PENINGKATAN KUALITAS PROSES DAN HASIL
PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM MELALUI
PEMBELAJARAN BERBASIS MULTI MEDIA DI SMP NEGERI 1
BANJARNEGARA
Amam Rofiq,S.Ag
Guru Pendidikan Agama Islam SMP Negeri 1 Banjarnegara, Peserta Program Peningkatan Kompetensi dan Wawasan Pendidik dan Tenaga Kependidikan
Ditjen Pendidikan Agama Islam, yang diselenggarakan FITK UNSIQ kerjasama dengan Kementrian Agama RI
Abstrak
Dalam rangka meningkatkan kualitas proses dan hasil pembelajaran Pendidikan Agama Islam inilah, dipandang perlu diterapkan model pembelajaran berbasis multimedia. Melalui pembelajaran berbasis multimedia, peserta didik ditempatkan dan diperlakukan sebagai subyek sehingga peserta didik akan lebih termotivasi dan menemukan kebermaknaan dalam belajar. Kebermaknaan belajar akan diperoleh karena peserta didik akan mencari, menemukan kembali, dan menganalisis sendiri berbagai hal yang berkaitan dengan meteri pembelajaran, terutama materi yang abstrak seperti keimanan dan menyikapi permasalahan keagamaan yang sedang berkembang di masyarakat. Penelitian ini bertujuan untuk menemukan format skenario pembelajaran Pendidikan Agama Islam berbasis multimedia, dengan harapan dan secara khusus penelitian bertujuan untuk: Meningkatkan motivasi peserta didik di SMP Negeri 1 Baanjarnegra pada mata pelajaran Pendidikan Agma Islam; Meningkatkan kebermaknaan belajar sehingga peserta didik dapat memerankan dirinya sebagai insan kamil yang cerdas, terampil, dan bertanggungjawab; dan meningkatkan hasil belajar peserta didik, yakni dicapainya kompetensi dasar yang diukur dengan memakai instrumen penilaian yang tepat.
Kata-kunci : Peningkatan Kualitas, Pembelajaran, Pendidikan Agama Islam, MultiMedia
PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Guru sebagai tenaga profesional, tidak hanya dituntut untuk menguasai bahan mata pelajaran, namun juga harus terampil dalam memberikan bantuan dan bimbingan kepada peserta didik untuk dapat mengembangkan potensi yang dimilikinya. Disamping itu guru diharapkaan berperan sebagai inovator atau agen pembaharuan, maka guru perlu memiliki wawasan yang memadahi mengenai berbagai inovasi dan teknologi pendidikan yang pernah dan mungkin dikembangkan pada jenjang pendidikan (M. C. Riyan, 1990). Wawasan ini perlu
dimiliki agar guru dalam melaksanakan tugasnya tidak cenderung stagnan,
tetapi selalu inovatif menemukan teknik dan model pembelajaran untuk diterapkan di sekolah sehingga dapat meningkatkan kualitas pembelajaran yang dilaksanakannya.
Akhir-akhir ini banyak guru mengeluh terhadap kurangnya motivasi peserta didik dalam proses pembelajaran, dalam hal ini guru sering kali menyalahkan peserta didik yang dinilai terlalu bodoh, tidak bersemangat, dan tidak ada keinginan untuk maju. Tidak banyak guru yang mau melakukan introspeksi terhadap kualitas pembelajaran yang dilaksanakannya. Fenomena yang terlihat saat ini, kebanyakan guru mengajar dengan gaya konvensional, dimana guru sebagai pusat kegiatan. Komunikasi berlangsung searah dari guru ke peserta didik dengan menggunakan metode ceramah. Guru tidak terbiasa menggunakan metode-metode dan media-media pembelajaran yang ada dan diharapkan mampu menciptakan suasana pembelajaran yang menarik dan bermakna bagi peserta didik. Akibatnya pembelajaran semakin hari dirasakan semakin membosankan. Situasi di atas menggambarkan kualitas pembelajaran rendah yang pada akhirnya berdampak pada rendahnya hasil belajar peserta didik.
Demikian halnya yang terjadi pada mata pelajaran Pendidikan Agama Islam di SMP Negeri 1 Banjarnegara. Pembelajaran lebih banyak didominasi oleh guru
dengan menggunakan metode yang konvensional, bersifat text-book oriented,
dan penilaian lebih menekankan pada aspek kognitif. Model pembelajaran semacam ini memiliki banyak kelemahan, seperti materi pelajaran tidak terfokus pada kompleksitas kasus, peserta didik kurang terbiasa berpikir analisis-reflektif, dan umumnya peserta didik bersikap pasif. Akibatnya, peserta didik kurang optimal dalam menyerap materi pembelajaran dan mengamalkannya dalam kehidupan sehari-hari.
dan menyikapi permasalahan keagamaan yang sedang berkembang di masyarakat.
Sehubungan dengan hal itu, maka dipandang perlu untuk dilakukan penelitian tentang upaya peningkatan kualitas dan hasil pembelajaran Pendidikan Agama Islam di SMP Negeri 1 Banjarnegara dengan judul: ”Peningkatan Kualitas Proses dan Hasil Pembelajaran Pendidikan Agama Islam Melalui Pembelajaran Berbasis Multi Media Pada SMP Negeri 1
Banjarnegara Tahun 2011-2012”.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan permasalahan pada bagian pendahuluan di atas, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut.
1. Bagaimana skenario pembelajaran Pendidikan Agama Islam berbasis
multimedia?
2. Apakah pembelajaran Pendidikan Agama Islam berbasis multimedia dapat
meningkatkan motivasi dan kebermaknaan dalam belajar?
