• Tidak ada hasil yang ditemukan

ANALISIS DOKUMEN DAMPAK LALU LINTAS PEMB

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "ANALISIS DOKUMEN DAMPAK LALU LINTAS PEMB"

Copied!
82
0
0

Teks penuh

(1)

ANALISIS DOKUMEN DAMPAK LALU LINTAS 

PEMBANGUNAN KAMPUS TERPADU FAKULTAS 

EKONOMI UNIVERSITAS ATMA JAYA 

YOGYAKARTA

 

Jala  Bi a, Desa Si duharjo, Ke a ata  Ngaglik, Ka upate  Sle a , DIY

 

MODESTA UKAPOKA /     

(2)

Dampak Lalu Lintas Pembangunan Kampus Terpadu Fakultas Teknik

Universitas Atma Jaya Yogyakarta dapat disusun sesuai dengan kerangka acuan kerja.

Buku Laporan ini antara lain berisi Bab 1. Pendahuluan, Bab 2. Metodologi, Bab 3. Kondisi Area Studi, Bab 4. Analisis Kondisi Lalu Lintas, Bab 5. Tingkat Kinerja Ruas Jalan, Bab 6. Manajemen dan Rekayasa Lalu Lintas dan Bab. 7. Kesimpulan dan Saran yang dimaksudkan untuk mempermudah dalam pemahaman terhadap pelaksanaan pekerjaan.

Kami mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan laporan ini.

Yogyakarta, November 2016 Team Penyusun

(3)

Kata Pengantar ... ii

Daftar Isi ... iii

Daftar Tabel ... v

Daftar Gambar ... vii

Bab 1. PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang ... 1 – 1 1.2. Maksud dan Tujuan ... 1 – 3 1.3. Ruang Lingkup ... 1 – 4 1.4. Output Kajian ... 1 – 4 1.5. Aspek Legalitas ... 1 – 5

Bab 2. METODOLOGI ANDALALIN

2.1. Bagan Alir ... 2 – 1 2.2. Kebutuhan Data ... 2 – 3

2.2.1. Data Sekunder ... 2 – 3 2.2.2. Data Primer ... 2 – 4 2.3. Analisis Data ... 2 – 5 2.4. Penyusunan Penangan Dampak ... 2 – 9

Bab 3. KONDISI AREA STUDI

3.1. Rencana Pengembangan ... 3 – 1 3.1.1. Lokasi Studi ... 3 – 1 3.1.2. Wilayah Administrasi dan Pemerintahan ... 3 – 2 3.1.3. Sistem Transportasi di Kabupaten Sleman ... 3 – 3

3.2. Lokasi Studi ... 3 – 5 3.2.1. Rencana Pembangunan ... 3 – 5

(4)

Bab 4. ANALISIS KONDISI LALU LINTAS

4.1. Karakteristik dan Fasilitas Jalan ... 4 – 1 4.1.1. Karakteristik Jalan ... 4 – 1 4.1.2. Fasilita Jalan ... 4 – 2 4.2. Volume Lalu Lintas ... 4 – 4 4.2.1. Kapasitas dan Kinerja Jalan Bima ... 4 – 6 4.2.1. Kapasitas dan Kinerja Simpang Nglaban ... 4 – 8 4.2.1. Kapasitas dan Kinerja Simpang Ketandan ... 4 – 12

Bab 5. TINGKAT KINERJA RUAS JALAN

5.1. Kondisi Pembangunan Tanpa Penanganan Dampak ... 5 – 1 5.2. Kondisi Pembangunan Dengan Penanganan Dampak ... 5 – 2 5.3. Kondisi Pengoperasian Kampus Tanpa Penanganan Dampak ... 5 – 4 5.4. Kondisi Pengoperasian Kampus Dengan Penanganan Dampak ... 5 – 4 5.5. Perbandingan Tingkat Kinerja Lalu Lintas ... 5 – 5

Bab 6. MANAJEMEN DAN REKAYASA LALU LINTAS

6.1. Masa Konstruksi... 6 – 1 6.2. Kondisi Tahap Pasca Konstruksi ... 6 – 11

Bab 7. KESIMPULAN DAN SARAN

7.1. Kesimpulan ... 7 – 1 7.2. Saran ... 7 – 2

(5)
(6)
(7)

Gambar 2. 2. Analisis Kapasitas Jalan dan V/C Ratio ... 2 – 5

Gambar 4. 13.Fluktuasi Lalu Lintas Jam Puncak Pagi Simpang Ketandan 4 – 12

Gambar 4. 14.Volume Jam Puncak Pagi Eksisting Simpang Ketandan ... 4 – 13

Gambar 4. 15.Fluktuasi Lalu Lintas Jam Puncak Sore Simpang Ketandan 4 – 14

Gambar 4. 16.Volume Jam Puncak Sore Eksisting Simpang Ketandan ... 4 – 15

Gambar 6. 1. Sirkulasi Internal di Lokasi Pendidikan ... 6 – 1

Gambar 6. 2. Lokasi Pembangunan Kampus Terpadu Fakultas Ekonomi

(8)

Gambar 6. 6. Penempatan Warning Light ... 6 – 10

Gambar 6. 7. Sirkulasi Internal Pasca Konstruksi ... 6 – 11

Gambar 6. 8. Sirkulasi Eksternal Pasca Konstruksi ... 6 – 12

Gambar 6. 9. Fasilitas Keselamatan Pada Ruas Jalan Bima ... 6 – 14

Gambar 6. 10.Fasilitas Keselamatan Pada Simpang Terdampak ... 6 – 15

Gambar 6. 11.Sirkulasi Parkir ... 6 – 17

(9)

BAB

1

PENDAHULUAN

1.1Latar Belakang

Indonesia merupakan Negara berkembang yang memiliki jumlah penduduk dan potensi keanekaragaman yang tinggi. Perguruan tinggi sebagai salah satu institusi sentral dalam pembangunan Indonesia, secara terus menerus dihadapkan kepada berbagai perubahan yang bergerak sangat cepat dan menyentuh berbagai aspek hidup masyarakat. Dampak kemajuan ilmun pengetahuan dan teknologi yang sangat pesat menimbulkan beragam tantangan baru bagi indonesia. Tantangan dan perkembangan tersebut memepersyaratkan perguruan tinggi untuk meningkatkan mutu perguruan tinggi dan menghasilkan lulusan yang berkualitas. Pembangunan yang secara terus menerus melebihi daya dukung dan tak terkendali tanpa adanya pengaturan khususnya terhadap lalu lintas seringkali menyebabkan dampak berupa penurunan kinerja jaringan jalan yang umumnya ditandai dengan kemacetan dan persoalan lingkungan khususnya masalah banjir dan kelangkaan air tanah. Hal ini terjadi karena adanya pengembangan suatu kawasan yang mengakibatkan adanya perubahan tata guna lahan. Setiap daerah memiliki Rencana Tata Ruang, salah satunya adalah Kecamatan Ngaglik, Sleman.

Daerah ini memiliki Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) tahun 2010 sampai tahun 2030 untuk mengatur penggunaan lahan agar dapat digunakan secara maksimal oleh masyarakat sekitar. RTRW Kecamatan Ngaglik, Sleman secara umum digunakan dalam kurun waktu 20 tahun, saat ini sedang berjalan 3 tahun. Kebijakan penataan ruang wilayah kabupaten Pasal 3 Ayat 1 terdiri dari pengembangan kawasan pendidikan, Pasal 4 strategi dalam rangka

(10)

pengembangan kawasan pendidikan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 Ayat 2 meliputi melakukan revitalisasi; dan mengembangkan prasarana dan sarana pendidikan. Kawasan peruntukan lainnya Pasal 42 ayat 1 huruf (b) kawasan pendidikan tinggi dan ayat 3 kawasan pendidikan tinggi sebagaimana dimaksud pada ayat 1 huruf (b) berupa kampus pendidikan tinggi negeri dan swasta yang berada didalam KPY. Pengembangan sistem pusat kegiatan Pasal 7 Ayat 2 (f) kawasan perkotaan Kecamatan Ngaglik meliputi : Desa Sariharjo, Desa Sinduharjo dan Desa Minomartani. Pasal 7 PPK sebagaimana dimaksud pada ayat 1 kawasan perkotaan Kecamatan Ngaglik. Pengembangan sistem prasarana utama Pasal 13 ayat 2 jalan bebas hambatan Kecamatan Ngaglik. Jaringan transportasi perkotaan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 11 huruf (b) meliputi pengembangan jaringan perkotaan yang menghubungkan sistem jaringan transportasi KPY – Sleman.

Sehingga untuk memperkuat pernyataan tersebut, pemerintah dalam hal ini Kementerian Perhubungan mengambil tindakan dengan menerbitkan peraturan perundang-undangan berkaitan dengan analisis dampak lalu lintas seperti Undang-undang nomor 22 tahun 2009 tentang Lalu Lintas Angkutan Jalan Pasal 99 ayat 1 dimana setiap rencana pembangunan pusat kegiatan, permukiman, dan infrastruktur yang akan menimbulkan gangguan Keamanan, Keselamatan, Ketertiban, dan Kelancaran Lalu Lintas dan Angkutan Jalan wajib dilakukan analisis dampak Lalu Lintas. Pembangunan dimaksud meliputi pembangunan baru, perubahan penggunaan lahan, perubahan intensitas tata guna lahan dan/atau perluasan lantai bangunan dan/atau perubahan intensitas penggunaan, perubahan kerapatan guna lahan tertentu, penggunaan lahan tertentu, antara lain Terminal, Parkir untuk umum di luar Ruang Milik Jalan, tempat pengisian bahan bakar minyak, dan fasilitas umum lain. Untuk memperkuat aturan tersebut, juga terdapat Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 32 Tahun 2011 Tentang Manajemen Dan Rekayasa, Analisis Dampak, Serta Manajemen Kebutuhan Lalu Lintas dan Peraturan Menteri

(11)

Perhubungan No. 75 Tahun 2015 yang menyatakan bahwa Analisis dampak lalu lintas adalah serangkaian kegiatan kajian mengenai dampak lalu lintas dari pembangunan pusat kegiatan, permukiman, dan infrastruktur yang hasilnya dituangkan dalam bentuk dokumen hasil analisis dampak lalu lintas.

Salah satu rencana pembangunan yang akan dilakukan di Kabupaten Sleman adalah rencana Pembangunan Kampus Terpadu Fakultas Ekonomi Universitas Atma Jaya Yogyakarta. Berdasarkan amanah undang-undang nomor 22 tahun 2009 tentang Lalu Lintas Angkutan Jalan perlu dilakukan kajian analisis dampak lalu lintas terhadap pembangunan tersebut.

