• Tidak ada hasil yang ditemukan

TUGAS AKHIR MODEL PENGONTROL GERAK VERTIKAL PADA HELIKOPTER DENGAN PENGENDALI LOGIKA FUZZY

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "TUGAS AKHIR MODEL PENGONTROL GERAK VERTIKAL PADA HELIKOPTER DENGAN PENGENDALI LOGIKA FUZZY"

Copied!
172
0
0

Teks penuh

(1)

VERTIKAL PADA HELIKOPTER DENGAN

PENGENDALI LOGIKA FUZZY

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat

Memperoleh Gelar Sarjana Teknik

Program Studi Teknik Elektro

Fakultas Sains dan Teknologi

Disusun oleh :

Sevriady

045114047

PROGRAM STUDI TEKNIK ELEKTRO

FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI

UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA

(2)

i

VERTIKAL PADA HELIKOPTER DENGAN

PENGENDALI LOGIKA FUZZY

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat

Memperoleh Gelar Sarjana Teknik

Program Studi Teknik Elektro

Fakultas Sains dan Teknologi

Disusun oleh :

Sevriady

045114047

PROGRAM STUDI TEKNIK ELEKTRO

FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI

UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA

(3)

ii

MOVEMENT WITH FUZZY LOGIC

CONTROLLER

Presented For Fulfilling One Of The Requirement To Obtain Engineer

Degree In Electrical Engineering Of Science And Technology Faculty

Sanata Dharma University

by :

Sevriady

045114047

ELECTRICAL ENGINEERING

SCIENCE AND TECHNOLOGY FACULTY

SANATA DHARMA UNIVERSITY

(4)
(5)
(6)

v

Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa tugas akhir yang saya tulis

ini tidak memuat karya atau bagian karya orang lain, kecuali yang telah

disebutkan dalam daftar pustaka, sebagaimana layaknya karya ilmiah.

Yogyakarta, 30 Januari 2009

Penulis

(7)

vi

Selalu percaya dengan Tuhan

dan kemampuan diri sendiri.

Kupersembahkan Tugas Akhir Ini Untuk :

Tuhan yang Maha Mulia

Ayah dan Ibuku tercinta

Saudara-saudaraku yang terbaik

Dosen-dosen yang membimbingku

(8)

vii

control, namun untuk mempertahankan posisi ketinggian yang diinginkan pengguna tetap harus menekan panel pada remote control agar helikopter tetap berada pada ketinggian yang diinginkan. Hal ini menyebabkan pengguna tidak bisa lepas dariremote controlyang disediakan.

Pada perancangan tugas akhir ini, penulis merancang pemodelan helikopter yang dapat mempertahankan ketinggian yang diinginkan dengan beberapa pilihan level ketinggian. Pengaturan gerak vertikal pada model helikopter ini menggunakan kontroler berbasis logika fuzzy yang menggunakan mikrokontroler. LCD digunakan untuk menampilkan pilihan yang disediakan bagi pengguna.

Dari hasil pengujian dan analisa alat ini dapat mengendalikan ketinggian gerak vertikal helikopter dengan tingkat kesalahan yang tidak terlalu besar, yaitu kurang dari 5%.

(9)

viii

to hold high position, user has to keep pushing the remote control panel to hold the position. This cause, user can not move his hand from the remote control.

In this final project designing, the writer designed a helicopter modeling that can hold high position that match desire with several high level option. This helicopter vertical movement controller uses fuzzy logic controller based on ATmega32 microcontroller. LCD is used for showing the choices that available for user.

From test result and analyze, this device can control helicopter vertical movement with the error that is not too big, it’s less than 5%.

(10)

xii

Nama : Sevriady

Nomor Mahasiswa : 045114047

Demi pengembangan ilmu pengetahuan, saya memberikan kepada perpustakaan

Universitas Sanata Dharma karya ilmiah saya yang berjudul:

PENGENDALI SUHU AIR DISPENSER BERBASIS KONTROLER

LOGIKA FUZZY DENGAN MIKROKONTROLER ATMEGA32

beserta perangkat yang diperlukan (bila ada). Dengan demikian saya memberikan

kepada perpustakaan Universitas Sanata Dharma hak untuk menyimpan,

mengalihkan dalam bentuk media lain, mengelolanya dalam bentuk pangkalan

data, mendistribusikan secara terbatas, dan mempublikasikannya di internet atau

media lain untuk kepentingan akademis tanpa perlu meminta ijin dari saya

maupun memberikan royalti kepada saya selama tetap mencantumkan nama saya

sebagai penulis.

Demikian pernyataan ini yang saya buat dengan sebenarnya.

Dibuat di Yogyakarta

Pada tanggal : 23 Februari 2009

Yang menyatakan

(11)

ix

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas

berkat dan rahmat-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan karya tulis berjudul

“Model Pengontrol Gerak Vertikal Pada Helikopter dengan Pengendali Logika

Fuzzy”.

Karya tulis ini merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar

Sarjana Teknik pada Program Studi Teknik Elektro Universitas Sanata Dharma.

Penulisan skripsi ini didasarkan pada hasil-hasil yang penulis dapatkan selama

tahap perancangan, pembuatan dan pengujian alat.

Penulisan skripsi ini tidak terlepas dari bantuan berbagai pihak. Untuk itu,

penulis mengucapkan terima kasih kepada:

1. Kedua orang tua penulis yang telah memberikan semangat dan doa yang

tak pernah putus sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas akhir ini.

2. Kakak dan adik yang telah memberikan dukungan untuk dapat

menyelesaikan tugas akhir ini.

3. Ibu B. Wuri Harini, S.T., M.T., selaku dosen pembimbing I karya tulis

yang telah bersedia meluangkan waktu, tenaga, dan pikirannya untuk

membimbing penulis.

4. Bapak Ir. Tjendro, selaku dosen pembimbing II karya tulis yang telah

bersedia meluangkan waktu, tenaga, dan pikirannya untuk membimbing

(12)

x Oksianus, Stevanus.

7. Rekan-rekan yang telah memberikan bantuan kepada penulis dalam

pengerjaan karya tulis ini: Tjin Yatmiko (TE’04), Hendri Paulus (TE’04),

Khiong Hin (TE’04), Suci Apsari (TE’04).

8. Rekan-rekan (TE’04) di laboratorium TA yang telah memberikan ide-ide

kepada penulis dalam pengerjaan karya tulis ini: Sumin, Yohanes Eko, Eri

Cahyono, Stenly Kadang, M.Taufik, Nova Budi, Tulus, Vendy Purnomo,

Trijoko, Yustin, Yuli.

9. Aryanto yang telah bersedia meminjamkan dasi pada ujian pendadaran dan

Setiawan, Sherly, Rani yang ikut memberikan semangat dalam

menyelesaikan penulisan tugas akhir ini.

10. Segenap dosen dan laboran Teknik Elektro Universitas Sanata Dharma.

11. Segenap karyawan sekretariat Fakultas Sains dan Teknologi.

12. Teman-teman mahasiswa jurusan Teknik Elektro dan semua pihak yang

tidak dapat disebutkan satu persatu atas setiap bantuannya.

Penulis menyadari bahwa masih banyak kelemahan dan kekurangan dari

penulisan karya tulis ini. Oleh karena itu segala kritik dan saran yang bersifat

(13)

xi

Yogyakarta, 24 Februari 2009

Penulis

(14)

xiii

HALAMAN JUDUL... i

HALAMAN JUDUL DALAM BAHASA INGGRIS... ii

LEMBAR PENGESAHAN PEMBIMBING...……….………. iii

LEMBAR PENGESAHAN PENGUJI... iv

LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN KARYA……….. v

MOTTO DAN PERSEMBAHAN……… vi

INTISARI...……….. vii

ABSTRACT.……… viii

KATA PENGANTAR... ix

LEMBAR PUBLIKASI... xii

DAFTAR ISI... xiii

DAFTAR GAMBAR... xvii

DAFTAR TABEL... xxi

DAFTAR LAMPIRAN... xxii

BAB I. PENDAHULUAN... 1

1.1 Judul... 1

1.2 Latar Belakang Masalah... 1

1.3 Tujuan dan Manfaat Penelitian... 3

1.4 Batasan Masalah... 3

(15)

xiv

2.1 Prinsip- prinsip Aerodinamika Helikopter……… 6

2.2 Ultrasonic Distance Sensor……….. 12

2.3 Mikrokontroller AVR Seri Atmega32... 15

2.3.1 Gambaran Umum... 15

2.3.2 Fitur- Fitur yang Terdapat Pada Atmega32... 15

2.3.3 Peta Memori... 17

2.3.4 Interupsi Eksternal... 17

2.3.5 Timer/Counter... 19

2.4 Driver Motor... 21

2.5 Sistem Kendali Fuzzy... 22

2.5.1 Himpunan Klasik (crisp)... 22

2.5.2 Logika Fuzzy... 23

2.5.3 Fusifikasi (fuzzification)... 24

2.5.4 Inferensi... 26

2.5.5 Komposisi... 28

2.5.6 Defusifikasi (defuzzification)... 28

2.5.7 LogikaFuzzydalam Teknik Kendali... 29

2.6 Mosfet Sebagai Saklar……….. 36

2.7 LCD (Liquid Crystal Display)... 37

(16)

