SMP N 2 TUNTANG
No Resp
Klasisikasi Jumlah Jawaban
Jumlah Skor Tiap Item Skor Nominasi
54
22 3 1 5 1 12 3 10 1 26 C
23 2 3 4 1 8 9 8 1 26 C
24 4 1 4 1 16 3 8 1 28 B
25 7 0 2 1 28 0 4 1 33 A
26 6 1 2 1 24 3 4 1 32 B
27 3 5 1 1 12 15 2 1 30 B
28 2 3 4 1 8 9 8 1 26 C
29 7 0 3 0 28 0 6 0 34 A
30 5 0 4 1 20 0 8 1 29 B
Nominasi tersebut didasarkan pada jumlah nilai yang didapat dari masing-masing responden kemudian nilai itu diklasifikasikan pada kategori tinggi, sedang
dan rendah. Adapun untuk menentukan kategori tersebut digunakan rumus interval sebagai berikut:
i =
(𝑋𝑡−𝑋𝑟)+ 1𝐾𝑖
Keterangan:
i : Interval Xt : Nilai tertinggi Xr : Nilai terendah
Ki : Kelas interval
i
=
(𝑋𝑡−𝑋𝑟)+ 155
Setelah diketahui lebar interval, maka ditetapkan klarifikasi dalam kategori
sebagai berikut:
1) Nominasi A adalah nilai 33 - 37 intensitas tinggi.
2) Nominasi B adalah nilai 28 - 32 intensitas sedang. 3) Nominasi C adalah nilai 24 - 27 intensitas rendah.
Dari data tersebut di atas kedisiplinan belajar dapat dikategorikan menjadi 3,
sesuai dengan intervalnya:
1) Kedisiplinan belajar tinggi ada 4 responden.
2) Kedisiplinan belajar sedang ada 17 responden. 3) Kedisiplinan belajar rendah ada 9 responden.
TABEL X
DAFTAR PRESTASI BELAJAR PENDIDIKAN AGAMA ISLAM SISWA KELAS VIII SMP N 2 TUNTANG TAHUN 2014/2015
56
Nominasi tersebut didasarkan pada jumlah nilai yang didapat dari
masing-masing responden kemudian nilai itu diklasifikasikan pada kategori tinggi, sedang dan rendah. Adapun untuk menentukan kategori tersebut digunakan rumus interval
sebagai berikut:
i =
(𝑋𝑡−𝑋𝑟)+ 1𝐾𝑖
57 i : Interval
Xt : Nilai tertinggi Xr : Nilai terendah
Ki : Kelas interval
i
=
(𝑋𝑡−𝑋𝑟)+ 1𝐾𝑖
=
(80−60)+ 13
=
20+ 13
=
213
= 7
Setelah diketahui lebar interval, maka ditetapkan klarifikasi dalam kategori sebagai berikut:
1) Nominasi A adalah nilai 74 - 80 intensitas tinggi.
2) Nominasi B adalah nilai 67 - 73 intensitas sedang. 3) Nominasi C adalah nilai 60 - 66 intensitas rendah.
Dari data tersebut di atas prestasi belajar pendidikan agama Islam dapat dikategorikan menjadi 3, sesuai dengan intervalnya:
1) Prestasi belajar pendidikan agama Islam tinggi ada 4 responden.