1.2Maksud dan Tujuan

Maksud dari dilakukannya Kajian Analisis Dampak Lalu Lintas (ANDALALIN) adalah untuk melakukan penanganan terhadap dampak yang ditimbulkan oleh adanya pengembangan kawasan terhadap lalu lintas di jaringan jalan sekitar lokasi pembangunanKampus Terpadu Fakultas Ekonomi Universitas Atma Jaya Yogyakarta . Sedangkan tujuan dilakukannya ANDALALIN adalah untuk:

a. Mengidentifikasi kondisi dan permasalahan lalu lintas jaringan jalan di sekitar lokasi pembangunan sebelum dilakukan pembangunan (kondisi eksisting);

b. Memprediksi bangkitan dan tarikan perjalanan yang akan terjadi pada masa pembangunan dan pasca pembangunan;

c. Memprediksi dampak lalu lintas yang ditimbulkan oleh pembangunan; d. Menyusun rekomendasi penanganan dampak berupa penerapan

manajemen dan rekayasa lalu lintas;

e. Menyusun Dokumen ANDALALIN sebagai alat pengawasan dan evaluasi terhadap pelaksanaan manajemen dan rekayasa lalu lintas sebagai upaya penanganan dampak lalu lintas.

(12)

1.3Ruang Lingkup

Sedangkan ruang lingkup pekerjaan kajian ini adalah: a. Analisis besaran tarikan dan bangkitan perjalanan;

b. Pengumpulan data sekunder berupa ringkasan pembangunan berisi rincian Pembangunan, Data operasional pembangunan Kampus Terpadu Fakultas Ekonomi Universitas Atma Jaya Yogyakarta khususnya terkait dengan transportasi;

c. Pengumpulan data primer terkait kondisi lalu lintas jaringan jalan (ruas jalan dan persimpangan), tata guna lahan di sekitar lokasi pembangunan, kinerja dan permasalahan lalu lintas eksisting, serta tingkat bangkitan dan tarikan perjalanan di lokasi pembanding;

d. Analisis kondisi eksisting daerah studi yang meliputi: lokasi rencana pembangunan, kondisi jaringan jalan dan kondisi serta permasalahan lalu lintas di sekitar lokasi pembangunan;

e. Analisis kondisi lalu lintas pada masa tanpa pembangunan, selama masa pembangunan, dan setelah pembangunan yang dimulai dengan analisis bangkitan lalu lintas, sebaran lalu lintas, pemilihan moda dan pembebanan lalu lintas serta pendekatan mikro manajemen dan rekayasa lalu lintas termasuk kebutuhan parkir, fasilitas pejalan kaki dan fasilitas angkutan umum; dan

f. Upaya penanganan dampak lalu lintas, yang terdiri dari serangkaian manajemen dan rekayasa lalu lintas pada akses keluar masuk, ruas jalan dan persimpangan, penyediaan fasilitas parkir, fasilitas pejalan kaki dan fasilitas angkutan umum.

1.4Output Kajian

Keluaran dari kajian Analisis Dampak Lalu Lintas sebagaimana diatur dalam Pasal 99 ayat 2 UU 22 Tahun 2009 dan Pasal 51 ayat 2 PP 32 Tahun 2011,

(13)

serta Pasal 9 Peraturan Menteri Perhubungan No. 75 Tahun 2015 adalah berupa Dokumen Analisis dampak Lalu Lintas yang terdiri dari:

a. Perencanaan dan Metodologi Andalalin

b. Analisis Kondisi Lalu Lintas dan Angkutan Jalan Saat ini c. Analisis Bangkitan/Tarikan Lalu Lintas dan Angkutan Jalan d. Analisis Distribusi Perjalanan

e. Analisis Pemilihan Moda f. Simulasi Kinerja Lalu Lintas

g. Rekomendasi dan Rencana Implementasi Penanganan Dampak h. Rencana Pemantauan dan Evaluasi

i. Gambaran Umum Lokasi Yang Akan dibangun/dikembangkan

1.5Aspek Legalitas

Yang menjadi acuan/ landasan hukum dalam penyusunan Kajian Analisis Dampak Lalu Lintas pembangunan Kampus Terpadu Fakultas Ekonomi Universitas Atma Jaya Yogyakartaadalah :

a. Undang Undang No. 32 Tahun 2004 tentang Otonomi Daerah b. Undang Undang No. 38 Tahun 2004 tentang Jalan

c. Undang Undang No. 22 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas Angkutan Jalan d. Peraturan Pemerintah No. 34 Tahun 2006 tentang Jalan

e. Peraturan Pemerintah 32 Tahun 2011 tentang Manajemen dan Rekayasa, Analisis Dampak serta Manajemen Kebutuhan Lalu Lintas

f. Keputusan Menteri Perhubungan No. 14 Tahun 2006 tentang Manajemen dan Rekayasa Lalu Lintas di Jalan

g. Keputusan Menteri Pekerjaan Umum No. 290/KPTS/M/2015 tentang Penetapan Ruas-Ruas Jalan Menurut Statusnya Sebagai Jalan Nasional h. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No. 19/PRT/M/2011 Tentang

Persyaratan Teknis Jalan dan Kriteria Perencanaan Teknis Jalan

(14)

i. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No. 20/PRT/M/2010 Tentang Pedoman Pemanfaatan dan Penggunaan Bagian-Bagian Jalan

j. Peraturan Menteri Perhubungan No. 13 Tahun 2014 tentang Rambu Lalu Lintas

k. Peraturan Menteri Perhubungan No. 34 Tahun 2014 tentang Marka Jalan l. Peraturan Menteri Perhubungan No. 75 Tahun 2015 tentang

Penyelenggaraan Analisis Dampak Lalu Lintas

m. Peraturan Menteri Perhubungan No. 14 Tahun 2014 tentang Alat Pemberi Isyarat Lalu Lintas (APILL)

n. Peraturan Menteri Perhubungan No. 111 Tahun 2015 tentang Tata Cara Penetapan Batas Kecepatan

o. Peraturan Daerah Kabupaten Sleman Nomor 12 Tahun 2012 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Sleman Tahun 2011 2031

(15)

BAB

2

METODOLOGI

ANDALALIN

2.1Bagan Alir

Gambar 2.1 Bagan Alir Kajian ANDALALIN

(16)

Penjelasan:

a. Tahap Persiapan

Kajian Analisis Dampak Lalu Lintas diawali dengan menelaah rencana pembangunan yang diperkirakan akan memberikan dampak terhadap lalu lintas.

Tahapan dimulai dari mengetahui lokasi pembangunan (plotting dalam peta) dan status jalan tempat dimana pembangunan tersebut akan dilaksanakan. Status jalan akan menentukan pihak mana yang akan memberikan rekomendasi ANDALALIN:

• Untuk Jalan Nasional diberikan oleh Kementrian Perhubungan

• Untuk Jalan Provinsi diberikan oleh Dinas Perhubungan Provinsi

• Untuk Jalan Kota diberikan oleh Dinas Perhubungan Kota

• Untuk Jalan Kabupaten diberikan oleh Dinas Perhubungan Kabupaten Setelah status jalan diketahui maka tahap berikutnya adalah menelaah rencana pembangunan yang terdiri dari:

• Luasan pembangunan

• Rincian pembangunan b. Tahap Pengumpulan Data

1) Data Sekunder

Data sekunder adalah data yang diperoleh dari perusahaan pengembang/pelaksana pembangunan dan dari instansi terkait. 2) Data Primer

Data primer adalah data yang diperoleh dari hasil Survey lapangan berupa pengamatan dan perhitungan

c. Tahap Analisis Data

Setelah tahap pengumpulan data maka tahap berikutnya adalah melakukan analisis data tersebut yang terdiri dari:

1) Analisis Kinerja Jaringan Jalan Kondisi Tanpa Pembangunan 2) Analisis Pemodelan Jaringan Jalan

(17)

3) Analisis Kinerja Jaringan Jalan Kondisi Dengan Pembangunan:

• Tanpa Penanganan Dampak (Do Nothing)

• Dengan Penanganan Dampak (Do Something) 4) Analisis Dampak Lalu Lintas

d. Tahap Penyusunan Penanganan Dampak

Setelah analisis dampak lalu lintas selesai, maka tahap selanjutnya adalah menyusun usulan penangan dampak untuk meningkatkan kinerja lalu lintas jaringan jalan yang menjadi menurun dengan adanya pergerakan keluar masuk di lokasi pembangunan setelah selesai dibangun dan beroperasi.

2.2 Kebutuhan Data

2.2.1 Data Sekunder

Kebutuhan data sekunder pada Analisis Dampak Lalu Lintas Pembangunan Kampus Terpadu Fakultas Ekonomi Universitas Atma Jaya Yogyakarta adalah sebagai berikut:

a. Data Sekunder Dari Pihak Pengembang

Siteplan/Lay Out Pembangunan

• Rencana Akses keluar masuk

• Tahapan Pembangunan

• Perizinan yang telah dimiliki

• Data Operasional Kampus Terpadu Fakultas Ekonomi Universitas Atma Jaya Yogyakarta:

 Struktur organisasi Kampus Terpadu Fakultas Ekonomi Universitas Atma Jaya Yogyakarta :

 Dekan

 Wakil Dekan 1

 Wakil Dekan 2

 Wakil Dekan 3

(18)

 Kaprodi Manajemen

 Sekprodi Manajemen

 Kaprodi Akuntansi

 Sekprodi Akuntansi

 Kaprodi Ilmu Ekonomi

 Sekprodi Ilmu Ekonomi

 Jam kerja pegawai (staff)/pengaturan shift

 Rencana Penyediaan lahan parkir kendaraan pegawai (staff) dan dosen

 Rencana penyediaan lahan parkir kendaraan mahasiswa

 Perkiraan jumlah kendaraan keluar masuk

b. Data Sekunder Dari Instansi Terkait

• Peta Administrasi

• Data terkait lalu lintas dan transportasi

• Data jaringan jalan

• Rencana pembangunan

• Tata guna lahan

• Data Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW)

2.2.2 Data Primer

• Data Inventarisasi dan visualisasi Ruas Jalan dan Simpang (Survey Inventarisasi)

• Data dan visualisasi permasalahan lalu lintas

• Visualisasi lokasi pembangunan

• Data Volume Lalu Lintas (Survey Pencacahan Lalu Lintas Terklasifikasi)

• Data Kecepatan Lalu Lintas (Survey Kecepatan)

• Data Tarikan dan Bangkitan Perjalanan di Lokasi Pembanding (Survey Tarikan dan Bangkitan Perjalanan)

(19)

2.3 Analisis Data

a. Analisis Kinerja Ruas Jalan Kondisi Tanpa Pembangunan

Dari hasil inventarisasi diketahui dimensi ruas jalan, jumlah lajur, pengaturan arah dan medianisasi yang nantinya akan digunakan dalam perhitungan kapasitas jalan.

