• Tidak ada hasil yang ditemukan

ANALISIS DOKUMEN DAMPAK LALU LINTAS PEMB

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "ANALISIS DOKUMEN DAMPAK LALU LINTAS PEMB"

Copied!
106
0
0

Teks penuh

(1)

DAFTAR ISI

2.2.1. Data Sekunder

... 2.2.2. Data Primer

...

2.4. Penyusunan Penangan

(2)

3.1.1. Lokasi

Studi... ...

3.1.2. Wilayah Administrasi dan Pemerintahan ...

3.1.3. Sistem Transportasi di Kabupaten Sleman ...

3 – 1 3 – 2 3 – 3

3.2. Lokasi Studi

... ...

3.2.1. Rencana Pembangunan

...

(3)

3.2.2. Intensitas Tata Guna

ANALISIS KONDISI LALU LINTAS Karakteristik dan Fasilitas

Jalan ... 4 – 1

4.2.1. Kapasitas dan Kinerja Jalan Bima ...

4.2.1. Kapasitas dan Kinerja Simpang Nglaban ...

4.2.1. Kapasitas dan Kinerja Simpang Ketandan ...

5. TINGKAT KINERJA RUAS JALAN

5.1. Kondisi Pembangunan Tanpa Penanganan

Dampak ... 5 – 1 5.2. Kondisi Pembangunan Dengan Penanganan

Dampak ... 5 – 2 5.3. Kondisi Pengoperasian Kampus Tanpa Penanganan

Dampak... 5 – 4

5.4. Kondisi Pengoperasian Kampus Dengan Penanganan

Dampak ... 5 – 4

5.5. Perbandingan Tingkat Kinerja Lalu

Lintas ... 5 – 5 Bab

6.

MANAJEMEN DAN REKAYASA LALU LINTAS 6.1. Masa

Konstruksi... ...

(4)

6.2. Kondisi Tahap Pasca

Konstruksi ... 6 – 11 Bab

7. KESIMPULAN DAN SARAN

7.1. Kesimpulan ...

... 7 – 1 7.2. Saran ...

(5)

1 -1.2 Maksud dan Tujuan

Maksud dari dilakukannya Kajian Analisis Dampak Lalu Lintas (ANDALALIN) adalah untuk melakukan penanganan terhadap dampak yang ditimbulkan oleh adanya pengembangan kawasan terhadap lalu lintas di jaringan jalan sekitar lokasi

Preservasi Dan Pelebaran Jalan (isi) . Sedangkan tujuan

dilakukannya ANDALALIN adalah untuk:

a. Mengidentifikasi kondisi dan permasalahan lalu lintas jaringan jalan di sekitar lokasi pembangunan sebelum dilakukan pembangunan (kondisi eksisting);

b. Memprediksi bangkitan dan tarikan perjalanan yang akan terjadi pada masa pembangunan dan pasca pembangunan;

c. Memprediksi dampak lalu lintas yang ditimbulkan oleh pembangunan; d. Menyusun rekomendasi penanganan dampak

berupa penerapan manajemen dan rekayasa lalu lintas;

e. Menyusun Dokumen ANDALALIN sebagai alat pengawasan dan evaluasi terhadap pelaksanaan manajemen dan

(6)

1.3 Ruang Lingkup

Sedangkan ruang lingkup pekerjaan kajian ini adalah: a. Analisis besaran tarikan dan bangkitan perjalanan;

b. Pengumpulan data sekunder berupa ringkasan pembangunan berisi rincian Pembangunan, Data

operasional Preservasi dan pelebaran(jln. Apa?) khususnya

terkait dengan transportasi;

c. Pengumpulan data primer terkait kondisi lalu lintas jaringan jalan (ruas jalan dan persimpangan), tata guna lahan di sekitar lokasi pembangunan, kinerja dan permasalahan lalu lintas eksisting, serta tingkat bangkitan dan tarikan perjalanan di lokasi pembanding;

d. Analisis kondisi eksisting daerah studi yang meliputi: lokasi rencana pembangunan, kondisi jaringan jalan dan kondisi serta permasalahan lalu lintas di sekitar lokasi pembangunan;

e. Analisis kondisi lalu lintas pada masa tanpa pembangunan, selama masa pembangunan, dan setelah pembangunan yang dimulai dengan analisis bangkitan lalu lintas, sebaran lalu lintas, pemilihan moda dan pembebanan lalu lintas serta pendekatan mikro manajemen dan rekayasa lalu lintas termasuk kebutuhan parkir, fasilitas pejalan kaki dan fasilitas angkutan umum; dan

(7)

Keluaran dari kajian Analisis Dampak Lalu Lintas

(8)

serta Pasal 9 Peraturan Menteri Perhubungan No. 75 Tahun 2015 adalah berupa Dokumen Analisis dampak Lalu Lintas yang terdiri dari:

a. Perencanaan dan Metodologi Andalalin

b. Analisis Kondisi Lalu Lintas dan Angkutan Jalan Saat ini c. Analisis Bangkitan/Tarikan Lalu Lintas dan Angkutan Jalan d. Analisis Distribusi Perjalanan

e. Analisis Pemilihan Moda f. Simulasi Kinerja Lalu Lintas

g. Rekomendasi dan Rencana Implementasi Penanganan Dampak h. Rencana Pemantauan dan Evaluasi

i. Gambaran Umum Lokasi Yang Akan dibangun/dikembangkan

1.5 Aspek Legalitas

Yang menjadi acuan/ landasan hukum dalam penyusunan Kajian Analisis Dampak Lalu Lintas pembangunan Kampus Terpadu Fakultas Ekonomi Universitas Atma Jaya Yogyakarta adalah :

a. Undang Undang No. 32 Tahun 2004 tentang Otonomi Daerah b. Undang Undang No. 38 Tahun 2004 tentang Jalan

c. Undang Undang No. 22 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas Angkutan Jalan d. Peraturan Pemerintah No. 34 Tahun 2006 tentang Jalan

e. Peraturan Pemerintah 32 Tahun 2011 tentang Manajemen dan Rekayasa, Analisis Dampak serta Manajemen Kebutuhan Lalu Lintas

f. Keputusan Menteri Perhubungan No. 14 Tahun 2006 tentang Manajemen dan Rekayasa Lalu Lintas di Jalan g. Keputusan Menteri Pekerjaan Umum No. 290/KPTS/M/

2015 tentang Penetapan Ruas-Ruas Jalan Menurut Statusnya Sebagai Jalan Nasional

(9)

i. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No. 20/PRT/M/ 2010 Tentang Pedoman Pemanfaatan dan

Penggunaan Bagian-Bagian Jalan

j. Peraturan Menteri Perhubungan No. 13 Tahun 2014 tentang Rambu Lalu Lintas

k. Peraturan Menteri Perhubungan No. 34 Tahun 2014 tentang Marka Jalan l. Peraturan Menteri Perhubungan No. 75 Tahun

2015 tentang Penyelenggaraan Analisis Dampak Lalu Lintas

m. Peraturan Menteri Perhubungan No. 14 Tahun 2014 tentang Alat Pemberi Isyarat Lalu Lintas (APILL)

n. Peraturan Menteri Perhubungan No. 111 Tahun 2015 tentang Tata Cara Penetapan Batas Kecepatan

(10)

2 -1

BAB

2

METODOLOGI

ANDALALIN

2.1 Bagan Alir

(11)

2 -2 Penjelasan:

a. Tahap Persiapan

Kajian Analisis Dampak Lalu Lintas diawali dengan menelaah rencana pembangunan yang diperkirakan akan memberikan dampak terhadap lalu lintas.

Tahapan dimulai dari mengetahui lokasi pembangunan (plotting dalam peta) dan status jalan tempat dimana pembangunan tersebut akan dilaksanakan. Status jalan akan menentukan pihak mana yang akan memberikan rekomendasi ANDALALIN:

 Untuk Jalan Nasional diberikan oleh Kementrian Perhubungan

 Untuk Jalan Provinsi diberikan oleh Dinas Perhubungan Provinsi

 Untuk Jalan Kota diberikan oleh Dinas Perhubungan Kota

 Untuk Jalan Kabupaten diberikan oleh Dinas

Perhubungan Kabupaten Setelah status jalan diketahui maka tahap berikutnya adalah menelaah rencana pembangunan yang terdiri dari:

 Luasan pembangunan

 Rincian pembangunan

b. Tahap Pengumpulan Data 1) Data Sekunder

Data sekunder adalah data yang diperoleh dari perusahaan pengembang/pelaksana pembangunan dan dari instansi terkait.

2) Data Primer

Data primer adalah data yang diperoleh dari hasil Survey lapangan berupa pengamatan dan

perhitungan c. Tahap Analisis Data

(12)
(13)

3) Analisis Kinerja Jaringan Jalan Kondisi Dengan Pembangunan:

 Tanpa Penanganan Dampak (Do Nothing)

 Dengan Penanganan Dampak (Do Something)

4) Analisis Dampak Lalu Lintas

d. Tahap Penyusunan Penanganan Dampak

Setelah analisis dampak lalu lintas selesai, maka tahap selanjutnya adalah menyusun usulan penangan dampak untuk meningkatkan kinerja lalu lintas jaringan jalan yang menjadi menurun dengan adanya pergerakan keluar masuk di lokasi pembangunan setelah selesai dibangun dan beroperasi.