xv

3.1 Diagram Blok... 43

3.2 Perancangan Perangkat Keras... 45

3.2.1 Driver Motor... 45

3.2.2 SensorUltrasonic... 46

3.2.3 PWM-Driver... 49

3.2.4 Perancangan Mosfet sebagai Switching………. 50

3.2.6 Antarmuka LCD dengan ATmega32... 50

3.2.5 Perancangan Rangkaian Non-Inverting... 51

3.2.7 Rangkaian Lengkap... 52

3.3 Perancangan Perangkat Lunak... 52

3.3.1 Diagram Alir Program Utama... 52

3.3.2 SubrutinFuzzy Logic Control... 53

3.3.3 PerancanganMembership... 54

3.3.4 Subrutin Output Data... 56

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN... 57

4.1 Hasil Implementasi Sistem Pengendali Ketinggian Terbang Helikopter... 57

4.2 Pengujian Terhadap RangkaianNon-Inverting... 60

4.3 Hasil Pengujian Terhadap Penguat Daya... 61

(17)

xvi

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 75

5.1 Kesimpulan... 75

5.2 Saran... 75

DAFTAR PUSTAKA

(18)

xvii

1. Gambar 2-1 Gaya-gaya pada helikopter………... 7

2. Gambar 2-2 Rotor Berputar... 8

3. Gambar 2-3 Gaya angkat bilah helikopter (a) Gaya Angkat Kecil, (b) Gaya Angkat Sedang (c) Gaya Angkat Besar... 9

4. Gambar 2-4 Arah terbang helikopter (a) Helikopter Terbang Lurus, (b) Helikopter Berayun ke Sisi Kiri, (c) Helikopter Berayun ke Sisi Kanan... 10

5. Gambar 2-5 Sensor Ultrasonik... 12

6. Gambar 2-6 Sensor Ultrasonik………. 13

7. Gambar 2-7 Operasi Dasar SONAR………. 13

8. Gambar 2-8 Konfigurasi kaki sensor ultrasonic………... 15

9. Gambar 2-9 Register MCUCR... 17

10. Gambar 2-10 Register GICR... 18

11. Gambar 2-11 Register TCCR0………. 20

12. Gambar 2-12 Register TCCR2………. 20

13. Gambar 2-13 Rangkaiandrivermotor dc... 21

14. Gambar 2-14 Himpunan klasik rendah, standar, dan tinggi... 22

15. Gambar 2-15 Tahapan proses dalam logikafuzzy... 24

(19)

xviii

20. Gambar 2-20 Aturan-aturan kendali untuk pengendalifuzzy

sederhana secara umum... 32

21. Gambar 2-21Membership input errordengan 7membership(en)……. 33

22. Gambar 2-22Membership inputperubahanerrordengan 7 membership(Cen)……… 34

23. Gambar 2-23 Membership output dengan 7 membership (δu) ………... 34

24. Gambar 2-24 Proses fusifikasi, inferensi, dan komposisi (a) ProsesFuzzyfication, inferensi, dan komposisi, (b) Proses Fuzzyfication, inferensi, dan komposisi……… 35

25. Gambar 2-25 ProsesDefuzzyfication……… 36

26. Gambar 2-26 Mosfet sebagaiSwitching... 36

27. Gambar 2-27 Konstruksi LCD... 37

28. Gambar 2-28 LCD M1632... 38

29. Gambar 2-29 Hubungan antara DDRAM dan CGROM... 39

30. Gambar 2-30 Kurva tanggapan transient……….. 41

31. Gambar 2-31 PenguatNon-inverting……… 41

32. Gambar 3-1 Diagram Blok Rancangan………. 43

33. Gambar 3-2 Rancangan Blok Diagram Closed-loop Pengendali Kecepatan Motor DC... 44

(20)

xix

38. Gambar 3-7 Penguat daya dengan IRF740... 50

39. Gambar 3-8 Antarmuka LCD dengan ATmega32... 51

40. Gambar 3-9 Hasil perancangan Rangkaiannon-inverting………... 51

41. Gambar 3-10 Rangkaian lengkap perancangan perangkat keras... 52

42. Gambar 3-11 Diagram Alir Program Utama... 53

43. Gambar 3-12 Diagram alir subrutinfuzzy logic control... 54

44. Gambar 3-13Input error(e)………. 55

45. Gambar 3-14 Perubahanerror(Ce)……….. 55

46. Gambar 3-15Output………. 55

47. Gambar 3-16 Diagram alir subrutinoutputdata………... 56

48. Gambar 4-1 Bentuk plant yang digunakan... 57

49. Gambar 4-2 Rangkaian elektronis (a) rangkaian elektronis (b) Tombol PemilihSet Point……….. 58

50. Gambar 4-3 Tampilan LCD (a) tampilan LCD saat program dinyalakan, (b) tampilan LCD setelah 1 detik... 59

51. Gambar 4-4 Rangkaian pemilihset point……….. 59

52. Gambar 4-5 Tampilan LCD saat sp 40cm... 60

53. Gambar 4-6 Tampilan LCD saat sp melebihi 90 cm... 60

54. Gambar 4-7 RangkaianNon-Inverting... 61

(21)

xx

0 cm – 40 cm – 20cm... 65

59. Gambar 4-12 Grafik tanggapan sistem yang diberi gangguan untuk

pilihan 40 cm... 66

60. Gambar 4-13 Grafik tanggapan sistem yang diberi gangguan untuk

pilihan 60 cm... 67

61. Gambar 4-14 Grafik tanggapan sistem yang diberi gangguan untuk

(22)

xxi

1. Tabel 2-1 Spesifikasi Sensor Ultrasonik... 14

2. Tabel 2-2 Pengaturan yang Mengaktifkan Interupsi Eksternal 1... 18

3. Tabel 2-3 Pengaturan yang Mengaktifkan Interupsi Eksternal 2... 18

4. Tabel 2-4 Konfigurasi bit clock select untuk memilih sumber clock….. 20

5. Tabel 2-5 Konfigurasi bit clock select untuk memilih sumber clock….. 21

6. Tabel 2-6 Aturan-aturan kendalifuzzysecara umum... 33

7. Tabel 2-7 Aturan-aturan kendalifuzzysecara umum untuk 7

Membership... 34

8. Tabel 2-8 Konfigurasi kaki LCD... 39

9. Tabel 3.1 Data pengujian sensor... 48

10. Tabel 3.2 Data percobaan kecepatan motor... 49

11. Tabel 4.1 Hasil pengujian terhadap rangkaiannon-inverting... 61

12. Tabel 4.2 Hasil pengujian terhadap rangkaian penguat daya... 61

13. Tabel 4.3 Data td, tr, tp, ts denganset point40 cm -90 cm

dan 0cm-40cm-20cm……….……….. 65

(23)

xxii

1. LAMPIRAN DATA PENGUJIAN……….…. L1

2. LAMPIRAN RANGKAIAN LENGKAP ………... L2

3. LAMPIRAN DATASHEET ……….…….. L3

(24)

1 1.1 Judul

Model Pengontrol Gerak Vertikal Pada Helikopter dengan Pengendali

LogikaFuzzy

1.2 Latar Belakang Masalah

Di zaman yang semakin modern ini, serta dengan tingkat mobilitas

manusia dan barang yang semakin tinggi, maka sarana transportasi

memegang peranan yang sangat penting untuk memindahkan manusia dan

barang dengan cepat, aman dan nyaman dari tempat asal ke tempat tujuan.

Salah satu dari berbagai sarana transportasi udara adalah helikopter.

Helikopter mempunyai keunggulan dibandingkan dengan alat transportasi

yang lain. Keunggulan dari helikopter antara lain tepat waktu

pemberangkatan, praktis, hemat waktu, mempunyai jalur sendiri, dan

kecelakaan rata-rata relatif lebih rendah dibandingkan dengan sarana

transportasi yang lain. Selain itu, helikopter dapat terangkat lurus ke atas dan

mendarat kembali di titik yang sama [1].

Helikopter banyak digunakan untuk penerbangan ke daerah- daerah

kecil dan banyak digunakan juga dalam militer. Selain itu, tidak seperti

(25)

untuk lepas landas maupun mendarat, helikopter dapat lepas landas dan

mendarat di lapangan yang luas maupun di laut lepas [1].

Untuk melakukan penelitian gerakan-gerakan pada helikopter, maka

digunakan miniatur helikopter. Dengan adanya miniatur helikopter saat ini,

maka gerakan-gerakan vertikal dan horizontal helikopter dapat diatur. Dalam

hal ini, gerakan yang akan diatur adalah ketinggian terbang dari helikopter.

Kontroler yang akan digunakan untuk melakukan penelitian ini adalah

kontroler dengan logika fuzzy. Kelebihan yang dimiliki oleh kontroler ini

dibandingkan dengan kontroller lainnya adalah mudah diperbaiki serta

pengendalian yang lebih baik [8]. Saat ini logika fuzzy telah berhasil

menerobos kendala-kendala yang dulu pernah ditemui dan segera menjadi

basis teknologi tinggi. Penerapan teori logika ini dianggap mampu

menciptakan sebuah revolusi dalam teknologi. Sebagai contoh, mulai tahun

90-an para manufaktur industri yang bergerak di bidang Distributed Control

System (DCS), Programmable Logic Controllers (PLCs), dan

Microcontrollers Units (MCUs) telah menyatukan sistem logika fuzzy pada

barang produksi dan memiliki prospek ekonomi yang baik. Pada saat yang

bersamaan, pertumbuhan yang luar biasa terjadi pada industri perangkat lunak

yang menawarkan kemudahan penggunaan logikafuzzydan penerapan logika

fuzzypada setiap aspek kehidupan sehari-hari.