Hasil perhitungan kapasitas jalan tersebut digunakan untuk mengetahui kinerja ruas jalan yaitu V/C Ratio dengan membandingkan volume lalu lintas dengan kapasitas.

Gambar 2.2 Analisis Kapasitas Jalan dan V/C Ratio

Selain V/C Ratio, dalam menghitung kinerja ruas jalan juga mempertimbangkan kecepatan lalu lintas yang diperoleh dari survey kecepatan di ruas-ruas jalan yang diprediksi akan terkena dampak.

Gambar 2.3 Analisis Kecepatan Lalu Lintas

•Ruas Jalan

•Simpang

Inventariasi

•Kapasitas Dasar

•Kapasitas

Perhitungan

Kapasitas Volume Lalu

Lintas

•Kapasitas

Perhitungan V/C Ratio

(20)

Selain analisis Kinerja Ruas Jalan, dalam ANDALALIN juga dilakukan analisis Kinerja Jaringan Jalan dengan menggunakan Software Transportasi. Adapun keluara (Output) dari Software Transportasi tersebut dapat dilihat pada gambar berikut di bawah ini.

Gambar 2.4 Kinerja Jaringan Jalan

Kinerja jaringan jalan memiliki satuan ukuran masing-masing seperti yang terlihat dalam tabel berikut di bawah ini.

Tabel 2.1 Parameter Kinerja Jaringan

No Parameter Kinerja Jaringan

1 Total waktu perjalanan (Kend-Jam)

2 Total panjang perjalanan (Kend-Km) 3 Kecepatan jaringan (Km/Jam)

4 Panjang antrian (Kend)

5 Konsumsi bahan bakar (Liter)

Kinerja Jaringan

Jalan

Kecepatan Jaringan

Panjang Antrian

Konsumsi Bahan Bakar Total Waktu Perjalanan

Total Panjang Perjalanan

(21)

b. Analisis Pemodelan Jaringan Jalan

Dalam melakukan analisis kinerja jaringan jalan tanpa pembangunan dan dengan pembangunan diperlukan pemodelan jaringan jalan yang ditentukan oleh ruas-ruas jalan yang terkena dampak (khususnya ruas jalan yang merupakan akses utama keluar dan /atau masuk ke lokasi pembangunan), persimpangan dan jenis pengendaliannya, pengaturan arah lalu lintas, zona asal tujuan perjalanan dan zona lokasi pembangunan (untuk kondisi Dengan Pembangunan).

c. Analisis Tarikan dan Bangkitan Perjalanan

Sebelum melakukan analisis kinerja jaringan jalan untuk kondisi dengan pembangunan, terlebih dahulu diperlukan analisis tarikan dan bangkitan perjalanan.

Gambar 2.5 Analisis Tarikan dan Bangkitan Perjalanan

Dalam melakukan analisis tarikan dan bangkitan perjalanan di lokasi pembangunan, diperlukan lokasi pembanding dengan mempertimbangkan persamaan jenis kegiatan/guna lahan. Selain itu terdapat beberapa hal yang dipertimbangkan dalam memilih lokasi pembanding:

1) Karakteristik Tata Guna Lahan 2) Karakteristik Lalu Lintas 3) Fungsi dan Status Jalan

(22)

Setelah ditetapkan lokasi pembanding, kemudian dilakukan survey tarikan dan bangkitan perjalanan terklasifikasi selama jam operasional. Setelah diperoleh tarikan dan bangkitan perjalanan per-jam selama jam operasional, kemudian ditentukan jam tersibuk untuk masing-masing arah pergerakan (bangkitan dan tarikan).

Langkah berikutnya adalah menghitung rata-rata jumlah perjalanan yang dibangkitkan dan ditarik per-satuan ukuran per-jam tersibuk (trip rate) dengan satuan SMP/jam. Satuan ukuran pembanding yang umumnya digunakan adalah sebagai berikut:

1) Jumlah kamar untuk hotel, apartemen dan rumah sakit 2) Jumlah tempat tidur untuk rumah sakit

3) Jumlah kelas untuk sekolah dan universitas

4) Jumlah luasan untuk pusat perbelanjaan, perkantoran dan industri 5) Jumlah selang (nozzle) untuk Stasiun Pengisian Bensin Umum (SPBU) Trip Rate yang diperoleh di lokasi pembanding kemudian digunakan untuk memprediksi jumlah bangkitan dan tarikan perjalanan di lokasi pembangunan. Setelah diprediksi jumlah bangkitan dan tarikan perjalanan (Trip Generation) di lokasi pembangunan, langkah berikutnya adalah memperkirakan distribusi perjalanan (Trip Distribution) menggunakan data hasil survey pencacahan terklasifikasi gerakan membelok dan /atau survey plat nomor, terutama untuk letak persimpangan yang berjauhan. Dengan diketahuinya distribusi perjalanan dari dan menuju lokasi pembangunan, langkah berikutnya adalah membuat matriks asal tujuan (OD Matrix).

d. Analisis Kinerja Jaringan Jalan Kondisi Dengan Pembangunan:

Setelah mengetahui prediksi bangkitan dan tarikan perjalanan di lokasi pembangunan dalam bentuk matriks asal tujuan, berikutnya adalah melakukan tahap pembebanan lalu lintas (Traffic Assignment) dengan menggunakan Software Transportasi. Hal yang membedakan pada saat melakukan analisis pembebanan lalu lintas dibanding saat belum ada

(23)

pembangunan adalah adanya penambahan zona bangkitan dan tarikan perjalan baru dalam kodefikasi jaringan jalan.

Dalam melakukan analisis pembebanan lalu lintas dibedakan menjadi 2 (dua) skenario yaitu:

• Tanpa Penanganan Dampak (Do Nothing)

• Dengan Penanganan Dampak (Do Something)

Dari hasil pemodelan pembebanan lalu lintas tersebut dapat diketahui kinerja jaringan jalan yang kemudian akan dibandingkan dengan skenario Tanpa Pembangunan sebagaimana terlihat pada gambar berikut di bawah ini.

Gambar 2.6 Perbandingan Kinerja Jaringan Jalan

e. Analisis Dampak lalu Lintas

Dari hasil perbandingan kinerja jaringan jalan antara kondisi Tanpa Pembangunan dengan kondisi Dengan Pembangunan Tanpa Penanganan Dampak (Do Nothing) umumnya akan terjadi penurunan, sehingga perlu dilakukan berbagai upaya penangan dampak yang kemudian akan dinilai kembali kinerja jaringan jalan nya (Do Something).

2.4 Penyusunan Penanganan Dampak

Penanganan dampak lalu lintas umumnya terdiri dari: 1) Pengaturan sirkulasi arus lalu lintas eksternal

Kinerja Jaringan Jalan

Tanpa Pembangunan

Dengan Pembangunan (Do Nothing)

Dengan Pembangunan (Do Something)

(24)

Pengaturan sirkulasi arus lalu lintas eksternal adalah menentukan arah masuk menuju lokasi pembangunan dari beberapa zona bangkitan dan sebaliknya menentukan arah keluar dari lokasi pembangunan menuju beberapa zona tarikan. Pengaturan sirkulasi ditentukan oleh pengaturan arus lalu lintas eksisting, ketersediaan tempat untuk berbalik arah (U-Turn), persimpangan, dan lain-lain.

2) Pengaturan sirkulasi arus lalu lintas internal

Pengaturan sirkulasi arus lalu lintas internal adalah menentukan pola pergerakan kendaraan yang masuk dan keluar lokasi pembangunan termasuk menentukan pergerakan keluar masuk basement, pergerakan ke tempat penurunan penumpang (Drop Off Area) bila tersedia, pergerakan di fasilitas parkir, pemisahan pergerakan kendaraan roda 2 (dua) dengan roda 4 (empat) bila diperlukan, penentuan pergerakan kendaraan barang bila diperlukan, dan lain-lain.

3) Manajemen dan rekayasa pintu akses keluar masuk

Pada siteplan/lay out, umumnya pintu akses keluar masuk belum dibuat radius tikungan, jalur perlambatan (untuk menuju akses masuk) dan jalur percepatan (untuk menuju jalan utama dari akses keluar), penempatan Secure Parking Gate, dan lain-lain, yang dapat mengakibatkan terjadinya antrian terutama pada saat masuk ke lokasi pembangunan sehingga dapat mengganggu pergerakan lalu lintas kendaraan yang tidak bertujuan ke lokasi pembangunan/pergerakan menerus (through traffic). Oleh karena itu perlu dilakukan manajemen dan rekayasa lalu lintas pada area pintu akses keluar masuk sesuai dengan kebutuhan dan permasalahan yang akan terjadi. 4) Manajemen dan rekayasa ruas jalan dan persimpangan (bila diperlukan)

Pada kasus ANDALALIN tertentu terutama bila pembangunan terletak di lokasi yang ruas jalan dengan lebar yang kurang memadai atau berdekatan dengan persimpangan atau berada di lokasi dengan kepadatan lalu lintas yang

(25)

cukup tinggi sehingga diperlukan manajemen dan rekayasa di ruas jalan dan persimpangan.

5) Manajemen dan rekayasa kebutuhan ruang parkir

Fasilitas ruang parkir merupakan fasilitas yang sangat penting dalam suatu pusat kegiatan, terutama bila intensitas keluar masuk tinggi dengan durasi waktu parkir yang relatif lama, dimana diperlukan sejumlah besar ruang parkir. Bila fasilitas parkir tidak sesuai dengan tingkat kedatangan kendaraan, maka dapat dipastikan akan terjadi antrian di pintu masuk yang akan mengganggu arus lalu lintas terusan (Through Traffic). Oleh karena itu perlu sekali dilakukan analisis kebutuhan ruang parkir untuk kendaraan roda 2 (dua) dan roda (empat) serta kendaraan barang apabila diperlukan. Analisis kebutuhan parkir tersebut didasari dengan data hasil survey karakteristik parkir di lokasi pembanding yang terdiri dari data akumulasi parkir, durasi parkir dan terutama tingkat pergantian penggunaan ruang parkir (Turn Over). Dalam kajian ANDALALIN, analisis kebutuhan ruang parkir digunakan Pendekatan Berdasarkan Pedoman Teknis Penyelenggaraan Fasilitas Parkir (SK Dirjen Nomor 272/HK.105/DRJD/96). Setelah dihitung kebutuhan parkir, maka langkah berikutnya adalah membandingkan antara kebutuhan parkir dengan ketersediaan lahan parkir sesuai site plan/lay out. Bila jumlah ketersediaan lahan parkir lebih kecil dari kebutuhan parkir, maka dilakukan re-desain ruang parkir untuk mencukupi kebutuhan parkir atau mengusulkan penambahan lahan/pembuatan gedung parkir/basement parkir.