2.2 Kebutuhan Data 2.2.1 Data Sekunder

Kebutuhan data sekunder pada Analisis Dampak Lalu Lintas Pembangunan Kampus Terpadu Fakultas Ekonomi Universitas Atma Jaya Yogyakarta adalah sebagai berikut:

a. Data Sekunder Dari Pihak Pengembang

Siteplan/Lay Out Pembangunan

Rencana Akses keluar masuk

Tahapan Pembangunan

(14)

b. Data Sekunder Dari Instansi Terkait

 Peta Administrasi

 Data terkait lalu lintas dan transportasi

 Data jaringan jalan

 Rencana pembangunan

 Tata guna lahan

 Data Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW)

2.2.2 Data Primer

 Data Inventarisasi dan visualisasi Ruas Jalan dan

Simpang (Survey Inventarisasi)

 Data dan visualisasi permasalahan lalu lintas

 Visualisasi lokasi pembangunan

 Data Volume Lalu Lintas (Survey Pencacahan Lalu Lintas Terklasifikasi)

 Data Kecepatan Lalu Lintas (Survey Kecepatan)

 Data Tarikan dan Bangkitan Perjalanan di Lokasi

(15)

Ruas Jalan

a. Analisis Kinerja Ruas Jalan Kondisi Tanpa Pembangunan Dari hasil inventarisasi diketahui dimensi ruas jalan, jumlah lajur, pengaturan arah dan medianisasi yang nantinya akan digunakan dalam perhitungan kapasitas jalan.

Hasil perhitungan kapasitas jalan tersebut digunakan untuk mengetahui kinerja ruas jalan yaitu V/C Ratio dengan membandingkan volume lalu lintas dengan kapasitas.

Gambar 2.2 Analisis Kapasitas Jalan dan V/C Ratio

Selain V/C Ratio, dalam menghitung kinerja ruas jalan juga mempertimbangkan kecepatan lalu lintas yang diperoleh dari survey kecepatan di ruas-ruas jalan yang diprediksi akan terkena dampak.

(16)

Kecepatan Jaringan

Selain analisis Kinerja Ruas Jalan, dalam ANDALALIN juga

dilakukan analisis Kinerja Jaringan Jalan dengan

menggunakan Software Transportasi. Adapun keluara (Output) dari Software Transportasi tersebut dapat dilihat

pada gambar berikut di bawah ini.

Gambar 2.4 Kinerja Jaringan Jalan

Kinerja jaringan jalan memiliki satuan ukuran masing-masing seperti yang terlihat dalam tabel berikut di bawah ini.

Tabel 2.1 Parameter Kinerja Jaringan

N o

Parameter Kinerja Jaringan

1 Total waktu perjalanan (Kend-Jam)

2 Total panjang perjalanan (Kend-Km)

3 Kecepatan jaringan (Km/Jam)

4 Panjang antrian (Kend)

(17)

Lokasi Pembanding Tarikan PerjalananBangkitan Perjalanan

Lokasi Pembangunan Tarikan PerjalananBangkitan Perjalanan b. Analisis Pemodelan Jaringan Jalan

Dalam melakukan analisis kinerja jaringan jalan tanpa pembangunan dan dengan pembangunan diperlukan pemodelan jaringan jalan yang ditentukan oleh ruas-ruas jalan yang terkena dampak (khususnya ruas jalan yang merupakan akses utama keluar dan /atau masuk ke lokasi pembangunan), persimpangan dan jenis pengendaliannya, pengaturan arah lalu lintas, zona asal tujuan perjalanan dan zona lokasi pembangunan (untuk kondisi Dengan Pembangunan).

c. Analisis Tarikan dan Bangkitan Perjalanan

Sebelum melakukan analisis kinerja jaringan jalan untuk kondisi dengan pembangunan, terlebih dahulu diperlukan analisis tarikan dan bangkitan perjalanan.

Gambar 2.5 Analisis Tarikan dan Bangkitan Perjalanan

Dalam melakukan analisis tarikan dan bangkitan perjalanan di lokasi pembangunan, diperlukan lokasi pembanding dengan mempertimbangkan persamaan jenis kegiatan/guna lahan. Selain itu terdapat beberapa hal yang dipertimbangkan dalam memilih lokasi pembanding:

1) Karakteristik Tata Guna Lahan 2) Karakteristik Lalu Lintas

(18)
(19)

Setelah ditetapkan lokasi pembanding, kemudian dilakukan survey tarikan dan bangkitan perjalanan terklasifikasi selama jam operasional. Setelah diperoleh tarikan dan bangkitan perjalanan per-jam selama jam operasional, kemudian ditentukan jam tersibuk untuk masing-masing arah pergerakan (bangkitan dan tarikan).

Langkah berikutnya adalah menghitung rata-rata jumlah perjalanan yang dibangkitkan dan ditarik per-satuan ukuran per-jam tersibuk (trip rate) dengan satuan SMP/jam. Satuan ukuran pembanding yang umumnya digunakan adalah sebagai berikut:

1) Jumlah kamar untuk hotel, apartemen dan rumah sakit 2) Jumlah tempat tidur untuk rumah sakit

3) Jumlah kelas untuk sekolah dan universitas

4) Jumlah luasan untuk pusat perbelanjaan, perkantoran dan industri 5) Jumlah selang (nozzle) untuk Stasiun Pengisian Bensin

Umum (SPBU) Trip Rate yang diperoleh di lokasi pembanding

kemudian digunakan untuk memprediksi jumlah

bangkitan dan tarikan perjalanandi

lokasi pembangunan. Setelah diprediksi jumlah

bangkitan dan tarikan perjalanan (Trip Generation) di lokasi pembangunan, langkah berikutnya adalah memperkirakan distribusi perjalanan (Trip Distribution) menggunakan data hasil survey pencacahan terklasifikasi gerakan membelok dan /atau survey plat nomor, terutama untuk letak persimpangan yang berjauhan. Dengan diketahuinya distribusi perjalanan dari dan menuju lokasi pembangunan, langkah berikutnya adalah membuat matriks asal tujuan (OD Matrix).

(20)
(21)

Kinerja Jaringan Jalan

Tanpa Pembangunan

Dengan Pembangunan (Do Nothing)

Dengan Pembangunan (Do Something)

pembangunan adalah adanya penambahan zona bangkitan dan tarikan perjalan baru dalam kodefikasi jaringan jalan. Dalam melakukan analisis pembebanan lalu lintas dibedakan menjadi 2 (dua) skenario yaitu:

 Tanpa Penanganan Dampak (Do Nothing)

 Dengan Penanganan Dampak (Do Something)

Dari hasil pemodelan pembebanan lalu lintas tersebut dapat diketahui kinerja jaringan jalan yang kemudian akan dibandingkan dengan skenario Tanpa Pembangunan sebagaimana terlihat pada gambar berikut di bawah ini.

Gambar 2.6 Perbandingan Kinerja Jaringan Jalan

e. Analisis Dampak lalu Lintas

Dari hasil perbandingan kinerja jaringan jalan antara kondisi Tanpa Pembangunan dengan kondisi Dengan Pembangunan

Tanpa Penanganan Dampak (Do Nothing) umumnya akan

terjadi penurunan, sehingga perlu dilakukan berbagai upaya penangan dampak yang kemudian akan dinilai kembali

kinerja jaringan jalan nya (Do Something).

2.4Penyusunan Penanganan Dampak

(22)

Pengaturan sirkulasi arus lalu lintas eksternal adalah menentukan arah masuk menuju lokasi pembangunan dari beberapa zona bangkitan dan sebaliknya menentukan arah keluar dari lokasi pembangunan menuju beberapa zona tarikan. Pengaturan sirkulasi ditentukan oleh pengaturan arus lalu lintas eksisting, ketersediaan tempat untuk berbalik arah (U-Turn), persimpangan, dan lain-lain.

2) Pengaturan sirkulasi arus lalu lintas internal

Pengaturan sirkulasi arus lalu lintas internal adalah menentukan pola pergerakan kendaraan yang masuk dan

keluar lokasi pembangunan termasuk menentukan

pergerakan keluar masuk basement, pergerakan ke tempat penurunan penumpang (Drop Off Area) bila tersedia, pergerakan di fasilitas parkir, pemisahan pergerakan kendaraan roda 2 (dua) dengan roda 4 (empat) bila diperlukan, penentuan pergerakan kendaraan barang bila diperlukan, dan lain-lain.

3) Manajemen dan rekayasa pintu akses keluar masuk

(23)

4) Manajemen dan rekayasa ruas jalan dan persimpangan (bila diperlukan) Pada kasus ANDALALIN tertentu terutama bila pembangunan terletak di lokasi yang ruas jalan dengan lebar yang kurang memadai atau berdekatan dengan

(24)

cukup tinggi sehingga diperlukan manajemen dan rekayasa di ruas jalan dan persimpangan.

5) Manajemen dan rekayasa kebutuhan ruang parkir

Fasilitas ruang parkir merupakan fasilitas yang sangat penting dalam suatu pusat kegiatan, terutama bila intensitas keluar masuk tinggi dengan durasi waktu parkir yang relatif lama, dimana diperlukan sejumlah besar ruang parkir. Bila fasilitas parkir tidak sesuai dengan tingkat kedatangan kendaraan, maka dapat dipastikan akan terjadi antrian di pintu masuk yang akan mengganggu arus lalu lintas terusan (Through Traffic). Oleh karena itu perlu sekali dilakukan analisis kebutuhan ruang parkir untuk kendaraan roda 2 (dua) dan roda (empat) serta kendaraan barang apabila diperlukan. Analisis kebutuhan parkir tersebut didasari dengan data hasil survey karakteristik parkir di lokasi pembanding yang terdiri dari data akumulasi parkir, durasi parkir dan terutama tingkat

pergantian penggunaan ruang parkir (Turn Over). Dalam

kajian ANDALALIN, analisis kebutuhan ruang parkir digunakan Pendekatan Berdasarkan Pedoman Teknis Penyelenggaraan Fasilitas Parkir (SK Dirjen Nomor 272/HK.105/DRJD/96). Setelah dihitung kebutuhan parkir, maka langkah berikutnya adalah membandingkan antara kebutuhan parkir dengan ketersediaan lahan parkir sesuai site plan/lay out. Bila jumlah ketersediaan lahan parkir lebih kecil dari kebutuhan parkir, maka dilakukan re-desain ruang parkir untuk mencukupi kebutuhan parkir atau mengusulkan penambahan lahan/ pembuatan gedung parkir/basement parkir.