3. Apakah pembelajaran Pendidikan Agama Islam berbasis multimedia dapat
meningkatkan hasil belajar peserta didik?
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian
1. Tujuan
Tujuan umum penelitian ini adalah untuk menemukan format skenario pembelajaran Pendidikan Agama Islam berbasis multimedia, dan secara khusus penelitian bertujuan untuk:
a. Meningkatkan motivasi peserta didik kelas IX A SMP Negeri 1
Baanjarnegra pada pembelajaran mata pelajaran Pendidikan Agma Islam
b. Meningkatkan kebermaknaan belajar mata Pelajaran Pendidikan
Agama Islam sehingga peserta didik dapat memerankan dirinya sebagai insan kamil yang cerdas, terampil, dan bertanggungjawab; dan
c. Meningkatkan hasil belajar peserta didik, yakni dicapainya kompetensi
dasar yang diukur dengan memakai instrumen penilaian yang tepat.
2. Manfaat
Hasil penelitian ini dapat memberikan manfaat yang berarti bagi peserta didik, guru maupun institusi yang berkepentingan terhadap mata pelajaran Pendidikan Agama Islam, sebagai berikut.
b. Bagi peserta didik, hasil penelitian ini akan meningkatkan motivasi, kebermaknaan belajar dan hasil belajar mata pelajaran Pendidikan Agama Islam
c. Bagi sekolah, pengawas, dan birokrasi di Dinas Pendidikan Kabupaten,
hasil penelitian ini bermanfaat sebagai masukan dalam
pengembangan kurikulum tingkat satuan pendidikan (KTSP).
KAJIAN TEORI
A. Pendidikan Agama Islam
Mata pelajaran Pendidikan Agama Islam merupakan mata pelajaran yang memfokuskan pada pembentukan pribadi yang beriman dan bertaqwa, memahami dan mampu mengamalkan ajaran agamanya dengan baik, cerdas, terampil, dan berkarakter yang diamanatkan oleh Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945.
1. Tujuan Mata Pelajaran Pendidikan Agama Islam
Tujuan mata pelajaran Pendidikan Agama Islam agar peserta didik memiliki kemampuan sebagai berikut.
a. Menguasai baca tulis huruf arab
b. Memiliki kemampuan melaksanakan rukun Islam
c. Memahami dan mengimani rukun iman
d. Memiliki akhlak yang mulia
e. Memiliki pengetahuan tentang sejarah Islam serta mempedomaninya.
2. Ruang Lingkup
Ruang lingkup mata pelajaran Pendidikan Agama Islam meliputi aspek-aspek sebagai berikut.
a. Aqidah/Akhlaq
b. Fiqih
c. Alquran dan Hadits
d. Sejarah/Tarikh
B. Hakikat Belajar
bahwa belajar adalah proses kegiatan untuk merubah sikap, perilaku dan kepribadian ke arah yang lebih baik.
C. Kebutuhan Inovasi dalam Pembelajaran
Dalam proses pembelajaran, guru mempunyai peran yang sangat penting, bagaimanapun hebatnya kemajuan teknologi tidak akan mungkin dapat menggantikan peran guru. Berkaitan dengan peran guru sebagai pengelola pembelajaran (learning manager), guru dituntut untuk dapat menciptakan iklim belajar yang memungkinkan peserta didik dapat belajar dengan nyaman. Melalui pengelolaan kelas yang baik guru dapat menjaga kelas agar tetap kondusif untuk terjadinya proses belajar peserta didik.
Dalam kaitannya dengan peran guru sebagai motivator, guru harus dapat membangkitkan minat peserta didik untuk belajar. Mengembangkan minat peserta didik merupakan salah satu teknik dalam mengembangkan motivasi belajar peserta didik. Motivasi belajar yang tinggi berakibat pada meningkatnya hasil belajar peserta didik, karenanya, guru dituntut untuk dapat menggunakan pelbagai model dan strategi pembelajaran yang bervariasi dan mendatangkan kebermaknaan belajar bagi peserta didik.
D. Pembelajaran Berbasis Multimedia
Dalam kaitannya dengan pembelajaran Pendidikan Agama Islam buku teks merupakan sumber informasi yang tertinggal jika dibanding dengan berbagai informasi terkini yang dapat diperoleh melalui surat kabar, televisi, majalah maupun internet. Pembelajaran yang kreatif dan inofatif dapat dilakukan melalui pembelajaran yang memanfaatkan berbagai media pembelajaran yang dikemas menjadi pembelajaran berbasis multimedia.
E. Proses Pembelajaran Menantang dan Menyenangkan
Melalui pembelajaran berbasis multimedia mata pelajaran Pendidikan Agama Islam sebagai mata pelajaran yang tidak menarik, pembelajarannya monoton dan membosankan bagi peserta didik ternyata dapat diatasi. Melalui pembelajaran berbasis multimedia proses pembelajaran mata pelajaran Pendidikan Agama Islam berlangsung dengan menantang dan menyenangkan. Seperti yang dipersyaratkan oleh standar nasional pendidikan, bahwa proses pembelajaran diselenggarakan secara interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang, memotivasi peserta didik untuk berpartisipasi aktif, serta memberikan ruang yang cukup bagi prakarsa, kreativitas, dan kemandirian sesuai bakat, minat, dan perkembangan fisik dan psikologis peserta didik (pasal 19 PP No. 19 Tahun 2005).