6) Pemarkaan dan Perambuan di dalam dan di luar lokasi pembangunan

Untuk mengatur pergerakan lalu lintas diperlukan pemasangan rambu dan marka yang sesuai dengan kebutuhan dan kondisi serta permasalahan yang akan terjadi baik di luar maupun di dalam wilayah lokasi pembangunan. Rambu yang diusulkan umumnya terdiri dari:

• Rambu Peringatan

• Rambu Larangan

(26)

• Rambu Perintah

• Rambu Petunjuk

Marka yang diusulkan umumnya terdiri dari:

• Marka Pengarah

• Marka Petunjuk

• Marka Ruang Parkir

• Marka Lajur/Jalur

• Marka Larangan, dan lain-lain

7) Penyediaan fasilitas pejalan kaki (menyeberang dan menyusuri)

Tidak semua orang yang menuju ke dan pergi dari suatu pusat kegiatan adalah menggunakan kendaraan pribadi, sebagian dari mereka datang dan pergi dengan berjalan kaki dan /atau menggunakan kendaraan angkutan umum. Oleh karena itu, perlu disediakan fasilitas pejalan kaki untuk kegiatan menyusuri jalan berupa trotoar dan fasilitas pejalan kaki untuk menyeberang jalan berupa zebra cross dan Jembatan Penyeberangan Orang (JPO).

8) Penyediaan fasilitas keselamatan lalu lintas

Untuk terjaminnya keselamatan lalu lintas di sekitar akses keluar masuk serta ruas jalan dan simpang di sekitar lokasi pembangunan, perlu diusulkan fasilitas keselamatan lalu lintas yang umumnya terdiri dari:

• Pita penggaduh (Rumble Strip) yang berfungsi untuk mengurangi laju kendaraan yang akan melintasi lokasi pembangunan

• Lampu Peringatan (Warning Light) yang berfungsi untuk memberi peringatan kepada pengemudi kendaraan yang akan melintasi lokasi pembangunan

• Rambu Peringatan yang berfungsi untuk memberi peringatan kepada pengemudi kendaraan yang akan melintasi lokasi pembangunan.

(27)

BAB

3

KONDISI AREA STUDI

3.1 Rencana Pengembangan

3.1.1 Lokasi Studi

Kabupaten Sleman berada di Provinsi D.I. Yogyakarta. Secara geografis Kabupaten Sleman terletak di antara 110º 33' 00" dan 110° 13' 00" Bujur Timur, 7° 34' 51" dan 7° 47' 30" Lintang Selatan. Kabupaten Sleman keadaan tanahnya dibagian selatan relatif datar kecuali daerah perbukitan dibagian tenggara Kecamatan Prambanan dan sebagian di Kecamatan Gamping. Kemiringan lahan digolongkan menjadi 4 (empat) kelas yaitu lereng 0-2%; > 2-15%; > 15-40%; dan > 40%. Dimana batas-batas wilayah kabupaten Sleman secara administratif sebagai berikut:

• Sebelah Utara : Kabupaten Boyolali (Jawa Tengah)

• Sebelah Timur : Kabupaten Klaten (Jawa Tengah)

• Sebelah Selatan : Kota Yogyakarta, Kabupaten Bantul

• Sebelah Barat : Kabupaten Kulonprogo (Provinsi DIY), Kabupaten Magelang

(28)

Gambar 3.1 Peta Administrasi Kabupaten Sleman

3.1.2 Wilayah Administrasi dan Pemerintahan

Luas wilayah Kabupaten Sleman adalah 57.482 Ha atau 574,82 Km2 atau sekitar

18% dari luas Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta 3.185,80 Km2, dengan jarak

terjauh Utara – Selatan 32 Km, Timur – Barat 35 Km. Wilayah administrasi terdiri dari 17 wilayah Kecamatan, 86 Desa dan 1.212 Dusun. Kecamatan dengan wilayah terluas adalah Kecamatan Cangkringan yaitu seluas 4.799 Ha. Sedangkan kecamatan dengan luas wilayah terkecil adalah Kecamatan Berbah dengan luas 2.299 Ha. Tanah Hampir setengah dari luas wilayah merupakan tanah pertanian yang subur dengan didukung irigasi teknis dibagian barat dan selatan. Keadaan

(29)

jenis tanahnya dibedakan atas sawah, tegal, pekarangan, hutan, dan lain-lain.

Perkembangan penggunaan tanah selama 5 tahun terakhir menunjukkan jenis

tanah Sawah turun rata-rata per tahun sebesar 0,96 %, Tegalan naik 0,82 %,

Pekarangan naik 0,31 %, dan lain-lain turun 1,57 %. Rincian luas wilayah

kecamatan selengkapnya ditunjukkan sebagaimana tabel berikut.

Tabel 3.1 Luas Wilayah Di Kabupaten Sleman

No Kecamatan Desa Dusun Luas (Ha) Penduduk

Sumber : Pemerintahan Kabupaten Sleman

3.1.3 Sistem Transportasi di Kabupaten Sleman

Sesuai SK Bupati Kabupaten Sleman No.42/Kep.KDH/1996 tanggal 16

Februari 1996, kebutuhan mobilitas masyarakat antar wilayah dalam Kabupaten

Sleman telah difasilitasi oleh 16 (enam belas) trayek, dimana dalam

operasionalisasinya trayek-trayek tersebut dijalankan oleh sebanyak 335 armada

angkutan perdesaan di bawah 1 (satu) pengelolaan Koperasi PEMUDA. Kondisi

wilayah Sleman yang terbagi atas beberapa bagian, yaitu wilayah aglomerasi,

sub-urban, wilayah penyangga (buffer zone), dan beberapa kawasan rural

menyebabkan jumlah demand terhadap angkutan perdesaan juga berbeda-beda.

(30)

Kenyataan bahwa jumlah demand pada wilayah aglomerasi dan sub-urban yang

cenderung lebih tinggi dibandingkan dengan demand pada wilayah penyangga

dan rural menyebabkan sebagian sopir angkutan tidak menjalankan keseluruhan

trayek yang telah ditetapkan. Sebagian dari mereka hanya memilih menjalankan

trayek pada wilayah-wilayah aglomerasi dan sub-urban bahkan sampai masuk

dalam wilayah administratif lain.

Pembangunan bidang pendidikan di Kabupaten Sleman dilaksanakan dengan kebijakan antara lain: Program Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD), program wajib belajar pendidikan dasar sembilan tahun, program pendidikan menengah, program peningkatan kualitas pendidikan non formal, program peningkatan mutu pendidikan dan tenaga kependidikan, program manajemen pelayanan pendidikan, program pengembangan kreatifitas siswa dan guru. Jalan Bima berperan penting dalam mendukung pembangunan Kampus Terpadu Fakultas Ekonomi Universitas Atma Jaya Yogyakarta di Kabupaten Sleman serta mempunyai kontribusi terbesar dalam melayani pendidikan dan mobilitas sosial. Akses Jalan ke Kampus Terpadu Fakultas Ekonomi Universitas Atma Jaya Yogyakarta di Kabupaten Sleman antara lain :

a. Jalan Kaliurang arah utara belok kanan ke Jalan Bima b. Jalan Kaliurang arah selatan belok kiri ke Jalan Bima c. Jalan Plosokuning

d. Jalan Kaliuarang arah timur belok kanan ke Jalan Bima

Panjang jalan di Provinsi Yogyakarta adalah 4.598,1 km dengan rincian sebagai berikut:

1. Jalan Nasional

Total panjang jalan nasional adalah 168,8 km. 168,8 km (kondisi mantap), 112,4 km (kondisi baik), 56,4 km (kondisi sedang, 0 km (tidak mantap), 0 km (kondisi rusak ringan dan 0 km (rusak berat)

2. Jalan Provinsi

(31)

Total panjang jalan provinsi adalah 690,3 km. 621,6 km (kondisi mantap), 30,3 km (baik), 591,3 km (sedang), 68,6 km (tidak mantap), 66,7 km (rusak ringan) dan 1,9 km (rusak berat)

3. Jalan Kabupaten

Total panjang jalan kabupaten adalah 3.739 km. 2.816 km (kondisi mantap), 1.404 km (baik), 1.411 km (sedang), 923 km (tidak mantap), 661,6 km (rusak ringan) dan 261,7 km (rusak berat).

3.2 Lokai Studi

Pembangunan Kampus Terpadu Fakultas Ekonomi Universitas Atma Jaya Yogyakarta merupakan institusi pendidikan tinggi dan mempelajari bagaimana masyarakat mengalokasikan berbagai sumber daya (alam, manusia, modal, energi, lingkungan dan teknologi) yang jumlahnya terbatas. Tujuan program studi ini adalah untuk menghasilkan sarjana ekonomi pembangunan yang mampu bersaing di pasar internasional, serta berkemampuan untuk menganalisis dan memecahkan permasalahan ekonomi makro dan tingkat sektoral.

Dalam operasinya, aktivitas pembangunan Kampus Terpadu Fakultas Ekonomi Universitas Atma Jaya Yogyakarta sedikit akan berpengaruh pada sistem lalu lintas di daerah sekitarnya terutama di ruas jalan Bima dan sekitar jalan Kaliurang sebagai penghubung Kabupaten Sleman, untuk itu sangat penting dilakukan kajian sejauh mana dampak yang ditimbulkan tarikan dan bangkitan yang berupa kendaraan pribadi maupun kendaraan barang.

3.2.1 Rencana Pembangunan

Pembangunan Kampus Terpadu Fakultas Ekonomi Universitas Atma Jaya Yogyakarta secara administratif berlokasi di ruas jalan Bima, Desa Sinduharjo, Kecamatan Ngaglik, Kabupaten Sleman dengan nomor ruas jalan: 079.11.K (Keputusan Menteri Pekerjaan Umum No.631/KPTS/M/2009). Dimana sesuai dengan Peraturan Daerah Kabupaten Sleman Nomor 2 Tahun 2013 tentang

(32)

Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Sleman Tahun 2011-2031, bahwa lokasi pembangunan Kampus Terpadu Fakultas Ekonomi Universitas Atma Jaya Yogyakarta tersebut berada di Kecamatan Ngaglik yang diarahkan sebagai kawasan pendidikan. Selanjutnya dapat dilihat pada Gambar 3.1 mengenai dimana lokasi pembangunan Kampus Terpadu Fakultas Ekonomi Universitas Atma Jaya Yogyakarta serta intensitas tata guna lahan di sekitar lokasi tersebut.