Pada penelitian ini, yang akan diatur adalah kecepatan putar motor

untuk mengatur ketinggian terbang. Penelitian untuk mengatur kecepatan

(26)

1.3 Tujuan dan Manfaat Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah agar dapat menghasilkan Model

pengontrol gerak vertikal pada helikopter dengan pengendali logikaFuzzy.

Manfaat dari penelitian ini adalah agar dapat mempelajari

gerakan-gerakan helikopter

1.4 Batasan Masalah

Dalam perancangan alat ini, yang dijadikan pemikiran utama adalah

bagaimana mengontrol gerakan dari miniatur helikopter dengan

menggunakan mikrokontroller. Adapun batasan masalah yang digunakan

dalam perancangan ini adalah sebagai berikut:

a. Menggunakan kontroller Fuzzy dengan mikrokontroller AVR seri

ATMega32

b. Model yang digunakan adalah miniatur dari helikopter.

c. Aplikasi yang dikontrol adalah ketinggian terbang dari miniatur

helikopter.

d. Bahasa pemprogaman menggunakan AVR GCC bawaan dari AVR

studio4 dengan kompiler WinAVR.

e. Sistem mengontrol kecepatan putaran motor yang digunakan sebagai

penggerak rotor.

f. Input berupa nilai ketinggian yang diinginkan (set point).

g. Ketinggian terbang helikopter dibatasi antara 3cm sampai dengan

(27)

h. Sensor yang digunakan adalah sensor ultrasonik sebagai sensor

pengatur ketinggian.

1.5 Metode Penelitian

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah mengumpulkan

sejumlah referensi atau literatur dari perpustakaan, internet dan sebagainya,

kemudian menyusun perancangan dan melakukan serangkaian percobaan

untuk merealisasikan perancangan.

Pengujian dilakukan dengan mencoba memberikan gangguan pada

sistem, mengambil data melalui sensor dan menganalisis bagaimana kontrol

fuzzymenangani gangguan yang diberikan.

Hasil yang ingin dicapai dari penelitian ini adalah menghasilkan suatu

kontroller fuzzy yang handal dan bisa memberikan pengendalian baik untuk

mengontrol kecepatan motor untuk mengatur ketinggian terbang.

1.6 Sistematika Penulisan

Tugas akhir ini memiliki sistematika penulisan sebagai berikut:

BAB I : PENDAHULUAN

BAB ini berisi latar belakang penelitian, tujuan dan manfaat penelitian,

batasan masalah, metodologi penelitian dan sistematika penulisan.

BAB II : DASAR TEORI

BAB ini berisi studi pustaka tentang landasan teori penelitian: ultrasonik,

(28)

BAB III : RANCANGAN PENELITIAN

BAB ini berisi tentang diagram blok perancangan, perancangan perangkat

keras (hardware) dan perancangan perangkat lunak (software) dari peralatan yang

akan dibuat.

BAB IV : HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB ini berisi hasil perancangan perangkat keras, data hasil pengujian,

analisis data dan pembahasan.

BAB V: KESIMPULAN DAN SARAN

BAB ini berisi tentang kesimpulan akhir dan saran-saran penulis tentang

(29)

6 2.1 Prinsip- prinsip Aerodinamika Helikopter [1]

Helikopter tidak membutuhkan landasan pacu seperti pesawat terbang

karena helikopter dapat terangkat lurus ke atas dan mendarat kembali di titik

yang sama. Cara terbang helikopter sama dengan pesawat terbang, tetapi

helikopter hanya memutar bilah rotor agar dapat terangkat ke udara. Rotor

adalah komponen utama helikopter yang dibedakan atas main rotor (rotor

utama) dan tail rotor (rotor ekor). Main rotor berfungsi untuk menimbulkan

gaya angkat sekaligus gaya dorong agar didapatkan gerak maju bagi

helikopter. Sedangkan tail rotor berfungsi untuk mengimbangi torsi yang

ditimbulkan oleh putaran yang cenderung memutarkan helikopter pada sumbu

vertikal. Sehingga rotor belakang juga berfungsi untuk mengontrol arah

terbang helikopter.

Helikopter terbang dengan menggunakan prinsip yang sama dengan

peawat terbang. Alih-alih memiliki sayap, helikopter memiliki serangkaian

bilah yang berputar, yang disebut rotor, yang berputar dengan kecepatan tinggi

sehingga menciptakan gaya angkat. Rotor helikopter terdiri atas daun-daun

rotor (blades). Dalam keadaan tidak berputar, bila diamati, bentuknya mirip

dengan sayap pada pesawat bersayap tetap. Sayap maupun daun-daun rotor

(30)

ini dimaksud agar bidang angkat tersebut bila dilintasi udara dengan kecepatan

tertentu akan mudah menghasilkan reaksi aerodinamika berupa gaya angkat.

Ketika gaya angkat ini lebih besar daripada bobotnya, helikopter tersebut

dapat naik ke udara dan terbang.

Ketika berada di udara, pilot dapat mengurangi gaya angkat hingga

setara dengan bobot helikopter, dan helikopter tersebut dapat melayang di

udara. Jika gaya angkat tersebut dikurangi lebih banyak lagi sehingga gaya

angkatnya lebih kecil dibandingkan dengan bobot helikopter, maka helikopter

akan mulai turun ke tanah. Pilot juga dapat membelokkan bilah-bilah rotor

helikopter untuk membuatnya bergerak maju, mundur, dan menyamping.

Gaya yang menyebabkan gerakan ini disebut gaya dorong. Agar

helikopter daapat bergerak maju, gaya dorong tersebut harus lebih besar

daripada gaya yang ditimbulkan oleh efek tarikan udara di sekeliling pesawat

tersebut. Gaya ini disebut gaya tarikan. Gaya-gaya pada helikopter dapat

dilihat pada gambar 2-1.

(31)

Ketika rotor bergerak membelah udara, udara di bawahnya

mendorongnya ke atas, dan ini menyebabkan gaya angkat. Sayap pesawat

terbang bekerja dengan cara yang sama. Ini dapat dilihat pada gambar 2-2:

Gambar 2-2 . Rotor Berputar

Bilah-bilah rotor melengkung seperti sayap pesawat terbang. Tetapi,

sayap melekat pada pesawat terbang, sedangkan rotor berputar. Ketika

berputar, bilah rotor membuat udara yang mengalir di atasnya bergerak lebih

cepat daripada udara yang bergerak di bawahnya. Ini karena udara memiliki

jarak tempuh yang lebih jauh ketika bergerak di atas permukaan bagian atas

yang melengkung. Rotor terdiri atas 3 (tiga) komponen utama, yaitu :

1. poros rotor (rotor shaft) yang diputarkan oleh penggerak mula (engine)

melalui sistem transmisi (gear box);

2. perangkat mekanik atau rotor head yang menghubungkan rotor shaft

dengan daun rotor;

3. daun rotor, biasanya tiga atau lebih.

Udara yang bergerak cepat memiliki tekanan yang lebih rendah

(32)

lambat di bawah bilah tersebut mendorong ke atas melalui udara bertekanan

rendah yang mengalir lebih cepat. Inilah gaya angkat. Gaya angkat dapat

ditingkatkan dengan memiringkan bilah. Semakin besar sudut bilah, semakin

jauh pula jarak yang harus ditempuh udara di atasnya, sehingga udara tersebut

bergerak semakin cepat. Ini membuat gaya angkat menjadi lebih besar

dibanding sebelumnya. Gaya angkat yang mendorong rotor menarik helikopter

ke udara.

Bilah rotor bersudut besar membuat udara yang bergerak di atasnya

lebih tipis daripada udara yang bergerak di atas bilah tersebut kecil. Ini

mengakibatkan gaya angkat yang lebih besar. Gambar 2-3a, gambar 2-3b, dan

gambar 2-3c akan menunjukkan gaya angkat pada bilah rotor.

Gambar 2-3a. Gaya Angkat Kecil

(33)

Gambar 2-3c. Gaya Angkat Besar

Ketika berputar, rotor menyebabkan semua bagian lain helikopter

berputar ke arah yang berlawanan. Gaya yang bekerja ini disebut momen

kakas. Agar badan helikopter tetap seimbang, sebagian besar helikopter

memiliki rotor kecil yang ditambahkan di bagian ekor yang disebut rotor ekor.

Rotor ekor yang berputar menghasilkan gaya yang menjaga badan helikopter

tetap diam. Rotor ekor juga digunakan untuk mengemudikan pesawat. Gambar

2-4a, gambar 2-4b, dan gambar 2-4c adalah contoh arah terbang dari

helikopter yang dikendalikan oleh rotor ekor helikopter.

(34)

Gambar 2-4b. Helikopter Berayun ke Sisi Kiri

Gambar 2-4c. Helikopter Berayun ke Sisi Kanan

Selain bergerak ke samping serta naik dan turun, setiap bilah rotor

dapat dimiringkan sehingga dapat mendatar atau miring. Ini disebut mengubah

kelandaian bilah. Berbeda dengan engsel tarikan dan engsel kepak, yang bebas

bergerak sendiri, kelandaian setiap bilah rotor dikendalikan oleh pilot.