Pembelajaran berbasis multimedia ternyata cukup menantang dan
memiliki kebebasan untuk melakukan kegiatan bersama dalam kelompoknya. Kegiatan yang diikuti dan dialami peserta didik mencakupi:
1. mengamati tayangan peristiwa alam;
2. melakukan pengkajian terhadap bahan tayangan secara berkelompok;
3. mempresentasikan hasil kajian terhadap bahan tayangan;
4. menyusun skenario sosiodrama;
5. mensimulasikan skenario sosiodrama; dan
6. merefleksikan pengalaman belajarnya.
Dengan kegiatan-kegiatan belajar tersebut di atas, guru dengan model pembelajarannya tidak lagi dominan, karena melalui pembelajaran berbasis multimedia justru peserta didik mendapatkan ruang yang cukup luas untuk berapresiasi dan berkreasi terhadap materi pelajaran. Dengan demikian, maka kegiatan-kegiatan dalam pembelajaran berbasis multimedia mememberikan tantangan belajar tersendiri bagi peserta didik dan menyebabkan antusiasme belajar peserta didik menjadi meningkat, karena peserta didik terlibat, mencari, mengalami, berinteraksi, berkomunikasi, dan menemukan kebermaknaan dalam belajar. Seperti yang diungkapkan Sanjaya (2006: 133), bahwa sistem pembelajaran menempatkan peserta didik sebagai subjek belajar. Dengan kata lain, pembelajaran ditekankan atau berorientasi kepada aktivitas peserta didik (PBAS).
F. Kebermaknaan Belajar
Salah satu dampak pembelajaran yang berpusat pada guru dengan dominasi metode ceramah adalah peserta didik kurang memiliki kebermaknaan belajar. Hal ini terjadi karena pengalaman belajar yang diperoleh sangat terbatas, dengan aktivitas lebih banyak mendengar. Hal semacam ini tidak akan terjadi dalam pembelajaran berbasis multimedia. Dalam pembelajaran berbasis berita peserta didik merupakan sentral pembelajaran dan guru berperan sebagai fasilitator. Sebagai subjek pendidikan, peserta didik pada dasarnya adalah insan yang aktif, kreatif, dan dinamis dalam menghadapi lingkungannya (Sanjaya, 2006: 134). Peserta didik juga memiliki potensi dan proses pembelajaran diarahkan untuk mengembangkan seluruh potensi yang dimilikinya. Proses pembelajaran yang mengembangkan potensi peserta didik ini sangat tampak dari fase-fase atau tahap-tahap pembelajaran berbasis multimedia yang simultan. Dalam pembelajaran berbasis multimedia, peserta didik memperoleh beberapa pengalaman belajar yang sangat bermakna bagi dirinya.
pendapat di muka umum, dan melatih ketrampilan dalam menyusun sebuah skenario sosiodrama sekaligus mensimulasikannya, yang semuanya akan sangat berguna sebagai bekal dalam kehidupannya di masa yang akan datang.
Dipandang dari sisi hasil pembelajaran, menurut Sanjaya (2007: 135), pembelajaran menghendaki hasil yang seimbang dan terpadu antara kemamuan intektual, sikap, dan keterampilan. Pembelajaran membentuk peserta didik berkepribadian yang utuh, yakni membentuk peserta didik yang cerdas sekaligus memiliki sikap positif dan secara motorik terampil, misalnya
kemampuan mengamati, mencari data, menemukan, menganalisis,
menggeneralisasi, dan mengkomunikasikan hasil temuannya.
G. Kemampuan Merefleksikan Hasil Belajar
Salah satu indikator keberhasilan dalam belajar apabila hasil belajar yang diperoleh oleh peserta didik mampu bertahan lama. Hasil belajar yang tahan lama ini dapat diperoleh apabila peserta didik mampu merefleksikan hasil belajarnya. Dalam pembelajaran berbasis multimedia, kemampuan peserta didik untuk merefleksikan hasil belajar ini dapat ditumbuhkan, sebab proses pembelajaran berbasis multimedia memungkinkan untuk itu. Kemampuan merefleksikan hasil belajar ini dapat berupa kemampuan memberikan tanggapan dan atau koreksi atas penyajian kelompok sebaya dalam diskusi kelas. Menurut Nurhadi (2003: 50), bawah kegiatan refleksi meliputi: cara-cara berfikir tentang apa yang telah dipelajari; menelaah dan merespon kejadian, aktivitas, dan pengalaman; mencatat apa yang telah dipelajari dan merasakan ide-ide baru; serta melakukan diskusi dan pameran.
Selain itu peserta didik juga dapat mengukur sejauhmana penguasaan materi pembelajaran dan penggunaannya untuk memecahkan masalah-masalah masyarakat dan negaranya. Dengan begitu, melalui pembelajaran peserta didik memperoleh sesuatu yang berguna bagi dirinya tentang apa yang baru dipelajarinya (Nurhadi, 2003:51). Melalui refleksi peserta didik dilatih untuk memiliki kesadaran dan kemampuan bersikap kritis, peka, dan peduli terhadap persoalan lingkungan dalam rangka pembentukan warganegara Indonesia yang cerdas, terampil, kreatif, dan berkarakter.
Dengan demikian, pelajaran Pendidikan Agama Islam yang menggunakan pembelajaran berbasis multimedia, mampu memberdayakan peserta didik dalam merekonstruksi pengetahuan, sikap, dan keterampilan belajarnya.
Metode Penelitian
A. Seting penelitian
B. Indikator keberhasilan
Indikator kinerja yang digunakan untuk mengukur keberhasilan dalam penelitian tindakan kelas ini adalah sebagai berikut.
1. Apabila aktivitas peserta didik dalam pembelajaran
75% yang diukurdengan melihat lembar observasi peserta didik.