Gambar 3.2 Lokasi Pembangunan Kampus Terpadu Fakultas Ekonomi UAJY

3.2.2 Intensitas Tata Guna Lahan

Seperti telah disebutkan sebelumnya bahwa pembangunan Kampus Terpadu Fakultas Ekonomi Universitas Atma Jaya Yogyakarta berada di ruas jalan Bima yang merupakan salah satu ruas jalan Kaliurang di kabupaten Sleman. Tata

(33)

guna lahan di sekitar pembangunan Kampus terpadu Fakultas Ekonomi Universitas Atma Jaya Yogyakarta saat ini berupa kawasan pemukiman warga, kawasan komersil/ pertokoan, rumah makan, hotel/ tempat penginapan, pasar, kawasan sekolah (SMK dan MIN tempel) dan fasilitas umum lainnya. Karena akses keluar masuk Kampus Terpadu Fakultas Ekonomi Universitas Atma Jaya Yogyakarta bersinggungan langsung dengan ruas jalan Bima maka perlu dilakukan manajemen dan rekayasa lalu lintas pada area tersebut untuk meminimalisir terjadinya konflik antara arus terusan pada ruas jalan Bima dengan kendaraan yang akan keluar-masuk Kampus Terpadu Fakultas Ekonomi Universitas Atma Jaya Yogyakarta.

3.3 Permasalahan Lalulintas

Pertumbuhan penduduk di Kecamatan Ngaglik sekitar Kampus Terpadu Fakultas Ekonomi Universitas Atma Jaya Yogyakarta memiliki tingkat pertumbuhan penduduk cukup tinggi. Keadaan ini menyebabkan tata guna lahan seperti lahan pertanian semakin lama semakin menurun tiap tahunnya. Posisi wilayah kecamatan Ngaglik yang strategis dan memiliki aksebilitas yang baik menjadi pilihan bagi parah pengembang perumahan di sekitar Kampus Terpadu Fakultas Ekonomi Universitas Atma Jaya Yogyakar kondisi ini menimbulkan permasalahan lalu lintas karena tingginya tingkat pergerakan kendaraan dari dan menuju pada ruas jalan Bima serta bervariasinya komposisi kendaraan yang melintas dari kendaraan berdimensi kecil sampai kendaraan berdimensi besar. Kompleksitas permasalahan lalu lintas eksisting di sekitar wilayah studi berpengaruh langsung terhadap kinerja lalu lintas. Permasalahan di sekitar Kampus Terpadu Fakultas Ekonomi Universitas Atma Jaya Yogyakarta dapat dilihat dari segi prasarana jalan, lingkungan dan karakteristik pengguna jalan.

Dari sisi prasarana dapat dilihat dari kurangnya infrastruktur dan fasilitas pendukung yang kurang memadai sehingga meyebabkan tidak optimalnya pelayanan terhadap arus lalu lintas, permasalahan lalu lintas menyebabkan adanya antrian dan tundaan. Berikut ini permasalahan lalu lintas yang ada di

(34)

sekitar Kampus Terpadu Fakultas Ekonomi Universitas Atma Jaya Yogyakarta antara lain:

1. Masih Kurangnya Fasilitas Marka Dan Rambu

Penempatan dan pemasangan rambu pada ruas jalan Bima atau di sekitar Kampus Terpadu Fakultas Ekonomi Universitas Atma Jaya Yogyakarta belum sesuai dengan kebutuhan, marka jalan yang ada pada kondisi eksisting belum ada sehingga kurang memberikan informasi pengguna jalan. Hal ini menyebabkan perilaku pengguna jalan tidak teratur karena tidak adanya aturan dan panduan dalam berlalu lintas sehingga pada ruas jalan Bima

Gambar 3.3 Fasilitas Perambuan dan Pemarkaan

2. Hambatan Samping

Permasalahan lalu lintas yang muncul yaitu tata guna lahan di sekitar Kampus Terpadu Fakultas Ekonomi Universitas Atma Jaya Yogyakarta memiliki intensitas yang cukup tinggi berupa kawasan pertokoan/kios dan kawasan perumahan warga sehingga ruas jalan Bima tidak begitu padat kendaraan yang menimbulkan antrian atau tundaan. Hambatan samping pada ruas jalan Bima tidak tinggi.

(35)

Gambar 3.4 Hambatan Samping Di Sekitar Lokasi

3. Perilaku Pengguna Jalan

Perilaku pengguna jalan yang tidak mematuhi tata terib berlalu lintas yang dapat membahayakan dirinya sendiri maupun orang lain dan dapat menyebabkan kecelakaan lalu lintas.

Gambar 3.5 Pengguna Jalan Yang Tidak Menggunakan Helm

(36)

BAB

4

ANALISIS KONDISI LALU

LINTAS JALAN

EKSISTING

4.1. Karakteristik Dan Fasilitas Jalan

4.1.1. Karakteristik Jalan

Berdasarkan hasil survai inventarisasi jalan diketahui bahwa kondisi fisik jalan di sekitar rencana pembangunan Kampus Terpadu Fakultas Ekonomi Universitas Atma Jaya Yogyakarta sebagian besar dalam kondisi cukup baik, dengan jenis perkerasan fleksibel (aspal), dan dengan status jalan lokal.

Sedangkan untuk lebar badan jalan, lebar bahu, lebar trotoar, lebar drainase, lebar median dan penampang melintang ruas jalan dapat dilihat pada lampiran. Pada

Gambar 4-1 akan ditampilkan visualisasi hasil inventarisasi pada beberapa ruas

jalan di sekitar pembangunan Kampus Terpadu Fakultas Ekonomi Universitas Atma Jaya Yogyakarta.

Gambar 4.1. Kondisi Jalan Bima

(37)

Gambar 4.2. Visualisasi Jalan Bima

Geometrik Jalan Bima dengan tipe jalan 2/2 UD dan lebar badan jalan 4.5 meter dan lebar bahu jalan masing-masing 1,75 meter, merupakan salah satu ruas jalan lokal kabupaten dengan hambatan yang sangat rendah dan guna lahan di sepanjang jalan Bima berupa lahan tidur dan pemukiman. Kondisi jalan Bima mempunyai tipe perkerasan fleksibel (aspal) yang memiliki kondisi yang cukup baik dan namun belum di lengkapi dengan fasilitas trotoar dan penerangan jalan umum (PJU). Rambu lalu lintas belum juga belum ada. Ruas jalan ini merupakan akses jalan alternatif Minomartani menuju Jalan Kaliurang KM 10/Pasar Ketandan merupakan jalur mobilisasi pergerakan lokal dan kabupaten.

4.1.2. Fasilitas Perlengkapan Jalan

Berdasarkan hasil survai inventarisasi simpang di sekitar pembangunan Kampus Terpadu Fakultas Ekonomi Universitas Atma Jaya Yogyakarta terdapat simpang yang termasuk area terdampak dan belum dilengkapi oleh traffic light dan

warning light yaitu Simpang Ketandan dan Simpang Nglaban. Adapun Visualisasi Simpangdan data inventarisasi dapat dilihat pada gambar di bawah ini.

(38)

Gambar 4.3 Kondisi Simpang Ketandan

Gambar 4.4 Kondisi Simpang Nglaban

Rambu adalah perlengkapan jalan yang berfungsi untuk memberikan informasi kepada pengguna jalan baik berupa petunjuk, peringatan maupun larangan. Rambu yang efektif harus memenuhi hal-hal sebagai berikut:

1) Memenuhi Kebutuhan.

2) Menarik perhatian dan mendapatkan respek pengguna jalan. 3) Memberi pesan yang sederhana dan mudah dimengerti.

4) Menyediakan waktu cukup kepada pengguna jalan dalam memberikan respon.

(39)

Rambu Lalu lintas pada daerah terdampak pembangunan Kampus sangat terbatas atau bahkan hampir tidak ada sama sekali dimana hampir setiap ruas jalan belum dilengkapi rambu lalu lintas, hanya ada satu rambu stop di perempatan Nglaban. Untuk visualisasi rambu lalu lintas dapat dilihat pada gambar di bawah ini.

Gambar 4.5 Kondisi Ruas Jalan Terdampak

4.2. Volume Lalu Lintas

Dari hasil anlaisa survai volume lalu lintas, diketahuai periode sibuk untuk masing-masing titik survai, dimana periode sibuk tersebut nantinya digunakan untuk mencari jam tersibuk untuk masing-masing jalan di wilayah studi. Periode sibuk dan tersibuk tersebut dipakai juga untuk jalan-jalan yang memiliki karakteristik lalu lintas sama dengan jalan-jalan yang memiliki titik survai volume lalu lintas selama 6 jam.

Pada survai pencacah lalu lintas terklasifikasi di ruas jalan Bima, dibagi menjadi dua arah yaitu menuju Pasar Ketandan dan Minomartani. Pada ruas Jalan Bima dilaksanakan survai selama 12 jam. Dengan volume lalu lintas tertinggi total dua arah pada ruas jalan Bima, terjadi pada jam tersibuk 06.45 – 07.45 dengan jumlah volume lalu lintas total kedua arah sebesar 493 smp/jam, hal ini disebabkan karena waktu tersebut merupakan jamnya kegiatan berangkat kerja dan pendidikan.

(40)

Komposisi penggunaan moda pada Jalan Bima dapat dilihat pada tabel berikut: Tabel 4.1 Komposisi Kendaraan Jalan Bima Pada Jam Puncak

Gambar 4.6 Komposisi Kendaraan Jalan Bima

Dapat dilihat dari diagram pie chart komposisi kendaraan diatas bahwa kendaraan yang melintas di Jalan Bima arah menuju Minomartani didominasi oleh sepeda motor sebesar 83.27 %, selanjutnya mobil pribadi sebesar 13.38%, dan 3.35% kendaraan Tidak Bermotor.

Sedangkan untuk grafik pie chart komposisi kendaraan arah menuju Pasar Gentan di jalan bima didominasi pula oleh sepeda motor sebesar 83.74%, untuk mobil

pribadi sebesar 14.61 %, Kendaraan Berat sebesar 1.23 %.

Kend /Jam Prosentase Kend /Jam Prosentase

1 Kend. Ringan (LV) 72.0 13.38% 71.0 14.61% 2 Kend. Barat (HV) 0.0 0.00% 6.0 1.23% 3 Sepeda Motor (MC) 448.0 83.27% 407.0 83.74% 4 Kend Tidak Motor (UM) 18.0 3.35% 2.0 0.41%

538.0 100.00% 486.0 100.00%

Arah Minomartani Arah Pasar Gentan No Jenis Kendaraan

Total

(41)

Gambar 4.7 Fluktuasi Volume Lalu Lintas Jl. Bima

4.2.1 Kapasitas Dan Kinerja Jalan Bima

a. Kapasitas Jalan

Dari hasil survai inventarisasi jalan diketahui bahwa kondisi fisik jalan di depan lokasi dalam kondisi cukup baik, dengan permukaan jalan sudah diaspal. Setelah diperoleh gambaran mengenai jaringan jalan dari hasil survai inventarisasi jalan didapatkan kapasitas per lajur tiap ruas jalan. Data yang dibutuhkan untuk menghitung kapasitas jalan adalah tipe jalan, lebar efektif, tata guna lahan, hambatan samping, persentase arus lalu lintas per arah, dan jumlah penduduk. Diketahui dari survai inventarisasi Jalan Bima memiliki tipe jalan 2/2 UD, dengan lebar efektif 4.50 m, tata guna lahan daerah pemukiman dan lahan kosong, dengan hambatan samping sangat rendah. Dengan melihat tabel faktor koreksi pada MKJI 1997 didapatkan volume dan kapasitas jalan pada jam puncak sebagai berikut.