6) Pemarkaan dan Perambuan di dalam dan di luar lokasi pembangunan Untuk mengatur pergerakan lalu lintas diperlukan

(25)

kebutuhan dan kondisi serta permasalahan yang akan terjadi baik di luar maupun di dalam wilayah lokasi pembangunan. Rambu yang diusulkan umumnya terdiri dari:

 Rambu Peringatan

(26)

 Rambu Perintah

 Rambu Petunjuk

Marka yang diusulkan umumnya terdiri dari:

 Marka Pengarah

 Marka Petunjuk

 Marka Ruang Parkir

 Marka Lajur/Jalur

 Marka Larangan, dan lain-lain

7) Penyediaan fasilitas pejalan kaki (menyeberang dan menyusuri) Tidak semua orang yang menuju ke dan pergi dari suatu pusat kegiatan adalah menggunakan kendaraan pribadi, sebagian dari mereka datang dan pergi dengan berjalan kaki dan /atau menggunakan kendaraan angkutan umum. Oleh karena itu, perlu disediakan fasilitas pejalan kaki untuk kegiatan menyusuri jalan berupa trotoar dan fasilitas pejalan kaki untuk menyeberang jalan berupa zebra cross dan Jembatan Penyeberangan Orang (JPO).

8) Penyediaan fasilitas keselamatan lalu lintas

Untuk terjaminnya keselamatan lalu lintas di sekitar akses keluar masuk serta ruas jalan dan simpang di sekitar lokasi pembangunan, perlu diusulkan fasilitas keselamatan lalu lintas yang umumnya terdiri dari:

 Pita penggaduh (Rumble Strip) yang berfungsi untuk

mengurangi laju kendaraan yang akan melintasi lokasi pembangunan

 Lampu Peringatan (Warning Light) yang berfungsi

untuk memberi peringatan kepada pengemudi

kendaraan yang akan melintasi lokasi pembangunan

 Rambu Peringatan yang berfungsi untuk memberi

(27)

3 -1

BAB

3

KONDISI AREA STUDI

3.1 Rencana Pengembangan

3.1.1 Lokasi Studi

Masukin kondisi geografis kek yang kuisi

 Sebelah Utara : K

 Sebelah Timur : K

 Sebelah Selatan : K

(28)

3 -2 Gambar 3.1 (ganti petanya)

3.1.2 Wilayah Administrasi dan Pemerintahan

Luas wilayah Kabupaten Sleman adalah 57.482 Ha atau 574,82

Km2 atau sekitar 18% dari luas Provinsi Daerah Istimewa

Yogyakarta 3.185,80 Km2, dengan jarak terjauh Utara – Selatan

(29)

3 -3

(30)

jenis tanahnya dibedakan atas sawah, tegal, pekarangan, hutan, dan lain-lain. Perkembangan penggunaan tanah selama 5 tahun terakhir menunjukkan jenis tanah Sawah turun rata-rata per tahun sebesar 0,96 %, Tegalan naik 0,82 %, Pekarangan naik 0,31 %, dan lain-lain turun 1,57 %. Rincian luas wilayah kecamatan selengkapnya ditunjukkan sebagaimana tabel berikut.

(Yang kuning diganti sesuai data)

Tabel 3.1 Luas Wilayah Di Kabupaten Sleman

No Kecamat

1 Moyudan 4 65 2.762 33.595 1,216

2 Godean 7 57 2.684 57.245 2,133

3 Minggir 5 68 2.727 34.562 1,267

4 Gamping 5 59 2.925 65.789 2,249

5 Seyegan 5 67 2.663 42.151 1,583

6 Sleman 5 83 3.132 55.549 1,774

7 Ngaglik 6 87 3.852 65.927 1,712

8 Mlati 5 74 2.852 67.037 2,351

9 Tempel 8 98 3.249 46.386 1,428

10 Turi 4 54 4.309 32.544 0,755

11 Prambana

n 6 68 4.135 44.003 1,064

12 Kalasan 4 80 3.584 54.621 1,524

13 Berbah 4 58 2.299 40.226 1,750

14 Ngemplak 5 82 3.571 44.382 1,243

15 Pakem 5 61 4.384 30.713 0,701

16 Depok 3 58 3.555 109.092 3,069

17 Cangkring

an 5 73 4.799 26.354 0,549

Jumlah 86 1.21

2 57.482 850.176 1,479 Sumber : Pemerintahan Kabupaten Sleman

3.1.3 Sistem Transportasi di Kabupaten Sleman

(31)

perdesaan di bawah 1 (satu) pengelolaan Koperasi PEMUDA. Kondisi wilayah Sleman yang terbagi atas beberapa bagian, yaitu

wilayah aglomerasi, sub- urban, wilayah penyangga (buffer

zone), dan beberapa kawasan rural menyebabkan jumlah

(32)

Kenyataan bahwa jumlah demand pada wilayah aglomerasi dan sub-urban yang cenderung lebih tinggi dibandingkan dengan demand pada wilayah penyangga dan rural menyebabkan sebagian sopir angkutan tidak menjalankan keseluruhan trayek yang telah ditetapkan. Sebagian dari mereka hanya memilih menjalankan trayek pada wilayah-wilayah aglomerasi dan sub-urban bahkan sampai masuk dalam wilayah administratif lain.

Pembangunan bidang pendidikan di Kabupaten Sleman dilaksanakan dengan kebijakan antara lain: Program Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD), program wajib belajar pendidikan dasar sembilan tahun, program pendidikan menengah, program peningkatan kualitas pendidikan non formal, program peningkatan mutu pendidikan dan tenaga kependidikan, program manajemen pelayanan pendidikan, program pengembangan kreatifitas siswa dan guru. Jalan Bima berperan penting dalam mendukung pembangunan Kampus Terpadu Fakultas Ekonomi Universitas Atma Jaya Yogyakarta di Kabupaten Sleman serta mempunyai kontribusi terbesar dalam melayani pendidikan dan mobilitas sosial. Akses Jalan ke Kampus Terpadu Fakultas Ekonomi Universitas Atma Jaya Yogyakarta di Kabupaten Sleman antara lain :

a.Jalan Kaliurang arah utara belok kanan ke Jalan Bima b.Jalan Kaliurang arah selatan belok kiri ke Jalan Bima c.Jalan Plosokuning

d.Jalan Kaliuarang arah timur belok kanan ke Jalan Bima

Panjang jalan di Provinsi Yogyakarta adalah 4.598,1 km dengan rincian sebagai berikut:

1. Jalan Nasional

(33)

sedang, 0 km (tidak mantap), 0 km (kondisi rusak ringan dan 0 km (rusak berat)

(34)

Total panjang jalan provinsi adalah 690,3 km. 621,6 km (kondisi mantap), 30,3 km (baik), 591,3 km (sedang), 68,6 km (tidak mantap), 66,7 km (rusak ringan) dan 1,9 km (rusak berat)

3. Jalan Kabupaten

Total panjang jalan kabupaten adalah 3.739 km. 2.816 km (kondisi mantap), 1.404 km (baik), 1.411 km (sedang), 923 km (tidak mantap), 661,6 km (rusak ringan) dan 261,7 km (rusak berat).

3.2Lokai Studi

Pembangunan Kampus Terpadu Fakultas Ekonomi Universitas Atma Jaya Yogyakarta merupakan institusi pendidikan tinggi dan mempelajari bagaimana masyarakat mengalokasikan berbagai sumber daya (alam, manusia, modal, energi, lingkungan dan teknologi) yang jumlahnya terbatas. Tujuan program studi ini adalah untuk menghasilkan sarjana ekonomi pembangunan yang mampu bersaing di pasar internasional, serta berkemampuan untuk menganalisis dan memecahkan permasalahan ekonomi makro dan tingkat sektoral.

Dalam operasinya, aktivitas pembangunan Kampus Terpadu Fakultas Ekonomi Universitas Atma Jaya Yogyakarta sedikit akan berpengaruh pada sistem lalu lintas di daerah sekitarnya terutama di ruas jalan Bima dan sekitar jalan Kaliurang sebagai penghubung Kabupaten Sleman, untuk itu sangat penting dilakukan kajian sejauh mana dampak yang ditimbulkan tarikan dan bangkitan yang berupa kendaraan pribadi maupun kendaraan barang.

(35)
(36)

Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Sleman Tahun 2011-2031, bahwa lokasi pembangunan Kampus Terpadu Fakultas Ekonomi Universitas Atma Jaya Yogyakarta tersebut berada di Kecamatan Ngaglik yang diarahkan sebagai kawasan pendidikan. Selanjutnya dapat dilihat pada Gambar 3.1 mengenai dimana lokasi pembangunan Kampus Terpadu Fakultas Ekonomi Universitas Atma Jaya Yogyakarta serta intensitas tata guna lahan di sekitar lokasi tersebut.

Gambar 3.2 Lokasi Pembangunan Kampus Terpadu Fakultas Ekonomi UAJY

3.2.2 Intensitas Tata Guna Lahan

(37)
(38)

guna lahan di sekitar pembangunan Kampus terpadu Fakultas Ekonomi Universitas Atma Jaya Yogyakarta saat ini berupa kawasan pemukiman warga, kawasan komersil/ pertokoan, rumah makan, hotel/ tempat penginapan, pasar, kawasan sekolah (SMK dan MIN tempel) dan fasilitas umum lainnya. Karena akses keluar masuk Kampus Terpadu Fakultas Ekonomi Universitas Atma Jaya Yogyakarta bersinggungan langsung dengan ruas jalan Bima maka perlu dilakukan manajemen dan rekayasa lalu lintas pada area tersebut untuk meminimalisir terjadinya konflik antara arus terusan pada ruas jalan Bima dengan kendaraan yang akan keluar- masuk Kampus Terpadu Fakultas Ekonomi Universitas Atma Jaya Yogyakarta.