2. Apabila peserta didik mencapai ketuntasan belajar individual
65% dan secara klasikal
75%.C. Gambaran umum penelitian (siklus tindakan)
Penelitian Tindakan Kelas ini dilaksanakan dalam 2 siklus. Langkah-langkah penelitian tindakan yang ditempuh dalam setiap siklus mencakup 4 tahap, yaitu (1) perencanaan, (2) pelaksanaan tindakan, (3) pengamatan, dan (4) evaluasi-refleksi.
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Perancangan Perangkat Pembelajaran
Model pembelajaran berbasis multimedia membutuhkan perangkat-perangkat agar pembelajaran berlangsung secara efektif sebagaimana direncanakan. Dalam hal ini, perangkat yang berhasil disusun berupa: instrumen untuk guru dan instrumen untuk peserta didik. Instrumen untuk guru terdiri atas;
1. instrumen pengamatan sikap dalam kerja kelompok,
2. instrumen pengamatan kinerja fisik (tertulis),
3. instrumen pengamatan kinerja lisan (presentasi), dan
4. instrumen pengamatan kinerja simulasi
Sedangkan instrumen Untuk peserta didik terdiri atas;
1. instrumen penugasan dalam mengamati tayangan dan penyusunan
kinerja fisik (tertulis),
2. instrumen evaluasi (uji Kompetensi) tertulis, dan
3. instrumen refleksi peserta didik terhadap pembelajaran.
Disamping instrumen-instrumen tersebut peneliti telah menyusun pula perangkat pembelajaran berupa:
1. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) dan
2. Media tayangan cuplikan peristiwa bencana, cuplikan ayat/hadits, foto,
gambar-gambar peristiwa alam dan kehidupan alam semesta.
RPP disusun sebagai panduan pelaksanaan pembelajaran dengan tayangan sebagai bahan utamanya. Sedangkan media tayangan dipilih yang sesuai dengan kompetensi dasar dan materi pokok dalam pembelajaran.
1. Instrumen pengamatan sikap dalam kerja kelompok memuat tentang
perilaku berikut: (1) memperhatikan tanyangan, (2)
Setiap indikator perilaku diisi skor dengan kriteria: 1 = sangat kurang, 2 = kurang, 3 = sedang, 4 = baik, dan 5 = amat baik. Jumlah dari keseluruhan skor merupakan nilai, dengan kriteria sebagai berikut. Nilai 17-20 berarti amat baik, nilai 13-16 berarti baik, nilai 9-12 berarti sedang, nilai 5-8 berarti kurang, dan nilai 0-4 berarti sangat kurang. Format instrumen terlampir.
2. Instrumen pengamatan kinerja fisik (tertulis) dalam kelompok
memuat unsur-unsur penilaian berikut: (1) Kelengkapan, yang
mencakup: (a) apakah setiap pekerjaan/laporan memuat seluruh jawaban yang ditugaskan/diberikan? dan (b) apakah setiap jawaban telah disertai alasan-alasan (argumentasinya)?; (2) Kejelasan, yaitu apakah jawaban dan argumentasinya mudah untuk dipahami?; (3) Informasi, yaitu apakah informasi yang disajikan penting untuk
memahami dan menyelesaikan masalah? (4) Dukungan, yaitu
mencakup: apakah kinerja memuat penjelasan yang logis untuk
mempermudah pemahaman konsep-konsep utamanya?; (5)
Kegunaan, yang meliputi: (a) apakah jawaban yang dikemukakan secara langsung mengarah ke masalah?; dan (b) apakah jawaban
yang dikemukakan cukup realistis dan praktis?; dan (6) Argumen
Kekonstitusionalan, yaitu mencakup: apakah ada penjelasan sesuai dengan dalil yang ada? Format instrumen terlampir.
3. Instrumen pengamatan penilaian kinerja lisan (presentasi kelompok)
memuat kriteria berikut:
a. Signifikansi, yakni apakah peserta didik memilih aspek-aspek
yang penting untuk disajikan secara lisan?;
b. Pemahaman, yakni apakah peserta didik memahami hakikat dan
ruang lingkup masalah yang diidentifikasi?
c. Argumentasi, yakni apakah peserta didik dapat mengemukakan
argumentasi secara logis dan runtut?
d. Persuasif, yakni apakah peserta didik dalam menyajikan
menimbulkan daya tarik bagi peserta didik lain untuk menanggapi?
e. Refleksi, yakni apakah peserta didik mampu merefleksi dan
belajar dari pembuatan dan penyajian kinerjanya? Format instrumen terlampir.
4. Instrumen pengamatan kinerja simulasi kelompok mencakupi:
a. persiapan, yang terdiri atas: (a) kesesuaian naskah
dialog/skenario dengan tema/topik/kempetensi dasar, (b) dialog menggunakan bahasa Indonesia yang baik, (c) tahapan simulasi ditulis secara sistematis;
b. penampilan, yang terdiri atas (a) penghayatan karakter
rata-rata nilai. Nilai merupakan rata-rata dari jumlah skor untuk tiap indikator kinerja/perilaku. Format instrumen terlampir.
c. Instrumen penugasan kelompok dalam mengamati tayangan dan
penyusunan kinerja fisik (tertulis),memuat pertanyaan tentang; (1) dalil naqli; (2) Tayangan berhubungan dengan peristiwa alam; (3) contoh amal buruk manusia dan akibatnya; (4) dalil aqli yang mendukung?; (5) Bagaimana kiamat bisa terjadi? (6) Hikmah atau pelajaran apakah yang dapat dipetik dalam tayangan tersebut? Format instrumen terlampir.
d. Instrumen evaluasi (uji kompetensia) tertulis, terdiri atas soal-aoal pilihan ganda dan uraian. Format instrumen terlampir.
e. Instrumen refleksi peserta didik terhadap pembelajaran memuat
pertanyaan: (1) Bagaimana kesanmu dengna tayangan peristiwa kiamat suhro dan kubro yang telah ditayangkan awal pembelajara?; (2) Bagaimana kesanmu terhadap materi penugasan yang diberikan?; (3) Bagaimana kesanmu terhadap diskusi kelas dan presentasi hasil pekerjaan hasil pekerjaan kelompok kamu?; (4) Bagaimana kesanmu terhadap penugasan melakukan praktik simulasi akibat amal baik dan buruk manusia di akhirat. Format instrumen terlampir.