(42)

Gambar 4.8 Volume Ruas Jalan Bima Pada Jam Puncak

Aksesibilitas ruas jalan merupakan suatu gambaran tingkat kemudahan perjalanan dari suatu tempat asal ke lokasi tujuan. Kemudahan perjalanan menunjukkan kinerja lalu lintas pada ruas jalan tersebut, yang di dalam kajian ini menggunakan parameter V/C ratio. Dari perhitungan kapasitas dan volume lalu lintas hasil survai lapangan, nilai V/C Ratio Eksisting pada ruas Jl. Bima adalah sebagai berikut.

Tabel 4.2 Ratio Eksisting Ruas Jalan Bima

Dari Tabel 4-3, diketahui bahwa untuk kinerja ruas jalan Bima di depan lokasi pembangunan masih sangat baik dengan V/C Ratio jam sibuk kerja sebesar 0,307 atau dikategorikan berada pada tingkat pelayanan (Level of Service/LoS ) ”A”.

VOLUME RUAS PER JAM

Minomartani MC LV HV UM Total, p c u

PCU Factor MC LV HV UM

No Keterangan Jam Kapasitas (smp/jam)

Volume

(smp/jam) V/C Ratio LOS

1 Jam puncak lalulintas pagi 06.45-07.45 1608 493 0.307 A

2 Jam puncak lalulintas sore 15.30-16.30 1608 456 0.284 A

3 Jam puncak lalulintas 06.45-07.45 1608 493 0.307 A

(43)

4.2.2 Kapasitas Dan Kinerja Simpang Nglaban

Dari hasil survai inventarisasi jalan diketahui bahwa kondisi fisik jalan di simpang Nglaban dalam kondisi cukup baik, dengan permukaan jalan sudah diaspal. Simpang Nglaban terletak di selatan ujung jalan Bima yang merupakan rencana pembangunan Kampus Terpadu Fakultas Ekonomi Universitas Atma Jaya Yogyakarta dan merupakan simpang tak bersignal. Setelah diperoleh gambaran mengenai jaringan jalan dari hasil survai inventarisasi jalan didapatkan kapasitas simpang per lengan tiap ruas jalan pada jam puncak pagi dan sore dan berikut adalah grafik fluktuasi Volume Lalulintas Jam Pucak Pagi.

Gambar 4.9 Fluktuasi Lalu Lintas Jam Puncak Pagi Simpang Nglaban

(44)

Gambar 4.10 Volume Jam Puncak Pagi Eksisting Simpang Nglaban

Berdasarkan Tabel 4.3 siklus puncak pagi simpang nglaban dapat dilihat bahwa nilai DS tertinggi terdapat pada lengan timur yaitu dengan niali DS 0.74. Lengan

VOLUME JAM PUNCAK SIMPANG

Total, p c u MC LV HV UM Arah Stadion Maguwo

28 33 11 0 1 664 124 0 4 456

452 375 533 108 0 0 Nglaban

50 55 22 0 0 59 22 0 0 52

537 108 0 0 377 457

550 710 55 108 6 37 10 0 1 29

Arah Pemkab/Jakal MC LV HV UM Total, p c u

(45)

timur merupakan jalan akses menuju stadion Maguwo. Dan nilai DS untuk lengan lainnya masih tergolong rendah atau dengan kata lain pelayanan simpang masih dalam kategori cukup baik.

Tabel 4.3 Siklus Puncak Pagi Simpang Nglaban

Untuk jam puncak sore terjadi pada pukul 15.15 -16.15 seperti yang terlihat pada gambar 4.9 grafik fluktuasi Volume Lalulintas Jam Pucak Sore, hal ini terjadi karena jam tersebut merupakan jam pulang kerja atau sekolah.

Gambar 4.11 Fluktuasi Lalu Lintas Jam Puncak Sore Simpang Nglaban

Volume Kapasitas (smp/j) (smp/j)

Utara 105 753 0.14 Selatan 95 820 0.12 Timur 267 360 0.74 Barat 265 516 0.51

Lengan DS

(46)

Gambar 4.12 Volume Jam Puncak Sore Eksisting Simpang Nglaban

Berdasarkan Tabel 4.4 siklus puncaksore simpang nglaban dapat dilihat bahwa nilai DS tertinggi terdapat pada lengan timur yaitu dengan niali DS 0.78 dan volume kendaraan 281 smp/jamLengan timur merupakan jalan akses menuju

VOLUME JAM PUNCAK SIMPANG

Total, p c u MC LV HV UM Arah Stadion Maguwo

35 45 12 0 1 703 133 0 4 485

479 385 545 112 0 0 Nglaban

60 67 26 0 0 67 26 0 0 60

545 112 0 0 385 479

578 769 48 112 6 45 12 0 1 35

Arah Pemkab/Jakal MC LV HV UM Total, p c u

(47)

stadion Maguwo. Dan nilai DS untuk lengan lainnya masih tergolong rendah atau dengan kata lain pelayanan simpang masih dalam kategori cukup baik.

Tabel 4.4 Siklus Puncak Sore Simpang Nglaban

4.2.3 Kapasitas Dan Kinerja Simpang Ketandan

Simpang Ketandan terletak di utara ujung jalan Bima yang merupakan rencana pembangunan Kampus Terpadu Fakultas Ekonomi Universitas Atma Jaya Yogyakarta dan merupakan simpang tak bersignal. Dari hasil survai inventarisasi jalan diketahui bahwa kondisi fisik jalan di simpang Ketandan dalam kondisi cukup baik, dengan permukaan jalan sudah diaspal. Setelah diperoleh gambaran mengenai jaringan jalan dari hasil survai inventarisasi jalan didapatkan kapasitas simpang per lengan tiap ruas jalan pada jam puncak pagi dan sore dan berikut adalah grafik fluktuasi Volume Lalulintas Jam Pucak Pagi.

Gambar 4.13 Fluktuasi Lalu Lintas Jam Puncak Pagi Simpang Ketandan

Volume Kapasitas (smp/j) (smp/j)

Utara 121 741 0.16 Selatan 79 817 0.10 Timur 281 360 0.78 Barat 281 516 0.55

Lengan DS

(48)

Gambar 4.14 Volume Jam Puncak Pagi Eksisting Simpang Ketandan

Berdasarkan Tabel 4.5 siklus puncak pagi simpang Ketandan dapat dilihat bahwa nilai DS tertinggi terdapat pada lengan timur yaitu dengan nilai DS 0.36 dan Volume kendaraan 56 smp/jam. Jika diamati nilai DS untuk semua lengan masih

VOLUME JAM PUNCAK SIMPANG

Node No :

-Lokasi : Ketandan Hari/Tgl : Senin 21-Nov-16

Peak Hour : 06.45-07.45

Jl. Bima (Arah ke Pasar Gentan)

(49)

tergolong rendah atau dengan kata lain pelayanan simpang masih dalam kategori cukup baik.

Tabel 4.5 Siklus Puncak Pagi Simpang Ketandan

Untuk jam puncak sore terjadi pada pukul 15.30 -16.30 seperti yang terlihat pada gambar 4.13 grafik fluktuasi Volume Lalulintas Jam Pucak Sore, hal ini terjadi karena jam tersebut merupakan jam pulang kerja atau sekolah.

Gambar 4.15 Fluktuasi Lalu Lintas Jam Puncak Sore Simpang Ketandan

Volume Kapasitas (smp/j) (smp/j)

Utara 203 479 0.42 Selatan 160 534 0.30 Timur 56 149 0.38 Barat 39 236 0.16

Lengan DS

(50)

Gambar 4.16 Volume Jam Puncak Sore Eksisting Simpang Ketandan

Berdasarkan Tabel 4.6 siklus puncaksore simpang nglaban dapat dilihat bahwa nilai DS tertinggi terdapat pada lengan timur yaitu dengan niali DS 0.36 dan volume kendaraan 54 smp/jam dan nilai DS untuk semua lengan masih tergolong

VOLUME JAM PUNCAK SIMPANG

Node No :

-Lokasi : Ketandan Hari/Tgl : Senin 21-Nov-16

Peak Hour : 15.30-16.30

Jl. Bima (Arah ke Pasar Gentan)

(51)

rendah atau dengan kata lain pelayanan simpang masih dalam kategori cukup baik.

Tabel 4.6 Siklus Puncak Sore Simpang Ketandan

Volume Kapasitas (smp/j) (smp/j)

Utara 198 479 0.41 Selatan 128 535 0.24 Timur 54 149 0.36 Barat 43 236 0.18

Lengan DS

(52)

BAB

5

TINGKAT KINERJA RUAS

JALAN

Dalam ananilis lalu lintas ini akan di bahas kondisi lalu lintas jalan Bima sebagai satu-satunya jalan akses menuju ke rencana pembangunan Kampus Terpadu Fakultas Ekonomi Universitas Atma Jaya Yogyakarta dalam beberapa kondisi, diantarannya Kondisi Pembangunan Tanpa Penanganan Dampak, Kondisi Pengoperasian Kampus Tanpa Penanganan Dampak, Kondisi Pengoperasian Kampus Tanpa Penanganan Dampak dan Kondisi Pengoperasian Kampus Dengan Penanganan Dampak. Analisis mengacu pada MKJI 1997.

5.1 Kondisi Pembangunan Tanpa Penanganan Dampak

Dalam rencana pembangunan Kampus Terpadu Fakultas Ekonomi Universitas Atma Jaya Yogyakarta akan di bangun gedung kampus 5 lantai dengan luas bangunan 2500 m² yang akan menampung 4000 mahasiswa akan di bangun selama 1 tahun masa konstruksi dengan jumlah pekerja seperti tabel 5.1 berikut ini.

Tabel 5.1 Jumlah Pekerja

Status Jumlah

Direksi 4

Pekerja 40

Total 44

Dengan waktu kerja selama 8 jam akan menimbulkan bangkitan pada sore hari dan tarikan pada pagi hari. Pekerja menggunakan moda sepeda motor untuk menuju kekampus sedangkan direksi menggunakan mobil. Untuk mobilasi material dilaksanakan pagi dan siang hari dengan jumlah kendaraan 4 truk yang melayani di setiap harinya. Untuk analisa lengkap akan disampaikan pada Tabel 5.2.