3.3Permasalahan Lalulintas

(39)

Universitas Atma Jaya Yogyakarta dapat dilihat dari segi prasarana jalan, lingkungan dan karakteristik pengguna jalan.

(40)

sekitar Kampus Terpadu Fakultas Ekonomi Universitas Atma Jaya Yogyakarta antara lain:

1. Masih Kurangnya Fasilitas Marka Dan Rambu

Penempatan dan pemasangan rambu pada ruas jalan Bima atau di sekitar Kampus Terpadu Fakultas Ekonomi Universitas Atma Jaya Yogyakarta belum sesuai dengan kebutuhan, marka jalan yang ada pada kondisi eksisting belum ada sehingga kurang memberikan informasi pengguna jalan. Hal ini menyebabkan perilaku pengguna jalan tidak teratur karena tidak adanya aturan dan panduan dalam berlalu lintas sehingga pada ruas jalan Bima

Gambar 3.3 Fasilitas Perambuan dan Pemarkaan 2. Hambatan Samping

Permasalahan lalu lintas yang muncul yaitu tata guna lahan di sekitar Kampus Terpadu Fakultas Ekonomi Universitas Atma Jaya Yogyakarta memiliki intensitas yang cukup tinggi berupa kawasan pertokoan/kios dan kawasan perumahan warga sehingga ruas jalan Bima tidak begitu padat

kendaraan yang menimbulkan antrian atau tundaan.

(41)

Gambar 3.4 Hambatan Samping Di Sekitar Lokasi 3. Perilaku Pengguna Jalan

Perilaku pengguna jalan yang tidak mematuhi tata terib berlalu lintas yang dapat membahayakan dirinya sendiri maupun orang lain dan dapat menyebabkan kecelakaan lalu lintas.

(42)

4 -1

BAB

4

ANALISIS KONDISI LALU

LINTAS JALAN EKSISTING

4.1. Karakteristik Dan Fasilitas Jalan 4.1.1. Karakteristik Jalan

Berdasarkan hasil survai inventarisasi jalan diketahui bahwa kondisi fisik jalan di sekitar rencana pembangunan Kampus Terpadu Fakultas Ekonomi Universitas Atma Jaya Yogyakarta sebagian besar dalam kondisi cukup baik, dengan jenis perkerasan fleksibel (aspal), dan dengan status jalan lokal.

Sedangkan untuk lebar badan jalan, lebar bahu, lebar trotoar, lebar drainase, lebar median dan penampang melintang ruas

jalan dapat dilihat pada lampiran. Pada Gambar 4-1 akan

ditampilkan visualisasi hasil inventarisasi pada beberapa ruas jalan di sekitar pembangunan Kampus Terpadu Fakultas Ekonomi Universitas Atma Jaya Yogyakarta.

(43)

Gambar 4.2. Visualisasi Jalan Bima

Geometrik Jalan Bima dengan tipe jalan 2/2 UD dan lebar badan jalan 4.5 meter dan lebar bahu jalan masing-masing 1,75 meter, merupakan salah satu ruas jalan lokal kabupaten dengan hambatan yang sangat rendah dan guna lahan di sepanjang jalan Bima berupa lahan tidur dan pemukiman. Kondisi jalan Bima mempunyai tipe perkerasan fleksibel (aspal) yang memiliki kondisi yang cukup baik dan namun belum di lengkapi dengan fasilitas trotoar dan penerangan jalan umum (PJU). Rambu lalu lintas belum juga belum ada. Ruas jalan ini merupakan akses jalan alternatif Minomartani menuju Jalan Kaliurang KM 10/Pasar Ketandan merupakan jalur mobilisasi pergerakan lokal dan kabupaten.

4.1.2. Fasilitas Perlengkapan Jalan

Berdasarkan hasil survai inventarisasi simpang di sekitar pembangunan Kampus Terpadu Fakultas Ekonomi Universitas Atma Jaya Yogyakarta terdapat simpang yang termasuk area

terdampak dan belum dilengkapi oleh traffic light dan warning

(44)

Gambar 4.3 Kondisi Simpang Ketandan

Gambar 4.4 Kondisi Simpang Nglaban

Rambu adalah perlengkapan jalan yang berfungsi untuk memberikan informasi kepada pengguna jalan baik berupa petunjuk, peringatan maupun larangan. Rambu yang efektif harus memenuhi hal-hal sebagai berikut:

1) Memenuhi Kebutuhan.

2) Menarik perhatian dan mendapatkan respek pengguna jalan.

3) Memberi pesan yang sederhana dan mudah dimengerti.

4) Menyediakan waktu cukup kepada pengguna jalan dalam

(45)

Rambu Lalu lintas pada daerah terdampak pembangunan Kampus sangat terbatas atau bahkan hampir tidak ada sama sekali dimana hampir setiap ruas jalan belum dilengkapi rambu lalu lintas, hanya ada satu rambu stop di perempatan Nglaban. Untuk visualisasi rambu lalu lintas dapat dilihat pada gambar di bawah ini.

Gambar 4.5 Kondisi Ruas Jalan Terdampak

4.2. Volume Lalu Lintas

Dari hasil anlaisa survai volume lalu lintas, diketahuai periode sibuk untuk masing- masing titik survai, dimana periode sibuk tersebut nantinya digunakan untuk mencari jam tersibuk untuk masing-masing jalan di wilayah studi. Periode sibuk dan tersibuk tersebut dipakai juga untuk jalan-jalan yang memiliki karakteristik lalu lintas sama dengan jalan-jalan yang memiliki titik survai volume lalu lintas selama 6 jam.

(46)
(47)

Komposisi penggunaan moda pada Jalan Bima dapat dilihat pada tabel berikut: Tabel 4.1 Komposisi Kendaraan Jalan Bima Pada Jam Puncak

No Jenis Kendaraan Kend /Jam ProsentaseArah Minomartani Kend /JamArah Pasar GentanProsentase

1 Kend. Ringan (LV) 72.0 13.38% 71.0 14.61%

2 Kend. Barat (HV) 0.0 0.00% 6.0 1.23%

3 Sepeda Motor (MC) 448.0 83.27% 407.0 83.74%

4 Kend Tidak Motor (UM) 18.0 3.35% 2.0 0.41%

Total 538.0 100.00% 486.0 100.00%

Gambar 4.6 Komposisi Kendaraan Jalan Bima

Dapat dilihat dari diagram pie chart komposisi kendaraan diatas

bahwa kendaraan yang melintas di Jalan Bima arah menuju Minomartani didominasi oleh sepeda motor sebesar 83.27 %, selanjutnya mobil pribadi sebesar 13.38%, dan 3.35% kendaraan Tidak Bermotor.

Sedangkan untuk grafik pie chart komposisi kendaraan arah

(48)

Gambar 4.7 Fluktuasi Volume Lalu Lintas Jl. Bima

4.2.1 Kapasitas Dan Kinerja Jalan Bima a. Kapasitas Jalan

Dari hasil survai inventarisasi jalan diketahui bahwa kondisi fisik jalan di depan lokasi dalam kondisi cukup baik, dengan permukaan jalan sudah diaspal. Setelah diperoleh gambaran mengenai jaringan jalan dari hasil survai inventarisasi jalan didapatkan kapasitas per lajur tiap ruas jalan. Data yang dibutuhkan untuk menghitung kapasitas jalan adalah tipe jalan, lebar efektif, tata guna lahan, hambatan samping, persentase arus lalu lintas per arah, dan jumlah penduduk.

(49)

VOLUME RUAS PER JAM 0.50 1.00 1.30 0.00

Gambar 4.8 Volume Ruas Jalan Bima Pada Jam Puncak

Aksesibilitas ruas jalan merupakan suatu gambaran tingkat kemudahan perjalanan dari suatu tempat asal ke lokasi tujuan. Kemudahan perjalanan menunjukkan kinerja lalu lintas pada ruas jalan tersebut, yang di dalam kajian ini menggunakan parameter V/C ratio. Dari perhitungan kapasitas dan volume lalu lintas hasil survai lapangan, nilai V/C Ratio Eksisting pada ruas Jl. Bima adalah sebagai berikut.

Tabel 4.2 Ratio Eksisting Ruas Jalan Bima

N

1 Jam puncak lalulintas

pagi 06.45-07.45 1608 493 0.307 A

2 Jam puncak lalulintas

sore 15.30-16.30 1608 456 0.284 A

3 Jam puncak lalulintas

06.45-07.45 1608 493 0.307 A

Dari Tabel 4-3, diketahui bahwa untuk kinerja ruas jalan Bima di

depan lokasi pembangunan masih sangat baik dengan V/C Ratio jam sibuk kerja sebesar 0,307 atau dikategorikan berada pada

(50)

4.2.2 Kapasitas Dan Kinerja Simpang Nglaban

Dari hasil survai inventarisasi jalan diketahui bahwa kondisi fisik jalan di simpang Nglaban dalam kondisi cukup baik, dengan permukaan jalan sudah diaspal. Simpang Nglaban terletak di selatan ujung jalan Bima yang merupakan rencana pembangunan Kampus Terpadu Fakultas Ekonomi Universitas Atma Jaya Yogyakarta dan merupakan simpang tak bersignal. Setelah diperoleh gambaran mengenai jaringan jalan dari hasil survai inventarisasi jalan didapatkan kapasitas simpang per lengan tiap ruas jalan pada jam puncak pagi dan sore dan berikut adalah grafik fluktuasi Volume Lalulintas Jam Pucak Pagi.