B. Pelaksanaan Penelitian
1. Siklus I
a. Tahap perencanaan
Pada tahap ini dilakukan langkah-langkah sebagai berikut.
1) Menyusun Rencana Pembelajaran. Rencana pembelajaran
disusun untuk 3 pertemuan dengan Standar Kompetensi memahami peristiwa kiamat dan dalilnya..
2) Mempersiapkan sarana dan prasarana yang diperlukan.
Persiapan ini meliputi penataan ruangan, pengadaan Laptop lengkap dengan materi tayangan, dan LCD. Ruangan disusun sedemikian rupa disesuaikan dengan kebutuhan, untuk berdiskusi, presentasi maupun simulasi.
Penggunaan Laptop dimaksudkan agar tayangan bisa dilaksanakan di kelas, peserta didik tidak perlu pindah ke ruangan lain. Penggunaan LCD dimaksudkan agar seluruh peserta didik bisa mengamati tayangan dengan jelas.
1) Menyusun lembar pengamatan untuk melihat kondisi selama
proses pembelajaran berlangsung. Lembar pengamatan tersebut meliputi pengamatan saat peserta didik mengamati tayangan, berdiskusi, presentasi maupun simulasi.
2) Menyusun rancangan evaluasi untuk melihat hasil belajar
kompetensi yang terdiri dari soal-soal pilihan ganda maupun uraian terbatas.
b. Tahap Pelaksanaan Tindakan
PERTEMUAN I
Pada tahap pelaksanaan tindakan pada Siklus I, dilakukan pembelajaran berbasis kelas sesuai rencana yang telah disusun. Tahap ini bersifat terapeutik, yaitu upaya peningkatan kualitas proses dan hasil pembelajaran Mata Pelajaran Pendidikan Agama Islam melalui pembelajaran berbasis multimedia. Kegiatan tindakan dilakukan melalui tahap-tahap berikut ini.
1) Pada awal pembelajaran, dilakukan tes awal (pretes). Tes awal diberikan secara lisan dengan tujuan untuk mengungkap pemahaman awal peserta didik mengenai materi pelajaran. Bentuk soal uraian bebas.
2) Selanjutnya kepada peserta didik dibagi menjadi lima kelompok untuk mengamati tayangan.
Kelompok I bertugas mengamati peristiwa kematian
seseorang yang dicabut ruhnya oleh malaikat Izroil, (sebagai bentuk dari kiamat sughro) kemudian jazadnya dikuburkan. Selanjutnya ruh didudukkan untuk ditanyakan amal perbuatannya ketika di dunia.
Kelompok II bertugas mengamati ilustrasi peristiwa kiamat
kubro, berupa kegoncangan yang dahsyat, gunung-gunung berhamburan wanita hamil melahirkan tanpa sadar, dll.
Kelompok III bertugas mengamati ilustrasi perbuatan baik
manusia di dunia yang akan di balas di akhirat.
Kelompok IV bertugas mengamati ilustrasi tentang
perbuatan buruk manusia ketika di dunia yang akan dimintai pertanggungjawaban di akhirat.
Kelompok V bertugas mengamati ilustrasi balasan baik dan
buruk di alam barzah dan akhirat.
3) Selanjutnya kepada peserta didik diminta untuk bekerja dalam
kelompok, dengan pembagian tugas sebagai berikut.
Kelompok I bertugas mengamati tayangan 1, kemudian
melakukan pengkajian bersama dalam kelompok dengan panduan yang telah disediakan. Hasil kajian ditulis dalam lembar panduan.
Kelompok II bertugas mengamati tayangan 2, kemudian
melakukan pengkajian bersama dalam kelompok dengan panduan yang telah disediakan. Hasil kajian ditulis dalam lembar panduan.
Kelompok III bertugas mengamati tayangan 3, kemudian
Kelompok IV bertugas mengamati tayangan 4, kemudian melakukan pengkajian bersama dalam kelompok dengan panduan yang telah disediakan. Hasil kajian ditulis dalam lembar panduan.
Kelompok V bertugas mengamati tayangan 5, kemudian
melakukan pengkajian bersama dalam kelompok dengan panduan yang telah disediakan. Hasil kajian ditulis dalam lembar panduan.
4) Selama tindakan berjalan guru mengamati, mengarahkan, dan
membimbing agar kegiatan peserta didik dalam kelompok berjalan dengan baik.
5) Pada akhir pertemuan peserta didik sesuai dengan tugas
kelompoknya menyerahkan hasil pekerjaannya kepada guru. Guru memberikan arahan agar peserta didik bersiap-siap untuk presentasi pada pertemuan berikutnya (pertemuan 2).
PERTEMUAN II
Setelah mengadakan apersepsi seperlunya, peserta didik diminta mempresen-tasikan hasil diskusi kelompoknya, dengan langkah sebagai berikut.
1) Presentasi Kelompok I
Kelompok I diminta bersiap-siap melakukan presentasi di depan
kelas.