(53)

Tabel 5.2 Analisa Tingkat Tarikan dan Bangkitan Kondisi Pembangunan

Berdasarkan Tabel 5.3 dapat diketahui angka Level of Service pada kondisi eksisting dan pada kondisi pembangunan tanpa penanganan dampak masih dalam niali A denga V/C Ratio masing-masing untuk kondisi pagi 0.31 dan 0.32 sedangkan kondisi siang 0.24 dan 0.26. Jika diamati tidak ada kenaikan yang signifikan antara kondisi eksisting dengan kondisi pembangunan hal ini disebabkan karena kondisi jalan yang masih lengang dan bangkitan tarikan pada saat pembangunan yang rendah.

Tabel 5.3 Kinerja Lalu Lintas Pada Kondisi Pembangunan Tanpa Penanganan Dampak

5.2 Kondisi Pembangunan Dengan Penanganan Dampak

Penanganan dampak dilakukan untuk menanggulangi masalah lalu lintas yang terjadi akibat pembangunan. Penanganan dampak berupa pemasangan rambu di ruas jalan Bima sebagai ruas jalan akses utama dan melakukan pelebaran jalan, hal ini dilakukan karena melihat kondisi eksisting yang masing sangat bisa dilakukan pelebaran secara optimum. Kondisi eksisting jalan aspal dengan lebar 4.50 m dapat di optimalkan melalu pelebaran hingga 8.00 m. dengan demikian akan bertambah pula kapasitas

Bangkitan Tarikan Bangkitan Tarikan Bangkitan Tarikan

Direksi 4 1.00 4 4

Pekerja 40 0.5 20 20

Kendaraan Proyek 4 1.30 5.2 5.2 5.2

29.2 5.2 5.2 24

Penanganan 1608 522 0.32 A 421 0.26 A 480 0.30 A Siang

No Kondisi Kapasitas (smp/jam)

Pagi Sore

(54)

jalan yang dialalui. Berikut adalah kinerja lalu lintas pada kondisi pembangunan dengan penangan dampak yang disampaikan pada Tabel 5.4.

Tabel 5.4 Kinerja Lalu Lintas Pada Kondisi Pembangunan Dengan Penanganan Dampak

5.3 Kondisi Pengoperasian Kampus Tanpa Penanganan Dampak

Rencana pembangunan Kampus Terpadu Fakultas Ekonomi Universitas Atma Jaya Yogyakarta merupakn relokasi dari fakultas ekonomi yang sekarang berada di kampus 3 Gedung Bona Ventura dengan data jumlah dosen, staf dan Mahasiswa sebagai berikut.

Tabel 5.5 Data Jumlah dan Mahasiswa

Status Jumlah

Dosen 133

Staff & Karyawan 40

Mahasiswa 4000

Total 4173

Tabel 5.6 Analisa Tingkat Tarikan dan Bangkitan Kondisi Awal Pegoperasian Kampus Volume

Penanganan 1608 522 0.32 A 421 0.26 A 480 0.30 A

3

Pembangunan Dengan

Penanganan 3141 522 0.17 A 421 0.13 A 480 0.15 A Siang

No Keterangan Kapasitas (smp/jam)

Pagi Sore

Bangkitan Tarikan Bangkitan Tarikan Bangkitan Tarikan

Dosen 133 1.00 33.25 33.25 33.25 33.25 33.25

Staff dan Karyawan 40 0.5 20 20

Mahasiswa 4000

Pengguna Mobil 300 8% 1.00 75 75 75 75 75 Pengguna Motor 2000 50% 0.5 250 250 250 250 250 Pejalan Kaki 200 5%

Sharring 1500 38%

378.25 358.25 358.25 378.25 358.25 Pagi (smp/jam) Siang (smp/jam) Sore (smp/jam)

Uraian Jumlah Presentase Rate

(smp/jam)

Total

(55)

Analisa tingkat tarikan dan bangkitan kondisi pengoperasian awal dapat dilihat pada Tabel 5.6 di atas dengan asumsi dari 4000 mahasiswa pengguna mobil 8%, sepeda motor 50%, pejalan kaki 5% dan sharing 38% dengan distribusi berdasarkan jumlah sesi pada perkuliahan di Universitas Atma Jaya Yogyakarta sebanyak empat sesi pada pagi, siang dan sore hari.

Berdasarkan Tabel 5.7 diketahui kinerja lalu lintas pada kondisi pengoperasian kampus tanpa penanganan dampak di peroleh volume pada pagi hari 871 smp/jam dengan Level of Service A dan sore hari 1192 smp/jam dengan Level of Service C.

Tabel 5.7 Kinerja Lalu Lintas Pada Kondisi Pengoperasian Kampus Tanpa Penanganan Dampak

5.3 Kondisi Pengoperasian Kampus Dengan Penanganan Dampak

Penanganan dampak dilakukan untuk menanggulangi masalah lalu lintas yang terjadi akibat pembangunan. Penanganan dampak berupa pemasangan rambu di ruas jalan Bima sebagai ruas jalan akses utama dan melakukan pelebaran jalan, hal ini dilakukan karena melihat kondisi eksisting yang masing sangat bisa dilakukan pelebaran secara optimum. Kondisi eksisting jalan aspal dengan lebar 4.50 m dapat di optimalkan melalu pelebaran hingga 8.00 m. dengan demikian akan bertambah pula kapasitas jalan yang dialalui. Berikut adalah kinerja lalu lintas pada kondisi pembangunan dengan penangan dampak yang disampaikan pada Tabel 5.8.

Volume

1 Eksisting 2018 1608 508 0.32 A 421 0.26 A 480 0.28 A

2

Pengoperasian Tanpa

Penanganan 1608 871 0.54 A 1109 0.69 B 1192 0.74 C Siang

No Kondisi Kapasitas

(smp/jam)

Pagi Sore

(56)

Kondisi sebelum penanganan dan setelah penanganan mengalami peningkatan Level of Service . Pada pagi hari V/C Ratio dari 0.54 pada kondisi tanpa penangan menjadi 0.28 dan pada sore hari V/C Ratio dari 0.74 pada kondisi tanpa penangan menjadi 0.38 serta Level of Service dari C menjadi A.

Tabel 5.8 Kinerja Lalu Lintas Pada Kondisi Pengoperasian Kampus Dengan Penanganan Dampak

5.4 Perbandingan Tingkat Kinerja Lalu Lintas

Dari hasil analisa pada sub bab diatas maka dapt diketahui perbandingan tingkat kinerja lalu lintas Kondisi Pembangunan Tanpa Penanganan Dampak, Kondisi Pengoperasian Kampus Tanpa Penanganan Dampak, Kondisi Pengoperasian Kampus Tanpa Penanganan Dampak dan Kondisi Pengoperasian Kampus Dengan Penanganan Dampak seperti yang disampaikan pada Tabel 5.9.

Tabel 5.9 Perbandingan Tingkat Kinerja Lalu Lintas Volume

1 Eksisting 2018 1608 508 0.32 A 421 0.26 A 480 0.30 A

2

Pengoperasian Tanpa

Penanganan 1608 871 0.54 A 1109 0.69 B 1192 0.74 C

3

Pengoperasian

Dengan Penanganan 3141 871 0.28 A 1109 0.35 A 1192 0.38 A No Kondisi Kapasitas

Penanganan 1608 522 0.32 A 402 0.25 A 480 0.30 A

3

Pembangunan Dengan

Penanganan 3141 522 0.17 A 402 0.13 A 480 0.15 A

4

Pengoperasian Tanpa

Penanganan 1608 871 0.54 A 1109 0.69 B 1192 0.74 C

5

Pengoperasian

Dengan Penanganan 3141 871 0.28 A 1109 0.35 A 1192 0.38 A

(57)

Berdasarkan tabel 5.10 dapat diketahui Kondisi Kinerja Lalu Lintas 10 Tahun Kedepan

Pasca Operasional Kampus dengan nilai i pertumbuhan pertahun adalah 3%.

Tabel 5.10 Kondisi Kinerja Lalu Lintas 10 Tahun Kedepan Pasca Operasional Kampus

Volume

(smp/jam) V/C Ratio LOS

Volume (smp/jam)

V/C Ratio LOS

Volume (smp/jam)

V/C Ratio LOS

2018 3141 871 0.28 A 1109 0.35 A 1192 0.38 A

2019 3141 897 0.29 A 1142 0.36 A 1228 0.39 A

2020 3141 924 0.29 A 1176 0.37 A 1265 0.40 A

2021 3141 952 0.30 A 1211 0.39 A 1303 0.41 A

2022 3141 980 0.31 A 1248 0.40 A 1342 0.43 A

2023 3141 1010 0.32 A 1285 0.41 A 1382 0.44 A

2024 3141 1040 0.33 A 1324 0.42 A 1424 0.45 A

2025 3141 1071 0.34 A 1363 0.43 A 1466 0.47 A

2026 3141 1103 0.35 A 1404 0.45 A 1510 0.48 A

2027 3141 1137 0.36 A 1446 0.46 A 1556 0.50 A

Kondisi Kapasitas (smp/jam)

Pagi Siang Sore

(58)

BAB

6

MANAJEMEN DAN

REKAYASA LALU LINTAS

6.1 Masa Konstruksi

6.1.1 Sirkulasi

1 Sirkulasi Internal

 Desain Pintu Masuk dan Keluar

Pada pengaturan sirkulasi internal di dalam pembangunan kampus terpadu Fakultas Ekonomi Universitas Atma Jaya Yogyakarta terdapat pergerakan kendaraan dosen dan staff, kendaraan mahasiswa dan juga pejalan kaki. Berikut adalah sirkulasi pergerakan internal di dalam kawasan pendidikan.

Gambar 6.1 Sirkulasi Internal di Lokasi Kawasan Pendidikan

(59)

2 Sirkulasi Eksternal

Pembangunan kampus terpadu Fakultas Ekonomi Universitas Atma Jaya Yogyakarta dengan akses pintu masuk yang terdapat di ruas jalan Bima dengan kondisi masa konstruksi tentunya akan berpengaruh terhadap lalu lintas diruas jalan tersebut. Pada akses pintu masuk dengan kondisi masa konstruksi pembangunan kampus terpadu Fakultas Ekonomi Universitas Atma Jaya Yogyakarta tersebut perlu dilakukan penanganan dan pengaturan sirkulasi kendaraan yang keluar masuk lokasi pembangunan.

a. Kendaraan Masuk

Kendaraan Masuk Dari Arah Jalan Kaliurang

Kendaraan dari arah jalan Kaliurang bergerak menuju arah timur dan kemudian berbelok ke kiri masuk menuju lokasi Pembangunan kampus terpadu Fakultas Ekonomi Universitas Atma Jaya Yogyakarta pada jalan Bima.