(51)

0

Arah Stadion Maguwo T

456

VOLUME JAM PUNCAK SIMPANG

Node No :

-Gambar 4.10 Volume Jam Puncak Pagi Eksisting Simpang Nglaban

Berdasarkan Tabel 4.3 siklus puncak pagi simpang nglaban dapat dilihat bahwa nilai DS tertinggi terdapat pada lengan timur yaitu dengan niali DS 0.74. Lengan

(52)

timur merupakan jalan akses menuju stadion Maguwo. Dan nilai DS untuk lengan lainnya masih tergolong rendah atau dengan kata lain pelayanan simpang masih dalam kategori cukup baik.

Tabel 4.3 Siklus Puncak Pagi Simpang Nglaban

Lengan Volume(smp/j) Kapasitas(smp/j) DS

Utara 105 753 0.14

Selatan 95 820 0.12

Timur 267 360 0.74

Barat 265 516 0.51

Untuk jam puncak sore terjadi pada pukul 15.15 -16.15 seperti yang terlihat pada gambar 4.9 grafik fluktuasi Volume Lalulintas Jam Pucak Sore, hal ini terjadi karena jam tersebut merupakan jam pulang kerja atau sekolah.

(53)

0

Arah Stadion Maguwo T

485

VOLUME JAM PUNCAK SIMPANG

Node No :

-Gambar 4.12 Volume Jam Puncak Sore Eksisting Simpang Nglaban

Berdasarkan Tabel 4.4 siklus puncaksore simpang nglaban dapat dilihat bahwa nilai DS tertinggi terdapat pada lengan timur yaitu dengan niali DS 0.78 dan volume kendaraan 281 smp/jamLengan timur merupakan jalan akses menuju

(54)

stadion Maguwo. Dan nilai DS untuk lengan lainnya masih tergolong rendah atau dengan kata lain pelayanan simpang masih dalam kategori cukup baik.

Tabel 4.4 Siklus Puncak Sore Simpang Nglaban

Lengan Volume(smp/j) Kapasitas(smp/j) DS

Utara 121 741 0.16

Selatan 79 817 0.10

Timur 281 360 0.78

Barat 281 516 0.55

4.2.3 Kapasitas Dan Kinerja Simpang Ketandan

Simpang Ketandan terletak di utara ujung jalan Bima yang merupakan rencana pembangunan Kampus Terpadu Fakultas Ekonomi Universitas Atma Jaya Yogyakarta dan merupakan simpang tak bersignal. Dari hasil survai inventarisasi jalan diketahui bahwa kondisi fisik jalan di simpang Ketandan dalam kondisi cukup baik, dengan permukaan jalan sudah diaspal. Setelah diperoleh gambaran mengenai jaringan jalan dari hasil survai inventarisasi jalan didapatkan kapasitas simpang per lengan tiap ruas jalan pada jam puncak pagi dan sore dan berikut adalah grafik fluktuasi Volume Lalulintas Jam Pucak Pagi.

(55)

0 B Jl. Kresna (Arah ke Jakal)

1 5 14 158 100

VOLUME JAM PUNCAK SIMPANG

Node No : -Lokasi : Ketandan

Hari/Tgl : Senin 21-Nov-16

Peak Hour : 06.45-07.45

N

Jl. Bima (Arah ke Pasar Gentan)

Total, p c u MC LV HV UM

Gambar 4.14 Volume Jam Puncak Pagi Eksisting Simpang Ketandan

Berdasarkan Tabel 4.5 siklus puncak pagi simpang Ketandan dapat dilihat bahwa nilai DS tertinggi terdapat pada lengan timur yaitu dengan nilai DS 0.36 dan Volume kendaraan 56 smp/jam. Jika diamati nilai DS untuk semua lengan masih

(56)

tergolong rendah atau dengan kata lain pelayanan simpang masih dalam kategori cukup baik.

Tabel 4.5 Siklus Puncak Pagi Simpang Ketandan

Lengan Volume Kapasitas DS

(smp/j) (smp/j)

Utara 203 479 0.42

Selatan 160 534 0.30

Timur 56 149 0.38

Barat 39 236 0.16

Untuk jam puncak sore terjadi pada pukul 15.30 -16.30 seperti yang terlihat pada gambar 4.13 grafik fluktuasi Volume Lalulintas Jam Pucak Sore, hal ini terjadi karena jam tersebut merupakan jam pulang kerja atau sekolah.

(57)

0 B Jl. Kresna (Arah ke Jakal)

1 5 14 146 94

VOLUME JAM PUNCAK SIMPANG

Node No : -Lokasi : Ketandan

Hari/Tgl : Senin 21-Nov-16

Peak Hour : 15.30-16.30

N

Jl. Bima (Arah ke Pasar Gentan)

Total, p c u MC LV HV UM

Gambar 4.16 Volume Jam Puncak Sore Eksisting Simpang Ketandan

Berdasarkan Tabel 4.6 siklus puncaksore simpang nglaban dapat dilihat bahwa nilai DS tertinggi terdapat pada lengan timur yaitu dengan niali DS 0.36 dan volume kendaraan 54 smp/jam dan nilai DS untuk semua lengan masih tergolong

(58)

rendah atau dengan kata lain pelayanan simpang masih dalam kategori cukup baik.

Tabel 4.6 Siklus Puncak Sore Simpang Ketandan

Lengan Volume(smp/j) Kapasitas(smp/j) DS

Utara 198 479 0.41

Selatan 128 535 0.24

Timur 54 149 0.36

(59)

Laporan ANDALALIN Kampus Ekonomi Terpadu Univ. Atma Jaya Yogyakarta

5 -1

BAB

5

TINGKAT KINERJA RUAS

JALAN

Dalam ananilis lalu lintas ini akan di bahas kondisi lalu lintas jalan Bima sebagai satu-satunya jalan akses menuju ke rencana pembangunan Kampus Terpadu Fakultas Ekonomi Universitas Atma Jaya Yogyakarta dalam beberapa kondisi, diantarannya Kondisi Pembangunan Tanpa Penanganan Dampak, Kondisi Pengoperasian Kampus Tanpa Penanganan Dampak, Kondisi Pengoperasian Kampus Tanpa Penanganan Dampak dan Kondisi Pengoperasian Kampus Dengan Penanganan Dampak. Analisis mengacu pada MKJI 1997.

5.1 Kondisi Pembangunan Tanpa Penanganan Dampak

Dalam rencana pembangunan Kampus Terpadu Fakultas Ekonomi Universitas Atma Jaya Yogyakarta akan di bangun gedung kampus 5 lantai dengan luas bangunan 2500 m² yang akan menampung 4000 mahasiswa akan di bangun selama 1 tahun masa konstruksi dengan jumlah pekerja seperti tabel 5.1 berikut ini.

Tabel 5.1 Jumlah Pekerja

(60)

Laporan ANDALALIN Kampus Ekonomi Terpadu Univ. Atma Jaya Yogyakarta

(61)

Tabel 5.2 Analisa Tingkat Tarikan dan Bangkitan Kondisi Pembangunan

Uraian Jumlah (smp/jam)Rate BangkitanPagi (smp/jam)Tarikan BangkitanSiang (smp/jam)Tarikan BangkitanSore (smp/jam)Tarikan

Direksi 4 1.00 4 4

Pekerja 40 0.5 20 20

Kendaraan Proyek 4 1.30 5.2 5.2 5.2

Total 29.2 5.2 5.2 24

Berdasarkan Tabel 5.3 dapat diketahui angka Level of Service pada

kondisi eksisting dan pada kondisi pembangunan tanpa penanganan dampak masih dalam niali A denga V/C Ratio masing-masing untuk kondisi pagi 0.31 dan 0.32 sedangkan kondisi siang 0.24 dan 0.26. Jika diamati tidak ada kenaikan yang signifikan antara kondisi eksisting dengan kondisi pembangunan hal ini disebabkan karena kondisi jalan yang masih lengang dan bangkitan tarikan pada saat pembangunan yang rendah.

Tabel 5.3 Kinerja Lalu Lintas Pada Kondisi Pembangunan Tanpa Penanganan Dampak

1 Eksisting 1608 49

3 0.31 A 392 0.24 A 456 0.28 A

2 Pembangunan Tanpa

Penanganan

1608 52

2 0.32 A 421 0.26 A 480 0.30 A

5.2 Kondisi Pembangunan Dengan Penanganan Dampak

(62)
(63)

jalan yang dialalui. Berikut adalah kinerja lalu lintas pada kondisi pembangunan dengan penangan dampak yang disampaikan pada Tabel 5.4.

1 Eksisting 1608 49

3 0.31 A 392 0.24 A 456 0.28 A

2 Pembangunan Tanpa

Penanganan

1608 52

2 0.32 A 421 0.26 A 480 0.30 A

3 Pembangunan Dengan

Penanganan

3141 52

2 0.17 A 421 0.13 A 480 0.15 A

5.3 Kondisi Pengoperasian Kampus Tanpa Penanganan Dampak

Rencana pembangunan Kampus Terpadu Fakultas Ekonomi Universitas Atma Jaya Yogyakarta merupakn relokasi dari fakultas ekonomi yang sekarang berada di kampus 3 Gedung Bona Ventura dengan data jumlah dosen, staf dan Mahasiswa sebagai berikut.

Tabel 5.5 Data Jumlah dan Mahasiswa

Status Jumla

h

Dosen 133

Staff & Karyawan 40

Mahasiswa 4000

Total 4173

Tabel 5.6 Analisa Tingkat Tarikan dan Bangkitan Kondisi Awal Pegoperasian Kampus

Uraian Jumlah Presentase Rate (smp/jam)

Pagi (smp/jam) Siang (smp/jam) Sore (smp/jam) Bangkitan Tarikan Bangkitan Tarikan Bangkitan Tarikan

Dosen 133 1.00 33.25 33.25 33.25 33.25 33.25 Staff dan

(64)

Mahasiswa 4000

Pengguna Mobil 300 8% 1.00 75 75 75 75 75 Pengguna Motor 2000 50% 0.5 250 250 250 250 250 Pejalan Kaki 200 5%

Sharring 1500 38%

(65)

Analisa tingkat tarikan dan bangkitan kondisi pengoperasian awal dapat dilihat pada Tabel 5.6 di atas dengan asumsi dari 4000 mahasiswa pengguna mobil 8%, sepeda motor 50%, pejalan kaki 5% dan sharing 38% dengan distribusi berdasarkan jumlah sesi pada perkuliahan di Universitas Atma Jaya Yogyakarta sebanyak empat sesi pada pagi, siang dan sore hari.