Kelandaian bilah rotor pada helikopter sangatlah penting untuk mengubah

(35)

2.2 Ultrasonic Distance Sensor [2]

Gambar 2-5. SRF-04Ultrasonic Range Finder

Gambar 2-6. SRF-04Ultrasonic Range Finder

Ultrasonic atau SONAR ( Sound Navigation Ranging), bekerja

dengan memancarkan pulsa dari suara di atas batas pendengaran manusia,

biasanya sekitar 40 sampai 50KHz. Ultrasound biasa membagi

properti-propertinya dengan tipe-tipe lain dari gelombang-gelombang seperti sinar,

suara dan gelombang air, bisa dengan cara dipantulkan, dibiaskan atau

dibelokkan, dan disebarkan (diffracted). Diffraction adalah dimana arah dari

gelombang yang berjalan ketika melalui titik penting atau melewati bagian

yang kosong. Ini sangat penting terutama ketika jaraknya serupa atau panjang

(36)

untuk aplikasi jarak sejak lebar gelombangnya lebih kecil dari

7milimeter(mm), dan gelombang-gelombangnya sangat menunjukkan arah

sebagai hasil. Properti ini dapat digunakan pada peta daerah seperti pada

sebuah pelacak radar.

Ultrasonic memancarkan gelombang suara berupa pulsa dengan

kecepatan suara dari pemancar dalam bentuk kerucut, dan akan dipantulkan

kembali pada penerima jika sebuah objek berada dalam garis edar. Saat suara

dipancarkan oleh pemancar, kemudian akan menunggu suara yang dipantulkan

diterima oleh penerima. Jika mikrokontroler dipasangkan pada sensor, waktu

antara mengirim pulsa dan gema pulsa dapat digunakan untuk menentukan

seberapa jauh jarak benda dengan sensor. Proses ini dapat dilihat pada gambar

2-7:

Gambar 2-7. Operasi Dasar SONAR

Hal yang paling penting untuk diketahui adalah kecepatan suara ketika

berada di udara, pada level udara dan temperatur ruangan adalah sekitar 343

(37)

ini sangat mungkin berubah yang bergantung pada beberapa faktor, termasuk

ketinggian, temperatur, dan kelembaban.

Dengan kecepatan suara yang ditentukan, jika total waktu gelombang

suara antara pemancar dan penerima diketahui, kemudian ini semua

diperlukan untuk membagi waktu ( sejak dipancarkan dan diterima kembali )

dan dikali dengan kecepatan suara. Jadi,

2

time

V

range

sound (2.1)

Bagaimanapun, formula ini hanya bekerja dimana jarak antara elemen

pemancar dan penerima sangat kecil. Sensor ultrasonic ini dapat mendeteksi

jarak dengan tepat. Sensor ini sangat mudah digunakan dengan hanya

menggunakan1 port inputdanoutput. Spesifikasi dari sensor ini dapat dilihat

pada tabel 2-1.

(38)

Sensor ini mempunyai 3 pin header yang digunakan untuk power

supply, ground, dan signal. Signal merupakan pin header yang digunakan

sebagai masukan trigger dan port input dan output. Konfigurasi kaki pada

sensor ultrasonik ini dapat dilihat pada gambar 2.8.

Gambar 2.8 Konfigurasi kaki sensor ultrasonik

2.3. Mikrokontroller AVR Seri Atmega8535 [3],[4]

2.3.1. Gambaran Umum

Mikrokontroller AVR Seri Atmega32 memiliki arsitektur Reduced

Instruction Set Computing (RISC) 8 bit, dimana semua instruksi dikemas

dalam kode 16-bit (16-bits word) dan sebagian intruksi dieksekusi dalam

satu siklusclock.

(39)

Kapabilitas detail dari Atmega32 adalah sebagai berikut :

a. Mikrokontroler AVR berkemampuan tinggi.

b. Didesain berdaya rendah dan semua operasi bersifat statis.

c. Memory flashsebesar 32K –bytes.

d. EEPROM sebesar 512bytes.

e. SRAMinternalsebesar 512bytes.

f. Dua buahtimer / counter8 – bit.

g. Satu buahtimer / counter16 – bit.

h. PWM (Pulse Width Modulation) sebanyak 4 (empat) kanal (channels).

i. ADC (Analog – to – Digital Converter)internal dengan fidelitas 10 –

bit sebanyak 8channels.

j. Portal komunikasi serial (USART)

k. Analog comparator internal.

l. Enam pilihan modesleeppenghemat penggunaan daya listrik.

m. Tegangan operasi 2,7-5,5V (untuk Atmega32) dan 4,5-5,5V (untuk

ATmega8535).

n. Kecepatan maksimal 16 MHz.

o. Antarmuka SPI.

p. Unit interupsi internal dan eksternal.

q. Saluran I/O sebanyak 32 buah, yaitu Port A, Port B, Port C dan Port D

(40)

2.3.3. Peta Memori

Pada sub bab ini akan dibahas tentang peta memori pada Atmega32.

Arsitektur AVR ini terbagi atas dua memori utama, yaitu program memori

dan data memori yang terpisah. Memori data terbagi menjadi 3 bagian, yaitu

32 buah register umum, 64 buah register I/O, yaitu $00 sampai $1F, dan 512

byteSRAMInternal.

2.3.4. Interupsi Eksternal

Interupsi adalah kondisi yang membuat CPU berhenti dari rutinitas

yang sedang dikerjakan (rutin utama) untuk mengerjakan rutin lain (rutin

interupsi). Di dalam AVR ATmega sendiri memiliki 21 sumber interupsi

internal dan eksternal

Pada AVR ini terdapat 3 masukan untuk interupsi eksternal, yaitu pin

INT0, INT1, dan pin INT2. Melihat itu, jika aktif, interupsi akan berjalan

bahkan jika pin INT2 dikonfigurasikan sebagaioutput( keluaran ). Interupsi

eksternal dapat dibangkitkan apabila terdapat perubahan logika 0 pada pin

interupsi. Pengaturan kondisi keadaan yang menyebabkan terjadinya

interupsi eksternal diatur oleh register MCUCR (MCU Control Register)

yang terlihat seperti gambar 2-9.

(41)

Berikut ini adalah tabel beberapa setting ( pengaturan ) yang

menyebabkan interupsi eksternal 1:

Tabel 2-2. Pengaturan yang Mengaktifkan Interupsi Eksternal 1

Berikut ini adalah tabel beberapa setting ( pengaturan ) yang

menyebabkan interupsi eksternal 2 aktif:

Tabel 2-3. Pengaturan yang Mengaktifkan Interupsi Ekternal 2

Pemilihan pengaktifan interupsi eksternal diatur oleh register GIRC

(General Interrupt Control Register) yang terlihat seperti gambar 2-10:

(42)

Bit penyusunnya dapat dijelaskan sebagai berikut :

a. Bit INT1 diaktifkan dengan diberi logika 1 makainterrupt eksternal

1 aktif.

b. Bit INT0 diaktifkan dengan diberi logika 1 makainterrupt eksternal

0 aktif.

c. Bit INT2 diaktifkan dengan diberi logika 1 makainterrupt eksternal

2 aktif.

2.3.5. Timer/Counter

Pada AVR Atmega32 ini, mempunyai 3 jenis timer/counter, yaitu

Timer / Counter0 (8 bit), Timer / Counter 1 (16 bit), Timer / Counter 2 (8

bit).

a. Timer / Counter0 (8 bit)

Fitur utama dari timer / counter 0 (8 bit) ini adalah:

1) Counter channeltunggal

2) Clear time on compare match

3) PWM

4) Pembangkit frekuensi

5) External event counter

6) 10 bitclock prescaler

7) Overflow and compare match interrupt sources

Pengaturan diatur oleh TCCR0 (Timer / Counter Control

(43)

Gambar 2-11. Register TCCR0

Tabel 2-4. Konfigurasi bit clock select untuk memilih sumber clock

CS02 CS01 CS00 Description

0 0 0 Timer / Counterberhenti (tidak aktif) 0 0 1 Clock tanpa prescaling

0 1 0 Clock/ 8 0 1 1 Clock/ 64 1 0 0 Clock/ 256 1 0 1 Clock/ 1024

1 1 0 Sumberclockberasal dari pin T0.clockdenganfalling edge

1 1 1 Sumberclockberasal dari pin T0.clockdenganrising edge

b. Timer / Counter(16 bit)

Berbagai dari fitur daritimer / counter1 adalah:

1). Desain 16 bit ( juga memungkinkan 16 bit PWM )

2). Dua buahcompareunit

3). Duaregisterpembanding

4). Satu buahinput capture unit

5). Timer dinolkan saatmatch compare

6). Dapat menghasilkan gelombang PWM denganglitch-free

7). Periode PWM dapat diubah-ubah

c. Timer / Counter2

Pengaturan Timer / Counter 2 diatur oleh TCCR2 ( Timer /

Counter Control Register 0) yang dapat dilihat pada gambar 2-12:

(44)

Tabel konfigurasi bitnya dapat dilihat pada tabel 2-5:

Tabel 2-5. Konfigurasi bit clock select untuk memilih sumber clock

CS22 CS21 CS20 Description

0 0 0 Timer / Counterberhenti (tidak aktif) 0 0 1 Clock tanpaprescaling

0 1 0 Clock/ 8 0 1 1 Clock/ 32 1 0 0 Clock/ 64 10 0 1 Clock/ 128

1 1 0 Clock/ 256 1 1 1 Clock/ 1024

2.4. Driver Motor [5], [7]

Rangkaian driver motor yang akan digunakan sebagai penggerak motor

dapat dilihat pada gambar 2-13. Driver yang digunakan merupakan aplikasi

dari rangkaiandarlington.