Kendaraan Masuk Dari Arah Jalan Plosokuning

Kendaraan dari arah selatan melewati ruas jalan plosokuning menuju jalan bima tempat lokasi Pembangunan kampus terpadu Fakultas Ekonomi Universitas Atma Jaya Yogyakarta.

b. Kendaraan Keluar

Kendaraan Keluar Ke Arah Jalan Kaliurang

Kendaraan yang keluar dari lokasi pembangunan kampus terpadu Fakultas Ekonomi Universitas Atma Jaya Yogyakarta menuju ke arah kaliurang melewati ruas jalan bima arah timur kemudian berbelok kanan langsung menuju jalan Kaliurang.

(60)

Kendaraan Keluar Ke Arah Jalan Plosokuning

Kendaraan yang keluar dari lokasi pembangunan kampus terpadu Fakultas Ekonomi Universitas Atma Jaya Yogyakarta menuju ke arah jalan plosokuning melewati ruas jalan bima arah selatan langsung menuju hingga simpang dan lurus terus menuju jalan plosokuning.

Adapun sirkulasi eksternal pembangunan kampus terpadu Fakultas Ekonomi Universitas Atma Jaya Yogyakarta :

Gambar 6.2 Lokasi Pembangunan Kampus Terpadu Fakultas Ekonomi Universitas Atma Jaya Yogyakarta

(61)

Gambar 6.3 Sirkulasi Eksternal Tahap Masa Konstruksi

A. Prosedur Pengangkutan Material

Pada tahap konstruksi pembangunan kampus terpadu Fakultas Ekonomi Universitas Atma Jaya Yogyakarta terdapat rencana pemotongan dan penimbunan lahan (cut and fill) sehingga dengan adanya kegiatan tersebut diperlukan angkutan berat guna memindahkan tanah. Proses pemindahan material yang dilakukan dengan kendaraan berat terkadang dilakukan secara sembarangan, sehingga seringkali dalam proses pengangkutan material-material kecil (tanah/debu) jatuh ke jalan yang mana hal tersebut dapat membahayakan bagi kendaraan lain yang berada di belakangnya. Selain itu dengan adanya material-material kecil (tanah/debu) tersebut di jalan dapat merusak konstruksi jalan dan juga

(62)

mengakibatkan jalan menjadi kotor dan licin. Oleh karena itu dalam proses pemindahan material perlu adanya pengaturan tersendiri.

Gambar 6.4 Prosedur Pengangkutan Material Yang Salah

Pengaturan pengangkutan bahan material dilakukan dengan memberikan penutup bak truk dengan menggunakan bahan terpal ataupun bahan lainnya yang dapat menahan abu maupun material kecil.

Gambar 6.5 Prosedur Pengangkutan Material Yang Benar

B. Meningkatnya Faktor Kebisingan Lingkungan

Dampak meningkatnya kebisingan yang terjadi akibat ada kegiatan pada tahap konstruksi dapat dijelaskan sebagai berikut :

(63)

a) Kegiatan mobilisasi alat-alat berat akan dapat menimbulkan dampak meningkatnya

kebisingan yang disebabkan oleh suara yang dikeluarkan mesin kendaraan berat saat dimobilisasi ke lokasi pembangunan. Keadaan ini akan terasa di sekitar rute jalan yang dilalui mengingat lokasi kawasan pembangunan yang mempunyai kepadatan penduduk tinggi dan aktivitas masyarakat cukup besar tetapi karena pelaksanaan kegiatan dilakukan secara bertahap dan bersifat sementara, maka besarnya dampak yang akan ditimbulkan dapat dikategorikan sedang.

Upaya yang dapat dilakukan dalam menangani dampak yang terjadi adalah

 Melakukan pengaturan pelaksanaan kegiatan mobilisasi alat-alat secara bertahap.

 Pelaksanaan kegiatan mobilisasi dan demobilisasi dilakukan pada jam kerja malam hari.

b) Kegiatan pengangkutan material dapat menimbulkan dampak meningkatnya kebisingan. Berdasarkan pengamatan yang pernah dilakukan pada umumnya suara yang ditimbulkan oleh truk telah mendekati ambang batas kebisingan. Hal ini akan terasa pada kawasan zona permukiman yang terletak disepanjang rute angkutan material dan kegiatan ini akan berlangsung selama proyek berjalan, sehingga dampak negatif yang ditimbulkan dapat dikategorikan besar.

Upaya yang dapat dilakukan dalam menangani dampak yang terjadi adalah

 Melakukan pengaturan pelaksanaan kegiatan, terutama di sekitar kawasan permukiman.

 Pelaksanaan angkutan dilakukan siang hari

c) Untuk melaksanakan pakerjaan galian dan. tirnbunan tanah akan menyebabkan meningkatnya kebisingan yang disebabkan oleh suara alat-alat berat yang digunakan. Hal ini terasa sekali di lokasi proyek, namun

(64)

karena kegiatan ini berlangsung secara bertahap, maka dampak yang ditimbul dikategorikan sedang.

Upaya yang dapat dilakukan dalam menangani dampak yang terjadi adalah

 Melaksanakan kegiatan secara bertahap sesuai aturan yang berlaku.

 Melaksanakan kegiatan pada jam kerja (siang hari)

C. Gangguan Terhadap Arus Lalu Lintas

Dampak berupa gangguan lalu lintas terjadi akibat kegiatan pada tahap konstruksi dapat dijelaskan seperti berikut :

a) Mobilisasi alat-alat berat menuju lokasi pembangunan akan menimbulkan gangguan arus lalu lintas di jalan umum, namun mengingat kegiatan ini berlangsung sementara dan pelaksanaannya secara bertahap, maka dampak yang timbul akibat gangguan arus lalu lintas dapat dikategorikan kecil.

Upaya yang dapat dilakukan dalam menangani dampak yang terjadi adalah

 Melakukan pengaturan pelaksanaan kegiatan mobilisasi alat-alat berat secara bertahap.

 Pelaksanaan kegiatan mobilisasi dilakukan di malam hari (jam tidak sibuk lalu lintas).

b) Pengangkutan material yang diperkirakan menggunakan unit Dump Truck atau truck untuk kegiatan galian dan penimbunan material tanah yang harus dikerjakan, maka dampaknya dapat dikategorikan sedang. Upaya yang dapat dilakukan dalam menangani dampak yang terjadi adalah

 Melakukan pengaturan pelaksanaan kegiatan secara bertahap dan mengutamakan kelancaran lalu lintas.

 Memasang perambuan sementara.

 Mengupayakan pelaksanaan pengangkutan material melalui rute yang telah ditentukan dan aman.

 Mengatur pergerakan pada saat jam tidak sibuk.

(65)

D. Kerusakan Prasarana Jalan Umum

Dampak berupa kerusakan prasarana jalan umum yang terjadi akibat kegiatan pada tahap konstruksi dapat dijelaskan seperti berikut :

a) Kegiatan pengangkutan material bangunan dapat menimbulkan gangguan atau kerusakan pada prasarana jalan umum yang dalam dan dampaknya dapat dikategorikan berat mengingat kemampuan kualitas jalan umum dalam kota/kabupaten berkemampuan antara 5 sampai 10 ton sangat rentan terhadap beban material yang berkapasitas diatas 10 ton.

Upaya yang dapat dilakukan dalam menangani dampak yang terjadi adalah

 Membatasi muatan material sesuai dengan kelas jalan dan jembatan yang dilalui.

 Mempunyai rasa tanggung jawab terhadap kerusakan-kerusakan yang terjadi akibat kelalaian pada berbagai jaringan umum.

b) Pekerjaan galian dan timbunan tanah dapat menimbulkan gangguan atau kerusakan pada utilitas umum yang terdapat di lokasi kegiatan maupun pada lintasan jalan terutama pada badan jalan.

Upaya yang dapat dilakukan dalam menangani dampak yang terjadi adalah

 Melakukan koordinasi dengan instansi terkait.

 Menjaga utilitas umum yang ada sesuai dengan fungsinya.

 Pelaksanaan konstruksi mengikuti koordinasi unsur yang terkait.

 Mempunyai rasa tanggung jawab terhadap kerusakan- kerusakan yang terjadi akibat kurang informasi dan kelalaian.

6.1.2 Perambuan Dan Keselamatan Lalu Lintas

Tindakan penanganan lalu lintas yang perlu dilakukan pada kondisi masa konstruksi salah satunya yaitu pemasangan perambuan untuk mengatur lalu lintas di wilayah eksternal khususnya pada akses pintu masuk dan keluar pembangunan

Gambar

Gambar 2.1 Bagan Alir Kajian ANDALALIN
Gambar 2.6 Perbandingan Kinerja Jaringan Jalan
Gambar 3.1 Peta Administrasi Kabupaten Sleman
Tabel 3.1 Luas Wilayah Di Kabupaten Sleman
+7

Referensi

Dokumen terkait

Penelitian ini bertujuan mengetahui kelengkapan dokumen Andalalin dibandingkan ketentuan yuridis dan teknis; mengetahui kinerja lalu lintas di ruas jalan dan simpang di

Pada waktu tertentu, untuk mengalihkan parkir sepeda motor dari ruang parkir Kampus IV ke ruang parkir Kampus Universitas Atma Jaya Yogyakarta yang lain tidak

Jika kampus Universitas Atma Jaya Yogyakarta hanya menerapkan program shuttle service saja untuk pengguna parkir, dampaknya terjadi pengurangan arus masuk mobil per 12 jam

Penelitian ini bertujuan mengetahui kelengkapan dokumen Andalalin dibandingkan ketentuan yuridis dan teknis; mengetahui kinerja lalu lintas di ruas jalan dan simpang di

- Alternatif penanganan pada pemodelan ini berhasil menurunkan dampak negatif akibat adanya bangkitan baru di antaranya perubahan akses keluar kendaraan dari Royal Tulip

Sedangkan skala yang sangat besar sehingga merupakan kota di dalam kota mungkin harus dilakukan suatu studi makro terlebih dahulu (perencanaan transportasi kota) sebelum masuk ke

Kedua , tingkat kepadatan perumahan di kawanan Godean dan arus kepadatan kendaraan yang jumlahnya meningkat dari tahun-ke tahun mengakibatkan ruas jalan penghubung antara

Persimpangan tidak sebidang adalah persimpangan di mana ruas jalan bersilang pada bidang yang berbeda, dengan menggunakan ramp-ramp untuk masuk dan keluar dari jalan yang satu