Berdasarkan Tabel 5.7 diketahui kinerja lalu lintas pada kondisi pengoperasian kampus tanpa penanganan dampak di peroleh

volume pada pagi hari 871 smp/jam dengan Level of Service A dan

sore hari 1192 smp/jam dengan Level of Service C.

Tabel 5.7 Kinerja Lalu Lintas Pada Kondisi Pengoperasian Kampus Tanpa Penanganan Dampak

1 Eksisting 2018 1608 50

8 0.32 A 421 0.26 A 480 0.28 A

(66)
(67)

Kondisi sebelum penanganan dan setelah penanganan mengalami

peningkatan Level of Service . Pada pagi hari V/C Ratio dari 0.54

pada kondisi tanpa penangan menjadi

0.28 dan pada sore hari V/C Ratio dari 0.74 pada kondisi tanpa

penangan menjadi 0.38 serta Level of Service dari C menjadi A.

Tabel 5.8 Kinerja Lalu Lintas Pada Kondisi Pengoperasian Kampus Dengan Penanganan

Dampak

1 Eksisting 2018 1608 50

8 0.32 A 421 0.26 A 480 0.30 A

2 Pengoperasian Tanpa Penanganan

1608 87

1 0.54 A 1109 0.69 B 1192 0.74 C

3 PengoperasianDengan Penanganan

3141 87

1 0.28 A 1109 0.35 A 1192 0.38 A

5.4 Perbandingan Tingkat Kinerja Lalu Lintas

Dari hasil analisa pada sub bab diatas maka dapt diketahui perbandingan tingkat kinerja lalu lintas Kondisi Pembangunan Tanpa Penanganan Dampak, Kondisi Pengoperasian Kampus Tanpa Penanganan Dampak, Kondisi Pengoperasian Kampus Tanpa Penanganan Dampak dan Kondisi Pengoperasian Kampus Dengan Penanganan Dampak seperti yang disampaikan pada Tabel 5.9.

Tabel 5.9 Perbandingan Tingkat Kinerja Lalu Lintas

(68)

1 Eksisting 1608 49

3 0.31 A 392 0.24 A 456 0.28 A

2 Pembangunan Tanpa

Penanganan

1608 52

2 0.32 A 402 0.25 A 480 0.30 A

3 Pembangunan Dengan

Penanganan

3141 52

2 0.17 A 402 0.13 A 480 0.15 A

4 Pengoperasian Tanpa

Penanganan

1608 87

1 0.54 A 1109 0.69 B 1192 0.74 C

5 PengoperasianDengan Penanganan

3141 87

(69)

Berdasarkan tabel 5.10 dapat diketahui Kondisi Kinerja Lalu Lintas 10 Tahun Kedepan Pasca Operasional Kampus dengan nilai i

pertumbuhan pertahun adalah 3%.

Tabel 5.10 Kondisi Kinerja Lalu Lintas 10 Tahun Kedepan Pasca Operasional Kampus

(70)

Laporan ANDALALIN Kampus Ekonomi Terpadu Univ. Atma Jaya Yogyakarta

6 -1

BAB

6

MANAJEMEN DAN

REKAYASA LALU LINTAS

6.1 Masa Konstruksi 6.1.1 Sirkulasi 1Sirkulasi Internal

 Desain Pintu Masuk dan Keluar

Pada pengaturan sirkulasi internal di dalam pembangunan kampus terpadu Fakultas Ekonomi Universitas Atma Jaya Yogyakarta terdapat pergerakan kendaraan dosen dan staff, kendaraan mahasiswa dan juga pejalan kaki. Berikut adalah sirkulasi pergerakan internal di dalam kawasan pendidikan.

(71)

2Sirkulasi Eksternal

Pembangunan kampus terpadu Fakultas Ekonomi Universitas Atma Jaya Yogyakarta dengan akses pintu masuk yang terdapat di ruas jalan Bima dengan kondisi masa konstruksi tentunya akan berpengaruh terhadap lalu lintas diruas jalan tersebut. Pada akses pintu masuk dengan kondisi masa konstruksi pembangunan kampus terpadu Fakultas Ekonomi Universitas Atma Jaya Yogyakarta tersebut perlu dilakukan penanganan dan pengaturan sirkulasi kendaraan yang keluar masuk lokasi pembangunan.

a. Kendaraan Masuk

Kendaraan Masuk Dari Arah Jalan Kaliurang

Kendaraan dari arah jalan Kaliurang bergerak menuju arah timur dan kemudian berbelok ke kiri masuk menuju lokasi Pembangunan kampus terpadu Fakultas Ekonomi Universitas Atma Jaya Yogyakarta pada jalan Bima.

Kendaraan Masuk Dari Arah Jalan Plosokuning

Kendaraan dari arah selatan melewati ruas jalan

plosokuning menuju jalan bima tempat lokasi

Pembangunan kampus terpadu Fakultas Ekonomi Universitas Atma Jaya Yogyakarta.

b. Kendaraan Keluar

Kendaraan Keluar Ke Arah Jalan Kaliurang

(72)

Kendaraan Keluar Ke Arah Jalan Plosokuning

Kendaraan yang keluar dari lokasi pembangunan kampus terpadu Fakultas Ekonomi Universitas Atma Jaya Yogyakarta menuju ke arah jalan plosokuning melewati ruas jalan bima arah selatan langsung menuju hingga simpang dan lurus terus menuju jalan plosokuning.

Adapun sirkulasi eksternal pembangunan kampus terpadu Fakultas Ekonomi Universitas Atma Jaya Yogyakarta :

Gambar 6.2 Lokasi Pembangunan Kampus Terpadu Fakultas Ekonomi

(73)

Gambar 6.3 Sirkulasi Eksternal Tahap Masa Konstruksi

A. Prosedur Pengangkutan Material

Pada tahap konstruksi pembangunan kampus terpadu Fakultas Ekonomi Universitas Atma Jaya Yogyakarta terdapat

rencana pemotongan dan penimbunan lahan (cut and fill)

(74)

mengakibatkan jalan menjadi kotor dan licin. Oleh karena itu dalam proses pemindahan material perlu adanya pengaturan tersendiri.

Gambar 6.4 Prosedur Pengangkutan Material Yang Salah

Pengaturan pengangkutan bahan material dilakukan dengan memberikan penutup bak truk dengan menggunakan bahan terpal ataupun bahan lainnya yang dapat menahan abu maupun

material kecil.

Gambar 6.5 Prosedur Pengangkutan Material Yang Benar

B. Meningkatnya Faktor Kebisingan Lingkungan

(75)

a) Kegiatan mobilisasi alat-alat berat akan dapat menimbulkan dampak meningkatnya

kebisingan yang disebabkan oleh suara yang dikeluarkan mesin kendaraan berat saat dimobilisasi ke lokasi pembangunan. Keadaan ini akan terasa di sekitar rute jalan yang dilalui mengingat lokasi kawasan pembangunan yang mempunyai kepadatan penduduk tinggi dan aktivitas masyarakat cukup besar tetapi karena pelaksanaan kegiatan dilakukan secara bertahap dan bersifat sementara, maka besarnya dampak yang akan ditimbulkan dapat dikategorikan sedang.

Upaya yang dapat dilakukan dalam menangani dampak yang terjadi adalah

 Melakukan pengaturan pelaksanaan kegiatan

mobilisasi alat-alat secara bertahap.

 Pelaksanaan kegiatan mobilisasi dan demobilisasi

dilakukan pada jam kerja malam hari.

b) Kegiatan pengangkutan material dapat menimbulkan dampak meningkatnya kebisingan. Berdasarkan pengamatan yang pernah dilakukan pada umumnya suara yang ditimbulkan oleh truk telah mendekati ambang batas kebisingan. Hal ini akan terasa pada kawasan zona permukiman yang terletak disepanjang rute angkutan material dan kegiatan ini akan berlangsung selama proyek berjalan, sehingga dampak negatif yang ditimbulkan dapat dikategorikan besar.

Upaya yang dapat dilakukan dalam menangani dampak yang terjadi adalah

 Melakukan pengaturan pelaksanaan kegiatan,

terutama di sekitar kawasan permukiman.

(76)
(77)

karena kegiatan ini berlangsung secara bertahap, maka dampak yang ditimbul dikategorikan sedang.

Upaya yang dapat dilakukan dalam menangani dampak yang terjadi adalah

 Melaksanakan kegiatan secara bertahap sesuai

aturan yang berlaku.

 Melaksanakan kegiatan pada jam kerja (siang hari)

C. Gangguan Terhadap Arus Lalu Lintas

Dampak berupa gangguan lalu lintas terjadi akibat kegiatan pada tahap konstruksi dapat dijelaskan seperti berikut :

a) Mobilisasi alat-alat berat menuju lokasi pembangunan akan menimbulkan gangguan arus lalu lintas di jalan umum, namun mengingat kegiatan ini berlangsung sementara dan pelaksanaannya secara bertahap, maka dampak yang timbul akibat gangguan arus lalu lintas dapat dikategorikan kecil.

Upaya yang dapat dilakukan dalam menangani dampak yang terjadi adalah

 Melakukan pengaturan pelaksanaan kegiatan

mobilisasi alat-alat berat secara bertahap.