Guru menayangkan kembali tentang dalil naqli adanya kiamat.
Juru bicara kelompok I membacakan hasil kerja kelompok.
Guru mempersilakan kelompok lainnya untuk memberikan
beberapa tanggapan atau pertanyaan terhadap materi presentasi kelompok I.
Anggota kelompok I menjawab (merespon) tanggapan atau
pertanyaan kelompk lain.
2) Presentasi Kelompok II
Kelompok II diminta bersiap-siap melakukan presentasi di depan
kelas.
Guru menayangkan kembali tayangan tentang dalil naqli, untuk
mengingatkan tugas yang diberikan kepada kelompok II.
Juru bicara kelompok II membacakan hasil kerja kelompok.
Guru mempersilakan kelompok lainnya untuk memberikan
beberapa tanggapan atau pertanyaan terhadap materi presentasi kelompok II.
Anggota kelompok II menjawab (merespon) tanggapan atau
pertanyaan kelompk lain.
3) Presentasi Kelompok III
Kelompok III diminta bersiap-siap melakukan presentasi di
depan kelas.
Guru menayangkan kembali tayangan tentang dalil aqli, untuk
mengingatkan tugas yang diberikan kepada kelompok III
Guru mempersilakan kelompok lainnya untuk memberikan beberapa tanggapan atau pertanyaan terhadap materi presentasi kelompok III.
Anggota kelompok III menjawab (merespon) tanggapan atau
pertanyaan kelompk lain.
4) Presentasi Kelompok IV
Kelompok IV diminta bersiap-siap melakukan presentasi di
depan kelas.
Guru menayangkan kembali contoh perbuatan buruk, untuk
mengingatkan tugas yang diberikan kepada kelompok IV.
Juru bicara kelompok IV membacakan hasil kerja kelompok.
Guru mempersilakan kelompok lainnya untuk memberikan
beberapa tanggapan atau pertanyaan terhadap materi presentasi kelompok IV.
Anggota kelompok IV menjawab (merespon) tanggapan atau
pertanyaan kelompk lain.
5) Presentasi Kelompok V
Kelompok V diminta bersiap-siap melakukan presentasi di depan
kelas.
Guru menayangkan kembali akibat amal manusia di akhirat,
untuk mengingatkan tugas yang diberikan kepada kelompok V.
Juru bicara kelompok V membacakan hasil kerja kelompok.
Guru mempersilakan kelompok lainnya untuk memberikan
beberapa tanggapan atau pertanyaan terhadap materi presentasi kelompok V.
Anggota kelompok V menjawab (merespon) tanggapan atau
pertanyaan kelompk lain.
Selama proses pembelajaran berlangsung, guru mengamati, mengarahkan, dan membimbing agar kegiatan presentasi dapat berjalan dengan baik. Setelah semua kelompok mempresentasikan hasil diskusinya, guru bersama peserta didik membuat kesimpulan tentang semua materi yang telah dibahas. Pada akhir pertemuan, guru menugaskan pada semua kelompok untuk menyusun skenario sosiodrama, tentang peristiwa kiamat. Tugas dikerjakan di luar jam pelajaran.
c. Tahap Pengamatan
Pengamatan terhadap kegiatan peserta didik dalam siklus I diperoleh gambaran sebagai berikut.
1) Perhatian, aktivitas, dan antusiasme peserta didik dalam
percaya diri, mereka mempercayakan sepenuhnya tugas tersebut kepada peserta didik yang dipandang lebih mampu.
2) Ada satu kelompok yang belum benar dalam menyusunan dan
merumuskan hasil kerja kelompoknya karena kurang paham.
3) Selama melaksanakan presentasi, terlihat beberapa anak kurang
serius, saling melempar dan tanggungjawab kepada teman sekelompoknya.
4) Dalam melaksanaan simulasi kelompok, keseriusan dan
kesungguhan melaksanakan peran rata-rata peserta didik masih kurang, terlihat malu-malu dan kurang percaya diri, hal ini disebabkan pengalaman belajar seperti ini merupakan yang pertama kali dijalani peserta didik.
d. Tahap Evaluasi–Refleksi
Dari hasil pengamatan yang dilakukan terhadap berbagai kegiatan peserta didik, ditemukan berbagai kelemahan dan kendala yang perlu
diatasi agar pembelajaran dapat mencapai hasil yang
menggembirakan. Rencana Perbaikan tersebut meliputi hal-hal seperti berikut ini.
1) Untuk mengatasi kurangnya antusiasme peserta didik dalam
mengikuti tayangan, perlu dicari ruangan yang lebih kondusif, peserta didik diberikan sanksi bila tidak serius. Untuk mengatasi peserta didik yang kurang aktif dalam berdiskusi kelompok, perlu diberikan motivasi misalnya dengan memberitahukan bahwa bagi yang aktif akan memperoleh nilai yang lebih bagus.
2) Dalam mengatasi kelompok yang belum benar dalam menyusun
dan merumuskan hasil kerjanya, perlu diberi penjelaskan supaya lebih paham.
3) Untuk mengatasi kurang seriusnya peserta didik dalam
melaksanakan presentasi dan saling melempar tanggungjawab, perlu diberikan motivasi misalnya dengan cara menayangkan rekaman video pada saat mereka melakukan presentasi.
4) Untuk membangkitkan kesungguhan peserta didik dan
mengurangi perasaan malu-malu dalam melaksanakan simulasi, perlu ada pembiasaan atau pengulangan.