(45)

2.5 Sistem Kendali Fuzzy [6]

2.5.1. Himpunan Klasik (crisp)

Teori himpunanfuzzymerupakan perluasan dari teori himpunan klasik

/ himpunan tegas. Pada teori himpunan klasik, keberadaan suatu elemen

pada suatu himpunan A, hanya akan memiliki 2 kemungkinan keanggotaan,

yaitu menjadi anggota A atau tidak menjadi anggota A. Suatu nilai yang

menunjukkan seberapa besar tingkat keanggotaan suatu elemen (x) dalam

suatu himpunan (A), sering dikenal dengan nama nilai keanggotaan atau

derajat keanggotaan, dinotasikan dengan µA(x). Pada himpunan klasik,

hanya ada 2 derajat keanggotaan, yaitu µA(x)=1 untuk menjadi keanggotaan

A; dan µA(x)=0, untuk tidak menjadi anggota dari A.

Misalkan dimiliki variabel ketinggian terbang yang dibagi menjadi 3

kategori yaitu:

Rendah : ketinggian < 0,5 meter

Standar : 0,5 meter < ketinggian < 1,5 meter

Tinggi : ketinggian > 1,5 meter

Nilai keanggotaan secara grafis, himpunan Rendah, Standar, dan

Tinggi dapat dilihat pada gambar 2-14.

(46)

Pada gambar 2-14 dapat dilihat bahwa:

a. Apabila suatu ketinggian 0,5 meter maka ketinggian tersebut dikatakan

Rendah (µrendah(0,5) = 1)

b. Apabila suatu ketinggian 0,6 meter maka ketinggian tersebut dikatakan

TIDAK Rendah (µrendah(0,6) = 0)

c. Apabila suatu ketinggian 1,6 meter maka ketinggian tersebut dikatakan

TIDAK Standar (µstandar(1,6) = 0)

d. Apabila suatu ketinggian 1,6 meter maka ketinggian tersebut dikatakan

Tinggi (µtinggi(1,6) = 1)

Adanya perubahan kecil saja pada suatu nilai mengkibatkan perbedaan

kategori yang cukup signifikan, sehingga dapat dikatakan bahwa pemakaian

himpunan klasik untuk menyatakan suhu ruangan kurang bijaksana.

Apabila digunakan dalam suatu sistem kendali, misalkan untuk

mengendalikan kecepatan putaran motor, maka kecepatan putaran motor

akan berubah-ubah secara liar karena adanya perubahan kecil dari variabel

masukan ketinggian. Dengan kondisi yang demikian kendali fuzzy

menunjukkan kelebihan dari himpunan klasik.

2.5.2. LogikaFuzzy

Logika kabur (fuzzy) pertama kali diperkenalkan oleh Prof. Lotfi A.

Zadeh dari University of California di Berkeley pada tahun 1965. Logika

(47)

a. Tahap fusifikasi (fuzzification), yakni pemetaan dari masukan tegas ke

himpunanfuzzy.

b. Tahap inferensi, yakni pembangkitan aturanfuzzy.

c. Tahap komposisi, yakni mengkombinasikan output yang menyatakan

himpunanfuzzyke dalam sebuah himpunanfuzzy.

d. Tahap defusifikasi (defuzzification), yakni transformasi keluaran dari

nilai kabur ke nilai tegas.

Keempat tahapan logika fuzzy tersebut dapat digambarkan dalam

gambar 2-15.

Gambar 2-15. Tahapan proses dalam logikafuzzy

2.5.3. Fusifikasi (fuzzification)

Pada tahap fusifikasi, nilai masukan nyata terukur dipetakan ke dalam

fungsi keanggotaanfuzzy. Sebagai contoh, dalam bahasan berikut pengendali

ketinggian terbang dikembangkan dengan metode logikafuzzy.

Untuk membuat sistem kendali ketinggian terbang mula-mula

dikembangkan fungsi keanggotaan untuk variabel masukan

(48)

Fungsi keanggotaan ini didefinisikan dengan rentang nilai dan derajat

keanggotaan. Dalam logika fuzzy, penting untuk membedakan tidak

hanya dalam fungsi keanggotaan mana suatu variabel berada tetapi juga

derajat keanggotaan relatif variabel tersebut. Jadi tiap variabel memiliki

bobot keanggotaan dalam suatu fungsi keanggotaan.

Suatu variabel dapat memiliki memiliki bobot keanggotaan dalam

beberapa fungsi keanggotaan sekaligus pada suatu saat. Sebagai contoh,

fungsi keanggotaan "ketinggian_terbang" mungkin seperti gambar 2-16.

Gambar 2-16. Fungsi keanggotaan variabel masukan ketinggian_terbang

Seperti terlihat pada gambar 2-16, fungsi keanggotaan fuzzy memiliki

rentang nilai-nilai yang dapat saling tumpang-tindih. Dalam diagram

tersebut didefinisikan adanya tiga himpunan nilai keanggotaan untuk

variabel "ketinggian_terbang". Ketiga himpunan itu adalah Rendah, Standar,

dan Tinggi. Derajat keanggotaan suatu nilai tertentu, dalam diagram

(49)

horisontal dengan garis yang mendefinisikan satu atau lebih fungsi

keanggotaanfuzzy.

Titik perpotongan ini dinyatakan dengan nilai tertentu pada sumbu

tegak yang menentukan keanggotaan relatif nilai tersebut di dalam

himpunan nilai masukan nyata. Sebagai contoh, nilai 1,4 pada variabel

ketinggian_terbang adalah anggota dari fungsi keanggotaan Tinggi dengan

keanggotaan relatif 0.8. Nilai 1,4 tersebut juga termasuk dalam anggota dari

fungsi keanggotaan Standar dengan keanggotaan relatif 0.19.

Berbeda dengan sistem klasik, di mana suatu nilai secara tegas dapat

dinyatakan sebagai anggota atau bukan anggota dari suatu fungsi, sistem

logikafuzzy bekerja atas dasar keanggotaan dari suatu himpunan dan derajat

keanggotaan nilai tersebut untuk suatu fungsi keangggotaan tertentu. Dalam

kasus ini, karena ketinggian_terbang pada 1,4 meter adalah lebih kuat pada

posisi keanggotaan Tinggi (0.8) daripada Standar (0.19), maka pengendali

akan memperhitungkan derajat keanggotaan Tinggi tersebut dalam

menentukan aksi keluaran yang akan dilakukan.

2.5.4. Inferensi

Setelah fungsi keanggotaan untuk variabel masukan dan keluarannya

ditentukan, basis aturan pengendalian dapat dikembangkan untuk

menghubungkan aksi keluaran pengendali terhadap kondisi masukannya.

Tahap ini disebut sebagai tahap inferensi, yakni bagian penentuan aturan

(50)

aksi pengendali fuzzy. Contoh berikut ini, misalnya, dapat diperlakukan

untuk pengendali yang sedang dibahas.

Jika ketinggian_terbang Rendah, maka atur kecepatan_motor pada

posisi Lambat. Jika ketinggian terbang Tinggi, maka atur kecepatan_motor

pada posisi Cepat. Jika ketinggian terbang Standar, maka atur kecepatan

motor pada posisi Sedang.

Aturan jika-maka (if-then) tersebut dapat menghubungkan banyak

variabel masukan dan keluaran. Karena aturan didasarkan pada deskripsi

dengan kata-kata bukan dengan definisi matematis, maka semua hubungan

yang dapat dijelaskan dengan ungkapan bahasa pada umumnya dapat

dilakukan dengan pengendali logikafuzzy.

Hal ini berarti sistem non-linier yang biasanya sulit dikendalikan

dengan pengendali konvensional, dapat dengan mudah dikendalikan oleh

pengendali logika fuzzy. Karena variabel memiliki keanggotaan berbobot,

aturan yang terdiri atas variabel-variabel ini juga memiliki bobot. Untuk

sistem dengan banyak masukan dan banyak keluaran serta memiliki banyak

aturan, fluktuasi liar pada tiap-tiap masukan dapat ditekan dengan

pembobotan aturan.

Oleh karena itu sistem logika fuzzy bersifat sangat panggah (robust)

dan seringkali memungkinkan pengubahan atau pembuangan banyak aturan

(51)

2.5.5. Komposisi

Pada metode komposisi ini yang sering digunakan adalah max

(maximum). Dalam komposisi max, himpunanfuzzyuntuk outputditentukan

dengan mengambil titik maksimum dari semua himpunan fuzzy yang

dihasilkan oleh proses inferensi untuk masing-masing aturan.

2.5.6. Defusifikasi (defuzzification)

Setelah dilakukan evaluasi atas masukan, menerapkan basis aturan,

dan mengkomposisikan himpunan fuzzy, pengendali logika fuzzy

menghasilkan keluaran untuk diberikan kepada sistem yang

dikendalikannya. Pengendali logikafuzzy harus mengubah variabel keluaran

fuzzy menjadi nilai-nilai tegas yang dapat digunakan untuk mengendalikan

sistem. Proses ini disebut sebagai defusifikasi (defuzzification).