 Pelaksanaan kegiatan mobilisasi dilakukan di malam

hari (jam tidak sibuk lalu lintas).

b) Pengangkutan material yang diperkirakan menggunakan unit Dump Truck atau truck untuk kegiatan galian dan penimbunan material tanah yang harus dikerjakan, maka dampaknya dapat dikategorikan sedang. Upaya yang dapat dilakukan dalam menangani dampak yang terjadi adalah

 Melakukan pengaturan pelaksanaan kegiatan secara

bertahap dan mengutamakan kelancaran lalu lintas.

(78)

 Mengupayakan pelaksanaan pengangkutan material melalui rute yang telah ditentukan dan aman.

(79)

D. Kerusakan Prasarana Jalan Umum

Dampak berupa kerusakan prasarana jalan umum yang terjadi akibat kegiatan pada tahap konstruksi dapat dijelaskan seperti berikut :

a) Kegiatan pengangkutan material bangunan dapat menimbulkan gangguan atau kerusakan pada prasarana jalan umum yang dalam dan dampaknya dapat dikategorikan berat mengingat kemampuan kualitas jalan umum dalam kota/kabupaten berkemampuan antara 5 sampai 10 ton sangat rentan terhadap beban material yang berkapasitas diatas 10 ton.

Upaya yang dapat dilakukan dalam menangani dampak yang terjadi adalah

 Membatasi muatan material sesuai dengan kelas

jalan dan jembatan yang dilalui.

 Mempunyai rasa tanggung jawab terhadap

kerusakan-kerusakan yang terjadi akibat kelalaian pada berbagai jaringan umum.

b) Pekerjaan galian dan timbunan tanah dapat menimbulkan gangguan atau kerusakan pada utilitas umum yang terdapat di lokasi kegiatan maupun pada lintasan jalan terutama pada badan jalan.

Upaya yang dapat dilakukan dalam menangani dampak yang terjadi adalah

 Melakukan koordinasi dengan instansi terkait.

 Menjaga utilitas umum yang ada sesuai dengan fungsinya.

 Pelaksanaan konstruksi mengikuti koordinasi unsur yang

terkait.

 Mempunyai rasa tanggung jawab terhadap

(80)

6.1.2 Perambuan Dan Keselamatan Lalu Lintas

(81)

kampus. Adapun rambu yang perlu dipasang antara lain yaitu: rambu warning light dan rambu peringatan hati-hati keluar masuk kendaraan material di depan akses pintu.

Pemasangan rambu jalan dapat dikatakan efektif bila memenuhi syarat-syarat antara lain:

1)Memenuhi suatu kebutuhan tertentu; 2)Dapat terlihat dengan jelas;

3)Memaksakan perhatian pengendara;

4)Menyampaikan suatu maksud yang jelas dan sederhana;

5)Perintahnya dihormati dan dipatuhi secara penuh oleh pengguna jalan dan;

6)Memberikan waktu yang cukup bagi pengendara untuk memenuhinya. Dalam tata cara penempatan rambu dibagi berdasarkan

jenis rambunya, penempatan untuk jenis rambu peringatan sebagai berikut :

1) Rambu peringatan ditempatkan pada sisi jalan sebelum tempat atau bagian yang berbahaya dengan jarak Minimum.

Tabel 6.1 Jarak Minimum Rambu Peringatan

Kecepatan Rencana dilengkapi dengan papan tambahan.

(82)

awal tikungan sampai dengan akhir tikungan, jarak antara masing- masing rambu sesuai dengan kebutuhan.

(83)

Penempatan untuk jenis rambu larangan sebagai berikut : 1) Rambu larangan ditempatkan sedekat mungkin pada

awal bagian jalan dimulainya rambu larangan

2) Pada rambu larangan tertentu ditempatkan pada sisi jalan pada awal jalan dimulainya rambu larangan.

3) Pada rambu larangan tertentu ditempatkan pada bagian jalan berakhir rambu larangan.

4) Pada rambu larangan tertentu ditempatkan secara berulang dengan jarak lebih 25 meter, dapat dilengkapi dengan papan tambahan yang menyatakan jarak tertentu.

(84)

POS KAMPUS

PARKIR MOTOR PARKIR MOTOR

PARKIR MOBIL 6.2 Kondisi Tahap Pasca Konstruksi 6.2.1 Sirkulasi

1Sirkulasi Internal

Penanganan lalu lintas internal yang perlu dilakukan pada tahap masa konstruksi yaitu dengan mendesain ulang sirkulasi lalu lintas kendaraan yang beroperasi di dalam kawasan

pembangunan kampus. Terdapat beberapa penanganan yang diusulkan pada gambar dibawah ini.

Gambar 6.7 Sirkulasi Internal Pasca Konstruksi

Pada sirkulasi internal kondisi pasca konstruksi tidak banyak terjadi perubahan yaitu dengan sirkulasi kendaraan searah jarum jam. Hanya yang perlu diperhatikan yaitu ketika kendaraan truk operasional yang akan memuat atau

2500 m2

450 m2

(85)

KAMPUS sehingga tidak terjadi penumpukan kendaraan dan mengganggu kendaraan lainnya yang akan melintas didalam lokasi

diusulkan pada Gambar 6.8.

Gambar 6.8 Sirkulasi Eksternal Pasca Konstruksi

(86)
(87)

kendaraan dosen ataupun kendaraan staff dan mahasiswa perlu dibantu dengan petugas keamanan (PKD) agar tidak mengganggu pengguna jalan lain.

6.2.2 Manajemen Dan Rekayasa

Manajemen dan rekayasa yang dilakukan pada ruas jalan bima hanya menambahkan jalur perlambatan khusus pada akses masuk menuju lokasi pembangunan kampus, selain itu

ditambahkan rambu-rambu untuk mempermudah

pengengendara yang akan keluar masuk kampus serta kendaraan lainnya.

6.2.3 Keselamatan Lalu Lintas 1Pertimbangan Batas Kecepatan

Untuk menunjang keselamatan lalu lintas, diperlukan antisipasi dengan mempertimbangkan batas kecepatan kendaraan baik di dalam lokasi kampus dengan memberi rambu Max kecepatan 5km/jam serta batas kecepatan didepan lokasi pembangunan kampus dimana kendaraan yang melintas keluar dan masuk ke lokasi dengan memberi rambu hati-hati.

2Fasilitas Keselamatan

Untuk memberi peringatan terhadap aktivitas keluar masuk kendaraan, maka dipasang Pembatas kecepatan kendaraan di depan lokasi pembangunan kampus yaitu rambu peringatan untuk berhati-hati pada jarak 25 meter sebelum pintu keluar masuk kendaraan selain itu untuk menjamin keselamatan

bagi pejalan kaki dipasang Zebra Cross yang dapat

(88)
(89)

lintas. Berikut adalah lokasi penempatan rambu dan jenis rambu yang digunakan baik didalam lokasi maupun diluar lokasi

pembangunan kampus.

Gambar 6.9 Fasilitas Keselamatan Pada

(90)

Dan berikut ini adalah rekomendasi perbaikan untuk simpang Ketandan dan Nglaban Pasca Pengoperasian Kampus

Gambar 6.10 Fasilitas Keselamatan Pada

Simpang Terdampak Keterangan : A MARKA TEPI MENERUS

B MARKA PEMISAH GARIS PUTUS-PUTUS C MARKA GARIS HENTI D MARKA PENYEBERANGAN (ZEBRA CROSS) E RAMBU PETUNJUK

PENYEBRANG JALAN

F APILL (ALAT PEMBERI ISYARAT LALU LINTAS) G RAMBU PETUNJUK JURUSAN H PENERANGAN JALAN UMUM (PJU)

6.2.5 Kebutuhan Parkir

(91)

empat untuk mahasiswa, lokasi parkir kendaraan roda dua untuk mahasiswa, dan yang terakhir lokasi kendaraan roda dua untuk staff. Adapun lokasi parkir kendaraan roda empat untuk dosen dengan jumlah 150 SRP, parkir kendaraan roda empat untuk mahasiswa sebanyak 100 SRP, parkir kendaraan roda dua staff sebanyak 50 SRP dan parkir roda dua mahasiswa dengan jumlah 750 SRP.

Adapun pengaturan sirkulasi parkir kendaraan dilakukan dengan pemasangan rambu petunjuk lokasi parkir untuk setiap jenis kendaraan dan ”rambu parkir” pada lokasi yang telah ditentukan.

Tabel 6.2 Kebutuhan Parkir

No Uraian Jenis

Kendaraan

Jumlah

Kebutuh

an disediakanYang

1 Dosen Mobil 133 150

2 Staff Motor 40 50

3 Mahasiswa Mobil 75 100

Motor 500 750

Keterangan

1 Mobil Dosen 133<1

50 Memenuhi

2 Mobil

Mahasiswa 75<100 Memenuhi

3 Motor Staff 40<50 Memenu

hi 4 Motor

Mahasiswa 500<750 Memenuhi

(92)
(93)

Gambar 6.11 Sirkulasi Parkir Di Area Kampus

6.2.6 Fasilitas Pejalan Kaki

Dengan meningkatnya intensitas tataguna lahan suatu daerah akan berpotensi adanya bangkitan dan tarikan pejalan kaki dimana pembangunan kampus yang berada pada ruas Bima. Pengaturan pejalan kaki di sekitar Jalan Bima perlu dilakukan dengan melihat dasar dari perencanaan fasilitas pejalan kaki sebagai berikut ini :

 Pejalan kaki harus mencapai tujuan dengan jarak sedekat

mungkin, aman dari lalu lintas kendaraan.

 Menghubungkan daerah-daerah yang satu dengan yang lainnya;

 Apabila pejalan kaki memotong arus lalu lintas yang lain

(94)

 Jalur pejalan kaki dibuat sedemikian rupa sehingga apabila terjadi hujan, permukaan jalan tidak licindantidak terjadi genangan air;

 Fasilitas pejalan kaki tidak boleh diperuntukan bagi kegiatan lain;

 Untuk menjaga keamanan dan keleluasaan pejalan kaki,

harus dipasang kerb jalan sehingga fasilitas pendekatan manajemen dan rekayasa lalu lintas yang pejalan kaki lebih tinggi dari permukaan.