2. Siklus II
a. Tahap perencanaan
Berdasarkan hasil refleksi pada siklus I, maka diadakan perencanaan ulang. Rencana yang dibuat pada prinsipnya sama dengan rencana pada siklus I, termasuk pada pembentukan kelompok. Hal itu disebabkan karena siklus II merupakan kelanjutan proses belajar dari siklus I.
Pada tahap pelaksanaan tindakan pada Siklus II tidak berbeda jauh dengan tindakan pada Siklus I, penugasan kelompok tetap menjadi inti kegiatan pada Siklus II. Kegiatan pelaksanaan tindakan pada Siklus II ini melalui tahapan berikut ini.
PERTEMUAN I
Pada awal pembelajaran, kepada peserta didik ditayangkan berbagai peristiwa ditengah masyarakat, Kegiatan ini dilaksanakan di ruang yang ber -AC dan fasilitas audio-visual yang cukup, seluruh peserta didik dapat mengamati tayangan dengan nyaman dan jelas. Adapun materi tayangan adalah sebagai berikut.:
Kegiatan pelaksanaan tindakan pada Siklus II ini melalui tahapan berikut ini.
1. Kelompok I bertugas mensimulasikan peristiwa kematian
seseorang yang dicabut ruhnya oleh malaikat Izroil,(sebagai bentuk dari kiamat sughro) kemudian jazadnya dikuburkan.
Selanjutnya ruh didudukkan untuk ditanyakan amal
perbuatannya ketika di dunia.
2. Kelompok II bertugas mensimulasikan peristiwa kiamat kubro,
berupa kegoncangan yang dahsyat, gunung-gunung
berhamburan wanita hamil melahirkan tanpa sadar, dll.
3. Kelompok III bertugas mensimulasikan peristiwa yaumul ba’as, dimana semua manusia dibangkitkan dari alam barzah, kemudian dikumpulkan di yaumul makhsar untuk menerima pengadilan dari Tuhan.
4. Kelompok IV bertugas mensimulasikan peristiwa yaumul mizan
dan yaumul khisab, dimana amal manusia ditimbang dan dihitung, kemudian menerima keputusan berupa menerima buku amalnya ketika di dunia.
5. Kelompok V bertugas tentang balasan amal perbuatan manusia
di dunia berupa tempat kembali bagi orang-orang ahli surga dan ahli neraka.
PERTEMUAN II
Setelah mengadakan apersepsi seperlunya, peserta didik diminta mempresentasikan hasil diskusi kelompoknya, dengan langkah sebagai berikut.
1. Kelompok I maju ke depan kelas untuk menyimpulkan peristiwa
lain memberikan tanggapan atau pertanyaan tentang hal-hal yang berkaitan dengan peristiwa yang disimulasikan.
2. Kelompok II maju ke depan kelas untuk menyimpulkan peristiwa
yang disimulasikan di depan kelas, sedangkan kelompok yang lain memberikan tanggapan atau pertanyaan tentang hal-hal yang berkaitan dengan peristiwa yang disimulasikan.
3. Kelompok III maju ke depan kelas untuk menyimpulkan
peristiwa yang disimulasikan di depan kelas, sedangkan kelompok yang lain memberikan tanggapan atau pertanyaan tentang hal-hal yang berkaitan dengan peristiwa yang disimulasikan.
4. Kelompok IV maju ke depan kelas untuk menyimpulkan peristiwa
yang disimulasikan di depan kelas, sedangkan kelompok yang lain memberikan tanggapan atau pertanyaan tentang hal-hal yang berkaitan dengan peristiwa yang disimulasikan.
5. Kelompok V maju ke depan kelas untuk menyimpulkan peristiwa
yang disimulasikan di depan kelas, sedangkan kelompok yang lain memberikan tanggapan atau pertanyaan tentang hal-hal yang berkaitan dengan peristiwa yang disimulasikan.
Selama proses pembelajaran berlangsung, guru mengamati, mengarahkan, dan membimbing agar kegiatan presentasi dapat berjalan dengan baik. Setelah semua kelompok mempresentasikan hasil diskusinya, guru bersama peserta didik membuat kesimpulan tentang semua materi yang telah dibahas. Pada akhir pertemuan, guru menugaskan pada semua kelompok untuk mempelajari kembali skenario sosiodrama yang telah disusunnya padatiga minngu yang lalu. Tugas dilaksanakan di luar jam pelajaran.
c. Tahap Pengamatan (Observasi)
Observasi yang dilakukan meliputi pengamatan terhadap aktivitas peserta didik selama pembelajaran berbasis berita berlangsung. Pengamatan terhadap kegiatan peserta didik dalam siklus II diperoleh gambaran sebagai berikut.
1. Dengan penayangan dalil naqli dan aqli beserta ilustrasi
peristiwa kiamat dan peristiwa sesudah kiamat yang dilaksanakan di musholla yang di desain untuk kelas pembelajaran, perhatian, aktivitas, dan antusiasme seluruh peserta didik dalam mengikuti tayangan semakin meningkat. Hal ini disebabkan dalam ruangan terdapat fasilitas pengatur suhu udara (AC), sehingga peserta didik merasa nyaman, di samping itu juga dilengkapi fasilitas audio-visual yang cukup sehingga peserta didik dapat mengamati tayangan berita dengan jelas.
2. Setelah diberi motivasi bahwa peserta didik yang aktif akan
3. Setelah mendapatkan penjelasan ulang, seluruh kelompok dapat menyusun dan merumuskan hasil kerja kelompoknya dengan benar.
4. Dengan menyaksikan rekaman video saat melaksanakan
presentasi, peserta didik menjadi lebih serius, dan
tanggungjawab terhadap tugas kelompoknya.