Atau dengan kata lain, defusifikasi adalah proses penegasan kembali

nilai kabur yang diperoleh. Ada banyak metode untuk melakukan

defusifikasi ini, salah satunya adalah metode defusifikasiheight.Metode ini

merupakan metode defusifikasi yang paling sederhana dan yang paling

cepat, metode ini menjumlahkan titik tengah dari setiap membership yang

tersulut, kemudian membaginya dengan jumlahan dari derajat (tinggi)

keanggotaan dari membership yang tersulut. U* adalah nilai tegas, C(k)

merupakan nilai tengah membership, dan fk merupakan nilai derajat dari

(52)

 

n

k k

k m

k k

f f C U

1 1 *

.

(2.4)

Sebagai contoh pada gambar 2-17 diperlihatkan hasil komposisi yang

akan di defusifikasi dengan metode Height. Pada gambar diperoleh derajat

dari membership yang tersulut sebut saja f1 dan f2 dan juga nilai tengah dari

membership yang tersulut yaitu C1 dan C2. Maka nilai defusifikasinya

adalah U*.

Gambar 2-17. Metode defusifikasi denganHeight

2.5.7. LogikaFuzzydalam Teknik Kendali

Dalam sub-bab ini dibahas tentang aplikasi logikafuzzydalam teknik

kendali. Bentuk logika fuzzy dasar adalah arsitektur Mamdani, di mana

pengendali secara langsung mengubah spesifikasi kinerja eksternal dan

sifat plant ke dalam bahasa berbasis aturan (rule). Arsitektur Mamdani

ini merupakan sistem kendali logika fuzzy yang paling banyak digunakan

(53)

kombinasi aturan-aturan bahasa dan fungsi linier untuk membentuk

strategi kendali logikafuzzy.

Asumsi dasar kendali logikafuzzyyang diajukan oleh E.H. Mamdani

pada tahun 1974 adalah tidak adanya model plant secara eksplisit.

Paradigma dasar kendali logika fuzzy Mamdani yang berbasis aturan

memetakan controlled variable (CV1, CV2, ...) dari plant dengan

manipulated variable (MV1, MV2, ...). Struktur pengendali yang

ditunjukkan dalam gambar 2-18, menghubungkan arsitektur ini dengan

sistem kendali umpan-balik konvensional.

Dalam setiapCV bisa secara langsung menjadi variabel terukur atau

beda antara variabel terukur tersebut dengan suatu nilai referensi yang

telah ditentukan yang merupakan error. Selain error juga diperlukan

masukan lain seperti perubahanerror( dt de

) yang digunakan dalampremise

aturan. Selain perubahan error, dalam kasus sistem kendali fuzzy untuk

implementasi waktu diskret digunakan CVe

  

tetT

dengan T

merupakan periode cuplik sistem.

(54)

Secara umum, arsitektur sistem kendali fuzzy ditunjukkan dalam

gambar 2-22 yang memetakanerror,e = yd– yke dalam aksi pengendali,u.

Masukan Fuzzy Logic Controller (FLC) adalah error (e) dan perubahan

error (ce). Pengendalian dilakukan oleh FLC yang memetakan nilai error,

en(t), dan perubahanerrorternormalisasi, cen(t), yang dinyatakan sebagai

 

t ne

 

t ene

 

t n

e

  

t et T

cence   (2.5)

dengan T adalah time step, ne dan nce adalah faktor normalisasi, ke dalam

perubahan aksi pengendaliδun(t) melalui aturan dalam bentuk:

Ifen(t) is P andcen(t) is N thenδun(t) is Z

P, N, Z merupakan kependekan dari positive, negativedan zero, yang

didefinisikan sebagaifuzzy setmelalui variabel-variabel yang relevan seperti

yang ditunjukkan dalam gambar 2-19.

Keluaran dari FLC adalah perubahan dari aksi kontrol. Untuk

memperoleh aksi kontrol u, perlu diintegralkan dan didenormalisasikan

dengan menggunakan faktor denormalisasi deδu, sehingga diperoleh nilai

aksi kontrol saat t, dimana nilai perubahan aksi kontrol ditambah dengan

nilaiusebelumnya, melalui rumus:

  

t u t T

de u

 

t
(55)

Gambar 2-19. Arsitektur umum sistem pengendalifuzzy

Aturan-aturan secara efektif menyatakan skenario operasi dari suatu

sistem, seperti yang ditunjukkan dalam gambar 2-20. Pada saatt= 0, sistem

mulai pada nilai output nominal tertentu (misalnya y = 0) dan diharapkan

mencapai nilai yang dinginkan yd. Pada skala ternormalisasi pada gambar

tersebut, yd menyatakan beda satu satuan dari nilai y ternormalisasi dan

menghasilkan nilai error awal. Keadaan awal ini (dalam gambar ditandai

dengan (0)) menyatakan bahwa error bernilai positif (P) dan perubahan

errorbernilai positif, sehinggaδunmenjadi positif.

Gambar 2-20. Aturan-aturan kendali untuk pengendalifuzzysederhana secara umum

Diasumsikan keluaran plant meningkat, output akan mencapai level

(56)

tetapi perubahan error negatif (N), sehingga δun menjadi zero (Z).

Aturan-aturan tambahan ditentukan dari inspeksi dan dapat dilihat dalam tabel 2-6.

Tabel 2-6. Aturan-aturan kendalifuzzysecara umum

error,en Atribut yang diamati

perubahanerror,cen Atribut yang dikendalikan perubahan input,δun Kondisi aturan aksi

Ifenis P andcenis P thenδunis P I. Mulai, input dalam tanggapan diubah ke

perubahansetpoint Ifenis N andcenis N thenδunis N Ifenis P andcenis Z thenδunis P II.Planttidak merespon; input disesuaikan

Ifenis N andcenis Z thenδunis N Ifenis P andcenis N thenδunis Z III. Tanggapan plant normal, input dijaga

tetap Ifenis N andcenis P thenδunis Z

IV. Mencapai kesetimbangan Ifenis Z andcenis Z thenδunis Z Ifenis Z andcenis N thenδunis N V. Error nol, tetapi ada perubahan,

lakukan aksi Ifenis Z andcenis P thenδunis P

Jika diinginkan sistem kendali fuzzy yang lebih baik dapat dilakukan

dengan menambahkan jumlah membership input maupun output dan juga

penambahan aturan-aturan yang baru, aturan-aturan yang baru dapat dilihat

pada table 2-7. Sedangkan gambar membership input dan output dapat

dilihat pada gambar 2-21, gambar 2-22 dan gambar 2-23.

(57)

Gambar 2-22.Membership inputperubahanerrordengan 7membership(Cen)

Gambar 2-23.Membershipoutput dengan 7membership (δu)

Tabel 2-7. Aturan-aturan kendalifuzzysecara umum untuk 7membership

N, NM, ZE, PM, P adalah kependekan darinegative,negative medium,

zero, positive medium,danpositive.

Katakanlah diperoleh nilai e = 45 dan Ce = 75 maka proses fusifikasi

dan defusifikasi yang terjadi dengan menggunakan aturan-aturan dari tabel

2-7 dapat dilihat pada gambar 2-24. Pada gambar 2-24 adalah proses

(58)

metode defusifikasiheight. Jika masukan e = 45 dan Ce = 75 maka

aturan-aturan yang digunakan adalah:

ife = PS andCe = PM thenU = PB

ife = PM andCe = PM thenU = PB

ife = PM andCe = PB thenU = PB

ife = PS andCe = PB thenU = PB

sedangkan aturan-aturan yang lain tidak tersulut karena nilai membership

outputyang dihasilkan diperoleh derajat keanggotaan = 0.

Dari gambar 2-24 diperoleh f1 = 0,5 sedangkan C1= 96. Contoh:

(59)

Gambar 2-24 (b). ProsesFuzzyfication, inferensi, dan komposisi

Gambar 2-25. ProsesDefuzzyfication

96 5

. 0

) 96 * 5 . 0 (

*

U

2.6. Mosfet Sebagai Saklar

Rangkaian transistor mosfet yang digunakan sebagai saklar dapat dilihat

pada gambar 2-26.

(60)

Digunakannya transistor mosfet agar dapat menangani arus dan tegangan

yang lebih besar jika dibandingkan dengan transistor BJT biasanya. Jika

digunakan sebagai switching, maka besarny IDL ditentukan oleh besarnya beban

dengan IDmaksimum:

RL VCC

IDL  (2.7)

2.7. LCD (Liquid Crystal Display) [9]

Banyak sekali kegunaan LCD dalam suatu perancangan sistem ynag

menggunakan mikrokontroler. LCD merupakan suatu komponen yang dapat

menampilkan karakter pada display (tampilan) dengan bahan utama yang

digunakan adalah Liquid Crystal. Apabila diberi arus listrik sesuai dengan jalur

yang telah dirancang pada konstruksi LCD, cairan kristal akan terpolarisasi

(keruh) sehingga menghalangi cahaya dan membentuk suatu karakter tertentu.

LCD yang akan digunakan adalah jenis LCD M1632 dengan spesifikasi tampilan

2 x 16 (2 baris, 16 kolom). Konstruksi dari LCD dapat dilihat pada gambar 2-27.