6.2.7 Implementasi Penanganan Dampak Lalu Lintas Penanganan kemacetan lalu lintas pada tahap ini merupakan penanganan jangka pendek. Penanganan dilakukan dengan tertuang dalam rencana umum jaringan transportasi jalan, kapasitas dan karakteristik jalan, serta fungsi, dan kelas jalan. Selain itu rekayasa yang ada dalam studi ini harus memperhatikan pola fluktuasi volume lalu lintas, seperti :

 adanya jam puncak pagi dan jam puncak sore

 pola pergerakan lalu lintas (perubahan arah)

 bobot dan pola pergerakan lalu lintas

Penanganan yang dilakukan harus bisa memberikan perubahan lebih baik pada kinerja ruas, simpang maupun jaringan jalan dalam hal sebagai berikut :

 lalu lintas dalam hal;

 peningkatan kecepatan kendaraan;

 pengurangan waktu perjalanan;

 Pengurangan hambatan;

 Peningkatan kapasitas jalan;

 Pengurangan kecelakaan.

(95)
(96)

Tabel 6.3 Kriteria Kemacetan Kecepatan Rencana

(km/jam)

Faktor Penyebab Kemacetan

kecepatan bergerak lebih

kecil Hambatan Samping

1 Pejalan kaki menyeberang jalan

tidak pada tepatnya

dari 10 km/jam 2 Parkir kendaraan di badan

jalan

akibat tundaan dari

Hambatan 3

Naik turun penumpang angkutan umum/angkot

samping pada saat waktu

peak Kapasitas Jalan 1

Volume lalu lintas melebihi kapasitas

Konflik Lalu Lintas 1 Kendaraan balik arah

Prilaku Pengguna Jalan

2 Konflik kendaraan keluar masuk

kawasan dengan arus lalu lintas

terusan

Perambuan/ Pemarkaan

1 Tidak mematuhii rambu dan

marka

2 Perambuan / marka jalan tidak

jelas dan aus

(97)

Tabel 6.4 Bentuk Penanganan Kemacetan Di Sekitar Pembangunan Kampus

Faktor Penanganan Kemacetan

Hambatan Samping 1 Disediakan tempat khusus menyeberang

pejalan kaki (Zebra Cross) Peningkatan

Kapasitas 1

Melakukan Manajemen dan rekayasa lalu

(98)

Fakt

or Penanganan Kemacetan

2 Mengoptimalkan ruang milik jalan yang ada

Mengurangi Konflik

1 Manajemen arus pada simpang 2 Meniadakan hambatan samping dan

pemisahan sirkulasi internal keluar-masuk

Prilaku Pengguna Jalan

1 Perlu adanya ketegasan oleh petugas yang

berwenang terhadap pengemudi yang

mengendarai secara ugal-ugalan 2 Perambuan larangan yang jelas

Perambuan/ Pemarkaan

1 Pemasangan rambu yang sesuai dengan

ketentuan

2 Perbaikan terhadap marka jalan yang

mulai aus

Pada tabel diatas dapat dilihat penerapan pemecahan masalah dari berbagai faktor, pemecahan dilakukan dengan koordinasi pihak terkait baik Dinas Perhubungan, Kepolisian, Pol PP dan Bina Marga. Pada pemecahan masalah tertentu akan berdampak pada kesenjangan sosial perlu di lakukan secara komprehensif dan mendalam oleh pemerintah daerah, penertiban Pedagang Kaki Lima (PKL) perlu adanya tahapan berupa penyuluhan, pemberitahuan dan selanjutnya ketegasan berupa penertiban, sehingga tidak ada konflik sosial terhadap pedagang dengan pemerintah daerah. Pada penertiban Parkir liar pihak

pengembang harus memberikan kontribusi yang nyata (poluter

pays) didalam penanganan dampak lalu lintas sebagai akibat

pengembangandengan menyediakan lahan parkir, sehingga dari

sisi pelayanan parkir bagi pengunjung dapat terpenuhi.

(99)
(100)

implementasi penanganan dampak secara lebih terperinci, dapat dilihat pada gambar teknis dan tahapan pelaksanaannya dapat

dilihat pada tabel dibawah ini.

Tabel 6.5 Implementasi Penanganan Dampak Lalu Lintas

URAIAN

Penyediaan Tapper di Ruas Jalan Bima dekat Pintu masuk kawasan pendidikan bertujuan untuk meminimalisir konflik kendaraan masuk dan kendaraan keluar kawasan pendidikan

Pengembang Kawasan Pendidikan

7 hari setelah kawasan

Perambuan dan pemarkaan ini digunakan untuk

memberikan petunjuk sirkulasi kepada kendaraan sehingga tidak terjadi konflik kendaraan didalam kawasan pendidikan . Hal ini di harapkan dapat memperlancar sirkulasi internal dan tidak mengganggu arus lalu lintas eksternal

Pengembang Kawasan

di harapkan akan dapat memperlancar pergerakan kendaraan di dalam kawasan pendidikan sehingga tidak mengganggu arus lalu lintas eksternal pejalan kaki yang terdapat dikawasan pendidikan berupa trotoar dengan lebar 1,5 meter,

zebra cross yang terletak didepan pintu masuk kawasan

pendidikan sudah sesuai.

Fasilitas pejalan kaki yang terdapat di kawasan pendidikan berupa jalur pedestrian zebra cross

yang terletak didepan keluar masuk kawasan pendidikan

Arus lalu lintas Perambuan

(101)

Kegiatan

(102)

6.2.9 Pembagian Wewenang Penanganan Dampak Lalu Lintas Sesuai dengan Peraturan Pemerintah Nomor 32 Tahun 2011

Tentang Manajemen dan Rekayasa, Analisis Dampak serta Manajemen Kebutuhan Lalu Lintas yang membahas terperinci hasil analisis dampak lalu lintas perlu adanya pembagian tanggung jawab pemerintah dan pengembang disekitar pembangunan suatu bangunan yang menimbulkan gangguan lalu lintas (Pada Pasal 51 ayat 2). Tanggung jawab pada penanganan dampak lalu lintas yang di timbulkan akibat adanya tarikan-bangkitan perjalanan yang mengakibatkan permasalahan lalu lintas perlu dilakukan untuk mencapai keamanan, keselamatan, ketertiban, dan kelancaran lalu lintas dan angkutan jalan. Pada analisa dampak lalu lintas pembangunan kawasan pendidikan dilakukan beberapa penanganan manajemen dan rekayasa Lalu lintas. Untuk lebih jelasnya pembagian tanggung jawab pada rencana pembangunan Kawasan pendidikan dapat dilihat pada tabel berikut ini.

Tabel 6.7 Tanggung Jawab Pada Dampak Lalu Lintas Pembangunan Kawasan

(103)

7 -Fakultas Ekonomi Universitas Atma Jaya Yogyakarta seluas 5068 m2.

2) Pada unjuk kinerja lalu lintas tahun 2016 tanpa

pembangunan di jaringan lalu lintas di sekitar lokasi pembangunan menunjukan volume lalulintas pada jam puncak sebesar 493 smp/jam dengan v/c ratio 0.307

3) Jumlah tarikan dan bangkitan terbesar pasca operasional

kampus terjadi pada sore hari dengan bangkitan 378.25 smp/jam menjadi 3141 smp/jam

5) Upaya yang dapat dilakukan dalam menangani dampak

yang terjadi pada masa konstruksi adalah :

 Prosedur Pengangkutan Material

 Meningkatnya Faktor Kebisingan Lingkungan

 Gangguan Terhadap Arus Lalu Lintas

 Kerusakan Prasarana Jalan Umum

(104)

7 -1

6) Tindakan penanganan lalu lintas yang perlu dilakukan pada

Gambar

Gambar 2.1 Bagan Alir Kajian ANDALALIN
Gambar 2.4 Kinerja Jaringan Jalan
Tabel 3.1 Luas Wilayah Di Kabupaten Sleman No Kecamat an Desa Dusun Luas(Ha) Penduduk (Jiwa) Kepadatan(Km2) 1 Moyudan 4 65 2.762 33.595 1,216 2 Godean 7 57 2.684 57.245 2,133 3 Minggir 5 68 2.727 34.562 1,267 4 Gamping 5 59 2.925 65.789 2,249 5 Seyegan 5 6
Gambar 3.2 Lokasi Pembangunan Kampus Terpadu Fakultas  Ekonomi UAJY
+7

Referensi

Dokumen terkait

Jarak Kota Rembang dengan Surabaya pada peta adalah 40 cm.. Jarak Kota Bogor dengan Cirebon

[r]

4.3 Analisis Kesesuaian Sentra Industri Batik Masaran terhadap Kriteria Sentra Industri Kreatif Kerajinan

Hasil penelitian menunjukan bahwa : (1) Kualitas karet yang dihasilkan PTPN IX Batujamus-Kerjoarum selama 26 Juni-25 Juli tahun 2016 yang seharusnya standar produk karet

Setelah kita memahami karakter tapak, konsepsi dari masterplan, maka langkah selanjutnya dari penganalisaan tersebut adalah memasukkan program aktivitas yang

• Opersionalisasi kedua belahan otak diwujud- kan dengan program-program aktivitas yang didesain secara bergantian melalui pelatihan dan pengajaran desain dan terwadahi dalam

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui peningkatan literasi sains peserta didik SMP setelah diterapkan levels of inquiry pada tema limbah dan upaya

Dari pesanan yang diterima, Manajer Perencanaan dan Logistik membuat rencana penyediaan bahan baku dengan melibatkan bagian Inventori dan bagian Purchases, rencana biaya tenaga