5. Dengan pengulangan praktik simulasi kelompok, keseriusan dan
kesungguhan melaksanakan peran rata-rata peserta didik meningkat, rasa malu-malu dan kurang percaya diri semakin berkurang.
d. Tahap Evaluasi-Refleksi
Hasil observasi selama pelaksanaan kegiatan pada siklus II menunjukkan bahwa kualitas semua aktivitas peserta didik mengalami peningkatan. Hasil uji kompetensi (postes) tertulis ternyata menunjukkan hasil yang lebih bagus jika dibandingkan dengan hasil pretes. Hasil postes, secara klasikal 85 % peserta didik mencapai ketuntasan belajar, sedangkan pada pretes hanya 60%. Dari instrumen refleksi peserta didik terhadap pembelajaran, diperoleh gambaran bahwa seluruh peserta didik menyatakan pembelajaran Pendidikan Agama Islam berbasis multimedia sangat menarik dan memotivasi untuk belajar. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa penelitian ini telah memenuhi indikator keberhasilan.
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Simpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, maka dapat disimpulkan hal-hal berikut ini.
1. Pembelajaran PAI berbasis multimedia sangat menarik dan menyenagkan
bagi peserta didik, karena suasana belajar dan proses pembelajaran berbasis multi media berlangsung tidak begitu formal, dimana peserta didik memiliki kebebasan untuk melakukan kegiatan bersama dalam kelompoknya. Kegiatan yang diikuti dan dialami peserta didik mencakupi: (1) mengamati tayangan peristiwa disekitar kita; (2) melakukan pengkajian terhadap bahan secara berkelompok; (3) mempresentasikan hasil kajian terhadap bahan tayangan ; (4) menyusun skenario sosiodrama; (5) dan nensimulasikan skenario sosiodrana,dan (6) merefleksikan pengalaman belajarnya. Kegiatan-kegiatan belajar tersebut memberikan tantangan belajar dan menyebabkan antusiasme belajar peserta didik menjadi meningkat.
2. Peserta didik memperoleh beberapa pengalaman belajar yang sangat
3. Peserta didik mampu mereflkeksikan hasil belajarnya dalam bentuk tanggapan dan koreksi atas penyajian kelompok sebaya. Mereka dapat mengukur sejauhmana penguasaan materi pelajaranan dan penggunaannya untuk memecahkan masalah-masalah masyarakat dan negaranya. Mereka juga dapat menilai kesulitan-kesulitan yang dihadapinya selama melaksanakan tugas belajarnaya dan dapat memperbaikinya pada kesempatan belajar lainnya. Melalui refleksi peserta didik dilatih untuk memiliki kesadaran dan kemampuan bersikap kritis, peka, dan peduli terhadap persoalan lingkungan dalam rangka pembentukan insan kamil yang cerdas, terampil, kreatif, dan berkarakter.
B. Saran
Berdasarkan simpulan hasil penelitian tersebut di atas, disarankan bagi guru yang mengampu mata pelajaran Pendidikan Agama Islam dan ilmu-ilmu sosial lainnya dapat mencoba penggunaan model pembelajaran berbasis multimedia ini. Dengan mempertimbangkan suatu modifikasi tertentu sesuai dengan sifat dan karakteristik keilmuannya, terutama guru yang mengalami kesulitan dalam membangkitkan semangat dan antusiasme belajar peserta didik dapat beralih kepada model pembelajaran ini. Pembelajaran berbasis multimedida merupakan model pembelajaran yang bermakna, karena berpusat pada peserta didik, juga merupakan pembelajaran yang lebih menarik dan menantang terutama karena kekuatannya terletak pada proses pembelajaran yang bertumpu pada masalah (base problem).
DAFTAR PUSTAKA
Miles, Matthew B. Dan A. Michael Huberman. 1992. Qualitative Data Analysis.
Terjemahan TjetjepRohendi Rohidi. Jakarta: Universitas Indonesia.
Muhajir, Noeng. 1977. Analisis dan Refleksi dalam Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: BP3SD Dirjen Dikti Depdikbud.
Nurhadi dan Agus Gerrad Senduk, 2003. Pembelajaran Kontekstual dan
Penerapannya dalam KBK. Malang: Penerbit Universitas Negeri Malang.
Sanjaya, 2006. Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan.
Jakarta: Kencana Prenada Media.
Simbolon, O. et al. 1999. Penelitian Tindakan Kelas (Bahan Pelatihan Guru LPTK dan Guru Sekolah Menengah). Jakarta: PGSM Dirjen Dikti Depdikbud.
Subagyo dan Sunarto. 2002. Persepsi dan Harapan Mahapeserta didik terhadap
Penyelenggaraan Mata Pelajaran Umum di Universitas Negeri Semarang. Laporan Penelitian tidak di terbitkan.
Sudarminta, J. 2000. Tantangan dan Permasalahan Pendidikan di Indonesia
Suhardjono, Azia Hoesein, dkk, 1996. Pedoman Penyusunan Karya Tulis Ilmiah di Bidang Pendidikan dan Angka Kredit Pengembangan Profesi Widyaiswara. Jakarta: Depdikbud, Dikdasmen.
Sunarto, 2001. “Sistem Administrasi Akademik dan Penyelenggaraan Pembelajaran MKU di Universitas Negeri Semarang Tahun 2000/2001.” Laporan Penelitian, tidak di terbitkan.
Tijan, 2005. “Peningkatan Proses dan Hasil Pembelajaran melalui Pembelajaran Portofolio pada Mata Kuliah Sistem Sosial Budaya Indonesia.” Hasil Penelitian, Lemlit Unnes. Tidak dipublikasikan.