(61)

LCD M1632 juga dilengkapi dengan mikrokontroler HD44780 yang

berfungsi sebagai pengendali LCD. Mikrokontroler ini terdiri dari CGROM

(Character General Read Only Memory), CGRAM (Character General Random

Access Memory) , dan DDRAM (Display Data Random Access Memory). Bentuk

fisik LCD dapat dilihat pada gambar 2-28.

Gambar 2-28. LCD M1632

CGROM merupakan memori untuk menggambarkan pola sebuah karakter di

mana pola tersebut sudah ditentukan secara permanen dari HD44780 sehingga

pengguna tidak dapat mengubahnya lagi. CGRAM merupakan memori untuk

menggambarkan pola sebuah karakter di mana bentuk dari karakter dapat

diubah-ubah sesuai keinginan. DDRAM merupakan memori tempat karakter yang

ditampilkan berada. Tampilan karakter pada LCD dengan kode ASCII-nya

sekaligus hubungan antara CGROM dengan DDRAM dapat dilihat pada gambar

(62)

Gambar 2-29. Hubungan antara DDRAM dan CGROM

Konfigurasi dari LCD M1632 dapat dilihat pada tabel 2-8 di bawah ini.

Tabel 2-8. Konfigurasi kaki LCD

No PIN Deskripsi

1 GND 0 v 2 VCC +5 v

3 VEE Tegangan Kontras LCD (tampilan)

4 RS Register Select, (0=Register Perintah, 1=Register Data) 5 R/W 1=Read, 0=Write

6 E Enable Clock LCD, logika 1 setiap kali pengiriman atau pembacaan data 7 D0 Data Bus 0

8 D1 Data Bus 1 9 D2 Data Bus 2 10 D3 Data Bus 3 11 D4 Data Bus 4 12 D5 Data Bus 5 13 D6 Data Bus 6 14 D7 Data Bus 7

(63)

2.8. Tanggapan Transien [10]

Tanggapan transien suatu sistem terhadap masukan tangga satuan

tergantung transien terhadap variasi system. .Tanggapan transien suatu sistem

kontrol secara praktek selalu menunjukkan osilasi teredam sebelum mencapai

keadaan tunaknya. Tanggapan transien pada umumnya dikelompokkan sebagai

berikut:

1. Time delay (td / waktu tunda) merupakan waktu yang diperlukan oleh

tanggapan untuk mencapai setengah nilai akhir untuk waktu yang

pertama.

2. Time rise (tr / waktu naik) merupakan waktu yang diperlukan oleh

tanggapan untuk naik dari 10% menjadi 90%, 5% menjadi 95%, atau 0%

menjadi 100% dari nilai akhir yang bisa digunakan. Untuk sistem atas

redaman waktu naik yang biasa digunakan 10% menjadi 90%.

3. Time peak (tp / waktu puncak) merupakan waktu yang diperlukan

tanggapan untuk mencapai puncak pertamaovershoot.

4. Waktu turun (ts) merupakan waktu yang diperlukan untuk menanggapi

kurva agar dapat mencapai dan tetap berada dalam rentang nilai akhir

ukuran yang disederhanakan dengan persentase harga akhirnya (biasanya

2% atau 5%). Waktu turun tadi dihubungkan dengan tetapan waktu

(64)

Gambar 2-30 Kurva tanggapan transient

5. Maximum overshoot (Mp) merupakan nilai puncak kurva tanggapan yang

mempunyai nilai lebih dari satu, maka biasa digunakan persen overshoot

maksimum, dan didefinisikan sebagai berikut:

Maksimum (persen)overshoot= 100%

) ( c

) ( c ) to (

c

  

Besarnya persen overshoot maksimum menunjukkan kestabilan

relatif dari sistem.

2.9. Penguat Non Inverting

Untuk mengubah suatu sinyal yang kecil tanpa mengubah fasanya,

diperlukan sebuah rangkaian penguat non-inverting. Rangkaiannya dapat dilihat

pada gambar 2.31

(65)

Nilai tegangan keluaran (Vout) dapat dihitung dengan rumus berikut ini

Vout = Vin

1

1 

  

  

R Rf

(66)

43 3.1. Diagram Blok

Gambar 3-1 menunjukkan diagram blok perancangan model pengontrol

ketinggian terbang helikopter dengan kontrol fuzzy dengan menggunakan

mikrokontroller AVR seri ATmega32.

Gambar 3-1. Diagram Blok Rancangan

Untuk mengontrol ketinggian terbang helikopter digunakan sensor

ultrasonic SRF-04 dengan keluaran berupa pulsa digital. Keluaran dari sensor

SRF-04 akan langsung masuk ke mikrokontroller karena sudah berupa data digital

yang tidak memerlukan ADC sebagai pengkonversi dari analog ke digital.

Mikrokontroller akan mengolah data dengan program kendali logika fuzzy.

Setelah data dari sensor diolah, keluaran dari mikrokontroller berupa PWM dalam

(67)

Rangkaian driver motor DC helikopter ini adalah rangkaian transistor untuk

menghidupkan motor DC helikopter.

Gambar 3-2. Rancangan Blok DiagramClosed-loopPengendali Kecepatan Motor DC

pada Helikopter

Gambar 3-2 adalah rancangan blok diagram sistem closed-loop.Set point

(ketinggian), perhitungan error (e), perubahan error (Ce), fuzzy logic control

(FLC), integrator, dan PWM akan diproses dalam mikrokontroller ATmega32.

Keluaran dari PWM akan langsung masuk keplantyang berupadriverdan motor

DC helicopter karena hanya berupa pulsa. Motor akan diaktifkan penuh sesuai

tegangan input.

Gambar 3-3 adalah bentuk fisik pemodelan helikopter yang digunakan

(68)

sedangkan pada bagian ekor helikopter akan diatur agar helikopter dapat terbang

dalam keadaan stabil.

Gambar 3-3. Bentuk fisik helikopter yang digunakan

3.2. Perancangan Perangkat Keras

3.2.1. Driver Motor

Dari hasil perhitungan, nilai-nilai resistor pada rangkaian darlington yang

dapat dilihat pada gambar 2-13 adalah sebesar 1KΩ. Diode yang digunakan

adalah 1N4002. Sedangkan transistor yang digunakan adalah TIP3055 dengan

alasan dapat menghasilkan arus Ic sebesar 15A.

Dengan IB= 3,6mA, Vin = 5V, dan VBE= 1,4 V, maka,

(69)

3.2.2. SensorUltrasonic

Sensor yang digunakan adalah sensor ultrasonic. Rangkaian percobaan

yang digunakan sebagai pengujian untuk mengaktifkan sensor dapat dilihat

pada gambar 3-4

Gambar 3-4. Rangkaian Sensor

Dari rangkaian di atas, untuk mengaktifkan sensor, diperlukan input

trigger. Trigger in akan dibangkitkan dari Atmega32 dari pin PortA0 yang

akan disambungkan ke pin 3 dari sensor yang merupakan Trigger IN dari

ping. Selanjutnya output sensor pada pin 3 akan dihubungkan ke pin

(70)

Diagram alir kerangka utama yang digunakan untuk menguji sensor dapat

dilihat pada gambar 3-5

Gambar 3-5. Diagram alir kerangka utama program SRF-04

(71)

Tabel 3.1. Data pengujian sensor

No. Tinggi (cm) Output ( biner )

1 3 0000 0011

2 4 0000 0100

3 6 0000 0110

4 8 0000 1000

5 10 0000 1010

6 12 0000 1100

7 14 0000 1110

8 16 0001 0000

9 18 0001 0010

10 20 0001 0100

11 22 0001 0110

12 24 0001 1000

13 26 0001 1010

14 28 0001 1100

15 30 0001 1110

16 32 0010 0000

17 34 0010 0010

18 36 0010 0100

19 38 0010 0110

20 40 0010 1000

21 50 0011 0010

22 60 0011 1100

23 70 0100 0110

24 80 0101 0000

25 100 0110 0100

26 110 0110 1110

(72)

3.2.3. PWM-Driver

Rangkaian yang digunakan dalam pengujian terhadap driver untuk

mengukur kecepatan motor yang akan digunakan untuk menentukan

membership output dapat dilihat pada gambar 3-6.

Gambar 3-6.Driver

Hasil dari pengujian rangkaian driverini dapat dilihat pada tabel 3.2.

Tabel 3.2. Data percobaan kecepatan motor

Percobaan

No T ON (ms) Rpm I Rpm II Rpm III I rata-rata

(A)

1 20 5780 5676 6044 0.988

2 19 5033 5136 5050 1.006

3 18 5020 5046 5001 1.005

4 17 4969 5016 4971 0.99

5 16 4960 4961 4957 0.998

6 15 4952 4954 4950 0.996

7 14 4941 4954 4931 0.982

8 12 4830 4945 4841 0.971

9 10 4806 4865 4684 0.947

10 8 4745 4751 4591 0.788

11 6 2912 4653 3249 0.325

12 4 1670 2732 1491 0.278

(73)

Dari hasil pengujian pada tabel 3.2 di atas, dapat diketahui bahwa semakin

besar duty cycle yang dihasilkan, maka kecepatan motor akan semakin cepat.

Besarnya arus pada motor saat berputar cepat adalah sebesar 1A.

3.2.4. Perancangan Mosfet sebagai Switching

Penguat daya yang menggunakan mosfet IRF740 akan ditunjukkan pada

gambar 3-7. Untuk dapat menarik arus sebesar 5A, maka VGS berada pada 10

V[7].Sedangkan Rgs ditentukan 10K sebagaibiasing.

Gambar 3-7. Penguat daya dengan IRF740

3.2.6. Antarmuka LCD dengan ATmega32

Antarmuka LCD dengan mikrokontroler ATmega32 ditunjukkan pada

gambar 3-8. Rangkaian ini berfungsi sebagai alat untuk pemberian set point

pada penilitian ini. LCD di sini berfungsi sebagai penampil set point yang

(74)

Gambar 3-8. Antarmuka LCD dengan ATmega32

3.2.5. Perancangan Rangkaian Non-Inverting

Rangkaian ini dirancang untuk menguatkan keluaran dari mikrokontroler

yang sebelumnya adalah 5 V menjadi 10V yang berarti dikuatkan sebesar 2

kalinya. k k Ri V Ri k V Ri Rf Vo 10 1 10 5 10 1 10 5 1                    

(75)

3.2.6. Rangkaian Lengkap

Rangkaian lengkap yang akan digunakan dalam melakukan penelitian ini

dapat dilihat pada gambar 3-10.

Gambar 3-10. Rangkaian lengkap perancangan perangkat keras.

Sensor ultrasonik SRF-04 akan digunakan sebagai input dalam proses

logika fuzzy.Output dari SRF-04 adalah berupa bilangan biner. Proses logika

fuzzydan fusifikasi akan diproses di dalam mikrokontroler.Output dari proses

fusifikasi adalah berupa PWM. Selanjutnya PWM akan dihubungkan pada

driver yang berfungsi sebagai penggerak motor. Sedangkan motor dc yang

berfungsi untuk pengendali ekor helikopter juga akan digerakkan oleh driver.

3.3. Perancangan Perangkat Lunak

3.3.1. Diagram Alir Program Utama

Diagram alir program utama dapat dilihat pada gambar 3-11. Program

terlebih dahulu akan melakukan inisialisasi awal. Setelah melakukan

(76)

ketinggian. Selanjutnya program akan membaca nilai sensor ultrasonik dan

diolah dengan program fuzzy logic control dan dilanjutkan pada penyesuaian

output data untuk mencegah terjadinya overflow yang dapat menyebabkan

kesalahan pada keluaran program

Gambar 3-11. Diagram Alir Program Utama

3.3.2. SubrutinFuzzy Logic Control

Subrutin fuzzy logic control adalah proses subrutin yang memproses data

ketinggian dengan menggunakan program pengendali logikafuzzy yang sudah

diprogram di dalam mikrokontroler ATmega32. Di dalam subrutin ini

terdapat proses fuzzyfication (fusifikasi), inferensi, komposisi, dan

defuzzyfication (defusifikasi). Proses fusifikasi, inferensi, dan komposisi

dilakukan dalam satu fungsi fusifikasi. Dalam fungsi ini dilakukan proses

penyulutan pada membership input dengan membership output dengan

menggunakan aturan-aturan yang telah dibuat. Selanjutnya dicari nilai

maksimum dari derajat keanggotaan dari setiap membership output .

Selanjutnya akan dilanjutkan dengan proses defusifikasi dengan memanggil

(77)

dengan metode height. Pada metode height ini untuk mempermudah

perhitungan maka nilai derajat keanggotaan setiap membership output akan

dikalikan dengan nilai tengah dari setiap membership output. Setelah selesai

maka program akan menyimpan hasilnya ke variabel output1. Program akan

diulang untuk memproses data kecepatan. Diagram alir subrutin fuzzy logic

controldapat dilihat pada gambar 3-12

Gambar 3-12. Diagram alir subrutinfuzzy logic control

3.3.4. PerancanganMembership

Pada perancangan pengendali dengan logika fuzzy ini, derajat

keanggotaan (membership) yang akan digunakan pada penelitian adalah

sebanyak 7 derajat keanggotaan (7membership). Gambar 13 dan gambar

(78)

ketinggian maksimal adalah 0.9m ( P = 0.9 dan N = -0.9 ). Gambar 3-15

adalah gambar diagramoutput(du).

Basis aturan yang akan dipakai logikafuzzy dapat dilihat pada tabel 2-7.

Metode defusifikasi yang akan dipakai adalah metode height yang dapat

dilihat pada gambar 2-20.

Gambar 3-12. Input error(e)

Gambar 3-13. Perubahanerror(Ce)

(79)

3.3.5. Subrutin Output Data

Subrutinoutput data mengontrol keluaran agar tidak terjadioverflow yang

akan menyebabkan kesalahan padaoutput. Program subrutin outputdata akan

lebih dahulu dimulai dengan proses integral dengan memanggil fungsi

integrator. Setelah proses integrator akan dicek apakah terjadi overflow atau

tidak. Jika tidak terjadi overflow maka data tidak diubah, namun jika terjadi

overflow maka data diubah agar tidak lebih dari nilai +255 dan kurang dari

nilai -255. Output akan dinormalisasi ke variabel nu sehingga dapat digunakan

untukouputke PWM. Nu2 di kirim register PWM(OCR2).

(80)

57

Suatu alat atau program untuk dapat dikatakan bekerja dengan baik

diperlukan sebuah pengujian terhadap alat atau program tersebut. Pada bab IV ini

akan dijelaskan tentang cara pengujian terhadap perangkat keras atau perangkat

lunak yang telah dirancang pada bab III sebelumnya.

Dari pengujian ini akan didapatkan data-data yang dapat memperlihatkan

bahwa perangkat keras dan perangkat lunak telah bekerja dengan cukup baik atau

tidak baik. Berdasarkan data-data yang didapat dari hasil pengujian akan

dilakukan analisa terhadap proses kerja yang nantinya dapat digunakan dalam

menarik kesimpulan. Dalam pengujian ini, tr yang akan digunakan adalah sebesar

10%-90%.

4.1 Hasil Implementasi Sistem Pengendali Ketinggian Terbang Helikopter

Plant yang digunakan dapat dilihat pada gambar 4-1 dengan rangkaian

elektronis yang terpisah dariplantdan tombol pemilihset pointyang dapat dilihat

pada gambar 4-2, namun sensor ultrasonik terpasang pada badan helikopter. Dari

hasil implementasi terdapat perbedaan bentuk plant yang digunakan dengan

dengan hasil perancangan pada bab III, yaitu pada bagian ekor helikopter yang

dipasang pada tiang penyangga. Pilihanset pointyang akan diuji adalah senilai 40

(81)

Gambar 4-1. Bentuk plant yang digunakan

.

Gambar 4-2 (a) Rangkaian Elektronis

Gambar 4-2 (b) Tombol PemilihSet Point

Saat alat dihidupkan, maka helikopter akan menuju ketinggian set point

yang sudah diatur default, yaitu 40 cm. Jadi, jika tidak diberi masukan set point

maka program akan menjalankan ketinggian default yang sudah diatur, yaitu 40

(82)

Sewaktu program dihidupkan, LCD akan menampilkan nama penulis selama

1 detik, kemudian pada LCD akan memberikan perintah untuk memilih set point

ketinggian yang sudah disediakan, yaitu 10cm, 20cm, 30cm, 40cm, 50cm, 60cm,

70cm, 80cm, dan 90cm. Dalam gambar 4-3 hasil tampilan pada LCD.

(a)

(b)

Gambar 4-3. Tampilan LCD saat program dinyalakan (a) tampilan LCD saat program

dinyalakan (b) tampilan LCD setelah 1 detik

Dalam memilihset pointyang diinginkan tersedia tombol-tombol pada salah

satu rangkaian elektronis yang akan mempermudah dalam pemilihan serta

LED-LED yang juga dapat membantu jika LCD tidak bekerja dengan baik. Rangkaian

elektronis tersebut dapat dilihat pada gambar 4-4.

(83)

LED berfungsi menunjukkan besarset point yang diinginkan.Jika set point

adalah 40 cm maka pada LED akan tertampil 0010 1000. Jika tombol naik ditekan

maka nilai set point(sp) akan bertambah 20 cm. Jika tombol turun ditekan maka

nilai sp akan berkurang 10 cm. Jika tombol send ditekan maka sp yang

diinginkan akan dikirim melalui mikrokontroler. Sedang tomboldisplay berfungsi

untuk menampilkan nilai sp yang diinginkan pada LCD. Contoh tampilan LCD

pada sp 40 cm dapat dilihat pada gambar 4-5.

Gambar 4-5. Tampilan LCD saat sp 40cm.

Sedangkan jika masukan sp melebihi nilai 90 cm, maka pada LCD akan

ditampilkan tulisan seperti pada gambar 4-6.

Gambar 4-6. Tampilan LCD saat sp melebihi 90 cm

4.2 Pengujian Terhadap RangkaianNon-Inverting

Pengujian rangkaian ini dilakukan dengan mengukur tegangan keluaran pada

Op-Amp dengan tegangan masukan yang berasal dari keluaran mikrokontroler

sebesar 4,92 V. Secara teoritis keluaran dari mikrokontroler adalah sebesar 5 V,

(84)

pada Op-Amp dirancang sebesar 2 kali tegangan masukan y

Gambar

Gambar 2-3c. Gaya Angkat Besar
Gambar 2-4c. Helikopter Berayun ke Sisi Kanan
Gambar 2-13. Rangkaian driver motor DC
Gambar 2-24 (a). Proses Fuzzyfication, inferensi, dan komposisi
+7

Referensi

Dokumen terkait